BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 digulirkan sebagai langkah pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang telah diberlakukan pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Berdasarkan,
Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013,
tanggal 8 November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013 dan Surat Edaran
bersama Menteri Dagri No 420/176/SJ dan Mendikbud No 0258/MPK.A/KR/2014 tgl 9 Januari
2014 perihal Implementasi kurikulum 2013, maka diperlukan suatu acuan yang dapat
menjadi panduan sekolah pelaksanan kurikulum 2013 dalam menyusun KTSP yang sesuai
dengan ketentuan kurikulum 2013.
Elemen perubahan kurikulum 2013 difokuskan pada empat standar yaitu Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Dengan demikian
perubahan akan terjadi pada penyesuaian beban belajar, penguatan proses, pendalaman
dan perluasan materi, penataan pola pikir dan tata kelola, serta program peminatan
maupun lintas minat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 Tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, mengamanatkan setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah untuk menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang berfungsi sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
yang mencakup tiga domain, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus terintegrasi, serta dapat menggambarkan kesesuaian dan kekhasan kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Pemberlakuan Kurikulum 2013 bagi
sekolah - sekolah memerlukan panduan dalam menyusun kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dengan menyesuaikan dengan regulasi yang terkait. Untuk keperluan
tersebut, Direktorat Pembinaan SMA menyusun naskah Panduan Pengembangan KTSP
B. Tujuan
Pedoman/Panduan Penyusunan dan Pengelolaan KTSP bertujuan:
1. Menjadi acuan operasional bagi kepala sekolah dan guru dalam menyusun
dan mengelola KTSP secara optimal di satuan pendidikan (SMA) di Jawa Tengah;
2. Menjadi acuan operasional bagi dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota di
Jawa Tengah dalam melakukan koordinasi dan supervisi penyusunan dan
pengelolaan kurikulum 2006 di setiap satuan pendidikan SMA.
3. Pemangku kepentingan bidang pendidikan dalam membantu penyusunan kurikulum
2006 di SMA.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Pengembangan KTSP SMA terdiri atas:
1. Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, dan
Landasan Hukum.
2. Pengertian dan Acuan Pengembangan KTSP
3. Langkah Kerja Pengembangan dan Sistematika KTSP
4. Pelaksanaan dan Supervisi KTSP
D. Pengguna Panduan/Pedoman KTSP
Pedoman penyusunan KTSP ini digunakan dalam rangka penyusunan dan pengelolaan KTSP oleh:
1. Kepala sekolah; 2. Guru; dan
3. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Wewenang antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 2 Tahun 2006 tentang Standar Isi
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 dan 23 tahun 2006.
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Permendiknas nomor 24 tahun 2006.
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan.
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 0 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 4 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana Prasarana Pendidikan.
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 1 Tahun 2007 tentang Standar
Proses.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 0 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006.
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 3 t a h u n 2 0 1 5
s e b a g a i p e r u b a h a n a t a s P P n o 32 tahun 2013 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan
dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar Dan
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 159 tahun 2014 tentang Evaluasi
Kurikulum;
23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti;
24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015
Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah melalui Ujian Nasional, dan Penilaian
Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan
Kesetaraan pada SMP/M.Ts atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang
sederajat. (Permen ini setiap tahun ajaran berganti).
25. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
dasar dan Menengah dari BSNP Tahun 2006
26. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan
Aksara Jawa;
27. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa,
Sastra dan Aksara Jawa;
28. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 420/015552/2013 tanggal 30 Agustus
2013 tentang Pembelajaran Bahasa Jawa di Propinsi Jawa Tengah;
29. Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 424/13242 Tanggal 23
Juli 2013 Tentang Implementasi Muatan Lokal Bahasa Jawa di Jawa Tengah;
30. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 423.3/14995
tentang Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk jenjang Pendidikan
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/M.Ts, SMA/SMALB/MA dan SMK/MAK Negeri dan Swasta di
Provinsi Jawa Tengah.
31. Dst…. Bila ada mulok kab./kota perlu dicantumkan dasar hukumnya, dan juga bila
ada mulok sekolah, dan regulasi lain-lain yang dikeluatkan oleh daerah kab/kota dan
SK kepala sekolah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan pada satuan
BAB II
PENGERTIAN DAN ACUAN PENGEMBANGAN KTSP
A. Pengertian KTSP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang dikembangkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar Dan
Struktur kurikulum, dan pedoman-pedoman implementasi kurikulum.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bahan acuan dalam
pelaksanaan proses pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional
yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2006 yaitu pencapaian kompetensi sikap
,
pengetahuan, dan keterampilan
.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum, dan pedoman implementasi Kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan
pendidikan dengan melibatkan komite sekolah, dan kemudian disahkan oleh kepala
dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
B. Komponen KTSP
KTSP meliputi 3 dokumen, yaitu:
1. Dokumen I yang disebut dengan Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi,
misi, tujuan, muatan kurikulum, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan.
