ABSTRAK
EVALUASI IMPLEMENTASI ANGGARAN PENDIDIKAN PADA
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(
Studi Kasus di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman)Rosalia Jiwa Yurista 102114009
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2015
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi implementasi anggaran dan realisasi pendidikan pada tahun anggaran 2009-2014 sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008 yang teralokasi minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Sleman.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus.Teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi data dan wawancara.Teknik analisis data dilakukan, yaitu: (1) peneliti menjumlahkan belanja langsung dan tidak langsung pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan belanja tidak langsung pada SKPKD, (2) peneliti menghitung rasio anggaran pendidikan sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 903/2706/SJ, (3) membagi total anggaran pendidikan dengan total belanja daerah. Rasio dari realisasi anggaran pendidikan dihitung dengan cara membagi antara realisasi anggaran pendidikan dengan realisasi total anggaran belanja daerah.
Penelitian ini memperoleh kesimpulan, (1) Hasil perhitungan rasio implementasi anggaran pendidikan tahun anggaran 2009sebesar 34,48%, tahun anggaran 2010 sebesar 49,95%, tahun anggaran 2011 sebesar 62%, tahun anggaran 2012 sebesar 62,15%, tahun anggaran 2013 sebesar 56,12% dan tahun anggaran 2014 sebesar 41,67%. Ini berarti pada tahun anggaran 2009-2014 anggaran pendidikan telah dialokasikan lebih dari 20% dari total anggaran belanja daerah.(2) Hasil perhitungan rasio implementasi realisasi anggaran pendidikan tahun anggaran 2009 sebesar 40,97%, tahun anggaran 2010 sebesar 41,07%, tahun anggaran 2011 sebesar 56,53%, tahun anggaran 2012 sebesar 61,24%, tahun anggaran 2013 sebesar 56,93% dan tahun anggaran 2014 sebesar 43,66%. Hasilnya Pemerintah Kabupaten Sleman juga telah mengalokasikan lebih dari 20% dari total realisasi anggaran belanja daerah untuk pendidikan.
ABSTRACT
EVALUATION OF EDUCATION BUDGETIMPLEMENTATION
OF THE LOCAL GOVERNMENT BUDGET
(Case Study at Local Government of Sleman Regency)
Rosalia Jiwa Yurista
102114009
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
The aim of this study is to evaluate the implementation and realization of the education budget in fiscal year of 2009-2014 in accordance with the decision of the Constitutional Court Number 13/PUU-VI/2008.
This research is a case study. The data was collected by interviewing the local government and reviewing the documentation.The steps of this research is done as followed : (1) Summing spending directly and indirectly to the ministry of youth and sports and indirect expenditure on SKPKD, (2)Calculating the ratio of educational budget in accordance with the circular ( SE )Minister of Home Affairs No. 903/2706/SJ, (3) Dividing the total education budget to total expenditure. The ratio of the realization of the education budget is calculated by dividing the actual realization of the total education budget to the local budget.
As the conclusion, (1) The ratio of the budget of education spending in 2009 amounted to 34,48%, in 2010 fiscal year amounted to 49,95%, the fiscal year 2011 was 62%, the fiscal year 2012 amounted to 62,15%, for the fiscal year 2013 by 56,12% and for the fiscal year 2014 amounted to 41,67%. This means that in fiscal year 2009-2014 education budget has been allocated more than 20% of total budget expenditure. (2) The ratio of actual implementation of the education budget spending in 2009 amounted to 40,97%, the 2010 fiscal year amounted to 41,07%, the fiscal year 2011 was 56,53%, the fiscal year 2012 amounted to 61,24%, for the fiscal year 2013 by 56,93% and for the fiscal year 2014 amounted to 43,66%.
Keywords: Implementation, Education Budget, Local Government Budget
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
( Studi Kasus di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman )SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Rosalia Jiwa Yurista NIM : 102114009
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
i
EVALUASI IMPLEMENTASI ANGGARAN PENDIDIKAN
PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
( Studi Kasus di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Rosalia Jiwa Yurista NIM : 102114009
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya, jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal
berjaga-jaga.
(Mazmur 127:1)
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga kau selalu menghargai kemanusiaan, baik
yang terdapat dalam dirimu sendiri maupun sembarang orang lain, bukan hanya
sebagai sarana melainkan sekaligus sebagai tujuan.
(Immanuel Kant)
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya.
(Yesaya 40:29)
Skripsi ini kupersembahkan :
Untuk Tuhan Yesus Kristus.
Untuk Almamaterku Program Studi
Akuntansi Sanata Dharma Yogyakarta.
Untuk kedua orangtuaku.
Untuk Seluruh Keluarga Besar.
vii
KATA PENGANTAR
Mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
ridho-Nya telah berkenan melimpahkan rahmat-ridho-Nya, sehingga tercapailah
keinginan Penyusun untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul
"Evaluasi Implementasi Anggaran Pendidikan Pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah".
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dengan Program Studi Akuntansi
pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Materi skripsi ini didapatkan
dari berbagai sumber baik dari hasil penelitian kepustakaan, hasil
wawancara dengan Nara Sumber maupun dari pengetahuan yang diperoleh
selama kuliah.
