• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyediaan benih sumber bptp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "penyediaan benih sumber bptp"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHI R TAHUN

PENYEDI AAN BENI H SUMBER VUB

MELALUI UPBS DI PROVI NSI BENGKULU

WAHYU WI BAWA

KEMENTERI AN PERTANI AN

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS BPTP Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2014.

Tujuan kegiatan UPBS pada tahun 2014 meliputi : 1) Menyediakan benih sumber (logistik) Varietas Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih (kelas FS dan SS), 2) Mempercepat proses penyebaran VUB spesifik lokasi melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi teknologi di Provinsi Bengkulu, 3) Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu, 4) Memetakan penyebaran dan keberlanjutan VUB padi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada rekan-rekan BPTP Bengkulu yang telah memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Desember 2014 Penanggung Jawab,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Penyediaan Benih Sumber VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2014 5. Status Kegiatan (L/ B) : L (lanjutan)

6. Penanggung Jawab

a. Nama : I r. Wahyu Wibawa, MP. Ph.D b. Pangkat/ Golongan : Penata Tingkat 1/ I I I d

c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan sawah dan lahan rawa

9. Tahun Mulai : 2011

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : 1. Lembaga perbenihan (BBI , BBU) dan petani penangkar mendapatkan benih sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.

2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu digunakan secara masif oleh petani di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan produktivitas dan produksi dalam mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan.

3. I nformasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu.

4. Peta penyebarluasan dan perkembangan penggunaan VUB padi Balitbangtan.

(4)

2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami dan diadopsi secara masif oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman. 3. Data base yang akurat tentang

kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI , BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

13. Biaya : Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah)

14. Biaya setelah revisi : Rp. 238.453.000- (Dua Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Empat Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah) (Anggaran revisi).

Koordinator Program,

I r. Wahyu Wibawa, MP. Ph.D NI P. 196904271998031001

Penanggung Jawab RDHP,

I r. Wahyu Wibawa, MP. Ph.D NI P. 196904271998031001

Mengetahui,

Kepala BB Pengkajian

Dr. I r. Abdul Basit, M.S NI P. 196109291986031003

Kepala BPTP Bengkulu,

(5)

DAFTAR I SI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ... i

KATA PENGANTAR... 1

LEMBAR PENGESAHAN... 2

DAFTAR I SI ... 4

DAFTAR TABEL... 5

DAFTAR LAMPI RAN... 6

RI NGKASAN ... 7

SUMMARY... 9

I PENDAHULUAN ... 14

1.1 Latar Belakang... 14

1.2 Dasar Pertimbangan... 15

1.3 Tujuan ... 15

1.4 Keluaran yang Diharapkan ... 16

1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak ... 17

I I TI NJAUAN PUSTAKA... 19

I I I PROSEDUR KERJA ... 22

3.1 Lokasi Kegiatan dan Waktu ... 22

3.2 Ruang Lingkup Kegiatan ... 22

3.3 Bahan dan Alat ... 22

3.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 23

I V HASI L DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Koordinasi I nternal dan Antar I nstitusi ... 28

4.2 Produksi Benih Sumber ... 29

4.3 Percepatan Proses Adopsi VUB Spesifik Lokasi ... 40

4.4 Kinerja UPBS dan Produktivitas Petani Penangkar ... 42

4.5 Pemetaan Kebutuhan Benih, Varietas dan Sebaran Varietas ... 45

V KESI MPULAN ... 50

VI KI NERJA HASI L DI SEMI NASI ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... . 53

ANALI SI S RESI KO... 55

JADWAL KERJA... 57

PEMBI AYAAN ... 58

PERSONALI A ... 60

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Varietas dan jumlah benih padi untuk kegiatan Produksi

Benih/ UPBS Tahun 2014 ... 28 2. Petani kooperator, lokasi, dan sistem kerjasama investasi kegiatan

produksi benih/ UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014 ... 29 3. Produksi benih sumber UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihan

Tahun 2014 di Provinsi Bengkulu ... 35 4. Rekapitulasi produksi benih kelas benih FS dan SS UPBS BPTP Bengkulu dan

lembaga perbenihan tahun 2014 ... 36 5. Stok dan distribusi benih padi kegiatan UPBS BPTP Bengkulu

tahun 2014 ... 41 6. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu ... 43 7. Varietas, luas lahan, petani kooperator dan kondisi pertanaman

kegiatan penangkaran UPBS tahun 2014 ... 45 8. Sasaran lembaga dan kebutuhan benih serta sebaran varietas padi di

Provinsi Bengkulu tahun 2014 ... 47 9. Luas dan varietas kawasan pemantapan dan pengembangan padi

sawah serta luas dan kawasan pertumbuhan lahan kering di

Provinsi Bengkulu tahun 2014 ... 48 10. Dominansi varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2014 ... 49 11. VUB padi yang adaptif di Provinsi Bengkulu ... 51 12. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/ UPBS

tahun 2014 ... 55 13. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan Produksi

(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Lampiran Halaman

1. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Mukomuko ... 61

2. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Tengah... 62

3. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Kepahiang ... 63

4. Foto kegiatan penangkaran padi di Kota Bengkulu ... 64

5. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Rejang Lebong... 65

6. Foto kegiatan penangkaran padi di Kabupaten Bengkulu Utara ... 66

(8)

RI NGKASAN

1 Judul : Penyediaan Benih Sumber VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu.

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu

3 Tujuan : Tahun 2014

1. Menyediakan benih sumber (logistik) Varietas Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih (kelas FS dan SS).

2. Mempercepat proses penyebaran VUB spesifik lokasi melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi teknologi di Provinsi Bengkulu.

3. Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu.

4. Memetakan penyebaran dan keberlanjutan VUB padi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Tahun 2015 :

1.

Menciptakan harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, Balai Benih I nduk (BBI ), Balai Benih Utama (BBU), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.

2.

Petani memahami dan mengadopsi penggunaan VUB berkualitas yang spesifik lokasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi.

3.

Menyusun data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI , BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

(9)

4 Keluaran : Tahun 2014 :

1. Lembaga perbenihan (BBI , BBU) dan petani penangkar mendapatkan benih sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.

2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu digunakan secara masif oleh petani di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan produktivitas dan produksi dalam mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan. 3. Kinerja UPBS dan produktivitas petani

penangkar di Provinsi Bengkulu.

4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUB padi Balitbangtan.

Tahun 2015 :

1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu. 2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami

dan diadopsi secara masif oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai).

3. Data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI , BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

(10)

6 Capaian : 1. Pada tahun 2012 telah tersebar 17.962 kg benih padi.

2. Pada tahun 2013 telah diproduksi benih varietas unggul baru padi (I npari, I npara dan I npago), jagung dan kedelai sebanyak 35,5 ton padi (33,15 ton), jagung (1,95 ton) dan kedelai (0,40 ton).

