SEAFOOD JIMBARAN
CHANTIKA WIDYA PURWANTORO 1611412016
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
i
A. Nama : Chantika Widya Purwantoro
B. Judul : Upaya Meningkatkan Daya Saing Melalui Kualitas
Produk di New Furama Cafe Seafood Jimbaran
C. Jumlah Halaman : ix + 42 halaman
D. Ringkasan :
Jimbaran merupakan salah satu kawasan yang berada di Bali Selatan lebih tepatnya di sebelah selatan Desa Kuta. Jimbaran kawasan yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun asing karena pantainya yang berpasir putih dan indah. Sebelumnya kawasan tersebut adalah kampung nelayan
yang sunyi dan cafe-cafe tersebut bermula dari beberapa gubuk alang-alang
dipantai, namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya wisata di Bali
khususnya di Jimbaran cafe-cafe tersebut berkembang menjadi sebuah industri
kuliner yang mapan.
Industri kuliner Jimbaran semakin berkembang dan menjadi
bangunan-bangunan cafe atau restoran seafood. Oleh sebab itu pentingnya upaya
peningkatan daya saing cafe/retoran di kawasan Jimbaran harus dilakukan guna
memenuhi keinginan dan tuntutan pelanggan yang selalu berkembang yang mengakibatkan cepatnya perubahan selera pelanggan. Daya saing pada dasarnya merupakan upaya untuk senantiasa menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama atau memodifikasi produk lama, agar selalu dapat memenuhi tuntutan pasar dan selera konsumen.
Penelitian ini memilih New Furama Cafe sebagai obyek yang di teliti, karena
New Furama Cafe salah satu cafe/restoran seafood yang tengah berkembang saat
ini di kawasan pantai Kedonganan dan peneliti ingin mengetahui upaya New
Furama Cafe dalam meningkatkan daya saing melalui kualitas produknya. Dalam
penelitian ini jenis data yang digunakan dengan metode kualitatif disertai teknik pengumpulan data observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian sejauh ini manajemen New Furama dalam menjalankan bisnis atau usahanya apabila diketahui dari hasil wawancara terlihat bahwa hambatan dalam usaha itu ada namun semua dapat dijangkau dan diminimalisir, kemudian pihak manajemen dapat mengatasinya dan mengimbangi dengan sebaik mungkin agar dampak yang dirasakan tidak merugikan internal organisasi
manajemen New Furama. New Furama Cafe Sea food telah memiliki nilai daya
saing yang berdampak menguntungkan pada nilai daya jual yang bagus dan berkualitas, baik pada pangsa pasar yang telah ditargetkan maupun terhadap pesaing-pesaingnya atau kompetitornya.
ii
A. Name : Chantika Widya Purwantoro
B. Tittle of final report : Efforts Improve Competitive through Product Quality at New Furama Cafe Seafood Jimbaran C. Total Page : ix + 42 page
D. Content of summary :
Jimbaran is one area located in South Bali more precisely in the south of Kuta Village. Jimbaran area which is quite crowded by tourists both domestic and foreign because of its white sandy beach and beautiful. Previously the a rea wa s a quiet fisherman's camp and the cafe started from some huts of alang-alang on the beach, but over time and the development of tourism in Bali especially in Jimbaran these cafe evolved into an established culinary industry.
Jimbaran culinary industry is growing and becoming cafe/restaurant seafood buildings. Therefore the importance of efforts to improve the competitiveof cafe/restaurant in Jimba ran area should be done to meet the desires and demands of the ever-evolving customers that resulted in the rapid change of customer appetite. Competitive is essentially an effort to constantly create new products, improve old products or modify old products, in order to always meet the demands of the market and consumer tastes.
This research chose New Furama Cafe as an object that in meticulously, because New Furama Cafe one of the cafe/seafood restaurant which is developing at this time in coa stal area Kedonganan and resea rcher want to know New Furama Cafe effort in improving competitive through product quality. In this study the type of data used with qualitative methods accompanied by data collection techniques of observation, interviews, literature and documentation.
From the resea rch result so far the management of New Furama in running the business or business if known from the interview result seen that the obstacles in the business there but all can be reached and minimized, then the management can overcome and offset with the best possible so that the perceived impact does not harm the internal organization Management of New Furama. New Furama Cafe Seafood has a competitive value that has a favorable impact on the value of good selling power and quality, both on targeted market share and against its competitors.
iii
UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING MELALUI
KUALITAS PRODUK DI NEW FURAMA CAFE
SEAFOOD JIMBARAN
NAMA : CHANTIKA WIDYA PURWANTORO
NIM : 1611412016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Penelitian Lapangan III
Telah diujikan di Denpasar di Fakultas Pariwisata pada tanggal 05 Juni 2017
Pembimbing
Fanny Maharani Suarka, SST.Par.,M.Par.
NIP. 198102122005012010
Penguji
A.A. Manik Pratiwi, SE., M.Si NIP. 1989012720130122001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian lapangan III dengan judul Upaya Meningkatan Daya Saing Melalui Kualitas Produk Di New
Furama Cafe Seafood Jimbaran. Penyusunan penelitian lapangan III ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh mata kuliah penelitian lapangan III di semester VI pada program studi DIV Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa selama dalam proses penelitian dan penyusunan hingga dapat terselesaikan penelitian lapangan III ini, penulis mendapatkan banyak bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu menyelesaikan penelitian lapangan III.
Akhir kata penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun perbaikan penelitian lapangan III ini karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Semoga penelitian lapangan III ini dapat berguna dan bermanfaat untuk semua kalangan yang membacanya dan dapat sebagai acuan untuk pengembangan akomodasi khususnya restoran di masa mendatang yang lebih memiliki nilai daya saing yang berkualitas.
Denpasar, 26 Mei 2017
v
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 8
2.2 Tinjauan Konsep ... 10
2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata... 10
2.2.2 Tinjauan Tentang Hambatan ... 11
2.2.3 Tinjauan Tentang Daya Saing ... 11
2.2.4 Tinjauan Tentang Kualitas Produk ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 13
3.1 Lokasi Penelitian ... 13
3.2 Definisi Operasional Variabel ... 13
3.2.1 Definisi Operasional Variabel tentang Hambatan ... 14
3.2.2 Definisi Operasional Variabel tentang Daya Saing... 15
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 18
3.3.1 Jenis Data ... 18
3.3.2 Sumber Data... 18
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 18
3.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 19
3.6 Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 20
4.1 Gambaran Umum ... 20
4.1.1 Kondisi Geografis Pantai Kedonganan ... 20
4.1.2 Gambaran Umum New Furama Cafe Seafood... 21
vi
4.2.2 Upaya manajemen New Furama Cafe Seafood dalam meningkatkan
kualitas produk yang dapat meningkatkan daya saing restoran ... 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1 Simpulan ... 35
5.2 Saran ... 36
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data cafe/restoran seafood di sekitaran pantai Kedonganan ... 3
Tabel 1.2 Rating ulasan mengenai New Furama Cafe Seafood ... 5
Tabel 3.1 Variabel Hambatan ... 16
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi New Furama Cafe Seafood
Lampiran 2 Daftar Informan Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Gambar New Furama Cafe Seafood
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia bagian tengah, sebagai
motor penggerak perekonomian sektor pariwisata telah menjadi indikator utama
pertumbuhan ekonomi Bali. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, kinerja
industri pariwisata Bali menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan (BPS
Bali, 2014). Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan positif pada beberapa
indikator pariwisata seperti jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman),
tingkat hunian kamar (occupancy rate), dan lama menginap (length of stay) para
wisatawan yang selalu mengalami peningkatan. Saat ini sektor pariwisata
memberikan kontribusi terhadap PDB berdasarkan harga berlaku sepanjang
semester I tahun 2014 mencapai Rp. 136,76 triliun. Tingginya kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDB diikuti pula laju pertumbuhan sektor pariwisata yang
sangat pesat yakni 6,86 persen pada tahun 2014. Sektor pariwisata dapat
dikatakan sebagai sektor utama yang mempercepat roda pertumbuhan dan
pembangunan regional di Provinsi Bali (Buwono, 2014). Provinsi Bali memiliki
pulau-pulau kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan,
Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan
Pulau Lombok. Ibukota provinsi Bali adalah Denpasar yang terletak di bagian
selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di
Indonesia bahkan hingga lingkup mancanegara Bali terkenal sebagai tujuan
pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya.
