• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan materi dan metode pelatihan pasien simulasi sebagai alat evaluasi pelayanan KIE obat kolesterol mahasiswa Farmasi USD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan materi dan metode pelatihan pasien simulasi sebagai alat evaluasi pelayanan KIE obat kolesterol mahasiswa Farmasi USD"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI PELAYANAN KIE OBAT

KOLESTEROL MAHASISWA FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransisca Natasha Ernestiani

NIM : 138114131

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI PELAYANAN KIE OBAT

KOLESTEROL MAHASISWA FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransisca Natasha Ernestiani

NIM : 138114131

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan,

supaya engkau menjadi bijak di masa depan.

Banyaklah rancangan di hati manusia,

tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana ”

(Amsal 19:20-21)

Kupersembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yang Maha Esa,

Orang Tua dan Keluarga,

Sahabat dan Teman-teman,

Farmasi Angkatan 2013,

(8)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala

berkah, rahmat, dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan naskah skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi KIE Obat Kolesterol Mahasiswa

Farmasi USD” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama penyusunan skripsi ini penulis

mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan

mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana

Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan

dukungan yang membangun.

3. Teman-teman pemeran pasien, kakak-kakak mahasiswa PSPA, praktisi

apoteker dan teman-teman mahasiswa farmasi yang bersedia terlibat,

meluangkan waktu, dan membantu kelancaran penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan

serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Pernyataan Keaslian Karya ... iv

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 1 Kasus Kolesterol ... 6

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent Pasien Simulasi ... 10

Lampiran 2. Informed Consent Mahasiswa Farmasi... 11

Lampiran 3. Informed Consent PSPA ... 12

Lampiran 4. Informed Consent Apoteker... 13

Lampiran 5. Lembar Pertama Pengisian Checklist PS Skenario 1 ... 14

Lampiran 6. Lembar Kedua Pengisian Checklist PS Skenario 1 ... 15

Lampiran 7. Lembar Pertama Pengisian Checklist PS Skenario 2 ... 16

Lampiran 8. Lembar Kedua Pengisian Checklist PS Skenario 2 ... 17

Lampiran 9. Pengisian Checklist Penilaian KIE Skenario 1 ... 18

Lampiran 10. Pengisian Checklist Penilaian KIE Skenario 2 ... 19

Lampiran 11. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa ... 20

Lampiran 12. Contoh Hasil Perhitungan T-Test Tidak Berpasangan. ... 21

(12)

xi ABSTRAK

Apoteker berperan penting dalam pelayanan KIE, namun pada kenyataannya pemberian KIE oleh apoteker terhadap pasien masih rendah. Maka dibutuhkan pembenahan dengan evaluasi menggunakan pasien simulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pelatihan dan metode pelatihan pasien simulasi yang sesuai dengan pelayanan obat kolesterol.

Subjek penelitian berupa pasien simulasi yang dilatih sesuai kasus skenario kolesterol. Data berupa data kuantitatif dari checklist dan data kualititatif dari pengamatan peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis data kuantitatif dari checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dan perhitungan koefisien Cohen kappa sebagai uji reliabilitas.

Hasil dari penelitian ini adalah pedoman pelatihan pasien simulasi, skenario role play kasus obat kolesterol, instrumen evaluasi, performa pasien simulasi, uji reliabilitas. Hasil t-test tidak berpasangan dan pada skenario 1 adalah p>0,84 dan pada skenario 2 adalah p>0,78. Hasil uji Cohen Kappa dengan nilai pada skenario 1 adalah 0,79 dan pada skenario 2 adalah 0,87. Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien simulasi harus diseleksi dan dilatih satu per satu menggunakan skenario yang dibuat berdasarkan studi literatur dan dievaluasi performa dengan perekaman video untuk mendapatkan dua pasien simulasi dengan performa terbaik berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif dari checklist

penilaian pasien simulasi.

(13)

xii ABSTRACT

Pharmacist has an important role in the pharmacy service. However, in reality, the Communication, Information and Education service given by the pharmacist in Indonesia is still low. Thus, an improvement of pharmacist performance is needed by using simulated patient evaluation. The research is aimed to develop a training method and material of simulated patient which aligned with the service of cholesterol medicine.

The subjects of research in the form of simulated patients were trained according to cholesterol-case scenario. The data were in the form of a checklist of quantitative data and qualitative observations of data on the performance of researchers simulated patients. Analysis of quantitative data on the checklist was calculated using unpaired t-test and the calculation of Cohen Kappa coefficient as the reliability test.

