• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled Document

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Untitled Document"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

MATEMATIKA EKONOMI

SOPAR M.H

=

(

+

–�

(2)

ii

(3)

i

SETANGGI TIMUR

Buku Matematika Ekonomi ini disusun sedemikian rupa untuk dapat digunakan di seluruh rumpun Ekonomi , baik jurusan Studi Pembangunan , Akuntansi , Manajemen Bisnis , Manajemen Keuangan , manajemen Sumber Daya Manusia , maupun Manajemen Rumah Sakit .

Buku Matematika Ekonomi bukanlah buku Matematika Dasar tetapi lebih condong ke Matematika Terapan Lanjutan , yaitu Tingkat Madya , maupun Studi lebih lanjut (advanced ) , tetapi disajikan sedemikian rupa untuk dapat digunakan di Strata S-1 .

Karena buku ini pegangan lanjutan , bukan dasar , maka penulis menganggap seluruh pembaca , seperti mahasiswa dianggaap sudah menguasai seluruh materi matematika di SMA , dengan demikian penyajiannya tidak sederhana namun tidak begitu kompleks.

Buku Matematika Ekonomi ini disusun sesuai perkembangan ekonomi era kini , yang menampilkan seluruh bagian yang berhubungan dengan Riset- riset Ekonomi baik Ekonomi makro maupun Ekonomimikro , apalagi ekonomimikro menjadi prasyarat mengambil mata kuliah ekonomimakro , demikian pula matematika ekonomi menjadi prasyarat mata kuliah Statistik . Sekalipun prasyarat terakhir agak rancu , sebab antara matematika ekonomi dan statistik hampir tidak berhubungan , sekalipun statistik yang dimaksud Statistik Ilmu Sosial . Yang lebih tepat matematika ekonomi dan statistik ilmu sosial sebagai prasyarat mata kuliah Ekonometrik , atau Risearch Design , sesuai tuntutan perkembangan ilmu ekonomi era modern .

Akhirnya penulis ucapkan terimakasih pada sidang pembaca yang telah menggunakan buku ini , dan dengan terbuka menerima saran sidang pembaca untuk revisi .

Banda Aceh, Desember 2004.

Hormat Penulis

(4)

ii

DAFTAR ISI

Contents

SETANGGI TIMUR ... i

DAFTAR ISI ... ii

INTEGRAL SEBAGAI ANTI DIFFERENSIAL (IAD) ... 1

1. Definisi ... 1

2. Integral Substitusi ... 1

3. Integral Separatis (Integral Sepihak) ... 2

4. Differensial Fungsi Dua Variabel ... 3

BAB II ... 5

ALJABAR MATRIK ... 5

1. Definisi Matrik ... 5

2. Penjumlahan Matrik ... 5

3. Perkalian Matrik ... 5

4. Matrik Nol ... 6

5. Matrik Identitas ... 6

6. Matrik Transpose ... 6

7. Skalar ... 6

8. Vektor ... 6

9. Invers Matrik ... 7

10. Determinan Matrik ... 7

BAB III ... 8

PENERAPAN DALAM EKONOMI... 8

1. Sistim Persamaan Linier (Pangkat Satu) dengan Tiga Peubah (Variabel) ... 8

2. Persamaan Kuadrat (Pangkat Dua) ... 9

3. Konsep Marginal (MP) ,Rerata (AP), Total (TP) ... 9

4. Metode Gauss Untuk Menyelesaikan Persamaan Linier ... 11

5. Ekspansi Laplace ... 12

6. Kaidah Crammer Untuk Penyelesaian Matrik ... 13

7. Determinan Jacobian ... 14

8. Determinan Hessian ... 14

(5)

iii

10. Akar dan Vektor Karakteristik (Nilai Eigen ,Vektor Eigen ) ... 18

11. Linier Programming : Metode Simpleks ... 20

12. Investasi ,Biaya Total , dan Biaya Marginal... 24

13. Nilai Sekarang dari Arus Kas ... 25

BAB IV ... 26

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ... 26

1. Definisi ... 26

2. Rumus Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu ... 26

3. Penyelesaian Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu ... 26

4. Persamaan Differensial Eksak ... 27

5. Kaidah-kaidah Faktor Pengintegralan ... 28

6. Pemisahan Variabel ... 29

7. Persamaan Bernuolli ... 32

BAB V ... 33

PERSAMAAN DIFFERENSI (SELISIH) ... 33

1. Definisi ... 33

2. Rumus Umum Persamaan Differensi Linier Jenjang Satu ... 33

3. Rumus Umum Penyelesian Persamaan Differensi Linier Jenjang Satu... 33

4. Model Cobweb ... 35

MISCELANOUS PROBLEM ( SOAL CAMPURAN ) ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(6)

1

BAB I

INTEGRAL SEBAGAI ANTI DIFFERENSIAL (IAD)

1. Definisi

Diketahui sebuah fungsi Umum pangkat n , sebagai berikut ,

F(x) = Y = axn ; a  koeifisien xn ,arbitrary (sembarang), n  pangkat (arbitrary). Jika Y = axn didefferensial, diperoleh

Y = axn d(differensial)

dY = daxn ,(seolah-olah notasi d dilekatkan begitu saja , sebab d semata-mata hanya operator differensial)

diperoleh,

dY = naxn-1dx ,(naxn-1 disebut fungsi Turunan .)

Jadi fungsi Primitif Y = axn hanya dikalikan n dan power (pangkat) nya dikurangi satu. Jika sekarang diintegralkan (diintegrasi) diperoleh,

dY = naxn-1dx ∫(integral) , hasilnya

=

1+1

−1 +1

+

,

k  konstanta ,(hasil ini disebut IAD ) ,ini memang dikarang-karang saja agar hasilnya kembali ke fungsi Primitif,

Y = axn + k ,

Perbedaannya hanya konstanta, k .

Fungsi primitif yang di-defferensial memberikan fungsi Turunan, dan fungsi Turunan yang diintegrasi kembali ke fungsi Primitif.

Tapi fungsi ,

Y = axn + k ,

Jika di-defferensial maka member hasil

Y = naxn-1 pula , sebab d(k) = 0.

2. Integral Substitusi

Diberikan sebuah fungsi

Y = 3x (x2 + 1).

