KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI JAWA BARAT
TRIWULAN III-2010
Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108
BANDUNG
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Bank Indonesia Bandung
Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Bank Indonesia Bandung
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda & lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Tugas Pokok Bank Indonesia Bandung adalah sebagai berikut :
1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di
wilayah kerjanya;
2. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan
kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;
3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya;
4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang
didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat;
5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan III-2010” ini akhirnya dapat
diselesaikan. Hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Jawa Barat pada triwulan
laporan memberi gambaran bahwa perekonomian Jawa Barat masih menunjukkan kondisi yang
kondusif.
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya perlambatan
pertumbuhan. Bila pada triwulan II-2010, perekonomian Jawa Barat tumbuh sebesar 6,9% (yoy),
pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2010 hanya mampu tumbuh 4,0%. Dari sisi permintaan,
perlambatan disebabkan karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama
perekonomian Jawa Barat, serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian,
perlambatan pertumbuhan lebih lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah, investasi, maupun ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan
disebabkan oleh kontraksi yang terjadi terhadap sektor pertanian, karena menurunnya produktivitas
padi, serta melambatnya sektor PHR seiring perlambatan konsumsi rumah tangga.
Dari sisi harga, perkembangan harga di Jawa Barat secara umum selama periode triwulan
III-2010 sampai bulan Oktober III-2010, masih menunjukkan terjadinya inflasi. Namun demikian, laju inflasi
secara bulanan (mtm) menunjukkan trend yang melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi
(ytd) dapat sedikit teredam dan lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional.
Sementara itu, kondisi perbankan di Jawa Barat masih menunjukkan penguatan. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan berbagai indikator perbankan, seperti aset, dana pihak ketiga, dan
outstanding kredit, yang terus mengalami peningkatan. Penyaluran kredit pada triwulan III-2010
tumbuh lebih tinggi, khususnya untuk kredit investasi, sejalan dengan maraknya realisasi investasi di
Jawa Barat. Di sisi lain, risiko kredit mengalami sedikit peningkatan, namun masih relatif terkendali,
yaitu masih berada di bawah 5%.
Dari sisi keuangan daerah, realisasi penerimaan, baik APBN maupun APBD di Jawa Barat,
mengalami peningkatan selama triwulan III-2010. Adapun penerimaan pemerintah pusat meningkat
terutama pada pos Pajak Penghasilan, sementara penerimaan Pemerintah Provinsi terutama bersumber
dari Pajak Kendaraan Bermotor serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Sementara itu, dari sisi
belanja, realisasi belanja Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan, yang
terdorong akibat naiknya realisasi dana Dekonsentrasi serta dana Tugas Pembantuan. Namun
demikian, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih
rendah dibandingkan pola musimannya, dan lebih terkonsentrasi pada triwulan IV-2010. Kondisi ini
mengakibatkan kurang optimalnya peran pembiayaan keuangan daerah terhadap perekonomian Jawa
Barat pada periode laporan.
Di sisi tenaga kerja, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan
Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain
berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor
Bank Indonesia Bandung, juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre III Jawa Barat, Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Barat I, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Persepatuan Indonesia
(APRISINDO), PT. Angkasa Pura II, PT. Jasa Marga, serta PT. Kereta Api. Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku
ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat
baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.
Bandung, November 2010
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel... ix
Daftar Grafik... x
Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat... xii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1
BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ... 7
1. Sisi Permintaan... 9
1.1.Konsumsi ... 10
1.2.Investasi ... 11
1.3.Ekspor Impor ... 13
2. Sisi Penawaran... ... 16
2.1.Sektor Pertanian... 16
2.2.Sektor Industri Pengolahan... 19
2.3.Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 23
2.4.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 24
2.5.Sektor Bangunan/Konstruksi ... 26
2.6.Sektor Lainnya ... 26
Boks 1. Analisis Siklus Bisnis Sektoral di Jawa Barat... 27
Boks 2. Tugas Bank Indonesia Bandung dalam Mendorong Perkembangan Ekonomi Moneter dan Pengembangan Sektor Riil ... 30
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 33
1. Perkembangan Inflasi ... ... 35
1.1.Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ... 36
Inflasi Bulanan... 36
Inflasi Tahunan... 36
1.2.Inflasi Menurut Kota ... 37
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi... ... 38
2.1.Fundamental... 38
a. Interaksi Permintaan dan Penawaran ... 38
b. Eksternal ... ... 38
c. Ekspektasi Inflasi ... ... 39
2.2.Non Fundamental... 39
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 41
1. Struktur Perbankan di Jawa Barat ... 43
2. Bank Umum Konvensional ... 43
2.1.Pendanaan dan Risiko Likuiditas ... 43
Perkembangan Dana Pihak Ketiga ... 43
2.2.Perkembangan Kredit dan Risikonya ... 45
Perkembangan Kredit ... 45
Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)... 46
Kredit yang berlokasi Proyek di Jawa Barat ... 47
Risiko Kredit ... 48
3. Bank Umum Syariah ... 48
4. Bank Perkreditan Rakyat ... 49
BAB 4 KEUANGAN DAERAH... ... 51
1. Pendapatan Pemerintah di Jawa Barat... ... 53
1.1. Pendapatan Pajak Pemerintah Pusat ... 53
1.2. Pendapatan Pemerintah Provinsi... 54
2.2. Belanja APBD Provinsi Jawa Barat... 57
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 59
1. Pengedaran Uang Kartal... 61
1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 61
1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 63
1.3. Uang Palsu ... 64
2. Sistem Pembayaran Non Tunai... 64
2.1 Kliring Lokal... 64
2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)... 65
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH... 67
1. Ketenagakerjaan ... 69
Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat ... ... 69
2. Kesejahteraan... 70
Boks 3. Survei Kondisi Remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Jawa Barat... 72
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 75
1. Prospek Ekonomi Makro... 77
2. Prakiraan Inflasi ... 78
Boks 4. Survei Respons Sektor Ekonomi Utama Jawa Barat Terhadap Perkembangan Permintaan... 80
LAMPIRAN... 83
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy) ... 10
Tabel 1.2. Pertumbuhan Volume Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli ... 15
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat – Sisi Penawaran (%)... .. 16
Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat... 24
Tabel 1.5. Jumlah Penumpang Kereta Api di Jawa Barat... ... 25
Tabel 1.6. Jumlah Kendaraan yang Melintasi 12 Gerbang Tol di Jawa Barat... 25
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Jawa Barat per Kelompok Barang/Jasa... 37
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Tujuh Kota di Jawa Barat ... 37
Tabel 3.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Jawa Barat ... 44
Tabel 3.2. Perkembangan Baki Debet Kredit Bank Umum per Penggunaan ... 45
Tabel 3.3. Perkembangan Baki Debet Kredit Bank Umum per Sektoral... 46
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Pusat di Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I………... ... 53
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat... 54