The results of this study are training guidelines simulated patients, role play scenarios cholesterol drug cases, instrument evaluation, patient performance simulation, reliability testing. Results unpaired t-test and in scenario 1 is p> 0.84 and in scenario 2 is p> 0.78. The Cohen Kappa test results in scenario 1 is 0.79 and in scenario 2 is 0.87. The study concluded that the simulated patients must be selected and trained one by one using a scenario which is based on the study of literature and must be evaluated through video recording to get two simulated patients with the best performance based on quantitative and qualitative data from simulated patient assessment checklist.

(14)

1 PENDAHULUAN

Peraturan perundang-undang bedasarkan kewenangan telah mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelayanan kefarmasian yang pada awalnya hanya berfokus kepada pengelolahan obat (drug oriented) sekarang berkembang menjadi pelayanan komprehensif ( pharmaceutical care), meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang memiliki tujuan dalam peningkatan kualitas hidup pasien. Pelaksanaan tersebut mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung pengobatan yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan yang dapat membahayakan pasien. Maka peran apoteker dituntut untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku sehingga interaksi langsung dengan pasien dapat terlaksana. Pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan merupakan salah satu bentuk interaksi langsung antara apoteker dengan pasien. Apoteker harus dapat mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), serta menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan agar terhindari dari kesalahan dalam proses pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2014).

Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang diperoleh. Kompetensi dan kewenangan apoteker tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi apoteker. Apoteker harus diarahkan dan dibina sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan tugasnya sebagai pendukung upaya kesehatan. Standar kompetensi apoteker sebagai pedoman profesional yang terfokus pada kepentingan pasien, hal ini sesuai dengan filosofi Pharmaceutical Care yang memberikan tanggung jawab kepada profesi apoteker dalam hal farmakoterapi untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien sampai kedalam lingkup yang lebih luas yaitu terciptanya kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Standar kompetensi apoteker Indonesia yaitu mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan beretika, berketerampilan, dapat menyelesaikan masalah, memiliki kemampuan berkomunikasi, serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan kefarmasian (PPIAI, 2011)

(15)

2 (Sasanti, 2009).

Standar kompetensi menjadi pedoman bagi apoteker di Indonesia dalam mejalankan praktik kefarmasian dan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan apoteker. Sementara untuk institusi Pendidikan Tinggi Farmasi, standar kompetensi berguna untuk memberi arah kepada apoteker sehingga menjadi apoteker yang sesuai standar (PPIAI, 2011). Dari sisi pendidikan tinggi farmasi Indonesia , permasalahan yang dihadapi yaitu belum tersedianya model uji kompetensi yang menghasilkan lulusan sesuai standar. Perlu dikembangkannya kompetensi yang mengacu pada pembelajaran kemampuan untuk memahami, keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam praktik atau dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan bekerjasama, pengembangan kepribadian dan kepedulian (APTFI, 2013). Evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran sesuai silabus farmakoterapi salah satu Universitas berupa evaluasi kemampuan mahasiswa selama proses pembelajaran (keaktifan bertanya, menjawab, dan penguasaan materi), penyusunan makalah, serta ujian tengah semester dan ujian akhir yang berbentuk tes essay atau pilihan ganda (Ikawati dan Rahmawati, 2014). Jika hanya dengan evaluasi tersebut akan mengalami kesulitan karena kompetensi lulusan pendidikan tinggi farmasi harus memenuhi deskripsi kualifikasi ketentuan dalam Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikannya (APTFI, 2013). Kerangka Kuliafikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor. Empat unsur deskripsi KKNI adalah kemampuan kerja, sikap dan tata nilai , kewenangan dan tanggung jawab, dan penguasaan pengetahuan (Perpres, 2012).

(16)

3 METODE PENELITIAN

Desain dan Subyek Penelitian

Penelitian mengenai Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi Pelayanan KIE Obat Kolesterol Mahasiswa Farmasi USD termasuk jenis penelitian kuasi eksperimental. Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu pemeran pasien simulasi sebanyak 5 orang yang akan mengikuti pelatihan, dan kemudian dipilih dua orang yang memenuhi kriteria untuk berperan dalam KIE dengan mahasiswa farmasi tingkat S-1 USD. Kriteria inklusi pemeran pasien simulasi pada penelitian ini adalah individu diluar bidang pendidikan kesehatan, berusia minimal 18 tahun, menandatangani

informed consent, bersedia mengikuti pelatihan sebelum akhirnya dinyatakan siap menjadi pasien simulasi, bersedia berpartisipasi minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan, tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, dan mampu bekerja sama dalam tim. Kemampuan yang dapat mendukung pemeran pasien simulasi ialah mampu berimprovisasi serta memiliki daya ingat yang baik. Pada Penelitian ini pasien simulasi yang terpilih akan dipertemukan oleh mahasiswa semester lima Fakultas Farmasi USD yang berjumlah 20 orang dan sedang mengikuti praktikum komunikasi farmasi.

