Makalah Xerostomia
MAKALAHXEROSTOMIA (MULUT KERING)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya
lah kalo ini, penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul “Mulut Kering
(Xerostomia)”.
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan
menjelaskan mengenai Mulut Kering dan hubungannya dengan
mikroorganisme. Pembaca diharapkan menjadi lebih memahami mengenai
seluk beluk yang berkaitan dengan mulut kering.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itulah penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bisa member manfaat bagi
pembaca.
Makassar, 13 Mei 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………1
Daftar Isi……….2
BAB I (PENDAHULUAN)………..3
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)………5
BAB III(PEMBAHASAN)………10
BAB IV (PENUTUP)…….………15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Xerostomia (mulut kering) didefinisikan sebagai keluhan mulut kering
yang mungkin timbul dari penurunan produksi air liur. Dinyatakan bahwa
10% populasi penduduk mengalami xerostomia atau mulut kering.1,2
Frekuensi xerostomia bertambah dengan bertambahnya umur, lebih dari
25% orang berusia tua mengeluh mengalami mulut kering setiap hari.
Dikatakan bahwa, rata-rata orang dewasa menghasilkan sekurang-kurangnya
500 ml saliva setiap hari.
Xerostomia biasanya diderita oleh wanita dan hal ini bisa membawa
pengaruh buruk dalam perkembangan kehidupan social merekaKebanyakan
penderita bau mulut menjadi tidak begitu percaya diri untuk berbicara,
dikarenakan persepsi yang tidak baik akan aroma mulut mereka. Karena
xerostomia biasanya menyebabkan halitosis (bau mulut).
Kebanyakan orang mengalami xerostomia setelah bangun dari tidur.
Xerostomia kronik meningkatkan resiko untuk terjadinya beberapa keadaan,
dan yang paling serius adalah karies gigi dan penyakit gingiva. Walau
bagaimanapun, kondisi xerostomia kronik dan parah sering diartikan dengan
Xerostomia dapat terjadi akibat efek samping kemoterapi yaitu 78%
pasien yang dikemoterapi mendapat efek tersebut. Hal ini terjadi
berhubungan dengan agen yang digunakan dalam kemoterapi.
Mulut kering, selain menimbulkan penampakkan mulut yang kurang
baik, biasanya juga berpengaruh ke dalam unsure-unsur yang ada di dalam
rongga mulut tersebut. Bau mulut yang biasanya di timbulkan oleh
xerostomia menyebabkan kelainan ini menjadi sangat buruk efeknya bagi
seseorang dalam pergaulannya di masyarakat. Xerostomia juga
menyebabkan keadaan rongga mulut sangat berpotensi untuk berkembang
biaknya mikroorganisme karenak kurangnya saliva. Hal itulah yang
menyebabkan keadaan ini begitu kompleks bagi penderita.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari xerostomia?
2. Apa saja factor-faktor dari xerostomia?
3. Bagaimana keadaan mikroorganisme yang ada di rongga mulut ketika
xerostomia terjadi?
4. Apakah hubungan antara xerostomia dengan penggunaan gigitiruan dan
sistem stomatognatiknya?
5. Bagaimana cara mengatasi mulut kering?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari xerostomia.
3. Untuk mengetahui keadaan mikroorganisme di dalam rongga mulut ketika
xerostomia terjadi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara xerostomia dengan penggunaan
gigitiruan dan sistem stomatognatiknya.
5. Untuk mengetahui cara mengatasi mulut kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan
keseimbangan ekosistem di dalam rongga mulut.1 Saliva merupakan hasil
sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva
disekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid,
submandibular, dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh
kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar bukal, labial, palatinal,
glossopalatinal, dan lingual. Kelenjar-kelenjar minor ini menunjukkan
aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai peranan
yang penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama
pada waktu malam hari ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai
elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat,
fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim,
immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan
oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut.
Komposisi Saliva
Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Beberapa
komposisi saliva adalah :
1. Protein
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a) Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan
memberikan konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai
glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan
ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.
b) Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa
diantaranya merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada
rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme
yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil
ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam serum
saliva
d) Waste Products
Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product pada serum,
urea dan uric acid.
2. Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang
berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki
jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, sulfat dan
ion-ion lainnya.
