• Tidak ada hasil yang ditemukan

2002), Erizal, Instrumen Musik Chordophone Minangkabau (Padangpanjang: Sekolah Tinggi. Seni Indonesia,2000), 21.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2002), Erizal, Instrumen Musik Chordophone Minangkabau (Padangpanjang: Sekolah Tinggi. Seni Indonesia,2000), 21."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki seni pertunjukan yang sangat beragam, khususnya seni musik tradisi. Seni pertunjukan Rabab adalah salah satu kesenian musik tradisional yang turun temurun dikalangan masyarakat Minangkabau. Seni pertunjukan itu menggunakan rabab, yaitu alat musik dawai yang merupakan salah satu unsur kebudayaan dari kesenian di Minangkabau. Pada kejayaan peradaban Mesir di zaman Mesopotamia, alat musik dawai seperti harpa dan lira yang sedang dimainkan ditemukan dalam bentuk pahatan lukisan kuno di dinding bebatuan. Dalam kebudayaan musik di Nusantara, dapat dilihat pada relief Candi Borobudur gambaran penggunaan alat-alat musik dawai pada masa lampau. Relief tersebut menggambarkan orang yang sedang memainkan alat musik dawai sejenis

lute di antara beberapa pemain alat musik lainnya.1

Seni pertunjukan Rabab di Minangkabau lahir bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Sumatera Barat. Islam masuk ke Minangkabau untuk pertama kalinya melalui Pesisir Barat (Pariaman) dan membawa alat musik rabab. Kesenian Rabab yang pada mulanya merupakan kebudayaan milik pedagang Islam berkebangsaan Arab dari Timur Tengah (Persia), akhirnya menjadi kebudayaan orang Minangkabau.2 Tokoh-tokoh Islam di Pariaman dahulunya menggunakan rabab sebagai media dakwah, kendati teksnya tidak mengandung unsur dakwah, tetapi mengandung pesan-pesan yang bersifat religi. Pertunjukan itu mampu mengumpulkan massa hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat.

Secara umum seni pertunjukan rabab saat ini memiliki fungsi yang sama dengan seni Minangkabau lainnya, yakni sebagai hiburan. Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau memiliki empat jenis, yaitu Rabab Darek, Rabab

Piaman, Rabab Pasisia, dan Rabab Badoi. Masing-masing jenis Rabab ini

1

Irwansyah Harahap, Alat Musik Dawai (Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, 2002), 89-91.

2

Erizal, “Instrumen Musik Chordophone Minangkabau” (Padangpanjang: Sekolah Tinggi Seni Indonesia,2000), 21.

(2)

2

memiliki wilayah persebaran dan masyarakat pendukungnya masing-masing. Empat jenis Rabab Minangkabau tersebut memiliki konsep pertunjukan yang berbeda, ditinjau dari sudut sosial-antropologis, musikologis, tekstual dan organologisnya.3 Adapun spesifikasi penyebaran ke empat jenis Rabab ini yakni Rabab Darek berkembang di daerah Tanah Datar, 50 Kota dan Agam, Rabab Piaman terdapat di daerah Pariaman, Rabab Pasisie terdapat di daerah Pesisir Selatan dan Painan, dan Rabab Badoi terdapat di Muara Sijunjung. (Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat. 2002:50). Hal ini menjadi pertimbangan bahwa perancangan ini akan difokuskan pada seni pertunjukan

Rabab Piaman yang berada di kabupaten Pariaman.

Rabab sebagai salah satu media komunikasi digunakan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan tertentu, termasuk dalam hal promosi budaya. Media mentransmisikan pesan, mendidik, menghibur, mempengaruhi, serta mendeskripsikan warisan sosial dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan-pesan tersebut dapat ditransmisikan melalui simbol-simbol verbal (bahasa) dan non verbal seperti warna, gerak, dan sebagainya yang memiliki makna tersendiri. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa perancangan ini akan difokuskan pada seni pertunjukan Rabab Piaman yang berada di kabupaten Pariaman.