Dokumen 1 (Buku 1) dikembangkan oleh sekolah dibawah tanggung jawab kepala
sekolah SMA yang bersangkutan
2. Dokumen II yang disebut dengan Buku II KTSP berisi Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD) dan silabus yang telah dikembangkan, baik yang disusun
oleh pusat, daerah maupun satuan pendidikan
3. Dokumen I I I disebut dengan Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) disusun oleh pendidik sesuai potensi, minat, bakat, dan
kemampuan peserta didik oleh masing-masing guru mata pelajaran dengan
C. Konsep Pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP SMA mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan
peraturan pendukung implementasi Kurikulum 2006, dikembangkan, ditetapkan dan
dilaksanakan oleh satuan pendidikan, sesuai potensi , kebutuhan, dan karakteristik
masing masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP dilaksanakan di bawah
koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya, sehingga mengacu kepada visi dan misi daerah.
D. Acuan pengembangan KTSP meliputi; 1. Acuan Operasional
1) Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian
peserta didik secara utuh, sehingga perlu dituangkan dalam KTSP, agar semua
kegiatan yang terkait pembelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan
akhlak mulia.
2) Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama
Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi dan
kerukunan inter-umat dan antar-umat beragama, serta antar umat
beragama dengan pemerintah.
3) Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus
menumbuh kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI, melalui
kegiatan terkait yang diatur dan dituangkan dalam KTSP
4) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, bakat, minat,
serta tingkat perkembangan kecerdasan; intelektual, emosional, sosial, spritual,
dan kinestetik peserta didik, melalui berbagai kegiatan yang diatur dan
5) Kesetaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu
Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan
warga negara memperoleh pendidikan bermutu, yang dapat dituangkan
dalam proses dan mekanisme rekruitmen dan mutasi peserta didik.
6) Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan membuat
keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas bidang keilmuan,
berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan berkolaborasi,
meng-gunakan pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola keuangan,
kesehatan, dan tanggung jawab warga negara. Hal tersebut dapat tertuang
dalam komponen kurikulum nasional, daerah, sekolah, maupun pengembangan
diri.
7) Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan
hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan
kecakapan hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi
dan/atau memasuki dunia kerja. bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut antara lain dapat dikembangkan melalui
pengembangan muatan lokal maupun pengembangan diri.
8) Perkembangan IPTEKS
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak
utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian
terhadap perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan
perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan IPTEK, melalui pengaturan
dalam kurikulum satuan pendidikan.
9) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai
dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu,
dengan kebutuhan pengembangan daerah dan lingkunganya, yang dituangkan
dalam pengembangan KTSP.
10) Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media
pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi
masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu,
kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah
dan nasional.
11) Dinamika Perkembangan Global
Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada secara
individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara. Kemandirian sangat
penting di era globalisasi. Hubungan antar bangsa yang tidak lagi mengenal
batas wilayah, persaingan dalam pelaksanaan pasar bebas, menuntut
kemandirian dan ketangguhan daya saing, oleh karena itu perlu dipersiapkan
generasi yang siap menghadapi persaingan dan mampu hidup berdampingan
dengan bangsa lain, yang mendasari pengembangan KTSP.
12) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkembangkan terlebih
dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
13) Karakteristik Satuan Pendidikan
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan,
sehingga KTSP memiliki ke khasan satuan pendidikan.
Pada poin 1 s.d. 13 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam
rangka menggunakan acuan konseptual tersebut didalam pengembangan KTSP
masing-masing satuan pendidikan (sekolah)
2. Prinsip pengembangan KTSP
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan pada masa kini dan yang akan datang. Memiliki posisi sentral berarti
bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.
2) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
3) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap,
pengetahuan, dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncana-kan dan disajikan secara berkesinambungan antar
jenjang pendidikan.
Pada poin 1 s.d. 3 tersebut sekolah perlu menjelaskan bagaimana sekolah dalam
rangka menggunakan prinsip pengembangan tersebut didalam pengembangan KTSP
masing-masing satuan pendidikan (sekolah)
3. Prosedur operasional pengembangan KTSP
Prosedur operasional pengembangan KTSP sekurang-kurangnya meliputi
langkah-langkah:
a. Analisis yang mencakup:
1) analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;
2) analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan;
3) analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.
b. Penyusunan yang mencakup:
1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;
2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat
kelas;
5) penyusunan silabus muatan lokal atau mata pelajaran muatan lokal; dan
6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
c. Penetapan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah.
BAB III
LANGKAH KERJA PENGEMBANGAN DAN SISTEMATIKA KTSP
A. Langkah Kerja Pengembangan KTSP
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan oleh Tim
Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah, dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan
melibatkan komite sekolah, dan guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan
atau bimbingan dan kerjasama dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota,dan instansi
lain yang terkait.
Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah atau
memperkaya muatan kurikulum sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah, keunggulan
lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat.
Kurikulum Sekolah yang telah disusun harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh
warga sekolah setelah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
Memperhatikan prosedur operasional dan langkah kerja seperti diatas, pengembangan
KTSP jenjang SMA dapat digambarkan seperti pada bagan 1 berikut:
Bagan 1: Langkah Kerja Pengembangan KTSP Jenjang SMA
Pada bagan 1 di atas terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu; 1) Kegiatan Koordinasi
dan Persiapan, 2) Pelaksanaan Pengembangan, 3) Supervisi, 4) Sosialisasi dan
Implementasi, dan 5) Evaluasi.