Jika sekarang ingin dicari integral dari fungsi di atas, yaitu

∫3x (x

2

+ 1) dx , maka dilakukan pemisalan , u = x2 + 1 d

du = d(x2 + 1) = d(x2) + d(1) du = 2x dx + 0 dx = 2x dx du = 2x dx ( X 3/2 )

3

2 = 3

(7)

2

3. Integral Separatis (Integral Sepihak)

Jika persoalan yang sama seperti di atas ingin di-integralkan dengan integral separatis, yaitu

∫3x (x

2

+ 1) dx , apakah hasilnya sama ? Karena fungsi di atas adalah fungsi perkalian dua fungsi, maka

(8)

3 4. Differensial Fungsi Dua Variabel

Apa yang dilakukan dengan IAD , Integral Substitusi , Integral Separatis adalah penyelesaian dengan fungsi satu variabel x .

Sekarang, jika kedua variabel x dan y disatukan dalam sebuah fungsi, sebutlah z = f (x,y) , dalam sebuah ruang tiga dimensi ,

Ingin dicari differensial dari sebuah fungsi lebih dari satu variabel , sebutlah

W = W(x,y,z,…) dalam n dimensi.

Diberikan sebuah fungsi dua variabel

Z= Z(x,y) = 2xy + x2– y2 Z = 2xy + x2– y2 d dZ = d(2xy + x2–y2 )

Untuk menemukan fungsi turunannya diasumsikan fungsi tersebut hanya satu variabel, ceteris paribus , variabel yang lain diasumsikan konstan , demikian dilakukan seterusnya sampai seluruh variabel terdefferensial.

Untuk maksud ini diadakan sebuah notasi differensial partial ( sebagian-sebagian ) , yaitu z/x , dan z/y , yang dibaca do-zet-do-ex ,untuk membedakan dari dy/dx , de-ye-de-ex.

Tentu , z/x , berarti differensial z terhadap x , ceteris paribus , dan z/y , differensial z terhadap y , ceteris paribusi .

Jikalau dilaksanakan diperoleh ,

Z = 2xy + x2– y2 

z/x = 2y + 2x (y diasumsikan kontanta) Y

Z

X

(X,Y)

Z

(9)

4 z/y = 2x – 2y (x diasumsikan konstanta.)

Asumsi yang bahasa inggrisnya “assume” hanyalah penyederhanaan persoalan agar differensial

fungsi satu variable dapat digunakan untuk fungsi n variable.

Tetapi jika keduanya dijumlahkan , yaitu z terhadap x dan z terhadap y , diperoleh differensial Total z , atau

dZ = z/x dx + z/y dy

dZ = (2y + 2x ) dx + (2x – 2y) dy

Differensial Parsial satu variable terha dap x

(10)

5

BAB II

ALJABAR MATRIK

1. Definisi Matrik

Matrik adalah sekumpulan data berbentuk segi- empat . Dalam operasinya berlaku hukum Aljabar perkalian dan Penjumlahan.

Pengurangan adalah negatif dari Penjumlahan , sedang Pembagian adalah balikan ( invers) dari Perkalian.

Data matrik disebut element ( anggota) , atau entry(masuk) , dan diikat dengan notasi „ kurung

-siku „ atau „ tanda- kurung.‟

Diberikan sebuah matrik sebagai berikut ,

0 2 3

3 4 5 , disebut matrik ordo 2 x 3 ,

dengan elemen 2 baris , dan 3 kolom. Generalisasi matrik ,

11 12 … 1

Tiap elemen dijumlahkan dengan elemen matrik lain yang seletak.

0 2

(11)

6

10 19 19 37 2 2

Dua buah matrik dapat dikalikan , jika kolom matrik pertama sama dengan jumlah baris matrik kedua.

Matrik dikalikan , dengan cara mengalikan semua baris matrik pertama keseluruh kolom matrik kedua, sampai selesai.

A . B  B . A (Hk.Komutatif ) A . ( B + C ) = A .B + A . C (Hk.Distributif ) A . ( B . C ) = (A .B ) . C (Hk.Assosiatif )

4. Matrik Nol

Adalah matrik yang seluruh entry-nya nol.

5. Matrik Identitas

Adalah matrik yang diagonal utamanya 1 , dan yang lainnya 0. I . A = A . I

3 =

1 0 0 0 1 0 0 0 1

6. Matrik Transpose

Dua buah matrik saling Transpose jika baris matrik pertama ditukar dengan kolom matrik kedua , dan sebaliknya.

= 2 4

0 3 =

2 0 4 3 ; A

T

matrik transpose

7. Skalar

= 2 0

0 2 = 2 = , k = 2 adalah scalar matrik A.

8. Vektor

Vektor adalah matrik dengan satu baris atau satu kolom.

1 2 ,

(12)

7 9. Invers Matrik

Invers matrik adalah balikan dari sebuah matrik.

A . A-1 = A-1.A = I ; A-1 invers matrik

Berlaku hukum Komutatif , perkalian sebuah matrik dan invers- nya menghasilkan matrik identitas.

Akibat dari sifat ini :

I . A = A . I = A ( matrik diri sendiri.)

10.Determinan Matrik

Diberikan = , maka

Determinan matrik A = ad – bc −1 = 1

. , matrik adjoint A (sekawan A)  adj. A ;

. = −

(13)

8

BAB III

PENERAPAN DALAM EKONOMI

1. Sistim Persamaan Linier (Pangkat Satu) dengan Tiga Peubah (Variabel)

Contoh : Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan untuk tiga barang substitusi. Penyelesaian :

Qd1 = 23 – 5P1+ P2 +P3 ; Qs1 = –8 + 6P1

Qd2 = 15 + P1–3P2 + 2P3 ; Qs2 = –11 + 3P2

Qd3 = 19 + P1+ 2P2– 4P3 ; Qs3 = –5 + 3P3 , d = demand ;s = supply,

( P = price = harga, Q = kuantitas = jumlah.) Qd1 = Qs1 ( pasar keseimbangan) Qd2 = Qs2

23 – 5P1 + P2 +P3 = –8+6P1 15 + P1–3P2 + 2P3 = –11+ 3P2

31 –11P1+ P2 + P3 = 0 ...(1) 26 + P1–6P2 + 2P3= 0 ………(2)

Qd3 = Qs3

19 + P1+ 2P2–4P3 = –5 + 3P3

24 + P1 + 2P2–7P3= 0 ……..(3)

(a) & (3) :

