ii
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran Chinese values pada siswa/i SMAK “X”, Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Variabel penelitian ini adalah Chinese values. Sampel penelitian berukuran 219 siswa/i etnis Tionghoa di SMAK “X”, Bandung yang salah satu atau kedua orang tuanya beretnis Tionghoa. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi Chinese Values Survey (CVS) yang dikembangkan oleh Michael Harris Bond. Data yang diperoleh berskala ordinal, selanjutnya diolah dengan menggunakan Analyze Descriptive Statistics-Frequencies untuk mencari mean dan standar deviasi tiap value.Untuk memperoleh gambaran tentang Chinese values pada siswa/i SMAK ”X, Bandung, data diolah menggunakan Analyze Descriptive Statistics-Crosstabs dan pengolahan Data Reduction-Factor Analysis dengan metode Maximun Likelihood yang menghasilkan faktor analisis.
Chinese Values yang dianggap sangat penting 13 values, yang dianggap penting 16 values, yang dianggap cukup penting 8 values dan yang dianggap kurang penting 3 values. Dalam penelitian ini tidak terdapat Chinese values yang dianggap tidak penting.
Dengan pengolahan data keempat puluh item Chinese values yang terdiri atas 40 values dengan faktor analisis diperoleh 4 faktor, yaitu integritas dan aktualisasi diri (14 values); melestarikan kebudayaan (4 values); menjaga relasi sosial(6 values); serta identitas diri dan budaya (4 values). Terdapat 12 values Chinese Value yang tidak termasuk ke dalam empat faktor di atas.
vi
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SKEMA... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 12
1.5 Kerangka Pemikiran...13
1.6 Asumsi... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEBUDAYAAN... 242.1.1 Definisi Kebudayaan... 24
2.1.2 Tiga Wujud Kebudayaan... 24
vii
2.2 BUDAYA SUNDA ... 26
2.2.1 Pengertian Budaya Sunda... 26
2.2.2 Adat-adat Kebudayaan Sunda... 27
2.2.3 Ciri-Ciri Orang Sunda... 29
2.3 Masyarakat Tionghoa di Indonesia... 31
2.3.1 Tionghoa Totok dan Peranakan... 31
2.3.2 Pada Jaman Penjajahan Belanda... 33
2.3.3 Pada Jaman Penjajahan Jepang... 33
2.3.4 Era Pemerintahan Soekarno... 34
2.3.5 Era Pemerintahan Soeharto... 34
2.3.6 Era Pemerintahan B.J. Habibie... 35
2.3.7 Era Pemerintahan K.H. Abdurahman Wahid... 36
2.3.8 Era Pemerintahan Megawati Soekarno Putri... 37
2.4 Budaya Tionghoa... 37
2.4.1 Upacara-upacara Tradisi Tionghoa... 37
2.4.2 Ajaran Dalam Masyarakat Tionghoa... 38
2.4.3 Beberapa Persamaan dan Perbedaan Ajaran Taoisme dan Agama Kristen... 43
2.4.4 Nilai-nilai Familiisme Etnis Tionghoa...47
2.4.5 Streotipe Tentang Keturunan Tionghoa di Indonesia……….. 49
2.5 Values... 50
2.5.1 Value Menurut Rokeach... 50
viii
2.5.3 Sentralitas dari Values... 57
2.5.4 Perbedaan antara Terminal dan Instrumental Values... 59
2.5.5 Fungsi dari Values dan Value Systems... 60
2.5.6 Values dan Konsep-konsep Lain... 63
2.5.7 Anteseden dan Konsekuensi dari Values... 67
2.5.8 Sikap dan perilaku berdasarkan latar belakang sosial... 68
2.5.9 Rangkuman... 69
2.6 Christian Values... 70
2.6.1 Pengaruh Injil Terhadap Budaya... 70
2.6.2 Ajaran Kristen... 71
2.6.2.1 Sepuluh Perintah Allah... 71
2.6.2.2 Ayat-ayat Lainnya... 72
2.7 Proses Transmisi Budaya... 75
2.7.1 Akulturasi... 75
2.7.2 Enkulturasi dan Sosialisasi... 76
2.8 REMAJA... 79
2.8.1 Batasan dan Ciri-ciri Masa Remaja... 79
2.8.2 Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja... 80
