• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENYAMPAIAN DAKWAH CINTA RASUL KH. MASBUHIN FAQIH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNIK PENYAMPAIAN DAKWAH CINTA RASUL KH. MASBUHIN FAQIH."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENYAMPAIAN

DAKWAH CINTA RASUL KH. MASBUHIN FAQIH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : Nur Isnaidi NIM. B01211023

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Nur Isnaidi

NIM : B01211023

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Judul : Teknik Penyampain Dakwah Cinta Rasul KH. Masbuhin Faqih

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan

Surabaya, 20 Januari 2016

Dosen Pembimbing,

(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Nur Isnaidi ini telah diujikan dan dapat dipertahankan di depan tim Penguji Sekripsi, Surabaya 08 Februari 2016, diUIN Sunan Ampel Surabaya.

Mengesahkan,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dekan,

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001

Penguji I

Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag NIP. 195706091983031003

Penguji II,

Fahrur Razi, S.Ag. M.HI NIP. 196906122006041018

Penguji III,

H. Abdullah Sattar, S.Ag., M.Fil.I NIP. 195701211990031001

Penguji IV,

(4)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Nur Isnaidi

NIM : B01211023

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Alamat : Petemon IV/35 RT: 02 RW: 11 Sawahan- Surabaya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2. Skripsi ini benar-benar hasil karya saya secara mandiri bukan merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, maka saya bersedia menanggung segala konsekuensi yang terjadi.

Surabaya, 04 Januari 2016

(5)

ABSTRAK

Nur Isnaidi, NIM. B01211023, 2016. Teknik Penyampaiaan Dakwah Cinta Rasul KH. Masbuhin Faqih

Kata Kunci: Teknik Penyampaiaan Dakwah

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana teknik pembukaan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?, bagaimana teknik penyampaiaan pidato KH. Masbuhin Faqih Tentang cinta Rasul?, bagaimana teknik penutupan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana teknik penyampaiaan dakwah cinta rasul KH. Masbuhin Faqih.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sehingga data yang didapatkan oleh peneliti akan disajikan dengan cermat secara deskriptif menggunakan kata-kata. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang di gunakan adalah dengan analisis domain.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa teknik pembukaan pidato KH. Masbuhin Faqih menggunakan teknik menyinggung peristiwa setempat dan kisah. Teknik penyampaian pidatonya dengan suara yang tegas, menunjukkan kegagahannya, menggunakan tangan untuk menggambarkan suatu ucapan dan pandangan mata yang selalu memandang pendengar. Sedangkan untuk teknik menutup pidato, dia menggunakan teknik menyimpulkan dan mengajak.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER …………... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING …... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ………... iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SEKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PENGESAHAN... v

ABSTRAK …………..………...……... vi

KATA PENGANTAR ….………... vii

DAFTAR ISI ……... ix

DAFTAR TABEL……... xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang…..……….…. 1

B. Rumusan Masalah...……….…. 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelitian ………. 6

E. Definisi Konsep ………. 6

F. Sistematika Pembahasan ……… 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ...…………...………... 12

A. Metode dan Teknik Dakwah ...…...…...……..…………....……... 12

1. Pengertian Metode Dakwa ………. 12

2. Pengetian Teknik Dakwah ………. 15

B. Teknik Penyampaiaan Pidato ……….……… 19

1. Teknik Membuka Pidato ………....……..………..………..… 19 2. Teknik Penyampaian Isi Pidato ………...……….……… 21 3. Teknik Menutup Pidato ……….………... 22

C. Kerangka Teori ……… 23

D. Penelitian Terdahulu ……… 29

BAB III METODE PENELITIAN ………... 31

A. Pendekatan dan Jenis Penelitiaan ……… 31

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Jenis dan Sumber Data …... 33

D. Tahap-tahap Penelitian …... 36

E. Teknik Pengumpulan Data……….……...………... 42

F. Teknik Anaisis Data ……….…...……… 45

(7)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 47

A. Setingan Penelitian………... 47

B. Penyajian Data ………... 60

C. Analisis Data ... 70

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ……... 81

B. Saran …………... 82

(8)

DAFTAR TABEL

[image:8.595.141.481.230.551.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu :... 29

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah

Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), dakwah berarti panggilan, ajakan, seruan. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim masdar, kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “da’a” (ﺎ د), ”yad’u” (ﻮ ْﺪ) yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.

Sedangkan menurut A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman yang tertulis dalam bukunya, dakwah adalah ajakan menuju Islam, yaitu jalan Allah,

sabilillah, jalan yang diridhai oleh Allah SWT, bukan jalan-jalan lain yang sesat dan menyimpang dari jalan Islam. 1 Allah SWT berfirman:

نأو

اﺬـھ

ﻲطاﺮ

ًﺎ ْ

هﻮ ﺎ

ﻻو

ْاﻮ

ا

قﺮ

ْ

ْ ذ

ﺎ و

ْ

.

نﻮ

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus,maka ikutilah Dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan jalan-Nya. Yang demikian itu di perintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (QS. al-An ‘am[6]: 153)2

Dakwah merupakan salah satu unsur penting bagi Agama Islam. Berlangsungnya ajaran Islam mulai zaman Rasulullah SAW hingga pada era globalisasi dan modernisasi ini tidak lain merupakan bukti nyata. Peran dakwah bagi Islam, sebagaimana yang ditulis oleh Moh. Ali Aziz dalam bukunya:

1

A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 6

2

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya Juz 1-10, (Jakarta: Pertjetakan dan Offset “JAMUNU”, 1965), h. 215

(10)

“Umat Islam ditentukan oleh keagamaannya, sementara keagamaannya ditentukan oleh pengetahuan agamanya, dan pengetahuan agamanya tergantung pada dakwah”3.

Dalam dakwah juga dijelaskan bahwa dakwah itu dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai model maupun teknik, bukan hanya ucapan dari Nabi dan para pakar dakwah maupun ilmuan-ilmuan, dakwah di dalam Al-Quran juga dijelaskan dengan perkataan yang baik dan jelas, Allah SWT berfirman:

عْدا

ﻰ إ

ر

ﺔ ْ ْ ﺎ

ﺔﻈ ْﻮ ْ او

ْ ا

ﮭْ دﺎ و

ﻲ ﺎ

ﻲھ

ْ أ

نإ

ر

ﻮھ

ْ أ

ﺿ

ﻮھو

ْ أ

ﺪ ْﮭ ْ ﺎ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)4

Dakwahpun tidak hanya berkata dan mencontokan perilaku yang baik-baik saja, akan tetapi dengan perkataan-perkataan yang bisa mengajak dan memeluk hati orang untuk berbondong-bondong menuju kebaikan yang telah diajarkan oleh Islam. Sebagai seseorang yang beragama Islam, sudah seharusnya untuk membentengi agama dari pemberontak-pemberontak yang ingin menghancurkan agama Islam, kekuatan pembentengan agama bisa lebih diperkuat dengan pengertian agama yang dimiliki para umat Islam atau da’i

3

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 112.

4

Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya juz 11-20, (jakarta: Pertjetakan dan Offset “JAMUNU”, 1965), h. 421

(11)

dan yang lebih dipentingkan adalah jalan seorang da’i dalam mengejarkan ajaran-ajaran kebaikan Islam untuk mad’unya.

Dakwah pada intinya adalah suatu cara untuk mengajak orang dalam kebaikan, pidato adalah bagian dari dakwah, untuk pidato sendiri adalah suatu seni berbicara yang banyak macamnya dan berwarna-warna modelnya, pidato sendiri adalah sebagaimana cara untuk memahamkan orang lain agar orang paham dengan apa yang kita ajarkan maupun apa yang kita ucapkan sebagai pesan-pesan kepada seseorang maupun orang banyak.

