• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Parasit Pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Parasit Pembangunan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
[image:1.468.68.408.159.631.2]

Tabel 2.1. Dua Puluh Dua Artikel yang Diterbitkan dalam “Toward a Theory of the Rent Seeking Society”.

NO IDENTI TAS ARTI KEL ISI POKOK ARTI KEL

1 Buchanan, J.M. 1980a. “Rent Seeking and Profit Seeking”.

Membedakan antara perilaku memburu rente dengan perilaku memburu untung.

2 Tullock, G. 1980a. “Rent Seeking as a Negative-Sum Game”.

Menjelaskan tentang memburu rente sebagai permainan yang berakhir negatif alias merugikan.

3* Tullock, G. 1967. “The W elfare Costs of Tariffs, Monopoly and Theft”. W estern Economic Journal 5: 224-232.

Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan sumberdaya secara tidak produktif dalam upaya untuk mempengaruhi keputusan politik tentang distribusi penghasilan.

4* Krueger, A.O. 1974. “The Political Economy of the Rent Seeking Society”. American Economic Review 64: 291-303.

Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan membuat model untuk menghitung besarnya kerugian sosial dari tarif di India dan kuota impor di Turki.

5* Posner, R.A. 1975. “The Social Costs of Monopoly and Regulation”. Journal of Political Economy 83: 807-827.

Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial dari monopoli, dan menghasilkan besaran 5% dari PDB Amerika tahun 1950an.

6 Tullock, G. 1980b. “Efficient Rent Seeking”.

Menggunakan suatu parameter skala dalam model lotere untuk menentukan keuntungan dari pembelian lotere dan secara implisit menunjukkan aspek lembaga dalam kontes memburu rente.

7 Lee, D.R. & D. Orr. 1980. “Two Laws of Survival for Ascriptive Government Policies”.

Mereka membahas tentang kebijakan askriptif, yaitu sistem yang berhubungan dengan hak pemanfaatan sumberdaya yang dibagi menurut keanggotaan (atau bukan anggota) dari suatu kelompok atau kelas terntentu.

8* Cowling, K & D.C. Mueller. 1978. “The Social Costs of

(2)

Monopoly Power”. Economic Journal 88: 727-748.

perekonomian seluruhnya di Amerika dan Inggris sebesar antara 3,0 sampai 7,2 persen dari produk nasional kotornya.

9 Congleton, R. 1980. “Competitive Process, Competitive Waste, and Institutions”.

I a menganalisis peran lembaga atau ‘aturan main’ dengan menggunakan model deterministik yang disebut all-pay auction. Model ini mengindikasikan bahwa disipasi rente bisa dikurangi dengan aturan mayoritas pembagian hadiah dan dengan aturan yang membagi hadiah menurut proporsi usaha, daripada melalui kontes pemenang memperoleh semuanya.

10 Buchanan, J.M. 1980b. “Rent Seeking under External Diseconomies”.

Analisis pilihan publik terhadap metode regulasi nonkontrak atau nonlelang menunjukkan bahwa dukungan politik terhadapnya cenderung naik secara langsung dari mereka yang berhasil dalam tugas, bersama dengan mereka yang menduduki posisi pengambil keputusan dalam struktur birokrasi politik.

11* Demsetz, H. 1976. “Economics as a Guide to Antitrust Regulation”. Journal of Law and Economics 19: 371-384.

Divisi Antimonopoli (Antitrust Division) dan Komisis Perdagangan Federal (Federal Trade Commission) Amerika cenderung mendengarkan para ekonom karena 2 alasan. Pertama, kehampaan teori mendorong lembaga pengatur ini sangat tergantung pada ilmu ekonomi, dan kedua, mereka hampir tidak tertawan oleh industri yang diawasi, karena mereka tidak hanya mengatur industri tertentu saja.

12* Tullock, G. 1975. “The Transition Gains Trap”. The Bell Journal of Economics 6: 671-678.

Pemberian privilese kepada sekelompok orang sesungguhnya hanya menguntungkan pada tahap awal. Penerusnya tidak menghasilkan keuntungan luar biasa, meskipun mereka akan rugi apabila privilese itu dibatalkan.

13 Orr, D. 1980. “Rent Seeking in an Aging Population”.

(3)

sebagai suatu permainan yang berakhir negatif.

14 Baysinger, B., R.B. Ekelund, Jr., & R.D. Tollison. 1980. “Mercantilism as a Rent Seeking Society”.

Mereka membeberkan merkantilisme sebagai suatu model di mana negara sebagai suatu sumber dari rente privat, di dua negara yang berbeda dalam kelembagaan politik dan hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.

15* Tullock, G. 1971.“The Cost of Transfer”. Kyklos 4: 629-643.

Kemungkinan untuk mendapatkan transfer membuat orang menanamkan sumberdaya baik untuk mendapatkannya atau menghalanginya. Sumberdaya ini dari sudut pandang masyarakat merupakan pemborosan.

16* Browning, E.K. 1974. “On the W elfare Cost of Transfers”. Kyklos 2: 374-377.

I a mengkritik pandangan Tullock tentang biaya sosial dari lobi yang lebih besar daripada deadweightloss berdasarkan 6 alasan.

17* Tullock, G. 1974. “More on the Cost of Transfers”. Kyklos 2: 378-381.

Artikel ini merupakan tanggapan terhadap kritik yang disampaikan oleh Browning (artikel #16). Bahwa pandangan, uraian dan contoh yang disampaikan oleh Browning berbeda dengan konsep dan contoh yang diangkat olehnya.

18 McCormick, R.E. & R.D. Tollison. 1980. “W ealth Transfers in a Representative

Democracy”.

Mereka mengembangkan model ilmu ekonomi tentang perilaku lobi berbagai kelompok kepentingan untuk memaksimalkan keuntungan bagi kelompoknya melalui legislasi.

