• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat dalam Mempertahankan Kelestarian Ekosistem Hutan di Kawasan Danau Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat dalam Mempertahankan Kelestarian Ekosistem Hutan di Kawasan Danau Toba"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan ( Ariyanto dkk, 2014)

(2)

maka kearifan lokal (local wisdom) bisa mendapatkan tempatnya sebagai bagian dari siasat kebudayaan itu (Ariyanto dkk, 2014)

Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia. Kearifan lokal memiliki peranan yang cukup penting dalam memelihara dan membangun integritas sosial, mencegah terjadinya integritas sosial dan menjadi perekat sosial dalam masyarakat (Sianturi, 2004).

Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba ( Siagian, 2000).

(3)

kepentingan di balik setiap penemuan-penemuan di bidang ilmu dan teknologi. Saat ini dunia kembali berhadapan dengan situasi lain, yaitu perubahan iklim yang tidak lagi menentu ( Ariyanto dkk, 2014).

Sedangkan nilai kearifan lokal pada kawasan sekitar Danau Toba itu sendiri sudah mulai luntur sebagai contoh nilai-nilai kearifan lokal budaya suku Batak membuat fungsi Danau Toba sebagai sumber air kehidupan mulai menurun, dimana dahulu Danau Toba dikenal sebagai raja dari segala danau sehingga masyarakat sangat menghormati dan menjaga kualitas airnya sedangkan saat sekarang ini sudah jarang bahkan mungkin sudah hilang dan tidak jelas apa penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha perikanan di perairan Danau Toba mulai berkembang dalam bentuk Keramba Jaring Apung (KJA) dan hingga saat ini mencapai luas ± 440 ha. Walaupun luas perairan yang digarap baru mencapai 0,4% dari ambang luas dan yang diizinkan sebesar 1% dari luas perairan Danau Toba serta perilaku masyarakat dan dunia usaha membuang limbah domestik dan limbah cair (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2010).

Kawasan Danau Toba sendiri bila dilihat secara kasat mata juga telah menjadi daerah yang terdegradasi terutama terjadinya penggundulan hutan yang cukup parah dibeberapa tempat dilingkungan danau Toba termasuk di Pulau Samosir. Saat ini kondisi ekosistem Danau Toba sudah sangat kritis sebagai akibat pola penggunaan lahan yang kurang mengindahkan prinsip konservasi dan akibat perambahan kawasan hutan maupun pencurian kayu (illegal logging).

(4)

kepada kualitas lingkungan danau Toba termasuk mempengaruhi ekosistem perairan danau Toba. Kualitas air Danau Toba dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain limbah domestic atau pemukiman, pertanian, perikanan, industri, pelayaran dan pariwsisata, baik yang berasal dari daratan (land based) maupun yang berasal dari kegiatan di perairan danau (Sarah, 2009).

Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah penurunan kualitas akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalam danau sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah domestik/perhotelan, limbah pertanian, limbah dari budidaya perikanan di dalam jaring apung, serta limbah minyak yang berasal dari aktivitas transportasi air. Sebaliknya Danau Toba juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian di sekitar kawasan Danau Toba, limbah domestik dari permukiman dan perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan, limbah dari pariwisata dan transportasi air. Reboisasi di daerah pergunungan/perbukitan Danau Toba berfungsi sebagai reservoir air, tata air, peresapan air dan keseimbangan lingkungan dan alam sekitarnya (Limbong, 2013).

Berdasarkan hasil survei lapangan, diketahui bahwa belum adanya cara masyarakat untuk mempertahankan kearifan lokal kawasan sekitar Danau Toba sehingga tetap terjaga kelestarian kawasan Danau Toba

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini:

(5)

2. Bagaimana upaya masyarakat untuk tetap dapat menjaga kualitas air dengan menjaga ekosistem hutan sekitar kawasan Danau Toba?

3. Bagaimana konstribusi yang didapat masyarakat setempat dengan mempertahankan kualitas lingkungan sekitar Danau Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk kearifan lokal masyarakat dalam mempertahankan kelestarian kawasan sekitar Danau Toba.

2. Untuk mengetahui peranan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat sehingga dapat menjaga ekosistem hutan dan kualitas air kawasan Danau Toba.

3. Untuk mendapatkan informasi dari Kawasan Danau Toba dalam Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu :

1. Memberikan informasi mengenai ketergantungan dan kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan kawasan sekitar Danau Toba.

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan sumberdaya alam masyarakat lokal tepi Danau Toba dilakukan secara tradisional dan kearifan lokal berjalan dengan baik disebabkan adanya peran tokoh adat, tokoh

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat di kawasan Danau Tempe yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan,

Bahasa kedanauan apa saja yang terdapat dalam cerita rakyat kawasan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat di Kawasan Danau Tempe yang dapat dipertimbangkan dalam

Terkait dengan perlindungan kawasan Danau Toba, pemerintah daerah yang berada dikawasan Danau Toba memiliki peran penting baik secara sendiri-sendiri maupun

217 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini diperoleh data mengenai nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Dayak Pipitak Jaya yang berada di sekitar kawasan hutan Piani, data

Masyarakat di Desa Bulakan yang lokasinya berada dekat dengan kawasan Cagar Alam Rawa Danau memiliki kearifan lokal yang menarik untuk digali yang ternyata dalam kearifal lokal tersebut

Ulos merupakan tenun tradisional yang menjadi salah satu syarat utama dalam berbagai upacara adat pada masyarakat Batak Toba.. Keberadaan tenun tradisional ulos dalam berbagai upacara