1 BAB I PENDAHULUAN
l.1 Latar Belakang
Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada anak karena pada masa itu kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Usia tersebut merupakan waktu yang ideal bagi anak untuk mengembangkan berbagai macam keterampilan, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang akan berpengaruh pada masa kehidupan selanjutnya, dan memperoleh konsep-konsep dasar untuk memahami diri dan lingkungan sekitar.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan yang optimal apabila mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap tahap-tahap perkembangan, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motoriknya. Dalam kemampuan motorik anak berbeda-beda seperti dalam hal kemampuan motorik halus anak. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) dan sekolah mempunyai pengaruh yang besar dalam kecerdasan motorik anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
2
sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus. Motorik halus yang berhubungan dengan otot tangan dan saraf tangan. Ada pula hal-hal yang merangsang perkembangan motorik halus pada anak, misalnya meremas kertas, menyobek, menekan, melipat kertas. Dan sedangkan motorik kasar yang berhubungan dengan otot kaki dan saraf kaki ataupun keseluruhan fisik anak misalnya, berjinjit, berjalan, menendang, berlari, berayun, bergelantungan, berdiri, menarik, mendorong, merangkak, merayap, memanjat, melompat.
Motorik halus merujuk pada perkembangan gerakan otot-otot kecil pada tangannya untuk saling berkoordinasi guna memungkinkan terjadinya fungsi-fungsi seperti memegang benda-benda kecil, menulis, atau memegang sendok untuk makan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam aktivitas mereka di sekolah nanti, dan dalam life skills secara umum. Bila motorik halusnya lemah, anak akan kesulitan makan sendiri. Jadi motorik halus sangat dibutuhkan untuk menulis.
3
Terdapat dua dimensi dalam perkembangan atau kemampuan motorik halus anak yang di uraikan oleh Gesell (1971),yaitu: Kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda dan Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
Meronce salah satu kegiatan yang sering digunakan anak dalam pembelajran di kelas, selain menyenangkan meronce juga berguna untuk mengembangkan ketrampilan motorik halus anak. Kegiatan meronce termasuk kegiatan yang menarik bagi anak, karena kegiatan tersebut berkaitan dengan menyusun atau memasukkan roncean sesuka anak. Menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2010), meronce adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai benang. Bahan yang digunakan untuk meronce terdiri dari berbagai bentuk kertas, manik -manik,merjan,sedotan dll.
Kegiatan meronce tersebut dapat melatih anak dalam mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan kreativitas.
4
bisa sama sekali 1 orang (6,25%). Dari hasil penelitian pembelajaran pada siklus pertama kemampuan seluruh anak dalam meronce sebesar 70,83% dari 16 orang anak dan anak yang belum bisa meronce sebanyak 29,17% dari 16 orang anak pada siklus kedua kemampuan anak dalam meronce sebesar 89,58% dari 16 orang dan presentase rata-rata anak yang belum bisa meronce 10,42 dari 16 anak.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian dengan judul upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan meronce di Kelompok Bermain Virgo Maria 2 Bawen.
l.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitin ini adalah: Apakah meronce dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus pada siswa siswi Di Kelompok
Bermain Virgo Maria 2 Bawen?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan: Untuk mengetahui taraf signifikan dalam
meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan meronce.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
5
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru dan menambah
pengetahuan yang sudah ada bagi pembaca, sehingga dapat memicu munculnya
penelitian selanjutnya yang dapat memperluas pengetahuan tentang motorik
halus melalui kegiatan meronce.
l.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah serta guru
pembimbing dalam rangka meningkatkan motorik halus melalui meronce.
1.5 Sistematika Penelitian
BAB I, Pendahuluan : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II, Landasan Teori : Landasan Teori Motorik Halus, Meronce.
BAB III, Metode Penelitian : Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Populasi
dan Sampel, Variabel Penelitian, Metode Eksperimen, Teknik Pengumpulan
Data,Validitas dan Reliabilitas serta Teknik Analisis Data.
BAB IV, Hasil penelitian dan pembahasan : Analisa Penelitian dan
Pembahasan Berisikan: Subjek Penelitian, Pelaksanaan Eksperimen, Analisis Data
dan Pembahasan.