• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 312007037 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 312007037 BAB III"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Sebagaimana judulnya, Bab III ini berisi deskripsi tentang penelitian dan analisis. Dalam bagian hasil penelitian akan dideskripsikan mengenai Peran Dinas Sosial terhadap Anak-Anak Pasca Konflik Poso. Sedangkan pada bagian analisis akan diuraikan hasil analisis penulis tentang bagaimana peran dinas sosial Kabupaten Poso dalam pemenuhan hak-hak anak pasca konflik Poso dan kendala-kendala dalam pemenuhan hak-hak anak di Poso khusus di pengungsian Malewa oleh Dinas Sosial

A. Gambaran Umum Kabupaten Poso

Wilayah kabupaten Poso membentang dari arah tenggara ke barat daya dan melebar kearah barat ke timur pantai Sulawesi tengah. Pesisirnya pantainya sebagian terletak di teluk tomini dan di teluk tolo. Luas wilayah kabupaten Poso sebelum dimekarkan adalah 29.923,88 km2, sekitar 43.98% dari luas provinsi Sulawesi tengah. Setelah dimekarkan pada 5 desember 2006, kabupaten Poso hanya terdiri atas 13 kecamatan, sedangkan delapan kecamatan lainnya masuk dalam kabupaten baru yakni morowali.

Jumlah penduduk kabupaten Poso sebelum kerusuhan kurang lebih 231.000 jiwa.1 Sejak terjadinya kerusuhan ketika tahun 2000, tercatat 58.000 jiwa penduduk Poso telah mengungsi ke daerah lain ke wilayah Sulawesi

1

(2)

tengah (Palu, Donggala, Parigi, dan Morowali). Sekitar 25.000 jiwa lagi mengungsi ke wilayah Sulawesi utara, Sulawesi tenggara dan Sulawesi utara. Penyebaran penduduk di wilayah kabupaten Poso dari dulu hingga kini tidak merata. Beberapa wilayah yang tergolong padat, yakni Poso kota di kecamatan Poso kota, mapane dan sekitarnya di kecamatan Poso pesisir, Tentena di kecamatan pamona utara dan kecamatan ampana.

Komposisi penduduk menurut agama adalah 50% islam, 40% Kristen, 10% hindu dan agama local. Tingkat toleransi beragama sebelum terjadinya konflik sangat tinggi karena di sana adat tradisi sintuwu maroso.2 Budaya kekeluargaan menjadi cirri khas penduduk disana. Hamper setiap acara keagamaan dirayakan secara bersama tanpa pandang bulu. Selain penduduk asli yakni suku pamona, mori, bada dan napu, etnisitas penduduk juga disana sangat beragam , diantaranya : jawa, bugis, gorontalo, kaili (mayoritas islam), flores dan minahasa (mayoritas Kristen). Meski demikian, sejak dahulu interaksi antara etnis di Poso cukup baik dan dinamis.

B. Peran Dinas Sosial dalam melaksanakan Perlindungan Anak Korban Konflik Kerusuhan Poso

Landasan hukum

Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perlindungan, Pelayanan, Dan Pemulihan Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan.

(3)

1. Visi Dan Misi

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Sosial Kesejahteraan anak Tahun 2011 -2015 sebagai berikut :

Visi

Terpenuhinya hak anak akan kelangsungan hidup, tumbuh, kembang, perlindungan, dan partisipasi

Misi

Memberikan pelayanan pada anak yang membutuhkan perlindungan khusus dari situasi yang menghambat perkembangan serta perlakuan salah.

2. Tujuan, strategi dan sasaran Tujuan

Tujuan yang akan dicapai adalah terselenggaranya perlindungan dan pelayanan sosial anak secara berhasil –guna dalam rangka mencapai anak yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria, berakhlak mulia, terlindungi,aktif, beradaptasi.

Sasaran

Upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak diarahkan untuk mencapai sasaran sebagaimana berikut ini:

(4)

sehingga mereka dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.