Secara harfiyah kata pidato semakna dengan kata rethor dalam bahasa Yunani yang berarti mahir berbicara.5 Secara istilah, pengertian pidato didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari kecakapan berbicara di depan massa.6 Pengertian yang demikian ini berasal dari pendapat Corax. Pengertian pidato dalam hal ini lebih ditekankan pada kecakapan seseorang untuk menyampaikan untaian kalimatnya di depan khalayak.7

Pidato sendiri, sering dipahami dengan penyampaiaan suatu pesan yang telah dirangkai sebaik mungkin dengan seseorang demi mendapatkan ajakan atau pendengar yang rela mendengarkan untaian kata-kata mulia yang sudah dilantunkan satu demi satu.

Pidato sendiri di dalamnya meliputi pengertian tentang bagaimana teknik pidato, semua itu demi mendapatkan suatu pengaturan yang baik

5

Djuniasih S Sunarjo,Komunikasi, Persuasi dan Pidato, (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 51.

6

I Gusti Nugrah Oka, Retorik Sebuah Tinjauan Pengantar, ( Bandung: Terae, 1976), h. 27

7

Syahroni A.J, Teknik Pidato,Dalam Pendekatan Dakwah, (Surabaya: Fakultas Dakwah , 2013), h. 17.

(12)

dalam berpidato, diantaranya adalah teknik pemembukaan dalam berpidato, teknik Penyampaian berpidato, teknik penutupan dalam berpidato

Setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam merangkai cara-cara berpidato, baik itu cara-cara menyampaikan pidato yang akan disampaikan, bahkan cara untuk membuka pidato demi menarik pendengar untuk selalu mendengar pesan-pesan pidatonya sampai akhir, dikarenakan sebuah pembuka, jika bisa menarik keinginan orang untuk mendengar, maka baik pula respon dari pendengar, dan menutup pidatonya juga memiliki cara sendiri-sendiri, demi menggapai suatu pesan yang terkesan sampai menjadi pembelajaran dihari-hari kehidupan pendengar, dalam penyampaian isi dari pidato juga bermacam-macam dan berwarna-warna caranya.

Suatu contoh dari sebagian penceramah atau sosok ahli pidato, KH. Anwar Zahid asli kota Bojonegoro, yang terkenal memiliki sebutan kyai humoris, yang selalu membuat orang tertawa dan penceramah yang lainnya adalah KH. A. Mustofa Bisri yang selalu menceritakan fenomena yang ada dan selalu menggunakan kata-kata bijak serta sebagai penyair. Akan tetapi ada satu sosok kyai yang berceramah dengan cara selalu meluangkan waktu atau menyempatkan untuk memasukkan pengetahuan supaya cinta dengan Rasulullah SAW.

Dia hidup di tengah kota yang memiliki sebutan kota santri, karena kota ini banyak sekali didirikan sebuah pondok pesantren maupun yang kecil sampai yang terkenal. Kota ini biasa dikenal dengan sebutan kota pudak, yakni Gresik. Dia sebagai pengasuh pondok pesantren Mambaus Sholihin dan

(13)

biasa disapa dengan sapaan kyai Buhin, dan nama aslinya adala KH. Masbuhin Faqih. Lebih jelasnya dia pertempat tinggal di desa Suci kecamatan Manyar kabupaten Gresik. Karena dirasa penelitian tentang teknik penyampaiaan dakwah cinta Rasul KH. Masbuhin Faqih belum ada, maka peneliti menjadikan dia sebagai subyek penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang diatas, sebagai pembahasan lebih lanjut dalam penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah, sebagai berikut:

Bagaimana teknik penyampaian dakwah cinta Rasul K.H. Masbuhin Faqih kepada mad’unya. Untuk menjawab masalah ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:

1. Bagaimana teknik pembukaan pidato K.H. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

2. Bagaimana teknik penyampaian pidato K.H. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

3. Bagaimana teknik penutupan pidato K.H. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki keinginan yang bertujuan:

1. Ingin mengetahui bagaimana teknik pembukaan pidato KH.Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

(14)

2. Ingin mengetahui bagaimana teknik penyampaiaan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

3. Ingin Ingin mengetahui bagaimana teknik penutupan pidato KH.Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul?

D. Manfaaf Penelitian 1. Manfaat Secara Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya, maupun bagi berbagai pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji mengenai dinamika keilmuan dakwah.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi para pendakwah dalam melakukan aktivitas dakwahnya, tentunya dengan melihat terlebih dahulu kemampuan yang dimiliki dan kondisi nyata masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini dan guna mempermudah memahaminya, berikut ini ada konsepsi secara teoritis maupun secara praktis. beberapa istilah yang dijadikan judul dalam penelitian ini, antara lain adalah Teknik Penyampaian Dakwah.

(15)

Wira Sanjaya menuturkan bahwa teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.8 Jadi, teknik adalah sebuah cara yang mengatur jalan sesuatu kegiatan. Sedangkan penyampaian adalah suatu usaha untuk melatih diri menyusun pikiran dan memformulasikannya dalam bahasa. Sedangkan bahasa harus disampaikan pada pendengar melalui mekanisme fisik tertentu,yaitu:

1. Suara

2. Pandangan (kontak mata) 3. Gerakan (gestur).

Apabila tidak dapat menggunakan mekanisme ini sebaik mungkin, pesan tidak akan dapat dimengerti.9 Sedangkan untuk dakwah menurut N. Faqih Syarif H. Misalnya mengemukakan bahwa dakwah pada hakekatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni Islam. Oleh karenanya dakwah Islam itu tidak hanya tarbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan atau perbuatan yang ditunjukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan dalam Islam. Komitmen seorang muslim dengan dakwah Islam mengharuskan dirinya untuk memberikan contoh yang hidup dari apa yang diserukannya melalui lisannya, sekaligus memberikan

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana 2006), hal. 125.

9

Moh. Ali Aziz, Ilmu Pidato, (Surabaya: Dakwah Digital Press 2015), h. 84

(16)

gambaran Islam sejati melalui keterikatannya secara benar dengan Islam itu sendiri.10 Allah SWT berfirman:

ْ و

ْ ْ ا ﻲ إ لﺎ و ًﺎ ﺎ

و ﷲ ﻰ إ ﺎ د ًﻻْﻮ ْ أ

.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku adalah bagian dari umat islam” (QS Fushilat [41] : 33)11

ﷲ لﺰ أ ﺎ

آ ْ و ْ ھءاﻮْھأ ْ ﻻو تْﺮ أ ﺎ ْ ْ او عْدﺎ ﺬ

ﻻ ْ ﺎ ْ أ ْ و ﺎ ﺎ ْ أ ﺎ ْ رو ﺎ ر ﷲ ْ لﺪْ ﻷ تْﺮ أو بﺎ

ْ ا ﮫْ إو ﺎ ْ ْ ﷲ ْ و ﺎ ْ ﺔ

.

“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah

mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”(QS

Asy-Syura [42] : 15)12

Sedangkan dalam dakwah sendiri juga harus ingat dengan siapakah panutan dakwah yang harus kita jadikan sebagai contoh utama dalam berdakwah, dan perilaku siapakah yang harus kita jadikan sebagai contoh yang benar, kita tidak bisa lepas dari panutan umat Islam, yakni nabi Muhammad SAW, dikarenakan jika orang Islam tidak cinta kepada nabi Muhammad SAW, maka kurang baik perjalanannya dalam mempelajari

10

N. Faqih Syarif H, Kiat Dahsyat Menjadi Da’I Hebat,(Malang: Pustaka Kaiswaran, 2010), hal. 07

11

Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya juz 21-30, (jakarta: Pertjetakan dan Offset “JAMUNU”, 1965), h. 778

12

Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya juz 21-30, (jakarta: Pertjetakan dan Offset “JAMUNU”, 1965), h. 785

(17)

agama Islam, karena nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan sekaligus menjadi panutan Agama Islam.