Pada kesempatan ini Penyusun tidak lupa pula mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu, khusunya kepada :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xiii
HALAMAN DAFTAR TABEL... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xviii
ABSTRAK... xix
ABSTRACT... xx
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Sistematika Penulisan... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
x
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)... 12
C. Penyusunan Anggaran Daerah... 26
D. Anggaran Pendidikan 20%... 28
E. Realisasi Anggaran Pendidikan 20%... 29
F. Hasil Penelitian Terdahulu... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Jenis Penelitian... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33
C. Jenis Data dan Sumber Data... 33
D. Teknik Pengumpulan Data... 34
E. Variabel Operasional... 36
F. Teknik Analisis Data... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN... 45
A. Sejarah Singkat Kabupaten Sleman... 45
B. Keadaan Geografis... 46
C. Pemerintahan Kabupaten Sleman... 47
D. Kependudukan... 50
E. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup... 52
F. Ekonomi dan Keuangan... 53
G. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman... 54
xi
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 64
A. Deskripsi Data... 64
1. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun
Tahun Anggaran 2009-2014... 67
2. Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tahun Anggaran
2009-2014... 72
3. Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tahun
Anggaran 2009-2014... 80
4. Anggaran dan Realisasi Bantuan Pendidikan
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2009-2014... 83
B. Analisis Data... 84
1. Analisis Anggaran Pendidikan Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2009-2014... 84
2. Analisis Realisasi Anggaran Pendidikan Tahun
Anggaran 2009-2014... 105
C. Pembahasan... 112
1. Hasil Analisis Anggaran Pendidikan Tahun
Anggaran 2009-2014... 112
2. Hasil Analisis Realisasi Anggaran Pendidikan
xii
BAB VI PENUTUP... 119
A. Kesimpulan... 119
1. Anggaran Pendidikan di Kabupaten Sleman... 119
2. Realisasi Anggaran Pendidikan di Kabupaten Sleman... 119
B. Saran... 120
DAFTAR PUSTAKA... 121
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Hasil Wawancara DPKAD... 124
Lampiran 2. Laporan Hasil Wawancara DISDIKPORA... 127
Lampiran 3. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian... 130
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian I Untuk Pemerintah BAPPEDA... 131
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian II Untuk Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah... 132
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Data Kecamatan, Desa dan Pedukuhan di Kabupaten
Sleman... 49
Tabel 4.2 :Proporsi Penduduk Kabupaten Sleman yang Bekerja
Per Lapangan Usaha (%) Tahun 2011... 51
Tabel 4.3 : Kondisi Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2010
dan 2011... 52
Tabel 4.4 : Kondisi Pendidikan Luar Sekolah Kabupaten Sleman
Tahun 2010 dan 2011... 52
Tabel 5.1 : Anggaran Belanja Kabupaten Sleman Tahun Anggaran
2009-2014... 65
Tabel 5.2 : Realisasi Anggaran Belanja Kabupaten Sleman Tahun
Anggaran 2009-2014... 66
Tabel 5.3 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Tahun Anggaran 2009... 73
Tabel 5.4 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Tahun Anggaran 2010... 74
Tabel 5.5 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Tahun Anggaran 2011... 75
Tabel 5.6 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Tahun Anggaran 2012... 76
Tabel 5.7 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
xv
Tabel 5.8 : Belanja Langsung Kegiatan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Tahun Anggaran 2014... 78
Tabel 5.9 : Anggaran Belanja Tidak Langsung Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Tahun
Anggaran 2009-2014... 81
Tabel 5.10 : Realisasi Belanja Tidak Langsung Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Tahun
Anggaran 2009-2014... 82
Tabel 5.11 : Anggaran dan Realisasi Bantuan Pendidikan
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2009-2014... 83
Tabel 5.12 : Anggaran Belanja Pendidikan Tahun Anggaran
2009-2014 (Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 903/2706/SJ tahun 2008)... 86
Tabel 5.13 : Anggaran Belanja Pendidikan Tahun Anggaran
2009-2014 (Sesuai Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 903/2706/SJ tahun 2008) (Lanjutan)... 87
Tabel 5.14 : Realisasi Anggaran Belanja Pendidikan Tahun
Anggaran 2009-2014 (Sesuai Surat Edaran Menteri
xvi
Tabel 5.15 :Realisasi Anggaran Belanja Pendidikan Tahun
Anggaran 2009-2014 (Sesuai Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 903/2706/SJ tahun 2008)
(Lanjutan)... 89
Tabel 5.16 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2009... 98
Tabel 5.17 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2010... 99
Tabel 5.18 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2011... 100
Tabel 5.19 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2012... 100
Tabel 5.20 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2013... 101
Tabel 5.21 : Dana Bantuan Sosial Pendidikan Tahun Anggaran
2014... 102
Tabel 5.22 : Total Anggaran Pendidikan Tahun Anggaran
2009-2014... 102
Tabel 5.23 : Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Sleman Tahun
Anggaran 2009-2014... 103
Tabel 5.24 : Rasio Anggaran Pendidikan Tahun Anggaran
xvii
Tabel 5.25 : Realisasi Anggaran Pendidikan Tahun Anggaran
2009-2014... 110
Tabel 5.26 : Realisasi Total Belanja Daerah Tahun Anggaran
2009-2014... 110
Tabel 5.27 : Rasio Anggaran Pendidikan Tahun Anggaran
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman... ... 57
Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga (DISDIKPORA) Kabupaten
xix
ABSTRAK
EVALUASI IMPLEMENTASI ANGGARAN PENDIDIKAN PADA
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(
Studi Kasus di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman)Rosalia Jiwa Yurista 102114009
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2015
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi implementasi anggaran dan realisasi pendidikan pada tahun anggaran 2009-2014 sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008 yang teralokasi minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Sleman.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus.Teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi data dan wawancara.Teknik analisis data dilakukan, yaitu: (1) peneliti menjumlahkan belanja langsung dan tidak langsung pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan belanja tidak langsung pada SKPKD, (2) peneliti menghitung rasio anggaran pendidikan sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 903/2706/SJ, (3) membagi total anggaran pendidikan dengan total belanja daerah. Rasio dari realisasi anggaran pendidikan dihitung dengan cara membagi antara realisasi anggaran pendidikan dengan realisasi total anggaran belanja daerah.