2. Mencegah dan menghindarkan anak dari tindak kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan perlakuan diskriminatif yang mengakibatkan hak-hak anak menjadi tidak terpenuhi.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam memberikan perlindungan dan pelayanan sosial anak di lingkungannya. Upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak yang berhasil-guna dan berdaya-guna dapat dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesejahteraan sosial yang didukung oleh sistem informasi kesejahteraan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta hukum dan perundang-undangan sosial. Fungsi-fungsi administrasi kesejahteraan sosial tersebut, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pertang-gungjawaban penyelenggaraan perlindungan dan pelayanan sosial anak.

Strategi

Untuk mewujudkan visi, dan sesuai dengan misi yang telah di tetapkan maka dalam periode 2011 -2015 akan dilaksanakan strategi sebagai berikut:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan

(5)

c. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak Dalam era reformasi, masyarakat harus dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak, dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan perlindungan dan pelayanan sosial anak itu sendiri

d. Meningkatkan akses anak terhadap pelayanan sosial dan perlindungan anak yang berkualitas Sesuai dengan paradigma perlindungan dan pelayanan sosial anak, dinas Sosial harus mengutamakan pada upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya perlindungan dan pelayanan sosial anak secara swadaya

3. Struktur organisasi Dinas sosial.

Dalam melaksanakan tugas dan dan fungsinya dibentuklah struktur organisasi Dinas sosial adalah sebagai berikut:

a. kepala dinas

b. sekretaris membawahi :

 sub bagian perencanaan program  sub bagian keuangan dan asset  sub bagian umum dan kepegawaian.

(6)

 Seksi pemberdayaan dan pengembangan komunitas adat

terpencil dan fakir miskin

 Seksi pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan pemberdayaan

keluarga pahlawan

 Seksi pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial

d. Bidang bantuan dan jaminan sosial membawahi:  Seksi pengumpulan sumbangan dan jaminan sosial  Seksi bantuan sosial korban bencana

 Seksi bantuan sosial korban tindak kekerasan

e. Kelompok jabatan fungsional.

4. Program Dinas Sosial Kabupaten Poso untuk Penanganan anak korban konflik.3

(7)

PROGRAM PELAYANAN Anak usia 0-2 Tahun a. Kebutuhan

Keberlangsungan hidup : Pemeliharaan, perawatan, pengasuhan dan perlindungan. b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Perlindungan.

- Capacity building : Keluarga, masyarakat, dan lembaga substitusi (TPA).

Anak Usia 3-4 tahun a. Kebutuhan

Keberlangsungan hidup, tumbuh kembang: Pemeliharaan, pengasuhan, perawatan, pengasahan danperlindungan.

b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Perlindungan.

- Capacity building : lembaga substitusi (TPA & KB).

- Pelayanan psikososial, character building, lingkungan fisik dan non fisik (mikro, meso, exo, makro).

Anak Usia 5-6 tahun a. Kebutuhan

Keberlangsungan hidup, tumbuh kembang: Pemeliharaan, pengasuhan, pengasahan, perawatan dan perlindungan.

b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Perlindungan.

- Capacity building : lembaga substitusi (TPA & KB).

- Pelayanan psikososial & character building. - Rujukan multi kecerdasan.

- Lingkungan. Pelayanan Sosial Anak

Usia Sekolah & Remaja 1. Anak Usia 7-15 tahun

a. Kebutuhan

Kualitas hidup, tumbuh kembang, partisipasi : Pengasuhan, pengasahan dan perlindungan. b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Perlindungan.

- Psikososial dan pengembangan karakter. - Stimulasi

(8)

Anak Usia 16-18 tahun a. Kebutuhan

Kualitas hidup, partisipasi : Pengasahan, pengasuhan dan perlindungan.

b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Perlindungan.

