• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Contoh Makalah yang Baik dan Benar | CONTOH MAKALAH DOCX Makalah Xerostomia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kumpulan Contoh Makalah yang Baik dan Benar | CONTOH MAKALAH DOCX Makalah Xerostomia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Xerostomia

MAKALAH

XEROSTOMIA (MULUT KERING)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya

lah kalo ini, penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul “Mulut Kering

(Xerostomia)”.

Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan

menjelaskan mengenai Mulut Kering dan hubungannya dengan

mikroorganisme. Pembaca diharapkan menjadi lebih memahami mengenai

seluk beluk yang berkaitan dengan mulut kering.

Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itulah penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bisa member manfaat bagi

pembaca.

Makassar, 13 Mei 2011

(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………1

Daftar Isi……….2

BAB I (PENDAHULUAN)………..3

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)………5

BAB III(PEMBAHASAN)………10

BAB IV (PENUTUP)…….………15

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Xerostomia (mulut kering) didefinisikan sebagai keluhan mulut kering

yang mungkin timbul dari penurunan produksi air liur. Dinyatakan bahwa

10% populasi penduduk mengalami xerostomia atau mulut kering.1,2

Frekuensi xerostomia bertambah dengan bertambahnya umur, lebih dari

25% orang berusia tua mengeluh mengalami mulut kering setiap hari.

Dikatakan bahwa, rata-rata orang dewasa menghasilkan sekurang-kurangnya

500 ml saliva setiap hari.

Xerostomia biasanya diderita oleh wanita dan hal ini bisa membawa

pengaruh buruk dalam perkembangan kehidupan social merekaKebanyakan

penderita bau mulut menjadi tidak begitu percaya diri untuk berbicara,

dikarenakan persepsi yang tidak baik akan aroma mulut mereka. Karena

xerostomia biasanya menyebabkan halitosis (bau mulut).

Kebanyakan orang mengalami xerostomia setelah bangun dari tidur.

Xerostomia kronik meningkatkan resiko untuk terjadinya beberapa keadaan,

dan yang paling serius adalah karies gigi dan penyakit gingiva. Walau

bagaimanapun, kondisi xerostomia kronik dan parah sering diartikan dengan

(4)

Xerostomia dapat terjadi akibat efek samping kemoterapi yaitu 78%

pasien yang dikemoterapi mendapat efek tersebut. Hal ini terjadi

berhubungan dengan agen yang digunakan dalam kemoterapi.

Mulut kering, selain menimbulkan penampakkan mulut yang kurang

baik, biasanya juga berpengaruh ke dalam unsure-unsur yang ada di dalam

rongga mulut tersebut. Bau mulut yang biasanya di timbulkan oleh

xerostomia menyebabkan kelainan ini menjadi sangat buruk efeknya bagi

seseorang dalam pergaulannya di masyarakat. Xerostomia juga

menyebabkan keadaan rongga mulut sangat berpotensi untuk berkembang

biaknya mikroorganisme karenak kurangnya saliva. Hal itulah yang

menyebabkan keadaan ini begitu kompleks bagi penderita.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari xerostomia?

2. Apa saja factor-faktor dari xerostomia?

3. Bagaimana keadaan mikroorganisme yang ada di rongga mulut ketika

xerostomia terjadi?

4. Apakah hubungan antara xerostomia dengan penggunaan gigitiruan dan

sistem stomatognatiknya?

5. Bagaimana cara mengatasi mulut kering?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa definisi dari xerostomia.

(5)

3. Untuk mengetahui keadaan mikroorganisme di dalam rongga mulut ketika

xerostomia terjadi.

4. Untuk mengetahui hubungan antara xerostomia dengan penggunaan

gigitiruan dan sistem stomatognatiknya.

5. Untuk mengetahui cara mengatasi mulut kering.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.Saliva

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan

keseimbangan ekosistem di dalam rongga mulut.1 Saliva merupakan hasil

sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva

disekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid,

submandibular, dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh

kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar bukal, labial, palatinal,

glossopalatinal, dan lingual. Kelenjar-kelenjar minor ini menunjukkan

aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai peranan

yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama

pada waktu malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor

(6)

Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai

elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat,

fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim,

immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan

oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut.

Komposisi Saliva

Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Beberapa

komposisi saliva adalah :

1. Protein

Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :

a) Mucoid

Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan

memberikan konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai

glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan

ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.

b) Enzim

Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa

diantaranya merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada

rongga mulut.

Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme

yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

(7)

Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil

ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam serum

saliva

d) Waste Products

Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product pada serum,

urea dan uric acid.

2. Ion-ion Inorganik

Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang

berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki

jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, sulfat dan

ion-ion lainnya.

3. Gas

Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas oksigen

yang larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan

serum. Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi

dan hanya dapat dipertahankan pada larutan yang memiliki tekanan didalam

kelenjar duktus, tetapi pada saat saliva mencapai rongga mulut banyak

karbon dioksida yang lepas.