Penelitian ini memperoleh kesimpulan, (1) Hasil perhitungan rasio implementasi anggaran pendidikan tahun anggaran 2009sebesar 34,48%, tahun anggaran 2010 sebesar 49,95%, tahun anggaran 2011 sebesar 62%, tahun anggaran 2012 sebesar 62,15%, tahun anggaran 2013 sebesar 56,12% dan tahun anggaran 2014 sebesar 41,67%. Ini berarti pada tahun anggaran 2009-2014 anggaran pendidikan telah dialokasikan lebih dari 20% dari total anggaran belanja daerah.(2) Hasil perhitungan rasio implementasi realisasi anggaran pendidikan tahun anggaran 2009 sebesar 40,97%, tahun anggaran 2010 sebesar 41,07%, tahun anggaran 2011 sebesar 56,53%, tahun anggaran 2012 sebesar 61,24%, tahun anggaran 2013 sebesar 56,93% dan tahun anggaran 2014 sebesar 43,66%. Hasilnya Pemerintah Kabupaten Sleman juga telah mengalokasikan lebih dari 20% dari total realisasi anggaran belanja daerah untuk pendidikan.
xx
ABSTRACT
EVALUATION OF EDUCATION BUDGETIMPLEMENTATION
OF THE LOCAL GOVERNMENT BUDGET
(Case Study at Local Government of Sleman Regency)
Rosalia Jiwa Yurista
102114009
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
The aim of this study is to evaluate the implementation and realization of the education budget in fiscal year of 2009-2014 in accordance with the decision of the Constitutional Court Number 13/PUU-VI/2008.
This research is a case study. The data was collected by interviewing the local government and reviewing the documentation.The steps of this research is done as followed : (1) Summing spending directly and indirectly to the ministry of youth and sports and indirect expenditure on SKPKD, (2)Calculating the ratio of educational budget in accordance with the circular ( SE )Minister of Home Affairs No. 903/2706/SJ, (3) Dividing the total education budget to total expenditure. The ratio of the realization of the education budget is calculated by dividing the actual realization of the total education budget to the local budget.
As the conclusion, (1) The ratio of the budget of education spending in 2009 amounted to 34,48%, in 2010 fiscal year amounted to 49,95%, the fiscal year 2011 was 62%, the fiscal year 2012 amounted to 62,15%, for the fiscal year 2013 by 56,12% and for the fiscal year 2014 amounted to 41,67%. This means that in fiscal year 2009-2014 education budget has been allocated more than 20% of total budget expenditure. (2) The ratio of actual implementation of the education budget spending in 2009 amounted to 40,97%, the 2010 fiscal year amounted to 41,07%, the fiscal year 2011 was 56,53%, the fiscal year 2012 amounted to 61,24%, for the fiscal year 2013 by 56,93% and for the fiscal year 2014 amounted to 43,66%.
Keywords: Implementation, Education Budget, Local Government Budget
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksana Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang
Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2009. Pasal (1) Nomor urut
41 menyebutkan anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementrian negara atau lembaga dan
alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji
pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan, kedinasan untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggungjawab
pemerintah. Sukses pembangunan pendidikan itu sendiri pada tahap awal
diukur dari kepatuhan Presiden terhadap amanat Undang-Undang Dasar
1945 dalam Pasal 31 ayat (4) disebutkan bahwa anggaran pendidikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), sehingga benar-benar
dapat membebaskan seluruh biaya pendidikan dasar yang harus
ditanggung keluarga.
Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal-pasal didalamnya menyebutkan antara lain :
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
2. Setiap warga negara yang berusia 7 tahun sampai dengan 15 tahun
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan
pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara
yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun. Dalam peraturan
perundangan, pendidikan dasar lebih diartikan sebagai sekumpulan
mata ajar (Subject Matters) dengan materi yang telah dituangkan.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan
besarnya anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN setelah
adanya pengurangan dari utang luar negeri, anggaran perimbangan, dan
subsidi minyak bumi, atau dengan kata lain 20 persen dari belanja
pemerintah pusat. Anggaran pendidikan terus meningkat terutama sejak
tahun 2004 dan pada tahun 2007 dana yang dialokasikan sudah mencapai
11,8 persen. Telah disepakati antara pemerintah dan DPR bahwa anggaran
pendidikan 20 persen itu akan dilakukan secara bertahap agar dapat
dicapai mulai tahun 2009, dan pada tahun anggaran berikutnya proporsi
anggaran pendidikan tidak mengalami kenaikan.
Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut
disamping untuk memenuhi amanat Pasal 31 Ayat (4) UUD 1945 juga
dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 13
Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI/2008. Menurut putusan Mahkamah
Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya
untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk
pendidikan.
Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran
pendidikan 20 persen dari APBN tahun anggaran 2009 supaya UU APBN
tahun anggaran 2009 yang memuat anggaran pendidikan tersebut
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sejalan yang sesuai
dengan UU Nomor 41 Tahun 2008. Hal tersebut harus diwujudkan dengan
sungguh-sungguh supaya Mahkamah Konstitusi tidak menyatakan bahwa
keseluruhan APBN yang tercantum dalam UU APBN tahun anggaran
2009 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat yang disebabkan oleh
adanya bagian dari UU APBN, yaitu mengenai anggaran pendidikan yang
bertentangan dengan UUD 1945. Sedangkan pengalokasian anggaran
pendidikan meliputi alokasi yang melalui beIanja pemerintah pusat dan
melalui transfer ke daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menyatakan bahwa Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
ekonomi dan tugas pembantuan. Dalam pasal 2 dinyatakan bahwa
pemerintah daerah mempunyai hubungan dengan pemerintah pusat yang
meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum serta
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
merupakan salah satu pelayanan publik yang menjadi urusan wajib bagi
pemerintah daerah dan sekarang ini sektor pendidikan mendapatkan
perhatian dari pemerintah pusat dengan mengalokasikan anggaran 20
persen dari APBN. Dengan anggaran tersebut diharapkan bisa
mewujudkan program wajib belajar sembilan tahun serta mengurangi
angka anak putus sekolah.