- Psikososial : Pendewasaan karakter, konsultasi.

- Advokasi.

- Capacity building : Lembaga pelayanan sosial anak.

Pelayanan Sosial Anak Dengan

Kondisi/Kebutuhan Khusus

1. Anak Balita Terlantar, Dieksploitasi,

Diperlakukan Salah

a. Kebutuhan

Perlindungan, pemeliharaan, perawatan, pengasuhan.

b. Intervensi

1. Bimbingan dan penyuluhan.

- Lembaga substitusi (Panti Sosial) - Adopsi.

- Psikososial. 2. Anak Terlantar a. Kebutuhan

Perlindungan, pemeliharaan, pengasuhan, pengasahan. b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Lembaga substitusi.

- Psikososial. - Rujukan.

2. Anak Dengan Kecacatan

a. Kebutuhan Perlindungan, pemeliharaan, pengasuhan, rehabilitasi, pengasahan. b. Intervensi

- Bimbingan dan penyuluhan. - Lembaga substitusi/Rehabilitasi - Psikososial.

(9)

Pada Tahun 2011-2012 Program program yang terlaksana hanya fokus terhadap pelayanan bimbingan dan penyuluhan bagi anak –anak pengungsi dan mempekerjakan anak –anak dibawah umur dalam kegiatan pencucian mobil dan motor agar anak –anak tersebut mendapatkan uang dari hasil pekerjaaan mereka.4

Berbagai layanan dan program terus dikembangkan oleh Dinas Sosial dengan intensitas dan kualitas yang diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun faktanya memang masih sangat banyak anak yang tidak tersentuh pelayanan sosial dengan baik karena keterbatasan sumber daya utamanya anggaran. Keterbatasan cakupan pelayanan ini juga ikut disertai dengan belum adanya keterpaduan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya dan pelayanan yang ada. Sehingga mengakibatkan dengan pertumbuhan masalah anak tak dapat diimbangi dengan upaya pencegahan dan respon yang memadai.

Menurut Dinas Sosial, Penyelenggaraan pelayanan terhadap

anak-anak konflik dilakukan tanpa biaya, cepat ,aman, empati, non diskriminasi mudah dijangkau dan adanya jaminan, karena menurut Dinas Sosial segala biaya untuk penyelenggaraan perlindungan , pelayanan, dan pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di bebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja daerah.

4

(10)

a. Sasaran penyelenggaraan dinas sosial

 Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMK)  Anak terlantar

 Anak cacat  Balita terlantar

 Eks korban

 Korban bencana sosial  Gelandangan

Dinas sosial kabupaten Poso dalam melaksanakan pelayanannya sesuai tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan daerah Nomor 12 Tahun 2010 tanggal 23 Desember 2011 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah mengalami masalah dan tantangan utama yaitu:

1) Kualitas sebagian sumber daya manusia yang ada masih kurang memadai untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi

2) Dana operasional yang terbatas

3) Disiplin kerja dan tanggung jawab pada tugas pokok dan fungsi masih perlu ditingkatkan.

4) Koordinasi antar unit sudah berjalan namun masih perlu ditingkatkan sinergisitasnya

(11)

C. Dampak konflik Poso secara umum

[image:11.612.101.513.159.685.2]

Secara umum kerusuhan konflik Poso merusak tatanan kehidupan masyarakat dan keluarga serta merusak sarana dan prasanan infastruktur yang ada. Kerusakan fisik yang nampak sebagai akibat dari konflik Poso adalah rusaknya sarana fisik seperti rusaknya rumah –rumah penduduk, tempat – tempat ibadah, bangunan sekolah dan sarana kesehatan. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal dan terpaksa harus mengungsi di tempat pengungsian. Rusaknya bangunan sekolah mengakibatkan anak –anak harus berhenti sekolah karena sekolah tempat mereka belajar menuntut ilmu sudah tidak layak di gunakan. Begitu pun rusaknya sarana dan prasarana umum yang lain mengakibatkan tatanan kehidupan masyarakat tidak dapat berjalan seperti sebelum terjadinya konflik.