Jadi, teknik penyampaian dakwah cita Rasul dapat dipahami sebagai suatu cara yang digunakan oleh seorang pendakwah ketika melakukan sebuah penyampaiaan pidato untuk menggapai pidato yang baik dan hasilnya bisa memuaskan masyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun diakhirat dengan bersama syafaat Rosulillah SAW. dalam konteks penelitian ini, teknik penyampaian dakwah yang dimaksud adalah cara yang digunakan oleh K.H. Masbuhin Faqih dalam menyampaikan dakwah cinta Rasulnya kepada santri maupun alumni dan orang-orang yang dekat dengan keberadaan Pondok Pesantren Mambaus Solihin di desa Suci, kecamatan Manyar, kabupaten Gresik yang menjadi tempat berdakwahnya.

F. Sistematika pembahasan

Untuk mempermudah penelitian ini dan guna sistematisasi dalam pembahasannya, berikut ini adalah sistematika pembahasannya, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini disajikan pembahasan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian Kepustakaan. Pada bab ini disajikan pembahasan mengenai kajian pustaka, meliputi: persiapan teknik penyampaiaan pembukaan, penyampaian pidato penu semangat, teknik menutup pidato. Pembahasan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara teoretis masalah yang

(18)

berkaitan dengan judul yang dikaji dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga disajikan pembahasan mengenai kajian teoretik yang berfungsi sebagai alur penelitian. Dan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian terdahulu, yaitu perihal letak persamaan dan letak perbedaannya dengan penelitian ini, maka dalam bab ini juga disajikan pembahasan mengenai penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III : Metode Penelitian. Bab ini membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam upaya melakukan penelitian ini, yang terdiri dari : pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, kehadiran peneliti, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data. Pembahasan ini sengaja disajikan untuk memberikan gambaran secara utuh mengenai metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah diformulasikan pada sub bab rumusan masalah diatas.

Bab IV : Penyajian Data dan Analisis Data. Dalam bab ini disajikan pembahasan mengenai setting penelitian biografi K.H. Masbuhin Faqih, perjalanan dakwah dan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat di desa Suci, Gresik. Penyajian data tentang teknik pembukaan pidato, penyampaiaan pidato dan penutupan pidato K.H. Masbuhin Faqih ketika berdakwah, analisis data tentang teknik penyampaian dakwah K.H. Masbuhin Faqih ketika berdakwah, dan pembahasan tentang teknik pernyampaian dakwah K.H. Masbuhin Faqih ketika berdakwah.

(19)

Bab V : Penutup. Bab ini merupakan pembahasan terakhir dalam penelitian ini. Di dalamnya berisi pembahasan mengenai simpulan dari keseluruhan proses penelitian. Disamping itu, dalam bab ini juga disajikan saran yang ditujukan bagi para peneliti selanjutnya berkaitan dengan hasil penelitian ini.

(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Metode dan Teknik Dakwah. 1. Pengertian Metode Dakwah.

Sebelum berbicara tentang pengertian metode dakwah, alangkah baiknya kita mengerti terlebih dahulu tentang sebuah pengertian dari metode itu sendiri, yang bertujuan agar dapat kemudahan untuk memahami apa arti metode dakwah dengan baik dan terjauhkan dari kesalah pahaman satu antara lain yang tidak diinginkan.

Dikarenakan sebuah metode dalam dakwah sangat banyak diperlukan demi menggapai harapan sebuah dakwah yang benar-benar bagus dan terarahkan dengan baik demi menggapaai sasaran yang tepat dan baik.

Metode itu sendiri, Secara etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa yunani yakni dari kata “metados” yang berarti cara atau jalan dan “ logos” yang berarti ilmu.1Dengan demikian sudah jelas bahwa metode kini adalah jalan yang menjadikan sebuah ilmu memiliki arah tujuan yang benar dan teratur. Untuk lebih jelasnya, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.2

Jadi, metode bisa disebut sebagai jalan ataupun sebuah arahan yang dapat menuntuk dalam menjalankan sesuatu dengan benar dan memiliki jalan yang bertujuan dalan kebaikan, untuk teknik tak jauh bedah dengan

(21)

metode, teknik sendiri juga bisa disebut metode, karena teknik juga memiliki tujuan yang guna untuk memperjelas suatu cara atau rancangan tersendiri dalam melakukan sesuatu, sehinggah bisa terarahkan dengan baik, teknik juga biasanya dimiliki dengan masing-masing orang dengan sesuai tipe orang sendiri.

Sedangkan dakwah sendiri adalah sebuah ajakan, seruhan dalam artian menyeruh atau mengajak orang untuk memilih jalan kebaikan dan berjalan lurus menuju dalam kebenaran yang sudah tentu akan bertujuan mendapat ridho Allah SWT.

Dakwah juga bisa diartikan mengajak orang yang belum menuju kebaikan atau berjalan dijalan kebenaran untuk diajak berjalan bersama-sama dijalan yang baik, mengajak yang belum beribadah untuk diajak beribadah, mengajak yang belum masuk dari agama Islam untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam sebaik mungkin, mengajak memahami ajaran Islam untuk mengajak masuk dalam sebuah ajaran Islam yang baik.

Dengan mengertinya makna dari metode dakwah, maka bisa disimpulkan bahwa metode dakwa adalah suatu carah dan arah untuk berjalan yang menuntun perjalanan dakwah dengan baik dan benar, sehingga menjadikan sebuah tiket untuk masuk dalam ridho Allah SWT.

Dengan demikian, seorang da’i akan bisa lebih mudah untuk berdakwah

dengan mengerti metode yang sesuai dengan kemampuan diri dengan jalan yang sudah diajarkan dan diterapkan oleh metode-metode yang ada.

(22)

pendapat tentang definisi metode dakwah, sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz dalam bukunya, yakni:

a. Al-Bayanuni mengemukakan definisi metode dakwah (asalib al-da’wah) sebagai berikut:

نم قي طت اي يك آ هتوعد يف عادلا ا كلسي يتلا رطلا

جها

وعدلا

Yaitu cara-cara yang di tempuh oleh pendakwah dalam berdakwah

atau cara menerapkan setrategi dakwah”.

b. Said bin Ali al-Qahthai membuat definisi metode dakwah sebagai

berikut. “Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendala”.

c. Hampir sama dengan definisi ini, menurut ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah (uslub al-da’wah) adalah:

هنع قئاوعلا لا إ رشا م ي يكب لصتي ذلا ملعلا

"Ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya”.

Dalam Kamus Ilmia Populer, metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja. Dari beberapa definisi ini, setidaknya ada tiga karakter yang melekat dalam metode dakwah.

(23)

b. Karena menjadi bagian dari setrategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah.

c. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap setrategi memiliki keunggulan dan kelemahan. Metodenya berupa menggerakkan keunggulan tersebut dan memperkecil kelemahannya.3

2. Pengertian Teknik Dakwah.

Sebelum memahami arti atau pengertian teknik dalam berdakwah, perlu dipahami bahwa teknik sendiri mempunyai maknah tersendiri, bahkan dakwah juga mempunyai arti tersendiri, untuk memahami keduanya yakni dengan memahami satu persatu.

Dengan demikian teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan sebagai cara (kepandaian) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. teknik sudah jelas bahwa teknik adalah suatu kepandaian tersendiri yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang digunakan untuk bisa menggapai suatu yang diinginkan dengan baik.

Selain itu teknik juga diartikan oleh Wina Sanjaya dalam bukunya yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz didalam bukunya yang menuliskan. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.4

3

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357-358

(24)

Sedangkan yang dinamakan dakwah adalah sesuatu ajakan atau seruhan yang bertuan untuk berjalan dengan benar dijalan Allah SWT, demi menggapai ridho sang pencipta.