Tabel 4.3. Realisasi penerimaan Pajak Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Rp Miliar) ... 55
Tabel 4.4. Realisasi (ytd) Dana Dekonsentrasi Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Anggaran Terbesar 56 Tabel 4.5. Realisasi (ytd) Dana Tugas Pembantuan Jawa Barat di Lima Pemerintah Daerah Penerima Alokasi Anggaran Terbesar ... 56
Tabel 4.6. Perkiraan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ... 57
Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung. ... 63
Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat ... 65
Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat ... 66
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) ... 9
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ... 10
Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 11
Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi... 11
Grafik 1.5. Posisi Baku Debet Kredit Konsumsi... 11
Grafik 1.6. Impor Barang Modal... 12
Grafik 1.7. Realisasi Investasi Jawa Barat ... 12
Grafik 1.8. Nilai Ekspor Jawa Barat... 13
Grafik 1.9. Volume Ekspor Jawa Barat... 13
Grafik 1.10. Nilai Ekspor TPT ... 14
Grafik 1.11. Volume Ekspor TPT... 14
Grafik 1.12. Nilai Ekspor Alas Kaki ... 14
Grafik 1.13. Volume Ekspor Alas Kaki ... 14
Grafik 1.14. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi... 14
Grafik 1.15. Volume Ekspor Alat Telekomunikasi... 14
Grafik 1.16. Nilai Ekspor Mesin Elektrik ... 15
Grafik 1.17. Volume Ekspor Mesin Elektrik... 15
Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli... 15
Grafik 1.19. Nilai Impor Jawa Barat ... 16
Grafik 1.20. Volume Impor Jawa Barat... 16
Grafik 1.21. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 17
Grafik 1.22. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat... 17
Grafik 1.23. Luas Panen Padi Jawa Barat... ... 18
Grafik 1.24. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Pertanian... ... 18
Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat... 19
Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat... 19
Grafik 1.27. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan... ... 20
Grafik 1.28. Penjualan Mobil dan Motor Nasional... 20
Grafik 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan ... 21
Grafik 1.30. Nilai dan Volume Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil ... 22
Grafik 1.31. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Industri Pengolahan ... 23
Grafik 1.32. Indeks Kondisi Ekonomi... 23
Grafik 1.33. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat... 24
Grafik 1.34. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat ... 24
Grafik 1.35. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Husein Sastranegara ... 25
Grafik 1.36. Penyaluran Semen di Jawa Barat ... ... 26
Grafik 1.37. Posisi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA)... 26
Grafik 1.38. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Jawa Barat ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.... 26
Grafik 1.39. Saldo Bersih Tertimbang Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan... ... 26
Grafik 2.1. Inflasi IHK Jawa Barat, bulanan (mtm), akumulasi (ytd), dan Tahunan (yoy) ... 35
Grafik 2.2. Kontribusi Inflasi/Deflasi Bulanan per kelompok Barang/Jasa ... 36
Grafik 2.3. Kapasitas Utilisasi... 38
Grafik 2.4. Laju Inflasi di Negara Mitra Dagang... 38
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional... ... 38
Grafik 2.6. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung... 39
Grafik 2.7. Luas Panen Padi di Jawa Barat ... 39
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan III-2010... 43
Grafik 3.2. Pangsa Aset Perbankan di Jawa Barat Triwulan III-2010... 43
Grafik 3.3. Porsi DPK berdasarkan Jenis Simpanannya ... 44
Grafik 3.4. Porsi DPK berdasarkan Kelompok Bank di Jawa Barat... 44
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek dan Kredit Bank Pelapor ... 47
Grafik 3.11. Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 48
Grafik 3.12. Kredit Lokasi proyek Berdasarkan Jenis Penggunaan... 48
Grafik 3.13. Perkembangan Jumlah Kredit Bermasalah Bank Umum Konvensional di Jawa Barat ... 48
Grafik 3.14. Perkembangan NPL Total Kredit dan NPL Kredit UMKM... 48
Grafik 3.15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat... 49
Grafik 3.16. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat ... 49
Grafik 3.17. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat ... 49
Grafik 3.18. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat... 50
Grafik 3.19. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Jawa Barat... 50
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Barat ... 62
Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung ... 64
Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan ... 69
Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan ... 70
Grafik 6.3. Nilai Tukar Petani ... 71
Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen... 77
Grafik 7.2. Impor Barang Modal ... 77
Grafik 7.3. Business Cycle Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat... 78
I. MAKRO
2009 2010
INDIKATOR
Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
PDRB - harga konstan (Rp Miliar) 73.390 77.680 78.560 77.610 78.710 80.800
- Pertanian 9.080 10.180 9.470 11.700 9.760 9.890
- Pertambangan & Penggalian 1.780 1.920 2.000 1.840 1.880 1.910
- Industri Pengolahan 32.940 33.400 34.440 31.890 33.440 34.080
- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.650 1.830 1.970 1.860 1.850 1.890
- Bangunan 2.460 2.680 2.830 2.720 2.870 2.980
- Perdagangan. Hotel. dan Restoran 14.980 16.660 16.820 16.790 17.250 17.680
- Pengangkutan dan Komunikasi 3.270 3.480 3.440 3.400 3.860 4.240
- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.350 2.550 2.580 2.450 2.590 2.730
- Jasa 4.870 4.980 5.010 4.970 5.200 5.420
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,2 4,0 6,1 6,6 6,9 4,0
Ekspor-Impor*) 3.119,55 3.459,90 3.637,59 3.254,81 3.332,30 2.107,89
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.681,69 5.053,79 5.306,40 5.212,96 5.802,48 4.204,74 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.921,40 1.727,67 1.998,84 1.693,90 1.961,02 1.405,70 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1.562,14 1.593,88 1.668,81 1.958,15 2.470,18 2.096,86
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 246,97 272,10 250,90 339,65 373,33 300,35
Indeks Harga Konsumen* 113,37 115,49 115,83 116,94 118,68 121,74
- Kota Bandung 112.66 114,51 115,08 116,05 116,60 119,18
- Kota Bekasi 112,43 114,41 114,88 116,33 118,75 122,14
- Kota Bogor 116,60 118,60 118,50 119,81 121,53 124,86
- Kota Sukabumi 116,64 118,10 118,31 119,03 120,24 123,80
- Kota Cirebon 118,30 121,25 122,00 122,44 123,97 128,33
- Kota Tasikmalaya 117,23 118,51 119,87 121,47 122,47 124,68
- Kota Depok 112,69 115,43 115,39 116,26 118,85 121,85
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)**) 3,13 1,87 2,02 2,99 4,68 5,41
- Kota Bandung 2,17 1,61 2,11 2,86 3,50 4,08
- Kota Bekasi 3,59 1,51 1,93 3,20 5,62 6,76
- Kota Bogor 2,57 2,24 2,16 2,47 4,23 5,28
- Kota Sukabumi 3,38 3,31 3,49 2,41 3,09 4,83
- Kota Cirebon 5,23 3,47 4,11 3,54 4,79 5,84
- Kota Tasikmalaya 6,91 2,99 4,17 4,74 4,47 5,21
- Kota Depok 6,87 1,33 1,30 2,96 5,47 5,56
Keterangan:
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III*)
A Bank Umum
1 Total Aset (Rp Triliun) 162,80 170,85 178,02 181,92 187,08 197,78 206,59 2 DPK (Rp Triliun) 123,03 126,97 129,53 133,28 121,59 131,06 131,87 - Tabungan (Rp Triliun) 41,63 45,06 47,31 53,05 44,48 48,03 49,32 - Giro (Rp Triliun) 27,48 27,61 27,14 25,32 24,33 28,75 28,12 - Deposito (Rp Triliun) 53,91 54,31 55,08 54,91 52,78 54,28 54,42 3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek* 167,13 171,39 174,16 181,41 180,28 193,30 197,54 - Investasi 24,28 24,25 24,74 27,05 27,51 28,23 29,68 - Modal Kerja 79,79 81,36 81,55 83,16 80,59 81,87 87,03 - Konsumsi 63,06 65,77 67,87 71,20 77,10 79,45 80,83 4 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 87,58 95,46 98,77 102,62 104,99 111,64 114,90 - Modal Kerja 39,39 44,00 44,95 46,68 45,25 48,18 50,96 - Investasi 9,18 9,50 9,69 10,36 11,60 12,42 12,24 - Konsumsi 39,02 41,96 44,13 45,58 48,13 51,05 51,70 5 - LDR (%) 71,19 75,18 76,25 77,00 86,35 85,19 87,14 6 Rasio NPL Gross (%) 3,99 3,91 3,82 3,37 3,53 3,45 3,6