19* Goetz, M.L. 1978. “Tax Avoidance, Horizontal Equity, and Tax Reform: A Proposed Synthesis”. Southern Economic Journal 44: 798-812.

Menggunakan fungsi pengeluaran, ia menunjukkan bahwa persoalan tentang penghindaran pajak dan reformasi pajak tidak terpisahkan dari definisi tentang keadilan horisontal (horizontal equaity).

20 Faith, R.L. 1980. “Rent-Seeking Aspects of Bureaucratic

Competition”.

(4)

21 Brennan, H.G. & R.D. Tollison. 1980. “Rent Seeking in Academia”.

Menggunakan model memburu rente untuk menganalisis proses penentuan gaji akademik dan dampak dari berbagai kebijakan tertentu pada proses itu.

22 Buchanan, J.M. 1980c. “Reform in the Rent Seeking Society”.

Reformasi ditujukan untuk mengubah keadaan inefficient menjadi efficient dan Teori Permainan (Game Theory) bisa digunakan untuk menemukan solusinya.

Sumber: Buchanan, Tollison & Tullock (1980).

(5)
[image:5.468.72.407.115.574.2]

Tabel 2.2. Empat Puluh Delapan Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of Research on Rent Seeking 1: Theory of Rent Seeking”.

NO IDENTI TAS ARTI KEL ISI POKOK ARTI KEL

1 Tullock, Gordon. 1967. “The W elfare Costs of Tariffs, Monopolies, and Theft”. W estern Economic Journal 5: 224-32.

Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan sumberdaya secara tidak produktif dalam upaya untuk mempengaruhi keputusan politik tentang distribusi penghasilan.

2 Buchanan, James M. 1980. “Rent Seeking and Profit Seeking”. In Buchanan, James M., Robert D Tollison, and Gordon Tullock (eds.), Toward a Theory of the Rent Seeking Society: 3-15. College Station: Texas A & M University Press.

Membedakan antara perilaku dalam kompetisi memburu rente (nonproduktif) dengan perilaku memburu untung (produktif) secara sosial.

3 Congleton, Roger D. 1980. “Competitive Process, Competitive W aste, and Institutions”. In Buchanan, James M., Robert D Tollison, and Gordon Tullock (eds.), Toward a Theory of the Rent Seeking Society: 157-79. College Station: Texas A & M University Press.

Menganalisis peran lembaga atau ‘aturan main’ dengan menggunakan model deterministik yang kemudian disebut sebagai Lelang Berbayar Lunas (all-pay auctions).

4 Hillman, Arye L. and Eliakin Katz. 1984. “Risk-Averse Rent Seekers and the Social Cost of Monopoly Power”. Economic Journal 94: 104-10.

(6)

5 Tullock, Gordon. 1980. “Efficient Rent Seeking”. In Buchanan, James M., Robert D Tollison, and Gordon Tullock (eds.), Toward a Theory of the Rent Society: 97-112. College Station: Texas A & M University Press.

Menggunakan suatu parameter skala dalam model lotere untuk menentukan keuntungan dari pembelian lotere, dan secara implisit menunjukkan aspek lembaga dalam kontes memburu rente.

6 Higgins, Richard S., W illiam F Shughart II and Robert D Tollison. 1985. “Free Entry Games”. Public Choice 46: 247-58.

Menunjukkan bahwa nilai dari skala parameternya menentukan apakah ‘fungsi sukses kontes’-nya Tullock itu konsisten dengan keseimbangan Nash.

7 Perez-Castrillo, J David and Thierry Verdier. 1992. “A General Analysis of Rent Seeking Games”. Public Choice 73: 335-50.

Menformulasi ulang kontesnya Tullock menggunakan kurva reaksi dan memperhitungkan berbagai konsekuensi dari kebebasan untuk masuk (free entry) dan keseimbangan Stackelberg.

8 Nti, Kofi O. 1999. “Rent Seeking with Asymmetric Valuations”. Public Choice 98: 415-30.

Mengembangkan kontesnya Tullock dengan ketidaksamaan (asymmetry) nilai hadiah. Keseimbangan tergantung pada berbagai penilaian para pemburu rente maupun parameter skala dalam fungsi sukses kontes.

9 Hillman, Arye L and DovSamet. 1987. “Dissipation of Contestable Rents by Small Numbers of Contenders”. Public Choice 54: 63-82.

Menawarkan suatu alternatif fungsi sukses kontes dengan mengeluarkan partisipan dengan usaha tertinggi sebagai pemenang mutlak.

10 Hillman, Arye L and John G Riley. 1989. “Politically Contestable Rents and Transfers”. Economics and Politics 1: 17-39.

Memperkenalkan istilah kontes diskriminatif untuk menggambarkan suatu fungsi sukses kontes. Kontesnya bersifat diskriminatif: para peserta memasang taruhan, penawar tertinggi menang, dan semua peserta kehilangan nilai dari taruhan mereka, baik yang menang maupun kalah.

11 Baye, Michael R., Dan Kovenock, and Casper G de Vries. 1996. “The All-Pay Auction with Complete Information”. Economic

(7)

Theory 8: 291-305. hadiah, dan ketika keseimbangannya itu unik.

12 Anderson, Simon P., Jacob K Goeree, and Charles A Holt. 1998. “Rent Seeking with Bounded Rationalitry: An Analysis of the All-Pay Auction”. Journal of Political Economy 106: 828-53.

Mempelajari berbagai lelang berbayar lunas ketika terjadi rasionalitas terbatas. Perilaku rasional itu tidak konsisten dengan disipasi rente berlebih sistematis, meskipun disipasi berlebih itu muncul dalam berbagai percobaan.

13 Hirshleifer, Jack. 1989. “Conflict and Rent Seeking Success Functions: Ratio vs Difference Models of Relative Success”. Public Choice 63: 101-12.