3. Gas
Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas oksigen
yang larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan
serum. Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi
dan hanya dapat dipertahankan pada larutan yang memiliki tekanan didalam
kelenjar duktus, tetapi pada saat saliva mencapai rongga mulut banyak
karbon dioksida yang lepas.
4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut
Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat
saliva mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan
saliva didalam rongga mulut. Yang termasuk kedalam zat-zat aditif yaitu
Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter. Pada
orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3
ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dimana pada keadaan
hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7
ml/menit. Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-0,35
ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan
hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.
Nilai pH saliva normal berkisar 6 – 7. 3,19,20 Konsumsi karbohidrat
padat maupun cair dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva
dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri dan akan melekat ke
permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada saliva, pH akan kembali
netral setelah 20 menit terpapar karbohidrat yang berkonsistensi cair dan
40-60 menit pada karbohidrat yang berkonsistensi padat.
Fungsi Saliva
Beberapa fungsi saliva adalah :
a) Sensasi Rasa
Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir
melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan
hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki
kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan
gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.
Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan
melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi.
Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas,
perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan
viskoelastisitas saliva.
c) Kapasitas Buffering
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk
mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam
dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer
pada rongga mulut.
d) Integritas Enamel Gigi
Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas
kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan
demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah
hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium,
fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.
e) Menjaga Oral Hygiene
Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana
produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang
berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
f) Membantu Proses Pencernaan
Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam
ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk
memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin.
g) Perbaikan Jaringan
Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada
jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan
menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.
h) Membantu Proses Bicara
Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya
saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.
i) Menjaga Keseimbangan Cairan
Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang
dapat meningkatkan intake cairan tubuh.
b.Bakteri Aerob dan Anaerob
1) Bakteri aerob
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai
respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai
contoh dan lemak) untuk memperoleh energi. . Misal: Nitrosococcus,
Nitrosomonas dan Nitrobacter
Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel
Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga
menghasilkan energi secara anaerobik.
Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi
dalam konsentrasi yang sangat kecil (mikromolar).
Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di
sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak
menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron
terminal). Contoh yang dapat diberikan adalah oksidasi glukosa
(monosakarida) dalam respirasi aerobik.
C6H12O6 + 6 O2 + 38 + 38 fosfat → 6 CO2 + 6 H2O + 38
Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol, yang
disimpan dalam regenerasi 38 ATP dari 38 ADP per glukosa. Angka ini 19 kali
lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi anaerobik. Organisme eukariotik
(semua kecuali bakteri) hanya memperoleh 36 ATP yang diregenerasi dari
ADP dalam proses ini. Hal ini disebabkan terdapat membran yang harus
dilewati oleh transport aktif.
2) Bakteri anaerob
Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri anaerob ini
terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung
oksigen. Kuman-kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran
pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-penyakit yang
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal
(seperti kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat
pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan
membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang
bakteri tersebut mampu berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian
tubuh yang mengalami kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran
darahnya sedikit merupakan tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri
anaerob untuk tumbuh dan berkembang karena miskin akan oksigen.
Keadaan yang kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena
penyakit pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan
pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh.
Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi,
rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada
salaput pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru
(bronkiektasis).
Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses,
radang selaput rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu
Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan abses panggul,
penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta
infeksi panggul yang diikuti keguguran atau persalinan prematur.
Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada
penderita diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah
dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat gigitan.
Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses
pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang.
Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah
penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).
BAB III
PEMBAHASAN
A.Xerostomia
Xerostomia adalah keadaan di mana mulut kering akibat pengurangan
atau tiadanya aliran saliva. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan gejala dari pelbagai kondisi seperti perawatan yang diterima,
efek samping dari radiasi di kepala dan leher, atau efek samping dari
pelbagai jenis obat.
-Etiologi
Faktor penyebab timbulnya xerostomia:
1. Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang
mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.
parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan
penyumbatan duktus. Kistakista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak
maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur
duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi
saliva. Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang
dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini
kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
2. Keadaan fisiologis: Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara yang lama
dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa
kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan pengaruh mulut
kering. Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat
menyebabkan mulut kering.
Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya
pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi sistem
parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.
3. Penggunaan obat-obatan: Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi
saliva. Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung
dengan memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh
karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem syaraf
parasimpatis, obat-obatan dengan pengaruh antikolinergik akan
menghambat paling kuat pengeluaran saliva. Obatobatan dengan pengaruh
sekresi ludah mukus. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung
mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit
atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
4. Usia: Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai
dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan
mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, dengan
terjadinya proses aging, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar
saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan
lemak, lining sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini
mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu,
penyakit-penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang
digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh
mulut kering pada usia lanjut.