Bali merupakan pulau wisata di Indonesia yang sudah terkenal di seluruh
dunia. Selain terkenal dengan keindahan alam, terutama pantainya, Bali juga
terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik. Perkembangan
sektor pariwisata di Provinsi Bali tidak lepas dari peran 9 kabupaten/kota di
provinsi Bali yang memiliki ciri khas dan keanekaragamannya masing-masing.
Hal inilah yang memunculkan persaingan di masing-masing daerah untuk
menjadikan daya tarik yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Salah satu
daerah tujuan pariwisata yang terkenal di Bali yang selalu menjadi daya tarik yang
sangat menarik adalah Bali bagian Selatan yang diantaranya mencakup kawasan
wisata Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran, Nusa Dua dan Pecatu.
Jimbaran merupakan salah satu kawasan yang berada di Bali Selatan lebih
tepatnya di sebelah selatan Desa Kuta, yang berjarak sekitar 30 menit dari kota
Denpasar atau 10 menit dari bandara Ngurah Rai ke arah selatan. Jimbaran
kawasan tersebut cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun
asing karena pantainya yang berpasir putih dan indah. Selain itu di Jimbaran juga
didukung adanya beberapa hotel besar dan berbintang dengan fasilitas lengkap
yang berstandar internasional. Tidak hanya itu dibibir pantai Jimbaran terdapat
cafe-cafe makanan laut (seafood) yang berjajar disepanjang pantai Kedonganan
dan pantai Jimbaran. Sebelumnya kawasan tersebut adalah kampung nelayan yang
sunyi dan cafe-cafe tersebut bermula dari beberapa gubuk alang-alang dipantai,
namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya wisata di Bali khususnya di
Jimbaran cafe-cafe tersebut berkembang menjadi sebuah industri kuliner yang
mapan.
Industri kuliner Jimbaran semakin berkembang dan menjadi
bangunan-bangunan cafe atau restoran seafood. Data-data cafe/restoran seafood yang
terdapat di sekitaran pantai kedonganan dan pantai Jimbaran dapat dilihat dalam
Tabel 1.1
Data cafe/restoran seafood di sekitaran Pantai Kedonganan dan Pantai Jimbaran
Tahun 2017
Nama cafe/restoran Alamat Nomer telefon
Bawang merah beach front restoran Jl. Segaramadu, Jimbaran (0361)770210
Avatar Bali Jl. Pantai kedonganan (0361)708685
Restoran bintang laut Jl. Pantai kedonganan 081337766343
New FuramaCafe Jl. Pantai kedonganan (0361)704001
Bali Cafe 21 Jl. Pantai kedonganan (0361)704025
Gecko The Ocean Bali Jl. Pantai kedonganan (0361)7832277
Jimbaran Bay Seafood Club Jl. Pantai kedonganan 085101725367
Blue Ocean Seafood Jl. Pantai kedonganan (0361)704540
Ganesha Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)703532
Dewata Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)704050
The Cuisine Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)705399
New Moon Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)702232
Melasti Kedonganan Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)702229
Blue Marlin Cafe Jl. Pantai kedonganan (0361)702242
Jukung Bali Seafood Jl. Pantai kedonganan (0361)8537400
Roman Café Jl. Pemelisan agung (0361)703124
Lia Cafe Jl. Pemelisan agung (0361)709002
Radja Seafood Cafe Jl. Pantai Jimbaran (0361)702777
Menega Café Jl. Four Seasons (0361)705888
Bela Seafood Café Jl. Four Seasons (0361)708808
Nyoman Café Jimbaran (0361)701667
Tabel 1.1 terlihat jelas terdapat berbagai macam cafe/restoran seafood
disepanjang bibir Pantai Kedonganan dan Pantai Jimbaran. Oleh sebab itu
pentingnya upaya peningkatan daya saing cafe/retoran di kawasan Jimbaran harus
dilakukan guna memenuhi keinginan dan tuntutan pelanggan yang selalu
berkembang yang mengakibatkan cepatnya perubahan selera pelanggan. Upaya
peningkatan daya saing cafe/restoran itu sendiri harus dilakukan dengan
menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat akan memberikan hasil yang
optimal. Daya saing pada dasarnya merupakan upaya untuk senantiasa
menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama atau memodifikasi produk
lama, agar selalu dapat memenuhi tuntutan pasar dan selera konsumen.
Penelitian ini memilih New Furama Cafe sebagai obyek yang di teliti,
karena New Furama Cafe salah satu cafe/restoran seafood yang tengah
berkembang saat ini di kawasan pantai Kedonganan dan peneliti ingin mengetahui
upaya New Furama Cafe dalam meningkatkan daya saing melalui kualitas
produknya. Namun tidak sedikit tamu atau pengunjung New Furama cafe seafood
yang memberikan ulasan melalui aplikasi restoran yang telah memiliki rating
seperti pada tripadvisor dan zomato, mengenai New Furama karena ketidakpuasan
dari pelayanan yang cukup lama dalam menyajikan makanan dan makanan yang
disajikan dengan rasa yang standar atau menurut ulasan pengunjung “biasa saja”.
Tidak hanya itu, ada beberapa ulasan yang berisikan membandingkan New
Furama dengan cafe/restoran yang berada berdekatan atau tidak jauh dari New
Furama yang memiliki pelayanan lebih baik dan makanan yang lebih enak dari
New Furama Cafe Seafood, ulasan tersebut dapat terlihat dari rate yang ada pada
Tabel 1.2
Rating ulasan mengenai New Furama Cafe Seafood
Rate Ulasan Keterangan
Tripadvisor Berdasarkan rate New Furama Cafe
Seafood dari tripadvisor mencapai 3.5 yang artinya rate yang didapatkan cukup memuaskan namun tak sedikit pengunjung yang memberi ulasan dengan membandingkan pelayanan restoran yang lebih baik dari New Furama karena pelayanan yang di dapatkan beberapa pengunjung bahwa palayanan yang dimiliki New Furama cukup lama dan kurang memuaskan.
Zomato Berdasarkan rate New Furama Cafe
Seafood dari Zomato mencapai 2.6 yang artinya rate yang didapatkan kurang memuaskan, dari beberapa ulasan yang diberikam pengunjung selain pelayanan yang lama, makanan yang disajikan telah dingin dan rasanya cukup hambar.
Sumber : Tripadvisor dan Zomato
Banyaknya cafe/restoran seafood yang terdapat di sepanjang pantai
Jimbaran dan adanya ulasan dari pengunjung New Furama melalui tripadvisor dan
zomato secara tidak langsung telah menciptakan persaingan antara cafe/restoran
satu dengan lainnya untuk mendapatkan banyak keuntungan dan konsumen. Tidak
hanya hal itu pihak manajemen mengakui, dengan banyaknya cafe/restoran
seafood yang saling berdekatan di sepanjang pantai Kedonganan tidak sedikit
restoran yang bersaing dengan tidak sehat meskipun telah di berlakukannya
peraturan yang telah dibuat oleh desa adat dan lembaga terkait setempat yaitu
tentunya juga mempengaruhi daya saing New Furama Cafe Seafood dengan
restoran seafood lainnya yang secara bersamaan menjual sajian makanan seafood
dengan bumbu khas Bali namun dengan kualitas produk, harga, pelayanan dan
fasilitas yang diberikan kepada konsumen dengan cara yang berbeda-beda.Dari
berbagai paparan diatas konsep yang telah ditentukan peneliti, peneliti memilih
konsep daya saing New Furama Cafe Seafood yang kemudian di teliti untuk
Upaya Meningkatan Daya Saing Melalui Kualitas Produk di New Furama Cafe
Seafood Jimbaran.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditarik
suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja hambatan yang terjadi pada saat proses meningkatkan kualitas
produk di New Furama Cafe Seafood?