31 –11P1+ P2 + P3 = 0 (x2) 62– 22P1 + 2P2 + 2P3 = 0

24 + P1 + 2P2–7P3 = 0 24 + P1 + 2P2–7P3 = 0 –

38–23P1+ 9P3= 0 ……….(4)

(2) & (3) :

26 + P1–6P2 + 2P3 = 0 26 + P1–6P2 + 2P3 = 0

24 + P1 + 2P2–7P3 = 0 (x3) 72 + 3P1 + 6P2–21P3 = 0 +

98 + 4P1–19P3= 0 ……… (5)

(4) & (5) :

98 + 4P1–19P3 = 0 (x9) 882 + 36P1–171P3 = 0

38–23P1+ 9P3 = 0 (x19) 772–432P1 + 171P3 = 0 +

P1 = 4

Substitusi P1 ke (5) : Substitusi P3 ke (3) :

98 + 4(4)–19P3 = 0 24 + 4 + 2P2–7(6) = 0

P3 = 6 P2 = 7

Untuk memperoleh kuantitas Qd1, Qd2, Qd3 , Qs1, Qs2, dan Qs3 , substitusi P1,P2,

dan P3 ke masing- masing persamaan tersebut.

(14)

9 2. Persamaan Kuadrat (Pangkat Dua)

Contoh : Fungsi laba (keuntungan ) untuk dua perusahaan yang berbeda masing=masing adalah 1 = –Q2 + 7Q –42

1 = –Q2 + 16Q –38

Jika persamaan kuadrat ax2 + bx + c =0 diselesaikan , maka ada dua penyelesaian ,yaitu

1,2

=

− ± 24

2

,

2

4

0

.

a) Pada tingkat output berapa perusahaan pertama akan mendapatkan laba nol ? b) Pada tingkat output yang mana perusahaan kedua akan mendapatkan laba Rp.25,

? Penyelesaian :

a) – Q2 + 7Q –42 = 0 ; a = –1, b = 17 , c = –42, diperoleh

1,2 =

−17 ± 17241 (42)

2(−1) = 14,3

b) – Q2 + 16Q –38 = 25

– Q2 + 16Q –63 = 0 ; a = –1, b = 16 , c = –63, diperoleh

1,2 =

−16 ± 16241 (63)

2(−1) = 9,7

3. Konsep Marginal (MP) ,Rerata (AP), Total (TP)

TP

A

B

C AP MP

C B

A

Input X

Input X Total output

(15)

10 TC = TC(Q) = Total Cost (Biaya)

TR = TR(Q) = Total Revenue (Penerimaan)

Marginal Cost = MC = dTC/dQ ; Marginal Revenue = MR = dTR/dQ

TR = PQ ; P Price

Average Cost = AC = TC/Q

Contoh :

Tentukan Marginal , rerata , dan fungsi total cost berikut . Hitung fungsi pada Q = 3 , Q = 5.

Penyelesaian :

TC = 3Q2 + 7Q + 12

(1) MC = dTQ/dQ = 6Q + 7 (Konsep Marginal adalah kosep differensial) Untuk Q = 3 , MC = 6(3) + 7 = 25

Q = 5 , MC = 37

(2) AC = TC/Q = (3Q2 + 7Q + 12)/Q (rerata ,membagi fungsi dengan Q) = 3Q + 7 + 12/Q

Untuk Q = 3 , AC = 20 Q = 5 , AC = 24,4

Contoh :

Sebuah perusahaan mempunyai fungsi permintaan 22 –0,5Q –P = 0 dan

AC = 1/3Q2–8,5Q + 50 + 90/Q Tentukan output maksimum. Penyelesaian :

22 –0,5Q –P = 0 P = 22 –0,5Q

TR = (22 –0,5Q )Q = 22 –0,5Q2 TR maksimum , jika MR = 0 MR = dTR/dQ = 22 –Q = 0

Q = 22 Laba =  = TR TC

TC = AC x Q = (1/3Q2–8,5Q + 50 + 90/Q)

TC = 1/3Q3–8,5Q2 + 50Q + 90

TR = 22 –0,5Q2 –

 = TR TC = –1/3Q3 +8Q2–28Q – 90  Maksimum , jika d/dQ = 0

(16)

11

Q = 14 , Q = 2

Pada Q =14 , diperoleh  = 171,33

4. Metode Gauss Untuk Menyelesaikan Persamaan Linier

Metode Eliminasi Gauss untukk penyelesaian persamaan linier semata- mata dengan menerapkan operasi baris berulang- ulang sampai matrik koeifisien sebuah matrik berubah menjadi matrik identitas.

Algoritma :

1. Perhatikan elemen diagonal utama

2. Ubah elemen a11 matrik koeifisien menjadi 1

3. Dengan operasi baris rubah semua elemen lain dalam kolom pertama menjadi nol (0)

4. Ubah elemen a22 menjadi 1

5. Dengan operasi baris rubah semua elemen lain dalam kolom kedua menjadi nol (0)

6. Ulangi langkah di atas sampai selesai

Contoh :

Tentukan penyelesaian sistim persamaan 2x1 + 12x2 = 40

8x1 + 4x2 = 28

Penyelesaian :

Rubah sistim persamaan menjadi ke bentuk matrik

2 12

1. Perhatikan elemen diagonal utama

2. Baris pertama dikali dengan ½ , diperoleh

12

2.bKalikan baris pertama dengan 8 , diperoleh

(X ½)

(17)

12 �8 48 1

2 =

160 28

2.c Baris kedua dikurang baris pertama , diperoleh

6

3.b Baris kedua dikali dengan 6 , diperoleh

6

3.c Baris pertama dikurang baris kedua , diperoleh

0

Ekspansi Laplace dari determinan ordo 3 x 3 dinyatakan sebagai berikut

(18)

13 adalah minor , yaitu , determinan dari sub matrik 2 x 2 setelah menghapus baris –i dan kolom ke- j .

Jadi , = 22 23

32 33

−1 + adalah tanda matrik kofaktor . Karena (-1) dipangkat ganjil adalah negative , maka tanda matrik kofaktor , dibuat sbb ,

+ − +

− + −

+ − +

, berganti-ganti tanda .