Masing-masing kegiatan tersebut akan dijelaskan berikut ini. 1. Kegiatan Persiapan dan Koordinasi
Kegiatan persiapan yang dapat dilakukan antara lain;
a. Kepala SMA berkoordinasi dengan /pengawas membentuk atau melakukan
revitalisasi fungsi Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi
pengarahan teknis untuk melakukan proses pengembangan KTSP, antara lain
tentang;
1. Evaluasi Kurikulum tahun sebelumnya, yang meliputi analisis keberhasilan,
kendala, dan kekurangan, baik pada dokumennya maupun dalam
implementasinya.
2. Telaah regulasi yang relevan pengembangan Kurikulum Sekolah, antara
lain implementasi Kurikulum 2006;
3. Analisis konteks, yaitu analisis pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di sekolah, antara lain Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Standar
Sarana dan Prasarana, dan Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
4. Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat pengembangan kurikulum sekolah,
difokuskan pada pencapaian kompetensi Kurikulum 2006 sesuai Visi dan Misi
sekolah. Manfaat pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
acuan dalam implementasi kurikulum.
5. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum Sekolah terkait
dengan pengembangan potensi peserta didik yang mencakup tiga domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
6. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan
pengem-bangan Kurikulum Sekolah.
b.
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah selanjutnya menyusun rencana, jadwal,materi, dan strategi pengembangan Kurikulum untuk tahun berjalan. Pada kegiatan
ini dapat melibatkan pengawas atau nara sumber lain yang kompeten, sehingga
diperoleh suatu pemahaman untuk diaplikasikan dalam penyusunan kurikulum
sekolah. Kegiatan tersebut antara lain : Penyamaan persepsi terhadap Kurikulum
2013 berikut peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain PP No. 32 Tahun 2013,
PP No. 13 Tahun 2015; Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL,
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas Nomor
41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permendiknas Nomor 20 tahun 2007
c.
Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan keberhasilan dan kendalapelaksanaan Kurikulum yang dilakukan melalui kajian analisis terhadap dokumen
kurikulum tahun sebelumnya, serta kemungkinan kendala dalam pelaksanaan
Kurikulum Sekolah yang akan disusun untuk tahun berjalan.
d.
Analisis kondisi riil sekolah terutama yang berkaitan dengan tenaga pendidik, saranadan prasarana yang akan dijadikan dasar dalam menyusun program penjurusan.
Hasil analisis tersebut merupakan gambaran kondisi riil sekolah, terutama tentang
ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana-prasarana
sekolah sebagai acuan dalam menyusun program penjurusan.
e.
Perencanaan penambahan mata pelajaran Mulok, penambahan jam dan matapelajaran, sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah atau berdasarkan keputusan
kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing, misalnya penambahan
Bahasa Daerah. Berdasarkan Peraturan daerah Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012
dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 57 Tahun 2013 mata pelajaran mulok
Bahasa Jawa berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, harus masuk dalam struktur
kurikulum dengan alokasi waktu 2 jam per minggu pada setiap kelas dan setiap
semester.
2. Pengembangan KTSP
Hasil analisis pada kegiatan persiapan dan koordinasi, dijadikan bahan dan materi, serta
strategi pengembangan kurikulum sekolah dengan langkah kegiatan antara lain;
a. Menyusun draf KTSP
TPK mengembangkan draf KTSP untuk tahun berjalan berdasarkan hasil analisis
tersebut di atas;
b. Kegiatan Review, Revisi, dan Finalisasi.
Setelah draf KTSP jadi, maka TPK melakukan review, revisi, dan finalisasi untuk
memastikan kebenaran dan keterlaksanaannya. Kegiatan ini dapat melibatkan
pengawas atau
stakeholder
lain, misalnya orang atau sumber yang berkaitan denganpelaksanaan muatan lokal.
Review dan revisi juga harus dilakukan terhadap RPP, sehingga RPP yang
dikembangkan benar-benar sudah mencakup kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Kegiatan pengembangan RPP dilakukan
oleh guru mata pelajaran dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan,
Pendidikan (lihat E-Katalog untuk buku). (lihat model Pengembangan RPP, Model
Pengembangan Penilaian, dan Analisis Hasil Belajar Peserta Didik).
c. Pemantapan dan Penilaian
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan hasil finalisasi, yang dilakukan oleh TPK
sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Pengawas atau Kepala Seksi
Kurikulum Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat
menggunakan instrumen verifikasi/validasi), serta persetujuan dari Komite Sekolah.
d. Pengesahan KTSP
Kepala SMA dan ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen kurikulum hasil
pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan kurikulum tersebut di
sekolahnya, kemudian mengirimkannya ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
dilakukan verifikasi/validasi oleh Petugas yang ditunjuk. Apabila Dokumen I, Dokumen
II dan Dokumen III hasil verifikasi sudah memenuhi ketentuan yang berlaku
kemudian direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk mendapatkan
pengesahan. Tetapi apabila belum mememuhi kriteria, maka Dokumen tersebut
dikembalikan ke sekolah untuk dilakukan revisi KTSP.