Namun yang menjadi masalah bahwa dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa amanat
anggaran pendidikan 20 persen tidak termasuk gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan. Faktor pendidikan menunjukkan kemampuan dan
bidang ilmu yang dikuasai seseorang selama menempuh jalur pendidikan
formal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah implementasi anggaran pendidikan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) di Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
tahun anggaran 2009-2014 telah sesuai dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008 ?
2. Apakah implementasi realisasi anggaran pendidikan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman tahun anggaran 2009-2014 telah sesuai dengan
C. Batasan Masalah
Studi kasus yang dilakukan penulis terhadap Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman terutama pada Dinas Pendidikan dan Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ini meneliti alokasi anggaran
pendidikan 20 persen tahun anggaran 2009-2014 dan realisasi anggaran
pendidikan 20 persen tahun anggaran 2009-2014. Anggaran pendidikan
yang akan diteliti dan dievaluasi menyangkut anggaran pendidikan 20
persen sebagaimana telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada
keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008 bahwa
pemerintah wajib membiayai dari APBN dan APBD untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.
D. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi anggaran
pendidikan tahun anggaran 2009-2014 yang teralokasi minimal 20
persen dari APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
2. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui sejauh mana
implementasi realisasi anggaran pendidikan yang teralokasi minimal
20 persen tersebut apakah sudah sesuai dengan perencanaan dalam
APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun anggaran
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun bagi pihak lain:
1. Manfaat Pengetahuan
Manfaat dari segi pengetahuan adalah dapat mengetahui apakah
optimalisasi perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sesuai dengan realisasi pembangunan sektor pendidikan di Pemerintah
Daerah Kabupaten Sleman yang dapat dijadikan masukkan dalam
melakukan kebijakan dan pengalokasian dana yang benar, serta kajian
bagi masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan
ekonomi di wilayahnya. Penelitian ini juga digunakan sebagai proses
pengembangan ilmu, terutama dalam hal ini adalah untuk
pengembangan ilmu ekonomi publik dan keuangan daerah.
2. Manfaat Praktis
Bagi pemerintah sebagai input dalam pengambilan kebijakan
ekonomi khususnya yang menyangkut kebijakan keuangan daerah di
sektor pendidikan sangatlah penting karena anggaran pendidikan bila
kurang dari batasan minimal 20% yang telah ditentukan berarti
kurangnya tanggung jawab pemerintah, seharusnya pemerintah
memandang pendidikan sebagai proses untuk membantu anak dan
generasi muda untuk menjadi manusia dewasa yang cerdas,
berkarakter, bermoral, berilmu dan bertaqwa dan menguasai
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi penulis untuk
memperdalam dan menerapkan teori-teori mengenai keuangan daerah
dan APBD yang diperoleh selama dibangku perkuliahan.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian studi kasus ini secara keseluruhan disajikan dalam VI bab,
yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi uraian tentang studi pustaka. Bab landasan teori ini
juga berisi penjelasan mengenai pengertian dalam penelitian
yaitu pengertian Anggaran Daerah, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), Penyusunan Anggaran Daerah,
Anggaran Pendidikan 20%, Realisasi Anggaran Pendidikan 20%
, Hasil Penelitian Terdahulu.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu
Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan
Data, Penjelasan Variabel Operasional, Teknik Analisis Data
Bab IV : Gambaran Umum Kabupaten Sleman
Bab ini berisi tentang uraian kondisi Kabupaten Sleman secara
umum mengenai sejarah Kabupaten Sleman, kondisi geografis
dan iklim, pemerintah daerah, pembagian wilayah,
kependudukan, nilai-nilai budaya, ekonomi dan keuangan,
tenaga kerja, transportasi, sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
Bab V : Analisis Data Dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data dan
pembahasan penelitian.
Bab VI : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan hasil analisis penelitian
serta saran yang diperlukan yang berkaitan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya pada 20%
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran Daerah
Menurut Mardiasmo ( 2002 : 177 ), Anggaran Daerah
adalah rencana kerja Pemerintah Daerah dalam bentuk uang (rupiah)
dalam satu periode tertentu (satu tahun). Anggaran daerah
merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. Sebagai instrument kebijakan, anggaran daerah menduduki
posisi sentral dalam upaya pengembangan Kapabilitas dan
Efektivitas Pemerintah Daerah menjalankan fungsi dan peranannya
secara efesien, sedangkan efektivitas diartikan sebagai upaya untuk
menyelaraskan kapabilitasnya dengan tuntutan dan kebutuhan
publik.
Anggaran daerah harus mampu secara optimal difungsikan
sebagai alat menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran,
membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan,
otorisasi pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standard untuk evaluasi kinerja, alat
untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua
aktivitas dari berbagai unit kinerja ( Jones Prendlebulry ( 1999 )
dalam Mardiasmo, 2002 : 177 ).
Hingga saat ini belum terdapat definisi yang baku dari
sebagai berikut : Pengertian anggaran merupakan rencana keuangan
yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia,
material dan sumber daya lainnya. Pendapat lain menyebutkan
Anggaran mengungkapkan apa yang dilakukan dimasa mendatang.
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan
perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi
dalam satu atau beberapa periode mendatang. Didalam tampilannya
anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang
terjadi dimasa lalu. Dan menurut Mulyadi ( 2001 : 488 ) Anggaran
merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif
yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang
lain mencangkup jangka waktu satu tahun.