Dalam seni pertunjukan Rabab terdapat seni bercerita yang disebut kaba (cerita) yang disampaikan oleh pemain rabab. Kaba diciptakan oleh tukang rabab berdasarkan cerita kehidupan aktual yang disisipi imajinasi penceritanya. Istilah

barabab (bermain rebab) merupakan tradisi lisan yang bersifat dinamis,

disebabkan oleh penyampaiannya yang bersifat lisan. Setiap penampilan cerita, pada hakikatnya merupakan penampilan baru. Sebuah cerita pada rabab yang digelar tidak persis sama dengan pertunjukan terdahulu karena sastra lisan yang diciptakan secara improvisasi pada waktu pertunjukan.4

Seni pertunjukan Rabab Piaman pada era tahun 1950-an sampai tahun 1980-an sangat populer di Minangkabau, sehingga para orang tua-tua sekarang ini

3

Hajizar, “Seni Pertunjukan Rabab Minangkabau: Rabab Pariaman, Rabab Darek, Rabab Pasisia, dan Rabab Badoi” (Surakarta: Masyarakat Seni Perttunjukan Indonesia, 1995),1.

4

Syamsudin, “Rebab Pesisir Selatan, Malin Kundang” (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), 2.

(3)

3

yang berdomisili di berbagai pelosok Minangkabau dapat dikatakan sudah pernah menikmati penyajian Rabab Piaman. Selanjutnya, sesudah tahun 1990-an perkembangan Rabab Piaman mengalami kemunduran yang cukup drastis, termasuk kemunduran di daerah Padang Pariaman itu sendiri. Dewasa ini hampir tidak ada lagi generasi muda yang mempelajari seni pertunjukan Rabab Piaman.5

Saat ini keseniaan tradisional Rabab hampir terlupakan karena munculnya kesenian-kesenian modern pengaruh dari perkembangan Teknologi, seperti organ tunggal sebagai sarana hiburan karena lebih praktis serta dapat membawa suasana yang lebih meriah dan semarak sesuai dengan selera mereka. Berkembangnya Organ Tunggal, mulai mempengaruhi perkembangan dan eksistensi Rabab

Piaman dalam masyarakat pendukungnya.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya kampanye kesenian rabab upaya merevitalisasi kegunaan dan pelestariannya. Dengan begitu pada perancangan ini penulis akan meneliti “Kampanye Kesenian Rabab Pariaman (Studi Kasus Daerah Sikayan)”.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menguraikan beberapa indentifikasi masalah, yaitu:

1. Seni pertunjukan Rabab merupakan salah satu kesenian musik tradisional yang turun temurun di kalangan masyarakat Minangkabau.

2. Tokoh-tokoh islam dahulunya menggunakan Rabab sebagai media dakwah yang mengandung pesan-pesan bersifat religi.

3. Kesenian Rabab sebagai media mentransmisikan pesan, mendidik, menghibur, mempengaruhi, serta mendeskripsikan warisan sosial dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

4. Hampir tidak ada lagi generasi muda yang mempelajari kesenian rabab. 5. Kemunculan kesenian-kesenian modern merupakan pukulan mundur bagi

kesenian tradisional diminangkabau.

6. Perlunya gerakan mengkampanyekan kesenian Rabab.

5

(4)

4 1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tentang permasalahan Kesenian

Rabab yang terjadi saat ini, maka penulis mengungkapkan permasalahan yang

menarik untuk diteliti dengan merumuskan pertanyaan adalah “Bagaimana cara untuk menarik perhatian masyarakat?”.

1.3 Ruang Lingkup a. What

Mulai ditinggalkannya kesenian tradisional Rabab Pariaman oleh masyarakat. Karna itu, perlu dilakukan kampanye untuk kesenian Rabab Pariaman.

b. Why

Masuknya kesenian modern pengaruh dari perkembangan teknologi yang membuat segala hal cenderung ingin praktis.

c. Who

Target audience pada kampanye tertuju pada generasi muda dengan jenis kelamin laki-laki dan wanita muda usia 17-25 tahun.

d. Where

Kampanye kesenian Rabab ini akan dilakukan di Sumatera Barat dengan berfokus pada daerah Sikayan Kab. Pariaman.

e. When

Perancangan ini berlangsung kurang lebih selama enam bulan mulai dari januari 2015 sampai juli 2015.