Tabel 3.1

Dampak konflik Poso di Malewa terhadap Infrastruktur Jumlah

Bangunan rusak

Jumlah yang telah direnovasi

Gedung sekolah 4 3

Rumah 155 115

Gereja 1 1

Masjid 1

-Rumah sakit 1

-Sumber : Data Primer5

5

(12)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah gedung sekolah yang hancur sebanyak 4 gedung, terdiri dari 1 gedung SMA, 1 gedung SMP, 1 gedung SD dan 1 gedung TK. Dari keempat gedung sekolah yang rusak tersebutyang sudah direnovasi sebanyak 3 gedung yaitu gedung SMP, SD dan gedung TK. Jumlah bangunan rumah yang rusak sebanyak 155, dan telah dibangun 115 rumah ditempat pengungsian Malewa.

Satu bangunan gereja yang hancur dan telah dibangun kembali di pengungsian Malewa. Sedangkan bangunan masjid dan rumah sakit yang hancur masing-masing satu bangunan hingga penelitian ini dilaksanakan belum direnovasi.

Dampak konflik Poso juga mengakibatkan banyak korban jiwa dalam kerusuhan tersebut. Kedua pihak yang bertikai sama-sama mengalami kerugian. Keluarga yang terluka bahkan terbunuh, sehingga menyebabkan seorang istri kehilangan suami, begitupun sebaliknya, anak –anak yang terpisah dari orang tuanya, anak kehilangan orang tua.

(13)

D. Gambaran umum konflik Poso bagi anak –anak di Poso

Konflik Poso merusak tatanan kehidupan masyarakat dan keluarga. Berbicara mengenai keluarga, maka unsur penting yang perlu dibicarakan adalah mengenai anak-anak. Untuk itu penulis akan membahas mengenai dampak dan pengaruh konflik bagi anak –anak pasca konflik.

1. Dampak konflik bagi anak

Anak –anak yang masih dependen, sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa yang pada umumnya secara teoritis dan praktis tidak lagi dikualifikasikan sebagai kelompok yang rentan. Berbeda dengan orang dewasa, dalam dunia kenyataan anak-anak kerap menjadi sasaran dan korban kekerasan dengan dampak yang panjang dan permanen. Anak –anak dalam usia muda belia tidak pernah berfikir bahwa suatu saat mereka akan mengalami berbagai macam permasalahan yang mereka hadapi.

Gambaran ini terlihat oleh anak-anak yang masih hidup dalam situasi konflik maupun pasca konflik di Poso. Keberadaan mereka memang tidak menguntungkan seperti teman-teman seusianya yang lain. Mereka mengalami masalah –masalah dan kesengsaraan –kesengsaraan yang mau tidak mau harus mereka hadapi setiap hari, seperti :

(14)

4. Rumah tempat tinggal, rumah ibadah, bangunan sekolah yang hangus terbakar

5. Kehilangan harta benda. Dan, 6. kehilangan masa depan.

Dalam situasi konflik salah satu pihak yang sering terlupakan dalam penanganan permasalahannya adalah anak-anak. Anak-anak kerap kali menghadapi penderitaan ganda. Luka atau beban psikilogis akibat berada atau berhadapan dengan situasi konflik. Sebagaimana telah dijelaskan , bahwa anak-anaklah yang paling menderita dari setiap konflik dan perang yang terjadi dalam pasca konflik Poso.