Contoh :

=

12 7 0 5 8 3 6 7 0

= 13 13 + 23 23 + 33 33 , Dipilih kolom ketiga , karena berisi banyak elemen nol ,

=−126

6. Kaidah Crammer Untuk Penyelesaian Matrik

Kaidah Crammer , dinyatakan sebagai :

=

adalah determinan matrik koeifisien.

adalah determinan , di mana kolom ke-i matrik koeifisien diganti dengan matrik konstanta.

Contoh :

Carilah x1 , dan x2 dari sistim persamaan linier

6x1 + 5x2 = 49

3x1 + 4x2 = 32

Penyelesaian :

6 5 3 4

1 2 =

49 32

= 6 5

3 4 = 9

(19)

14

(20)

15

Menggunakan Operator Leibnitz :

=

�(� )

Output baja memerlukan input antara batu- bara , bijih , besi , listrik , dll. Output baja adalah permintaan akhir.

Permintaan total X untuk produk , i , sama dengan jumlah semua input antara ditambah permintaan akhir , b .

Pengguna akhir adalah konsumen , investor , pemerintah , dan eksportir .

Jika , aij , adalah koeifisien teknis yang menyatakan harga input , i , yang diperlukan untuk

memproduksi produk baja, j ,seharga satu rupiah , maka permintaan total produk , i , dinyatakan sebagai ,

A disebut matrik koeifisien teknis. Jadi,

X – AX = B ( I – A)X = B

(21)

16 Untuk perekonomian tiga sector , diperoleh :

1 input, yang merupakan nilai tambah perusahaan. Jumlah vertikal elemen-elemen dalam kolom j dalam model tersebut sama dengan satu : biaya input untuk memproduksi sebuah unit komoditi atau memproduksi komoditi seharga satu rupiah.

Contoh :

Diketahui Tabel Permintaan Transaksi Antarindustri di bawah ini dalam jutaan Rupiah. Tentukan Matrik Koeifisien Teknis .

Sektor Asal

Sektor Tujuan Permintaan

Akhir

Perhatikan jumlah Produksi Bruto masing- masing input sama dengan Permintaan Total masing-masing input .

Koeifisien teknis aij menyatakan jumlah unit atau rupiah , i , yang diperlukan untuk

memproduksi satu unit atau satu rupiah produk , j,.

Jadi a11 persentase baja dalam satu rupiah baja , a21  persentase besi dalam satu rupiah baja ,

dan a31 persentase mobil dalam satu rupiah baja .

Untuk mencari koeifisien teknis tersebut bagikan setiap elemen dalam masing – masing kolom dengan nilai produksi bruto yang terletak di bagian bawah kolom dengan mengeluarkan nilai tambah .

Penyelesaian :

(22)

17

Diketahui Tabel Permintaan Transaksi antar industry di bawah ini : a. Tentukan matrik koeifisien teknis

b. Cocokkan jawaban yang diperoleh

Sektor asal Sektor tujuan Permintaan

(23)

18 Contoh :

Anggaplah bahwa nilai tambah (value added) dari soal di atas seluruhnya terdiri Input primer tenaga kerja .

c. Berapa banyak tenaga kerja diperlukan untuk mencapai permintaan akhir ?

d. Jika jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian adalah 100 , apakah komposisi dari bauran output (output mix) tersebut mungkin (feasible) ?

e. Cocokkan ketelitian koeifisien teknis Penyelesaian :

c. Bagilah masing- masing nilai tambah dengan produksi bruto . Diperoleh , 1 = 30/40 = 0,214 ; 2= 50/150 = 0,333 ; 3= 20/130 = 0,154 .

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk permintaan akhir sama dengan koeifisien teknis tenaga kerja dikali dengan permintaan akhir , karena tenaga kerja juga digunakan untuk memproduksi produk-produk antara . Jadi , diperoleh :

= 0,214 0,333 0,54 140 150 130

= 99,93

d. Karena 99,93 < 100 , maka komposisi di atas layak .

e. Karena setiap rupiah output harus dihitung dalam satuan input , maka koeifisien teknis diperiksa dengan menjumlahkan seluruh koeifisien teknis yang jumlahnya sama dengan satu .

1 2 3

1 0,143 0,4 0,077

2 0,357 0,067 0,615

3 0,286 0,2 0,154

Nilai tambah (tenaga kerja)

0,24 0,333 0,154

1 1 1

10.Akar dan Vektor Karakteristik (Nilai Eigen ,Vektor Eigen )

Akar karakteristik suatu matrik digunakan untuk memeriksa kedefinitan tanpa definisi defferensial ( derevatif.)

(24)

19 AV = cV , di mana V adalah vector  0 dan c adalah scalar yang memenuhi persamaan di atas .

Mungkinkah AV = cV ? , di mana A matrik persegi Anxn dan c sbuah scalar (konstanta ) ?

Tentu ordo V ruas kiri sama dengan ordo V ruas kanan . Dan V sudah pasti vector kolom , sebab Anxn tak dapat dikalikan dengan vector baris .

Kalau demikian jawabnya , persamaan di atas dapat terjadi.

Di sini c disebut akar karakteristik atau ( eigen value) , dan V disebut vector karakteristik atau ( eigen vector ) .

Persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai , AV = cIV (I  identitas )

Untuk memperoleh penyelesaian tunggal , dilakukan Normalisasi , dengan syarat element vi dari

V , memenuhi  vi2 = 1 , atau

(25)

20 Contoh :

Diketahui ,

= −6 3 3 −6

Penyelesaian :

− = −6− 3

3 −6− = 0

(−6− ) −6− − 3.3 = 0

( c + 9 )( c + 3 ) = 0 c1 = –9 c2 = –3

Kedua c negative , maka A definit negatif. ( A –cI )V = 0

36 36 1 2 = 0 3v1 + 3v2 = 0  v1 = –v2

Dari Normalisasi :  vi2 = 1

v12 + v22 = 1

(–v22) + v22 = 1  v22 + v22 = 1

 2v22 = 1  v2 =  ½ 2

Jadi,

� =

1 2 2

−12 2 ,sebagai eigenvector .

11.Linier Programming : Metode Simpleks

Metode Simpleks atau algoritma simpleks digunakan untuk menyelesaikan Sistim Pertidaksamaan Linier yang berisi sangat banyak variable linier menggunakan grafik .