3. Dokumen alternatif rekomendasi peningkatan kinerja lembaga perbenihan.

4. Peta terintegrasi (overlay) dari lokasi penangkar, lembaga perbenihan dan penyebaran VUB padi, jagung dan kedelai.

7 Manfaat : 1. Lembaga perbenihan di daerah termasuk petani penangkar dapat dengan mudah mendapatkan benih sumber dengan cepat dan tepat (jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga).

2. Petani dan lembaga perbenihan daerah mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan varietas yang dikembangkan melalui berbagai kegiatan diseminasi (penangkaran dan temu lapang). 3. Petani mendapatkan varietas adaptif yang

sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik, sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam usaha tani.

4. Benih yang spesifik agroekosistem (dataran rendah, dataran tinggi, lahan kering, lahan rawa, lahan masam, lahan alkalis, lahan sawah irigasi, tadah hujan) dapat disediakan secara tepat, sehingga para pengguna/ petani mempunyai banyak pilihan atau alternatif teknologi spesifik.

5. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat tani di Provinsi Bengkulu.

(11)

2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi Bengkulu, bahkan dapat dipasarkan di luar daerah sehingga perbenihan menjadi kegiatan agribisnis yang menguntungkan bagi petani dan masyarakat luas.

9 Jangka Waktu : 5 tahun (2011 -2015).

10

11

Biaya

Biaya setelah revisi :

:

Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah ) (Anggaran sebelum revisi).

Rp. 238.453.000,- (Dua Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Empat Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah)

(12)

SUMMARY

1. Title : Breeding Seed Supplay Of New I nproved Varieties by Management Unit For Breeding Seed in Bengkulu Province

2. I nstitute : Bengkulu Assessment I nstitute For Agricultural Technology (AI AT)

3. Objectives : I n 2014 :

1. To supply breeding seed of new improved varieties of rice having good adaptation (location

specific) for breeding with productin target in 2014 up to 20 tons of breeding seed (Fondation Seed and Stock Seed).

2. To accelerate adaption and spreading new improved varieties in Bengkulu.

3. To evaluate Management Unit for Breeding Seed (UPBS) and productivity of rice breeders in Bengkulu Province.

4. To mapp spreading rice new improved variety released by Agency for Agricultural Research and Development (AARD).

I n 2015 :

1. To increase harmony and synergy among breeding institution in supplying improved seed having high quality for farmers in Bengkulu Province.

2. Farmer understand and adap in using high quality of new improved varieties as an effort to increase rice productivity and production. 3. To compile accurate data base coneted with

demand of seed, seed production, spreading new improved varieties (map) in Bengkulu Province.

4. To build Managemnt Unit for Breeding Seed (UPBS). As profesional and self-supplier of breeding seed able to colaborate with regional breeding seed.

4. Output : I n 2014 :

1. Breeding institution and rice breeders get rice breeding seed form UPBS exactly.

(13)

3. I nformation conneeting with UPBS performance and productivity of breeders in Bengkulu Province.

4. Map of spreading and developing in using new improved varieties of rice released by AARD.

I n 2015 :

1. Harmony and synergy among breeding institution in supplying supperior seed having high quality for farmers in Bengkulu Province. 2. New improved varieties have been understood

and adopted by farmers broadly in increasing rice productivity and production.

3. Accurate data base of seed demand, regional breeding institution, spreading seed, and map of developing of site-specific of new improved varieties in Provinsi Bengkulu.

4. UPBS to be institution as professional and self breeding seed suplier and able to colaborate actively with regional breeding institution.

5 Methodology : UPBS will be conducted in Bengkulu Province by seed production on farmers filed with controling quality from AI AT and certification institute. UPBS activities consist of preparation, execation and evaluation. The preparation incluted activities of arrangment of proposal (RODHP and Juklak) the excetion activities consists of a). Coordination among internal and external institution. b). Seed production. c). Assistance for breeders. d). Reporting and evaluation.

6 Achievements : 1. I n 2012, UPBS have distributed 17 962 kg of seed rice produced by UPBS.

2. I n 2013, UPBS have produced rice improved varieties og rice (I npara, I npari, I npago), corn and soy bean.

3. Alternative recommandation to increase performance of breeding institution.

4. Map about address and location of breeders and breedingistitution in Bengkulu Province. 7. Benefits : 1. Regional breeding institutions included

breeders can get breeding seed case easely in exacely volume, variety, time, site, price and quality.

(14)

varieties directly on the field through various disemination activities.

3. Farmers get adaptive varieties untuk high potencial yield and tolerant for manykinds of extreem environment.

4. Specific agroecosystem of seeds/ varieties can be supplied fastly and axactly.

5. Regional breeding institution can do internal improvement as an efort to do duty and fanction as high quality of breeding institution in Bengkulu Province.

8. I mpact : 1. Adoption for supperior seed has impact in creasing rice productivity and production in Bengkulu Province. The increasing of productivity will cause increasing of farmers income. This condition will support rice self suficient.

2. Seed production can be improved as agribusiness activity with profit oriented for farmers and commonities.

9 Period : 5 years (2011 -2015).

10 Budget : Rp. 300.000.000,- (Three Hundred Millions Rupiah)

(15)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang Pertanian berkewajiban untuk mempercepat penyebarluasan varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Percepatan penyebarluasan varietas dilakukan melalui pembentukan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) di setiap BPTP berdasarkan Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 142/ Kpts/ OT.160/ I / 5/ 2011 tentang UPBS (Badan Litbang Pertanian, 2011).

UPBS merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengakomodasi perubahan lingkungan strategis dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis yang diantaranya adalah padi, jagung dan kedelai (BBP2TP, 2013). Keberadaan UPBS diharapkan dapat menjamin pemenuhan 6 tepat perbenihan yaitu tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga.

VUB merupakan salah satu inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian dalam peningkatan produktivitas dan produksi pangan (Saryoko, 2009). VUB perlu dipromosikan dan diseminasikan dalam percepatan adopsi dan dif usi teknologi (Ruskandar, 2012). Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan swasembada dan swasembada pangan berkelanjutan.

UPBS dilembagakan sebagai bentuk tindakan reponsif atas lemahnya kinerja kelembagaan perbenihan di daerah, kurangnya promosi dan diseminasi VUB oleh Balai Besar Penelitian/ Balit komoditas, minimnya stok dan logistik benih VUB adaptif serta jauhnya rentang kendali antara produsen (sumber benih: Balai Besar Penelitian dan Balit Komoditas) dan pengguna benih (BBI , BBU dan petani penangkar). UPBS di BPTP mempunyai mandat untuk menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS dengan jumlah dan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial budaya setempat (BBP2TP, 2013).

(16)

padi yang akan diproduksi adalah I npari, I npara, I npogo yang adaptif pada tipe lahan sawah, rawa dan lahan kering.

1.2 Dasar Pertimbangan

1. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,29 t/ ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2012).