4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut

Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat

saliva mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan

saliva didalam rongga mulut. Yang termasuk kedalam zat-zat aditif yaitu

(8)

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter. Pada

orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3

ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dimana pada keadaan

hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7

ml/menit. Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-0,35

ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan

hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.

Nilai pH saliva normal berkisar 6 – 7. 3,19,20 Konsumsi karbohidrat

padat maupun cair dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva

dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri dan akan melekat ke

permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada saliva, pH akan kembali

netral setelah 20 menit terpapar karbohidrat yang berkonsistensi cair dan

40-60 menit pada karbohidrat yang berkonsistensi padat.

Fungsi Saliva

Beberapa fungsi saliva adalah :

a) Sensasi Rasa

Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir

melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan

hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki

kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan

gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

(9)

Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan

melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi.

Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas,

perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan

viskoelastisitas saliva.

c) Kapasitas Buffering

Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk

mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam

dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer

pada rongga mulut.

d) Integritas Enamel Gigi

Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas

kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan

demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah

hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium,

fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.

e) Menjaga Oral Hygiene

Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana

produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang

berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

f) Membantu Proses Pencernaan

Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam

(10)

ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk

memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin.

g) Perbaikan Jaringan

Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada

jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan

menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.

h) Membantu Proses Bicara

Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya

saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.

i) Menjaga Keseimbangan Cairan

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang

dapat meningkatkan intake cairan tubuh.

b.Bakteri Aerob dan Anaerob

1) Bakteri aerob

Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan

metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai

respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai

contoh dan lemak) untuk memperoleh energi. . Misal: Nitrosococcus,

Nitrosomonas dan Nitrobacter

 Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel

(11)

 Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga

menghasilkan energi secara anaerobik.

 Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi

dalam konsentrasi yang sangat kecil (mikromolar).

Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di

sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak

menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron

terminal). Contoh yang dapat diberikan adalah oksidasi glukosa

(monosakarida) dalam respirasi aerobik.

C6H12O6 + 6 O2 + 38 + 38 fosfat → 6 CO2 + 6 H2O + 38

Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol, yang

disimpan dalam regenerasi 38 ATP dari 38 ADP per glukosa. Angka ini 19 kali

lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi anaerobik. Organisme eukariotik

(semua kecuali bakteri) hanya memperoleh 36 ATP yang diregenerasi dari

ADP dalam proses ini. Hal ini disebabkan terdapat membran yang harus

dilewati oleh transport aktif.

2) Bakteri anaerob

Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri anaerob ini

terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung

oksigen. Kuman-kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran

pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-penyakit yang

(12)

Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal

(seperti kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat

pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan

membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang

bakteri tersebut mampu berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian

tubuh yang mengalami kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran

darahnya sedikit merupakan tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri

anaerob untuk tumbuh dan berkembang karena miskin akan oksigen.

Keadaan yang kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena

penyakit pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan

pembedahan.

Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh.

Misalnya:

Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi,

rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.

Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada

salaput pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru

(bronkiektasis).

Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses,

radang selaput rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu

(13)

Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan abses panggul,

penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta

infeksi panggul yang diikuti keguguran atau persalinan prematur.

Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada

penderita diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah

dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat gigitan.

Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses

pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang.

Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah

penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).

BAB III

PEMBAHASAN

A.Xerostomia

Xerostomia adalah keadaan di mana mulut kering akibat pengurangan

atau tiadanya aliran saliva. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan gejala dari pelbagai kondisi seperti perawatan yang diterima,

efek samping dari radiasi di kepala dan leher, atau efek samping dari

pelbagai jenis obat.

-Etiologi

Faktor penyebab timbulnya xerostomia:

1. Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang

mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.

(14)

parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan

penyumbatan duktus. Kistakista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak

maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur

duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi

saliva. Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang

dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini

kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.

2. Keadaan fisiologis: Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh

keadaan-keadaan fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara yang lama

dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa

kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan pengaruh mulut

kering. Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat

menyebabkan mulut kering.

Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya

pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi sistem

parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.

3. Penggunaan obat-obatan: Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi

saliva. Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung

dengan memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh

karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem syaraf

parasimpatis, obat-obatan dengan pengaruh antikolinergik akan

menghambat paling kuat pengeluaran saliva. Obatobatan dengan pengaruh

(15)

sekresi ludah mukus. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung

mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit

atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.

4. Usia: Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini

disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai

dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan

mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, dengan

terjadinya proses aging, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar

saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan

lemak, lining sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini

mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu,

penyakit-penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang

digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh

mulut kering pada usia lanjut.