Sedangkan menurut National Commitee On Governmental
Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi Governmental
Accounting Standards Board (GASB) definisi anggaran (budget)
adalah sebagai rencana operasi keuangan yang mencangkup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan
untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Anggaran
Pendidikan sesuai penjelasan Pasal 1 Urutan 41 Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009 adalah alokasi
anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui
Kementrian Negara atau Lembaga dan alokasi anggaran pendidikan
termasuk anggaran pendidikan, kedinasan untuk membiayai
penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggungjawab
pemerintah.
Berdasarkan ketentuan pasal 21 ayat 1 Undang-Undang nomor
41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009 Anggaran Pendidikan
melalui transfer daerah sebesar Rp117.862.678.657.000,00 dengan
perincian, sebagai berikut :
1. Dana Bagi Hasil (DBH) Pendidikan Rp 817.941.597.000,00
2. Dana Alokasi Khusus Pendidikan Rp 9.334.900.000.000,00
3. Dana Alokasi Umum Pendidikan Rp 97.982.837.000.000,00
4. Dana Tambahan Dana Alokasi Umum Rp 7.490.000.000,00
5. Dana Otonomi Khusus Pendidikan Rp 2.237.000.000,00
Anggaran Daerah sendiri mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a. Sebagai planning tool yaitu anggaran digunakan untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah,
berapa biaya yang dibutuhkan serta berapa hasil yang diperoleh
dari belanja pemerintah tersebut
b. Sebagai control tool yaitu merupakan instrumen pengendalian
yang digunakan untuk menghindari adanya overspending dan
salah sasaran dalam mengalokasikan anggaran pada bidang lain
c. Sebagai peformance measurement tool, dimana anggaran
merupakan wujud komitmen dan budget holder kepada pemberi
wewenang
d. Sebagai public sphere, dimana anggaran digunakan sebagai alat
untuk menciptakan ruang publik yang melibatkan pemerintah,
birokrat, DPR, masyarakat perguruan tinggi dan berbagai
organisasi kemasyarakatan. Adapun prinsip Penganggaran yaitu:
1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
2. Disiplin anggaran
3. Keadilan anggaran
4. Efisiensi dan efektifitas anggaran
5. Disusun dengan pendekatan kinerja ( Mardiasmo, 2002 : 63 )
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pengertian APBD menurut Bastian ( 2006 : 189 ), “Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana kerja Pemerintah
daerah dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun tahunan
dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik”. Sementara yang
dikemukakan oleh Nordiawan ( 2007 : 39 ), “APBD merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah”. Sementara itu, menurut
Mardiasmo ( 2005 : 61 ), “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.
pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan
perencanaan pembangunan.
Tujuan dan manfaat penyusunan APBD adalah untuk mengetahui
anggaran pengeluaran belanja daerah serta untuk mengetahui dan
membandingkan pengeluaran serta pemasukan pendapatan daerah dari
tahun ke tahun. Fungsi APBD dan Kedudukan APBD menurut Ateng
Syafruddin
(http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-apbd-dan-apbn.html), yaitu :
a. Sebagai dasar kebijakan menjalankan keuangan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa tertentu yaitu
satu tahun anggaran.
b. Sebagai pemberian kuasa dari pihak legislatif yaitu DPRD kepada
kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif untuk melakukan
pengeluaran dalam rangka menjalankan aktivitas keuangan di
pemerintahan daerah.
c. Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk
melakukan pembangunan daerah dan pelayanan kepada
masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 20
disebutkan bahwa APBD merupakan kesatuan yang terdiri dari:
a. Pendapatan daerah
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui
tertentu ( UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah ),
pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan
pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu
pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar
yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh daerah. Sesuai dengan ketentuan pasal
(1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pendapatan Daerah
terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengertian pendapatan asli daerah menurut
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang
didapat dari wilayah daerah yang bersangkutan.
a. Pajak daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain dari BPD,
perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal
daerah kepada pihak ketiga.
d. Lain-lain PAD yang sah ialah pendapatan yang tidak
termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, pendapatan dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah
mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah
untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa
materi dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang
atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang
tertentu. Lain-lain PAD yang sah terdiri dari :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan
daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari
pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam serta bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan
terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka
persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi.
b. Dana Alokasi Umum adalah sejumlah dana yang dialokasikan
kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota)
di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.
DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN,
dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
c. Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara kepada
provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh
pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan yang
meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang
ditetapkan pemerintah.
b. Belanja Daerah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2004, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Halim ( 2003 ),
belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab kepada
masyarakat dan pemerintah diatasnya.
Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, belanja
daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Menurut Sri
Lesminingsih ( Abdul Halim, 2001 : 199 ) bahwa belanja daerah
adalah semua pengeluaran kas daerah selama periode tahun
anggaran bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah
daerah. Menurut Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang
perubahan atas Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah diungkapkan pengertian belanja
daerah yaitu belanja daerah daerah kewajiban pemerintah daerah
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah adalah
semua pengeluaran pemerintah daerah pada satu periode anggaran
yang berupa arus aktiva keluar guna melaksanakan kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab kepada masyarakat dan
pemerintah pusat.
Klasifikasi Belanja Daerah terdiri dari:
1. Klasifikasi menurut Ketentuan Undang-Undang di Bidang
Keuangan Negara
Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat
(2) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, disebutkan bahwa rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga (di tingkat pemerintah pusat)
dan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (di tingkat pemerintah daerah) disusun berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai.
Ketentuan tersebut ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan
15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang menyatakan bahwa di dalam
dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut,
dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan
2. Klasifikasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan
bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi dan fungsi. Rincian tersebut
merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh
entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39
PSAP 02 klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja)
yang dikelompokkan lagi menjadi Belanja Operasi, Belanja
Modal dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.