2. Tingkat kesadaran petani dalam memanfaatkan VUB spesifik lokasi masih rendah. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya promosi, kampanye dan diseminasi VUB spesifik lokasi serta lemahnya kinerja perbenihan dalam penyediaan logistik VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

3. Peningkatan produktivitas perlu didukung melalui penggunaan VUB padi. Pada tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB dengan produksi benih sebanyak 33,15 ton padi, maka untuk tahun 2014 target produksi benih padi bisa ditingkatkan menjadi 42 ton namun karena adanya revisi anggaran target produksi tahun 2014 dirasionalkan menjadi 20 ton.

4. Penyebarluasan VUB spesifik lokasi dapat diwujudkan secara cepat dengan cara mendekatkan teknologi kepada stakeholders(pengambil kebijakan) dan petani pengguna. Keunggulan VUB dapat disebarluaskan kepada petani maupun stakeholders melalui kegiatan demplot, penangkaran, temu lapang dan temu usaha. VUB cepat diadopsi jika stakeholders dan petani yakin bahwa VUB yang ditawarkan dapat meningkatkan produktivitas, kualitas hasil serta pendapatan usahatani.

5. UPBS dapat berperan sebagai penyedia logistik benih dan agent dalam mempromosikan/ menyebarluaskan VUB Badan Litbang Pertanian.

(17)

1.3 Tujuan

Tujuan kegiatan Produksi Benih UPBS pada tahun 2014 adalah:

1. Menyediakan benih sumber (logistik) VUB padi spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih (kelas FS dan SS).

2. Mempercepat proses adopsi dan penyebaran VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi teknologi.

3. Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu.

4. Memetakan penyebaran dan pengembangan VUB padi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Tujuan tahun 2015 adalah :

1. Menciptakan harmonisasi dan sinergi antar lembaga perbenihan (UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.

2. Petani memahami dan mengadopsi penggunaan VUB berkualitas yang spesifik lokasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi. 3. Menyusun data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga

perbenihan daerah (BBI , BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. Membentuk UPBS sebagai penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

1.4 Keluaran yang Diharapkan

Keluaran tahun 2014 :

1. Lembaga perbenihan (BBI , BBU) dan petani penangkar mendapatkan benih sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat.

(18)

3. Kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu. 4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUB padi Balitbangtan.

Keluaran Tahun 2015 :

1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan (UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.

2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami dan diadopsi secara masif oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai).

3. Data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah (BBI , BBU, penangkar), penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber (logistik) yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat dari UPBS BPTP Bengkulu bagi stakeholders:

1. Lembaga perbenihan di daerah termasuk petani penangkar dapat dengan mudah mendapatkan benih sumber dengan tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga.

2. Petani dan lembaga perbenihan daerah mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan varietas yang dikembangkan melalui berbagai kegiatan diseminasi (penangkaran, temu lapang, media cetak dan elektronik).

3. Petani mendapatkan varietas adaptif yang sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik, sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam usaha tani.

(19)

5. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat tani di Provinsi Bengkulu.

Dampak yang diharapkan dari UPBS BPTP Bengkulu diantaranya adalah:

1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifik lokasi berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.

(20)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas. Swasembada beras pada tahun 1984 di I ndonesia tidak terlepas dari introduksi varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan melalui program Bimas, I nmas, I nsus, dan Supra I nsus (Nugrahaet al., 2007). Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.

Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009). Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi (Kementerian Pertanian, 2010). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi tanaman.

Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul relatif masih terbatas. Benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang (Daradjat et al., 2008).

(21)

peningkatan produksi dan mutu beras apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Daradjat et al., 2008).

Petani di Bengkulu sudah mulai menggunakan varietas unggul berlabel secara mandiri. Sebelumnya, penanaman varietas unggul dalam skala luas hanya dilakukan jika ada bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program, seperti subsidi benih, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dan bantuan benih unggul pada lahan display dan demfarm SL-PTT.

Menurut data BPS Provinsi Bengkulu (2013), luas panen padi sawah di Bengkulu adalah 128.131 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25 kg benih, maka kebutuhan benih mencapai 3.203.275 kg atau sekitar 3,203 ton/ tahun. Bantuan benih melalui BLBU dan SL-PTT di Bengkulu mencapai 519.305 kg, atau 16,21% dari kebutuhan benih total (Wibawa et al., 2013).

Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu, maka diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Hal ini telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, Permentan Nomor 39/ Permentan/ 05.140/ 8/ 2006 tentang Produksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01/ KPTS/ HK.310/ C/ I / 2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan (Hanizar dan Barianto, 2011).

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan, pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi dibedakan atas beberapa kelas yaitu benih penjenis (label kuning), benih dasar (label putih), benih pokok (label ungu), dan benih sebar (label biru). Dari 10 kg benih penjenis dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih padi seluas 480.000 ha (I rawan, 2011). Prosedur sertifikasi benih terdiri atas 5 tahapan yaitu permohonan sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih, pengujian benih, dan pelabelan.

(22)
(23)

I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1 Lokasi kegiatan dan w aktu

Kegiatan Produksi Benih/ UPBS pada tahun 2014 dilaksanakan di Provinsi Bengkulu diantaranya di Kabupaten Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, Mukomuko, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari–Desember 2014. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa kriteria yaitu (1) merupakan daerah sentra padi di masing-masing kabupaten/ kota, (2) Lahan sawah mudah dijangkau dan didukung irigasi yang memadai melalui kerjasama dengan petani penangkar, (3) Bukan merupakan daerah endemis hama dan penyakit utama padi.

3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

UPBS merupakan kegiatan lanjutan yang dimulai dari tahun 2011. Ruang lingkup kegiatan Produksi Benih/ UPBS pada tahun 2014 meliputi ( a) koordinasi internal dan antar institusi, (b) pelaksanaan penangkaran di lahan petani penangkar, (c) promosi dan sosialisasi benih sumber, (d) pemetaan dan penyebarluasan VUB (e) penjaringan respon dan umpan balik dari stakeholders. UPBS dilakukan secara rutin tiap tahun, kegiatan UPBS dilaksanakan di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2015 diharapkan UPBS sudah menjadi lembaga yang profesional serta mampu berperan aktif dan bersinergi dengan lembaga perbenihan daerah. Produksi benih diutamakan untuk kebutuhan benih sumber di Provinsi Bengkulu.

3.3 Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Produksi Benih/ UPBS antara lain benih VUB padi (I npari 6, I npari 7, I npari 10, I npari 13, I npari 15 dan I npari 20, Banyuasin, I npara 2, I npara 6, I npago 8) kelas BS dan FS, saprodi pupuk (pupuk ponska, urea), pestisida (herbisida, insektisida, fungisida).

(24)

3.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 3.4.1 Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi penyusunan Rencana Operasional Diseminasi Hasil Penelitian (RODHP) dan petunjuk pelaksananaan (Juklak). RODHP dan juklak disusun bersama antara penanggung jawab dan anggota tim kegiatan.

• Penyusunan RODHP

RODHP disusun untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagai penjabaran dari proposal/ RDHP. RODHP lebih rinci memuat aspek administrasi/ keuangan dan kegiatan yang telah dilaksanakan.