2. Anak-anak korban konflik Poso di pengungsian Malewa

(15)
[image:15.612.100.506.111.680.2]

Tabel 3.2

Anak-anak pengungsian Malewa berdasarkan usia dan tingkat pendidikan

Usia Tingkat Pendidikan

Anak Sekolah

Anak Putus Sekolah

Jumlah

0-5 tahun TK 20 5 25

6-12 tahun SD 45 15 60

13-15 tahun SMP 35 20 55

16-18 tahun SMA 10 43 53

Jumlah 110 83 193

Sumber : Data Primer6

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anak yang berusia 0-5 tahun sebanyak 25 anak, 20 anak masih duduk di bangku TK 5 anak mengalami putus sekolah. Anak yang berusia 6-10 tahun sebanyak 60 anak, yang masih bersekolah SD sebanyak 45 dan 15 anak putus sekolah. Kemudian untuk anak yang berusia 11-15 tahun jumlahnya ada 55 anak, 35 anak masih bersekolah di bangku SMP dan 20 anak putus sekolah. Anak yang berusia 16-18 tahun jumlahya ada 53, 10 anak masih bersekolah di jenjang pendidikan SMA dan 43 anak putus sekolah. Dengan demikian dari 193 anak korban konflik Poso yang berada di pengungsian Malewa 110 anak masih bersekolah dan 83 anak mengalami putus sekolah.

Keberadaan anak-anak pasca konflik di pengungsian Malewa sangat memprihatinkan, baik secara sosial maupun psikologis.

6

(16)

a. Traumatik

Dampak psikologis dari setiap konflik horizontal seperti kerusuhan Poso akan member dampak traumatic kepada setiap orang yang terlibat didalamnya. Demikian halnya dengan anak-anak di Malewa Tentena. Mereka sangat trauma bila mendengar kembali kejadian cerita-cerita saat konflik Poso berlangsung. Ketika penulis menanyakan kepada mereka, “apakah ingin kembali ke Poso”, mereka secara spontan mengatakan saya tidak ingin kembali pada masa-masa krisis tersebut.

(17)

Kondisi mental anak-anak Malewa Tentena membutuhkan perhatian serius, karena mereka adalah komunitas yang terlupakan. Sungguh tidak adil dan kejam. Jika anak-anak yang adalah anugerah terbaik dari Tuhan, harus menderita kekejaman yang mengerikan kondisi ini harus dihentikan.

b. Putus sekolah

Fenomena yang nampak selama penulis mengadakan penelitian, khususnya di bidang pendidikan bagi anak-anak pengungsi, dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Banyak anak-anak yang putus sekolah akibat konflik Poso. Hal ini disebabkan tidak adanya kepedulian peran pemerintah dinas sosial yang bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk meng-gratiskan biaya pembangunan sekolah sehingga pendidikan anak di pengungsian malewa terabaikan bagi anak –anak pengungsi yang tidak mampu dalam biaya dalam pendidikan anak pengungsi di malewa. Pemahaman yang berkembang di kalangan anak-anak bahkan orang tua, bahwa pendidikan tidak mengubah nasib mereka. dari hasil penelitian penulis. Anak-anak yang putus sekolah berpotensi menjadi pekerja anak pada berbagai sektor, kondisi seperti ini akan menambah daftar panjang dimana hak –hak anak terabaikan.

(18)

E. Penanganan Church World Service (CWS) Terhadap Anak – Anak Pasca Konflik Poso.7

Church World Service adalah lembaga kemanusiaan, pembangunan, dan pemberi bantuan untuk pengungsi internasional. Bersama lembaga lokal, kami bekerja di daerah kota dan desa untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada penyintas bencana alam dan konflik, untuk menangani kerawanan pangan dan efek kemiskinan, dan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kami membantu orang-orang yang paling rentan tanpa memandang agama, ras, etnis, atau jender. CWS didirikan pertama kali pada tahun 1946 di Amerika Serikat dan sudah beroperasi di Indonesia selama lebih dari empat puluh tahun di bawah Nota Kesepahaman dengan Kementerian Sosial.