Tabel.1.1 Jadwal Penelitian Sumber. Data Peneliti

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Observasi Awal 2. Merumuskan Dan Mengidentifikasi Masalah 3. Pengumpulan Data 4. Menganalisis Data 5. Menyajikan Dan Membahas Data 6. Kesimpulan Dan Saran

(5)

5 f. How

Perancangan kampanye kesenian Rabab Pariaman melalui kegiatan event dengan tujuan Melestarikan nilai–nilai seni dan budaya tradisional.

1.4 Maksud dan Tujuan Perancangan 1.4.1 Maksud Perancangan

Perancangan ini dilakukan dengan maksud untuk mencari tahu cara yang tepat untuk mengkampanyekan kesenian Rabab guna mengembalikan eksistensi kesenian Rabab di Minangkabau.

1.4.2 Tujuan Perancangan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat tujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah disebutkan pada rumusan masalah, yaitu: “memberikan penjelasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk mengkampanyekan kesenian Rabab di Minangkabau”.

1.4.3 Kegunaan perancangan

a. Aspek Teoritis

Perancangan ini bermanfaat sebagai media informasi pembelajaran dalam lingkungan akademik yang berkaitan dengan keilmuan advertising dan dunia ilmu pengetahuan mengenai seni tradisi khususnya mengenai Rabab Pariaman serta dapat bermanfaat bagi perancangan-perancangan selanjutnya.

b. Aspek Praktis

Memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai seni tradisional rabab.

1.5 Cara Pengumpulan Data Dan Analisis 1.5.1 Tahapan Perancangan

Dalam melaksanakan perancangan ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu: merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal

(6)

6

dari masalah sosial dan kemanusiaan (creswell,2014). Peneliti membagi proses menjadi beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih enam bulan terhitung sejak awal januari 2015 hingga Juli 2015. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan perancangan tersebut adalah:

a. Observasi Awal

Tahap ini merupakan tahap awal dimana penulis turun langsung ke Pariaman khususnya daerah Sikayan untuk melihat permasalahan yang terjadi serta menentukan topik yang tepat tentang bagaimana kesenian rabab Pariaman bisa mulai dilupakan oleh generasi muda. Setelah topik perancangan ditemukan, selanjutnya menentukan judul perancangan. Peneliti tertarik untuk merancang cara yang tepat untuk mengembalikan eksistensi rabab Pariaman. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Kampanye Kesenian Rabab Pariman (Studi Kasus Daerah Sikayan)”.

b. Merumuskan dan mengidentifikasi masalah

Judul perancangan yang telah ditentukan kemudian diturunkan menjadi fokus perancangan dan diturunkan kembali menjadi pertanyaan-pertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah. Pada tahap ini penulis fokus pada strategi kampanye.

c. Pengumpulan data

Data perancangan diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online.

d. Menganalisis data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik Miles dan Hubermen. Analisis data dilakukan sesuai dengan poin-poin yang terkandung dalam identifikasi masalah yang terdiri dari pesan

dan strategi kampanye. Analisis data perancangan kualitatif menurut

Miles dan Hubermen, yaitu : a. Tahap reduksi data

b. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data Langkah-langkah dalam tahap reduksi, yaitu :

(7)

7

1. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi perancangan.

2. Pengkategorian data 3. Penyimpanan data. 4. Pembuatan memo. 5. Analisis antar lokasi.

6. Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. e. Menyajikan dan membahas data

Dari data yang telah dianalisis berdasarkan teori-teori yang digunakan, hasil perancangan disajikan dalam bentuk narasi dan paparan mengenai permasalahan yang dibahas.

f. Kesimpulan dan saran

Menyimpulkan seluruh proses perancangan dari awal hingga akhir lalu memberikan saran-saran yang terkait dengan objek perancangan.

1.5.2 Tahap Analisis Perancangan

a. Analisis swot

Analisis ini bertujuan untuk mengulik kesenian rabab Pariaman yang diangkat berdasarkan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang akan dihadapi.

b. Analisis matriks swot

Analisis ini bertujuan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan media yang akan digunakan pada tahap perancangan.

c. Analisis pembanding

Analisis ini bertujuan untuk menemukan what to say keunggulan dan kelebihan produk dan how to say media yangtelah digunakan produk pembanding.