Contoh :

Maksimumkan fungsi laba berikut ,

 = 5x1 + 3x2 ( fungsi objektif / sasaran ) , dengan

Kendala

6x1 + 2x2 36 2x1 + 4x2 28

5x1 + 5x2 40 x1, x2 0

(26)

21 Algoritma :

1. TABEL SIMPLEKS AWAL

i. Ubah pertidaksamaan menjadi persamaan dengan menaambah variable slack, diperoleh

6x1 + 2x2 + s1 = 36

5x1 + 5x2 + s2 = 40

2x1 + 4x2 + s3 = 28

Penambahan variable slaxk ,s memungkinkan penulisan pertidaksamaan menjadi persamaan .

ii. Bentuk matrik persamaan

6 2 5 5

2 4

1 2 1 2 3

= 36 40 28

Identitas 3x3

iii. Buat table simpleks awal :

Tuliskan vektor kolom variabel di atas matrik koeifisien . Tuliskan koeifisien fungsi objektif di bawah matrik koeifisien , dengan member tanda negatif ( indikator) ,

 = 5x1 + 3x2 + 0s1+ 0s2+ 0s3 = 0.

Elemen kolom konstanta dituliskan sama dengan nol (0) , yaitu fungsi objektif di titik asal ( 0,0 ) ,

 = 5.0 + 3.0 = 0 , di mana x1 = x2 = 0

Tabel simpleks awal :

x1 x1 s1 s2 s3 Konstanta

(X 1/6) 6 2 1 0 0 36

5 5 0 1 0 40

2 4 0 0 1 28

–5 –3 0 0 0 0 (Fungsi ob

jektif awal ) Indikator

(27)

22 i. Kolom Pivot :

Tentukan nilai absolute terbesar dari indikator negatif . Karena nilai absolute −5 = 5, maka –5 merupakan indikator yang pertama dipilih . Karena –5 terletak pada kolom pertama , maka x1 masuk ke dalam basis , dan

kolom x1 menjadi kolom Pivot , ditandai dengan tanda

panah .

ii. Baris Pivot :

Bagi elemen konstanta dengan kolom Pivot ,diperoleh 36/6 < 40/5 < 28/2 .

Pembagian terkecil , dengan mengabaikan hasil lebih kecil atau sama dengan nol (  0 ) , {0, -1/2 , . . . }, menentukan variabel yang mrninggalkan basis .

Karena 36/6 terkecil , baris pertama adalah baris Pivot . Karena s1 mempunyai koeifisien 1 pada baris Pivot , maka

s1 keluar dari basis.

Perpotongan baris Pivot dan kolom Pivot , merupakan elemen Pivot . Jadi , 6 adalah elemen Pivot.

3. Pivoting

i. Kalikan baris Pivot dengan balikan elemen Pivot , diperoleh

Tabel Kedua

x1 x1 s1 s2 s3 Konstanta

1 1/3 1/6 0 0 6

5 5 0 1 0 40

2 4 0 0 1 28

–5 –3 0 0 0 0

ii. Reduksi seluruh elemen kolom Pivot menjadi nol (0) , kecuali elemen baris pivot , diperoleh :

( baris 2 ) dikurang ( 5x baris 1) , ( baris 3 ) dikurang ( 2x baris 1), ( baris 4 ) dikurang ( 5x baris 1),

(28)

23

x1 x1 s1 s2 s3 Konstanta

1 1/3 1/6 0 0 6

0 10/3 –5/6 1 0 10

0 10/3 –1/3 0 1 16

0 –4/3 5/6 0 0 30

Diperoleh ,

4. Pilih kembali elemen indikator yang negatif , yaitu , –4/3 . bagi kolom konstanta dengan kolom Pivot ( kolom 2) , diperoleh 10/3 sebagai elemen Pivot .

Karena s2 mempunyai koeifisien 1 pada baris Pivot , s2 akan

meninggalkan basis . Pivotting :

i. Kalikan baris 2 dengan balikan 10/3 , yaitu 3/10 , diperoleh ii. Reduksi elemen kolom Pivot menjadi nol , kecuali baris 2 ,

diperoleh ,

( baris 1 ) dikurang ( 1/3x baris 2) , ( baris 3 ) dikurang ( 10/3x baris 2), ( baris 4 ) ditambah ( 4/3x baris 2), Baris Pivot diperoleh ,

Tabel Ketiga

x1 x1 s1 s2 s3 Konstanta

1 0 ¼ –1/10 0 5

0 1 –1/4 3/10 0 3

0 0 ½ –1 1 6

0 0 ½ 2/5 0 34

Pada baris indikator tidak terdapat lagi elemen negative , maka penyelesaian sudah optimum .

Elemen pada kolom konstanta menunjukkan ,

1

(29)

24 12.Investasi ,Biaya Total , dan Biaya Marginal

Investasi bersih didefinisikan sebagai tingkat perubahan dalam formasi saham modal (capital stock ) K selama waktu , t .

Pembentukan modal sepanjang waktu , diperoleh

I(t) = dK(t) / dt = K(t) .

Pembentukan modal merupakan integral yang berkenanan dengan waktu investasi bersih .

I(t) = dK(t) / dt

I(t) dt = dK(t) ∫

∫I(t) dt = ∫dK(t)

= K(t) + c

c = K0 = saham modal awal K0 .

Biaya marginal adalah perubahan dalam biaya total akibat perubahan incremental (tambahan ) dalam output , MC = dTC / dQ , dan hanya biaya Variabel yang berubah bersamaan dengan tingkat output ,

MC = dTC / dQ

MC dQ = dTC ∫

∫MC dQ = TC = VC + c

C = FC (Fixed Cost ) = biaya awal . VC (Variabel Cost )

Contoh :

Diberikan Investasi bersih , I(t) = 140 t3/4 dan saham awal pada t = 0 adalah 150 . Diperoleh ,

K = ∫I(t) dt = ∫140 t

3/4

dt

= 1403

4+1

3

4+1+

= 1407 4

7

4+

= 80 7/4+ , c = K0 = 150

= 80 7/4+ 150 .