2. Bagaimana upaya manajemen New Furama Cafe Seafood dalam
meningkatkan kualitas produk yang dapat meningkatkan daya saing restoran?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah uraian diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi pada saat proses meningkatkan
daya saing New Furama Cafe Seafood.
2. Untuk mengetahui upaya manajemen New Furama Cafe Seafood dalam
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang upaya meningkatkan daya saing New
Furama Cafe Seafood dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis (akademis)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan untuk dunia ilmu
pengetahuan, khususnya dibidang ilmu kepariwisataan yang bisa
dijadikan dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dalam
pembangunan kepariwisataan di Indonesia pada bidang akomodasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada pengusaha, kalangan akademisi, komponen pariwisata lainnya
serta masyarakat umum dalam mengembangkan sarana akomodasi
agar dapat meningkatkan kualitas daya saing, demi memajukan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini sudah dilakukan oleh
Nikasius Jonet(2013) dengan judul “Green Hotel sebagai Daya Saing suatu
Destinasi”. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah green hotel
sebagai daya saing industri perhotelan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mengembangkan bisnis hotel sekaligus sektor pariwisata Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan memperhatikan indikator lingkungan sebagai penentu daya
saing, namun dalam penerapannya terdapat beberapa kendala yaitu adanya sikap
kurang konsisten yang dilakukan oleh staff hotel, kurangnya kesadaran tamu,
minimnya sosialisasi serta adanya anggapan bahwa penerapan green hotel justru
membutuhkan biaya yang mahal menjadi permasalahan yang diangkat dalam
penelitian Nikasius. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
memiliki tema pembahasan yang sama mengenai peningkatan daya saing suatu
akomodasi pada daerah tujuan wisata. Sedangkan perbedaan yang ada dalam
penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi, waktu dan konsep
penelitian yang diteliti, serta permasalahan yang diangkat.
Penelitian lain yang masih berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh
Rina Kurniawati(2014) melakukan penelitian tentang “Analisis SWOT Dalam
Meningkatkan Daya Saing Bisnis Di Hotel Ibis Jakarta Slipi”. Tujuan penelitian
tersebut untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh perusahaan dan juga untuk mengetahui alternatif strategi yang dapat
dipakai oleh Hotel Ibis Jakarta Slipi. Persamaan dari penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah memiliki pembahasan atau tema yang sama mengenai daya
saing. Perbedaannya, penelitian Rina Kurniawati menganalisis SWOT di Hotel
Ibis Jakarta kemudian diketahui daya saing yang harus dilakukan oleh hotel Ibis,
sedangkan penelitian ini mengupayakan dalam meningkatkan daya saing melalui
kualitas produk yang dimiliki sehingga memiliki nilai daya saing dengan para
Penelitian lainnya yang juga masih berkaitan dengan penelitian ini dilakukan
oleh Chantika Widya Purwantoro (2016) melakukan penelitian tentang “Daya
Saing Agrowisata Bumiaji”. Penelitian tersebut mengangkat upaya meningkatkan daya saing agrowisata di desa Bumiaji. Di dalam desa Bumiaji memiliki berbagai
jenis agrowisata mulai dari buah-buahan, sayuran hingga bunga. Upaya
meningkatkan daya saing agrowisata tidak lepas dari campur tangan pemerintahan
kota Batu dan peran masyarakat yang ikut menjalankan budidaya agrowisata yang
ada di desa Bumiaji. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu
penelitian yang memanfaaatkan wawancara terbuka kepada staff instansi
pemerintahan kota Batu dan masyarakat sekitar desa Bumiaji guna untuk
mengetahui peran dari masing-masing masyarakat dan pemerintahan kota Batu.
Untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berupa bahan dokumen yang telah didapat dari hasil wawancara.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang upaya
meningkatkan daya saing melalui kualitas produk yang dimiliki oleh manajamen
restoran sehingga memiliki nilai daya saing pada pangsa pasar yang dituju dan
pada kompetitornya, sedangkan penelitian Chantika Widya meneliti upaya
meningkatkan daya saing agrowisata melalui peran pemerintah terkait dan
masyarakat setempat untuk berupaya dalam meningkatkan daya saing, selain itu
obyek penelitian dari kedua penelitian tersebut berbeda. Persamaan antara
penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu tema yang diangkat sama mengenai
daya saing berserta metode yang digunakan sama dengan menggunakan metode
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata
Pariwisata sebagai suatu industri memiliki cakupan yang sangat luas baik
dari segi subyek, obyek, maupun aktivitasnya. Perkembangan pariwisata yang
semakin pesat disebabkan karena kebutuhan manusia untuk berekreasi semakin
meningkat. Berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata
bermunculan, tumbuh dan berkembang dengan pesat, industri pariwisata saat ini
juga sebagai menunjang perekonomian masyarakat. Tujuan utama dari kegiatan
pariwisata yang dilakukannya adalah untuk memperoleh kesenangan atau
menghilangkan perasaan tertekan karena rutinitas kerja.
Pariwisata menurut Yoeti (2001:47) adalah kegiatan bersenang-senang.
Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan wisata antara lain:
1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain di luar tempat
tinggal
2. Perjalanan yang dilakukan minimal 24 jam atau lebih
3. Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak
untuk mencari nafkah atau bekerja di tempat atau negara yang dikunjungi
dan orang tersebut semata-mata sebagai konsumen di tempat yang
dikunjunginya.
Pengertian Pariwisata berdasarkan undang-undang RI No.10 tahun 2009
tentang pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
dan pemerintah daerah. Batasan teknis diberikan oleh the world tourism
organization (WTO) dalam Pitana dan Gayatri (2005:45), bahwa pariwisata terdiri
dari aktivitas orang-orang, bepergian dan tinggal disuatu tempat diluar lingkungan
mereka yang biasanya untuk tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut
2.2.2 Tinjauan tentang Hambatan
Hambatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 385), halangan
atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap
melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan
terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut.
Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu
dan tidak terlaksana dengan baik.
Hambatan cenderung bersifat negatif, memperlambat laju suatu hal atau
kegiatan yang akan dikerjakan. Dalam melakukan kegiatan seringkali ada
beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan
dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya. Berdasakan
pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan adalah suatu keadaan
yang tidak lancar atau mengalami gangguan.
2.2.3 Tinjauan Tentang Daya Saing
Pengertian Daya Saing Menurut Sumihardjo (2008:8), kata daya dalam
kalimat daya bermakna kekuatan dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang
lain atau beda dengan yang lain dari segi mutu atau memiliki keunggulan tertentu.
Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul
dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.
Menurut Barat Atmaja (1994) Daya saing adalah kekuatan, kemampuan
atau kesanggupan untuk bersaing. Menurut Muhardi (2007:39) Daya saing operasi
merupakan fungsi operasi yang tidak saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi
juga keluar (eksternal) yakni merespon pasar sasaran usahanya dengan proaktif.
Dalam meningkatkan daya saing tentunya harus ada cara-cara yang harus
dilakukan agar pelaksanaan daya saing tersebut dapat dilakukan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Apabila mengacu pada Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan
Kepariwisataan Nasional tahun 2005 – 2009, maka pembangunan kepariwisataan
pariwisata nasional; peningkatan pangsa pasar pariwisata melalui pemasaran
terpadu di dalam maupun di luar negeri; peningkatan kualitas, pelayanan dan
informasi wisata; pengembangan incentive system usaha dan investasi di bidang
pariwisata; pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata; Pengembangan
SDM (standarisasi, akreditasi dan sertifikasi kompetensi); Sinergi
multi-stakeholders dalam desain program kepariwisataan.