CWS memberikan suatu pembelajaran berharga tentang dampak bencana yang tidak mengena pada aspek fisik saja namun juga aspek psikologis di masyarakat. Perasaan putus asa, tanpa harapan masa depan, kesulitan beradaptasi di lingkungan kampong pengungsian, anak –anak yang trauma karena peristiwa bencana, membekas dan mempengaruhi proses berkembang kembali dari

(19)

memiliki Pekerjaan. Sehingga Dinas sosial yang seharusnya memiliki kepedulian terhadap segala kebutuhan dan pemenuhan hak hak anak pengungsi korban konflik Poso terabaikan seperti Konkrit nyatanya dalam pemenuhan gizi anak dan pendidikan anak. Serta banyak keluhan dari Pihak orang Tua anak korban konflik mengeluh atas ketidakpedulian dinas sosial dalam pemenuhan hak –hak anak korban konflik.

Melihat hal tersebut, LSM CWS sadar untuk memberikan pelayanan pada keseluruhan aspek yang diperlukan masyarakat untuk pulih dari bencana yang menimpa hidup mereka. pelayanan psikososial merupakan bagian penting dari proses pemulihan hal tersebut. Hal ini disadari oleh CWS sebagai lembaga swadaya masyarakat internasional yang telah melaksanakan beberapa program yang mendukung dan memfasilitasi kebutuhan pengungsi di Poso. Dalam situasi pasca konflik, anak –anak cenderung untuk menjadi agresif atau tertekan atau takut pada simbol –simbol tertentu, berdasarkan temuan dari program intervensi berbasis kelas CWS di Poso, sulawesi tengah konflik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi anak –anak. Perilaku pengasuhan anak berubah dan mempengaruhi perkembangan anak – anak.

(20)

Program-program CWS dalam menyelenggarakan kegiatan –kegiatan anak pasca konflik yang meliputi;

 Maret 2010 , CWS Membantu Rekonsiliasi melalui Dukungan

Psikososial di Poso

 Juni 2010, CWS menyelenggarakan pelatihan fasilitator komunikan anak

perdamaian

 Oktober 2010, CWS menyelenggarakan pelatihan pendidik POSPAUD :

membangun kapasitas pendidik untuk meningkatkan kualitas perkembangan anak di Poso

 November 2010, CWS menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan gizi  Desember 2011, CWS Memegang peranan penting dalam Program

Vitalita, bidan di Kabupaten Poso membutuhkan pengembangan kapasitas dalam bidang kesehatan dan nutrisi

F. Pendapat korban konflik Poso tentang upaya penanganan Dinas Sosial Kabupaten Poso terhadap perlindungan anak-anak korban konflik di pengungsian Malewa.

(21)

2005 pengungsi mendirikan sebuah gereja dan pada tahun 2010 pengungsi bekerjasama dengan GKST mendirikan bangunan sekolah dasar dan taman kanak-kanak di lokasi pengungsian. Untuk mencukupi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari para pengungsi sebagian besar bekerja di kebun milik orang lain. Situasi di pengungsian Malewa sekarang ini dalam kondisi aman, dan damai.

1. Pendapat Keluarga Korban.8

Pengungsi merupakan persoalan kemanusiaan yang tidak kalah penting sebagai imbas dari kerusuhan. Situasi Pengungsian Malewa banyak anak – anak pengungsi yang putus sekolah, dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan karena ketiadaan dana untuk biaya pendidikan. Menurut pendapat keluarga korban anak pasca konflik sampai saat ini tidak menerima apapun dari Pemda yang seharusnya berperan dalam mensejahterakan anak tetapi tidak nampak bantuan apapun untuk mensejahteraan anak, tetapi yang sudah berperan selama ini adalah LSM dalam pendampingan anak – anak pasca konflik, oleh karena itu, anak tidak merasa terpenuhi hak –hak nya yang seharusnya ia peroleh. Seperti hak dalam pendidikan, hak bermain, dan hak mendapatkan kesehatan. Sehingga anak –anak pengungsi hak mereka terabaikan dan tidak terpenuhi. LSM yang sangat berperan dalam memberikan bantuan seperti sepatu, buku, dan baju. Demikian pula anak –anak yang putus sekolah harus mencari sesuap nasi dengan kerja sampingan seperti berjualan

8

(22)

dipasar,mencari sesuap nasi di kebun orang. Dan banyak hal kendala dalam memperjuangkan anak pasca konflik apabila Dinas Sosial Kabupaten Poso tidak berpartisipasi dalam perlindungan anak pasca konflik Poso.