5. Terapi kanker: Xerostomia paling sering berhubungan dengan terapi

radiasi kepala dan leher. Xerostomia akut karena radiasi dapat menyebabkan

suatu reaksi peradangan, bila xerostomia kronik terjadi sampai 1 tahun

setelah mendapat terapi radiasi, dapat menyebabkan fibrosis kelenjar saliva

dan biasanya permanen.

Radiasi menyebabkan perubahan di dalam sel sekresi serous,

mengakibatkan pengurangan pengeluaran saliva dan peningkatan kepekatan

saliva. Biasanya, keluhan awal dari terapi radiasi adalah saliva pekat dan

(16)

kelenjar saliva yang terpapar radiasi dan dosis radiasi. Apabila jumlah dosis

radiasi yang diterima melebihi 5,200 cGy, aliran saliva akan berkurang dan

sedikit atau tidak ada saliva yang

dikeluarkan dari kelenjar saliva. Perubahan ini biasanya permanen. Beberapa

obat kemoterapi kanker juga dapat mengubah komposisi dan aliran saliva,

mengakibatkan xerostomia, tetapi perubahan ini biasanya sementara.

- Gejala dan Tanda

1. Gejala

a.Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah dalam

makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang kering

biasanya sulit dikunyah dan ditelan. Pemakaian gigitiruan juga biasanya

mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat gigitiruan, dan

lidah juga lengket pada palatum.

2. Tanda

a.Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan

pengecapan (dysgeusia), rasa sakit pada lidah (glossodynia) dan

peningkatan kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari.

Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema

mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis,

inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis,

halitosis, ulserasi pada rongga mulut.

HUBUNGAN PENGGUNAAN GIGITIRUAN DENGAN XEROSTOMIA YANG

(17)

Pasien yang menggunakan gigitiruan memiliki beberapa kemungkinan yang

bisa menyebabkan ia menderita xerostomia. Pasien yang menggunakan

gigitiruan mungkin saja akan mengalami hipersekresi atau hiposekresi saliva.

Hal yang berkaitan dengan masalah xerostomia ialah apabila sekresi saliva

pada penderita kurang dari sekresi normal pada saliva, dan menyebabkan

terjadinya mulut kering. Mengapa sekresi saliva bisa berkurang? Hal ini bisa

saja disebabkan karena kontur dari gigitiruan yang kurang sempurna dan

justru mengganggu titik-titik penghasil saliva di dalam mulut.

HUBUNGAN XEROSTOMIA DENGAN KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI

DALAM MULUT

Ada beberapa mikroorganisme yang berkembang di dalam mulut manusia.

Rongga mulut bayi yang baru dilahirkan bebas dari mikroorganisme, namun

hanya dalam waktu beberapa jam sudah terjadi kolonisasi bakteri.

Streptococcus salivarius sudah tumbuh pada hari pertama, demikian juga

dengan Veillonella alcascens, lactobasilli, dan Candida albicans. Actinomyces

dan kuman anaerob lainnya baru tampak setelah satu bulan kelahiran,

sedangkan Streptococcus sanguis dan Streptococcus mutans baru tumbuh

mengikuti erupsi gigi geligi susu.

Pada scenario, penderita menggunakan gigi palsu. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, gigi palsu juga bisa menyebabkan berkurangnya

sekresi saliva. Kita mengetahui bahwa fungsi saliva ialah membantu

mencerna dan memindahkan bolus makanan ke dalam tenggorokan,

(18)

aktivitas anti bakteri dan jamur, menjaga PH dalam rongga mulut,

remineralisasi pada email gigi dan menjadi media untuk merasakan

makanan. Sehingga apabila sekresi saliva berkurang, maka fungsi-fungsi dari

saliva seperti yang sudah disebutkan di atas menjadi kurang maksimal. Hal

ini bisa menyebabkan berkumpulnya sisa makanan di dalam mulut, sehingga

menjadi lahan subur bagi bakteri untuk hidup. Terlebih lagi mengingat fungsi

saliva yang bisa menjadi anti bakteri dan jamur berkurang sejalan dengan

berkurangnya sekresi saliva. Hal ini yang menyebabkan penderita

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Penanggung

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Penggunaan Kartu Kredit tidak berpengaruh terhadap Resiko Gagal Bayar, berarti hipotesis kedua yang menyatakan: Semakin

Tabel 13 menunjukkan jumlah dan presentase kondisi sanitasi sarana penjaja yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat pada pedagang makanan jajanan di kantin sekolah

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

In this study, social capital is measured by three indicators, namely, trust, cooperativeness and the social network (a person’s participation in community activities).Welfare

For those who were multiple job holders in 2007, a higher percentage income increase from the primary job, the lower is the probability to move to single job holding. We argue

Metode Eliminasi Gauss merupakan metode yang dikembangkan dari metode eliminasi, yaitu menghilangkan atau mengurangi jumlah variable sehingga dapat diperoleh nilai dari suatu