2.2.4 Tinjauan Tentang Kualitas Produk
Produk merupakan arti penting bagi suatu perusahaan karena tanpa adanya
produk, perusahaan tidak dapat melakukan apapun dari usahanya. Konsumen akan
membeli produk apabila mereka tertarik dan merasa nyaman, oleh sebab itu
produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar
penjualan produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik
ditujukan pada keinginan pasar atau konsumen. Menurut Kotler (2005:49),
“Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan
pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan”.
Dengan adanya kualitas produk yang baik akan membuat para konsumen
puas dan percaya. Faktor yang paling penting untuk menciptakan kepuasan
konsumen adalah kinerja dari agen yang biasanya diartikan dengan kualitas dari
agen tersebut (Mowen,1995). Apabila yang diinginkan oleh konsumen terpenuhi
akan membuat konsumen semakin puas. Produsen harus mempunyai strategi
untuk meningkatkan kualitas produk agar konsumen tetap membeli produk secara
berkelanjutan. Pembelian berkelanjutan mengartikan bahwa konsumen memiliki
loyalitas terhadap produk. Oleh karena itu produsen harus menjual kualitas
produk mereka yang sesuai dengan harga sebanding dengan kualitas produk yang
13 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di New Furama Cafe Seafood yang terletak di
JL. Pantai Kedonganan No. 24 Jimbaran, dengan nomer telefon (0361) 704001.
Objek penelitian ini adalah New Furama Cafe Seafood. Sedangkan subjek
penelitian ini adalah Human Resource Manager New Furama Cafe Seafood dalam
meningkatkan daya saing dari cafe/restoran yang ada disepanjang Pantai
Jimbaran. Dibawah ini adalah gambar lokasi New Furama Cafe Jimbaran.
Gambar 3.1
Lokasi New Furama Cafe
3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional digunakan untuk memberikan batasan dan mempertegas
permasalahan yang diteliti berikut ini akan dijelaskan variabel yang terdapat
dalam permasalahan yang dibahas. Menurut Wardiyanta (2006:13) definisi
operasional variabel adalah informasi ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur suatu variabel yang merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep.
Guna memperjelas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan untuk
membatasi permasalahan pada penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari
ini adalah Upaya Meningkatan Daya Saing Melalui Kualitas Produk di New
Furama Cafe Seafood Jimbaran. Upaya meningkatkan daya saing merupakan
upaya untuk mencapai lebih dari yang lain atau beda dengan yang lain dari segi
mutu atau memiliki keunggulan tertentu, Sumihardjo (2008:8).
Hal tersebut merupakan tindakan yang biasa dilakukan oleh suatu pengusaha
dalam mengunggulkan suatu produk yang dimilikinya agar dapat terus diminati
oleh banyak orang, sama halnya dengan cafe/restoran apabila sebuah cafe/restoran
selalu meningkatkan daya saing dengan menciptakan kualitas produk yang unggul
dan berkualitas berkualitas, menyediakan fasilitas yang memadai dan menawarkan
harga terjangkau tentunya akan mudah mendatangkan banyak konsumen di New
Furama Cafe Seafood. Dalam upaya meningkatkan daya saing tersebut tentunya
tidak langsung dilakukan begitu saja akan tetapi juga harus diukur kelemahan dan
kelebihan kegiatan tersebut agar dapat menghasilkan tolak ukur yang diinginkan
dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.2.1 Definisi Operasional Variabel tentang Hambatan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 385), hambatan adalah
halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam
setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak
akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut.
Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu
dan tidak terlaksana dengan baik.
Permasalahan pertama yang diambil dari penelitian ini adalah hambatan.
Hambatan yang dimaksud dari penelitian ini yaitu yang terjadi pada saat proses
meningkatkan kualitas produk di New Furama Ca fe Seafood, yang artinya dalam
proses meningkatkan kualitas produk di New Furama Cafe Seafood kendala apa
saja yang terjadi sehingga pihak manajemen dapat mengatasinya dan mengelola
dengan baik agar tujuan yang diinginkan dapat dijalankan dan tercapai sesuai
3.2.2 Definisi Operasional Variabel tentang Daya Saing
Daya Saing Menurut Sumihardjo (2008:8), kata daya dalam kalimat daya
bermakna kekuatan dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain atau beda
dengan yang lain dari segi mutu atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya
saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu
yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.
Permasalahan kedua dalam penelitian ini adalah bagaimana cara manajemen
New Furama Cafe Seafood dalam meningkatkan daya saing. Tujuan dalam
meningkatkan kualitas produk di New Furama Ca fe Seafood untuk meningkatkan
daya saing cafe dengan cafe-cafe lainnya. Oleh sebab itu dari segi peningkatkan
kualitas produk yang bagaimana, sehingga New Furama Cafe Seafood memiliki
nilai daya saing untuk dapat bersaing dengan cafe-cafe lainnya yang berdekatan
Tabel 3.1 Variabel Hambatan Referensi/
sumber
Variabel Indikator Sub Indikator
Rachmawati
(2008:72)
Hambatan Hambatan yang
mungkin timbul dalam
perencanaan
1. Tujuan yang tidak tepat
2. Lingkungan eksternal yang
kompleks dan dinamis
3. Kondisi persaingan yang
semakin tajam
4. Tidak memahami organisasi
yang semakin dinamis
5. Terjadi konflik internal
organisasi antara manajemen
dan karyawan
Tabel 3.2 Variabel Daya Saing Referensi/
sumber
Variabel Indikator Sub Indikator
Michael Porter dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastruktur
Keadaan permintaan atas barang dan jasa
Keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan
Strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah:
1. Data Kualitatif, yaitu berupa informasi-informasi yang relevan meliputi
profil New Furama Cafe Seafood, upaya manajemen dalam
mengunggulkan kualitas produk dan hambatan manajemen pada saat
proses melaksanakan upaya daya saing di New Furama Cafe Seafood.
Dalam hal ini data yang diperoleh berupa data deskriptif dan bukan
angka.
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian sumber data yang digunakan adalah:
1. Data Primer, data yang diperoleh secara langsung ditempat penelitian
melalui wawancara dan observasi dengan pihak Human Resource
Manager New Furama Cafe Seafood.
2. Data Sekunder, data yang diperoleh bukan dari subjek penelitian
langsung melainkan dari pihak tertentu seperti data dokumentasi atau
berkas-berkas yang berhubungan dengan New Furama Cafe Seafood.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan cara:
1. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di
lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek
yang diteliti, kegiatan operasional sehari-hari dengan pencatatan dan
dokumentasi foto di tempat penelitian.
2. Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung
dengan pihak pengelola yang menangani kegiatan operasional di lapangan
3. Kepustakaaan
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca hasil-hasil
penelitian sebelumnya terkait dengan masalah yang diteliti pada beberapa
laporan akhir, artikel, jurnal, makalah maupun buku-buku acuan tentang
konsep-konsep yang menunjang dan relevan terkait dengan masalah yang
diteliti.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan
dokumen-dokumen dan hal-hal yang mendukung penelitian ini seperti dengan
mengambil foto dalam proses penyimpanan dalam dokumentasi.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling
dengan cara sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel diambil secara
sengaja kepada narasumber yang mewakili dan memiliki kedalaman informasi
serta berkompeten dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Pada penelitian ini
yang dijadikan informan adalah human resource department New Furama Cafe
Seafood yang diminta memberikan keterangan mengenai penelitian di New
Furama Cafe Seafood.
3.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Analisis deskriptif kualitatif, Analisis deskriptif
kualitatif adalah gambaran untuk yang disusun secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang ada (Wibowo 2000:35). Analisis deskriptif kualitatif
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsi atau
menggambarkan data yang telah terkumpul (Utama 2012:147).
Data yang telah didapatkan dikumpulkan dan dikelolah dengan menggunakan
kalimat yang mudah dimengerti dan dapat dimengerti oleh pembaca sehingga
dapat menggambarkan jelas hasil penelitian yang telah dilakukan. Analisis ini
digunakan untuk menguraikan informasi yang diperoleh dari Human Resources
Manager New Furama Cafe Seafood yang secara langsung mengupayakan dalam
20 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kondisi Geografis Pantai Kedonganan
Pantai Kedonganan terletak di Kawasan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan
wilayah Desa Adat Kedonganan. Desa adat Kedonganan memiliki wilayah yang
tidak begitu luas sekitar 1,20km atau setara 1020meter yang berbatasan langsung
dengan Desa adat Jimbaran dan Desa adat Kelan. Pantai ini cukup landai,
memiliki hamparan pasir berwarna putih bersih dan ombak yang tenang. Secara
administratif, Pantai Kedonganan merupakan wilayah dinas Kelurahan
Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Kelurahan Kedonganan
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 643 Tahun
1997 (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). Kelurahan Kedonganan
mencakup wilayah seluas 1020meter, yang wilayahnya berbatasan dengan
Kelurahan Tuban di sebelah utara, Kelurahan Jimbaran di sebelah selatan,
Samudera Indonesia di sebelah barat dan Selat Badung di sebelah timur.
Kelurahan Kedonganan memiliki karakteristik wilayah pesisir, dengan jenis tanah
pasiran (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). Pantai Kedonganan berjarak
5 km dari Kuta, 26 km dari Mangupura atau ibukota Kabupaten Badung dan
berjarak 20 km dari ibukota provinsi Bali yaitu kota Denpasar. Pantai
Kedonganan atau Desa adat Kedonganan dapat diakses dengan mudah didukung
dengan ketersediaan infrastruktur jalan yang cukup memadai. Selain dapat diakses
dengan kendaraan pribadi, Kelurahan Kedonganan juga dapat diakses dengan
4.1.2 Gambaran Umum New Furama Cafe Seafood
Timbulnya cafe-cafe disini awal mulanya dari komunitas nelayan pantai
kedonganan. Awalnya nelayan usaha sendiri-sendiri seperti warung kecil-kecilan
milik pribadi. Awalnya warung-warung seafood disini terdapat 54 warung
kecil-kecilan yang masih milik perorangan dan semua dari unsur nelayan. Kemudian
semakin berjalan dan semakin terlihat usaha para nelayan ini semakin tidak tertata
dan tidak terorganisir karena semakin banyaknya warung-warung yang berdiri.
Kemudian desa adat dan beberapa tokoh masyarakat ingin menjadikan kawasan
ini dan pengelola-pengelola warung disini menjadi satu kesatuan disepanjang
pesisir pantai Kedonganan sepanjang 1,20km/1020meter.
Kemudian pihak desa adat berkeinginan menjadikan kawasan ini basis
kerakyatan, pada akhirnya semua pengelola ini ditata ulang yang awalnya terdapat
54 pengelola warung ditata kembali menjadi 24 cafe/restoran atas pengawasan
desa adat dan atas rekomendasi surat bapak bupati karena kawasan ini merupakan
tanah negara. Hal tersebutlah menjadi awal terbentuknya cafe-cafe disini dan itu
telah didasari dengan aturan-aturan yang telah dibuat. Cafe dengan jumlah 24
cafe/restoran ini diawasi desa adat dan desa adat membuat suatu lembaga
BPKP2K (badan pengawasan keamanan pesisir pantai kedonganan) lembaga
pengawasan tentang komunitas nelayan di sepanjang pesisir pantai Kedonganan
ini berfungsi mengatur jalannya usaha cafe/restoran di sepanjang pantai kedongan
termasuk New Furama Cafe Seafood.
Pada gambar 4.1 merupakan struktur organisasi BPKP2K (badan pengawasan
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BPKP2K
Sumber: dokumentasi penelitian
Cafe/restoran yang terdapat di pantai kedonganan telah menjadi pengawasan
desa adat melalui lembaga BPKP2K atas ijin pemda Badung diberikan lokasi ini
dikembangkan menjadi industri kuliner. Kemudian setelah keseluruhan dibentuk,
desa adat setempat memberikan kepada masing-masing banjar yang ada di
kedonganan dan masing-masing banjar diberikan 4 cafe/restoran dari 24 cafe
tersebut. Ada 6 banjar di kedonganan banjar kubualit, banjar anyar gede, banjar
ketapang, banjar pengenderan, banjar pasek dan banjar kertayasa, masing-masing
banjar tersebut mengawasi dan bertanggung jawab atas 4 cafe yang nantinya
dipertanggung jawabkan kembali pada desa adat setempat. Cara setiap banjar
mengelola cafe-cafe tersebut dengan masing-masing banjar menyerahkan pada
warganya utk menjadi pemilik 4 cafe tersebut misalnya dalam satu banjar
memiliki warga sebanyak 150 orang, kemudian warga yang bersangkutan
diberikan tanggung jawab cafe-cafe tersebut kemudian diberikan pada 1 hingga 2
Kemudian dalam aturannya desa adat memiliki aturan untuk banjar dan
aturan dari internal di cafe/restorannya sendiri, jadi dari desa adat diberikan pada
banjar kemudian banjar memberikan pada warganya kemudian dibentuknya
pengelola restoran dan dalam restoran itu sendiri juga memiliki aturannya sendiri
untuk perkumpulan di dalam restorannya. Seperti di New Furama sendiri
membentuk manajemennya sendiri ada manajer ada marketing dan apabila
disinggung siapa pemilik New Furama, pemilik New Furama adalah desa adat
Kedonganan sendiri. Dulu memang milik perseorangan tetapi sekarang telah
menjadi keterikatan desa adat dan pemiliknya masyarakat kedonganan seluruhnya.
Kemudian pengelolaan cafe/restoran dipercayakan warganya dan membentuk
manajemen khusus pengelolaan restoran masing-masing. Dalam hal ini orang lain
tidak diperbolehkan masuk karena ini merupakan komunitas desa adat setempat.
Didirikannya New Furama 10 tahun yang lalu sekitar tahun 2007, awalnya
komunitas ini tetapi sebelumnya telah ada cukup lama namun masih milik
perseorangan. Berikut Gambar 4.2, struktur organisasi yang dibentuk di dalam
internal New Furama Cafe Seafood:
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Internal New Furama Cafe Seafood
Sumber : Manajer New Furama Cafe Seafood
Dalam komunitas masyarakat setempat ada aturan-aturannya ada perjanjian
misal yang mengelola mendapatkan berapa persen dengan kata lain bagi hasil.
banjarnya kemudian pengelola cafe/restoran diberikan hak 5tahun. Dapat
disimpulkan bahwa desa adat yang terdiri dari 6 banjar tersebut, masing-masing
banjar memiliki tanggung jawab mengawasi dan mengelola 4 cafe dan 4 cafe
tersebut harus memperhatikan dan memelihara banjarnya terlebih dahulu dan
aturan desa masing-masing banjar harus lapor setiap 5tahun sekali bagaimana
keadaannya dan kemudian masing-masing kegiatan cafe/restoran keseluruhan
dibawah pengawasan dan tanggungjawab lembaga BPKP2K.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hambatan yang terjadi pada saat Proses Meningkatkan Kualitas Produk di
New Furama Cafe Seafood:
Dalam proses meningkatkan daya saing New Furama Cafe Seafood, pihak
manajemen mengakui bahwa terdapat beberapa hambatan yang menghambat
proses meningkatkan daya saing tersebut, antara lain:
4.2.1.1Adanya Tujuan yang Tidak Tepat
Tujuan yang tepat merupakan salah satu cara dalam menunjang
pencapaian yang hendak diinginkan. Dari hasil wawancara dengan
narasumber yaitu Pak Made Sukra selaku pengelola New Furama Cafe
Seafood sekaligus sebagai pengawas dari BPKP2K, menuturkan didalam
manajemen New Furama Cafe Seafood tidak jauh beda dengan manajemen
cafe/restoran lainnya yaitu memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam
meningkatkan daya saing cafe/restorannya. Menurut pengelola dalam
membuat dan menjalankan tujuan di New Furama cukup sesuai dengan
pencapaian yang diinginkan pihak manajemen New Furama selama ini.