Membandingkan fungsi rasio sukses kontes dengan suatu spesifikasi yang membedakan usaha. Dalam kasus Tullock, non-konflik tidak bisa menjadi keseimbangan, dan tidak akan pernah ada kesimbangan ketika salah satu pemainnya menyerah.

14 Skaperdas, Stergios. 1996. “Contest Success Functions”. Economic Theory 7: 283-90.

Menunjukkan bahwa loterenya Tullock lah satu-satunya fungsi sukses kontes yang konsisten dengan 7 aksioma tentang hubungan antara usaha dan kemungkinan untuk menang.

15 Szidarovszky, Ferenc and Koji Okuguchi. 1997. “On the Existence and Uniqueness pf Pure Nash Equilibrium in Rent Seeking Games”. Games and Economic Behavior 18: 135-40.

Menggunakan suatu transformasi untuk memberikan kondisi yang cukup bagi keberadaan dan keunikan dari keseimbangan kontes dengan fungsi sukses kontes yang lebih umum daripada fungsi sukses kontesnya Tullock.

16 Congleton, Roger. 1984. “Committees and Rent Seeking Effort”. Journal of Public Economics 25: 971-85.

Mengembangkan analisis sebelumnya tentang efek kelembagaan pada disipasi rente dalam kontes deterministik antara 2 kelompok. Dalam kontes 2 pihak, ia menunjukkan bahwa investasi dalam kontes memburu rente deterministik cenderung lebih rendah ketika keputusan dibuat oleh komite melalui suara terbanyak daripada oleh 1 orang, karena sumberdaya yang diinvestasikan untuk membentuk kondisi mayoritas cenderung menurun.

17 Long, Ngo Van and Neil Vousden. 1987. “Risk-Averse Rent Seeking with Shared

(8)

Rents”. Economic Journal 97: 971-85.

bersamaan dengan penghindaran risiko dari para pemburu rente dan dengan ketidakpastian tentang bagian yang diperoleh oleh masing-masing partisipan.

18 Nitzan, Shmuel. 1991. “Collective Rent Dissipation”. Economic Journal 101: 1522-34.

Memperhitungkan rente yang dibagi dan menunjukkan bahwa aturan yang menentukan pembagian rente yang dimenangkan bersama menentukan besarnya masalah penumpang gelap di antara anggota dan menentukan suatu keefektifan kelompok dalam suatu kontes di dalam kelompok.

19 Baik, Kyung Hwan, Bouwe R Dijkstra, Sanghack Lee and Shi Young Lee. 2006. “The Equivalence of Rent Seeking Outcomes for Competitive-Share and Strategic Groups”. European Journal of Political Economy 22: 337-42.

Menyintesiskan berbagai kontes sebelumnya dengan menunjukkan kesamaan antara kontes di mana kelompok bersaing untuk rente bersama yang diperuntukkan bagi anggota kelompok melalui aturan distribusi dan kontes di mana para anggota kelompok bersaing secara sendiri-sendiri untuk memperoleh rentenya dan pemenang wajib berbagi dengan angota kelompok lainnya.

20 Ursprung, Heinrich W. 1990. “Public Goods, Rents Dissipation, and Candidate Competition”. Economics and Politics 2: 115-32.

Memasukkan rent seeking untuk suatu barang publik dalam suatu model kompetisi politik. Utilitas individu secara terpisah dikumpulkan sehingga hanya ada efek substitusi ketika besarnya kelompok yang mendukung seorang kandidat politik itu meningkat. Insentif penumpang gelap melalui efek substitusi antara pengeluaran sendiri dengan pengeluaran orang lain menurunkan jumlah usaha rent seeking kelompok.

21 Baik, Kyung Hwan. 1993. “Effort Levels in Contests: The Public-Good Prize Case”. Economics Letters 41: 363-67.

Menggambarkan kelompok yang terdiri dari orang-orang dengan penilaian yang berbeda terhadap suatu barang publik. Berbagai kelompok bersaing untuk barang publik. Penumpang gelap cenderung komplit dalam setiap kelompok, dengan satu pesaing dengan penilaian tinggi aktif mewakili kelompok.

22 Gradstein, Mark. 1993. “Rent Seeking and the Provision of Public Goods”. Economic Journal 103: 1236-43.

(9)

secara tidak produktif, tetapi penyediaan barang publik oleh swasta umumnya juga tidak efisien karena insentif penumpang gelap.

23 Riaz, Khalid, Jason F Shogren, and Stanley R Johnson. 1995. “A General Model of Rent Seeking for Public Goods”. Public Choice 82: 243-59.

Menunjukkan bahwa suatu efek pendapatan akan menaikkan usaha kelompok total ketika ukuran kelompok meningkat. Biaya kontribusi konveks memiliki suatu efek yang sama dalam membuat kontribusi total terhadap usaha rent seeking kelompok meningkat dalam ukuran kelompok.

24 Esteban, Joan and Debraj Ray. 2001. “Collective Action and the Group Size Paradox”. American Political Science Review 95: 663-72.

Menunjukkan model Riaz et al (1995) itu di dalam suatu model yang memungkinkan terjadinya campuran antara komponen privat dan publik atas hadiahnya.

25 Appelbaum, Elie and Eliakim Katz. 1986. “Transfer Seeking and Avoidance: On the Full Social Costs of Rent Seeking”. Public Choice 48: 175-81.

Menunjukkan tentang besarnya hadiah dan kelompok pemburu rente perlu diperhitungkan, demikian pula apakah orang-orang bisa abstein dari kontes.

26 Ellingsen, Tore. 1991. “Strategic Buyers and the Social Cost of Monopoly”. American Economic Review 81: 648-57.

Memperhitungkan berbagai konsekuensi dari perilaku aktif menghindari transfer dari para konsumen yang menentang penciptaan rente monopoli. I a mununjukkan bahwa para pemburu rente lama akan mengubah perilaku mereka ketika orang-orang baru masuk. Hal itu akan menghalangi para pemain dari disipasi rente secara berlebihan.