3. Klasifikasi Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yaitu :
a. Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
dan/atau kabupaten/kota yang terdiri dari belanja urusan
wajib dan belanja urusan pilihan.
b. Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan
keselarasan pengelolaan keuangan negara yang mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut
ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum kesehatan, pariwisata dan
budaya, pendidikan dan perlindungan sosial.
c. Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja
langsung dan belanja tak langsung. Pengklasifikasian
belanja ini berdasarkan kriteria apakah suatu belanja
mempunyai kaitan langsung dengan program/kegiatan
atau tidak. Belanja yang berkaitan langsung dengan
program/kegiatan (misalnya belanja honorarium, belanja
barang, belanja modal) diklasifikasikan sebagai belanja
Buletin Teknis Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Pemerintah langsung, sedangkan belanja yang tidak
secara langsung dengan program/kegiatan (misalnya gaji
dan tunjangan pegawai bulanan, belanja bunga, donasi,
belanja bantuan keuangan, belanja hibah, dan
sebagainya) diklasifikasikan sebagai belanja tidak
langsung.
4. Klasifikasi Belanja Menurut Fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan sebagai
dasar untuk penyusunan anggaran berbasis kinerja. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dalam menggunakan sumber daya yang terbatas.
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) ini harus
diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah.
5. Klasifikasi Belanja Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)
Menurut pemerintahan daerah, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian
dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja
diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja sebagai belanja
tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja
tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Selanjutnya, kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang
terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
Menurut Widodo ( 2012 ), Belanja Pegawai adalah
belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan,
serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
b. Belanja Bunga
Menurut Sutarman ( 2010 ), Belanja Bunga adalah
pengeluaran pemerintah untuk menganggarkan
pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban
pokok utang (principal outstanding) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang.
c. Belanja Subsidi
Menurut Erwan dalam tulisannya (Erwan,
2010) yang menjelaskan lebih jauh tentang subsidi bahwa
subsidi adalah suatu pemberian (kontribusi) dalam bentuk
uang atau finansial yang diberikan oleh pemerintah atau
suatu badan umum.
d. Belanja Hibah
Menurut Eto Baghi ( 2012 ), Hibah adalah
pengeluaran pemerintah pusat dalam bentuk uang/barang
atau jasa kepada pemerintah daerah, perusahaan
daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus
e. Bantuan Sosial
Menurut Rachmawati ( 2013 ), Bantuan Sosial yaitu
transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan
kepada anggota masyarakat atau lembaga kemasyarakatan
di bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan pangan.
f. Belanja Bagi Hasil
Menurut Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2006
Belanja bagi Hasil, yaitu untuk menganggarkan dana bagi
hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan
Menurut Farid ( 2010 ), Bantuan Keuangan yaitu
belanja yang digunakan untuk bantuan keuangan yang
bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota
lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.
h. Belanja Tidak Terduga
Menurut Paragraf 35 PSAP Nomor 02, istilah
“Belanja Lain-lain digunakan oleh pemerintah pusat,
sedangkan istilah “Belanja Tak Terduga” digunakan oleh
pemerintahan daerah. Belanja lain-lain/tak terduga adalah
pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat/daerah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, mengenai belanja langsung yang terdapat dalam
Pasal 50, Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan
dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah pengeluaran honorarium
atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.Belanja dan administrasi pembelian
menampung honorarium panitia pengadaan
memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja
modal sebagaimana dianggarkan pada belanja pegawai
atau belanja barang dan jasa. Belanja barang dan jasa
digunakan untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan
barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas)
bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintahan daerah.
b. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa adalah belanja barang
pakai habis, bahan atau material, jasa kantor, premi
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, sewa
rumah/gedung/gudang, sewa sarana mobilitas, sewa alat
berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan
dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,
perjalanan dinas pindah tugas, dan pemulangan pegawai.
c. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan aset tetap
lainnya. Nilai pembelian atau pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya
sebesar harga beli atau bangun aset.
c. Pembiayaan daerah
Menurut Eto Baghi ( 2012 ), Pembiayaan daerah adalah seluruh
transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun
pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali yang
dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman
dan hasil investasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh
pemerintah daerah.
C. Penyusunan Anggaran Daerah
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selalu
diatur dengan peraturan perundang-undangan dalam pembuatannya.
Dimulai dengan Undang-undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta diarahkan
pelaksanaannya dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk tahun anggaran berikutnya.
Menurut Mardiasmo ( 2002 : 129 ) beberapa tahap yang harus
dilalui dalam mekanisme penyusunan arah dan kebijakan umum
anggaran daerah antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kebutuhan pelatihan (needs asessment) untuk
menentukan posisi dan kebutuhan daerah pada waktu itu;
2. Pemerintah Daerah berdasarkan aspirasi yang diperoleh dari hasil
evaluasi dan analisis kondisi benar adanya keberadaan di lokasi
secara fisik untuk mempersiapkan bahan-bahan, masukan dan
pertimbangan bagi DPRD dalam pertemuan untuk membuat
kesepakatan dengan DPRD;
3. Membuat kesepakatan antara DPRD dan Pemerintah Daerah.
kesepakatan yang dibuat tersebut menghasilkan arah dan kebijakan
umum APBD serta strategi dan prioritas.
Aturan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
15/PMK.07/2014 tentang Penjabaran Anggaran Daerah di bidang
Pembangunan Nasional selain memperhatikan kebijakan dan teknis
penyusunan Anggaran Daerah, juga memperhatikan hal-hal khusus,
antara lain sebagai berikut:
1. Penyelesaian permasalahan mengenai pemungutan Pajak Bumi dan
Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan
Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan Sebagai Pajak.
2. Peningkatan dibidang pendidikan, pemerintah daerah secara
konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari
belanja daerah, sesuai amanat peraturan perundang-undangan,
termasuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
bersumber dari APBD.