Contoh :

Diketahui , MC = dTC / dQ = 32 + 18 Q –12Q2 , FC = 43

(30)

25 Penyelesaian :

TC = ∫(32 + 18 Q –12Q

2

)dQ = 32Q + 9Q2–4Q3 + c = VC + c Pada , Q = 0 , TC = FC= 43

TC = 32Q + 9Q2–4Q3+ 43

AC = TC/ Q = 32 + 9Q –4Q2 + 43 / Q VC = 32Q + 9Q2–4Q3

13.Nilai Sekarang dari Arus Kas

Nilai sekarang dari sejumlah uang yang diterima di masa mendatang , bila dimajemukkan secara kontinu , ditunjukkan oleh

P = Se

-n . Oleh karena itu , nilai sekarang dari suatu arus penghasilan yang akan datang ( uang yang diterima setiap tahun selama n tahun ) , ditunjukkan oleh integral

= − = − = −1 −

0 0

0

=− − 0 = − − − − (0)

= − − −1 = 1− − ; r  tingkat bunga majemuk.

(31)

26

BAB IV

PERSAMAAN DIFF ERENSIAL 1. Definisi

Jenjang atau orde suatu persamaan differensial adalah jenjang atau orde dari turunan tertinggi yang terdapat di dalam persamaan . Derajat (degree) suatu persamaan differensial ditunjukkan oleh pangkat tertinggi dari turunan jenjang tertinggi dalam persamaan differensial .

Contoh :

dy / dx = 2x + 6 . Jenjang pertama , derajat pertama .

4−5 5 = 0 . Jenjang pertama , derajat empat .

2

2+

3

+ 2 = 0 Jenjang kedua , derajat pertama .

2 2

7

+ 33

5

= 75 . Jenjang tiga , derajat lima .

2. Rumus Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu

dy / dt + vy = z , v , z , konstanta , atau fungsi waktu .

3. Penyelesaian Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu

= − ( + ) , A  konstanta sembarang .

* ( Penyelesaian Umum ini akan diuraikan setelah pasal Persamaan Differensial Eksak .)

Penyelesaian berisi dua bagian :

, disebut fungsi pelengkap ( komplementer ) ; yc , ,disebut integral khusus (particular ),yp . yc , penyimpangan dari keseimbangan .

yp , keseimbangan antar waktu ( level ekuilibrium .)

Untuk y(t) dinamis stabil : y(t) = yp ; yc = 0 .

Contoh :

Selesaikan dy / dt + 4y = 12 Penyelesaian :

v = 4 , z = 12 .

(32)

27

4. Persamaan Differensial Eksak

Diketahui persamaan fungsi dua variabel F( y,t ) , di mana : M = F / y dan N = F / t , differensial totalnya :

dF( y,t ) = F / y dy + F / t dt.

Jika , disamakan dengan nol , diperoleh

Mdy + Ndt = 0 , ( disebut Persamaan Differensia Eksak. )

2. Buat integralPartial yang terdiri dari

M = F / y , dan Z(t) , untuk mencari fungsi primitive F(y,t) . 3. Differensial F(y,t) terhadap t

(33)

28

5. Kaidah-kaidah Faktor Pengintegralan

Persamaan jenjang pertama non linier dapat diselesaikan dengan persamaan differensial eksak menggunakan faktor pengintegralan .

Assumsikan, M / t N / y

Dengan demikian faktor pengintegralannya , 1/ = ln =

Jadi , penyelesaiannya :

5yt dy + (5y2 + 8t ) dt = 0 (kedua ruas dikali faktor pengintegralan , t . demikian persaman diffe-

Ingat IAD :

Jika , d(ln t ) = 1/t dt , maka ∫1/t dt = ln t.

Juga ingat HukumEksponen dan Logaritma: Misalkan : ln = __ ln

(kedua ruas dilogaritmakan ) , diperoleh

Ln t ln e = ln x

Ln t .1 = ln x  ln t = ln x  x = t ,

(34)

29 rensialeksak dapat diselesaiakan .

6. Pemisahan Variabel

Merubah persamaan differensial eksak

M dy + N dt = 0 , menjadi

M(y) dy + N(t) dt = 0 , tanpa faktor pengintegralan . Contoh :

dy / dt = y2 t Penyelesaiannya :

dy / dt = y2t ( X (dt/ y2) )

dy / y2 = t dt

(1 /y2) dy = t dt ∫

−2 =

− −1+ 1 =

1 2

2+ 2

t2 + 1/y + c3 = 0 (X 2y)

t2y + 2 + c3y= 0

y = –2 / (t2 + c4)

*Penyelesaian Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu

Berikut ini diturunkan Penyelesaian Umum Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu

dy / dt + uy = w dirubah ke persamaan homogen , menjadi

dy + (uy – w ) dt = 0 , persamaan homogen mempunyai faktor integrasi

e

udt  eksponen (  udt ) , yang diperoleh dari penyelesaian umum persamaan homogen .

Misalkan I merupakan faktor integrasi , sehingga persamaan di atas , menjadi

(35)

30 M fungsi I saja , u = u(t) , w = w(t) , maka N yang berisi I dan u , w , harus fungsi dalam t saja .

Test eksak

M / t = N / y

M / t = I / t

N / y = Iu

karena I fungsi satu variable dalam t . Jadi ,

I / t = Iu  =

=

______________ ∫

=

= +  = . = , A = ec

Dari pada menggunakan , lebih baik menggunakan untuk memudahkan perhi tungan .

Kalau faktor integrasi ini dikalikan ke persamaan

I dy + I (uy –w) dt = 0 , diperoleh

+ − = 0

� � = � = .� = .

� � =� ( − = .

Jadi , M / t = N / y .

I / t = Iu = dI / dt

Ingat IAD :

(36)

31 Sekarang ,

i. Persamaan terakhir diintegrasi partial terhadap y untuk mencari y . Misalkan :

� , = +Ψ =

Jadi : (t) merupakan penyelesaian suku kedua ,

− , dan d(k) = 0 , F(y,t) fungsi primitif .

� , = +Ψ =

ii. Untuk mencari (t) , persamaan ini dideferensial partial terhadap t , diperoleh

�� � = .� � +Ψ′ =

+Ψ′ =

Tapi �� � = = ( − )

Maka , dengan identitas , diperoleh

Ψ′ =

iii. Sekarang untuk mencari (t) , maka

Ψ′ = , diintegrasi , diperoleh

Ψ =−

iv. Substitusi ke bentuk I , diperoleh

− =

= +

(37)

32 7. Persamaan Bernuolli

Persamaan Bernoulli adalah persamaan differensialnon-linier berbentuk

dy / dt = ay = byn , a , b , konstanta atau fungsi t , n  0 , n  1 .