27 Konrad, Kai A. 2000. “Sabotage in Rent-Seeking Contests”. Journal of Law, Economics, and Organization 16: 155-65.

Mengeksplorasi berbagai kontes di mana ada 2 tipe usaha memburu rente, yaitu usaha yang menaikkan posisi kompetitifnya sendiri relatif terhadap kontestan yang lain, dan upaya yang merugikan sebagian dari pesaing yang lain.

28 Epstein, Gil S. and Shmuel Nitzan. 2004. “Strategic Restraint in Contests”. European Economic Review 48: 201-10.

Menunjukkan bahwa kompetisi untuk berbagai kebijakan alternatif mendorong pertahanan strategis dalam usulan kebijakan (hadiah yang dikejar), yang mengurangi sumber daya yang digunakan dalam memburu rente.

29 Dixit, Avinash K. 1987. “Strategic Behavior in

(10)

Contests”. American Economic Review 77: 891-98.

keseimbangan Nash, jika seorang pemain bisa bertindak sebagai seorang pemimpin Stackelberg, dan mempersoalkan bagaimana pilihan komitmen tergantung pada penilaian terhadap hadiah.

30 Baik, Kyung Hwan and Jason F Shogren. 1992. “Strategic Behavior in Contests: Comment”. American Economic Review 82: 359-62.

Menunjukkan bahwa perilaku pemimpin-pengikut Stackelberg muncul secara endogen dalam suatu kontes probabilistik yang tidak diskriminatif, dengan pemain yang lebih lemah atau ‘underdog’ beraksi lebih duulu.

31 Stephan, Joerg and Heinrich W Ursprung. 1998. “The Social Cost of Rent Seeking when Victories are Potentially Transient and Losses Final”. In Koch, Karl-Josef and Klaus Jaeger (eds.), Trade, Growth, and Economic Policy in Open Economies: Essays in Honour of Hans-Jurgen Vosgerau: 369-80. Berlin: Springer.

Menggambarkan memburu rente dalam kontes berurutan, dengan ketidaksimetrisan penting, yaitu satu pihak bisa kalah dalam suatu kontes tetapi kembali ikut dalam kontes berikutnya, sedangkan bagi pihak yang lain kekalahan adalah permanen.

32 Kahana, Nava and Shmuel Nitzan. 1999. “Uncertain Preassigned Non-Contestable and Contestable Rents”. European Economic Review 43: 1705-21.

Menggambarkan suatu birokrasi pemerintah yang menunda-nunda dan tidak segera melunasi pembayaran pada waktunya atau bahkan tidak pernah membayar. Ketidakpastian waktu pembayaran mempengaruhi nilai atas rentenya.

33 Hehenkamp, Burkard, W olfgang Leininger, and Alex Possajennikov. 2004. “Evolutionary Equilibrium in Tullock Contests: Spite and Overdissipation”. European Journal of Political Economy 20: 1045-57.

Membangun suatu analisa dinamis dari kontesnya Tullock menggunakan konsep strategi stabil evolusioner (evolutionary stable strategy – ESS). Suatu kontes evolutif adalah suatu kontes untuk survival dan memiliki satu konotasi memburu rente alamiah.

34 W arneryd, Karl. 2003. “Information in Conflicts”. Journal of Economic Theory 110: 121-36.

(11)

35 Malueg, David A and Andrew J Yates. 2004. “Rent Seeking with Private Values”. Public Choice 119: 161-78.

Mempertimbangkan kasus di mana setiap penilaian pemain terhadap hadiah merupakan informasi privat dan diputuskan melalui distribusi kemungkinan binari yang sama.

36 Hillman, Arye L and Eliakim Katz. 1987. “Hierarchical Structure and the Social Costs of Bribes and Transfers”. Journal of Political Economy 12: 599-607.

Menggambarkan memburu rente dalam hirarki birokrasi di mana suap itu ditransfer ke atas dalam hirarki. Suap adalah transfer dan tidak menggambarkan kerugian sosial melalui memburu rente

37 Katz, Eliakin and Julia Tokatlidu. 1996. “Group Competition for Rents”. European Journal of Political Economy 12: 599-607.

Menunjukkan suatu kontes ‘nested’. Mula-mula anggota suatu kelompok bersaing untuk suatu hadiah, kemudian anggota kelompok yang menang bersaing untuk memperebutkan hadiah di antara mereka sendiri.

38 Konrad, Kai A. 2004. “Bidding in Hierarchies”. European Economic Review 48: 1301-08.

Menunjukkan bahwa efek komposisi kelompok menjadi penting dalam kontes ‘nested’ jika para anggota kelompok itu tidak sama.

39 Appelbaum, Elie and Eliakim Katz. 1987. “Seeking Rents by Setting Rents: the Political Economy of Rent Seeking”. Economic Journal 97: 685-99.

Menunjukkan peran aktif ‘rent setter’ dalam menentukan kontes memburu rente.

40 Gradstein, Mark and Kai A Konrad. 1999. “Orchestrating Rent Seeking Contests”. Economic Journal 109: 536-45.

Menunjukkan pengorganisasian suatu kontes dalam suatu struktur dengan berbagai ronde, yang dimulai dari kontes di antara kelompok-kelompok kecil, dan pemenangnya baru maju ke ronde berikutnya.

41 Nti, Kofi O. 2004. “Maximum Efforts in Contests with Asymmetric Valuations”. European Journal of Political Economy 20: 1059-66.

Memperhitungkan pilihan fungsi sukses kontes yang memaksimalkan usaha ketika para kontestan memiliki penilaian tidak sama terhadap hadiah.