Tahap Persiapan

Pembuatan Pedoman Pelatihan

Pedoman pelatihan pada penelitian ini dibuat berdasarkan pada Pharmacotherapy a Phatophysiologic Approach eight edition (Dipiro, 2011) dan At a Glance Farmakologi Medis (Michael, 2006) terkait tanda gejala penyakit serta pengobatan pada penyakit kolesterol.

Pembuatan Skenario

Pembuatan skenario kasus obat kolesterol dibuat berdasarkan studi literatur dan/atau pengamatan/pengalaman pribadi. Dilanjutkan dengan expert judgement dan uji bahasa oleh apoteker akademis, yang kemudian direvisi. Skenario kasus berjumlah dua buah berisi tentang pelayanan obat kolesterol dengan resep, yang terdiri dari pelayanan obat kolesterol dengan resep terapi awal dan resep terapi lanjutan. Kedua skenario kasus dibuat dalam bentuk roleplay.

Pembuatan Instrumen Evaluasi

Instrumen evaluasi dibuat berdasarkan studi literatur Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes, serta disesuaikan dengan kasus obat kolesterol. Dilanjutkan dengan expert judgement dan uji bahasa oleh apoteker akademis, yang kemudian direvisi. Instrumen yang dibuat meliputi checklist penilaian pasien simulasi dan

checklist penilaian KIE obat kolesterol. Pada checklist penilaian pasien simulasi, dibuat penilaian kualitatif sebagai pendukung checklist penilaian pasien simulasi.

Pemilihan Pasien Simulasi

(17)

4

diandalakan, tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, dan mampu bekerja sama dalam tim. Kelima pasien simulasi akan diseleksi dan dipilih dua pasien simulasi terbaik dengan cara melihat data kuantitatif dan kualitatif dari hasil checklist penilaian pasien simulasi kedua penilai. Dipilih dua pasien simulasi yang memiliki hasil checklist mencapai skor maksimal dan mengalami peningkatan hasil atau konsisten pada setiap penilaian, sehingga dapat dinyatakan siap dan layak sebagai pasien simulasi.

Implementasi Penelitian

Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai dengan literatur yang berisikan penjelasan penyakit kolesterol, gejala yang dirasakan, pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi serta cara mencegah penularan kepada pemeran pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.

Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario oleh mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien simulasi memahami skenario dan perannya maka pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA yang berperan sebagai apoteker yang akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien simulasi akan dibiasakan sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat berperan menyerupai keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker, penampilan pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA yang berperan sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak dapat melakukan penilaian berupa checklist

penilaian, terutama terhadap performa pemeran pasien simulasi.

Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi akan dinilai oleh mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik KIE. Proses pelatihan, role play, perekaman, penilaian hingga evaluasi ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.

Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa farmasi, maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian tersebut berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes sebagai validitas.

Analisis Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini yaitu data pasien simulasi dari checklist

(18)

5

simulasi antara skenario 1 dan 2 memiliki poin-poin yang berbeda tergantung dengan skenario kasus. Nilai maksimal dari checklist penilaian pasien simulasi skenario 1 adalah 11 poin , sedangkan untuk skenario 2 adalah 13 poin. Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa memenuhi nilai maksimal checklist dan memiliki nilai yang stabil serta konsisten berdasarkan yang diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap dan layak.

Data kuantitatif KIE mahasisiswa berupa hasil nilai checklist penilaian KIE mahasiswa, yang dilakukan analaisis dengan uji t-test tidak berpasangan dan koefisien

Cohen kappa. Hasil uji t-test tidak berpasangan menunjukkan p>0,05 maka hasil penilaian telah baik. Hasil koefisien Cohen kappa >0,7 maka kesepakatan penilaian kedua observer adalah baik; apabila > 0,8 maka sangat baik. Apabila hasil penilaian Cohen kappa <0,7 maka kedua observer perlu pemahaman lebih lanjut sehingga diperlukan lagi pelatihan pasien simulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan hasil berupa pedoman pelatihan pasien simulasi, penilaian performa pasien simulasi, dan uji reliabilitas yang akan dijabarkan dibawah ini Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi

Pedoman pelatihan pasien simulasi berisi mengenai tujuan pelatihan, waktu pelaksanaan, jumlah personil yang mengikuti pelatihan, jalannya pelatihan, skenario kasus, dan instrumen evaluasi. Pelatihan pasien simulasi bertujuan agar pasien simulasi dapat menggambarkan kondisi umum sakit, komunikasi atau masalah yang terjadi dalam prakter sebenarnya (OHSU, 2005) dan memiliki performa yang baik sebagai pasien simulasi. Pelatihan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016, yang diikuti oleh beberapa personil yaitu lima pemeran pasien simulasi dan dua PSPA yang dibagi menjadi pelatih pasien simulasi sekaligus merangkap pemeran apoteker dan sebagai penilai performa pasien simulasi

Skenario Pasien Simulasi untuk Obat Kolesterol

(19)

6

mahasiswa mampu memberikan KIE layaknya apoteker yang profesional. Instrumen Evaluasi

Instrumen yang dibuat meliputi checklist penilaian pasien simulasi dan

checklist penilaian KIE obat kolesterol. Checklist penilaian dibuat berdasarkan studi literatur Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan dengan kasus obat kolesterol. Isi checklist pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah performa pasien simulasi dalam menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi non-farmakologi. Letak perbedaan checklist penilaian pasien simulasi pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat penilaian kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Pada checklist penilaian KIE yang dinilai antara lain berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat yang digunakan, dan verifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang telah disampaikan.

Performa Pasien Simulasi

Pemilihan dua pemeran pasien simulasi terbaik dilihat dari data kuantitatif dan kualitatif checklist penilain PS. Dilihat apakah performa PS mencapai 100% dari nilai total (poin penuh), mulai mencapai 100% dari pertemuan keberapa, stabil atau tidak, dan pada penilaian kualitatif mendekati real setting. Hasil penilaian performa pasien simulasi dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 1 Kasus Kolesterol

(20)

7

Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 2 Kasus Kolesterol

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat pasien simulasi yang mencapai nilai 100% dari nilai total yaitu 11 dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 adalah PS 1 dan 2. Berdasarkan gambar 2 diatas dapat dilihat pasien simulasi yang mencapai nilai 100% dari nilai total yaitu 13 dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 adalah PS 1,2,3, dan 5. Selain data kuantitatif di atas, terdapat juga data kualitatif sebagai data pendukung dalam menentukkan performa PS yang terbaik, berupa komentar dari peneliti dan observer. Dari data kuliatitaif pasien yang menunjukan mimik muka, cara berbicara dan sikap yang menyerupai real setting, stabil, dan mengalami peningkatan adalah PS 1 dan 2. Sedangkan PS 3,4,dan 5 mengalami peningkatan tetapi tidak sebaik PS 1 dan 2, terkadang volume suara kurang keras, artikulasi tidak jelas, dan terlihat grogi. Maka dapat dipilih pasien simulasi dengan performa terbaik pada skenario satu dan dua adalah PS 1 dan 2. Kedua pasien simulasi tersebut dinyatakan layak dan siap memerankan pasien pada skenario kasus kolesterol 1 dan 2.

Uji Reliabilitas

Penilaian KIE dilakukan oleh peneliti dan apoteker independen menggunakan

checklist penilaian KIE. Hasil dari penilaian tersebut akan diolah menggunakan uji t-test

tidak berpasangan dan uji Cohen Kappa. Uji t-test berguna untuk mengetahui sejauh mana perbedaan penilaian yang dilakukan antara 2 penilai, sedangkan uji Cohen Kappa sebagai uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesepakatan antara peneliti dan apoteker independen.

Perhitungan uji t-test tidak berpasangan dilakukan antara peneliti dan apoteker independen untuk menilai performa mahasiswa farmasi dalam melakukan KIE kasus obat kolesterol. Didapat hasil perhitungan t-test pada kasus kolesterol 1 yaitu p> 0,84 dan pada kasus kolesterol 2 yaitu p>0,78, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata nilai tidak bermakna antara penilai 1 dan penilai 2. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa nilai p>0,05 yang berarti bahwa penilai 1 dan penilai 2 telah mempunyai persepsi yang sama dalam menilai KIE mahasiswa farmasi dan pasien simulasi telah memberikan performa yang baik tanpa perlu pelatihan kembali.

(21)

8

mengkategorikan tingkat reliabilitas pada Uji Kappa menjadi 4 kategori, yaitu Kappa 0,21-0,40 : cukup (fair agreement), Kappa 0,41-0,60 : sedang (moderate agreement), Kappa 0,61-0,80 : kuat (substantial agreement), Kappa >0,81 : hampir sempurna (almost perfect agreement). Sedangkan menurut Zenk (2007) apabila nilai cohen kappa 0,60 sampai dengan 1,00 termasuk dalam gold standard nilai koefisien kappa dalam kategori besar dan hampir sempurna. Hasil perhitungan rata-rata tersebut menunjukan bahwa telah diperoleh kesepakatan yang baik diantara dua penilai pada penilaian performa KIE. Nilai kappa

tidak pernah nol atau bahkan mencapai negatif, karena jika hal itu terjadi berarti “no agreement” dan terdapat masalah yang serius di dalamnya (McHugh, 2012). Sehingga hasil yang didapat dalam penelitian menunjukan kesepakatan yang baik antara kedua penilai.