3. Meningkatkan efektifitas penyusunan Anggaran BOS, pemerintah
daerah perlu memperhatikan bahwa dana BOS yang bersumber
dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraan satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun.
D. Anggaran Pendidikan 20% (Dua puluh persen)
Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan
alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji
pendidik namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah.
Anggaran pendidikan sebesar 20 persen ini akan dilakukan secara
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 (www.anggaran.depkeu.go.id)
disebutkan anggaran pendidikan sebesar Rp207.413.513.763.000,00
(dua ratus tujuh triliun empat ratus tiga belas milliar lima ratus tiga
puluh satu juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu rupiah). Ayat (2)
prosentase anggaran pendidikan adalah 20 persen yang merupakan
perbandingan alokasi anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terhadap total anggaran belanja nergara sebesar
Rp1.037.067.338.122.000,00 (seribu tiga puluh tujuh triliun enam
puluh tujuh milliar tiga ratus tiga puluh delapan juta seratus dua puluh
dua ribu rupiah).
Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian
anggaran pendidikan 20 persen dari APBN Tahun 2009 agar UU
APBN Tahun 2009 (www.anggaran.depkeu.go.id) yang memuat
anggaran pendidikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan sejalan dengan amanat UUD 1945.
E. Realisasi Anggaran Pendidikan 20% (Dua Puluh Persen)
Realisasi Anggaran Pendidikan adalah menindaklanjuti dari
rencana anggaran sesuai dengan alokasi dana yang telah tertuang di
dalam APBN dan merupakan proses pelaksanaan segala sesuatu yang
telah direncanakan dan dianggarkan oleh organisasi publik. Realisasi
anggaran pendidikan merupakan penyampaian pertanggungjawaban
Realisasi Anggaran Pendidikan merupakan salah satu komponen
yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran pendidikan
untuk suatu periode tertentu. Surat Edaran (SE) menteri dalam negeri
Republik Indonesia Nomor 903/2706/SJ mengenai pendanaan
pendidikan dalam APBD Tahun 2009. Surat Edaran ini menyebutkan
komponen realisasi untuk anggaran pendidikan, antara lain :
1. Belanja langsung merupakan belanja untuk kegiatan
pendidikan (belanja honorarium, barang dan jasa, dan belanja
modal) pada dinas pendidikan tidak termasuk belanja untuk
pendidikan kedinasan.
2. Belanja tidak langsung yang terdiri dari :
a. Gaji tenaga kependidikan
b. Gaji PNS Dinas Pendidikan
c. Bantuan keuangan Kabupaten/Kota untuk fungsi
pendidikan
d. Hibah untuk fungsi pendidikan
e. Bantuan Sosial ( Beasiswa pendidikan untuk masyarakat)
f. Otonomi khusus untuk khusus fungsi pendidikan
3. Besarnya realisasi pendidikan sebesar 20 persen diperhitungkan
dari total belanja pendidikan dibagi dengan total belanja
daerah.
Program adalah penjabaran kebijakan kementrian negara/lembaga
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang
terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi atau masyarakat
dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
Seberapa besar komitmen pemerintah terhadap pembangunan
pendidikkan antara lain tercermin dari anggaran pendidikan yang
disediakan dalam APBN dan APBD. Besarnya dana pendidikan seperti
ditetapkan dalam amandemen Pasal 31 UUD 1945, bahwa dana
pendidikkan selain gaji pendidik dan biaya pendidikkan kedinasan
direalisasikan minimal 20 persen dari APBN dan APBD. Pemerintah
secara sederhana menyimpulkan bahwa makin besar penerimaan
pendapatan negara dan daerah semakin besar realisasi dana yang
dianggarkan untuk sektor pendidikan.
F.Hasil Penelitian Terdahulu
Deding ( 2009 ) melakukan penelitian mengenai kebijakan
anggaran pendidikan di Provinsi Jawa Barat memperoleh hasil besar
anggaran pendidikan dalam APBD Provinsi Jawa Barat hanya sebesar
7,8% dari jumlah APBD keseluruhan. Secara keseluruhan total
anggaran pendidikan yang sudah terealisasikan adalah 4,1% dari jumlah
keseluruhan APBD Provinsi Jawa Barat.
Nina dan Syaikhu ( 2004 ) melalui lembaga penelitian SMERU
melakukan penelitian mengenai alokasi anggaran pendidikan di Era
Otonomi Daerah: Implikasinya terhadap pengelolaan pelayanan
anggaran yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di
kabupaten atau kota telah mencapai lebih dari 30% dari total APBD
merupakan penerima yang terbesar dibandingkan yang diterima oleh
dinas lainnya. Proporsi anggaran belanja pegawai mencapai lebih dari
40% dari total anggaran rutin APBD atau sekitar 90% dari total
anggaran dinas tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya Kota
Pasuruan dan Kota Cilegon yang telah mengalokasikan dana
pendidikan di luar belanja pegawai lebih 20% dari APBDnya.
Aulia ( 2011 ) melakukan penelitian mengenai analisis alokasi
anggaran pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah
tahun 2009-2010 Kota Pekalongan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kepedulian pemerintah Kota Pekalongan
terhadap masyarakat Kota Pekalongan yang dibuktikan dengan
persentase anggaran untuk rakyat yang dialokasikan di sektor
pendidikan serta menyeluruh baik dilihat dari total APBD yang ada
juga dari anggaran di setiap satuan kerja. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini pemerintah Kota Pekalongan menunjukkan bahwa terjadi
penurunan alokasi anggaran untuk sektor pendidikan antara tahun
2009-2010. Indikasi penurunan tersebut diakibatkan antara lain karena
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi kasus ini
akan dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Penelitian
ini dilakukan untuk mengevaluasi implementasi anggaran pendidikan
tahun anggaran 2009-2014. Data yang diambil berupa distribusi
anggaran dan realisasi belanja langsung dan tidak langsung pada
anggaran pendidikan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun
anggaran 2009-2014. Data anggaran dan realisasi anggaran pada
periode ini akan dianalisis secara mendalam kemudian akan
dibandingkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi
No.13/PUU-VI/2008.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Secara spesifik penelitian ini mengambil tempat di wilayah
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, sedangkan waktu penelitian dapat saya batasi selama 1
(satu) hingga 3 (tiga) bulan dalam tahun berjalan.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian data yang bersifat
kuantitatif. Jenis data yang akan dipergunakan dalam penelitian
1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung dari narasumber berupa
hasil wawancara dengan menggunakan pertanyaan mengenai
kebijakan-kebijakan yang diambil dalam menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terutama pada anggaran
pendidikan 20%.