42 Glazer, Amihai and Refael Hassin. 1988. “Optimal Contests”. European Inquiry 26: 133-43.

(12)

berbagai struktur optimal tentang hadiah dalam berbagai situasi.

43 Clark, Derek J and Christian Riis. 1998. “Competition over more than One Prize”. American Economic Review 88: 276-89.

Menginvestigasi struktur hadiah dalam desain kontes optimum berdasarkan kondisi informasi lengkap maupun tidak lengkap.

44 Moldovanu, Benny and Aner Sela. 2001. “The Optimal Allocation of Prizes in Contests”. American Economic Review 91: 542-58.

Meneruskan Clark & Riis (1998), mereka menemukan bahwa membagi hadiah ke dalam beberapa hadiah yang lebih kecil bukanlah satu strategi yang bagus untuk mendorong usaha secara keseluruhan.

45 Syimanski, Stefan and Tommaso M Valletti. 2005. “Incentive Effects of Second Prizes”. Europen Journal of Political Economy 21: 467-81.

Mengamati efek dari penerapan suatu hadiah pertama dalam kontes yang diikuti oleh kontestan yang memiliki kemampuan berbeda. Dalam suatu kontes 3 orang, hadiah kedua meningkatkan upaya total jika seorang kontestan diunggulkan untuk memenanginya.

46 Shogren, Jason F and Kyung Hwan Baik. 1991. “Reexamining Efficient Rent Seeking in Laboratory Markets”. Public Choice 69: 69-79.

Melaporkan perilaku eksperimen dalam permainan memburu rente efisiennya Tullock dan menemukan hasil yang konsisten dengan perilaku yang diduga dan disipasi rente.

47 Potters, Jan, Casper G de Vries, and Frans van Winden. 1998. “An Experimental Examination of Rational Rent Seeking”. European Journal of Political Economy 14: 783-800.

Melaporkan eksperimen menggunakan model Tullock, baik fungsi probabilistik sukses kontes dan penawar tertinggi (mendiskriminasi atau lelang berbayar semua).

48 Vogt, Carsten, Joachim W eimann, and Chun-Kei Yang. 2002. “Efficient Rent Seeking in Experiment”. Public Choice 110: 67-78.

Melaporkan perilaku rasional dalam berbagai variasi bentuk kontesnya Tullock.

(13)
[image:13.468.71.408.115.593.2]

Tabel 2.3. Empat Puluh Enam Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of Research on Rent Seeking 2: Application: Rent Seeking in Practice”.

NO IDENTI TAS ARTI KEL ISI POKOK ARTI KEL

1 Posner, Richard A. 1975. “The Social Costs of Monopoly and Regulation”. Journal of Political Economy 83: 807-27.

Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial dari monopoli, dan menghasilkan besaran antara 1,7% – 3,5% dari PNB Amerika tahun 1950an sebagai akibat dari monopoli.

2 Cowling, Keith and Dennis C Mueller. 1978. “The Social Costs of Monopoly Power”. Economic Journal 88: 727-48.

Menggunakan asumsi disipasi penuh pada kesimpulan logisnya dan biaya sosial yang telah disediakan terhadap semua keuntungan dan pengeluaran pada iklan. Mereka menghitung kerugian sosial untuk perusahaan yang relatif besar dan perekonomian secara keseluruhan di Amerika Serikat dan Inggris. Besarannya kurang lebih 3,0% - 7,2% dari PNB.

3 Littlechild, Stephen C. 1981. “Misleading Calculations of the Social Costs of Monopoly Power”. Economic Journal 91: 348-63.

Menghitung ulang studi Cowling & Mueller dan menunjukkan bahwa perhitungan mereka terlalu tinggi bagi biaya sosial sesungguhnya dari monopoli.

4 Hillman, Arye L. 1982. “Declining I ndustries and Political-Support Protectionist Motives”. American Economic Review 72: 1180-87.

Menunjukkan bahwa proteksi (negara) terhada industri itu menurun karena perubahan keunggulan komparatif bisa dijelaskan dengan berbagai motif dukungan politik.

5 Hillman, Arye L. and Heinrich W Ursprung. 1988. “Domestic Politics, Foreign Interests, and International Trade Policy”. American Economic Review 78: 729-45.

Menunjukkan kebijakan perdagangan sebagai hasil dari kontes antara para colon politikus yang telah berniat untuk menerapkan berbagai kebijakan yang dipilih untuk persaingan para importir dan pengekspor.

6 Grossman, Gene M. and Elhanan Helpman. 1994. “Protection for Sale”. American Economic Review 84: 833-50.

(14)

politis bagi industri.

7 Krueger, Anne O. 1974. “The Political Economy of the Rent Seeking Society”. American Economic Review 64: 291-303.

Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan membuat model untuk menghitung besarnya kerugian sosial dari tarif di India (7,3% PNK) dan kuota impor di Turki (15%).

8 Svensson, Jakob. 2000. “Foreign Aid and Rent Seeking”. Journal of International Economics 51: 437-61.

Menunjukkan bukti bahwa bantuan LN itu tidak efektif dalam menaikkan pendapatan di negara-negara miskin dan mencatat bahwa bantuan LN merupakan lebih dari 50% anggaran pemerintah di 50 negara-negara yang paling tergantung pada bantuan selama periode 1975-1995.

9 Verwimp, Philip. 2003. “The Political Economy of Coffee, Dictatorship, and Genocide”. European Journal of Political Economy 19: 161-81.

Menjelaskan bagaimana latar belakang dari genosida di Rwanda itu berpusat pada reaksi pemerintah terhadap nilai rente yang melekat pada harga kopi.

10 Murphy, Kevin M. Andrei Shleifer, and Robert W Vishny. 1993. “Why is Rent Seeking so Costly to Growth?”. American Economic Review 83: 409-14.