Dokumen KTSP yang sudah mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan kab./kota
selanjutnya dibawa ke Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah disupervisi/diverifikasi oleh petugas dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian dilakukan
pengesahan.
Tim Pengembang Kurikulum menggandakan dokumen kurikulum dan Kurikulum
SMA siap untuk disosialisasikan dan diimplementasikan.
Adapun alokasi waktu untuk tahapan penyusunan s.d. penetapan/pengesahan dan
NO KEGIATAN
Kelengkapan Waktu Output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5 Finalisasi Dokumen
Kurikulum
7 Penetapan Lembar Penetapan
Dokumen
Daya dukung pengembangan dan pelaksanaan KTSP meliputi:
a. Kebijakan Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan kewenangan dan tanggung
jawab penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan
dan melaksanakan KTSP diperlukan kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan
dalam rapat satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah baik langsung
b. Ketersediaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP merupakan proses perwujudan kurikulum
yang sesungguhnya. Oleh karena itu tenaga pendidik merupakan unsur yang
mutlak diperlukan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain itu tenaga
kependidikan pada masing-masing satuan pendidikan sangat diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan KTSP.
c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP memerlukan dukungan berupa ketersediaan
sarana dan prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan
adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan untuk
mewujudkan proses pendidikan pada satuan pendidikan. Selain itu unsur prasarana
seperti lahan, gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana kesenian,
serta prasarana lainnya sangat diperlukan sebagai unsur penunjang yang
memberikan kemudahan pelaksanaan KTSP.
4. Pihak yang terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP antara lain :
a. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) satuan pendidikan terdiri atas: tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
Dalam kegiatan pengembangan KTSP, tim pengembang kurikulum (TPK) satuan pendidikan dapat mengikutsertakan komite sekolah, nara sumber, dan pihak lain yang terkait.
b. Sistematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Buku 1 Jenjang SMA Sistematika KTSP jenjang SMA dapat digambarkan seperti tampak berikut:
1. COVER (HALAMAN JUDUL)
Berisi judul, logo sekolah atau logo pemda (untuk SMA Negeri), Logo Sekolah (untuk SMA Swasta), tahun pelajaran, dan alamat sekolah.
2. LEMBAR PENGESAHAN
Ditandatangani oleh kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan kepala dinas pendidikan provinsi/pejabat yang berwenang di dinas pendidikan provinsi.
3. KATA PENGANTAR 4. DAFTAR ISI
5. DAFTAR LAMPIRAN 6. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berisi dasar pemikiran pengembangan KTSP serta pemberlakuan Kurikulum 2013. Untuk sekolah yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS) uraikan pula tentang dasar pemikiran pengembangan/pelaksanaan SKS tersebut.
B. Landasan
Berisi landasan hukum terkait pengembangan KTSP, termasuk PP No. 13 tahun 2015 dan PP No. 32 Tahun 2013 sebagai pengganti atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berikut Permendiknas dan Permendikbud yang mengiringinya, dan Peraturan Daerah untuk Mulok.
C. Tujuan
Berisi Tujuan Pengembangan KTSP termasuk pencapaian kompetensi yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan
7. BAB II. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Menengah
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dengan memiliki keseimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu dalam kehidupan sehari-hari
B. Visi Satuan Pendidikan (Sekolah)
Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga satuan pendidikan, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.
1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya. 2. Visi Satuan Pendidikan:
a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepen-tingan;
c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga satuan pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
d) diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan memperhatikan masukan komite sekolah;
berkepentingan;
f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
C. Misi Sekolah
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan.
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; 3) menjadi dasar program pokok satuan pendidikan;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan pendidikan;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program satuan pendidikan;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit satuan pendidikan yang terlibat;
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah;
8) disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
D. Tujuan Satuan Pendidikan
1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya.
2. Tujuan Satuan Pendidikan:
Tujuan SMA ...
a. Tujuan pendidikan adalah gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu . Tujuan satuan pendidikan :
b. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan);
c. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
d. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan Pemerintah;
e. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah;
8. BAB III. STRUKTUR KURIKULUM A. Kerangka Dasar
Dapat disalin dari;
1) Lampiran 1 Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ditambah dengan landasan lain yang menjadi landasan kerangka dasar yang sesuai dengan karakteristik daerah atau sekolah, misalnya untuk penambahan muatan lokal.
2) Peraturan Daerah tentang kebijakan pelaksanaan muatan lokal.
B. Struktur Kurikulum
1) Standar Kompetensi Lulusan untuk SMA mengacu pada Permendiknas nomor 23 tahun 2006
2) Standar Kompetensi Lulusan untuk kelompok mata pelajaran 3) Standar Kompetensi Lulusan untuk masing-masing Mata Pelajaran
4) Pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran , termasuk muatan lokal , penambahan mata pelajaran, serta pengembangan diri.