5. Terapi kanker: Xerostomia paling sering berhubungan dengan terapi
radiasi kepala dan leher. Xerostomia akut karena radiasi dapat menyebabkan
suatu reaksi peradangan, bila xerostomia kronik terjadi sampai 1 tahun
setelah mendapat terapi radiasi, dapat menyebabkan fibrosis kelenjar saliva
dan biasanya permanen.
Radiasi menyebabkan perubahan di dalam sel sekresi serous,
mengakibatkan pengurangan pengeluaran saliva dan peningkatan kepekatan
saliva. Biasanya, keluhan awal dari terapi radiasi adalah saliva pekat dan
kelenjar saliva yang terpapar radiasi dan dosis radiasi. Apabila jumlah dosis
radiasi yang diterima melebihi 5,200 cGy, aliran saliva akan berkurang dan
sedikit atau tidak ada saliva yang
dikeluarkan dari kelenjar saliva. Perubahan ini biasanya permanen. Beberapa
obat kemoterapi kanker juga dapat mengubah komposisi dan aliran saliva,
mengakibatkan xerostomia, tetapi perubahan ini biasanya sementara.
- Gejala dan Tanda
1. Gejala
a.Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah dalam
makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang kering
biasanya sulit dikunyah dan ditelan. Pemakaian gigitiruan juga biasanya
mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat gigitiruan, dan
lidah juga lengket pada palatum.
2. Tanda
a.Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan
pengecapan (dysgeusia), rasa sakit pada lidah (glossodynia) dan
peningkatan kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari.
Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema
mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis,
inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis,
halitosis, ulserasi pada rongga mulut.
HUBUNGAN PENGGUNAAN GIGITIRUAN DENGAN XEROSTOMIA YANG
Pasien yang menggunakan gigitiruan memiliki beberapa kemungkinan yang
bisa menyebabkan ia menderita xerostomia. Pasien yang menggunakan
gigitiruan mungkin saja akan mengalami hipersekresi atau hiposekresi saliva.
Hal yang berkaitan dengan masalah xerostomia ialah apabila sekresi saliva
pada penderita kurang dari sekresi normal pada saliva, dan menyebabkan
terjadinya mulut kering. Mengapa sekresi saliva bisa berkurang? Hal ini bisa
saja disebabkan karena kontur dari gigitiruan yang kurang sempurna dan
justru mengganggu titik-titik penghasil saliva di dalam mulut.
HUBUNGAN XEROSTOMIA DENGAN KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI
DALAM MULUT
Ada beberapa mikroorganisme yang berkembang di dalam mulut manusia.
Rongga mulut bayi yang baru dilahirkan bebas dari mikroorganisme, namun
hanya dalam waktu beberapa jam sudah terjadi kolonisasi bakteri.
Streptococcus salivarius sudah tumbuh pada hari pertama, demikian juga
dengan Veillonella alcascens, lactobasilli, dan Candida albicans. Actinomyces
dan kuman anaerob lainnya baru tampak setelah satu bulan kelahiran,
sedangkan Streptococcus sanguis dan Streptococcus mutans baru tumbuh
mengikuti erupsi gigi geligi susu.
Pada scenario, penderita menggunakan gigi palsu. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, gigi palsu juga bisa menyebabkan berkurangnya
sekresi saliva. Kita mengetahui bahwa fungsi saliva ialah membantu
mencerna dan memindahkan bolus makanan ke dalam tenggorokan,
aktivitas anti bakteri dan jamur, menjaga PH dalam rongga mulut,
remineralisasi pada email gigi dan menjadi media untuk merasakan
makanan. Sehingga apabila sekresi saliva berkurang, maka fungsi-fungsi dari
saliva seperti yang sudah disebutkan di atas menjadi kurang maksimal. Hal
ini bisa menyebabkan berkumpulnya sisa makanan di dalam mulut, sehingga
menjadi lahan subur bagi bakteri untuk hidup. Terlebih lagi mengingat fungsi
saliva yang bisa menjadi anti bakteri dan jamur berkurang sejalan dengan
berkurangnya sekresi saliva. Hal ini yang menyebabkan penderita