Mengamati keefektifan proteksi atas hak kekayaan menentukan keuntungan dari memburu rente dan menawarkan suatu tesis bahwa memburu rente itu menghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2 alasan dasar: karena naiknya keuntungan dari memburu rente relatif terhadap aktivitas produktif, dan karena memburu rente birokratik lebih menghambat inovasi daripada aktivitas produktif yang sedang berjalan.

11 Hillman, Arye L. and Heinrich W Ursprung. 2000. “Political Culture and Economic Decline”. European Journal of Political Economy 16: 189-213.

Menggunakan suatu model cadangan (nested model) untuk menggambarkan kelompok privilese di dalam yang bersaing untuk mendaptkan keuntungan (rente), pada saat yang sama orang-orang di luar (outsiders) bersaing untuk menjadi orang dalam (insiders). Kebebasan politik membuat orang luar mendapatkan akses langsung untuk bersaing untuk memperebutkan rente sehingga manaikkan biaya sosial dari memburu rente, selama suatu budaya politik tentang memburu rente tidak berubah.

12 Mehlum, Halvor, Karl Moene, and Ragnar Torvik. 2006.

(15)

“Institutions and the Resource Curse”. Economic Journal 116: 1-20.

penyebab kegagalan berbagai masyarakat untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alamnya.kekayaan SDA menjadi ‘kutuk’ daripada ‘berkat’ ketika hak kepemilikan tidak ditentukan atau dihormati dan kemakmuran menjadi suatu hadiah memburu rente.

13 Epstein, Gil S., Arye L Hillman, and Heinrich W Ursprung. 1999. “The King Never Emigrates”. Review of Development Economics 3: 107-21.

Menggambarkan seorang raja atau penguasa yang menciptakan dan menentukan rente dengan memajaki bagian dari penduduk untuk keuntungannya sendiri maupun kelompok privilese tertentu. Orang-orang itu untung atau rugi tergantung pada hasil persaingan mereka untuk menentukan kedekatannya dengan raja.

14 Nannestad, Peter. 2004. “Immigration as a Challenge to the Denish W elfare State?”. European Journal of Political Economy 20: 755-67.

Menunjukkan bahwa rente yang disediakan oleh sistem kesejahteraan membuat imigrasi sebagai satu bentuk memburu rente. Ia mengutarakan penciptaan rente untuk para imigran melalui anggaran kesejahteraan Denmark.

15 Congleton, Roger D. 1986. “Rent Seeking Aspects of Political Advertising”. Public Choice 49: 249-63.

Mencatat bahwa kompetisi antara para kandidat (dan Partai Politik) untuk menjaring suara di daerah pemilihan mereka seringkali mengandung suatu kontes memburu rente. I klan sering digunakan untuk mempengaruhi pandangan pemilih tentang kelebihan dari kebijakan maupun calonnya. Sejauh iklan itu efektif, meskipun bias, kualitas informasinya bisa menurun oleh bujukan. Bujukan cenderung menaikkan variasi dari pendapat para pemilih terhadap berbagai konsekuensi kebijakan.

16 McChesney, Fred S. 1987. “Rent Extraction and Rent Creation in the Economic Theory of Regulation”. Journal of Legal Studies 16: 101-18.

(16)

persaingan baru untuk pengaruh politik dengan biaya lebih besar daripada keuntungan.

17 Baye, Michael R., Dan Kovenock, and Casper G de Vries. 1993. “Rigging the Lobbying Process: An Application of the All-Pay Auction”. American Economic Review 83: 289-94.

Mendemonstrasikan bagaimana seorang aparat pemaksimum rente bisa mendapatkan untung dengan membuat suatu permainan lobi dua tahap ketika para partisipan tidak setuju tentang nilai dari hadiah yang akan diberikan.

18 Che, Yeon-Koo and I an L Gale. 1998. “Caps on Political Lobbying”. American Economic Review 88: 643-51.

Menunjukkan bahwa sumbangan yang diberikan kepada para calon politikus bisa menaikkan pengeluaran dalam berbagai kasus di mana ketidaksepakatan nilai yang besar itu terjadi.

19 Konrad, Kai A. 2004. “Inverse Campaigning”. Economic Journal 114: 69-82.

Mengeksplorasi suatu seting di mana biaya kampanye itu informaatif, meskipun menaikkan suatu biaya sosial (deadweight cost) melalui proses pemilihan. Bagaimana pun proses kampanyenya, akhirnya para pemilih menjadi tahu, meskipun tidak lebih baik karena mereka tahu keputusan yang benar dalam pemilihan. Biaya kampanye telah dihamburkan dalam persaingan politik.

20 Tullock, Gordon. 1975. “On the Efficient Organization of Trials. Kyklos 28: 745-62.

Mengembangkan satu versi awal dari fungsi sukses kontesnya untuk menguraikan suatu kontes hukum antara 2 pihak yang berperkara.

21 Farmer, Amy and Paul Pecorino. 1999. “Legal Expenditure as a Rent Seeking Game”. Public Choice 100: 271-88.

Menunjukkan bagaimana desain dari sistem hukum, khususnya aturan tentang dana pengganti, yaitu alokasi biaya sidang sebagai suatu fungsi dari keputusan sidang, mempengaruhi tingkat efisiensi sistem peradilannya.

22 Parisi, Francesco. 2002. “Rent Seeking through Litigation: Adversarial and Inquisitorial Systems Compared”. International Review of Law and Economics 22: 193-216.

Mencatat adanya suatu kontinum dari prosedur hukum, daripada hanya pilihan dikotomi antara sistem Kontinental dan sistem Anglo-Saxon.

(17)

Vries. 2005. “Comparative Analysis of Litigation Systems: An Auction-Theoretic Approach”. Economic Journal 115: 583-601.

24 Buchanan, James M. 1983. “Rent Seeking,

Noncompensated Transfers, and Laws of Succession”. Journal of Law and Economics 26: 71-85.