Secara umum teknik dakwah itu dapat dilakukan dengan: lisan, tulisan, lukisan, dan pertunjukan atau penampilan, serta lainnya sesuai dengan perkembangan masa.5

Dengan uraian demikian dapat dipahami bahwa teknik dakwah adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode dalam berbicara di hadapan publik, demi menggapai harapan menjadikan baik seseorang dan diri sendiri dengan berjalan dijalan kebenaran.

Teknik dalam berdakwah juga mempunyai beberapa hal yang harus diketahui, diantaranya adalah: teknik persiapan, teknik penyampaiaan, dengan teknik evaluasi.

Dengan demikian, yang dinamakan teknik persiapan adalah suatu cara untuk mempersiapkan diri sebelum menghadapi apa yang harus dihadapi dengan benar-benar baik, diantaranya adalah:

a. mempersiapkan mental yang ada dalam diri, guna untuk mempersiapkan kekurangan yang ada dalam diri kita, atau menghadapi keraguan ketika berhadapan dengan publik ketika kita mau berpidato maupun ceramah.

b. mempersiapkan naskah pidato untuk menjadikan kebaikan dalam isi pidato, dan membuat pidato lebih terarahkan pada tujuan yang

(25)

diinginkan, demi menggapai lantunan tutur kata yang baik dan terkesan untuk orang.

c. Mempersiapkan diri dalam artian kesehatan jasmani maupun rohani. Bertujuan agar ketika berpidato, tubuh benar-benar kuat dan terfokuskan dengan apa yang akan dibawahkan untuk pendengar.

Napoleon Bonaparte dalam buku Dale Carnegie pernah berkata kira-kira demikian: “Perang adalah merupakan sebuah ilmu pengetahuan, dan ini tidak akan bisa berhasil jika sebelumnya tidak dirancanakan ataupun di pikirkan lebih dahulu dengan masak-masak”.6

Sedangkan untuk teknik penyampaiaan adalah cara untuk menyampaikan suatu gagasan atau pembicaraan dengan baik demi menggapai harapan penyampaian yang baik dan benar-benar mendapatkan perhatian baik dari pendengar.

Yang perlu diperhatikan dalam teknik penyampaian (Pronuntiation). Pembicara harus memperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan (gestus moderation cum venustate).7 Terkait dengan teknik penyampaian ceramah, bahwa terdapat beberapa teknik untuk membuka ceramah, yaitu :

a. Langsung menyebutkan topik ceramah. b. Melukiskan latar belakang masalah.

c. Menghubungkan peristiwa yang sedang hangat.

d. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati. e. Menghubungkan dengan tempat atau lokasi ceramah.

14 Dale Carnegie, Teknik dan Seni Berpidato, (Terjemah, Nur Cahaya, t.t), h. 61

7

(26)

f. Menghubungkan dengan suasana emosi yang menguasai khalayak. g. Menghubungkan dengan sejarah masa lalu.

h. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar dan memberikan pujian pada pendengar.

i. Pernyataan yang mengejutkan.

j. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan provokatif.

k. Menyatakan kutipan, baik dari kitab suci atau yang lainnya. l. Menceritakan pengalaman pribadi.

m. Mengisahkan cerita faktual ataupun fiktif. n. Menyatakan teori.

o. Memberikan humor.8

Menurut Nasrudin Razak yang dikutip oleh Syahroni A.J. Untuk mengenai teknik evaluasi sesudah pidato dilaksanakan, sebenarnya bertumpu pada feedback dari pihak pendengar. Dengan kata lain, sejauh manakah adanya perubahan pada mereka atau sebaliknya, boleh jadi pula tidak ada perubahan pada mereka. data seperti inilah yang dicari dan diperoleh dalam kegiatan evaluasi.9

Dengan adanya teknik evaluasi, seorang penceramah akan memudahkan dalam mengerti seberapa manfaat isi kandungan pembawaan cerama pencerama, apakah bisa menjadikan perubahan yang baik untuk orang lain, dan mengetahui kekurangan dari pencerama sendiri bahkan menjadikan semakin baik untuk memperbaiki kekurangan pencerama.

8 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 362-363.

(27)

B. Teknik Penyampaian Pidato

Menjelaskan tentang teknik penyampaian adalah cara atau trik-trik untuk menyampaikan denagn baik, teknik penyampaian di antaranya adalah: 1. Teknik membuka pidato.

Di dalam berpidato, harus diperhatikan ketika kita akan memulai pidato kita dengan menggunakan teknik membuka pidato yang baik, dengan bertujuan agar pendengar merasa nyaman di awal mendengarkannya dan mempunyai keinginan untuk menikmati kelanjutannya sampai akhir dari penyampaiaan pidatonya.

Ahli pidato manapun, mereka akan sepakat menjawab bahwa

“sesuatu yang akan langsung merebut perhatian adalah pembukaan yang

menarik.” Sejak zaman aristotales, buku-buku mengenai pidato

menjelaskan mengenai pembukaan, isi dan kesimpulan pidato.

Namun, belakangan ini pembukaan pidato mulai terabaikan. Ujung-ujungnya, membuat penonton menyimpulkan bahwa meninggalkan pidato lebih awal. Tidak berlebihan, jika berkata bahwa: pembukaan pidato adalah kuncinya.

Dalam pembukaan pidato juga mempunyai tips tersendiri, guna untuk menarik pendengar dan membuat pendengar nyaman ketika mendengarkan, diantaranya adalah:

a. Mualailah dengan sebuah kisah. b. Awali dengan pendapat bersama. c. Bangkitkan rasa tahu pendengar anda.

(28)

e. Gunakan alat peraga, kejutkan pendengar anda. f. Topik yang sangat diinginkan pendengar.10

Dengan adanya tujuan teknik pembukaan dalam pidato, yakni bertujuan untuk menjadikan pendengar merasa ingin mengerti isi atau kelanjutan ceramah yang akan disampaikan oleh seorang pendakwah atau

da’i dan membuat orang tertarik dengan suasana yang dianggap seorang

pendengar menarik dan perlu didengarkan.

Manfaat dari teknik membuka ini juga sangat banyak bermanfaat, dengan pembukaan pidato yang indah dan enak untuk dimengerti mulai awalnya maka rasa ketertarikan akan semakin menjadi didiri pendengar, rasa ingin mengerti juga pasti sangat menggebu-gebu dikarenakan teknik tersebut.

2. Teknik penyampaian isi pidato.

Dalam penyampaian isi pidato setidaknya orang yang mendengarkan masih ingin untuk mendengarkan sampai akhir dan tidak untuk diabaikan, dengan demikian, dalam teknik penyampaian juga memiliki tips-tips tersendiri demi menggapai penyampaiaan isi yang bisa dinikmati oleh pendengar dan dipahami maknanya juga diajarkan kebaikannya kepada keluarga dan orang lain, diantaranya yakni dengan: a. Memperhatikan suara ketika penyampaian.

Pidato akan terdengar dengan nyaman oleh pendengar, jika sang pakar pidato mengeluarkan kata-katanya dengan suara yang bagus sesuai, memiliki intonasi yang benar dan bisa membuat

10

(29)

pendengar terbawa suasana oleh suara-suara indah yang terlantunkan dari pita suara sang pembicara.

b. Memperhatiakan gerak tubuh yang sesuai dengan penyampaian. Dengan gerakan yang mendukung penampilan pembicara dalam pidato, pembicara akan terlihat indah dengan isyarat-isyarat yang ditandakan dengan gaya lengkok organ tubuh yang perlu diisyaratkan.

c. Kontak mata atau arah pandangan ketika menyampaikan pidato. Mata harus bisa mengajak orang untuk berinteraksi dengan kita, karena jika kita memandang orang di depan kita dengan baik, maka akan bisa membawahkan suasana yang baik dan bisa menjadikan orang terhipnotis ole pandangan manis kita.