Dengan memisalkan = 1− , diperoleh Persamaan DifferensialLinier

dw / dt + (1–n) aw = (1–n) b

yang dapat diselesaikan dengan memisalkan v = (1–n) a dan z =(1–n) b . Contoh :

Persamaan Bernoulli , dy / dt – y = ty2 (Persamaan y dalam t .) Penyelesaian :

dy / dt – y = ty2 , jika dibandingkan dengan Persamaan Umum Bernoulli ,

dy / dt + ay = byn , diperoleh a = –1 , n = 2 , b = t . Dirubah ke Persamaan Linier

dw / dt + (1–n) aw = (1–n) b ( Persamaan w dalam t .) dw / dt + (1–2) (–w) = –1 t

dw / dt + w) = t diperoleh Persamaan Differensial Linier Jenjang Satu  v = t , z = –t

Maka penyelesaiannya adalah ,

= − 1 ( + –t 1 ) = − ( + –t )

= − − + 1

Kembali ke pemisalan Bernoulli , diperoleh

= 1− = 1−2 = 1/

Jadi penyelesaiannya dalam y , adalah

= ( − − + 1)−1

(38)

33

BAB V

PERSAMAAN DIFF ERENSI (SELISIH)

1. Definisi

Persamaan differensi menyatakan hubungan antara suatu variabel tak bebas dan variabel bebas bersenjang ( lagged independent variabel ) yang berubah pada interval waktu diskrit (putus – putus ) .

Berbeda dengan Persamaan differensial yang tergantung pada interval waktu kontinu ( berlanjut .)

Jenjang atau orde persamaan differensi ditentukan oleh banyaknya priode selang terbesar. Jenjang pertama menyatakan suatu kesenjangan waktu ( time lag ) dalam satu priode ; jenjang kedua , dalam dua priode , dan seterusnya .

Perubahan dalam y karena t berubah dan t ke (t + 1) disebut differensi pertama dari y , yaitu ,

∆y / ∆t = ∆yt = yt+1 –yt ,

Operator ∆ menggantikan operator d / dt untuk mengukur perubahan kontinu dalam persamaan differensial .

Contoh :

It = a ( Yt –1 – Yt –2 ) jenjang 2

Qs = a + bP t –1 jenjang 1

yt+3 –9yt+2 + 2yt+1 + 6yt = 8 jenjang 3

∆yt = 5yt jenjang 1

Contoh :

Diketahui y awal y0 , dalam persamaan differensi

yt+1 = b y3

Untuk t = 0,1,2,3, dan seterusnya , diperoleh

y1 = by0

y2 = b y1 = b (by0) = b2y0

yt = bty0

2. Rumus Umum Persamaan Differensi Linier Jenjang Satu

yt = by t –1 + a , a , b konstanta

3. Rumus Umum Penyelesian Persamaan Differensi Linier Jenjang Satu

(39)

34 yt = y0 + at jika b = 1 **)

Penurunan untuk *) :

yt = by t –1 + a

y1 = by0 + a

y2 = by1 + a = b(by0 + a ) = b2y0 + ab + a

y3 = by2 + a = b(b2y0 + ab + a) + a = b3y0 + ab2 + ab + a

y4 = by3 + a = b(b3y0 + ab2 + ab + a) = b4y0 + ab3 + ab2 + ab + a

= 0+ −1+ −2+ −3+ + + 3+ 2+ +

= −1 0+ + + 2+ 3+ + +

3 + 2+ +

= 0 + + 2+ 3+ + +

3+ 2+ +

= 0+ 1

+ 12+ 13+ + + 2+ + 1 + = 0+

1

1−0

1−1 +

1

1−0

1−1 +

= 0−1 +1 , untuk b  1 ( jika b =1 , tidak

terdefinisi .)

Penurunan untuk **) :

yt = by t –1 + a , Untuk b = 1, maka

yt = y t –1 + a

y1 = y0 + a

y2 = y1 + a = (y0 + a ) + a = y0 + 2a

y3 = y2 + a = (y0 + 2a ) + a = y0 + 3a

yt = y0 + at

(40)

35 Contoh :

Diketahui persamaan differensi

yt = –7y t –1 + 16 dan y0 = 5

Penyelesaian :

b = –7 , a = 16 ,

maka , = (−7) 5− 16

1+7 + 16

1+7= 3(−7) + 2

4. Model Cobweb

Untuk komoditi hasil pertanian , yang ditanam setahun sebelum dipasarkan , penawaran saat ini tergantung pada harga tahun yang lalu .

Jika ,

Qdt = c + bPt dan Qst = g + hP t –1

Dalam keseimbangan ,

Qdt = Qst

Jadi , = 1 + −

Karena b < 0 dan h > 0 ( Karena b koeifisien permintaan selalu negatif , h koeifisien penawaran selalu positif , maka menurut penyelesaian Persamaan DifferensiLinier jenjang satu ,

≠1 < 0 , maka , diperoleh penyelesaian persamaan differensiberikut „

= 0 −

− + − − ,

Jika dalam keseimbangan : Pt = P t –1 ( karena berada di satu titik potong yang sama .)

Dengan demikian Pe = Pt = P t –1 (Pe harga ekuilibrium ) , sehingga diperoleh

Pe =

− −

Jadi :

= 0 − / +

Karena itu h / b < 0 , dan lintasan waktu beralun .

Jika : > , / > 0 , lintasan waktu Pt meledak .

Jika : = , / = −1 , lintasan waktu beralun seragam

Jika : < , / < 1 , lintasan waktu Pekonvergen , dan Pt mendekati .

(41)

36

MISCELANOUS PROBLEM ( SOAL CAMPURAN )

1. Tentukanlah keseimbangan harga dan kuantitas untuk dua barang komplementer , celana ( S) dan jaket (J) , dengan menggunakan metode eliminasi

(1) QdS = 410 –5PS–2PJ

QsS = –60 + 3PS

(2) QdJ = 295 –PS–3PJ

QsJ = –120 + 2PJ

2. Sebuah perusahaan elektronika memproduksi TV (T) dan streo (S) . Kurva transformasi ( transformation curves) , juga disebut kurva kemungkinan produksi ( production possibility curve ) , yang menunjukkan kombinasi berbeda untuk setiap barang yang yang dapat diproduksi perusahaan dengan menggunakan semua sumber dayanya secara efisien , dinyatakan dengan persamaan

S2 + 3S + 5T = 130 . Tentukan :

(a) Jumlah maksimal stereo yang dapat diproduksi oleh perusahaan , (b) Jumlah maksimal TV ,

(c) Jumlah maksimal stereo jika 18 TV diproduksi , dan (d) Jumlah maksimal TV jika 7 stereo diproduksi

(e) Gambar grafik kurva transformasi untuk perusahaan tersebut

3. Cari fungsi –fungsi MR yang berhubungan dengan fungsi penawaran berikut . Hitung fungsi tersebut pada Q = 4 , Q = 10 .