(8)

8 1.6 Skema Perancangan

Kampanye Kesenian Rabab Pariaman (Studi kasus daerah sikayan)

Latar belakang

Munculnya berbagai kesenian modern merupakan pukulan mundur terhadap kesenian tradisional rabab

Identifikasi masalah

1. Seni pertunjukan Rabab merupakan salah satu kesenian musik tradisional yang turun temurun di kalangan masyarakat Minangkabau.

2. Tokoh-tokoh islam dahulunya menggunakan Rabab sebagai media dakwah yang mengandung pesan-pesan bersifat religi.

3. Kesenian Rabab sebagai media mentransmisikan pesan, mendidik, menghibur, mempengaruhi, serta mendeskripsikan warisan sosial dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

4. Hampir tidak ada lagi generasi muda yang mempelajari kesenian rabab. 5. Kemunculan kesenian-kesenian modern merupakan pukulan mundur bagi

kesenian tradisional diminangkabau.

(9)

9 Gambar 1.1 Skema perancangan

Sumber. Data Peneliti Rumusan Masalah

1. Apa saja pesan yang terkandung dalam kesenian Rabab di Minangkabau? 2. Bagaimana strategi yang efektif untuk mengkampanyekan pesan yang terdapat

dalam kesenian Rabab guna mengembalikan eksistensi kesenian Rabab di Minangkabau? Metode Perancangan Studi lapangan: 1. Observasi 2. wawancara Studi literature: 1. Buku

2. Penelusuran data online

Analisis Analisis Strategi

Komunikasi

Menginformasikan

pesan-pesan yang

terdapat pada kesenian rabab pariaman.

Strategi Kreatif

Untuk menentukan visual yang menarik

sehingga mampu

mempersuasi target audien.

Strategi Media

Menentukan media yang tepat untuk

meningkatkan ke

efektifan dari

kampanye ini.

Tujuan Perancangan

1. Menjelaskan strategi yang efektif untuk mengkampanyekan pesan yang terdapat dalam kesenian Rabab.

2. Memperoleh informasi mengenai cara yang efektif untuk melestarikan dan mempertahankan kesenian rabab di Minangkabau.

(10)

10 1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perancangan yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi yang bahas dalam tiap-tiap bab, adapun sistematika penulisan perancangan ini adalah sebagai berikut:

BAB. I PENDAHULUAN

Pada bab ini di uraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis perancangan, perancangan terdahulu dan kerangka perancangan teoritis.

BAB III METODE PERANCANGAN

Pada bab ini di uraikan tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi objek perancangan, analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari perancangan yang telah dilakukan.oleh peneliti dan diharapkan bisa memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Perancah (scaffolding) dalam dunia pendidikan berarti bantuan yang diberikan dosen kepada mahasiswa.. 46 untuk mendukung/membantu dalam proses pembelajaran. Pengertian

Musrenbang tingkat Kabupaten adalah musyawarah pembangunan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun apa yang menjadi hasil dari musrenbang tingkat desa dan

Bahwa pada mulanya perkenalan CHANDRA HALIM alias AKIONG bin TINGTONG dengan Terdakwa FREDI BUDIMAN di dalam RUTAN Cipinang satu kamar sama HANI SAPTA PRIBOWO alias BOWO

PENGOLAHAN PRODUK KP 2650 SERTIFIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN 228 PERALATAN PENGOLAHAN 5 SARANA PASCA PANEN 2 UNIT PENGOLAHAN IKAN MENUJU ZERO WASTE SKPT 2 SENTRA KELAUTAN

Kelompok Usaha mereklasifikasi keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain dari ekuitas ke laporan laba rugi (sebagai

Pemilihan kata, struktur bahasa, cara penyajian, serta penampilan secara keseluruhan sebuah teks dapat menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus akan menghasilkan

Pihak manajemen Salon Hawaii harus bisa menerapkan strategi segmen pasar yang baik serta membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk perawatan wajah Salon Hawaii serta pelayanan