3. Teknik menutup pidato.

Setiap kita ingin mengakhiri sebuah pidato, maka ada pula sebuah teknik menutup maupun tips-tips untuk menutup sebuah pidato, karena dengan penutupan yang baik, maka akan bisa menjadikan sebuah pesan tersendiri dalam berpidato. Karena denagan penutupan pidato yang baik, akan menimbulkan sebuah kesan yang akan melekat pada pendengar dan mudah diingat-ingat sepanjang perjalanan hidup seseorang pendengar denagn apa yang sudah dipidatokan. Cara menutup di antaranya adalah: a. Menyampaikan kesimpulan.

b. Menyampaikan ringkasan atau mengulang pernyataan penting. c. Menggugah perasaan.11

(30)

d. Menyampaikan sebuah pantun, maupun puisi yang membuat sesorang mudah mengenang maknanya.

e. Mencontohkan apa yang ada di sekitar dengan isi dakwah kita, bertujuan agar setiap melihat apa yang ada di sekitarnya,, menjadi ingat dengan pesan dakwah yang sudah di berikan.

f. Memberikan ajaran cara-cara do’a khusus untuk menyemangati

perjalanan hidupnya dengan do’a yang berhubungan ataupun sesuai

denagn isi di pidato, yang bertujuan agar diamalkan sebuah kebaikannya.

C. Kerangka Teori

Sebelum peneliti terjun langsung dilapangan yang sudah ditentukan sebelumnya, atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan untuk mampu menjawab semua permasalahan melalui suatu kerangka pemikiran. Sedangkan kerangka pemikiran sendiri adalah, merupakan sesuatu kajian tentang bagaimana hubungan tentang teori dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan dalam perumusan masalah yang sudah ada.

Pernyataan dari seorang Wilbur Schram yang menyatakan bahwa teori adalah suatu perangkat sebuah pernyataan yang saling berkaitan atau bersinambungan, pada abstraksi dengn kadar tinggi dan dari padanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku.

(31)

Menurut buku Komunikasi Dakwah yang ditulis oleh Wahyu Ilaihi, menyatakan bahwa komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan prilaku. Istilah persuasif bersumber

dari bahasa latin yaitu ” persuasion” yang berarti membujuk, mengajak atau

merayu.12

Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasif yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.

Sebuah komunikasi yang dibalik efektif itu bukan hanya sekedar menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa lantunan kata-kata yang indah maupun buruk, akan tetapi menyangkut bagaimana agar orang lain atau pendengar tertarik dengan perhatiannya, mau mendengar, mengerti dan melakukan sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Komunikasi persuasif berusaha mempengaruhi individu melalui terpaan pesannya, sehingga dapat didefinisikan pesan yang dimaksudkan untuk mengubah pendapat, sikap, kepercayaan, atau perilaku individu maupun organisasi.13

Untuk tujuan tersebut, bukan hal yang mudah dan begitu saja bisa dilakukan, sehingga dalam membentuk sebuah pesan yang persuasif perlu

12

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.125 13

(32)

mempehatikan prinsip tau kerangka AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).

1. Attention (perhatian)

Pada bagian awal, diuraikan ide pokok yang menarik perhatian dan manfaat bagi audiens.

2. Interest (minat)

Pesan tersebut harus mampu membangkitkan minat dan ketertarikan audiens.

3. Desire (keinginan)

Yang kemudian mendorong pada penumbuhan kebutuhan.

4. Action (tindakan)

Diharapkan muncul sebuah tindakan yang diinginkan oleh komunikator. Istilah lain dari AIDDA adalah A-A procedure sebagai singkatan dari: 1. Attention

2. Action 3. procdure

Semua itu yang berarti agar komunikasi dalam melakukan kegiatan dilakukan dulu dengan menumbuhkan minat. Konsep ini, merupakan proses psikologis dari diri mad’u.

Sebagai contoh, dakwah yang dilakukan dengan metode pidato (ceramah). Sebelum juru dakwah bermaksud mencapai tujuan dakwah

terlebih dahulu harus berusaha membangkitkan perhatian mad’u. Upaya

(33)

1. Mengatur tinggi rendahnya suara 2. Mengatur irama

3. Serta mengadakan tekanan-tekanan terhadap kalimat yang dianggap penting

Da’i harus dapat mengatur kata-katanya, dimana ia harus berhenti,

memanjangkan suku-suku kata tertentu dan mengeraskan bunyi sebagai penekanan terhadap kata atau kalimat yang dianggap perlu.

Sementara itu, kontak visual dapat dilakukan dengan mengarahkan

pandangan kepada seluruh mad’u. Dengan cara itu, mad’u akan merasa lebih

diperhatikan dan diajak bicara oleh da’i. Mereka pun akan merasa dituntut

untuk memperhatikan juru dakwah, sehingga menjadi hubungan timbal balik

yang sangat kuat antara da’i sebagai komunikator dan mad’u sebagai

komunikan, selanjutnya, da’i harus bisa berorientasi pada upaya menggerakkan mereka untuk berbuat sesuai dengan materi atau pesan yang disampaikan.14 Selain itu, dalam komunikasi persuasif untuk mencapai tujuan

dan sasarannya maka seoarang da’i perlu melakukan perencanaan secara

matang dan untuk menjadi komunikator yang efektif, seorang komunikator dakwah harus membekali mereka dengan teori-teori persuasif yang dikembangkan menjadi beberapa metode, antara lain:

1. Metode Asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu peristiwa yang aktual atau sedang menarik perhatian dan minat massa.

14

(34)

2. Metode Integrasi adalah kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara verbal maupun nonverbal (sikap)

3. Metode Pay-Off dan Fear arousing yakni kegiatan mempengaruhi orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi harapan (iming-iming), dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menakutkan atau menyajikan konsekuensi yang buruk dan tidak menyenangkan perasaan 4. Metode Icing adalah yaitu menjadikan indah sesuatu sehingga menarik

siapa yang menerimanya. Metode icing juga disebut metode memanis-maniskan atau mengulang kegiatan persuasif dengan jalan menata rupa sehingga komunikasi menjadi lebih menarik.

Empat metode tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan mad’u.

Untuk itu seorang komunikator dakwah layaknya dapat menganalisis terlebih dahulu situasi dan kondisi objek dakwah yang akan dihadapi. Semakin

banyak informasi tentang kondisi mad’u yang dikumpulkan, semakin banyak

keuntungan yang diperoleh komunikator untuk dapat memilih materi yang sebaik-baiknya berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.15

Perlu diingat dan diperhatikan pula, bahwa sebagai suatu proses komunikasi, tidak menutup kemungkinan munculnya hal-hal yang dapat

15

(35)

menghambat tercapainya tujuan dakwah secara persuasif. Hambatan-hambatan tersebut terjadi karena faktor antara lain :

1. Faktor Motivasi

Seseorang akan bersikap atas dasar kepentingan atau kebutuhan yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu, pembicara harus memperhatikan akan kebutuhan-kebutuhan mad’u.

2. Faktor Prejudice (prasangka)

Bila mad’u sudah dihinggapi perasaan prejudice baik antar

individu, rasa maupun golongan maka akan sulit untuk menerima perasaan secara objektif karena mereka tidak lagi merepon pesan secara rasional.

3. Faktor Semantik.

Faktor pada perbedaan dalam pengejaan, bunyi maupun pengertian kata-kata antara komunikator dan komunikan sehingga akan menimbulkan salah pengertian dan mengganggu jalannya informasi. 4. Faktor Gangguan Suara ( noise factor )

Gangguan ini dapat terjadi karena disengaja atau tidak sengaja misalnya ketika penyampaikan ceramah berlangsung, tiba-tiba ada kereta api yang lewat, sehingga mengganggu penyampaian ceramah tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya hambatan

tersebut, seorang da’i harus mengetahui secara dini pada saat persiapan

(36)

dalam pelaksanaan persuasif, karena kegagalan dalam persuasif, juga berarti kegagalan dalam tujuan dakwah.