Mengeksplorasi satu bagian dari hukum sipil, yaitu 1 dari persoalan yang paling tua dan paling penting, yaitu hukum warisan. Banyak model berasumsi bahwa agensi itu hidup selamanya, meskipun bagi analisis jangka panjang hal ini tidak masuk akal.

25 Sylwester, Kevin. 2001. “A Model of Institutional Formation within a Rent Seeking Environment”. Journal of Economic Behavior and Organization 44: 169-76.

Menganalisis suatu seting menengah di mana satu kelompok produsen menghadapi memburu rente dari suatu kelompok pragmatis yang bisa memilih untuk menjadi produktif atau memburu rente (mencuri) dari para produsen.

26 Amegashie, J Atsu. 2006. “The 2002 W inter Olympics Scandal: Rent Seeking and Committees”. Social Choice and W elfare 26: 183-89.

Menggunakan kasus skandal penjurian skating pada Olimpiade Musim Dingin Tahun 2002 sebagai latar untuk mengamati konsekuensi dari perubahan tata cara keputusan komite. Ia menemukan tidak ada dampak sistematis yang mengurangi dorongan untuk memburu rente melalui pengaruh terhadap dewan yuri. Jika niatnya untuk menghilangkan memburu rente, maka hal ini menjadi satu desain kelembagaan yang gagal.

27 Baysinger, Barry, Robert B Ekelund Jr., and Robert D Tollison. 1980. “Mencantilism as a Rent Seeking Society. In James M Buchanan, Robert D Tollison, and Gordon Tullock (eds.), Towards a Theory of the Rent-Seeking Society: 235-68. College Station: Texas A & M University Press.

Mereka membeberkan merkantilisme sebagai suatu model di mana negara sebagai suatu sumber dari rente privat, di dua negara yang berbeda dalam kelembagaan politik dan hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.

28 Jones, S R H. and Simon P Ville. 1996. “Efficient Transactors or Rent Seeking Monopolists? The Rationale

(18)

for Early Chartered Trading Companies”. Journal of Economic History 56: 898-915.

barang-barang atau wilayah-wilayah di dunia, bukan karena mereka menurunkan biaya transaksi yang berhubungan dengan perdagangan jarak jauh, tetapi karena mereka memaksimalkan rente monopoli.

29 Volckart, Oliver. 2000. “The Open Constitution and I ts Enemies: Competition, Rent Seeking, and the Rise of the Modern State”. Journal of Economic Behavior and Organization 42: 1-17.

Menganalisis munculnya negara merkantilis awal di akhir abad pertengahan sebagai suatu cara untuk menggali rente oleh para raja dan pengikutnya memberikan perlindungan militer bagi masyarakat sebagai pengganti untuk jasa-jasa yang lain.

30 Hillman, Arye L. and Adi Schnytzer. 1996. “Illegal Economic Activities and Purges in a Soviet-Type Economy: A Rent Seeking Perspective”. I nternational Review of Law and Economics 6: 87-99.

Menguraikan peran rente dan memburu rente di bawah komunisme, di mana hadiah ditentukan secara non-market dan transaksi pasar membentuk kriminal ekonomi. Penyingkiran adalah cara untuk melindungi penguasa petahana dari para pemburu rente.

31 DeLorme Jr., Charles D., Stacey Isom, and David R Kamershen. 2005. “Rent Seeking and Taxation in the Ancient Roman Empire”. Applied Economics 37: 705-11.

Mendiskripsikan peran memburu rente pada keruntuhan Kekaisaran Roma. Perubahan lembaga politik dari republik menjadi kekaisaran mengubah perilaku kelas penguasa. Memburu rente yang berasal dari pajak untuk keuntungan para pemegang privilese. Kontrol militer dari Kaisar mencegah unjuk rasa publik atas penggunaan uang pajak itu.

32 Kornai, Janos. 1980. “’Hard’ and ‘Soft’ Budget Contraint”. Acta Oeconomica 25: 231-46.

Menggambarkan anggaran lembut (soft budget) dalam suatu konteks di mana BUMN berfungsi d dalam pasar, tetapi tidak bisa bangkrut karena keberatan politik atas pengangguran atau penutupan BUMN. Suatu jaminan negara untuk menanggung semua kerugian menciptakan rente dan penggalian rente oleh para manajer dan para pekerja. Konsep anggaran lembut ini juga berlaku bagi perekonomian pasar bagi departemen pemerintah dan birokrasi.

(19)

Katz, and Jakob Rosenberg. 1987. “W orkers as I nsurance: Anticipated Government Intervention and Factor Demand”. Oxford Economic Papers 39: 813-20.

sadar bahwa keberatan politis atas pengagguran dan kecenderungan memproteksi terjadinya PHK jika perusahaan harus menghadapi kompetisi dengan berbagai barang impor yang murah. Rente dalam bentuk keuntungan pada industri bermodal khusus diproteksi dengan menerapkan lebih dari maksimisasi keuntungan jumlah pekerja.

34 Boccola, Steven T. and James E McCandish. 1999. “Rent Seeking and Rent Dissipaton in State Enterprises”. Review of Agricultural Economics 21: 358-73.

Mengangkat suatu studi kasus dari Afrika di mana perusahaan swasta bersaing dengan mantan perusahaan negara yang tetap mempertahankan koneksi dan privilesenya dengan pemerintah. Studi kasus ini menjadi latar belakang bagi penjabaran bagaimana BUMN berupaya untuk memaksimalkan biaya yang berasal dari bantuan dari nonor internasional.

35 Edlin, Aaron S. and Joseph E Stiglitz. 1995. “Discouraging Rivals: Managerial Rent Seeking and Economic Inefficiencies”. American Economic Review 85: 1301-12.