2.8.3 Perubahan Fundamental pada Masa Remaja... 80
2.8.3.1 Perubahan Biologis... 81
2.8.3.2 Perubahan Kognitif... 81
2.8.3.3 Perubahan sosial... 82
ix
2.8.5 Remaja dan Lingkungannya... 85
2.9 Visi dan Misi SMAK “X” Bandung... 87
2.9.1 Visi ... 87
2.9.2 Misi... 87
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 88 3.1 Rancangan Penelitian... 88
3.2 Variabel Penelitian dan definisi operasional... 89
3.3.1 Variabel Penelitian ... 89
3.3.2 Definisi Operasional... 89
3.3 ALAT UKUR... 92
3.3.1 Kuesioner... 92
3.3.2 Prosedur Pengisian... 92
3.3.3 Sistem Penilaian... 92
3.3.4 Data Penunjang... 93
3.3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 93
3.4 SAMPEL PENELITIAN... 94
3.4.1 Karakteristik Sampel... 94
3.4.2 Teknik Penarikan Sampel... 94
3.5 Teknik Analisis... 94
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 96
4.1 Gambaran Responen... 96
4.2 Hasil Penelitian... 98
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 117
5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran... 119
DAFTAR PUSTAKA... 120
DAFTAR RUJUKAN... 122
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tugas-Tugas perkembangan masa remaja... 80
Tabel 4.1 Jenis Kelamin……….……. 96
Tabel 4.2 Tempat lahir……….... 97
Tabel 4.3 Usia……….……….… 97
Tabel 4.4 Kelas………..………….. 97
Tabel 4.5 Agama………..…… 98
Tabel 4.6 Mean dan Standar Deviasi Chinese Values... 98
Tabel 4.7 Faktor analisis : Integritas dan aktualisasi diri... 99
Tabel 4.8 Faktor analisis : Melestarikan budaya... 100
Tabel 4.9 Faktor analisis : Menjaga relasi sosial... 100
Tabel 4.10 Faktor analisis : Identitas diri dan budaya... 100
xii
DAFTAR SKEMA
xiii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur: Modifikasi CVS (Chinese Values Survey)
Lampiran 2 Data Pribadi dan Penunjang
Lampiran 3 Acculturation index
Lampiran 4 Output Frekuensi Data Utama (CVS)
LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur: Modifikasi CVS (Chinese Values Survey)
Lampiran 2 Data Pribadi dan Penunjang
Lampiran 3 Aculturation index
Lampiran 4 Output Frekuensi Data Utama (CVS)
Lampiran 1
Alat Ukur : Modifikasi CVS (Chinese Values Survey)
ALAT UKUR CHINESE VALUES
No
VALUE
Penting Penting
Sangat Penting
1 Patuh, hormat, mengurusi orang tua
2 Bekerja keras, rajin bekerja
3 Bertoleransi terhadap orang lain
4 Hidup harmonis, rukun, bisa bergaul dengan orang lain 5 Rendah hati, tidak sombong
6 Setia kepada atasan/bos, jujur (dalam hal pekerjaan)
7 Melakukan ritual sosial, keagamaan, upacara sesuai tradisi
8 Melakukan timbal balik bila diberi salam, pertolongan dan hadiah oleh orang lain
9 Baik hati, mengasihi, suka menolong orang yang membutuhkan; memaafkan 10 Mencapai pendidikan yang
tinggi
11 Solider terhadap orang lain, kompak, bersatu
12 Moderat (mengambil jalan tengah)
13 Memelihara/ mengasuh diri, contoh: bila sakit istirahat dulu, tidak usah bekerja
No
VALUE
Penting Penting
Sangat Penting
15 Memiliki rasa kebenaran; hati, pikiran, dan perbuatan yang tidak menyimpang dari kebenaran
16 Kebaikan hati yang tetap didampingi oleh ketegasan/ otoritas
17 Tidak mementingkan persaingan dengan orang lain 18 Tenang dan berhati-hati, tidak
panik dalam menghadapi masalah
19 Tidak korupsi/ menipu, Jujur
20 Cinta kepada leluhur, patriotik (RRC/ Tiongkok)
21 Kesungguhan, tulus hati
22 Menjaga diri agar tetap bersih, luhur, murni
23 Hemat
24 Tabah, tahan banting, ulet, punya daya tahan
25 Sabar
26 Membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan
27 Merasa kebudayaan sendiri (Tionghoa) sebagai yang lebih unggul
28 Menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan orang lain di sekitar
29 Berhati-hati
30 Dapat dipercaya
31 Tahu malu
No
VALUE
Penting Penting
Sangat Penting
33 Bertingkah laku sesuai posisi atau keadaan yang dimiliki sekarang, taat terhadap peraturan, tidak melanggar
34 Konservatif, memelihara teguh tradisi
35 Ingin menimbulkan kesan baik, jaga image, jaga gengsi
36 Menghargai persahabatan. Akrab, dekat
37 Menjaga keperawanan dan kesetiaan pada diri wanita 38 Tidak banyak memiliki
keinginan, tidak banyak permintaan, tidak ingin macam-macam
39 Menghormati tradisi
Lampiran 2
Data Pribadi dan Penunjang
KATA PENGANTAR
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha akan
mengadakan penelitian mengenai Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) yang masih
dipegang Siswa siswi SMU dan faktor-faktor yang mempengaruhi Chinese values
tersebut, seperti budaya dan nilai-nilai lain yang ditemui dalam hidup Saudara/i,
pergaulan dengan orang dari etnis lain, dsb. Penelitian ini ditujukan dalam rangka
memenuhi syarat tugas akhir.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Saudara/i dimohon kesediaannya
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Data yang diperoleh nantinya akan
sangat berguna bagi penelitian yang akan dilakukan.
Saudara/i diharapkan mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya, teliti, dan
jangan sampai ada yang terlewat. Saudara/i tidak perlu kuatir atau takut karena
kerahasiaan identitas dan jawaban akan dijaga.
Atas kesediaan dan bantuan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Untuk pertanyaan di bawah ini, Saudara/i diharapkan memilih jawaban yang sesuai
dengan diri Saudara/i. Bila jawaban yang Saudara/i maksud tidak ada di pilihan
jawaban yang tersedia, Saudara/i bisa menuliskan sendiri jawaban di atas
titik-titik (□ ...). Selamat mengerjakan.
1. Saya memandang diri saya:
□ Masih memegang kuat tradisi Tionghoa
□ Tradisi yang dipegang sudah bercampur dengan budaya lain, yaitu budaya...
2. Sejak kecil budaya yang ditanamkan oleh orang tua saya: (Jawaban bisa lebih dari
satu)
□ Budaya Tionghoa □ Budaya Indonesia □ Budaya Belanda □... 3. Tetangga di sekeliling saya adalah orang: (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Tionghoa □ Jawa □ Sunda □ ... 4. Apakah saya bisa berbahasa Mandarin? □ Ya □ Tidak
5. Saat berbicara dengan orang tua, saya menggunakan bahasa: (Jawaban boleh lebih
□ Mandarin □ Indonesia □ Sunda □ Jawa □ ... 6. Saat berbicara dengan generasi etnis Tionghoa yang lebih tua (saudara, tetangga,
dll), saya menggunakan bahasa: (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Mandarin □ Indonesia □ Sunda □ Jawa □ ... 7. Saat berbicara dengan orang pribumi Indonesia yang lebih tua (tetangga,
saudara,dll), saya menggunakan bahasa: (Jawaban boleh lebih dari satu) □ Indonesia □ Sunda □ Jawa □ ... 8. Kebanyakan teman akrab saya berasal dari:
□ Etnis yang sama (Tionghoa)
□ Satu etnis tertentu yang berbeda, yaitu etnis ... □ Berbagai macam etnis
9. Saat berbicara dengan teman dari etnis Tionghoa, saya menggunakan bahasa:
(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Mandarin □ Indonesia □ Sunda □ Jawa □ ... 10. Saat berbicara dengan teman pribumi Indonesia, saya menggunakan bahasa:
(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Indonesia □ Sunda □ Jawa □ ...
11. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh orang dari etnis Tionghoa yang lebih
tua (saudara, tetangga, dll) terhadap Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya: □ Memperkuat □ Memperlemah □ Tidak berpengaruh
12. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh orang pribumi Indonesia yang lebih tua
(tetangga, saudara,dll) terhadap Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya: □ Memperkuat □ Memperlemah □ Tidak berpengaruh
13. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh teman dari etnis Tionghoa terhadap
Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
□ Memperkuat □ Memperlemah □ Tidak berpengaruh
14. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh teman pribumi Indonesia terhadap
Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
15. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh media massa dan media elektronik
terhadap Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
□ Memperkuat □ Memperlemah □ Tidak berpengaruh
16. Secara keseluruhan, bagaimana pengaruh budaya sekarang yang lebih
menekankan kemajuan teknologi dan pendidikan terhadap Chinese values
(nilai-nilai Tionghoa) saya:
□ Memperkuat □ Memperlemah □ Tidak berpengaruh
17. Secara keseluruhan, bagaimana Christian values (nilai-nilai Kristen) terhadap
Chinese values (nilai-nilai Tionghoa) saya:
Lampiran 3
Aculturation Index
Di bawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai gaya hidup Saudara/i.
Saudara/i diharapkan memilih jawaban yang sesuai dengan diri Saudara/i.
Jawablah pertanyaan tersebut dengan cara memberi tanda pada kolom yang tersedia.
Selamat mengerjakan.
KET: MT = Mirip orang Tionghoa CMT = Cukup Mirip orang Tionghoa
MI = Mirip orang Indonesia CMI = Cukup Mirip orang Indonesia
Contoh:
1. Menurut saya, apakah cara berpakaian orang Tionghoa dan orang Indonesia
sama?
□ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 2
Bila tidak, cara berpakaian saya: MT CMT CMI MI
2. Orang Tionghoa dalam melakukan kegiatan sehari-hari cenderung cepat. Menurut
saya, apakah kecepatan orang Tionghoa dan orang Indonesia dalam melakukan
kegiatan sehari-hari sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 3
Bila tidak, dalam melakukan kegiatan sehari-hari, saya:
MT CMT CMI MI
1. Menurut saya, apakah cara berpakaian orang Tionghoa dan orang Indonesia
sama? □ Ya □ Tidak
Bila tidak, cara berpakaian saya: MT CMT CMI MI
1. Orang Tionghoa dalam melakukan kegiatan sehari-hari cenderung cepat. Menurut
saya, apakah kecepatan orang Tionghoa dan orang Indonesia dalam melakukan
kegiatan sehari-hari sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 3
Bila tidak, dalam melakukan kegiatan sehari-hari, saya:
MT CMT CMI MI
2. Menurut saya, apakah makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh orang Tionghoa
dan orang Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 4
Bila tidak, dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari, saya:
MT CMT CMI MI
3. Menurut saya, apakah standar hidup
(layak/tidaknya hidup dengan materi yang dipunyai) orang Tionghoa dan orang
Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no.5
MT CMT CMI MI
Bila tidak, standar hidup saya:
4. Menurut saya, apakah kegiatan rekreasi (musik tradisional, sandiwara, tarian,
permainan, olahraga, dll) orang Tionghoa dan orang Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 6