Pencapaian dari tujuan tersebut akan berkelanjutan untuk kembangkan lebih
baik lagi sehingga menghasilkan dampak positif terhadap kemajuan New
Furama dikedepannya, berikut penuturan dari Pak Made Sukra selaku
manajer New Furama:
eksternal ataupun internal furama sendiri. Lebih tepatnya hambatan yang
terjadi, bukan tujuan yang tidak tepat”
Penuturan Pak Made Sukra menjelaskan bahwa tujuan-tujuan New
Furama selama ini dalam melakukan pencapaian yang diinginkan cukup
sesuai dengan sistem manajemen New Furama namun, tidak menutup
kemungkinan hambatan saat mencapai tujuan tersebut itu ada dan terjadi.
4.2.1.2Lingkungan Eksternal yang Kompleks dan Dinamis yang
Berubah-ubah atau Sulit Diprediksi Mempengaruhi Kondisi yang Ada
Lingkungan eksternal tentu akan mempengaruhi proses persaingan
yang terjadi antara cafe/restoran satu dengan lainnya. Seperti yang
dituturkan Pak Made Sukra, kondisi alam yang terjadi tentunya juga
mempengaruhi sarana yang ada. Seperti dinner atau makan malam yang
dilakukan di bibir pantai, apabila pada musim hujan pantai menghasilkan
sampah-sampah kiriman. Sampah-sampah tersebut berdampak pada nilai
jual produk, tidak hanya di New Furama namun juga cafe/restoran lainnya
di sepanjang pantai kedonganan. Karena selain menjual produk makanan,
New Furama juga menjual keindahan pantai di senja hari yang selama ini
menarik tamu untuk datang menikmati sunset di sore hari. Apabila pantai
kotor banyak sampah tentu juga mempengaruhi tingkat kepuasan
tamu/pengunjung, berikut penuturan Pak Made Sukra:
“Kalau musim hujan bulan nov-ma ret itu angin kencang da n
hujan, pantai juga kotor tentu daerah pantai terkendala seperti adanya sampah dan tidak enak untuk dinikmati tamu, nah kondisi ini yang kami belum terkendalikan sa mpe sekarang tidak ha nya disini cafe/restora n sebelah pun juga sama itu pastinya hal ini cukup menghambat nilai daya jual kita ke tamu/pengunjung. Kalau kemudian bulan mei-oktober musim
panas masi bagus dan mendukung daya jual kita”
Kemudian hambatan dari kondisi eksternal tidak hanya pada kondisi
alam namun target pasar. Target pasar yang dimaksud disini adalah
cafe/restoran yang terdapat di sepanjang pantai kedonganan yang terlalu
daerah sekitar sehingga menimbulkan overload pengunjung dan berdampak
pada akses sarana masuk seperti sarana parkir yang overload. Kondisi
jalanan yang sempit dengan banyak tamu/pengunjung yang masing-masing
membawa kendaraan seperti mobil dan bus, kemudian lahan parkir kurang
pada akhirnya juga akan mengganggu keluar masuknya tamu/pengunjung, “Itu kan juga menjadi kendala kita, tamu rame musim rame kan
terganggu juga orang-orang yang kesini” Ujar Pak Made
Dua hal tersebut yaitu kondisi alam dan overload tamu/pengunjung di
pantai kedonganan, merupakan pengaruh lingkungan eksternal yang dapat
menghambat jalannya New Furama dalam meningkatkan daya saing dan
cukup sulit diprediksi oleh manajemen New Furama Cafe Seafood.
4.2.1.3Kondisi Persaingan yang Semakin Tajam
Apabila bicara mengenai kondisi persaingan yang semakin tajam,
pihak manajemen New Furama mengakui luar biasa keinginan cafe/restoran
disepanjang pantai kedonganan untuk mendapatkan keuntungan dan omset
yang ditentukan dapat mencapai atau melebihi target yang diinginkan.
Seperti yang terjadi saat ini bahwa seluruh cafe/restoran yang ada di
sepanjang pantai kedonganan meskipun keseluruhan milik bersama
masyarakat namun tetap dibawah naungan desa adat dan BPKP2K agar
tetap terorganisir jalannya usaha tersebut dengan baik. Tidak hanya itu ada
beberapa aturan yang mengatur tentang cafe/restoran yang ada di sepanjang
pantai kedonganan tersebut agar tetap tertata dengan baik, seperti peraturan
mengenai ketentuan harga keseluruhan cafe.
Diberlakukan peraturan tersebut guna pemerataan untuk seluruh
cafe/restoran agar sesuai dengan kapasitas atau pemasukan yang seharusnya
didapat oleh industri kuliner pantai kedonganan. Namun tak sedikit pihak
pengelola beberapa cafe/restoran yang menyalahi aturan tanpa
sepengetahuan pengawas BPKP2K yang mengatur industri tersebut contoh
sesuai dengan aturan BPKP2K seluruh cafe harus memasang harga
yaitu dengan memasang harga 50.000/porsi. Tentunya kebanyakan tamu
akan tertarik untuk memilih tempat dengan harga tersebut.
Hal tersebut telah menjadi rahasia umum bagi pihak pengawas
BPKP2K dan cukup sulit untuk dikendalikan. Dari manajemen New Furama
sendiri menyadari bahwa sebisa mungkin kita dapat mengikuti arus bisnis
tersebut. Kemudian selain dengan adanya persaingan harga, pada aturan
yang ada BPKP2K juga memberlakukan sistem komisi pada setiap orang
yang membawakan tamu pada cafe/restoran yang ada di pantai kedonganan.
Menurut aturan tersebut memberlakukan komisi 25% dari harga produk dan
komisi diberikan pada yang membawa tamu tersebut. Namun masih ada
beberapa cafe/restoran yang tidak menjalankan peraturan komisi tersebut
dengan sebaik mungkin. Berikut penjelasan Pak Made Sukra:
“Hal seperti itu sudah biasa kan terjadi, nah ini yang sangat susah
sekali untuk dia wa si seca ra baik karena bisnis dimana mana pun seperti itu, komisi dari 25% itu untuk tamu-tamu freelance atau grup kecil karena aturan sekarang ma si berjalan kita memberikan komisi pada yang ba wa tamu itu 25%. New furama sendiri mana bisa beri yang terbesa r karena target saya kan bukan disitu ta rget customer/tamu kita kan sebagian besa r adalah overland/grup. Jadi setiap ada yang ba wa tamu freelance atau grup kecil kita harus memberikan 25% bagi yang bawa tamu tersebut nah kita
dengan para pesaing telah menjual harga yang terjangkau dan memberikan
komisi yang cukup bagi pembawa tamu kemudian terjadinya overload pada
tamu sehingga menciptakan ketidaknyamanan pada tamu tersebut
khususnya di New Furama. Tamu ramai datang tidak hanya sekedar
menikmati makanan namun juga ingin menikmati keindahan pantai
kedonganan, musim ramai dan orang-orang yang datang akan terganggu
dengan sarana parkir yang belum memadai dan mengakibatkan kemacetan.
mencapai omsetnya perbulan namun tanpa mereka sadari kapasitas tersebut
telah overload melebihi kapasitas yang seharusnya.
Untuk mendapatkan target yang diinginkan cafe/restoran di sepanjang
pantai kedonganan sudah terlalu dipaksakan, apabila telah dipaksakan untuk
mendapatkannya dapat diartikan tidak sesuai dengan keseimbangan atau
kemampuan perusahaan untuk mengatur jalannya usaha tersebut.