• Penyusunan Juklak

Kegiatan teknis di lapangan dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan ( juklak) kegiatan diseminasi yang berisi tahapan teknis kegiatan secara rinci di lapangan.

3.4.2 Pelaksanaan kegiatan

Target produksi benih UPBS BPTP Bengkulu sebesar 20 ton benih padi berlabel putih dan benih berlabel ungu. VUB yang ditangkarkan sebagai benih sumber, diantaranya adalah I npari 6, I npari 7, I npari 10, I npari 13, I npari 15 dan I npari 20, Banyuasin, I npara 2, I npara 6 dan I npago 8 untuk mengantisipasi permintaan benih padi yang cukup tinggi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2014.

Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.

(25)

koordinasi dilakukan pada t ahap persiapan untuk perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan setempat dan sesuai dengan kebutuhan maupun menampung aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan harus disebarluaskan, agar stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi ketersediaan benih di UPBS.

Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders) di provinsi dan kabupaten maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya di tingkat kabupaten dilakukan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB Provinsi). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/ Balit lingkup Badan Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi (BB Pengkajian, BB Padi dan Balitkabi).

Koordinasi dengan instituasi di tingkat provinsi dan kabupaten, khususnya dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU (alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi.

2. Produksi benih sumber

Penentuan lokasi dan petani kooperator

Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.

Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih

(26)

3. Percepatan proses adopsi VUB Spesifik lokasi

Percepatan proses adopsi VUB spesifik lokasi dipercepat melalui pembinaan petani penangkar, sosialisasi, promosi dan distribusi benih. Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang diantaranya adalah sosialisasi dan temu lapang. Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada pengguna, maka dapat dilakukan dengan promosi/ diseminasi dan (2) komersial.

Distribusi dengan kegiatan promosi/ diseminasi

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada Dinas Pertanian (provinsi/ kabupaten/ kota), Badan Koordinasi Penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/ kota setempat.

(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.

(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui Dinas Pertanian kabupaten/ kota dan/ atau Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian kabupaten/ kota.

(4) Temu lapang hasil kegiatan penangkaran.

(5) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih

Distribusi benih secara komersial

Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dij ual, maka hasil penjualan sepenuhnya disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

(27)

dari berbagai sumber diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT. SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan, dianalisis dan dipetakan.

3.4.3 I ndikator pencapaian

• Produksi benih padi.

• Jumlah benih padi yang diproduksi dan disalurkan oleh UPBS BPTP Bengkulu. • Kemampuan UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih sumber di Provinsi

Bengkulu.

• Jumlah penangkar yang dibina.

(28)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi internal telah dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan tim dalam rencana pelaksanaan kegiat an UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.

Koordinasi antar institusi di tingkat regional (stakeholders) di provinsi dan kabupaten. Khususnya di tingkat kabupaten dilaksanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Penyuluhan Kabupaten Mukomuko, Kepahiang, Rejang Lebong, Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Lebong, Kaur dan Kota Bengkulu).

Koordinasi dengan instituasi di tingkat provinsi dan kabupaten, khususnya dengan pihak Dinas Pertanian dan BPSB provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas yang ada di Provinsi Bengkulu, juga dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi.

Koordinasi di tingkat nasional telah dilakukan melalui pertemuan open house UPBS Balitkabi Malang dan rangkaian kegiatan PENAS di Malang Jawa Timur pada tanggal 8 Juni sampai dengan 12 Juni 2104, selain itu juga dilakukan koordinasi pada Balai Besar pengkajian dalam rangka perbaikan proposal, RDHP dan RODHP. Koordinasi tingkat nasional dilakukan juga pada Balai Besar Padi dalam rangka mendapatkan informasi ketersediaan benih padi baik itu varietas beserta deskripsinya, volume benih, maupun kelas benih yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi benih/ UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014, disajikan pada Tabel 1.

(29)

ketersediaan benih di UPBS. Jumlah dan varietas padi yang diintroduksi dari BB Padi pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Varietas dan j umlah benih padi untuk kegiatan Produksi Benih/ UPBS Tahun 2014.

No Varietas Jumlah (kg) Kelas benih

1 I npari 7 25 Breeder Seed (BS)

2 I npari 15 25 Breeder Seed (BS)

3 I npari 20 25 Breeder Seed (BS)

4 I npago 8 25 Breeder Seed (BS)

5 I npara 6 25 Breeder Seed (BS)

6 I npara 2 75 Breeder Seed (BS)

7 Banyu asin 5 Breeder Seed (BS)

8 I npari 13 45 Breeder Seed (BS)

Jumlah 250

4.2. Produksi benih sumber

4.2.1. Penentuan lokasi dan petani kooperator

Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan prinsip agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/ varietas lain. I solasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.

(30)

Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan petani/ penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(1) Melakukan identifikasi calon petani/ penangkar dan identifikasi lahan calon lokasi produksi yang bersedia bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini ada beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya adalah calon petani/ penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan menerapkan informasi teknologi.

(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi, kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil. Perjanjian mencantumkan lingkup kegiatan, waktu, lokasi, dan teknis kegiatan.

BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk produksi benih sumber dilakukan di lahan petani dengan sistem investasi dan sewa lahan. Sistem investasi adalah sistem kerjasama dengan perjanjian bahwa petani memberikan hasil panen padi dalam bentuk gabah atau calon benih kepada pihak UPBS BPTP Bengkulu sebesar biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi benih di lahan petani kooperator/ penangkar. Harga disesuaikan dengan harga gabah pada waktu panen. Untuk produksi benih padi dilakukan dengan menggunakan sistem kerja sama investasi, karena sistem kerjasama bagi hasil belum biasa dilakukan dan tidak ada kesepakatan. Sistem sewa lahan petani belum dapat dilaksanakan karena sebagian besar petani menginginkan sewa lahan yang cukup tinggi mencapai Rp. 25.000.000,-/ tahun.

Lokasi dan petani penangkar dipilih berdasarkan kriteria : (1) Lokasi strategis, (2) Kondisi lahan subur dan irigasi/ drainase cukup, (3) Petani kooperatif dan pernah menjadi penangkar benih. Kegiatan penyediaan benih sumber VUB padi melalui UPBS di Provinsi Bengkulu di lakukan pada lahan sawah irigasi petani penangkar seluas 25 ha. (Tabel 2).

Tabel 2. Petani penangkar dan lokasi kegiatan produksi benih/ UPBS BPTP Bengkulu tahun 2014.

I npara 2 FS 1 Mulyansyah Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab. Bengkulu Tengah

I npara 2 FS 1 Burhan Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab. Bengkulu Tengah

I npari 13 FS 1 Kusworo Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 10 FS 1 Raki Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 10 FS 1 Suwadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

(31)

4.2.2. Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih padi

Budidaya

Varietas padi yang diproduksi adalah I npara 2, I npara 6, Banyuasin, I npari 7, I npari 10, I npari 13, I npari 15, I npari 20 dan I npago 8. Teknik budidaya penangkaran adalah sebagai berikut : 1) Sistem tanam legowo, 2) Tanam bibit muda, 2-3 bibit/ rumpun, 3) Pupuk dengan dosis 300 kg Ponska dan 200 kg Urea per hektar, 4) Pengendalian OPT (gulma, hama, penyakit) dengan pendekatan PHT.