MT CMT CMI MI
Bila tidak, kegiatan rekreasi saya:
5. Orang Indonesia memanggil keluarga/saudara dengan sebutan seperti kakek,
paman, tante, dsb. Menurut saya, apakah panggilan terhadap keluarga/saudara
MT = Mirip orang Tionghoa CMT = Cukup Mirip orang Tionghoa
MI = Mirip orang Indonesia CMI = Cukup Mirip orang Indonesia
MT CMT CMI MI Bila ya, langsung pindah ke soal no. 7
Bila tidak, dalam memanggil keluarga/saudara, saya:
6. Keluarga besar Tionghoa biasanya tinggal dalam satu rumah, atau tinggal
berdekatan di satu daerah/lingkungan. Menurut saya, apakah cara bertempat
tinggal orang Tionghoa dan orang Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 8
Bila tidak, cara bertempat tinggal saya: MT CMT CMI MI
7. Menurut saya, apakah cara berbicara/berkomunikasi orang Tionghoa dan orang
Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila tidak, cara berbicara/berkomunikasi saya:
MT CMT CMI MI
8. Menurut saya, apakah kegiatan budaya orang (hari-hari besar yang dirayakan,
peringatan-peringatan, dsb) Tionghoa dan orang Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 10
MT CMT CMI MI
Bila tidak, kegiatan budaya saya:
9. Menurut saya, apakah ideologi politik (dalam memilih partai, menilai
pemerintahan, dll) orang Tionghoa dan orang Indonesia sama? □ Ya □
Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 11
MT CMT CMI MI
MT = Mirip orang Tionghoa CMT = Cukup Mirip orang Tionghoa
MI = Mirip orang Indonesia CMI = Cukup Mirip orang Indonesia
10. Menurut saya, apakah kebiasaan sosial, tata krama, dan sopan santun orang
Tionghoa dan orang Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, langsung pindah ke soal no. 12 MT CMT CMI MI
Bila tidak, kebiasaan sosial, tata krama, dan
sopan santun saya:
11. Di keluarga Tionghoa biasanya laki-laki yang mencari nafkah, wanita mengurus
rumah tangga dan anak-anak. Menurut saya, apakah pembagian tugas dalam
rumah tangga orang Tionghoa dan Indonesia sama? □ Ya □ Tidak
Bila ya, tidak usah menjawab pertanyaan di bawah ini
Bila tidak, pembagian tugas dalam rumah tangga saya:
Lampiran 4
Output Frekuensi Data Utama (CVS
)
Tabel 3.1 Berbakti kepada orang tua
8 3.7
Tabel 3.3 Toleransi terhadap orang lain
2 .9
Tabel 3.4 Harmonis dengan orang lain
Tabel 3.5 Rendah hati
Tabel 3.6 setia kepada atasan
8 3.7
Tabel 3.7 Ritual sosial dan keagamaan
23 10.5
Tabel 3.8 Timbal balik
Tabel 3.9 Baik hati, menolong, memaafkan
Tabel 3.12 Mengambil jalan tengah
Tabel 3.13 Pemeliharaan jiwa
Tabel 3.14 menata hubungan-status
69 31.5
Tabel 3.15 Memiliki rasa kebenaran
1 .5
tabel 3.16 Baik hati dan ketegasan
Tabel 3.17 Tidak bersaing
Tabel 3.19 Tidak korupsi, jujur
Tabel 3.21 Kesungguhan,tulushati
Tabel 3.22 Menjaga kemurnian&luhur
Tabel 3.25 Sabar
Tabel 3.26 Balas budi & dendam
73 33.3
Tabel 3.27 Merasa budaya Cina lebih unggul
75 34.2
Tabel 3.28 Menyesuaikan diri
Tabel 3.29 Berhati-hati
Tabel 3.30 Dapat dipercaya
2 .9
Tabel 3.31 Tahu malu
1 .5
Tabel 3.32 Punya sopan santun
Tabel 3.33 Puas dengan keadaan skrg
Tabel 3.34 Pegang teguh tradisi
13 5.9
Tabel 3.35 Menimbulkan kesan baik
Tabel 3.37 Keperawanan pada wanita
Tabel 3.38 Keinginan tidak berlebihan
16 7.3
Tabel 3.39 Menghormati tradisi
5 2.3
tabel 3.40 Kesejahteraan ekonomi
Lampiran 4
Lampiran 5
Output Frekuensi Data Pribadi dan Penunjang