B Bank Umum Syariah*)
1 DPK (Rp Triliun) 4,03 4,49 4,38 5,07 4,72 5,92 6,34 - Giro (Rp Triliun) 0,33 0,34 0,40 0,53 0,36 0,60 0,59 - Deposito (Rp Triliun) 1,87 1,90 2,14 2,37 1,95 2,36 2,33 - Tabungan (Rp Triliun) 1,89 2,25 2,06 2,16 2,41 2,96 3,42 2 Pembiayaan (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 3,41 3,53 3,72 4,05 3,96 5,56 6,20 - Modal Kerja 1,86 1,89 2,07 2,10 2,23 2,68 3,03 - Investasi 0,54 0,55 0,57 0,61 0,48 0,76 0,81 - Konsumsi 1,01 1,09 1,19 1,34 1,25 2,12 2,37 3 - FDR 86,26 78,50 84,83 79,89 83,95 93,93 97,81
C BPR Konvensional
1 Total Aset (Rp Triliun) 6,21 6,49 6,67 7,06 7,33 7,64 8,07 2 DPK (Rp Triliun) 4,40 4,62 4,78 5,08 5,38 5,55 5,78 - Tabungan (Rp Triliun) 0,96 1,03 1,03 1,16 1,27 1,25 1,26 - Deposito (Rp Triliun) 3,44 3,59 3,75 3,93 4,11 4,30 4,53 3 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 4,49 4,59 4,72 4,81 4,98 5,33 5,64 - Modal Kerja 2,42 2,45 2,48 2,64 2,73 2,91 3,1 - Investasi 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13 0,14 0,1 - Konsumsi 1,93 2,00 2,08 2,03 2,11 2,28 2,39 4 Kredit MKM (triliun Rp) 4,49 4,59 4,72 4,81 4,97 5,33 5,64 0
1 5
Keterangan:
III. SISTEM PEMBAYARAN
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
Transaksi Tunai
Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 5,77 7,42 6,65 4,10 5,49 3,67 6,05 Inflow (Rp Triliun) 7,02 3,34 3,71 6,00 6,72 5,00 8,22 Outflow (Rp Triliun) 0,81 2,01 3,14 2,05 0,80 2,18 5,09
Transaksi Non Tunai BI-RTGS
Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 130,57 138,64 159,53 147,18 151,19 169,98 188,69 Volume Transaksi BI-RTGS 188.863 196.533 232.945 238.919 252.006 274.959 2.915.564 Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2,18 2,24 2,57 2,37 2,48 2,74 3,04 Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 3.148 3.170 3.757 3.854 4.131 4.435 47.025
Kliring
Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 9,94 10,38 10,64 11,19 10,82 11,14 11,82 Volume Perputaran Kliring 504.311 476.875 484.106 481.440 496.425 510.649 515.642 Rata-rata Harian Nominal Perputaran Kliring (triliun Rp) 0,17 0,17 0,17 0,18 0,18 0,18 0,19 Rata-rata Harian Volume Perputaran Kliring 8.405 7.692 7.808 7.765 8.138 8.236 8.317
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Perekonomian Jawa Barat tumbuh melambat
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 4,0% (yoy), atau melambat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%.
Dari sisi permintaan, perlambatan dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga
Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama perekonomian Jawa Barat, serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan lebih lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi, maupun ekspor.
Dari sisi penawaran, menurunnya sektor pertanian dan perlambatan di sektor PHR mengakibatkan perlambatan pada perekonomian Jawa Barat
Dari sisi penawaran, perlambatan disebabkan oleh turunnya kinerja sektor pertanian, karena turunnya produksi di sektor pertanian, sebagai dampak dari menurunnya produktivitas padi. Selain itu, sektor PHR mengalami perlambatan pertumbuhan, seiring melambatnya konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, sektor industri pengolahan, sebagai sektor yang paling dominan, masih tumbuh relatif stabil selama periode laporan.
PERKEMBANGAN INFLASI
Perkembangan harga di Jawa Barat masih menunjukkan terjadinya inflasi
Selama periode triwulan III-2010 sampai bulan Oktober 2010, perkembangan harga di Jawa Barat secara umum masih menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara bulanan (mtm) menunjukkan trend yang melambat sehingga akumulasi kenaikan laju inflasi (ytd) dapat sedikit teredam dan lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional.
Tekanan inflasi bersumber dari kenaikan harga sebagian besar kelompok barang/jasa
Tekanan inflasi yang terjadi bersumber dari kenaikan harga pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Perkembangan harga juga tidak terlepas dari adanya pengaruh musiman, seperti berakhirnya Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan September 2010, yang menyebabkan tekanan harga pada sebagian besar barang dan jasa menurun. Sementara itu, pengaruh faktor fundamental relatif tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap harga
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kondisi perbankan di Jawa Barat masih menunjukkan adanya peningkatan
Perbankan di Jawa Barat pada triwulan III-2010 masih berada dalam kondisi yang kuat, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan berbagai
indikator perbankan, seperti aset, dana pihak ketiga, dan outstanding
kredit. Penyaluran kredit pada triwulan III-2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010, khususnya untuk kredit investasi. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya upaya realisasi investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha. Sementara itu, pertumbuhan kredit yang
lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit
Ratio (LDR) perbankan mengalami peningkatan. Di sisi lain, risiko kredit mengalami sedikit peningkatan, namun masih relatif terkendali.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi penerimaan keuangan daerah mengalami peningkatan
Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan meningkat, namun realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat diperkirakan lebih rendah dibandingkan pola musimannya
Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan III-2010, yang terjadi akibat naiknya realisasi dana Dekonsentrasi yang relatif tinggi, serta realisasi dana Tugas Pembantuan. Namun demikian, di sisi lain, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pola musimannya, dan lebih terkonsentrasi pada triwulan IV-2010. Kondisi ini mengakibatkan kurang optimalnya peran pembiayaan keuangan daerah terhadap perekonomian Jawa Barat pada periode laporan.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran di Jawa Barat masih mengalami kenaikan
Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan III-2010 secara umum masih mengalami peningkatan, dan menunjukkan
net infow yang semakin tinggi. Di sisi lain, sistem pembayaran non tunai, baik transaksi kliring maupun RTGS, juga masih masih mengalami kenaikan selama triwulan III-2010. Sementara it, strategi jemput bola serta kerjasama dengan perbankan Jawa Barat dalam kegiatan penukaran Uang Pecahan Kecil, berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat terhadap UPK, sekaligus meminimasi antrian masyarakat.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat diindikasikan terus meningkat
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan perbaikan selama periode triwulan III-2010, terindikasikan oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, sebagai dampak dari masih kondusifnya perekonomian pada beberapa sektor perekonomian utama di Jawa Barat.
Kondisi kesejahteraan di Jawa Barat masih relatif stabil
Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat juga diperkirakan masih relatif stabil. Walaupun terhadang oleh inflasi, yang sedikit memperlemah daya beli masyarakat, namun kesejahteraan diperkirakan masih cenderung meningkat, sebagaimana tercermin dari masih optimisnya Indeks Penghasilan masyarakat serta meningkatnya Nilai Tukar Petani di Jawa Barat selama triwulan III-2010.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV-2010 diperkirakan mengalami peningkatan
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan akan semakin menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0% (yoy) pada triwulan III-2010, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang berada pada kisaran 6-6,5%. Dengan demikian, secara keseluruhan perekonomian Jawa Barat untuk tahun 2010 akan mencapai 6,0%. Dari sisi permintaan, relatif tingginya pertumbuhan masih disumbang oleh peningkatan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah, serta kenaikan investasi. Sementara itu, dari sisi sektoral, ketiga sektor dominan di Jawa Barat, meliputi sektor industri pengolahan, PHR, dan pertanian, diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya.
Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan III-2010 diperkirakan berada pada kisaran 4,3% s.d. 4,6%
komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan kelompok non makanan. Ditinjau dari faktor penyebabnya, faktor fundamental, sebagai dampak meningkatnya permintaan dan kenaikan ekspektasi
inflasi masyarakat, serta adanya potensi shock, memberikan kontribusi
BAB 1.KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
,
BAB 1
KONDISI
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010 masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,0% (yoy), walaupun melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%. Perlambatan pertumbuuhan pada triwulan III-2010 merupakan pola yang berbeda, dimana biasanya pertumbuhan pada triwulan III selalu lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan
karena melambatnya konsumsi rumah tangga, sebagai penyangga utama perekonomian Jawa Barat,
serta meningkatnya realisasi impor ke Jawa Barat. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan lebih
lanjut dapat diredam dengan masih meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi,
maupun ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, penurunan di sektor pertanian, akibat datangnya
anomali iklim yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman bahan makanan khususnya padi di
Jawa Barat, serta melambatnya sektor PHR akibat lesunya konsumsi rumah tangga, menjadi faktor
utama yang mengakibatkan perlambatan perekonomian Jawa Barat selama triwulan III-2010. Di sisi
lain, sektor industri pengolahan masih tumbuh positif dan relatif stabil, yang terutama didorong oleh
meningkatnya permintaan ekspor terhadap produk industri pengolahan.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)
7,1%
4,7% 6,4%
4,5% 4,4%
3,2% 4,0%
6,1%
6,6% 6,9%
4,0%
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%
Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III
2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
1.
S
ISIP
ERMINTAANDi sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan investasi, ekspor, serta konsumsi pemerintah belum mampu mendorong peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2010, mengingat lambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta meningkatnya impor. Perkembangan berbagai komponen tersebut menjadikan perekonomian Jawa Barat secara keseluruhan mengalami
perlambatan pada triwulan III-2010, berbeda dengan pola musimannya, yang biasanya tumbuh lebih
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan (%)
Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III
Konsumsi Rumah Tangga 8,0% 4,8% 7,8% 4,3% 7,1% 5,6% 8,0% 3,5% 2,5% 5,1% 3,8%
Konsumsi Pemerintah ‐2,9% ‐14,5% 11,0% 5,0% 4,5% 7,0% 3,2% 1,1% ‐11,4% ‐2,0% 0,3% Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,4% 8,5% 14,0% 7,9% 12,7% 4,4% ‐9,0% 0,2% 5,4% 8,8% 9,5%
Ekspor ‐14,2% ‐10,5% ‐20,8% ‐8,4% ‐13,7% ‐13,0% 9,5% 5,3% 4,8% 0,6% 18,4%
Impor ‐5,5% ‐14,3% ‐19,8% ‐3,9% ‐8,8% ‐2,8% 5,8% ‐8,2% 2,6% 8,9% 25,5%
PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 6,6% 6,9% 4,0%
Komponen Penggunaan 2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
1.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga di Jawa Barat mengalami perlambatan bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya konsumsi rumah tangga terutama disebabkan karena menurunnya persepsi daya beli masyarakat, akibat kenaikan tren inflasi khususnya bahan makanan, serta naiknya
TDL pada periode laporan. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat melakukan penundaan dalam
pembelian konsumsi rumah tangga. Selain itu, turunnya produksi padi akibat anomali iklim, juga turut
mendorong perlambatan pada konsumsi masyarakat, khususnya para petani. Bahkan, perayaan
Lebaran yang jatuh pada periode laporan, diperkirakan tidak mampu untuk mendorong peningkatan
konsumsi masyarakat, seperti yang terjadi pada triwulan III-2009. Hal ini turut dikonfirmasi oleh
Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO) Jawa Barat, yang menyatakan bahwa penjualan produk
ritel di pasar modern hanya meningkat tipis, yaitu sekitar 9%. Nilai tersebut jauh lebih rendah
dibandingkan pencapaian pada periode Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, yang mampu meningkat
sekitar 18-20%.
Perlambatan konsumsi rumah tangga ini
didukung pula oleh hasil survei yang dilakukan
Bank Indonesia (BI) Bandung. Rata-rata Indeks
Keyakinan Konsumen1
berada pada level yang
semakin pesimis, dan mengalami penurunan,
yaitu dari sebesar 99,5 pada triwulan II-2010
menjadi 96,3 pada triwulan III-2010 (Grafik
1.2). Namun demikian, IKK tersebut masih
lebih tinggi dibandingkan kondisi pada
triwulan III-2010, yang mengindikasikan masih
relatif tingginya dan positifnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Dilihat
dari komponennya, penurunan IKK terutama didorong oleh menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat
ini, terutama akibat persepsi menurunnya daya beli masyarakat, serta menurunnya Indeks Pembelian
Barang Tahan Lama (Durabel Goods).
1
Hasil Survei Konsumen KBI Bandung
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
40 60 80 100 120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100
Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini
25 50 75 100 125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini Pembelian durable goods
Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung
Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi
40 60 80 100 120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Ekspektasi kondisi perekonomian Garis 100
Ekspektasi ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi penghasilan
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.
Melambatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari perlambatan penyaluran kredit perbankan di
Jawa Barat untuk penggunaan konsumsi, selama triwulan III-2010. Pada Agustus 2010, kredit konsumsi
tumbuh 17,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
mencapai 21,7%.
Grafik 1.5. Posisi Baku Debet Kredit Konsumsi
0 10 20 30 40
0 20 40 60
Tw.I Tw.IITw.IIITw.IV Tw.I Tw.IITw.IIITw.IV Tw.I Tw.IITw.IIITw.IV Tw.I Tw.IITw.III
2007 2008 2009 2010
% Rp Triliun
Posisi Baki Debet Pertumbuhan (yoy)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), BI Bandung
1.2. Investasi
Terus membaiknya perekonomian, baik domestik maupun global, serta positifnya prospek perekonomian ke depan, mendorong maraknya investasi yang terealisasi pada triwulan III-2010. Realisasi investasi masuk ke Jawa Barat, akibat meningkatnya optimisme pelaku usaha akan kondisi usaha ke depan. Oleh karenanya, produsen merespons dengan meningkatkan kapasitas
produksi demi memenuhi naiknya perkiraan permintaan yang akan datang.
Peningkatan investasi tersebut diantaranya tercermin dari naiknya impor barang modal ke Jawa Barat,
yang mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu tumbuh 184% (yoy). Pencapaian
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010 yang sebesar 58%. Dilihat
Grafik 1.6. Impor Barang Modal
-100% 0% 100% 200% 300% 400%
0 25 50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
Ribu Ton
Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Meningkatnya realisasi investasi juga diindikasikan oleh kenaikan tren investasi di Jawa Barat pada
triwulan III-2010, dengan realisasi investasi sebesar Rp1,9 triliun untuk Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), dan USD0,7 miliar untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi tersebut
mengalami peningkatan pertumbuhan, apabila dibandingkan dengan realisasi pada triwulan
sebelumnya, yaitu dari tumbuh 9,2% (yoy) menjadi 10,5%. Adapun investasi tersebut berasal dari 41
proyek PMDN dan 180 proyek PMA. Dengan demikian, investasi sudah terealisasi sekitar 67,5% dari
target investasi Jawa Barat untuk keseluruhan tahun 2010. Dengan pencapaian tersebut, Provinsi Jawa
Barat menduduki posisi ketiga dalam hal
realisasi investasi terbesar di Indonesia.
Sementara itu, dilihat dari sisi sektoral, serapan
investasi di Jabar hingga triwulan III-2010
didominasi oleh sektor industri pengolahan,
yang mencapai 43% dari keseluruhan realisasi
investasi, seperti komponen otomotif,
permesinan, karet olahan, furnitur, tesktil, dll.