5) Disusun berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan struktur kurikulum yang meliputi mata pelajaran muatan local dan pengembangan diri, mengacu lampiran 1 Permendikbud Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
6) Mengatur alokasi waktu pembelajaran tatap muka seluruh mata pelajaran minimal 38 - 39 jam pelajaran per minggu untuk kelas X, XI dan XII dengan penambahan jam pelajaran maksimal 4 jam per minggu.
7) Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri, baik Sistem Paket maupun yang melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS).
8) Beban belajar tambahan : Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar perminggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, baik dalam jam pelajaran maupun dalam satuan kredit semester (sks).
9) Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan baik mulok provinsi (bahasa Jawa sebagai mulok wajib), mulok kabupaten/kota maupun mulok satuan pendidikan (bila ada)
10)Bagi sekolah yang melaksanakan SKS uraian tentang struktur dan jam pelajaran dalam sks, serta jumlah sks maksimal dan minimal yang harus ditempuh oleh peserta didik, per semester, per tahun, atau selama masa pendidikan di SMA sesuai dengan hasil analisis dan perhitungan internal sekolah serta mengacu kepada Permendikbud 158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Panduan/Model-Model Pengembangan SKS yang dikeluarkan oleh Direktorat PSMA, dengan menyesuaikan kurikulum 2006.
D. Muatan Kurikulum 1.Muatan KTSP
Muatan KTSP terdiri atas muatan umum yang berupa muatan nasional dan muatan local serta pengembangan diri;
Muatan KTSP diwujudkan dalam bentuk struktur kurikulum satuan pendidikan dan penjelasannya.
Muatan kurikulum pada tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat untuk SKL dan SK/KD-nya. Untuk kelas X terdiri atas kelompok mata pelajaran sebanyak 16 mata pelajaran. Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMA mengacu pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, yaitu meliputi :
Kelas X sebanyak 16 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Fisika, (7) Biologi, (8) Kimia, (9) Sejarah, (10) Geografi, (11) Ekonomi, (12) Sosiologi, (13) Seni Budaya, (14) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (15) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (16) Keterampilan/Bahasa Asing.
Kelas XI dan XI IPA sebanyak 13 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Fisika, (7) Kimia, (8) Biologi, (9) Sejarah, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan/Bahasa Asing.
Kelas XI dan IPS sebanyak 13 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Ekonomi, (7) Sosiologi, (8) Sejarah, (9) Geografi, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan/ Bahasa Asing.
Kelas XI dan XII Bahasa sebanyak 13 mata pelajaran terdiri dari (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Bahasa Asing, (7) Sastra Indonesia, (8) Antropologi, (9) Sejarah, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan.
b. Muatan Lokal (Mulok)
Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah (Muatan lokal) yang dikembangkan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok Muatan Lokal (Mulok) dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan.
Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal didasarkan pada keunggulan dan kearifan serta kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota, bahkan satuan pendidikan.
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur, kemudian disiapkan Kurikulumnya (SK, KD dan Silabus dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetap-kan dengan peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya (SK, KD dan Silabus dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
ditetapkan Yayasan (bagi sekolah swasta). Muatan Lokal dapat berbentuk :
1) bagian mata pelajaran (terintegrasi kedalam mata pelajaran yang sudah ada); dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok Mulok apabila pengintegrasian ke dalam mapel yang sudah ada tidak dapat dilakukan.
Bahasa Jawa sebagai muatan local provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah dan dimasukan dalam struktur kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu untuk semua kelas (kelas X, XI dan XII) semester 1 dan semester 2.
2.Jumlah mata pelajaran:
a. Untuk kelas X terdiri atas kelompok mata pelajaran sebanyak 16 mata pelajaran. Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, untuk SMA mengacu pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, yaitu meliputi :
Kelas X sebanyak 16 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Fisika, (7) Biologi, (8) Kimia, (9) Sejarah, (10) Geografi, (11) Ekonomi, (12) Sosiologi, (13) Seni Budaya, (14) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (15) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (16) Keterampilan/Bahasa Asing.
b. Kelas XI dan XI IPA sebanyak 13 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Fisika, (7) Kimia, (8) Biologi, (9) Sejarah, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan/Bahasa Asing.
c. Kelas XI dan IPS sebanyak 13 mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Ekonomi, (7) Sosiologi, (8) Sejarah, (9) Geografi, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan/Bahasa Asing.
d. Kelas XI dan XII Bahasa sebanyak 13 mata pelajaran terdiri dari (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris, (5) Matematika, (6) Bahasa Asing, (7) Sastra Indonesia, (8) Antropologi dan (9) Sejarah, (10) Seni Budaya, (11) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (12) Teknologi Informasi dan Komunikasi dan (13) Keterampilan.
3.Pengaturan Beban Belajar
a. Beban belajar satuan pendidikan SMA diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi;
b. Beban belajar dalam KTSP jenjang SMA diatur dalam bentuk Sistem Kredit Semester (SKS) atau Sistem Paket;
c. Ketentuan tentang Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri untuk SKS dan Sistem Paket disesuaikan dengan ketentuan masing-masing d. Beban belajar tambahan disesuaikan dengan hasil analisis kondisi riil sekolah yang
8. Penilaian
Penilaian pada kurikulum 2006 mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
9. Pembelajaran
Pembelajaran pada kurikulum 2006 mengacu pada Permendiknas nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Bagaimana pendidik melaksanakan desain pembelajaran pada kurikulum 2006 dapat dicermati melalui RPP yang disusun oleh guru (pendidik).