2. Anak korban pasca konflik.9

(23)

G. Analisa

1. Peran Dinas Sosial dalam pemenuhan hak-hak anak pasca konflik Dalam rangka penyelenggaraan, perlindungan dan pelayanan anak – anak korban konflik Poso, Dinas Sosial memiliki Peran dalam melindungi anak - anak korban konflik poso. Dinas sosial berperan dalam mendukung terpenuhinya hak –hak anak akan kelangsungan hidup, tumbuh, kembang, perlindungan dan partisipasi dalam memberikan pelayanan bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus dari situasi yang menghambat perkembangan serta perlakuan salah. Akan tetapi kenyataanya Dinas Sosial Kabupaten Poso tidak melaksanakan hak dan kewajiban bagi anak – anak korban konflik di Poso.

Hasil penelitian penulis di lokasi pengungsian malewa, Peran dinas sosial tidak Nampak terlihat dalam memberikan pemenuhan hak – hak anak korban konflik, bukti konkritnya dapat kita lihat di Tabel 3.2 tingkat pendidikan anak – anak pengungsi, jumlah dari keseluruhan anak mengalami Putus sekolah dan layanan kesehatan berupa obat-obat. Hal ini disebabkan tidak ada kepedulian dari pemerintah setempat dalam memberikan pendidikan gratis dan layanan kesehatan bagi anak – anak dari keluarga korban konflik.

(24)

a. Pendidikan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tanpa pungut biaya

b. Pemenuhan kebutuhan dasar anak

c. Pelayanan kesehatan seperti obat – obatan

Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan pemulihan anak korban konflik Poso, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 menanggulangi dampak traumatic yang berkepanjangan dan melindungi anak – anak korban konflik. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 10 tentang kewajiban pemerintah dalam menyelenggarakan perlindungan, pelayanan dan pemulihan, anak –anak konflik mendapatkan perlindungan khusus dari instasi pemerintah serta lembaga sosial sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab Pasal 9 ayat (1) (2) yang berbunyi : (a) menyediakan sarana dan prasarana layanan terpadu, melibatkan LSM dalam penyelenggaraan, menjamin terlaksananya kemudahan pelayanan, dan mengupayakan efektifitas, efisiensi serta mengupayakan terciptanya kerjasama dalam upaya pemulihan.

(25)

kabupaten Poso akan dikenakan tindakan dan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang –undangan yang berlaku.

Undang – undang No 23 Tahun 2002 Pasal 1 (b) menyatakan Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak –hak nya agar dapat hidup,tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam undang –undang No 23 Tahun 2002 yang mengatur perlindungan khusus bagi anak korban konflik kerusuhan tidak memberikan bentuk –bentuk dan cara memperoleh perlindungan khusus bagi semua anak. Secara umum dikemukakan bahwa anak yang membutuhkan perlindungan khusus (Pasal 59 ) berhak atas perlindungan, pencegahan, perawatan, rehabilitasi dan pengawasan. Dalam Pasal 61 di tentukan, anak dalam situasi darurat yang terdiri atas anak yang menjadi pengungsi. Sedangkan yang menurut Pasal 62 anak korban kerusuhan dalam situasi konflik Pasal 60 huruf b, c, d dilaksanakan melalui :

1. Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berkreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan.

2. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat anak yang mengalami gangguan psikososial .