D. Penelitian Terdahulu

[image:36.595.112.518.261.750.2]

Dengan adanya penelitian terdahulu guna untuk menghindari terjadinya ada pengulangan skripsi yang telah membahas permasalahan yang sama dari orang lain, baik dari sebuah bentuk tulisan dalam buku maupun bentuk tulisan lain, dan untuk menghindari plagiarisme, maka berikut ini penulis sampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain adalah penelitian terdahulu yang sudah dilampirkan dalam tulisan sebagai berikut;

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

NO NAMA dan

TAHUN JUDUL SKRIPSI PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Noor Fitriyah, Tahun 2012

Tilawah Bit Taghanni Sebagai Teknik Dakwah Ibu Nyai Hj Chomsatun Hidayat

Sama dalam hal membahas teknik, akan tetapi dengan : tilawah bit taghanni sebagai teknik dakwah Difokuskan pada teknik dakwahnya yang melalui tilawah bit taghanni

2 Nasihatul Latifah, Tahun 2004

Dakwah KH Sholihin Yusuf ( Study tentang Metode dan Teknik Penyampaian Pesan di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Medaeng, Waru, Sidoarjo )

Sama dalam hal meneliti bagaimana teknik penyampaian dakwah seorang da’i Berbeda dalam fokus wilayah penelitian, yaitu Lembaga Permasyarakatan dan sasarannya adalah narapidana

3 Aniqotus

Sa’adah, tahun 2005

Gaya Retorika Dakwah Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag.

(37)

suara. 4 Umi Salamah,

tahun 2009 Dakwah Hj. Masruroh (Kajian tentang Aktivitas dan Metode Dakwah Hj. Masruroh di Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Kotamadya Surabaya).

Sama dalam hal membahas dakwah dan isi penyampaiaan dakwah. Bedanya dikarenakan dengan pembahasan metode dan pembahasan teknik. Akan tetapi teknnik dan metode masi berkesinambungan

5 Fu’adah,

tahun 2009

Aktivitas dan Metode Dakwah KH. Ali Mustofa di Desa Kramat Jegu, Kecamatan Taman, Kabupaten

Sidoarjo.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian.

Sebuah metode penelitian adalah alat untuk mengetahuan tentang langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan berujung dengan pemecahannya.

Sedangkan titik tolak dalam penelitian bertumpu pada minat untuk mengetahui masalah atau fenomena sosial yang timbul karena berbagai rangsangan, bukannya pada metode penelitian. Namun tetap harus diingat bahwa metode penelitian merupakan elemen untuk menjaga validitas hasil penelitian.1

Sebuah persoalan penting yang perlu untuk dikedepankan dalam metode penelitian adalah dengan cara apa saja dan bagaimanakah data yang harus dikumpulkan sehingga sebuah hasil penelitian ini mampu untuk menyajikan informasi dengan baik dan terarahkan.

Perlu diketahui, bahwa penelitian dikategorikan menjadi dua jenis penelitian, diantaranya adalah penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Sedangkan untuk mengungkap tentang teknik penyampaiaan dakwah cinta Rasul KH. Masbuhin Faqih yang berada di desa Suci, kecamatan Manyar, kabupaten Gresik.

Dengan demikian, peneliti menggunakan penelitian Kualitatif. Karena peneliti merasa bahwa dengan penelitian ini, bisa menemukan hasil penelitian

1 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2003),

(39)

yang sesuai dan sesua dengan keinginan penulis. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendiskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan secara sistematis, factual dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.2 Pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh baik berupa gambar, ucapan, maupun tulisan yang dapat diamati dari subyek itu sendiri.3

Namun, untuk jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual. Pertama mengartikannya sebagai kegiatan pengumpulan data dengan melukiskannya sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.4

Dengan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini yang sudah dipilih, dikarenakan peneliti ingin menggambarkan mengenai subjek penelitian yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini, khususnya mengenai teknik penyampaiaan yang bagaimana dan teknik apa yang digunakan K.H. Masbuhin Faqih dalam penyampaian dakwahnya.

B. Subyek dan objek Penelitian

Subyek penelitian adalah sasaran yang dijadikan analisis atau fokus masalah. Subyek penelitian menjelaskan tentang fokus yang akan dikaji dari

2 Moch. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.63

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), h. 20

(40)

penelitian. Sesuai dengan judul tersebut, maka yang menjadi subyek penelitian adalah KH. Masbuhin Fqih.

Sedangkan objek sendiri adalah suatu hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan, atau sasaran yang akan diteliti, untuk objek sendiri, peneliti menjadikan ceramah KH. Masbuhin Faqih sebagai objek yang akan di teliti.

Dia tinggal di desa Suci, kecamatan Manyar, kabupaten Gresik. Lebih tepatnya, beliau juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin. Selain sebagai kyai, dia juga seorang peduli agama dan pendakwah yang dikenal banyak orang. Sedangkan rumusan masalah yang dikaji adalah mengenai tentang bagaimana teknik pembukaan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul, bagaimana teknik penyampaiaan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul, dan bagaimana teknik penutupan pidato KH. Masbuhin Faqih tentang cinta Rasul.

C. Jenis dan Suber Data 1. Jenis Data

Data adalah jamak dari kata “datum” yang artinya inform

asi-informasi atau keterangan tentang kenyataan atau realitas. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian yang kemudian diajukan terhadap masalah yang dirumuskan pada tujuan yang ditetapkan.5

Adapun jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder:

5 Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, (Jakarta:

(41)

a. Data primer.

yaitu data yang diperoleh atau didapat langsung dari subyek penelitian. Dalam hal ini adalah hasil observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap subyek penelitian (KH. Masbuhin Faqih) yang menjadi sentral informasi dalam menggali data sekaligus sebagai subyek penelitian.

Adapun data primer yang sudah didapatkan adalah data observasi ketika subyek telah menyampaikan sebuah pidato di pondok pesantren putri Mambaus Sholihin pada waktu malalm setelah lebaran idul fitri yang bertepatan pada tanggal 16 juli 2015 yang kini biasa disebut dengan acara sungkeman (salaman dan saling memaafkan). kini peneliti menghasilkan data-data yang kini dibutuhkan untuk melengkapi data-data penulisan ini.

b. Data sekunder

(42)

berada di dalam pondok pesantren putra yang kini sudah dilakukan pada tanggal 8 dan 11 juli 2015.

2. Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.6 Sedangkan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan ketika beliau melakukan suatu pidato, wawancara langsung dengan KH. Masbuhin Faqih, dan dokumentasi yang semuanya diperoleh oleh peneliti dari lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, yang menjadi kunci informan adalah KH. Masbuhin Faqih selaku figur pendakwah yang dijadikan subyek kajian dalam penelitian ini. Disamping itu, juga digali informasi dari beberapa informan pendukung lainnya, yaitu jama’ah yang selalu mengikuti aktivitas dakwah K.H. Masbuhin Faqih seperti santri-santrinya maupun alumni dari pondok dia.

Adapun sumber data utama yang didapat adalah melalui observasi dan hasil wawancara yang dilakukan pada selama kurun waktu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan sumber data dari :

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan subyek yang diamati (observasi) atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau perekam suara. Peneliti akan

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. REMAJA

(43)

melakukan wawancara terhadap subyek penelitian yaitu KH. Masbuhin Faqih.

b. Sumber tertulis

Suber tertulis merupakan sumber kedua dari kata dan tindakan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumentasi pribadi, dan dokumen resmi.