2. Data Sekunder : Data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti
dan dikelompokan oleh pihak lain yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Data ini umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Data ini berupa :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman tahun anggaran 2009-2014.
b. Anggaran Pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
tahun anggaran 2009-2014.
c. Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun anggaran
2009-2014.
d. Laporan realisasi anggaran pendidikan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman tahun anggaran 2009-2014.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber penelitian
a. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang diperlukan
secara face to face dengan informan yang sesuai dengan bidang
penelitian. Data ini diambil dengan cara melakukan dialog
langsung dengan narasumber dan peneliti mempersiapkan
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang
bersifat semi struktural yaitu kombinasi antara pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci dan disusun secara
garis besarnya saja untuk mendapatkan data berupa penjelasan
komponen-komponen anggaran pendidikan, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran
2009-2014.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa
dokumen. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
berbagai informasi khususnya untuk melengkapi data yang
tidak diperoleh dalam observasi dan wawancara. Dokumentasi
yang diperlukan dalam penelitian adalah data pengelolaan
keuangan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), anggaran pendidikan, dan laporan realisasi anggaran
pendidikan tahun anggaran 2009-2014. Data tersebut diambil
E. Variabel Operasional
Pelaksanaan anggaran pendidikan 20% pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman sangat penting untuk pemerintah mengeluarkan
perincian lebih lanjut yang dipakai sebagai dasar pelaksanaan
distribusi anggaran dan realisasi belanja langsung dan tidak langsung
pada anggaran pendidikan yang merupakan dokumen dasar
pelaksanaan tersebut. Keputusan untuk pelaksanaan anggaran
pendidikan 20% merupakan tahapan kegiatan yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat sebagai pelaksana anggaran pendidikan sangat
penting dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Sleman, maka anggaran pendidikan 20% berarti
bahwa program dan rencana operasional tahunan yang dianggarkan
sudah dilaksanakan.
Definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran
pendidikan merupakan suatu rencana manajemen mengenai perolehan
dan penggunaan sumber daya yang dinyatakan secara terperinci dalam
bentuk kuantitatif dan dalam suatu periode tertentu. Anggaran
pendidikan 20% ini termasuk serangkaian tindakan antisipasi untuk
menyesuaikan dimasa yang akan datang dengan rencana yang telah
ditetapkan karena itu anggaran pendidikan dipakai sebagai alat
koordinasi dan implementasi antara rencana awal dengan aktivitas
yang sedang berlangsung. Penyusunan anggaran pendidikan yang
untuk melaksanakan rencana anggaran pendidikan 20% yang sudah
dibuat sebelumnya sangat penting dalam rangka penyelenggaran
kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, maka dengan
disusunnya penyusunan anggaran berarti bahwa program operasional
tahunan yang dianggarkan untuk pendidikan telah dilaksanakan selama
5 tahun terakhir ini.
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah cenderung konsisten
dengan realisasi anggaran pendidikan 20% disektor pendidikan
pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun anggaran 2009-2014 yang
dilihat dari aspek finansial dan tata kelola anggaran pendidikan di
sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah yang dilihat dari realisasi anggaran pendidikan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman pada tahun anggaran
2009-2014 cenderung efektif dan efisien. Definisi Operasional Variabel
Penelitian, ada beberapa variabel yang menjadi pertimbangan dalam
mengukur efisiensi APBD terhadap anggaran pendidikan dan realisasi
anggaran pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
Variabel-variabel yang digunakan terdiri atas:
1. APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD.
2. Realisasi anggaran pendidikan merupakan perwujudan dari rencana
strategi dalam anggaran pendidikan yang termuat dalam Rencana
Data rasio ini digunakan dengan cara menghitung tingkatan data
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, anggaran pendidikan
dan laporan realisasi anggaran pendidikan pada tahun anggaran
2009-2014.
F. Teknik Analisis Data
Hasil penelitian yang diperoleh menggunakan metode analisis
deskriptif yaitu suatu penelitian yang menjabarkan data dan informasi
yang diperoleh berdasarkan norma atau aturan secara teoritis maupun
praktis untuk kemudian dianalisis. Metode analisis deskriptif ini
digunakan untuk menganalisis suatu permasalahan dan mengklarifikasi
fenomena yang terjadi, dalam hal ini peneliti mengambil data APBD
tahun anggaran 2009-2014.
Data APBD pada periode ini dapat dilihat besarnya fungsi
anggaran pendidikan dalam Surat Edaran (SE) Menteri nomor
903/2706/53 pada tanggal 8 September 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan dalam APBD tahun 2009. Surat Edaran ini ditujukan
kepada Gubernur, Bupati, Walikota dan Ketua DPRD di seluruh
Indonesia. Surat Edaran ini berisi tentang perhitungan mengenai
alokasi fungsi anggaran pendidikan. Tujuan dibuatnya perhitungan ini
untuk menyamakan persepsi terhadap alokasi belanja fungsi
pendidikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Teknik Analisis data yang digunakan untuk mengevaluasi