Terdapat banyak uji untuk menilai reliabilitas antar observer, tapi uji Cohen Kappa

merupakan yang paling sering digunakan dalam literatur medis (Viera, 2005). Uji cohen kappa dilakukan pada penelitian ini sebagai uji reliabilitas dikarenakan memiliki keunggulan dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang diharapkan, tidak terpengaruh jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel, nilai positif maksimal tidak dipengaruhi oleh jumlah subjek uji, dan tidak terbatas pada tabel yang dilakukan oleh dua penilai (Silcocks, 1983). Selain itu Cohen Kappa juga digunakan untuk menilai kesepakatan antara dua peneliti dan adanya proporsi untuk kesepakatan koreksi (Cohen, 1960).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien simulasi harus diseleksi dan dilatih satu per satu menggunakan skenario yang dibuat berdasarkan studi literatur dan dievaluasi performa dengan perekaman video untuk mendapatkan dua pasien simulasi dengan performa terbaik berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif dari checklist penilaian pasien simulasi.

(22)

9

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, 2009, PenerapanStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota Medan Tahun 2008, Skripsi Sarjana Pada Fakultas Farmasi USU Medan.

APTFI,2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Kurikulum Pendidikan Farmasi ,http://www.aptfi.or.id/dokumen/2016.

Clinical Assessment and Learning Center, 2007,School of Medicine, Oregon Health and Science University, Portland.

Cohen,J., 1960, Coefficient of agreement for nominal scales. Educational and Psychological Measurement, 20: 37–46.

Depkes RI,2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dipiro, J.T., dkk, 2011, Pharmacotherapy a Phatophysiologic Approach, edisi 8th, Mc Graw Hill, New York. 1834-1836.

Ikawati, Z., dan Rahmawati, F., 2008, Mata Kuliah Farmakoterapi Sistem Pencernaan dan Pernafasan, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Kemenkes RI, 2013, Pusdatin Kolesterol , Infodatin, (Kolesterol).

McHugh M.L., 2012, Interrater reliability: the kappa statistic, Croatian Society of Medical Biochemistry and Laboratory Medicine.

Michael J. N, 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp 109. PPIAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI), Ikatan Apoteker Indonesia. Sasanti, R.H., 2009, Presepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek di Tiga Kota

di Indonesia, Depkes RI, Jakarta.

Silcocks, 1983, Measuring repeatability and validity of histological diagnosis- a brief review with some practical examples, J Clin Pathol, 36, 1269-1275.

Tang W., et al, 2015, Kappa coefficient: a popular measure of rater agreement, Shanghai Municipal Bureau of Publishing.

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

15

(29)
(30)

17

(31)
(32)

19

(33)
(34)

21

(35)

22

Lampiran 13. Tabel Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi

Kasus Obat Kolesterol 1 Kasus Obat Kolesterol 2 Mahasiswa Penilai 1 Penilai 2 Koefisien

Kappa

Mahasiswa Penilai 1 Penilai 2 Koefisien Kappa

Rata-rata Nilai Kappa 0,872 Rata-rata Nilai Kappa 0,796

(36)

23

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 2 Kasus Kolesterol ............... 7
Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 1 Kasus Kolesterol
Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa PS Skenario 2 Kasus Kolesterol

Referensi

Dokumen terkait

ne puryai sitdr sepeni ircd (tidak bc.sksi), kua( hh rerhadap k&amp;u$kaD, ugat baik sbagai bmicr !c.had.p bcndr pada! can, dar 96, lahm teftadap suhu linsgi.

Recommendation in asset management as follows: regulation established by government should be equipped with effective and applicative agency policy; conduct

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana implementasi pembelajaran Ekonomi di SMA 1 Bae Kudus sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri; (2) kendala apa

sqouhie hllloir rc

Sebagai tahap awal dalam penyusunan SNI kertas permanen, dapat diprioritaskan kertas permanen untuk arsip bernilai guna tinggi dengan mengadopsi ISO 9706 tentang kertas permanen

Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian. yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh

Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan

Dengan melihat proses pengembangan modal sosial di dalam klaster cor logam Ceper mulai dari awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan dewasa serta penurunan dan transformasi ada