Adapun sumber tertulis yang dimaksud ialah berupa karya tulisan dari obyek tersebut dan catatan pribadi atau naskah pidato yang pernah disusun oleh obyek.

D. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini membahas sebagai berikut :

1. Tahap Pra Lapangan

Merupakan awal pada penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dengan penelitian deskriptif , ada beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap pra lapangan ini, antara lain :

a. Menyusun Kerangka Penelitian.

(44)

KH. Masbuhin Faqih, judul ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilanjutkan dalam pengujian proposal pada tanggal 9 maret 2015.

Peneliti memilih judul tersebut dengan alasan : 1) Belum terdapat penelitian serupa untuk sebelumnya.

2) Banyaknya perubahan dakwah yang kurang dibentengi dengan ajaran-ajaran yang mengarah dalam hal kecintaan diri kepada siapa sang panutan dakwah (Nabi Muhammad SAW).

3) Secara akademis sesuai dengan bidang keilmuan yang didalami oleh peneliti, secara geografis sangat memungkinkan melakukan penelitian dengan optimal karena peneliti bertempat di Surabaya.

b. Memilih Lapangan Penelitian.

dalam hal ini peneliti mempertimbangkan fokus akademis. Dengan tujuan karena penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan bagi keilmuan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk kedepannya dan menambah wawasan lebih luas untuk mahasiswa selanjutnya.

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.7

7

(45)

Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih dahulu telah menggali data atau informasi tentang subyek yang akan diteliti (meski secara informal), kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikannya KH. Masbuhin Faqih sebagai subyek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuan yang peneliti tekuni selama ini.

c. Mengurus Surat Izin Penelitian.

Setelah ditentukan lapangan penelitian dan proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan permohonan pada pihak Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memberikan ijin dengan mengeluarkan surat izin penelitian yang diajukan pada KH. Masbuhin Faqih dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan.

Peneliti mengurus surat izin ini kepada staf Prodi KPI yakni Bapak Handoyo, yang kemudian dilanjutkan pada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi selaku pemberi wewenang penelitian. Setelah surat izin penelitian keluar, peneliti menyampaiakn surat tersebut pada KH. Masbuhin Faqih.

d. Mengidentifikasi dan Menilai Lapangan Penelitian.

(46)

Tahap ini sangat penting bagi peneliti karena bermanfaat untuk mengetahui bagaimana situasi yang akan diteliti dan apa saja yang akan dijalankan oleh peneliti serta mudah untuk menyesuaikan diri pada lapangan penelitian.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan.

Informan adalah individu atau kelompok yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan penelitian. Informan membantu peneliti untuk mengumpulkan banyak informasi dalamm waktu yang relatif singkat. Informasi yang ada akan menghasilkan informasi-informasi sudah dikumpulkan dan menjadi alat pertimbangan dengan informasi dari sumber lainnya.

Dalam hal ini peneliti memilih KH. Masbuhin Faqih sebagai informan dengan alasan bahwa MF adalah subyek yang akan menghasilkan sebuah data-data yang akan dijadikan bahan penulisan ini.

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian.

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.8 Adapun peralatan yang harus dibutuhkan adalah:

1) Pensil atau pulpen, untuk menulis setiap hasil lapangan baik dari hasil wawancara maupun observasi, karena alat tersebut sangat bermanfaat untuk menulis berbagai sumber yang perlu dirupakan menjadi sebuah tulisan.

(47)

2) Buku kosong, untuk diisi data-data yang telah suda dikumpulkan oleh peneliti setelah melakukan observasi maupun wawancara diwaktu mengerjakan penggalian data di lapangan.

3) Alat perekam suara, peneliti menggunakan sebuah televon genggam untuk merekam hasil wawancara dengan KH. Masbuhin Faqih.

4) Kamera untuk menghasilkan dokumentasi foto, peneliti menggunakan kamera telepon genggam untuk menghasilkan gambaran atau foto kegiatan di lapangan.

Dalam hal ini, dalam upaya mengumpulkan data atau informasi dari subjek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku dan alat tulis untuk mencatat hasil wawancara antara peneliti dengan informan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan.

Setelah dalam tahap sebelumnya telah dilakukan pendalaman terhadap referensi-referensi yang relevan dengan masalah penelitian, maka dalam tahap inilah peneliti secara aktif mencari informasi-informasi yang diperlukan dalam penelitian, peneliti melakukan obserfasi

sebagai mad’u dengan cara mengikuti acara-acara yang di dalamnya

(48)

alat perekam suara sebagai data yang lalu disatukan dengan data yang lain. Selain itu, peneliti juga meminta izin untuk mendokumentasikan hasil dari subyek peneltian guna menguatkan hasil wawancara.

3. Tahap Analisis Data.

Setelah memahami proses dan cara untuk penelitian, sekarang memahami tentang tahab analisis data, yang berguna untuk menganalisis data. Analisis data menurut Patton, dalam Lexy J. Moleong, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori, dan satuan uraian dasar.9

Dengan demikian, sesudah peneliti berhasil untuk mendapatkan sebuah data atau informasi dari subyek yang diteliti dengan baik, langkah yang diambil kemudian yaitu menyajikannya secara lengkap tanpa melakukan penambahan maupun pengurangan data atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan subjek penelitian yang sudah didapat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sebuah pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting sekali dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menemukan sebuah data yang valid. Maka dalam hal ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik untuk menghasilkan pengumpualn data di lapangan. Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga teknik untuk pengumpulannya, pengumpulan itu adalah dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi.

(49)

Observasi dikenal dengan istilah pengamatan atau teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menagamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang di selidiki.10

pengamatan bermaksud mengumpulkan fakta, yaitu mengumpulkan pernyataan-pernyataan yang merupakan deskripsi, penggambaran dari kenyataan yang menjadi perhatiannya.11

Untuk teknik observasi ini peneliti mengamati kegiatan dengan jalan ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan dengan cara mengikuti

serta menjadi mad’u dari ceramah KH. Masbuhin Faqih dengan

demikian peneliti bisa mengumpulkan data dengan teknik observasi atau ikut serta dalam acara.

2. Wawancara (interview)

Menurut G.W Allport pakar Psikologi Sosisal, yang di kutip

oleh Sutrisno hadi pakar Sains Psikologi. Interview adalah suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya.12

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, Melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan cara mengajukan sebuah pertanyaan yang berdasarkan tujuan tertentu wawancara. Dalam teknik wawancara

ini, peneliti menggunakan bentuk “semi structured”, artinya

mula-mula peneliti (interviwer) menanyakan sederetan pertanyaan

10 Chalid Narbuko, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.70

(50)

yang sudah terstruktur, kemudian satu-persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.13

Dengan menggunakan teknik wawancara ini, peneliti mendapatkan data tentang: Profil K.H. Masbuhin Faqih, Jumlah

jama’ah yang mengikuti aktivitas dakwah yang dilakukan oleh K.H.

Masbuhin Fqih, Teknik penyampaian dakwah K.H. Masbuhin Faqih, Serta berbagai informasi lainnya yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masi aktual. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih dokumen dengan sesuai tujuan penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannya serta menhubung-hubungkannya dengan fenomena lain.14

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa: Catatan, Transkrip, Buku, Surat kabar, Majalah, Prasasti, Notulen Rapat, Legger, Agenda dan sebagainya.15 Maka dalam mengumpulkan data, penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi yang berasal dari catatan proses berlangsungnya

13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hal. 231-232

14 Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: LOGOS, 1997), h.77

15Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi, (Jakarta:

(51)

acara pidato KH. Masbuhin Faqih, seperti halnya dokumentasi yang sudah di kumpulkan oleh peneliti yakni dokumentasi tentang naskah ceramah, jadwal ceramah, beberapa vidio ceramah.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain16

Dengan demikian, peneliti menggunakan teknik analisis domain (domain analysis). Artinya analisis hasil penelitian ini ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari subjek yang diteliti.17

Adapun langkah-langkah tepat dalam analisis domain tersebut antara lain: pertama, menganalisis dan memilih pola hubungan istilah tertentu atas dasar informasi atau fakta yang ada di lapangan. Kedua, menyiapkan lembaran kerja analisis domain. Ketiga, memilah-milah data yang sama yang diperoleh dari lapangan. Keempat, mencari istilah-istilah yang sama dan membuat kategori-kategori simbolik. Kelima, menjawab

16Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.