Hendaknya manajemen cafe/restoran terkait dapat mengukur kemampuan
perusahaan seperti memiliki daya tampung parkir berapa, kemudian
karyawan yang dimiliki berapa dan penghasilan perbulan berapa akan tetapi
yang ada dipikiran mereka adalah bersaing. Dengan kondisi persaingan
tersebut membuat manajemen New Furama harus mengikuti persaingan
yang ada namun tetap dalam tujuan yang telah ditargetkan oleh manajemen
New Furama.
4.2.1.4Pihak Manajemen Tidak Memahami Organisasi yang Semakin
Dinamis
Manajemen New Furama telah mempelajari pola-pola atau
teknik-teknik dalam berbisnis, baik dari segi manajemen bisnis maupun dari segi
manajemen sumber daya manusia (karyawan) dan memberikan atau
mengimplementasikannya kepada karyawan yang bekerja sehingga para
karyawan dapat menjalankan standar operasional prosedur dengan sebaik
mungkin. Sejauh ini New Furama telah memahami apa yang dibutuhkan
oleh organisasi internal New Furama sendiri.
4.2.1.5Pernah terjadinya konflik internal organisasi New Furama Cafe
Seafood
Konflik internal organisasi New Furama menurut penuturan Pak Made
Sukra di dalam New Furama sendiri tidak ada konflik yang serius terjadi
karena dari pihak manajemen sendiri cukup memahami apa saja yang
agar karyawan yang bekerja dapat menjalankan pekerjaannya sesuai standar
operasional prosedur dengan baik. Berikut penuturan Pak Made Sukra: “Itu tadi kami manajemen sudah menyusun sedemikian rupa agar
bisnis ini dapat berjalan dengan semestinya yang menjadi istilahnya pertentangan atau perselisihan internal di new furama sendiri tidak ada karena saya bena r-benar melihat kinerja ka rya wan saya bagaimana baik
marketing saya ataupun karyawan lainnya”
Menurut penjelasan Pak Made Sukra selama ini belum terjadinya
konflik internal yang serius di dalam organisasi New Furama. Pihak
manajemen New Furama sendiri telah menjalankan prosedur yang
seharusnya dijalankan dengan sebaik mungkin. Apabila internal organisasi
berjalan dengan baik dan minimnya konflik tentunya akan mendukung
bisnis tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
dalam berbisnis dan berdampak positif terhadap kelancaran bisnis tersebut
khususnya di New Furama Cafe Seafood.
4.2.2 Upaya manajemen New Furama Cafe Seafood dalam Meningkatkan kualitas
produk yang dapat Meningkatkan Daya Saing Restoran:
New Furama Cafe Seafood memiliki cara atau strategi manajemen tersendiri
dalam proses meningkatkan daya saing, antara lain dengan cara sebagai berikut:
4.2.2.1Factor Condition
Hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan usaha yang berdaya
saing dengan melihat peluang kondisi faktor saat itu juga yang sedang
terjadi karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi daya saing pada
suatu usaha. Kondisi faktor itu sendiri dengan mengetahui situasi dan
kondisi lingkungan saat ini yang sedang berkembang dan diminati oleh
pangsa pasar. Seperti yang terjadi pada New Furama saat ini proses
meningkatkan kualitas produk yang memiliki daya saing, berikut penuturan
Pak Made Sukra:
“Semua strategi yang bisa meningkatkan daya saing new furama
unggul di pantai kedonganan. Nah bagaimana cara Furama agar produk kita memiliki sedikit perbedaan dengan lainnya. Kalau di furama sendiri kan seafood dengan bumbu balinya dan ditambah varian saus lainnya kemudian dipadukan dengan apa lagi mungkin makanan lainnya mungkin orang yang ingin makan disini gak suka seafood juga dapat memilih makanan dengan varian lainnya, kalau kita sendiri mainnya lebih ke mengolah macam-macam saus biar lebih varian”
Kondisi faktor yang dijalankan New Furama mengikuti situasi atau
kondisi lingkungan yang sedang berkembang di pasaran. Apabila dilihat
dari kualitas produk, manajemen New Furama memiliki strategi agar
kualitas produk tersebut berdaya saing dengan mengolah macam-macam
saus agar produk tersebut memiliki rasa yang varian dan tidak monoton,
namun tetap tidak meninggalkan keciri khasannya bali yaitu bumbu bali
yang tetap menjadi produk keunggulan yang utama di New Furama. Selain
itu New Furama juga membuat program lainnya dengan berdasar pada
kondisi faktor saat ini seperti membuka cabang restoran di Lombok. Ada
dua cabang yang dibuka oleh manajemen New Furama Cafe Seafood di
Lombok, restoran pertama bernama sama New Furama yang berlokasi di
Senggigi dan memiliki produk sama yaitu seafood lain halnya di Jimbaran
yang menggunakan varian bumbu Bali namun di Senggigi masakan seafood
menggunakan varian bumbu khas Lombok. Kemudian restoran yang kedua
bernama New Furama Tepi Sawah Sayang Sayang yang berlokasi di jl.
Ahmad Yani, Cakranegara Sayang Sayang dengan produk sama seafood dan
tambahan makanan lainnya khas Lombok seperti ayam taliwang. Hal
tersebut merupakan upaya New Furama dalam bersaing, ada beberapa
alasan utama manajemen New Furama melakukan upaya tersebut yaitu
sebagai strategi promosi New Furama karena pariwisata Lombok saat ini
hampir menyamai Bali dan sedang berkembang sehingga banyak para
wisatawan yang berkunjung di Lombok. Selain itu dengan adanya New
Furama di Lombok, untuk mempermudah pelanggan New Furama pada saat
New Furama dalam mengetahui kondisi faktor yang ada sehingga dapat
mengikuti perkembangan pasar saat ini.
4.2.2.2Demand Condition
Pelayanan merupakan hal yang utama dalam industri jasa. Pelayanan
tersebut akan lebih terasa sempurna apabila didukung dengan berbagai
permintaan tamu yang dapat dipenuhi menjadi kepuasaan tersendiri bagi
tamu tersebut tentunya akan mendukung restoran dalam meningkatkan
kualitas produk yang memiliki nilai daya saing. Didalam manajemen New
Furama sendiri dengan sebaik mungkin memenuhi permintaan tamu, seperti
apabila ada tamu yang tidak suka seafood New Furama menyediakan menu
pilihan lainnya selain seafood. Berikut penuturan Pak Made Sukra:
“Kita sebisa mungkin memenuhi permintaan tamu, karena hal
tersebut juga bagian dari pelayanan kami, kalo ada tamu yang datang kesinoi rombongan terus ada yang gak suka seafood masak iya kita biarin saja kan ya gak mungkin tengtunya kita beri menu lain selain seafood dan sebelumnya sudah kita siapkan menu tersebut. Pintar-pintarnya manajemen melihat kondisi dan permintaan pasar/tamu. Terus misal ada rombonga n yang ingin disiapkan pengisi acara sebagai hiburan acara tamu tersebut kita sebisa mungkin memenuhi permintaan tersebut. Kalo tamu merasa nyaman dengan pelayanan yang kita berikan pasti dia gak bakal kemana
-mana dan kemungkinan balik lagi ke kita itu ada”
Dapat terlihat bahwa manajemen New Furama selalu berusaha
memenuhi permintaan pasar atau tamu agar kepuasaan pelanggan itu dapat
tercipta di New Furama sehingga mempengaruhi peningkatan daya saing di
New Furama dan dapat membuat para pelanggan tersebut kembali lagi di
New Furama secara berkelanjutan. Seperti contoh beberapa permintaan dari
pelanggan atau tamu yang telah dipenuhi oleh pihak manajemen New
Furama di waktu sebelumnya yaitu ada pengalaman dari beberapa
pelanggan yang membuat acara tertentu atau acara khusus seperti acara
reuni, arisan, perpisahan dan lain-lain kemudian pelanggan meminta pihak
manajemen menyiapkan acaranya seperti dekorasi tempat, pengisi acara dan
dipenuhi oleh pihak manajemen sesuai dengan permintaan pelanggan atau
tamu agar terciptanya kepuasan pelanggan pada saat menikmati pelayanan
dan sajian-sajian yang ada di New Furama Cafe Seafood.