I npari 10 FS 1 Leli Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 10 FS 1 Aniar Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 10 FS 0,5 Jahari Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 10 FS 0,5 Mahadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

I npari 2 BS 1 Marleni KWT. Putri Tanjung Ds. Taba Teret Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

I npara 2 BS 1 Ujang Kel. Perintis Makmur Ds. Bajak 1 Kec. Taba Penenjung Kab. Bengkulu Tengah I npari 7 BS 1 M. Yani Kel. Perintis Makmur Ds. Bajak 1 Kec. Taba

Penenjung Kab. Bengkulu Tengah

I npara 6 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npago 8 BS 1 Elon Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npari 13 BS 0,75 Sahafudin Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npari 15 BS 0,75 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npari 15 BS 0,25 Lukman Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npari 20 BS 1 I in Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

Banyu asin BS 0,25 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

I npara 2 BS 1 Ngadimo Kel. Mekar Sari d. Tirta Mulya Kec. Air Majunto Kab. Mukomuko

I npara 2 BS 1 Sugeng Kel. Mekar Sari d. Tirta Mulya Kec. Air Majunto Kab. Mukomuko

I npari 6 FS 1 Ajad Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec. Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara I npari 6 FS 1 Ramdani Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec.

Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara I npari 6 FS 1 Bambang Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec.

Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara I napara 2 FS 1 Sofiyan Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba

Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

I napara 2 FS 1 Busli Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

I napara 2 FS 1 Saiful Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

(32)

Kondisi pertanaman varietas I npara 2, I npari 6, I npari 13 dan I npari 10 sudah panen dan varietas I npara 6, I npari 7, Banyuasin, I npari 15, I npago 8 masih dipertanaman serta I npari 13 juga masih ada yang dipertanaman.

Roughing

Untuk produksi benih perlu dilakukan roughing. Roughing adalah membuang tanaman tipe simpang (off type), campuran varietas lain (CVL) yang memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas yang diperbanyak. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi. Roughing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai siap panen. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar produksi benih memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya. Roughing dilakukan dengan petugas pengawas benih tanaman (PBT) bersama dengan penangkar dan tim UPBS BPTP Bengkulu.

Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST) dan fase akhir vegetatif (50-60 HST)

• Tanaman yang tumbuh di luar jalur/ barisan.

• Tanaman/ rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman/ rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Panen dan Pasca Panen

(33)

benih dengan malai sisa rouging, 3) disiapkan peralatan yang digunakan untuk panen (sabit, karung, terpal, alat perontok atau thresher, karung, dan tempat/ alat pengering), 4) Alat-alat yang digunakan dibersihkan sebelum panen dilakukan, 5) Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan gabah dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih, 6) Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman di bagian tengah, kemudian bagian tanaman yang dipanen dirontok dengan thresher, atau memotong batang tanaman di bagian bawah dan bagian tanaman yang dipanen digebot, 7) Pengukuran kadar air biji atau benih pada saat tanaman dipanen menggunakan moisture tester, 8) Calon benih kemudian dimasukkan ke dalam karung dan diberi label: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman, dan berat calon benih, lalu diangkut dan segera dikeringkan.

Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang paling mendapat perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak, dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kondisi lapang dengan kisaran yang lebih luas. Untuk itu cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah akan menentukan mutu benih.

Kadar air merupakan faktor yang sangat penting dalam pasca panen untuk benih. Kadar air benih pada saat panen berkisar antara 14 % sampai dengan 21,23 % . Calon benih yang diangkut ke gudang UPBS BPTP Bengkulu berjumlah 3.850 kg yang merupakan bagi hasil dengan sistem investasi. Calon benih yang ada dipetani disarankan untuk diproses menjadi benih. Sebagian besar petani belum mampu memproses benih dengan alasan minimnya sarana, kebutuhan mendesak dan cukup rumit, pemasaran sulit.

Prosesing dan Sertifikasi

(34)

benih yang dijemur dan kadar air benih dilakukan setiap 2-3 jam sekali. Pengeringan dilakukan hingga kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

Permasalahan dalam penjemuran dengan cara alami dengan mengandalkan cahaya matahari adalah sangat tergantung cuaca. Di Bengkulu cuaca tidak menentu, sering terjadi mendung dan hujan sehingga proses pengeringan lambat dan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang banyak. Apabila penjemuran dilakukan di petani resiko benih tercampur tinggi.

Prosesing meliputi pembersihan benih dan pemilahan (grading). Tujuan pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi). Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih (air screen cleaner) untuk meningkatkan efisiensi prosesing. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam prosesing benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di antaranya adalah:

• Sebelum proses prosesing dimulai perlu disiapkan, dicek peralatan, dan dibersihkan alat-alat yang digunakan, serta dipastikan peralatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih lainnya.

• Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan untuk varietas lainnya.

• Menempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi label yang jelas di dalam dan diluar karung.

• Mesin/ alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya, untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

Pengemasan

(35)

mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, efektif tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air benih, viabilitas benih, dan serangan hama penyakit serta gudang selama penyimpanan.

Sementara pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sambil menunggu hasil uji laboratorium dan label selesai dicetak, benih dikemas dalam karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Untuk tujuan komersial, benih dikemas dalam kantong plastik. Pengemasan dilakukan setelah sampel benih dinyatakan lulus oleh BPSB melalui uji laboratorium. Label benih dimasukkan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih tersebut dilakukan untuk menghindari pemalsuan.

Penyimpanan

Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi yang mampu mempertahankan mutu benih selama periode simpan, bahkan lebih lama. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan, dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak disimpan. Kondisi ruang simpan yang nyata mempengaruhi daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang penyimpanan.

Kondisi ruang simpan yang baik untuk benih-benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi, adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (1) untuk setiap penurunan 1% kadar air atau 5,5° C suhu ruang simpan melipatgandakan daya simpan benih. (2) ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (° F) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC (air conditioner).

(36)

Produksi benih padi yang dihasilkan dari kerjasama UPBS BPTP Bengkulu dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU) pada tahun 2014 adalah sebanyak 34,56 ton (Tabel 3).

Tabel 3. Produksi benih sumber UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihan tahun 2014 di Provinsi Bengkulu.

No Varietas

Prod. 2014 (b) 4.176 23.884 28.060

Total Stok (a+ b) 5.114 23.884 28.998

Calon Benih

18 Banyuasin FS 400 Banyuasin FS 320 720

Produksi benih tahun

2014 (c) 2.150 4.350 6.500

Total Produksi (d)

(a+ b+ c) 7.264 28.234 35.498

Stok 2013 (e) 938 0 938

Produksi 2014 (d-e) 6.326 28.234 34.560

(37)

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa benih yang dihasilkan dan dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu pada tahun 2014 adalah 6,33 ton yang terdiri dari 4,18 ton benih yang sudah bersertifikasi/ berlabel dan sebanyak 2,15 ton calon benih yang masih dalam prosesing. Benih yang dikelola oleh petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU) mencapai 28,23 ton, sehingga total produksi benih padi dari kerjasama UPBS dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan mencapai 34,56 ton.