Menyajikan suatu model tentang manajer yang membangun kubu (entrenchment) dengan membuat keputusan investasi yang menghalangi pesaing untuk melamar atau bersaing bagi jabatan mereka. Keuntungan bagi kubu ini diperoleh dari ketidaksempurnaan informasi yang diciptakan dan penunjukan juru bicara bagi manajer petahana untuk menerapkan sinergi. Manajer petahana meningkatkan ketidakjelasan masa depan perusahaan untuk mengurangi kompetisi bagi posisi mereka. Merger dan akuisisi menggambarkan rent seeking oleh para manajer petahana.

36 Scharfstein, David S. and Jeremy C Stein. 2000. “The Dark Side of Internal Capital Markets: Divisional Rent-Seeking and Inefficient Investment”. The Journal of Finance 55: 2527-64.

Menunjukkan bahwa alokasi modal internal dalam kelompok perusahaan (konglomerasi) tidak efisien, karena memburu rente dari para manajer divisi menurunkan nilai subsidi silang di antara berbagai divisi konglomerasi itu.

37 Glazer, Amihai. 2002. “Allies as Rivals: I nternal and External Rent Seeking”. Journal of Economic Behavior

(20)

and Organization 48: 155-62. keuntungan pribadi dalam perusahaan dengan mengurangi laba perusahaan. Kemampuan atau cara-cara untuk menggunakan memburu rente seperti itu menghalangi perusahaan untuk mempekerjakan pemburu rente terampil.

38 Lindbeck, Assar and Dennis J Snower. 1987. “Efficiency W ages Versus I nsiders and Outsiders”. European Economic Review 31: 407-16.

Menggunakan hubungan orang dalam-orang luar perusahaan untuk menjelaskan pengangguran. Hipotesis upah efisien menyatakan bahwa pengangguran adalah dampak dari suatu keseimbangan Nash yang mana upah yang lebih tinggi daripada upah bersih pasar (market-clearing wages) dibayarkan kepada para pekerja sebagai insentif untuk tidak membolos.

39 Congleton, Roger D. 1989. “Monitoring Rent-Seeking Managers: Advantages of Diffuse Ownership”. Canadian Journal of Economics 22: 662-72.

Mencatat bahwa berbagai upaya pemilik untuk memonitor pegawai yang lalai menciptakan suatu kontes seperti memburu rente di man pemilik bisa memata-matai para pegawainya. Para pemilik bisa mengorbankan keuntungan perusahaan seluruhnya selama bagian dari keuntungannya bisa dinaikkan secukupnya melalui monitoring.

40 Muller, Holger M. and Karl W arneryd. 2001. “Inside Versus Outside Ownership: A Political Theory of the Firm”. Rand Journal of Economics 32: 527-41.

Mengeksplorasi pembedaan antara kerjasama (inside ownership) dengan pemilik luar. Mereka menunjukkan bahwa menambah pemilik luar memiliki dampak pada penciptaan permainan hirarkis di mana investasi dalam memburu rente cenderung berkurang relatif terhadap permainan tingkat tunggal di antara para partner (insiders). Akibatnya, para partner menumpang secara gelap (free rider) di dalam kontes, dengan pemilik luar meninggalkan lebih sedikit pada meja para partner untuk diperebutkan.

41 Congleton, Roger D. 1989. “Efficient Status Seeking: Externalities and the Evolution of Status Games”. Journal of Economic Behavior and Organization 11: 175-90.

(21)

dalam kontes pemberian hadiah (gift giving contests).

42 Glazer, Amihai and Kai A Konrad. 1996. “A Signaling Explanation for Charity”. American Economic Review 86: 1019-28.

Mendiskripsikan pemberian karitatif sebagai suatu kontes demi status.

43 Ferrero, Mario. 2002.

“Competing for Sainthood and the Millennial Church”. Kyklos 55: 335-60.

Mengutarakan berbagai kontes untuk memperoleh status sebagai santo/santa, di mana proponen dari para kandidat menggunakan sumberdaya dalam kontes post mortem untuk menarik perhatian terhadap kasus demi status.

44 Frey, Bruno S. 2003. “Publishing as Prostitution? Choosing between One’s Own I deas and Academic Success”. Public Choice 116: 205-23.

Mempertimbangkan status yang diperoleh oleh penerbitan akademik. Memburu rente terjadi sejauh kehormatan personal dan pendapatan personal yang lebih tinggi dicari melalui penggunaan waktu dan kemampuan tidak produktif secara sosial.

45 Congleton, Roger D. 1991. “Ideological Conviction and Persuasion in the Rent Seeking Society”. Journal of Public Economics 44: 65-86.

Mengeksplorasi bagaimana kelompok-kelompok ekonomi dan ideologi membuat kampanye melaui iklan dan lobi untuk membujuk pemilih dan birokrat tentang manfaat dari berbagai kebijakan tertentu. Ia menunjukkan bahwa kontes persuasif d iantara kelompok ideologis cenderung lebih membesar darpada kontes di antara kelompok-kelompok kepentingan ekonomi, sehingga kerugian memburu rente cenderung lebih tinggi bagi kelompok pertama (kampanye ideologis) darpada yang kedua (kampanye persuasif ekonomi).

46 Hillman, Arye L. 1998. “Political Economy and Political Correctness”. Public Choice 96: 219-39.

(22)

kepentingan publik itu dotolak oleh “ortodoksi arus utama”, sebagai tidak mungkin atau paling tidak secara politik keliru.

Sumber: Congleton, Hillman & Konrad, 2008: Buku 2.

Gambar

Tabel 2.1. Dua Puluh Dua Artikel yang Diterbitkan dalam “Toward a Theory of the Rent Seeking Society”
Tabel 2.2. Empat Puluh Delapan Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of
Tabel 2.3. Empat Puluh Enam Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Faktor- faktor lain yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian.“Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam

[r]

[r]

Durian Sebatang (Lapen) Kec.. M.Si

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas