ANALISIS POLA PERTANGGUNGJAWABAN
(Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Yovita Dian Hardianti NIM : 132114040
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ANALISIS POLA PERTANGGUNGJAWABAN
(Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Yovita Dian Hardianti NIM : 132114040
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS POLA PERTANGGUNGJAWABAN
(Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY)
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yovita Dian Hardianti
NIM : 132114040
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah
saya yang berjudul:
ANALISIS POLA PERTANGGUNGJAWABAN
(Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY)
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
Yang menyatakan
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
****************************************************************** “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang
engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” – Yes 41: 10 –
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya”
- Pengkhotbah 3:1 –
“Bermimpilah. Maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu” - Andrea Hinata –
“Sebelum memulai sebuah perjalanan, anggaplah dirimu sebagai sebuah toples kosong. Lalu, dari setiap tempat yang kau kunjungi, ambilah apa pun yang bisa
kau ambil. Pergunakan semua indramu untuk mengisi toples itu” - Mahir Pradana –
"LAKUKAN YANG TERBAIK ATAS APA YANG MENJADI TUGASMU HARI INI, MAKA PRESTASI PASTI MENGIKUTIMU"
- Doni Avianto, GM Hotel Dafam Semarang, 2014 –
̌Ilmu jangan hanya obyek hafalan, ilmu untuk memahami dan menuntaskan persoalan̍
- Najwa Shihab -
******************************************************************
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih penulis pada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria atas berkat dan karunia penyertaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pola Pertanggungjawaban
Program (Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY). Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sanata Dharma.
Dalam proses menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Johannes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk belajar, berdinamika, dan mengembangkan diri baik dari sisi
akademik maupun non-akademik.
2. Antonius Diksa Kuntara, SE., MFA., QIA selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
dengan arahan dan masukan yang bermanfaat serta dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Para Dosen Program Studi Akuntansi, terima kasih atas bekal ilmu dan
viii
4. Karyawan Sekretariat Fakultas Ekonomi, terima kasih atas bantuan yang
penulis butuhkan selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada
penulis dalam melakukan penelitian dan pihak-pihak yang telah bersedia
untuk menjadi narasumber.
6. Bapak Fransiskus Sunar Haryadi dan Ibu Fransiska Sudi Astuti yang
memberikan semangat, doa, dan curahan kasih sayang yang tak
henti-hentinya kepada penulis.
7. Adikku Lidwina Diah Paramita yang selalu memberikan semangat dan
kesabaran pada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis : Dhita, Oren, Mbak Tira, dan Feli yang selalu
mendukung, saling memotivasi, dan bertukar cerita serta mendoakan
penulis.
9. Teman-teman kelas MPAT Pak Diksa (Saras, Agil, Anes, dkk) dan
teman-teman kelas AKT A 2013 yang selama proses perkuliahan dari awal
sampai akhir saling memberikan dukungan. Terima kasih atas
informasi-informasi yang sering kalian bagikan demi kelancaran proses skripsi serta
dukungan semangatnya selama proses penulisan skripsi.
10.Teman dari masa ke masa yang telah memberikan dukungan untuk yakin
dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak
demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iv
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI ... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
F. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II KAJIAN TEORI ... 6
A. Organisasi Sektor Publik ... 6
B. Akuntansi Sektor Publik... 8
C. Pelayanan Publik ... 9
D. Teori Pertanggungjawaban Publik ... 10
E. Pelaporan Keuangan Organisasi Sektor Publik ... 10
F. Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik ... 11
iv
H. Akuntabilitas Publik ... 17
I. Dimensi Akuntabilitas Publik ... 18
J. Akuntabilitas dalam Sektor Publik ... 20
K. Pola Pertanggungjawaban Sektor Publik ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25
D. Peran Peneliti ... 25
E. Metode dan Desain Penelitian ... 26
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 32
A. BKKBN Provinsi DIY ... 32
1. Latar Belakang BKKBN Provinsi DIY ... 33
2. Lokasi BKKBN Provinsi DIY... 33
3. Visi dan Misi BKKBN Provinsii DIY ... 33
4. Filosofi dan Strategi BKKBN Provinsi DIY ... 34
5. Tugas Pokok dan Fungsi ... 35
6. Kewenangan ... 35
7. Struktur Organisasi ... 36
B. Program Kampung Keluarga Berencana ... 41
1. Latar Belakang Kampung KB ... 41
2. Tujuan Kampung KB ... 43
3. Ruang Lingkup Kampung KB... 44
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Latar Belakang Kampung KB ... 46
B. Perencanaan Program Kampung KB ... 49
C. Pelaksanaan Program Kampung KB ... 54
D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program Kampung KB ... 58
xii
BAB VI PENUTUPAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan Penelitian ... 67
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan Sifat & Karakter Organisasi Sektor Publik dengan
Sektor Swasta ... 7
Tabel 1. Perbedaan Sifat & Karakter Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta (Lanjutan)... 8
Tabel 2. Desain Studi Penelitian Kualitatif… ... 27
Tabel 2. Desain Studi Penelitian Kualitatif (Lanjutan) ... 28
Tabel 3. Kerjasama Lintas Sektor ... 57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I. The Interpretive Reasearch Process ... 30
Gambar II. Struktur Perwakilan BKKBN DIY ... 40
Gambar III. Struktur Organisasi Kampung KB... 50
Gambar VI. Proses Inisiasi Terbentuknya Kampung KB ... 51
Gambar V. Model Penggarapan Kampung KB ... 56
xiv ABSTRAK
ANALISIS POLA PERTANGGUNGJAWABAN
(Studi Kasus Program Kampung Keluarga Berencana di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY)
Yovita Dian Hardianti NIM : 132114040 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertanggungjawaban pada program kampung KB di DIY yang melibatkan organisasi sektor publik mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban laporan. Program kampung KB sebagai wujud program yang berkaitan dengan mitra kerja di BKKBN DIY.
Jenis Penelitian ini adalah studi kasus. Metode dan desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif-eksploratif. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan metode deskriptif interpretatif.
Hasil analisis data menunjukkan pelaksanaan program kampung KB melibatkan beberapa intansi pemerintahan. Salah satu pola pertanggungjawaban pada program kampung KB di BKKBN provinsi DIY dengan melaporkan pelaksanaan kegiatan dari beberapa kampung KB sebagai laporan kinerjanya, sedangkan untuk laporan yang bersifat keuangan dilaporkan oleh masing-masing intansi pemerintah.
xv ABSTRACT
THE ANALYSIS OF ACCOUNTABILITY PATTERN
(Case Study of Family Planning Village Program in The National Population and Family Planning Board in Special Region of Yogyakarta)
Yovita Dian Hardianti NIM : 132114040 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2017
This research aims to find out the accountability pattern of family planning (Keluarga Berencana) village program in Special Region of Yogyakarta which involved the activities of public sector organization including the planning process, realization, and accountability report making. Family Planning Village Program as an implementation of program related to partners of BKKBN DIY.
This type of the research was case study. The method and design of this research was using qualitative-explorative method. The data was obtained by doing interviews and documentations. The data analysis techniques that had been used was descriptive interpretive method.
The result of this analysis shows that the realization of family planning village program involves several government institutes. One of the accountability pattern in family planning village program in BKKBN of Special Region of Yogyakarta is reporting the implementation of activities from some family planning villages as the performance report, while the financial report is reported by each of government institution.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu organisasi sektor publik yang berkaitan dengan kesejahteraan
dan pembangunan masyarakat di Indonesia adalah pemerintah, organisasi ini
sangat mudah untuk dikenali oleh masyarakat Indonesia khususnya pada
kinerja pemerintah dalam merealisasikan kebutuhan masyarakat di segala
bidang. Pemerintah harus bekerja keras untuk mewujudkan dari segala aspek
bidang pembangunan demi kesejahteraan masyarakatnya.
Organisasi pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik identik
berhubungan dengan kepentingan umum yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pembangunan masyarakat melalui suatu program. Menurut,
Mahsun (2006: 19), pemerintah merupakan organisasi sektor publik terbesar
yang bertanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
menjunjung tinggi keinginan rakyat, melaksanakan pembangunan
berkelanjutan, dan berkeadilan sosial, menjalankan aspek-aspek fungsional
dari pemerintahan secara efisien dan efektif.
Dalam rangka merealisasikan suatu program yang di kelola organisasi
pemerintah. Organisasi pemerintah dapat saling bekerjasama antara satu
organisasi pemerintah dengan yang lainnya untuk tujuan tertentu, sehingga
dapat menciptakan suatu program bersama. Kerja sama antar organisasi sektor
pemerintah Kanada, dan Australia yang melibatkan badan atau departmen lain
dalam merealisasikan program bersama (Ryan & Walsh, 2004).
Perubahan dalam mewujudkan suatu pelayanan kepada publik menjadi
suatu tantangan bagi selutuh pihak yang terlibat. Tantangan atas program yang
melibatkan beberapa pihak terkait seperti intansi pemerintahan mengakibatkan
tuntutan dalam melakukan pertanggungjawaban atau akuntabilitas secara
vertikal maupun horisontal.
Salah satu wujud dari program yang melibatkan sektor lain yaitu program
kampung KB, program ini dirintis pada masa Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan agenda prioritas pembangunan
(nawacita) periode 2015-2019. Selain itu, program kampung KB diharapkan
dapat meningkatkan keberhasilan akan kinerja program KKBPK
(Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) dan
meningkatkan keterpaduan lintas sektor dalam intervensi program
pembangunan (Pedoman Pelaksanaan Kampung KB, 2016). Program
Kampung KB sedang dikembangkan pada setiap wilayah di Indonesia
termasuk wilayah kab/ kota DIY.
BKKBN DIY merupakan salah satu organisasi pemerintah yang
menjunjung program keluarga berencana, selain itu BKKBN mulai terlibat
dalam program kependudukan. BKKBN sebagai pihak yang terlibat tidak
lantas bekerja sendiri dalam melaksanakan program kampung KB. Berbagai
organisasi pemerintahan di Yogyakarta terlibat di program kampung KB
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini: Bagaimana pola pertanggungjawaban progam kampung KB di
BKKBN DIY ?
C. Batasan Masalah
Pola pertanggungjawaban dapat dianalisis dari berbagai aspek antara lain
secara horizontal dan vertikal. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang
lingkup pada pola pertanggungjawaban tentang cara menyampaikan program
kampung KB secara horizontal.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui pola
pertangungjawaban yang melibatkan beberapa organisasi sektor publik dari
proses awal penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan pertangungjawaban
laporan dari program kampung KB.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat
dan berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan :
1. Bagi BKKBN DIY
Penelitian ini diharapan dapat digunakan sebagai sarana perbaikan untuk
instansi terkait khususnya pada program kampung KB serta dapat
digunakan untuk mengambil kebijakan yang lebih baik.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya tulis mahasiswa
di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang dapat digunakan untuk
sumber informasi dan referensi.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
referensi untuk penelitian dengan topik yang sama mengenai pola dari
pertanggungjawaban di organisasi sektor publik.
4. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk sarana
mengimplementasikan teori yang dipahami sehingga dapat diterapkan
pada kasus tertentu khususnya di organisasi sektor publik.
F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
5
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian sehingga teori dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengolahan data.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, subjek dan objek,
teknik pengumpulan data, dan teknik analis data.
Bab IV : Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai lembaga
pemerintahan yang digunakan sebagai objek penelitian.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi pembahasan analisis dari data penelitian yang
diperoleh untuk menjawab rumusan masalah, langkah-langkah
pengujian data penelitian, dan pembahasan hasil dari pengujian
dengan metode yang digunakan.
Bab VI : Penutup
Bab ini mencakup kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran
6 BAB II KAJIAN TEORI
A. Organisasi Sektor Publik
Menurut Mahsun (2006: 7), sektor publik sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum serta penyediaan barang atau jasa
kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang
diatur dengan hukum. Bidang kesehatan, pendidikan, keamanan, dan
transportasi adalah contoh sektor publik.
Organisasi sektor publik di Indonesia merupakan organisasi yang
menggunakan dana masyarakat (Bastian, 2006 : 3), seperti :
1. Organisasi Pemerintah Pusat
2. Organisasi Pemerintah Daerah
3. Organisasi Parpol dan LSM
4. Organisasi Yayasan
5. Organisasi Pendidikan dan Kesehatan: puskesmas, rumah sakit, dan
sekolah
6. Organisasi tempat Peribadatan: masjid, gereja, vihara, kuil
Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik adalah untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan
sebuah konsep yang sangat multikompleks. Kesejahteraan masyarakat tidak
hanya berupa kesejahteraan fisik yang bersifat material saja, namun
7
Organisasi sektor publik tidak bisa lepas dari peran pemerintah dan bahkan
umumnya organisasi yang menghasilkan pure public goods adalah pemerintah
maka organisasi sektor publik sangat identik dengan pemerintah. Walaupun
sebenarnya area organisasi sektor publik lebih luas dari sekedar pemerintahan
(Mahsun, 2011: 14).
Menurut Mahsun (2011: 14), dasar yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam membedakan mana organisasi sektor publik dan mana yang
perusahaan swasta dapat dilihat dari output yang dihasilkan sedangkan
Mardiasmo (2002) membedakan beberapa sifat dan karakterisitik organisasi
sektor publik dengan swasta sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan
sektor swasta
No Aspek Perbedaan Sektor Publik Sektor Swata
1 Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive
2 Sumber Pendanaan Pajak, retribusi, utang, oblogasi, laba BUMN/ kepada masyarakat dan parlemen (DPR/DPRD)
Pertanggungjawaban kepada pemegang saham dan kreditur.
Tabel 1. Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan
sektor swasta (Lanjutan)
No Aspek Perbedaan Sektor Publik Sektor Swata
4 Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan hirarkis
Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
6 Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting
7 Kinerja keberhasilan Ekonomi, efisien, efektivitas
Laba
8 Kecenderungan sifat Organisasi politis Organisasi bisnis
9 Dasar operasional Diluar mekanisme pasar Berdasarkan mekanisme pasar
Sumber : Mardiasmo, 2002
B. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan
ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan (Halim, 2012: 3). Menurut
Mardiasmo (2009: 159), tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik
adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal
organsasi maupun kebutuhan pihak eksternal, sedangkan Renyowijoyo (2008:
9
oleh lembaga-lembaga publik sebagai salah satu alat pertanggung-jawaban
kepada publik. Menurut Bastian (2010:4), akuntansi sektor publik dapat
didefinisikan sebagai :
...Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta swasta.
C. Pelayanan Publik
Menurut Mahmudi (2010: 223), pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan
pelaksanaan ketentutan peraturan perundangan-perundangan. Dalam hal ini,
yang dimaksud penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah,
yang meliputi :
1. Satuan kerja/ satuan organisasi Kementerian;
2. Departemen;
3. Lembaga Pemerintah Non Departemen;
4. Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, misalnya
sekretariat dewan (Setwan), sekretariat negara (Setneg), dan sebagainya;
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
6. Badan Hukum Milik Negara (BHMN);
7. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
8. Instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun daerah termasuk
D. Teori Pertanggungjawaban Publik
Menurut Bastian (2010: 385), pengertian dari pertanggungjawaban dalam
organisasi sektor publik:
“Pertanggungjawaban adalah pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) serta masyarakat. Pada organisasi pemerintah misalnya, akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan pihak pelaksanan (eksekutif) kepada perwakilan rakyat (legislative) serta masyarakat umum.”
E. Pelaporan Keuangan Organisasi Sektor Publik
Menurut Mahsun et al (2007: 56) pelaporan keuangan dinyatakan sebegai
berikut:
“Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relavan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.”
Laporan keuangan sektor publik bertujuan untuk memberikan informasi
yang relevan kepada pengguna mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
pada suatu entitas, sehingga dapat digunakan untuk membuat serta
mengevaluasi keputusan tentang pencapaian tujuan entitas dengan
menggunakan alokasi sumber daya. Beberapa cara dalam laporan keuangan
dapat menunjukkan akuntabilitas sebagai berikut (Bastian, 2010: 297) :
a. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya
11
b. Laporan keuangan memberikan informasi tentang asal dari sumber
dana atas aktivitas entitas.
c. Laporan keuangan memberikan informasi untuk evaluasi entitas
dalam menyediakan dana untuk memenuhi biaya-biaya aktivitas
entitas.
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memegang peranan
penting dalam rangka menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin
besarnya tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik
memperbesar kebutuhan akan transparansi informasi keuangan sektor publik.
Informasi ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Akuntansi sektor publik memiliki peran penting dalam menyiapkan
laporan keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik (Nordiawan, 2006:
131).
F. Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik
Menurut Bastian (2006: 303), pengertian pelaporan kinerja:
“Pelaporan Kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini wujud dari proses akuntabilitas. Entitas yang mempunyai kewajiban membuat Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor Publik dapat diidentifikasi sebagai berikut : pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga masyarakat dan anggota DPR (users) bisa menerima informasi yang lengkap dan tajam tentang kinerja program pemerintah serta unitnya.”
Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pelaporan kinerja sektor
dari sistem informasi akuntansi harus dilengkapi dengan informasi mengenai
kinerja nonkeuangan. Aspek kinerja nonkeuangan dalam organisasi sektor
publik sangat penting karena organisasi sektor publik menghasilkan output
yang sifatnya tidak berwujud, seperti pelayanan publik yang sangat sulit
diukur kinerjanya dari aspek finansial. Pelaporan kinerja tersebut digunakan
sebagai dasar melakukan penilaian kinerja (Mahmudi, 2010 : 73). Entitas yang
mempunyai kewajiban membuat pelaporan kinerja organisasi sektor publik
dapat diidentifikasi sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit
kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis (Bastian, 2006: 303).
Laporan kinerja pada unit kinerja organisasi sektor publik yang berkualitas
memiliki karakteristik dapat menghubungkan penjelasan tentang tujuan dan
sasaran dengan hasil yang diperoleh, sehingga menyajikan perbandingan
antara realisasi dan rencana atas program dengan pelaksanaan program secara
rinci. Penyajian hubungan dan realisasi dan rencana kegiatan/ program
organsasi sektor publik sangat penting, karena (Bastian, 2006: 304):
a. Menciptakan aspek akuntabilitas dari pelaporan kinerja, yakni
memaparkan apa yang telah dicapai dibandingkan dengan yang
direncanakan dan menjelaskan jika terjadi deviasi antara keduanya;
b. Memberikan dorongan kepada manajemen sektor publik untuk lebih fokus
pada usaha merealisasikan tujuan;
c. Mengkomunkasikan pelaksanaan program secara jelas, terintergrasi, dan
13
Pelaporan kinerja merupakan alat akuntabilitas karena sebagai sarana
komunikasi kepada publik atas penyelesaian dari aktivitas unit organisasi serta
perbandingan atas kinerja unit organisasi yang sejenis sehingga dapat
mengetahui kepuasan para pengguna layanan publik yang di berikan oleh unit
kerja organisasi.
Diseminasi merupakan proses pemberian informasi kepada umum, dilihat
dari aspek laporan kinerja diharapkan dapat memberikan informasi secara
jelas kepada pihak-pihak tertentu diluar dari program. Pihak-pihak yang
menggunakan laporan kinerja dapat menyimpulkan dengan menganalisis
laporan tersebut, hasil akhirnya kreadibilitas dari organisasi (Bastian, 2006:
312).
Dalam pemberian informasi kepada umum untuk memenuhi akuntabilitas
publik, pemerintah diharapkan dapat melaporkan kinerja secara detail,
sehingga pemilahan informasi yang bersifat relevan harus dilakukan. Kriteria
kualitas informasi pelaporan yang dipercaya dan hanya menyajikan hal-hal
penting dapat dipilah menjadi tiga hal yang perlu diperhatikan (Bastian, 2006:
312), yaitu:
a. Mengetahui yang dianggap penting oleh user
Pelaporan kinerja yang baik dicerminkan dengan pemahaman
pemakaian tentang: (1) hal-hal yang penting diketahui; (2) apa yang dapat
dilakukan dengan laporan kinerja tersebut; (3) bagaimana menggunakan
laporan tersebut. Dalam hal ini, perubahan kebutuhan dan peminatan
publik adalah laporan yang dapat dipercaya, dapat dipahami, dan dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para pemakainya.
Komunikasi dua arah antara penyusun dan pemakai laporan sangatlah
penting. Tanggung jawab penyusun laporan bukan hanya apa yang
disajikan kepada publik, tetapi juga membantu pemakai untuk memahami
informasi dan menggunakannya secara efektif. Jadi laporan yang
berkualitas dapat diinterprestasikan sebagai laporan yang komunikatif.
b. Memuat informasi tentang tujuan utama pelaporan kinerja dan
komitmen-komitmennya pada pencapaian hasil. Fokus pelaporan kinerja merupakan
tanda kualitas laporan yang terkait dengan tujuan pokok dan
komitmen-komitmennya pada pencapaian hasil.
c. Memuat informasi yang dinilai penting oleh organisasi sektor publik dari
aspek kinerja.
Kualitas pelaporan kinerja dapat ditandai dengan kesimpulan tentang
kegagalan atau kesuksesan organisasi tersebut dalam melakukan pelayanan
publik.
G. Indikator Kinerja
Menurut Sebastian (2006: 267), indikator kinerja merupakan ukuran
kuantatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memmperhitungkan
indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
15
a. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi,
kebijaksanaan/ peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
b. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/ nonfisik.
c. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
d. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negative terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yang telah ditetapkan.
Adapun syarat-syarat dari indikator kinerja, sebagai berikut:
a. Spesifik, jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi
b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.
c. Relevan; indikator kinerja harus menangani aspek objektif yang relavan
d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan
keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak
e. Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan/ penyesuaian
f. Efektif, data/ informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya
yang tersedia
Meningat bidang kehidupan atau sektor/ program pembangunan sangat
beragam, indikator kinerja dan cara penerapannya untuk bidang fisik
(misalnya, pembangunan prasarana dan sarana fisik) maupun bidang nonfisik
(misalnya, penyuluhan dan perubahan sikap masyarakat) tidak selalu sama.
Kinerja atas pelayanan yang diberikan secara gratis dapat dinilai dengan
menggunakan ukuran finansial (financial) dan non-keuangan (non-financial)
serta penilaian secara kualitatif (qualitative judgments). Unsur-unsur yang
berbeda-beda dalam pengukuran kinerja, berikut ini merupakan beberapa hal
yang berguna dalam kinerja (Jones et al, 2010: 21) :
a. Input, menjadi sumber daya yang digunakan oleh pemerintah,
diukur teutama menggunakan biaya tetapi juga ukuran kinerja
(non-financial) seperti jumlah karyawan
b. Outputs, layanan yang diberikan diukur terutama dengan
non-keuangan (non-financial).
c. Outcomes, juga layanan yang diberikan, terutama menggunakan
penilaian kualitatif, meskipun penilaian dari outcomes secara
sistematis dikumpulkan dari penerima layanan. Biasanya
berdasarkan pada wawancara atau kuesioner, mereka dapat diukur
17
H. Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas (Accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari
pada stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas
secara ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan,
sedangkan accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh seseorang
steward kepada pemberi tanggung jawab (Maridasmo, 2009: 21).
Akuntabilitas publik merupakan suatu kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam (Renyowijoyo, 2008: 21), yaitu :
1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)
Pihak pemegang amanah (agent) memberikan pertanggungjawaban
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit
kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas horizontal (Horizontal Accountability)
Pihak pemegang amanah (agent) memberikan pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas, sedangkan menurut Chrstine Ryan Peter Walsh
(2004) akuntabilitas horizontal tidak hanya memberikan
pertannggungjawaban kepada masyarakat luas namun dapat sebagai
pemerintah lain atau organisasi non-profit yang saling bekerja sama
dalam menyelenggarakan program bersama.
Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah
pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial
pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan
tersebut. Pemerintah baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek
pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo,
2009: 21).
I. Dimensi Akuntabilitas Publik
Empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik (Ellwood, 1993; Mardiasmo, 2002), yaitu :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for
probity and legality) berhubungan dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal
accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana
publik.
2. Akuntabilitas proses (process accountability) terkait dengan apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses
19
respronsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap
akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada
tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan,
serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan
pemeriksaan terhadap tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik.
Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah
proses tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive
Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).
3. Akuntabilitas Program (program accountability) terkait dengan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan
apakah telah mempertimbangkan alternative program yang memberikan
hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/ DPRD dan
masyarakat luas.
J. Akuntabilitas dalam Sektor Publik
Akuntabilitas sektor publik lebih kompleks daripada di sektor swasta
2004). Ketika pemerintah pusat maupun daerah menyelanggarakan
“Joined-up” yaitu pemerintah bekerja sama antar departemen lain, misalnya
pemerintah daerah atau organisasi nonprofit (Prime Minister and the Minister
for the Cabinet Office, 1999; Ryan dan Walsh, 2004). Hal tersebut
mewujudkan akuntabilitas horizontal sehingga menjadi tantangan bagi
pemerintah, bagaimana melaporkan program sesuai kerangka pelaporan yang
ada.
Akuntabilitas dengan model tradisional berdasarkan “hierarchical model”
dengan top-down atau bottom-up yang berfokus dengan pengendalian dalam
bentuk keuangan, sehingga sistem manajemen keuangan pemerintah
cenderung berfokus pada pengeluaran anggaran dengan begitu dilakukan
pengendalian anggaran diperketat (Ryan, 1993; Glynn and Murphy, 1996;
O’Faircheallaigh et al, 1999; Ryan & Walsh, 2004). Namun dengan
pengenalan tentang pendekatan “New Public Management”, saat ini setiap
lembaga pemerintahan diwajibkan untuk menjelaskan output mereka dan
menghubungkan output terssebut dengan pelaksanaan dari kebijakan
pemerintah.
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan dari reformasi sektor publik.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik
untuk menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical
21
laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga
sektor publik (Mardiasmo, 2009: 21).
Melaporkan hasil kinerja secara horizontal merupakan suatu tantangan
dalam mengungkapkan tata kelola yang efektif sesuai dengan kerangka kerja
sehingga dapat melampaui silo tradisional vertikal dari pemerintahan (Ryan &
Walsh 2004). Kerangka kerja dalam pengaturan kolaborasi seperti departemen
yang ditunjuk untuk memimpin pengelolaan program secara horizontal.
Pemimpin berperan penting untuk memastikan bahwa kegiatan dari program
dikelola dengan cara yang memenuhi tujuan mitra dan kewajiban.
Pemimpin harus melaksanakan tanggung jawabnya dalam memastikan
informasi kepada mitra, pengawasan kinerja, serta mitra memenuhi
komitmennya. Program bersama mengandalkan harapan yang jelas dan
masing-masing mitra mengetahui secara konkret apa yang diharapkan dari
mereka. Hal tersebut awalnya memerlukan perjanjian kerangka kerja dan
pelaporan yang dapat dipercaya. Pelaporan yang dapat dipercaya tergantung
pada pengumpulan serta berbagi data yang dapat dipercaya serta data yang
sesuai (The Auditor General of Canada, 2000; Ryan & Walsh, 2004).
Konsep “Jaringan Birokrasi” atau “Jaringan Pemerintahan” sebagai cara
untuk memastikan penggabungan yang tepat dan koordinasi dari kegiatan
bersama (Barrett, 2001a; Ryan & Walsh, 2004). Tata kelola dari kerangka
kerja yang lebih formal diperlukan dibandingkan dengan model birokrasi
tradisional, koordinasi dapat melalui pembentukan tugas antar instansi atau
lembaga pusat, hal tersebut mengakibatkan persoalan (Barret, 2001b; Ryan &
Walsh 2004).
K. Pola Pertanggungjawaban Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2002:8), Pola pertanggungjawaban sektor publik
kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/ DPRD). Pemerintah tidak
hanya bertanggungjawab kepada otoritas yang lebih tinggi namun juga
bertanggungjawab kepada masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat,
media masa, dan stakeholders lain sehingga selain dari penggunaan kebijakan
secara administratif yang sehat dan legal maka perlu meningkatkan
kepercayaan masyarakat atas bentuk akuntabilitas formal yang ditetapkan
dengan begitu masyarakat dapat menilai kinerja, responsivitas, dan moralitas
dari para pengemban amanah publik (Mahsun, 2006: 84).
Menurut Mahsun (2006: 100), akuntabilitas menunjukkan hubungan
antara otoritas dan pengendalian melalui pertanggungjawaban yang berupa
pelaporan ataupun catatan (account), tidak selalu terdapat hubungan langsung
antara bawahan dengan atasan namun dapat melalui badan perantara atau
perwakilan dari pihak yang berkaitan untuk menerima pertanggungjawaban.
Tiga kategori yang menunjukkan arah atau saluran akuntablitas antara lain:
1. Kepada masyarakat secara langsung;
2. Kepada agen-agen (perwakilan) publik, seperti auditor, ombudsman,
dan parlemen;
23
Pola pertanggungjawaban dapat bersifat vertikal dan horizontal.
Pertanggungjawaban secara vertikal (vertical accountability) lebih
menekankan pada pertanggungjawaban kepada tingkat yang lebih tinggi,
sedangkan pertanggungjawaban secara horizontal (horizontal accountability)
menekankan pada masyarakat luas.
Menurut Ryan et al (2004), pertanggungjawaban secara horizontal
(horizontal accountability) tidak hanya memberikan pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas namun dapat sebagai pertanggungjawaban antar
departemen pemerintah dengan departemen pemerintah lain atau organisasi
non-profit yang saling bekerja sama dalam menyelenggarakan program
bersama. Berikut ini merupakan pola pertanggungjawaban tentang cara
pemerintah menyampaikan program bersamanya secara horizontal (Wilkins,
2002; Ryan & Walsh, 2004) :
1. Setiap departemen pemerintahan terlibat untuk menjelaskan bagiannya
sendiri atas program yang dilaksanakan bersama. Namun pelaporan akan
menjadi seperti “siloed” (Kecenderungan suatu departemen untuk
tertutup dan tidak bersedia berbagi informasi kepada departemen lain),
terbagi-bagi, dan sulit untuk mendapatkan informasi yang berarti dari
dampak keseluruhan program.
2. Ada dinas/ departemen yang ditunjuk untuk memimpin program lalu
harus bertanggungjawab untuk melaporkan program yang dilaksanakan.
kemungkinan bahwa peran dari lembaga-lembaga mitra akan
dikesampingkan.
3. Ada seorang pejabat tertentu berpartisipasi dalam mengambil peran
untuk mengkoordinir kegiatan dan mempetanggungjawabkannya, tetapi
pilihan ini dapat menyebabkan ketidakberpihakan. Pejabat yang
bersangkutan bertanggung jawab atas segala pelaksanan yang ada
meskipun bukan merupakan tanggung jawabnya.
4. Para pemimpin departemen/ dinas harus bertanggungjawab secara
bersama-sama, hal ini mungkin dapat mencapai pelaporan yang
terintergrasi, tetapi tidak ada dasar yang jelas dalam sistem Westminster
dalam melaksanakan akuntabilitas kementerian.
5. Departemen keuangan/ Bendahara yang akan melaporkan
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah
uraian dan penjelasan komperhensif mengenai berbagai aspek seseorang
individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau
suatu situasi sosial (Mulyana, 2010: 201).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Penelitian dilakukan pada Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta di Jl.
Kenari No.58 Muja Muju, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2) Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017-Maret 2017.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1) Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pihak
pada bagian yang berkaitan dengan program kampung KB mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atau
pertanggungjawaban di BKKBN DIY khususnya pada bagian
2) Objek Penelitian
Dalam rangka penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
BKKBN DIY.
D. Peran Peneliti
Peneliti bukan bagian dari BKKBN DIY. Oleh karena itu, beberapa pokok
dasar yang dilakukan :
1. Peneliti menganalisis informan sebagai data primer sesuai dengan topik
dan meminta kesediaan informan untuk diwawancara.
2. Peneliti melengkapi dokumen yang dibutuhkan serta berguna untuk
melengkapi hasil dari pihak yang telah diwawancarai.
3. Peneliti melakukan pemisahan informasi antara transkip wawancara yang
berupa data dengan bukan data.
E. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
kualitatif-eksploratif. Menurut Meoleong (2007: 6), penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian. Sedangkan Sumarni et al (2008: 49)
menjelaskan penelitian eksploratif merupakan penelitian awal dan terutama
digunakan untuk memperjelas permasalahan yang akan dipecahkan, serta
bersifat menjelajah sehingga mengembangkan konsep dengan lebih jelas.
Berikut ini merupakan desain studi penelitian kualitatif yang digunakan
27
Tabel 2. Desain studi penelitian kualitatif
Research Question Sumber data dan
Tabel 2. Desain studi penelitian kualitatif (Lanjutan)
Sumber: Efferin,2002
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
pihak yang diwawancarai yang pada dasarnya pihak tersebut sebagai
subjek penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara yang merupakan data
primer, berhubungan beberapa pihak yang berkaitan dengan salah satu
29
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan data berupa catatan–catatan, serta sebagai pelengkap
dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif, lalu
hasil dari dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai validitas
informasi dari informan.
Peneliti dapat menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data
sekunder serta dapat menjadi bukti pelengkap dari hasil wawancara
yang telah dilakukan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif interpretatif.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas (Sugiyono, 2005: 21). Russel (1996) menjelaskan bahwa metode
interpretatif sebagai proses penelitian yang dilakukan secara berulang dengan
melibatkan analisis dan refleksi melalui tahapan eksplorasi pada fokus
masalah awal. Peneliti secara bertahap akan menemukan masalah dan
pertanyaan yang terpusat pada informan serta mengembangkan perspektif
teoritis yang muncul. Sehingga melalui refleksi dan analisis data, peneliti pada
akhirnya mengembangkan pemahaman teoritis dari masalah yang sedang
Gambar I. The Interpretive Reasearch Process
(Sumber: Rahman and Goddard, 1998: 186)
Langkah-langkah yang digunakan untuk menjawab permasalahan
”Bagaimana pola pertanggungjawaban program kampung KB di BKKBN
DIY?” antara lain:
1. Peneliti mencari inti masalah tentang topik penelitian dengan cara
melakukan perkenalan dan wawancara menggunakan unstructured
interview hingga semi-structured interview sehingga peneliti memperoleh
gambaran.
2. Peneliti selanjutnya menyeleksi hasil wawancara dan mencari titik kata
kunci yang dapat digunakan untuk interpretasikan menjadi suatu data.
3. Peneliti memperdalam titik temu hasil dari perolehan wawancara
sebelumnya dan mencari informasi yang lebih kompleks sehingga peneliti
31
belum diketahui secara mendetail dengan menggunakan semi-structured
interview.
4. Selanjutnya tahap proses pengolahan, jika hasil data dari wawancara telah
mencukupi dari keadaan yang sebenarnya. Pada tahap ini, peneliti
memeriksa jawaban narasumber dan dokumen pendukung, setelah itu
membuat transkripsi dari hasil perolehan melalui wawancara yang telah
dilakukan.
5. Peneliti mengklasifikasikan jawaban dan data sesuai dengan bagiannya
yaitu proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan serta
pertanggungjawaban program.
6. Langkah selanjutnya yaitu tahap penafsiran yang dituangkan ke bentuk
32 BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY 1. Latar Belakang BKKBN Provinsi DIY
Pada Pelita I sekitar tahun 1969-1974 dibentuk Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), salah satunya BKKBN
Provinsi DIY sebagai perwakilan dari pusat untuk wilayah DIY sesuai
dengan ketetapan pemerintah. Selain dari DIY pembentukan dari BKKBN
meliputi beberapa provinsi di Pulau Jawa dan Bali, daerah tersebut
merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar sehingga
menjadi pelopor dari program BKKBN, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, DKI Jakarta, serta Bali.
Pembentukan BKKBN berdasarkan dari Keputusan Presiden No . 8
Tahun 1970 yang memiliki tugas untuk mengkoordinasikan, perencanaan,
pengawasan, dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana serta
bertanggungjawab kepada presiden.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan
suatu Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada
dibawah Presiden sehingga secara langsung bertanggung jawab kepada
Presiden, atas kesanggupan dari pemerintah untuk membantu dalam
melaksanakan program KB hingga seluruh lapisan masyarakat. BKKBN
mulai mengelola dibidang kependudukan yang saling mendukung dengan
33
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor
82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan
Kepala BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja
Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana.
BKKBN mulai menerapkan strategi dengan meningkatkan kerjasama
lintas sektor dan antar instansi untuk mengefisienkan dalam rangka
pelaksanaan program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, serta evaluasi.
2. Lokasi BKKBN Provinsi DIY
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi DIY terletak di Jalan Kenari No. 58 Muja Muju, Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55165, Telp (0274)
549225.
3. Visi dan Misi BKKBN Provinsi DIY a. Visi
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
34 b. Misi
a. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
b. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi.
c. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
d. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
e. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.
4. Filosofi dan Strategi BKKBN Provinsi DIY 1. Filosofi
“Menggerakkan Peran Serta Masyarakat Dalam Keluarga Berencana”
2. Grand Strategi
a. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam
program KB
b. Menata kembali pengelolaan program KB
c. Memperkuat SDM operasional program KB
d. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui
35
5. Tugas Pokok dan Fungsi 1.Tugas
Melaksanakan tugas pemerintah dibidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta perumusan kebijakan teknis pemberdayaan
masyarkat, perempuan dan keluarga berencana.
2.Fungsi
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
BKKBN.
c. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah,
swasra, LSOM, dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera.
d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan.
6. Kewenangan
a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro.
c. Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penrunan
angka kematian ibu, bayi, dan anak.
36
e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Struktur Organisasi
Struktur organisasi BKKBN Provinsi DIY memiliki tugas pokok
sebagai berikut:
a. Kepala
Kepala BKKBN Provinsi sebagai perwakilan di provinsi memiliki
tugas pokok untuk memimpin perwakilan BKKBN Provinsi dalam
menjalankan tugas melaksanakan sebagian tugas BKKBN di provinsi.
b. Sekretariat
Sub bagian Perencanaan memiliki tugas pokok untuk melakukan
koordinasi, penyusunan rencana program dan anggaran di lingkungan
Perwakilan BKKBN Provinsi.
1) Subbag. Perencanaan
Sub bagian Perencanaan memiliki tugas pokok untuk
melakukan koordinasi, penyusunan rencana program dan
anggaran di lingkungan Perwakilan BKKBN Provinsi.
2) Subbag. Umum & Humas
Sub bagian Umum & Humas memiliki tugas pokok untuk
37
ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi, dan
hubungan masyarakat.
3) Subbag. Keuangan & BMN
Sub bagian Keuangan & Badan Milik Negara (BMN)
memiliki tugas pokok untuk melakukan administrasi keuangan,
pengelolaan barang milik/ kekayaan negara dan sarana program.
4) Subbag. Kepegawaian & Hukum
Sub bagian Kepegawaian & Hukum memiliki tugas pokok
untuk melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian,
administrasi jabatan fungsional, pemberian pertimbangan dan
bantuan hukum, serta pengelolaan tatalaksana.
5) Subbag. Administrasi Pengawasan
Sub bagian Administrasi Pengawasan memiliki tugas pokok
untuk melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan
rencana dan program kerja pengawasan, inventarisasi hasil
pengawasan, tindak lanjut hasil pengawasan, dan penyusunan
laporan hasil evaluasi pengawasan.
c. Bidang Pengendalian Penduduk
Bidang Pengendalian Penduduk memiliki tugas pokok untuk
melaksanakan penyiapan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk.
38
2) Subbid. Kerjasama Pendidikan Kependudukan
3) Subbid. Analisis Dampak Kependudukan
d. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi memiliki
tugas pokok untuk melaksanakan penyiapan pembinaan,
pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma,
standar, prosedur dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
1) Subbid. Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah & Swasta
2) Subbid. Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah & Sasaran Khusus
3) Subbid. Kesehatan Reproduksi
e. Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga memiliki
tugas pokok untuk melaksanakan penyiapan pembinaan,
pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang
keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.
1) Subbid. Bina Keluarga Balita, Anak & Ketahanan Keluarga
Lansia
2) Subbid. Bina Ketahanan Remaja
3) Subbid. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
39
Bidang ini memiliki tugas pokok untuk melaksanakan penyiapan
pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan
teknis, norma, standar, prosedur, dan criteria (NSPK), serta
pemantauan dan evaluasi di bidang advokasi, penggerakan, dan
informasi.
1) Subbid. Advokasi dan KIE
2) Subbid. Hubungan antar Lembaga & Bina Lini Lapangan
3) Subbid. Data dan Informasi
g. Bidang Pelatihan dan Pengembangan
Bidang Pelatihan dan Pengembangan memiliki tugas pokok untuk
melaksanakan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
1) Subbid. Tata Operasional
2) Subbid. Program dan Kerjasama
3) Subbid. Penyelenggaraan & Evaluasi
h. Kelompok Jabatan Fungsional
1) Widyaiswara
2) Peneliti
3) Auditor
4) Auditor Kepegawaian
40
41
B. Program Kampung Keluarga Berencana 1. Latar Belakang Kampung KB
Berdasarkan Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Pembangunan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar dalam
pelaksanaan Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga
(KKBK), serta cakupan BKKBN tidak hanya mengelola masalah Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera tetapi juga masalah penegendalian
penduduk.
BKKBN mendapatkan amanah dari Bapak Ir. Joko Widodo selaku
Presiden Republik Indonesia sebagai langkah dalam rangka penguatan
Program KKBPK 2015-2019, BKKBN dapat menyusun program dan
kegiatan yang mendukung pencapaian target dan sasaran Pembangunan
Bidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga yang terintergrasi dengan sektor pembangunan lainnya. Dalam
rangka pelaksanaan program dan kegiatan dengan sektor-sektor lainnya
dapat dilakukan secara bersama-sama, sehingga memberikan dampak
yang berguna bagi masyarakat Indonesia di seluruh tingkatan wilayah
melalui kampung KB.
Kampung KB merupakan salah satu inovasi strategis dari penguatan
Program KKBPK untuk periode 2015-2019 dan bentuk dari
pengimplementasian kegiatan-kegiatan prioritas Program KKBPK secara
Kampung KB merupakan salah satu bentuk/ model miniature
pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang melibatkan seluruh
bidang di lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan kementrian/lembaga,
mitra kerja, stakeholders intansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi wilayah, serta dilaksanakan pada tingkatan pemerintahan terendah
di seluruh kabupaten dan kota. Selain dari program terpadu lintas sektor,
kampung KB merupakan program startegis dalam upaya percepatan
agenda Program Pembangunan, khususnya Nawacita ke 3 yaitu
membangun Indonesia dari pinggiran.
Berdasarkan kamus istilah kependudukan dan KB yang diterbitkan
oleh Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi tahun 2011,
kampung KB adalah salah satu upaya penguatan program KKBPK yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan total program KB, sebagai upaya mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
Pada tanggal 11 Januari 2016 melalui Surat edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 440/70/SJ tentang Pencanangan dan Pembentukan
Kampung KB, mulai tahun 2016 telah dicanangkan dan dibentuk
Kampung KB dibeberapa Kabupaten dan Kota.
Pada tanggal 2 Februari 2016, Gubernur DIY mencanangkan 5
Kampung KB di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu di Dusun
43
Wonolagi Kabupaten Gunungkidul, Dusun Malangrejo Kabupaten Sleman,
dan RW. 12 Gondomanan Yogyakarta. Setiap wilayah yang dicanangkan
sesuai dengan kriteria wilayah kampung KB.
2. Tujuan Kampung KB a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau
yang setara melalui program kependudukan, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga
non pemerintah, dan swasta dalam memfasilitasi,
pendampingan dan pembinaan masyarakat untuk
menyelenggarakan program kependudukan, keluarga
berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor
terkait
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependudukan
3) Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern
4) Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina
Keluarga Lansia (BKL), dan Pustat Informasi dan Konseling
(PIK) Remaja
5) Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok
UPPKS
6) Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
7) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
8) Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah
9) Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampung
10)Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan
bersih
11)Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam
kegiatan keagamaan (pesantren, kelompok ibadah/kelompok
doa/ceramah keagamaan) di kelompok PIK KRR/remaja
12)Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air para
remaja/mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya (festival seni
dan budaya, dan lain-lain) di kelompok PIK KRR/mahasiswa
dan seterusnya.
3. Ruang Lingkup Kegiatan Kampung KB
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan di Kampung KB meliputi:
1) Kependudukan
2) Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi
3) Ketahanan keluarga dan pemberdayaan keluarga
45
4) Kegiatan Lintas Sektor (Bidang pemukiman, Sosial Ekonomi,
Kesehatan, Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, dan sebagainya dengan disesuaikan dengan