Produksi benih yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu hanya 6,33 ton, hal ini terjadi karena dengan kesepakatan kerjasama yang dilakukan melalui sistem investasi masih lemah dalam hal penentuan harga calon benih per kilogram.

Berdasarkan kelas benih UPBS BPTP Bengkulu bekerjasama dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU) telah memproduksi benih padi dengan kelas benih FS sebanyak 15,05 ton dan kelas benih SS sebanyak 19,51 ton (Tabel 4). Untuk kelas benih FS yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu adalah sebanyak 3,81 ton dan kelas benih SS sebanyak 2,52, sedangkan sebanyak 11,24 ton dengan kelas benih FS dan 16,99 ton dengan kelas benih SS dikelola oleh petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU).

Tabel 4. Rekapitulasi produksi benih sumber kelas benih FS dan SS UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihan tahun 2014.

(38)

Benih sdh bersertifikasi

5 I npara 2 FS 1.080 I npara 2 FS 4.334 5.414

6 I npari 7 FS 124 I npaari 7 FS 500 624

Jumlah (3) 1.204 4.834 6.038

Kelas Benih SS

12 Banyuasin FS 400 Banyuasin FS 320 720

Jumlah (4) 2.150 4.350 6.500

Jumlah FS (1+ 2+ 3+ 4) 4.557 11.224 15.801

Jumlah (2) 2522 16990 19512

Jumlah FS Tahun 2103 753 0 753

Jumlah SS Tahun 2013 185 0 185

Jumlah FS+ SS Tahun 2013 938 0 938

Jumlah FS Tahun 2014 3804 11244 15048

Jumlah SS Tahun 2014 2522 16990 19512

(39)

4.3. Percepatan proses adopsi VUB Spesifik lokasi

UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai media diseminasi. Proses adopsi VUB spesifik lokasi dipercepat melalui pembinaan petani penangkar, promosi, sosialisasi dan distribusi benih. Selanjutnya untuk lebih memasyarakatkan VUB yang dihasilkan oleh UPBS maka dilakukan serangkaian kegiatan promosi dan diseminasi melalui kegiatan temu lapang.

Diseminasi melalui kegiatan temu lapang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 di lokasi penangkaran Kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil kegiatan temu lapang bertujuan agar petani dan petugas dapat mengenal, mengetahui dan memahami penyediaan dan percepatan penyebaran VUB padi melalui UPBS BPTP Bengkulu.

Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/ instansi lingkup pertanian tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang dan sinkronisasi/ koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak ( leaflet dan buku deskripsi varietas) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.

I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat -sifat sebagai berikut:

1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.

2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.

3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia.

4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.

6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (Kartono, 2009).

(40)

1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik.

2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang minimal.

3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.

4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi. 5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.

VUB yang ditangkarkan oleh UPBS adalah varietas yang adaptif dan spesifik lokasi. Penyebaran atau distribusi VUB melalui kegiatan penangkaran UPBS dilakukan pada 10 kabupaten/ kota pada umumnya dengan sistem promosi dan komersial.

Distribusi dengan kegiatan promosi/ diseminasi

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada Dinas Pertanian (provinsi/ kabupaten/ kota), Badan Koordinasi Penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/ kota.

(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.

(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui Dinas Pertanian kabupaten/ kota dan/ atau Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian kabupaten/ kota yang.

(4) Temu lapang hasil kegiatan penangkaran.

(5) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih

(41)

Distribusi dengan kegiatan promosi/ diseminasi

Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil penjualan sepenuhnya disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Distibusi benih secara komersial dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 48 Tahun 2012. Untuk kelas benih FS didistribusikan dengan harga Rp. 9000/ kg, kelas benih SS dengan harga Rp. 7000/ kg.

Benih padi yang telah lulus sertifikasi dan telah berlabel pada tahun 2014 sebanyak 4,18 ton dan sisa stok benih tahun 2013 sebanyak 938 kg dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu, sedangkan sebanyak 23,88 ton dikelola oleh petani panangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU). Hasil dari kegiatan tahun 2014 dan sisa stok dari kegiatan tahun 2013 yang dikelola oleh UPBS telah terdistribusi secara komersial dan promosi sebanyak 3,09 ton, yang terdiri dari varietas I npara 2 (FS) sebanyak 280 kg, I npari 10 (FS) sebanyak 698 kg, I npari 13 (FS) sebanyak 25 kg, I npari 20 (SS) sebanyak 185 kg, I npago 8 (SS) 550 kg, I npara 2 (SS) sebanyak 900 kg dan I npari 6 (FS) sebanyak 450 kg.

(42)

Tabel 5. Stok dan distribusi benih padi kegiatan penangkaran UPBS BPTP Bengkulu dan petani penangkar serta lembaga perbenihan tahun 2014.

No Stok Benih Terdistribusi (Kg) Sisa Stok Benih (Kg) Keterangan

Varietas Kelas

Benih

Volume (Kg) UPBS Balai

Benih/ Petani

Jumlah distribusi

UPBS Balai Benih/ Petani

Jumlah Sisa Stok Benih UPBS Balai

Benih/ Petani

Jumlah Stok Benih

1 I npara 2 FS 30 0 30 30 30 0 0 0

2 I npari 10 FS 698 0 698 698 698 0 0 0

3 I npari 13 FS 25 0 25 25 25 0 0 0

4 I npari 20 SS 185 0 185 185 185 0 0 0

Jumlah distribusi (1)

938 0 938 938 938 0 0 0 Dari sisa

stok benih tahun 2013

5 I npago 8 SS 550 800 1.350 550 550 0 800 800

6 I npara 2 SS 900 1.562 2.462 900 900 0 1.562 1.562

7 I npari 6 FS 450 2.060 2.510 450 450 0 2.060 2.060

8 I npara 2 FS 1.080 4.334 5.414 250 250 830 4.334 5.164

9 I npaari 7 FS 124 500 624 124 500 624

10 I npari 13 SS 778 3.000 3.778 778 3.000 3.778

11 I npari 10 SS 294 1.628 1.922 294 1.628 1.922

12 I npari 10 SS 0 10.000 10.000 3.500 3.500 0 6.500 6.500

Jumlah stok benih 5.114 23.884 28.998

(43)

4.4. Kinerja UPBS dan Produktivitas Petani Penangkar

Pada tahun 2014 UPBS bekerjasama dengan petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU) mampu memproduksi benih padi sebanyak 34,56 ton benih, yang dikelola oleh UPBS BPTP Bengkulu sebanyak 6,33 ton, sedangkan yang lainnya sebanyak 28,23 ton dikelola oleh petani penangkar dan lembaga perbenihan (BBI / BBU) yang tersebar di seluruh Provinsi Bengkulu.