Berdasarkan lokasi, realisasi investasi terbesar
berada di Jabar Bagian Utara, seperti Bekasi,
Karawang, dan Purwakarta.
Selain itu, indikasi lain dari meningkatnya investasi pada triwulan III-2010 adalah peningkatan jumlah
perizinan baru yang diproses oleh BPPT Kota Bandung hingga akhir semester I-2010. Usaha yang
sudah memperoleh izin tersebut tentunya akan segera diikuti dengan realisasi investasi pada triwulan
III-2010.
Salah satu wujud investasi yang dilakukan pada periode laporan adalah pembangunan pabrik baru PT
Astra Honda Motor di Cikarang, dengan perkiraan investasi senilai Rp760 miliar, yang diperkirakan
rampung pada pertengahan tahun 2011. Demikian juga dengan investasi yang dilakukan oleh PT
Indocement dalam wujud pembangunan pabrik baru, untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Setelah menginvestasikan dana senilai USD18,75 juta untuk peningkatan kapasitas produksi pabrik
serta pembangunan pabrik semen baru di Cirebon pada semester I-2010 lalu, pada semester II-2010,
Grafik 1.7. Realisasi Investasi Jawa Barat
-100 0 100 200 300
-2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2008 2009 2010
% Rp Miliar
Realisasi Investasi Pertumbuhan (yoy)
PT Indocement segera merealisasikan investasi senilai USD56,25 juta untuk kembali membangun
pabrik baru di Citeureup (dengan investasi total senilai USD300-450 juta). Disamping itu, perusahaan
juga berencana membangun PLTU 2x50 MW di lokasi yang sama, dengan perkiraan investasi senilai
USD100-150 juta. Investasi pada produk alas kaki juga tampak pada upaya sebelas produsen sepatu,
baik lokal maupun asing, yang melakukan pembangunan pabrik baru di Jawa Barat, seperti di
Karawang, untuk menangkap peluang pasar sepatu baik global maupun domestik yang menunjukkan
tren pemulihan dari guncangan krisis keuangan global.
1.3. Ekspor Impor
Meningkatnya kinerja ekspor menjadi salah satu faktor utama penggerak perekonomian Jawa Barat pada triwulan III-2010. Hal ini didukung oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Jawa Barat, khususnya di Asia. Pergerakan impor juga mengalami
keadaan serupa dengan ekspor, yaitu mengalami peningkatan. Hal ini terjadi sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan bahan baku produksi di Jawa Barat, dengan kandungan bahan baku impor
yang cukup tinggi.
Naiknya kinerja ekspor Jawa Barat terindikasikan dari meningkatnya realisasi volume ekspor Jawa Barat
selama Juli-Agustus 2010, yang tumbuh rata-rata sebesar 11,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 2,1%. Apabila dilihat dari sisi nilainya, maka
terjadi perlambatan pertumbuhan, dari 24,1% menjadi19,2%. Namun demikian, perlambatan ini
disebabkan karena penguatan nilai rupiah yang terjadi selama periode laporan, yang mengakibatkan
harga produk ekspor lebih murah.
Grafik 1.8. Nilai Ekspor Jawa Barat
-20% 0% 20% 40%
1.000 1.250 1.500 1.750 2.000 2.250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.9. Volume Ekspor Jawa Barat
-50% -25% 0% 25% 50%
300 600 900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Dilihat dari komoditasnya, peningkatan ekspor terjadi untuk komoditas dominan ekspor Jawa Barat,
khususnya Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Baik secara nilai maupun secara volume, ekspor TPT selama
periode Juli-Agustus 2010 tumbuh rata-rata 25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
lonjakan permintaan ekspor yang signifikan, yaitu mampu tumbuh rata-rata sebesar 41%, jauh lebih
tinggi dibandingkan triwulan II-2010 yang tumbuh 14%.
Grafik 1.10. Nilai Ekspor TPT
-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 0 200 400 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
(yoy) USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.11. Volume Ekspor TPT
-20% -10% 0% 10% 20% 30% 0 25 50 75 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
(yoy) Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.12. Nilai Ekspor Alas Kaki
-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 10 20 30 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
(yoy) USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.13. Volume Ekspor Alas Kaki
-40% 0% 40% 80% 120% 0 2 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
(yoy) Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Namun demikian, beberapa komoditas dominan ekspor lainnya mengalami penurunan ekspor, yaitu
alat telekomunikasi, mesin elektrik, yang mengalami pertumbuhan negatif selama Juli-Agustus 2010.
Sementara itu, penjualan ekspor kendaraan bermotor mengalami perlambatan pertumbuhan, namun
masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, yaitu 59% (yoy) dari sisi volumenya, dan 65% dari sisi
nilai ekspornya.
Grafik 1.14. Nilai Ekspor Alat Telekomunikasi
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 100 200 300 400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.15. Volume Ekspor Alat Telekomunikasi -30% 0% 30% 60% 90% 120% 150% 180% 0 5 10 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Grafik 1.16. Nilai Ekspor Mesin Elektrik -40% -20% 0% 20% 40% 60% 0 50 100 150 200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.17. Volume Ekspor Mesin Elektrik
-40% -20% 0% 20% 40% 60% 0 10 20 30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
yoy Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Dilihat dari negara pembeli, ekspor terbesar (secara volume) masih ditujukan untuk negara Singapura,
yang kemungkinan diekspor kembali ke negara-negara lain di Asia, Amerika, dan Eropa. Adapun
pertumbuhan volume ekspor Jawa Barat ke 4 negara tujuan ekspor utama Jawa Barat terus
mengalami peningkatan pada triwulan III-2010, yaitu Singapura, Jepang, Malaysia, dan Amerika
Serikat. Hal ini juga tampak pada perkembangan volume ekspor Jawa Barat ke seluruh benua yang
mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan III-2010 ini, dengan peningkatan tertinggi
terjadi ke benua Afrika.
Grafik 1.18. Volume Ekspor Jawa Barat Berdasarkan Benua Pembeli
0 100 200 300 400 500 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2008 2009 2010
Ribu Ton Asia Amerika Eropa Australia Afrika
Sumber: Bank Indonesia
Tabel 1.2. Pertumbuhan Volume Ekspor Berdasarkan Benua Asal Pembeli
No Wilayah Pertumbuhan Tw.II-2010 (yoy) Pertumbuhan Tw.III-2010*) (yoy)
1 Afrika -8,9% 37,9%
2 Amerika -33,8% -28,0%
3 Asia 22,7% 28,1%
4 Australia 20,4% 12,5%
5 Eropa -4,6% 3,3%
Sumber: Bank Indonesia
*) Meliputi realisasi ekspor selama bulan Juli-Agustus 2010
Sementara itu, impor juga bergerak searah dengan ekspor, yang mengalami peningkatan selama
triwulan III-2010. Hal ini terjadi, selain akibat meningkatnya investasi di Jawa Barat, juga sebagai
dampak persiapan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka peringatan hari raya Idul Fitri yang
jatuh pada triwulan III-2010. Dilihat dari jenisnya, peningkatan terutama terjadi untuk impor barang
Grafik 1.19. Nilai Impor Jawa Barat
-80% -40% 0% 40% 80% 120% 160%
0 250 500 750 1.000 1.250 1.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
USD Juta
Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.20. Volume Impor Jawa Barat
-100% -50% 0% 50% 100% 150%
0 100 200 300 400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
Ribu Ton
Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
2.