ALFABETA, 2012), h. 244

17Burhan Bungin, “Teknik-teknik Analisis Kualitatif dalam Penelitian Sosial”, (Jakarta:

(52)

pertanyaan penelitian yang telah disusun. Dan keenam, menguji draft daftar domain dengan draft pertanyaan yang telah disusun.18

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ketika adanya sebuah penelitian pada dasarnya sudah ada usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dinamakan keabsahan data. Salah satu syarat hasil penelitian adalah harus ilmiah, dengan bukti data yang ada pada subyek penelitian. Kesalahan mungkin saja bisa terjadi dalam penggalian data terhadap subyek penelitian. Peneliti harus melaksanakan pemeriksaan terhadap data secermat mungkin sesuai dengan teknik penelitian, sehingga penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala aspek.

Ada beberapa teknik untuk mengurangi atau meniadakan kesalahan dalam menggali data penelitian, yaitu : Ketekunan Pengamatan. Bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Sehingga peneliti mampu menguraikan secara detil bagaimana proses penemuan secara tentatif.

18Burhan Bungin, Teknik-teknik Analisis Kualitatif dalam Penelitian Sosial, (Jakarta:Raja

(53)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Setting Penelitian.

1. Biografi KH Masbuhin Faqih.

Untuk mengenal lebih dekat, sosok KH. Masbuhin Faqih adalah sosok kyai sekaligus da’i yang tangguh dan selalu semangat juga tidak kenal lelah. Dia Tanpa mengharapkan sesuatu imbalan dari dakwahnya. Akan tetapi berharap besar kepada pendengarnya agar bersama-sama untuk menuju kebaikan bersama, demi memperkuat benteng-benteng agama Islam. Sosok KH. Masbuhin Faqih, kini dikenal dengan dakwah cinta Rasulnya. Semua itu dikarenakan selalu berusaha memahamkan kembali siapa sosok Rasulullah SAW, dan menanamkan rasa cinta Rasul kepada setiap orang. Semua itu bertuan agar semua orang juga dekat dengan Nabinya dan para hamba-hamba yang dicintai Allah swt, bertujan selalu mencari berkah dan selalu beradah dijalan kebenaran Allah SWT.1

KH. Masbuhin Faqih dilahirkan di kawasan yang terkenal dengan kota santri, dikarenanan kota tersebut, dikenal dengan kota yang banyak sekali pondok pesantrennya, di dalamnya menampung santri sebagai bibit pondasi dan tembok agama Islam, kota yang dimaksut yakni kota Gresik, lebih tepatnya yakni di desa yang berada di atas gunung kapur, yakni desa Suci kecamatan Manyar.

Dia dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau lebih tepatnya tanggal 18 Shafar 1367 Hijriyah. Beliau lahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan Hj. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. M F merupakan anak pertama (yang paling tua) dari 5 anak tersebut.

(54)

Dia memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka dia adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq. Dengan runtutan sebagai berikut:

Pertama adalah, Syeih Ainul Yaqin atau yang biasanya dikenal sebutan (Sunan Giri) beliau termasuk salasatu dari sembilan wali, dan mempunyai anak yakni Sunan Dalem, lalu Sunan Dalem memiliki keturunan yakni Sunan Prapen, lalu keempat ini yakni turunan dari Sunan Perapen yang disapa dengan namanya Kawis Goa, dan setelah itu mempunyai turunan laki yang bernama Pangeran Giri, setelah itu turunannya yakni anak Pangeran Giri yang bernama Gusti Mukmin, Gusti Mukminpun juga memiliki keturunan yang bernama Amirus Sholih yang kini menduduki turunan ketuju, lalu beliau memiliki turunan yang bernama Abdul Hamid yang menduduki turunan kedelapan, setelah itu ke sembilan diduduki oleh Embah Taqrib sebagai anak dari Abdul Hamid, setelah itu Embah Taqrib memiliki anak laki yakni KH. Muhammad Thoyyib, setelah itu KH. Muhammad Thoyyib memiliki anak yang bernama KH. Abdullah Faqih yang menjadi pemilik pondok pesantren Attohiriyah, dan setelah itu turunannya adalah KH. Masbuhin Faqih yang kini menjadi turunan ke dua belas dan sosok yang memegang pondok Mambaus Sholihim yang kini dulunya dikenal dengan sebutan Attohiriyah

(55)

Islam dan selalu mengejarkan ajaran-ajaran kebaikan Islam seperti embah buyutnya dahulu.

Hal ini sesuai dengan qiyasan santri: “Bapaknya singa maka

anak-anaknyapun singa”. Yang artinya kini adalah: “Apabilah orangtuanya seekor

hewan singa, Maka anaknya juga seekor singa” pribasah ini menunjukkan

bahwa ketika seseorang terlahirkan dari kalangan yang baik dan tangguh, maka akan muncul dan terciptalah seorang yang tangguh dan baik, niscaya seperti halnya ketika kita mendekati orang yang berjualan minyak wangi, maka akan tertularlah diri kita dengan harumnya minyak tersebut.

Pendidikan dia sejak kecil di lingkungan yang Islami, dan tidak pernah jauh dari pembelajaran agama, jadi keilmuan dalam beragama beliau tidak dipungkiri lagi dan keilmuan agama beliau kini sangat kental. Mulai dari tingkat pendidikan Madrasah Ibtidaiyah samapai dijenjang Madrasah Tsanawiyah. Setelah Tsanawiyah dia melanjutkan studinya ke Gontor, Pondok Pesantren Darussalam Ponorogo, Jawa Timur, di sanalah dia memperdalam ilmu bahasa Arab dan Inggris. Setelah lulus dari Gontor dia ingin memperdalam ilmu lagi dengan rasa tiada surutnya sebuah sumur yang menjadi suber untuk menampung air.

Selanjutnya dia melanjutkan pendidikan

Gambar

Tabel 4.1 : Analisis Data
Tabel 2. 1
Tabel 4. 1

Referensi

Dokumen terkait

(2) Prekursor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai IP-Prekursor atau penunjukan

Agar penelitian dalam skripsi ini tidak melebar dan menyimpang sehingga keluar dari pokok pembahasan, untuk membatasi maka hanya difokuskan terhadap permasalahan

a) Jika peserta didik dapat membaca dengan makhraj dan tajwid dengan benar, skor 100. b) Jika peserta didik dapat membaca dengan makhraj dan tajwid kurang sempurna, skor 75. c)

Diharapkan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Berau dapat menerapkan Protokol Kesehatan menerapkan sebagaimana berikut:.. Tidak melakukan aktifitas di luar rumah jika

Penerimaan responden terhadap karakteristik sensori produk ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan pemilihan serta persepsi terhadap coklat batang... 18

Steers (1988) mengatakan, komitmen organisasi menjelaskan kekuatan relatif dari sebuah identifikasi individu dengan keterlibatan dalam sebuah organisasi. Komitmen menghadirkan

tuturan memuji penutur atau kagum dengan yang dikatakan penutur tentang anaknya. e) Strategi bertutur di Dalam Hati Tindak tutur memuji atau menyanjung juga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pendidikan pada umumnya, dan khususnya tentang kajian upaya guru Pendidikan Agama Islam