10.Ketuntasan Belajar
Berdasarkan Panduan Penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) maka untuk ketuntasan belajar dijelaskan bahwa Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
11.Kegiatan Pengembangan diri a.Ekstrakurikuler
1) Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terdiri atas ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.
2) Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler yang dilaksanakan satuan pendidikan, dapat berupa: Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya; Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya; Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya; Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau Bentuk kegiatan lainnya.
b. Bimbingan dan Koseling.
Pengembangan diri yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling.
12.Kegiatan Kepramukaan dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu:
a. Pendidikan Pramuka dilaksanakan dengan berpedoman pada Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014.
b. Kegaitan Blok dilaksanakan melalui perkemahan (wajib untuk semua peserta didik) dapat dilakukan pada saat MOPDB atau pada libur semester 36 jp per tahun.
sebagai aktualisasi mata pelajaran yang dirancang oleh guru mata pelajaran untuk dilaksanakan kepada pembina pramuka dan dilaksanakan pada kegiatan kepramukaan, wajib 120 menit perminggu.
d. Gugus Depan (untuk peserta didik yang berminat, lihat pedoman/peraturan pelaksanaan ekstrakurikuler dan Kepramukaan)
13.Kriteria Kelulusan
Berisi tentang kriteria kenaikan kelas dan kelulusan, serta strategi penanganan peserta didik yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dengan memperhatikan ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan melalui uji pencapain kompetensi mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar Penilaian.
Permendikbud No 57 tahun 2015 (regulasi ini tiap tahun ada perubahan karena Menteri selalu mengeluarkan ketika akan ujian) Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Kriteria kelulusan pada KTSP tahun berjalan mengacu pada Permendikbud tentang Kelulusan Tahun sebelumnya, dan apabila ada perubahan akan mengikuti ketentuan kelulusan tahun yang terbaru.
14. Kriteria tentang Kenaikan Kelas
Kriteria kenaikan kelas sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor : 12/C/Kep/Tu/2008 Tentang Bentuk Dan Tata Cara Penyusun Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah (SD/MI/SDLB, SMP/M.Ts/SMPLB, Dan SMA/MA/SMK/SMALB)
15. Penjurusan.
Penjurusan yang diatur dalam SK Dirjen Mandikdasmen Departemen Pendidikan Nasional Nomor 12/C/KEP/TU/2008, pada Lampiran Penulisan LHB, BAB I, Butir E, sebagai berikut:
a. Waktu penentuan dan pelaksanaan penjurusan
1) Penentuan penjurusan bagi peserta didik untuk program IPA, IPS dan Bahasa dilakukan mulai akhir semester 2 (dua) kelas X.
2) Pelaksanaan KBM sesuai program jurusan, dimulai pada semester 1 (satu) kelas XI.
b. Kriteria penjurusan program
Penentuan penjurusan program dilakukan dengan mempertimbangkan potensi, minat dan kebutuhan peserta didik, yang harus dibuktikan dengan hasil prestasi akademik yang sesuai dengan kriteria nilai yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Apabila terjadi perbedaan antara potensi/minat dengan nilai akademik seorang peserta didik, maka guru harus mengkaji dan melakukan perbaikan dalam memberikan layanan belajar kepada yang bersangkutan.
1) Potensi dan Minat Peserta Didik
2) Nilai akademik
Peserta didik yang naik ke kelas XI dan akan mengambil program tertentu yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga) mata pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas program tersebut (lihat Struktur Kurikulum).
c. Satuan pendidikan dapat menambah kriteria penjurusan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan.
16. Mutasi peserta didik
Pindah Sekolah sebagaimana yang diatur dalam SK Dirjen Mandikdasmen Departemen
Pendidikan Nasional NOMOR : 12/C/KEP/TU/2008, pada Lampiran Penulisan LHB, BAB
I, Butir F), sebagai berikut :
a. Sekolah harus memfasilitasi adanya peserta didik yang pindah sekolah:
1) Antarsekolah pelaksana KTSP;
2) Antara sekolah pelaksana Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 dengan sekolah pelaksana KTSP.
b. Untuk pelaksanaan pindah sekolah (masuk atau keluar) lintas Provinsi dan Kabupaten/Kota disesuaikan dengan peraturan yang berlaku pada masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Sekolah dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi peserta didik sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Menyesuaikan bentuk laporan hasil belajar (LHB) dari sekolah asal sesuai dengan bentuk rapor yang digunakan di sekolah tujuan.
2) Melakukan tes atau program matrikulasi bagi siswa pindahan.
Pengaturan mutasi peserta didik antar satuan pendidikan diatur oleh satuan pendidikan masing- masing dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
17. Pendidikan Kecakapan Hidup
Berisi tentang bagaimana penerapan pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di sekolah. Dapat berupa implementasi dari mata pelajaran pada domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan, atau pembiasaan yang dilakukan di sekolah.
7. BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN
1. Pengertian Kalender Pendidikan.
2. Dasar Hukum Kalender Pendidikan yang berlaku pada tahun pelajaran berjalan.
Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik kegiatan sekolah, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
4. Rencana Kegiatan atau jadwal memuat antara lain; kegiatan awal tahun, minggu efektif (Proses Pembelajaran, Ujian, Ulangan, hari libur, PPDB, MOPDB , dll)
5. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan (Contoh kalender pendidikan terlampir).
6. Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.
a. Permulaan Tahun Ajaran
Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan Waktu Pelajaran yaitu dimulai pada setiap awal tahun pelajaran, dengan kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) bagi kelas X.
b. Pengaturan Waktu Belajar Efektif
1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,
2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.
3) Dengan berpedoman kepada Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor: 420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Tengah, maka perlu diupayakan penyelenggaraan pendidikan dengan waktu belajar 5 hari dalam seminggu.
c. Pengaturan Waktu Libur
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku
tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda
tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur
khusus. Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya
tertera pada Tabel ini.
NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN
2. Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II
3. Libur akhir tahun
Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
6. Hari libur khusus
Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri kekhususan masing-masing
7. Kegiatan khusus sekolah/madras ah
Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang diprogram-kan secara khusus oleh sekolah tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
8. BAB. V. PENUTUP
Berisi pernyataan sebagai penutup pada Dokumen KTSP
Lampiran-Lampiran
a. Silabus dan RPP
b. Hasil analisis keterkaitan kompetensi dengan materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian;
Terkait dengan struktur kurikulum 2006 SMA ada hal-hal penting yang perlu
diperhatikan terkait dengan mata pelajaran berdasarkan Permendiknas nomor 22
tahun 2006.
I.Struktur Kurikulum SMA Kelas X :
Semester 1 Semester 2
A. MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 4 4
6. Fisika 2 2
7. Biologi 2 2
8. Kimia 2 2
9. Sejarah 1 1
10. Geografi 1 1
11. Ekonomi 2 2
12. Sosiologi 2 2
13. Seni Budaya 2 2
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
16. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2
B. MUATAN LOKAL 2 2
C. PENGEMBANGAN DIRI*) 2*) 2*)
Jumlah 38 38
*) = setara dengan 2 jam pelajaran
Alokasi Waktu Komponen
a. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran di kelas X sebanyak 16 mata pelajaran. Masing-masing alokasi waktu
jam pelajaran adalah minimal (lihat table).
1. Sekolah tidak diperkenankan mengurangi mata pelajaran yang jumlahnya 16;
2. Sekolah tidak diperkenankan mengganti mata pelajaran yang sudah ditetapkan
oleh Pusat
3. Sekolah tidak boleh mengurangi jam pelajaran (minimal) masing-masing mata
pelajaran tersebut, dan diperbolehkan menambah maksimal 4 jam per minggu.
Pada tabel struktur kurikulum kelas X, untuk mata pelajaran ke-16 sekolah memilih
1) Kalau memilih keterampilan maka sekolah bisa mengambil pilihan keterampilaan
jenis budi daya atau rekayasa (lihat ketentuan di Permendiknas nomor 22 tahun
2006), tidak dibenarkan diisi mata pelajaran berupa Keterampilan (Praktik) bidang
bahasa misalnya English Conversastion, atau Praktik Fisika dan sejenisnya.
2) Kalau memilih Bahasa Asing maka pilihannya adalah Bahasa Arab, Bahasa Perancis,
Bahasa Jerman, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dsb. Dan tidak dibenarkan diisi
bahasa Inggris.
b. Mulok
Pada bagian Mulok diisi mulok wajib adalah bahasa Jawa ( 2 jam ) dan mulok
kabupaten dan/atau mulok sekolah (bila ada).
c. Pengembangan Diri
Diisi lewat kegiatan Bimbingan Konseling dan Ekstrakurikuler
II. Struktur Kurikulum 2006 SMA Kelas XI dan XII
Tabel : Struktur Kurikulum SMA Kelas XI dan XII program IPA
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Fisika 4 4 4 4
7. Biologi 4 4 4 4
8. Kimia 4 4 4 4
9. Sejarah 1 1 1 1
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39
a. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran di kelas XI dan XII sebanyak 13 mapel. Masing-masing alokasi waktu
jam pelajaran adalah minimal (lihat table).
1. Sekolah tidak diperkenankan mengurangi mata pelajaran yang jumlahnya 13;
2. Sekolah tidak boleh mengurangi jam (minimal) masing-masing mata pelajaran
tersebut, dan diperbolehkan menambah maksimal 4 jam per minggu.