4.2.2.3Keadaan Penyalur Industri Satu dengan Lainnya Saling Mendukung
Selain harus memperhatikan permintaan tamu atau pelanggan yang
ada sehingga terciptanya kualitas produk dan pelayanan yang dapat
meningkatkan daya saing, pihak manajemen New Furama juga harus
memperhatikan hubungan dengan penyalur industri lain yang mendukung
jalannya produktivitas di New Furama. Seperti yang sedang dilakukan pihak
manajemen dengan pedagang ikan, pihak manajemen sangat memperhatikan
dan menciptakan hubungan yang baik dengan pedagang ikan. Sikap saling
keterbukaan merupakan cara manajemen untuk menciptakan hubungan yang
baik agar tidak saling dirugikan satu sama lain dan menghindari konflik,
dengan adanya sikap keterbukaan tersebut membantu proses jual beli yang
baik antara pihak manajemen New Furama dengan pedagang ikan. Seperti
yang dikatakan Pak Made Sukra, berikut:
“Kalau ingin bagus loh ya harus memperhatikan hal-hal tersebut
jadi jangan menang sendiri kita harus terbuka, sama dengan hubungan saya dengan pedagang ikan kita harus terbuka saya beli ikan itu keuntungan saya berapa persen (%) saya bilang ke dia dan saya harus berani kalau ingin untung”
Menciptakan hubungan dengan pedagang ikan yang saling
keterbukaan tersebut menurut pihak manajemen dapat mendukung
produktivitas yang ada pada New Furama tentunya juga akan berdampak
pada daya saing New Furama sendiri. Karena terciptanya daya saing tidak
hanya dilihat dari tingkat kepuasan pelanggan dan bersaing dengan usaha
lainnya akan tetapi juga harus tetap memperhatikan hubungan antara
internal manajemen dengan penyalur industri lainnya. Hal tersebut
merupakan contoh upaya dari hubungan manajemen New Furama dengan
penyalur industri lainnya yang akan mendukung jalannya proses
4.2.2.4Strategi dari Perusahaan seperti Struktur Industri dan Kompetisi Dalam Industri
Strategi pada internal manajemen New Furama baik dilihat dari
strategi struktur industri dan kompetesi dalam industri, pihak manajemen
menjelaskan bahwa New Furama tetap memiliki target omset tersendiri
dalam meningkatkan daya saing, namun tetap bersaing secara sehat dan
tidak menyalahi aturan yang telah dibuat oleh lembaga terkait yaitu
BPKP2K. Seperti yang dituturkan Pak Made Sukra berikut:
“Jadi karena saya juga pengelola sekaligus menjadi pengawas di
BPKP2K, saya ha rus tetap memberi teladan yang baik buat cafe/restoran
terkait”
Selain itu Pak Made Sukra juga menjelaskan bahwa:
“Kalau untuk yang lain seperti marketing kan telah memiliki pola
masing masing dalam hal memasarkan dan mempromosikan, karya wa n juga begitu apabila mengacu pada aturan karya wan saya juga memiliki aturan juga untuk karya wan saya tentang bera pa persen dia punya ha k untuk mengelola ini dari penghasilan ini tetapi saya juga memiliki target atau omset yang saya ingin capai berapa banya knya karena menyangkut masalah persaingan juga kan kita disini kan saling bersaing nah kemudia n daya jual kita juga kalau kita jual mahal sedangkan kompetitor lainnya murah mana mau orang makan disini iya kan jadi penga wasan dala m
pengelolaan itu penting”
Jadi industri kuliner di pantai Kedonganan merupakan industri kuliner
dalam memasarkan antara mudah dan susah, mudahnya karena industri
kuliner di pantai Kedonganan telah cukup terkenal kebanyakan orang atau
wisatawan pasti tertarik untuk mengunjunginya. Berikut ujar Pak Made
Sukra:
“Kalau kata orang jawa yang kesini, anda kebali kalau anda
murah disini masa tidak nah itu tingkat persainga n yang cukup susah juga, karena disini dan cafe lainnya memiliki produk yang sama itu yang menjadi
persaingan kita”
Meningkatkan pelayanan yang cepat tanggap sehingga meminimalisir
guest complain merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan daya saing, sehingga kualitas produk tersebut juga memiliki
nilai daya saing tersendiri. Pintar-pintarnya pihak internal manajemen dapat
membaca situasi atau kondisi saat itu dan memiliki strategi yang cocok
untuk dikembangkan agar kualitas produk tersebut memiliki nilai daya saing
apabila dibandingkan dengan kualitas produk lainnya. Seperti yang telah
dijelaskan oleh manajer New Furama ada beberapa upaya yang telah
dilakukan oleh pihak manajemen dalam membuat strategi untuk mendukung
jalannya peningkatan daya saing. Strategi tersebut berupa mengikuti
perkembangan kompetisi harga dengan kompetitor lainnya dan strategi
promosi yang lebih ditingkatkan pada pangsa pasar yang dituju. Dari segi
kompetisi harga dengan cara mengimbangi harga pasar yang sedang terjadi
dengan harga yang dimiliki oleh New Furama. Kemudian dari segi pangsa
pasar yang dituju, pihak manajemen menjelaskan bahwa pangsa pasar New
Furama lebih unggul dengan tamu yang berjumlah banyak atau tamu grup
dari hal itu pihak manajemen New Furama selalu berupaya agar setiap
waktu target New Furama dalam meningkatkan jumlah pelanggan dapat
tercapai yang kemudian dapat menguntungkan dalam meningkatkan daya
35 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Hambatan yang terjadi pada saat Proses Meningkatkan Kualitas Produk di
New Furama Cafe Seafood
Terdapat lima subyek yang dapat menghambat proses meningkatkan
kualitas produk di New Furama diantaranya adanya tujuan yang tidak tepat,
lingkungan eksternal yang kompleks dan dinamis yang berubah-ubah atau sulit
diprediksi sehingga mempengaruhi kondisi yang ada, kondisi persaingan yang
semakin tajam, pihak manajemen tidak memahami organisasi yang semakin
dinamis dan pernah terjadi konflik internal organisasi. Dapat disimpulkan dari
kelima subyek hambatan tersebut pihak manajemen New Furama menjelaskan,
bahwa hal-hal tersebut telah biasa terjadi pada setiap usaha atau bisnis yang
dijalankan oleh seseorang tidak hanya pada New Furama namun apabila internal
organisasi berjalan dengan baik dan minimnya konflik tentunya akan mendukung
usaha atau bisnis tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dalam berbisnis dan berdampak positif pada setiap kelancaran bisnis
tersebut khususnya di New Furama Cafe Seafood.
2. Upaya Manajemen New Furama Cafe Seafood dalam Meningkatkan
Kualitas Produk yang dapat Meningkatkan Daya Saing Restoran
Manajemen New Furama sendiri memiliki strategi-strategi tertentu dalam
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan factor condition, demand
condition, keadaan penyalur industri satu dengan lainnya yang saling mendukung
dan strategi dari perusahaan seperti struktur industri dan kompetisi dalam industri.
Dari keempat hal tersebut manajemen New Furama telah menjalankan dengan
sebaik mungkin didukung dengan strategi-strategi yang dilakukan sesuai dengan
kemampuan New Furama agar mampu bersaing dan memiliki nilai daya saing
sehingga New Furama memiliki nilai daya jual yang bagus dan berkualitas, baik
pada pangsa pasar yang telah ditargetkan maupun terhadap pesaing-pesaingnya