S
ISIP
ENAWARANPerlambatan ekonomi yang terjadi di Jawa Barat pada triwulan III-2010 disebabkan oleh turunnya kinerja sektor pertanian akibat turunnya produksi padi, serta melambatnya sektor PHR. Di sisi lain, sektor industri pengolahan, sebagai sektor yang paling dominan, masih tumbuh relatif stabil. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Barat, yang
menunjukkan adanya perlambatan pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Penawaran (%)
Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III
Pertanian 34,8% ‐2,0% ‐3,5% ‐11,2% 2,7% 9,7% 3,3% 16,9% ‐3,0% 2,2% ‐2,8% Pertambangan dan Penggalian ‐15,3% ‐15,9% ‐8,8% 2,4% 1,0% 4,6% 10,9% 16,1% 7,1% 5,7% ‐0,7% Industri Pengolahan 5,5% 9,5% 10,5% 10,8% 4,3% ‐1,6% ‐1,2% ‐1,8% 3,2% 2,4% 2,0% Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,7% 5,4% 3,7% 3,3% 4,5% 11,0% 22,6% 27,9% 17,2% 11,8% 3,0% Bangunan/Konstruksi 2,1% 1,2% 13,4% 19,2% 3,9% 8,5% 2,4% 8,7% 17,0% 16,6% 11,2% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,6% 2,8% 6,1% ‐0,8% 6,5% 6,8% 12,4% 14,4% 17,9% 15,1% 6,1% Pengangkutan dan Komunikasi 0,5% 7,0% 3,5% 0,7% 7,7% 11,1% 10,5% 11,2% 13,7% 18,0% 21,7% Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusaha ‐1,8% 3,5% 8,6% 9,9% 2,5% 4,3% 5,0% 11,8% 14,5% 10,0% 7,0% Jasa‐jasa 1,1% ‐0,1% 2,4% 3,8% 2,7% 4,0% 3,4% 2,8% 3,2% 6,9% 8,8%
PDRB 7,1% 4,7% 6,4% 4,5% 4,4% 3,2% 4,0% 6,1% 6,6% 6,9% 4,0%
2009 2010
Lapangan Usaha 2008
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian mengalami kontraksi pada triwulan III-2010, seiring terjadinya anomali iklim, khususnya pada semester II-2010. Fenomena La Nina, yang mengakibatkan lebih panjangnya musim hujan, menjadikan musim kemarau di Indonesia menjadi basah (kemarau basah),
dan diperkirakan akan terjadi hingga Maret 2011. Khusus untuk Agustus-September 2010, La Nina
diperkirakan memiliki intensitas moderat, dan akan meningkat menjadi kuat hingga Januari 2011.
Pada dasarnya, kondisi ini seharusnya menguntungkan bagi petani, khususnya petani padi tadah hujan
menjadikan produksi padi Jawa Barat pada tahun 2009 lalu meningkat dan melampaui target. Namun
demikian, khusus untuk tahun 2010 ini, fenomena La Lina juga mendatangkan kegagalan panen yang
cukup besar, akibat semakin masifnya serangan Organisme Pengganggu Tanaman, khususnya hama
Wereng Batang Cokelat (WBC). Serangan pada tahun 2010 ini (data hingga 15 September 2010)
mendatangkan kegagalan panen seluas 871 hektar di Jawa Barat, jauh lebih luas dibandingkan
dampak hama pada tahun 2009 silam. Selain itu, penurunan produksi akibat merebaknya serangan
hama WBC juga terindikasikan dari turunnya produktivitas rata-rata di sentra produksi di Karawang,
dari sebelumnya 7,32 juta ton GKP/ha pada musim lalu, menjadi 6,76 juta ton GKP/ha.
Menurunnya sektor pertanian diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan produksi padi di Jawa
Barat. Walaupun luas panen mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu dari tumbuh 4,6% (yoy)
pada triwulan II-2010 menjadi 12,1% pada triwulan III-2010, namun produksi padi melambat akibat
turunnya produktivitas padi. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat,
produksi padi di Jawa Barat selama triwulan III-2010 tumbuh melambat, yaitu dari sebesar 6,8% (yoy)
menjadi 5,7%. Adapun perlambatan tersebut terutama terjadi karena turunnya produksi pada bulan
Juli 2010. Selanjutnya, hingga akhir triwulan III-2010, produksi padi terus mengalami tren kenaikan
pertumbuhan.
Grafik 1.21. Produksi Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat
-50% 0% 50% 100% 150%
-1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000
Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2007 2008 2009 2010
% Ton
Produksi Padi Pertumbuhan (yoy)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Grafik 1.22. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang di Jawa Barat
-50% 0% 50% 100% 150%
-200.000 400.000 600.000 800.000
Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2007 2008 2009 2010
% Ha
Luas Panen Padi Pertumbuhan (yoy)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Perlambatan kinerja sektor pertanian juga diindikasikan oleh melambatnya luas panen padi di Jawa
Barat selama triwulan III-2010 (Juli s.d. Agustus 2010), yang hanya tumbuh 4% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan rata-rata selama triwulan II-2010 yang sebesar 11%. Perlambatan juga
terindikasikan oleh turunnya luas panen padi di subround II-2010 (Mei s.d. Agustus 2010), pada
Angka Ramalan III-2010 BPS Jawa Barat. Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat ke
Grafik 1.23. Luas Panen Padi Jawa Barat 1,83 0,42 0,76 0,64 1,80 0,32 0,64 0,84 1,95 0,35 0,74 0,86 2,01 0,45 0,72 0,84
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
Jan-Des III Sep-Des II Mei-Ags I Jan-Apr Juta Ha Subround
2010 (Angka Ramalan III) 2009 (Angka Tetap) 2008 (Angka Tetap) 2007
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Grafik 1.24. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Pertanian
-20 -10 0 10 20 30 40 50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2007 2008 2009 2010
% Rp Triliun
Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), BI Bandung.
Untuk mengantisipasi meluasnya serangan hama WBC tersebut, Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Jawa Barat telah melakukan pola pembasmian serempak dengan musuh alami dan pestisida. Selain
itu, petani juga diberikan pelatihan penyemprotan hama dengan teknik yang tepat. Untuk memutus
siklus WBC, petani diimbau untuk menanam komoditas palawija pada musim sela dari masa tanam
musim hujan ke masa tanam musim kemarau dan mengupayakan pola penanaman padi yang
serempak, penggunaan padi yang direkomendasikan oleh pemerintah yang lebih rentan terhadap
serangan hama tersebut, serta melakukan penyemprotan insektisida secara massal dan kontinu agar
penyebaran WBC dapat dikendalikan.
Dalam rangka pengendalian hama WBC, khususnya di Jawa Barat, pada tahun 2010 ini Kementerian
Pertanian mencoba suatu terobosan dengan memutus siklus tanaman melalui pola tanam. Dengan
pola ini, tanaman padi terutama di Jalur Pantai Utara (Pantura) sebagian akan diganti dengan tanaman
jagung dan kedelai. Program ini akan mulai dilaksanakan pada musim tanam Oktober-Maret, di
sebagian areal tanaman padi di jalur Pantura seperti Bekasi, Indramayu, Purwakata, Subang hingga
Karawang. Petani yang terkena program ini akan diberikan bantuan bibit jagung atau kedelai, pupuk
dan obat-obatan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas program ini, keterlibatan semua unsur,
terutama petani dan pihak pemerintah daerah dalam melakukan monitoring dan koordinasi, mutlak
diperlukan. Selain itu, penyuluh pertanian, sebagai ujung tombak terdepan, diharapkan dapat lebih
aktif turun ke lapangan/petani.
Sementara itu, produksi untuk tanaman palawija di Jawa Barat mengalami perbaikan selama triwulan
III-2010, walaupun masih mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2009.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, produksi tanaman palawija (meliputi
komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) selama triwulan
III-2010 tumbuh -1,8% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
mengalami penurunan sebesar 8,2%. Kondisi ini terjadi seiring dengan perkembangan luas panen
palawija, yang tumbuh membaik dari -11,9% (yoy) pada triwulan II-2010 menjadi -1,6% selama
Grafik 1.25. Produksi Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat
-25% 0% 25% 50% 75%
-500.000 1.000.000 1.500.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2008 2009 2010
% Ton
Produksi Tanaman Pangan Non Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Grafik 1.26. Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi di Jawa Barat
-25% 0% 25% 50%
-50.000 100.000 150.000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2008 2009 2010
% Ton
Luas Panen Tanaman Pangan Non Padi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
Di sisi lain, terdapat perkembangan yang cukup menggembirakan pada komoditas beras organik.