P = Q2 + 2Q + 1

4. Gunakan Metode Gauss untuk menyelesaikan sistim persamaan linier

6x1 + 2x2 + 5x3 = 73

7x1– 3x2 + x3 = –1

4x1 + 8x2– x3 = –9

5. Dengan ekspansi Laplace tentukan determinan dari matrik berikut

=

2 4 1 5 3 2 5 1 1

3 2 4

(42)

37 6. Syarat jenjang pertama optimisasi berkendala adalah :

TC / x = 16x –y +  = 0 TC / y = 16y –x +  = 0 TC /  = x + y –42 = 0 ,

Gunakan Kaidah Crammer untuk mencari x , dan y .

7. Gunakan determinan Jacobian untuk menentukan ketergantungan fungsi dalam sistim persamaan :

y1 = x12–3x2 + 5

y2 = x14–6x12x2 + 9 x22

8. Optimumkan fungsi berikut , dengan menggunakan determinan Hessian untuk syarat jenjang kedua .

y = 3x12–5x1–x1x2 + 6x22–4x2 + 2x2x3 + 4x32 + 2x3– 3x1x3

9. Tentukan permintaan total untuk industry 1, 2 , dan 3 , apabila diketahui matrik koeifisien teknis A dan vektor permintaan akhir B berikut :

Output industry

1 2 3

=

0,4 0,3 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,4 0,2

1 2 3

input industry = 140 220 18

10. Gunakan eigenvalue untuk memaksimumkan laba ,

=

4 6 3 0 2 5 0 1 3

11. Gunakan metode Simpleksuntuk memaksimumkan laba ,

 = 3 y1 + 4y2 , dengan

kendala

2,5 y1 + y2 20 y1 + 2y2 16

3 y1 + 3y2 30 y1 , y2  0

12. Diketahui MC = 16e0,4Q , dan FC = 100 . Cari TC

(43)

38 Cari K .

14. Nilai sekarang dari Rp.100 yang dibayarkan tiap- tiap tahun selama 3 tahun apabila suku bunga 5 % dimajemukkan secara kontinu adalah ?

15. Selesaikan persamaan differensial eksak berikut : ( 4y + 8t2 ) dy + ( 16yt –3) dt =0

16. Selesaikan persamaan differensialnon linier , Bernoulli berikut :

dy / dt + y = ty3

17. Selesaikan persamaan differensi ( selisih ) dari

yt = 6y t –1

18. Untuk Qdt = 180 –0,75Pt , dan

Qst = –30 + 0,3P t –1 ,

P0 = 0 .

Tentukan :

(44)

39

DAFTAR PUSTAKA

Alpha C.Chiang.1993.Dasar-Dasar Matematika Untuk Ekonomi.Jilid I,II.Erlangga.Jakarta.

Dowling E.1995.Matematika Untuk Ekonomi.Erlangga.Jakarta.

Murray R.Spiegel.1981.Advanced Calculus.McGraw-Hill International Book Company. Singapore.

Piskunov.N.Differential and Integral Calculus.Vol I.Mir Publisher Moscow.

(45)

40 CURICULUMVITAE

Identitas :

Nama : Sopar M.H.

Lahir : 19 Pebruari 1967 di Balik Papan , Kalimantan Timur Pendidikan :

1. SD NEGERI 060922 MEDAN SUNGGAL 2. SMP BUDI BERSUBSIDI SUNGGAL , MEDAN

3. SMPP NEGERI 24 , MEDAN SUNGGAL /IPA /TAMAT 1986

4. IKIP NEGERI MEDAN / SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA/ TAMAT 1991

5. UNSYIAH BANDA ACEH /MAGISTER SAINS EKONOMI / TAMAT 2005

6. UNPAD BANDUNG / PROGRAM DOKTOR SAINS EKONOMI / MASUK 2005

Pekerjaan :

Dosen PNS KOOPERTIS WIL. I SUMUT-NAD Pengalaman :

1. Dosen MATEMATIKA ASTRONOMI , MATEMATIKA TEHNIK , MATEMATIKA EKONOMI Akademi Maritim Belawan (AMB) ,Medan , Tahun 2001 – 2005 .

2. Dosen MATEMATIKA EKONOMI , EKONOMIMIKRO , EKONOMI MAKRO di Universitas HKBP NOMMENSEN , UHN Medan , 2012 – sekarang .

Jabatan :

Sekretaris PPL (Program Pengalaman Lapangan ) FKIP HKBP NOMMENSEN MEDAN .

Riset :

Simulasi Gauss Seidel- Reformasi Pajak Indonesia .2003.

Computable General Equilibrium.Pemanasan Global Indonesia.2005.

Gambar

TABEL SIMPLEKS AWAL i. Ubah pertidaksamaan menjadi persamaan dengan menaambah variable , diperoleh
Tabel Ketiga s1

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Application of Contextual Learning to Improve Critical Thinking Ability of Students in Biology Teaching and Learning Stategies, International Journal of Learning,

1 menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar fisika peserta didik Pretest dan post-test pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran

dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif serta bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh

Ulama sepakat bahwa setiap permainan yang menjadikan satu pihak bisa menang dan pihak lain kalah adalah termasuk judi yang diharamkan, baik menggunakan sarana apa

Dari keempat aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini yakni kemampuan berbahasa aspek menulis yang di dalamnya terdapat standar kompetensi dan kompetensi

Jika kita melihat korelasi antara permbuat kebijakan (pemerintah) dan pelaksana kebijakan (Dinas Sosial) dalam program permakanan, ini sangat tepat Dinas Sosial

30 Program studi yang ditawarkan oleh Perguruan Tinggi Cendana sesuai dengan keinginan saya. .437

Artinya ada hubungan yang positif dan sangat kuat antara pengembangan karier terhadap kinerja pegawai pada divisi Human Capital PT Sucofindo (Persero) Jakarta. Hal ini