(26)

anak merupakan tanggung jawab pemerintah setempat dalam menyelenggarakan kesejahteraan anak

Dalam Pasal 63 ditegaskan larangan bagi setiap orang merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer atau dengan kepentingan lainnya dan membiarkan anak tanpa perlindungan jiwa dan Pasal 65 diatur perlindungan khusus anak dari kelompok minoritas dan terisolasi melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya, dan menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan masyarakat dan budaya.

Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, Negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan dan terarah. Undang –undang ini menegaskan bahwa pertanggung jawaban pemerintah dalam dan Negara dalam melaksanakan tugas nya terus menerus demi terlindunginya hak – hak anak, rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik mental spiritual dan maupun sosial. Tindakan tersebut guna mewujudkan kehidupan terbaik untuk anak.

(27)

sumber daya. Keterbatasan cakupan pelayanan ini juga disertai dengan belum adanya keterpaduan perencanaan dan pengelolaan sumber daya dan layanan di antara lembaga-lembaga pelayanan sosial yang ada. Keterbatasan tersebut juga diperparah dengan penggunaan pendekatan dan strategi yang konvensional, sehingga mengakibatkan meningkatnya masalah sosial anak yang tidak dapat diimbangi dengan upaya pencegahan dan respon yang memadai. Strategi konvensioanl dimaksud seperti kurangnya memperhatinkan kebutuhan dasar anak yang beragam, sehingga bantuan sosial cenderung diseragamkan.

2. Kendala –kendala Dinas sosial dalam Pemenuhan hak –hak anak konflik

Dalam penanganan anak –anak korban konflik Poso, Dinas sosial kabupaten Poso memiliki kendala - kendala dalam memperjuangkan kesejahteraan anak – anak di pengungsian, seperti sarana dan prasarana di lokasi pengungsian seperti Sekolah Dasar Malewa yang tertunda dari Tahun ke tahun dan telah berdiri pada Tahun 2010. Dinas sosial memiliki kendala dalam membangun sarana dan prasarana tersebut. Dikarenakan keterbatasannya kayu untuk membangun gedung sekolah, sehingga proses belajar mengajar di hentikan untuk sementara.

(28)

yang berkualitas, kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang, kurangnya keefektifan dan keefesienan dalam pendidikan dan kurangnya peran serta warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena alasan tersebut sekolah tidak di gratiskan.

Dinas sosial menyadari walaupun anak – anak konflik di Poso di lindungi dengan adanya perangkat hukum yang jelas, akan tetapi tidak ada Surat Keputusan Bupati untuk menyelenggarakan perlindungan khusus terhadap anak korban konflik secara optimal.

Tempat beribadah. dilapendidikan dan kesehatan anak korban konflik di tempat pengungsian malewa. Penulis mewancarai dinas sosial untuk menanyakan kendala – kendala dalam memperjuangkan hak – hak anak korban konflik Poso.

(29)

Gambar

Tabel 3.1Dampak konflik Poso di Malewa terhadap Infrastruktur
Tabel  3.2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Latar belakang dari permasalahan ini yaitu dengan melihat dari tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap individu dalam organisasi maka dituntut kinerja yang

Instrumen keuangan diakui pada awalnya sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung saat perolehan atau menerbitkan instrumen

Menggunakan media sosial dengan cara yang positif juga bisa dilakukan dengan membagikan hal-hal yang kita lakukan dengan baik atau membagikan pencapaian yang sebelumnya belum

Sholihah (2013) menunjukkan bahwa rasio return pembiayaan profit loss sharing berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing financing. Faktor penting lainnya yang

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat tujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah disebutkan pada rumusan masalah,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa

Struktur Organisasi PDAM Kota Denpasar telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Penyelidikan juga dilakukan untuk beberapa variasi, yakni variasi material berupa alumunium dan tembaga, dan variasi nilai konstanta pegas sehingga dapat diperoleh relasi