Setelah sukses melakukan ekspor ke Amerika Serikat, Singapura, dan Belanda, Gapoktan Simpatik di
Kabupaten Tasikmalaya kini menerima pesanan dari Malaysia untuk mengirim beras organik sebanyak
250 ton, yang dikirim secara rutin sebanyak 18-30 ton per bulan. Permintaan ini datang karena minat
masyarakat Malaysia yang tinggi terhadap beras organik asal Jabar ini. Selain itu, hasil perkebunan
Jabar juga semakin diminati masyarakat internasional, seperti melonjaknya permintaan dari Eropa
terhadap produk teh, kopi, dan Kakao. Khusus untuk teh, peranan Jabar dalam produksi teh nasional
sangat signifikan, karena 70% produksi teh berasal dari Jabar.
2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh relatif stabil selama triwulan III-2010, didukung oleh pertumbuhan subsektor-subsektor unggulan Jawa Barat, seperti TPT, alas kaki, serta kendaraan bermotor. Meningkatnya kinerja sektor industri terjadi karena permintaan masyarakat, terutama dari luar negeri, terhadap produk industri pengolahan semakin menunjukkan peningkatan.
Peningkatan yang terjadi pada sektor industri pengolahan tercermin dari naiknya nilai SBT dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha Jawa Barat, dari -3,3 pada triwulan II-2010, naik menjadi 0,6 pada
triwulan III-2010. Apabila dilihat dari subsektornya, kedua subsektor dominan di Jawa Barat
mengalami kenaikan nilai SBT, yang menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan, yaitu subsektor
tekstil, barang kulit, dan alas kaki, serta subsektor mesin, alat angkutan, dan alas kaki. Selain itu,
indikasi lainnya adalah peningkatan kapasitas produksi terpakai pada sektor industri pengolahan, yaitu
Grafik 1.27. Realisasi Kegiatan Industri Pengolahan
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2007 2008 2009 2010
SBT
Industri Pengolahan
Tekstil, barang kulit, dan alas kaki
Alat angkutan, mesin, dan peralatannya
Sumber: Bank Indonesia
Subsektor industri mesin, alat angkutan, dan peralatannya mengalami peningkatan, didorong oleh
terus meningkatnya permintaan masyarakat, baik dari pasar domestik maupun ekspor, terhadap
kendaraan bermotor. Hal ini mendorong industri otomotif untuk menaikkan kapasitas produksi
mereka hingga mencapai titik maksimum.
Bahkan, inden mobil terus mengalami
kenaikan, akibat ketidakmampuan beberapa
merk memenuhi permintaan yang datang.
Salah satu contohnya adalah permintaan
produk Honda, yang diproduksi di Karawang,
dengan permintaan sebesar dua kali lipat dari
kemampuan produksinya. Kondisi ini akan
mendorong produsen untuk mengejar sisa
pesanan selama triwulan III-2010. Adapun
penjualan mobil dan motor secara nasional
mencatatkan rekor di sepanjang waktu,
masing-masing pada bulan Juli dan Agustus
2010.
20.000 40.000 60.000 80.000
200.000 400.000 600.000 800.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Penjualan Motor (LHS) Penjualan Mobil (RHS)
Sumber: Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI)
Gambar 1.28. Penjualan Mobil dan Motor Nasional
Selain faktor pembiayaan yang semakin mudah dalam kredit kepemilikan kendaraan bermotor,
naiknya penjualan kendaraan bermotor juga dipicu oleh diselenggarakannya The 18th
Indonesia
International Motor Show (IIMS) pada tanggal 23 Juli-1 Agustus 2010. Untuk mempertahankan
tingginya permintaan, kalangan ATPM juga terus berupaya untuk mempertahankan harga jual,
walaupun diperkirakan akan terjadi pembengkakan biaya produksi, didorong oleh naiknya TDL serta
harga bahan baku, seperti baja.
Meningkatnya kinerja subsektor industri mesin dan alat angkutan juga tercermin salah satunya dari
hasil liaison terhadap perusahaan spare part kendaraan bermotor, dengan pencapaian penjualan di
tahun 2010 meningkat sekitar 20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kondisi normalnya, yang tumbuh
rata-rata sekitar 7-10%. Penjualan dalam waktu 1 tahun ke depan juga diperkirakan terus meningkat,
kendaraan bermotor yang juga diperkirakan
terus mengalami peningkatan. Selain itu,
perusahaan juga terus menjalankan strategi
baru untuk mengembangkan pasar, yaitu
dengan mencari target konsumen baru, dari
sebelumnya adalah Honda, Daihatsu, Yamaha,
dan Toyota, bertambah menjadi Kawasaki,
Nissan, dan Mitsubishi. Selanjutnya, untuk
mengantisipasi naiknya permintaan di depan,
perusahaan sudah merencanakan investasi,
dengan menambah 1 line mesin baru di tahun
2011, serta menambah jumlah tenaga kerja.
Selain dipicu oleh peningkatan penjualan di pasar domestik, permintaan di pasar internasional juga
menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari naiknya realisasi ekspor, baik dari sisi nilai maupun
volume, dari penjualan kendaraan Jawa Barat.
Positifnya kinerja industri kendaraan bermotor tersebut mendorong pelaku industri kendaraan
bermotor untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen mobil dan motor pada tahun 2011/2012,
serta sebagai basis produksi otomotif pada tahun 2025 mendatang.
Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan juga terjadi pada industri elektronik. Walaupun
menghadapi serbuan produk elektronik China di pasar domestik, namun ACFTA diperkirakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap industri lokal. Bahkan, kinerja industri elektronik di Jawa Barat
diperkirakan juga terus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan kualitas produk lokal yang berada
jauh di atas produk China dengan harga yang tidak jauh berbeda. Salah satu indikasinya adalah hasil
liaison terhadap perusahaan produsen karton, sebagai pemasok perusahaan produsen elektronik di
Jawa Barat, yang mengalami kenaikan permintaan sekitar 20-25% (yoy), akibat kinerja perusahaan
yang sedang menuju pemulihan akibat krisis perekonomian global di tahun 2009 silam.
Penjualan alat-alat elektrik juga diperkirakan meningkat, seperti dikonfirmasi oleh hasil liaison
terhadap produsen alat listrik di Jawa Barat. Penjualan pada triwulan III-2010 diperkirakan semakin
meningkat, akibat permintaan ekspor yang sudah pulih, serta meningkatnya permintaan domestik
menjelang Lebaran. Untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut, kapasitas utilisasi sudah
ditingkatkan ke level maksimum (100%).
Industri TPT dan alas kaki Jawa Barat juga terus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi
global, perluasan ekspor akibat ACFTA, serta masuknya Lebaran, sebagai faktor-faktor yang
mendorong kinerja industri TPT dan alas kaki tumbuh lebih tinggi pada triwulan III-2010. Walaupun
mendapatkan tantangan dengan semakin maraknya perdagangan produk TPT impor, khususnya dari
Cina, kinerja industri TPT diperkirakan masih bergerak dalam arah yang positif. Tingginya permintaan
dalam negeri selama periode laporan membuat produsen tekstil dan kerajinan sandal mengalihkan
fokus pemasaran ke dalam negeri. Sementara itu, ekspor produk TPT mencapai puncaknya selama
Juli-Gambar 1.29. Nilai dan Volume Ekspor Kendaraan
0 3 6 9 12
0 20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
Ribu Ton USD Juta
Nilai Ekspor Volume Ekspor
Dengan pencapaian tersebut, nilai maupun
volume ekspor tumbuh masing-masing sekitar
25% (yoy). Dari sisi perdagangan domestik,
relatif tingginya permintaan salah satunya
terlihat dari meningkatnya permintaan pasar
terhadap produk sarung buatan Majalaya pada
bulan Ramadhan, terutama dari Malaysia.