3. Pada tabel struktur kurikulum kelas XI dan XII, untuk mata pelajaran ke-13 sekolah
memilih mata pelajaran Keterampilan atau Bahasa Asing.
a) Kelas XI IPA mata pelajaran ke 13 sekolah boleh memilih Keterampilan atau
Bahasa Asing (ketentuan keterampilan atau bahasa Asing seperti kelas X).
b) Pilihan sekolah apakah keterampilan atau bahasa Asing maka mata pelajaran
tersebut dilanjutkan sampai kelas XII dan sampai pada Ujian.
c) Pilihan keterampilan atau bahasa asing boleh berbeda dengan kelas X, tetapi
pilihan tersebut dilajutkan sampai kelas XII dan sampai Ujian.
b. Mulok
Mulok diisi mulok wajib Bahasa Jawa, dan mulok daerah atau sekolah (bila ada)
c. Pengembangan Diri
Diisi lewat kegiatan Bimbingan Konseling dan Ekstrakurikuler
III.Untuk Kelas XI dan XII Program IPS pada dasarnya sama dengan kelas XI dan XII Program IPA;
IV. Untuk kelas XI dan XII Program Bahasa sbb.:
Smst. 1 Smst. 2 Smst. 1 Smst. 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5
4. Bahasa Inggris 5 5 5 5
5. Matematika 3 3 3 3
6. Sastra Indonesia 4 4 4 4
7. Bahasa Jepang 4 4 4 4
8. Antropologi 2 2 2 2
9. Sejarah 2 2 2 2
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan. 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39
*) = setara dengan 2 jam pelajaran
Alokasi Waktu
Komponen Kelas XI Kelas XII
a. Pada Kelas XI Bahasa jumlah mata pelajaran sebanyak 13, prinsipnya sama dengan
kelas XI IPA dan XI IPS, demikian juga kelas XII
b. Pada mata pelajaran ke 13 Program Bahasa hanya ada satu pilihan yaitu mata
pelajaran keterampilan (tidak ada pilihan bahsa asing) karena sudah ada mapel
bahasa asing pada mata pelajaran program pilihan (ciri khusus).
c. Ketentuan mapel keterampilan sama dengan di atas yaitu jenis budi daya atau
rekayasa, (lihat ketentuan mapel keterampilan) dan dilanjutkan sampai kelas XII.
d. Mata pelajaran yang ada tidak boleh dikurangi jumlahnya, tidak boleh diganti, dan
jumlah jam pelajaran masing-masing mata pelajaran tidak boleh dikurangi, ditambah
BAB. V
PELAKSANAAN DAN SUPERVISI KTSP
A. Pengorganisasian
Pengembangan Kurikulum Sekolah dilaksanakan oleh Tim Pengembang Kurikulum
Sekolah, dikoordinasikan kepala sekolah, dengan melibatkan komite sekolah, dan
guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan atau bimbingan dan
kerjasama dinas pendidikan kabupaten/kota, atau dinas/instansi lain yang terkait.
Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah atau
memperkaya muatan Kurikulum Sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah,
keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat. Kurikulum Sekolah yang
telah disusun
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh setiap
pendidik dan tenaga kependidikan
di sekolah yang bersangkutan, dengan
terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah setelah disahkan oleh
kepala dinas pendidikan provinsi/pejabat yang berwenang di dinas pendidikan
provinsi.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum di satuan pendidikan dilakukan setelah ada sosialisasi
kurikulum. sosialisasi ini dapat dilakukan sebelum atau setelah dokumen kurikulum
disahkan oleh kepala dinas pendidikan provinsi/pejabat yang berwenang di dinas
pendidikan provinsi,
tetapi telah ditandatangani dan ditetapkan pemberlakuannya
oleh kepala sekolah dan komite sekolah.
Pelaksanaan kurikulum yang telah disusun merupakan tanggung jawab
bersama seluruh unsur satuan pendidikan yakni kepala sekolah, tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, maka untuk optimalnya pelaksanaan
memerlukan daya dukung yang mencakup kebijakan, ketersediaan dan komitmen
tenaga, dan sarana dan prasarana pendidikan.
C. Koordinasi dan Supervisi
Pelaksanaan kegiatan supervisi disini tidak diartikan sebagai supervisi pada saat
implementasinya di sekolah, tetapi merupakan kegiatan
“
penilaian atau
judgement
”
BAB. V PENUTUP
Perubahan Kebijakan Kemendikbud tentang implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum
2006, tetap mewajibkan sekolah untuk mengimplementasikan semua peraturan yang
berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 sebagai Perubahan
kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasinya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Mengingat pentingnya KTSP dalam proses pendidikan pada suatu satuan
pendidikan, maka pengembangan KTSP harus mempertimbangkan acuan, prinsip, dan
prosedur pengembangan yang berlaku. Proses pendidikan tersebut harus dapat
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, sehingga mencapai
perkembangan yang seimbang antara kebutuhan fisik, psikis, dan spritual dan
mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Panduan ini disusun sebagai salah satu pedoman Tim Pengembang Kurikulum S ekolah
Menengah Atas (SMA) di Jawa Tengh dalam penyusunan dan pengelolaan KTSP mulai
dari menyusun dokumen kurikulum sekolah, melaksanakan penjurusan, kenaikan kelas,
kelulusan, mengembangkan silabus, RPP sampai pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolahnya masing-masing.
Dengan adanya KTSP, satuan pendidikan dapat mengatur implementasi Kurikulum 2006 ke
dalam tataran teknis secara fleksibel, terutama pada aspek pembelajaran.