UPBS BPTP Bengkulu juga telah melakukan pembinaan terhadap 9 kelompok tani petani penangkar yang beranggotakan 550 orang di 7 kabupaten (Kepahiang, Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong, Lebong dan Kota Bengkulu) dengan .

Selanjutnya UPBS BPTP Bengkulu juga telah melakukan suvey terhadap lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu. Survey ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas, sapras, dan permasalahan peran dari lembaga perbenihan (BPSB, BBI , BBU, penangkar). Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa di Provinsi Bengkulu ada 6 Kabupaten/ kota yang memiliki Balai Benih Padi, keragaaan lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 6.

(44)

Tabel 6. Keragaan lembaga perbenihan padi di Provinsi Bengkulu

Lembaga Perbenihan KABUPATEN DAN ORDI NAT SAWAH (HA)

PRODUKSI / TAHUN

(TON)

SDM KELEMBAGAAN PERMASALAHAN

Balai Benih I nduk (Dinas Pertanian Provinsi)

Kepahiang S.03.37.284 E.102.33.395 Elevasi 574 m

2,00 4,00 13 Eselon I I I - Bangunan banyak yang sudah rusak - Peralatan prosesing terbatas

- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan tidak optimal

Balai Benih I nduk Mukomuko 2,00 4,00 1 Masih di bawah

Kabid. Pertanian

- SDM sangat terbatas

- Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Sistem pengganggaran belum jelas

- Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi Balai Benih Padi dan Palawija Lebong

S. 03.08.280 E. 102.14.578 Elevation 360 m

5,54 5,00 7 Eselon I V - SDM sangat terbatas

- Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat terbatas

- Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Anggaran terbatas

Balai Benih Padi dan Palawija Rejang Lebong S.03.27.112 E.102.29.803 Elevation 628 m

3,00 3,00 6 & 1 Eselon I V - Peralatan prosesing terbatas

- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan tidak optimal

- Anggaran dan SDM terbatas Balai Benih Pembantu Kota Bengkulu

S.03.27.111 E.102.29.804 Elevation 42 m

8,00 0,00 9 Masih di bawah

Kabid. Pertanian

- Peralatan prosesing dan laboratorium minim - Sistem pengganggaran belum jelas

- Kelembagaan masih di bawah Kabid. Produksi - Anggaran tidak tersedia

Balai Benih Pembantu Bengkulu Selatan S.03.09.593 E.102.10.131 Elevation 36 m

5,00 5,00 3 Eselon I V - Peralatan prosesing terbatas

- Perlu peningkatan kompetensi SDM, pelatihan sangat terbatas

- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan tidak optimal

- Anggaran dan SDM terbatas - SDM Terb

Balai Benih Utama Padi Kaur S.04. 26.734 E 102.54.305 Elevation 14 m

1,5 1,50 3 Masih di bawah

Kabid. Pertanian

- Peralatan prosesing terbatas

- Saluran air irigasi rusak sehingga pemanfaatan lahan tidak optimal

(45)

Tabel 6 menunjukkan bahwa lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu masih belum tangguh dan sehat. Hal ini dikaitkan dengan produktifitas, efisiensi, daya saing, dan berkelanjutan produksi belum tergambar secara jelas. Kondisi ini juga memberikan gambaran bahwa lembaga perbenihan belum mendapatkan perhatian yang cukup serius.

Jika dicermati dari segi agroekosistemnya, terutama ketinggian tempat dari lokasi lembaga perbenihan posisinya berada pada kategori dataran rendah hingga dataran menengah (14-628 m di atas permukaan laut, dpl). Varietas spesifik lokasi yang adaptif juga perlu diketahui oleh pengelola lembaga perbenihan agar dapat memilih varietas yang adaptif, tepat dan sesuai dengan preferensi petaninya. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dan produktivitasnya tinggi. Ke depan lembaga perbenihan daerah hendaknya tidak hanya berperan sebagai penyedia benih, tetapi juga bersinergi dengan para penyuluh berupaya untuk mendiseminasikan varietas-varietas yang dihasilkan agar ada akselerasi adopsi dan difusi antar petani.

Dilihat dari aspek kelembagaannya, penamaan lembaga perbenihan di tiap kabupaten berbeda-beda. Masing-masing lembaga perbenihan di Kabupaten dan provinsi belum terjalin networking yang baik. Hal ini ditunjukkan dari asal benih sumber dan promosinya yang juga belum berjalan dengan baik. Tiap lembaga terkesan melaksanakan tupoksinya masing-masing tanpa atau dengan kadar koordinasi dan integrasi yang minim.

Dari Tabel 6 juga terlihat dari aspek dari aspek luas lahan sawah yang dimiliki oleh lembaga perbenihan juga vareatif mulai dari 1 sampai dengan 8 ha, padahal ada ketentuan luas minimal yang dipersyaratkan untuk dapat mencapai output dan kinerja lembaga perbenihan. Dengan luas lahan yang hanya 1 ha, mungkin tidak efisien jika dibandingkan dengan jumlah ataupun investasi infrastruktur, bangunan dan SDM. Sementara lembaga perbenihan dengan lahan yang cukup luas, 8 ha misalnya, tidak mempunyai anggaran yang memadai untuk operasional.

(46)

Produktivitas petani penangkar pada pelaksanaan kegiatan UPBS berkisar antara 4,3-7,8 ton ha (Tabel 7).

Tabel 7. Varietas, luas lahan, petani kooperator dan produktivitas kegiatan penangkaran UPBS tahun 2014.

1 I npara 2 FS 1 Mulyansyah Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab. Bengkulu Tengah

5,5

2 I npara 2 FS 1 Burhan Desa Dusun Baru Kec. Pondok Kubang Kab. Bengkulu Tengah

5,7

3 I npari 13 FS 1 Kusworo Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,6

4 I npari 10 FS 1 Raki Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,8

5 I npari 10 FS 1 A. Suwadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,4

6 I npari 10 FS 1 Anita Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,0

7 I npari 10 FS 1 Leli Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,3

8 I npari 10 FS 1 Aniar Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

7,3

9 I npari 10 FS 0,5 Jahari Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

4,5

10 I npari 10 FS 0,5 Mahadi Kel. Harapan Jaya Desa Peraduan Binjai Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

6,8

11 I npari 2 BS 1 Marleni KWT. Putri Tanjung Ds. Taba Teret Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

4,5

12 I npara 2 BS 1 Ujang Kel. Perintis Makmur Ds. Bajak 1 Kec. Taba Penenjung Kab. Bengkulu Tengah

4,3

(47)

16 I npari 13 BS 0,75 Sahafudin Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

7,3

17 I npari 15 BS 0,75 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

7,0

18 I npari 15 BS 0,25 Lukman Kel. Embun Pagi Kel. Panorama Kec. Singaran

20 Banyuasin BS 0,25 Suparno Kel. Gambung Jaya Kel. Panorama Kec. Singaran Pati Kota Bengkulu

7,8

21 I npara 2 BS 1 Ngadimo Kel. Mekar Sari Ds. Tirta Mulya Kec. Air Majunto Kab. Mukomuko

7,6

22 I npara 2 BS 1 Sugeng Kel. Jadi Makmur Ds. Tirta Mulya Kec. Air Majunto Kab. Mukomuko

7,5

23 I napri 6 BS 1 Ajad Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec. Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara

6,0

24 I npari 6 FS 1 Ramdani Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec. Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara

-24 I npari 6 FS 1 Bambang Kel. Setia Bersama Ds. Tanjung Agung Kec. Tanjung Agung Palik Kab. Bengkulu Utara

-25 I npara 2 FS 1 Sofiyan Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

-26 I npara 2 FS 1 Busli Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

-27 I npara 2 FS 1 Saiful Kel. Serasan Kel. Taba Penanjung Kec. Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah

-Jumlah 25

(48)

pada saat pelaksanaan kegiatan pertanaman juga mempengaruhi produktivitas pada petani penangkar.

4.5. Pemetaan kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas

UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan secara optimal. Data ini dikumpulkan secara desk study melalui sumber data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu diketahui bahwa luas tanam padi di Provinsi Bengkulu untuk tahun 2014 adalah seluas 137.725 Ha dengan kebutuhan benih padi sebanyak 3.442,93 ton (Tabel 8).

Tabel 8. Sasaran luas tanam dan kebutuhan benih serta sebaran varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2014.

1 Bengkulu Utara 19.698 492.45 Cigeulis, Ciherang, I npari 10

2 Bengkulu Selatan 16.076 401.90 Mikongga, Cigeulis, Ciherang, Silugonggo

3 Rejang Lebong 17.650 441.25 Cigeulis, Ciherang, I R-64, I npari 15, I npari 20

4 Kota Bengkulu 4.636 115.90 Cigeulis, Mikongga, I npari 13

5 Muko-Muko 14.413 360.33 Ciliwung, Situbagendit, Mikongga, Ciherang, I npara 2

6 Seluma 23.685 592.13 I npara 2, Banyu asin, Ciherang, I R-64, I npari 10

7 Kaur 11.860 296.25 Cigerang, Cigeulis, Mikongga, Cimelati, I npari 13

8 Kepahiang 6.280 157.00 Mikongga, Cigeulis, Ciherang, Tumbaran, Harum, I npari 10, I npari 13

9 Lebong 12.164 304.10 Cigeulis, I R-64, Mira, I npari 13, I npari 20

10 Bengkulu Tengah 11.265 281.63 Cigeulis, Situbagendit, I npari 10, I npari 13, I npara 2

Jumlah 137.725 3.442.93

(49)

Dari Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu juga diketahui bahwa untuk mendukung peningkatan swasembada pangan Provinsi Bengkulu dilakukan melalui pencapaian target kawasan pada tahun 2014 seluas 56.000 Ha untuk kawasan pemantapan padi sawah yang tersebar di 10 kabupaten/ kota, 9.000 Ha untuk kawasan pertumbuhan padi lahan kering yang tersebar di 8 kabupaten, 6.000 Ha untuk kawasan pengembangan padi sawah yang tersebar di 6 kabupaten, dan 3.000 Ha untuk kawasan pengembangan jagung yang tersebar di 3 kabupaten (Tabel 9). Dari data ini menunjukkan bahwa 2014, sekitar 60-70% dari luas areal tanam sudah mendapatkan program SL-PTT, dengan benih bersubsidi.

Tabel 9. Luas dan varietas kawasan pemantapan dan pengembangan padi sawah serta luas dan kawasan pertumbuhan lahan kering di Provinsi Bengkulu tahun 2014.

2 Kaur 6.000 Mikongga 1.000 Situbagendit 3 Kota

4.000 I npari 2.000 Situbagendit 6 Kepahiang 2.000 Mikongga/

1.000 I npago 1.000 Mikongga

10 Mukomuko 5.000 Mikongga 1.000 Situbagendit 1.000 VUB

Jumlah 56.000 9.000 6.000

(50)

Di Provinsi Bengkulu padi non hibrida masih didominansi oleh varietas Mekongga, Ciherang dan Cigeulis sedangkan untuk padi lahan kering didominansi oleh Situbagendit dan I npago (Tabel 10).

Tabel 10. Dominansi varietas padi di Provinsi Bengkulu tahun 2014.

No Kabupaten Varietas Varietas

Padi Non Hibrida Padi Lahan Kering 1 Bengkulu Tengah Cigeulis, Ciherang, Mekongga,

I npara 2, I npari 10

-2 Kepahiang Cigeulis, Ciherang

-3 Rejang Lebong Cigeulis, Mekongga Situbagendit 4 Seluma Mekongga, I npara 2, I npari,

Cigeulis

VUN

5 Kaur Cigeulis, Mekongga

-6 Mukomuko -

-7 Bengkulu Utara I npari 13, Ciherang, I R-36, I R-64, PB 42, Cigeulis, Mekongga,

Ciliwung

Situbagendit, I npago 6

8 Bengkulu Selatan I npari, Cigeulis, Mekongga

-9 Lebong Cigeulis, Ciherang, I R-64

-10 Kota Bengkulu Mekongga, Cigeulis, Ciherang, I R-64, Bastari

Situbagendit, I npago

Gambar

Tabel 2. Petani penangkar
Tabel 3. Produksi benih sumber UPBS BPTP Bengkulu dan lembaga perbenihantahun 2014 di Provinsi Bengkulu.
Tabel 4.Rekapitulasi produksi benih sumber kelas benih FS dan SS UPBS BPTPBengkulu dan lembaga perbenihan tahun 2014.
Tabel 5.Stok dan distribusi benih padi kegiatan penangkaran UPBS BPTP Bengkulu dan petani penangkar serta lembaga perbenihan tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: DidapatkanT6 pasien rinosinusitis tronis yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasal untuk persiapan- opirasi bedah sinus endoskopi , terdiri

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Melalui tangan guru akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, keahlian,

Penelitian yang dilakukan Wardani (2017), berjudul Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Kontribusinya

Hasil uji F menunjukkan bahwa jenis zat pengatur tumbuh berupa air kelapa muda konsentrasi 50% dan IBA konsentrasi 25 ppm berpengaruh sangat nyata terhadap saat

Meskipun hal ini sudah memenuhi salah satu prasyarat untuk mendaftar menjadi anggota ACPE, namun tentunya perlu adanya peningkatan akan tingkat pendidikan dari para SDM untuk dapat

Pada tahap pengolahan data kuesioner usability, dilakukan perhitungan nilai perbedaan atau gap antara layanan yang diharapkan dan layanan existing yang dirasakan

disambung KU tadi. 6) Setelah itu hubungkan konektor output splitter menuju ODP di OTB yang berada dibawah OTB yang menuju sentral. 7) Kemudian teruskan kembali penarikkan

Ketiga langkah pembelajaran tersebut mencerminkan keterorganisiran materi (Presentasi Advance Organizer), pemaparan materi yang terorganisir (Presentasi tugas-tugas