Bahkan, stok yang dimiliki perusahaan pun
sudah habis. Salah satu cerminan membaiknya
industri TPT Jawa Barat adalah perkembangan
salah satu perusahaan TPT besar di Jawa Barat
(PT Panafil), yang kini mulai bangkit setelah sempat melakukan PHK terhadap karyawannya.
Perusahaan tersebut kini mulai memanggil kembali karyawannya agar tetap dapat bekerja seperti
biasa. Optimisme pelaku industri TPT juga terlihat dari melonjaknya minat perusahaan yang mendaftar
untuk mengikuti program restrukturisasi mesin TPT (dikeluarkan oleh Kementrian Perindustrian), yang
telah ditutup pada 30 Juni 2010 lalu. Bahkan, potensi penyerapan dana restrukturisasi tersebut
(Rp179,5 miliar) telah melebih alokasinya (Rp144 miliar). Mulai kondusifnya iklim di industri TPT
diyakini merupakan salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk beradu cepat dalam
mengakses bantuan yang diberikan pemerintah tersebut. Dari 153 perusahaan yang mengajukan
bantuan di tahun 2010 ini, potensi investasi baru yang dihasilkan diperkirakan mencapai Rp1,99
triliun. Adapun peminat terbesar program ini masih didominasi perusahaan TPT dari Jawa Barat (54%).
Sementara itu, produk pakaian Jawa Barat dengan merk lokal juga semakin diminati sejumlah negara
tetangga, seperti Singapura. Beberapa perjanjian resmi telah diwujudkan antara industri TPT Jawa
Barat dengan pembeli di Singapura, terutama setelah penyelenggaran eksibisi pada bulan Juni 2010.
Adapun keunggulan produk lokal tersebut adalah dimasukkannya unsur kreativitas yang
diimplementasikan pada desain kaus, kemasan, hingga label. Untuk turut mendukung kinerja industri
TPT domestik, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan menggelontorkan dana senilai
USD350 juta untuk industri TPT pada tahun 2010. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan
ekspor dan investasi di sektor TPT. Dengan adanya dukungan tersebut, ekspor produk TPT
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.
Namun demikian, sebagai langkah Early Warning System, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) telah
mengajukan tindakan safeguard untuk beberapa produk TPT, meliputi benang kapas selain benang
jahit, dan kain tenunan dari kapas, pada akhir Juni 2010. Tindakan ini dilakukan setelah melakukan
pemantauan terhadap impor kedua produk tersebut yang sudah relatif tinggi.
Dari sisi pembiayaan, kenaikan kinerja sektor industri pengolahan juga tampak dari terus
meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Barat yang disalurkan kepada sektor industri
pengolahan. Setelah tumbuh 6,4% (yoy) pada triwulan II-2010, posisi kredit yang disalurkan ke sektor
tersebut melonjak, hingga tumbuh mencapai 12,5% pada triwulan III-2010. Hal ini menunjukkan
Gambar 1.30. Nilai dan Volume Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil
50 60 70 80 90 100 110
0 200 400 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008 2009 2010
Ribu Ton USD Juta
Nilai Ekspor Volume Ekspor
bahwa semakin tingginya dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor industri,
sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam melakukan aktivitas produksi dan investasi.
Gambar 1.31. Penyaluran Kredit Perbankan Jawa Barat ke Sektor Industri Pengolahan
-10 0 10 20 30
0 5 10 15 20
Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.IITw.III
2007 2008 2009 2010
% Rp Triliun
Posisi Kredit Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Bank Indonesia
2.3.
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih mampu tumbuh relatif tinggi pada triwulan III-2010, walaupun melambat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perlambatan ini terjadi seiring akibat
melambatnya konsumsi rumah tangga, yang
mempengaruhi volume perdagangan eceran
di Jawa Barat selama triwulan III-2010.
Kondisi ini tercermin dari menurunnya
rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini,
terutama Indeks Penghasilan Saat Ini dan
Indeks Pembelian Durable Goods. Penurunan
ini diperkirakan terjadi, karena persepsi
melemahnya daya beli masyarakat, akibat
relatif tingginya angka inflasi pada periode
tersebut.
Sementara itu, subsektor hotel diperkirakan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yang
diperkirakan disebabkan oleh menurunnya wisatawan domestik ke Jawa Barat, sementara wisatawan
mancanegara masih terus mengalami peningkatan pertumbuhan. Beberapa indikator melambatnya
subsektor hotel tersebut antara lain melambatnya Tingkat Hunian Kamar (THK) Hotel di Jawa Barat
selama triwulan III-2010, bahkan lebih rendah dibandingkan THK pada triwulan II-2010. Hal ini
berbeda dibandingkan kondisi pada triwulan III di tahun-tahun sebelumnya, dimana terjadi
peningkatan pada THK di triwulan III. Perlambatan ini diperkirakan lebih disebabkan karena
melambatnya jumlah wisatawan asal domestik yang menginap, karena wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Jawa Barat masih tumbuh meningkat. Kondisi ini terindikasikan dari meningkatnya
Gambar 1.32. Indeks Kondisi Ekonomi
25 50 75 100 125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini Pembelian durable goods
Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini
ataupun Pelabuhan Muarajati, yang tumbuh sebesar 14% (yoy), meningkat dari periode sebelumnya
yang turun 8%.
Tabel 1.4. Indikator Perhotelan di Jawa Barat
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.II
Hotel Bintang 42,31 41,40 40,03 40,45 43,65 43,10 46,93 49,67 48,16 49,95 47,89 15,9% 2,0% Hotel Non
Bintang 24,54 25,24 25,18 27,13 24,96 28,08 27,40 32,35 31,65 35,46 36,64 26,3% 33,7%
Hotel Bintang &
Non Bintang 36,01 31,22 32,84 33,87 35,23 36,75 37,33 42,75 42,85 46,89 44,62 27,6% 19,5%
2008 Pertumbuhan
Tw.III-10 (yoy) 2010 Pertumbuhan
Tw.II-10 (yoy) 2009
Tingkat Hunian Kamar
Sumber: BPS Provinsi Jabar
Keterangan: data merupakan rata-rata dari data TPK bulanan
Grafik 1.33. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat
0 200 400 600 800 1000 1200
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010
orang orang
Husein Sastranegara (LHS) Total Muarajati (RHS)
Sumber: BPS Provinsi Jabar
Grafik 1.34. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat
Malaysia 87% Singapura
4% Lainnya
6%
Eropa 1% Amerika
1%
Australia 1%
Sumber: BPS Provinsi Jabar
2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan pertumbuhan selama triwulan III-2010. Hal ini diperkirakan terjadi akibat meningkatnya penggunaan jasa transportasi dan komunikasi selama hari raya Lebaran, sehingga meningkatkan kinerja sektor tersebut pada triwulan
III-2010. Kondisi ini didukung oleh informasi pada subsektor transportasi, meliputi pertumbuhan jumlah
penumpang di Bandara Husein Sastranegara, jumlah penumpang kereta api di daerah operasi
Bandung dan Cirebon, serta jumlah kendaraan yang melintasi 12 gerbang tol di Jawa Barat.
Jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api di Daerah Operasi Bandung dan Cirebon,
mengalami pertumbuhan sebesar 2,6%. Apabila dilihat berdasarkan kelasnya, peningkatan terjadi
untuk penumpang kereta api di kelas ekonomi, yang meningkat hingga