Tabel 5.1 Jenis Kelamin
98 44.7
Tabel 5.2 Tempat lahir
Tabel 5.4 Kelas
Tabel 5.6 Suku bangsa
2 .9
Tabel 5.7 Suku bangsa ayah
Tabel 5.8 Suku bangsa ibu
Tabel 5.9 Budaya saya
25 11.4
Tabel 5.10 Budaya yang ditanamkan orang tua
Tabel 5.11 Tetangga
Tabel 5.12 Bicara Mandarin
112 51.1
Tabel 5.13 Bicara dengan orang tua bahasa
Tabel 5.14 Bicara dengan generasi tua Tionghoa bahasa
Tabel 5.15 Bicara dengan generasi tua pribumi bahasa
10 4.6
Tabel 5.16 Teman akrab etnis
Tabel 5.17 Bicara dengan teman Tionghoa bahasa
Tabel 5.18 Bicara dengan teman pribumi bahasa
10 4.6
Tabel 5.19 Pengaruh generasi tua Tionghoa terhadap CV
2 .9
Tabel 5.20 Pengaruh generasi tua pribumi thd CV
Tabel 5.21 Pengaruh teman Tionghoa thd CV
Tabel 5.22 Pengaruh teman pribumi thd CV
17 7.8
Tabel 5.23 Pengaruh media massa/elektronik thd CV
28 12.8
Tabel 5.24 Pengaruh budaya urban thd CV
47 21.5
Tabel 5.25 Pengaruh Christian value thd CV
Tabel 5.26 Cara berpakaian
Tabel 5.27 Kecepatan melakukan kegiatan sehari-hari
1 .5
Tabel 5.28 Makanan sehari-hari
10 4.6
Tabel 5.29 Standar hidup
Tabel 5.30 Kegiatan rekreasi
Tabel 5.31 Panggilan di keluarga
1 .5
Tabel 5.32 Cara bertempat tinggal
26 11.9
Tabel 5.33 Cara berkomunikasi/bicara
Tabel 5.34 Kegiatan budaya
Tabel 5.35 Ideologi politik
10 4.6
Tabel 5.36 Kebiasaan sosial, tata krama, sopan santun
6 2.7
Tabel 5.37 Pembagian tugas dalam rumah tangga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis yang tidak hanya diperhitungkan tidak hanya di Indonesia saja melainkan di dunia karena kemajuannya yang pesat dalam berbagai bidang sehingga menguasai semua aspek kehidupan khususnya dalam bidang ekonomi-perdagangan. Orang Tionghoa terkenal memegang perekonomian penting di berbagai negara bahkan Negara China diprediksikan akan menjadi raksasa perekonomian global dan berdasarkan hasil penelitian dalam hal pendidikan, para murid di Tionghoa temasuk berprestasi. Saat ini pun muncul suatu sistem management Tsun Zu yang dipakai dalam management Barat (western) yang menyiratkan pengakuan atas keunggulan orang Tionghoa oleh masyarakat Barat. Keberhasilan yang dicapai oleh kebanyakan orang Tionghoa tidak terlepas dari budaya dan nilai-nilai hidupnya.
2
Keberadaan mereka di Indonesia yang cukup lama memungkinkan terjadinya percampuran atau bahkan perubahan pewarisan budaya Tionghoa termasuk nilai-nilainya (Chinese values). Perubahan tersebut dapat terjadi melalui interaksi yang terjadi antara etnis Tionghoa dengan penduduk Indonesia asli, atau transmisi dari media masa, film/sinetron Indonesia, majalah, musik, dan produk Indonesia lainnya.
Kondisi demikian dapat meningkatkan atau mengurangi derajat kepentingan nilai-nilai Tionghoa(Chinese values) yang telah dimiliki. Derajat kepentingan yang dimaksud adalah seberapa penting siswa/i memandang suatu value dalam Chinese values. Perubahan budaya yang paling mudah untuk diamati saat ini adalah cukup banyak siswa/i Tionghoa di Indonesia kurang mengetahui ataupun bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai budaya Tionghoa serta tidak lagi menjalankan adat istiadat dan budayanya sendiri termasuk tidak mampu berbahasa Tionghoa/ Mandarin, padahal bahasa merupakan akar dari suatu budaya. Meskipun tidak tertutup kemungkinan sebagian dari siswa/i Tionghoa masih memegang teguh nilai-nilai (values) dari budaya Tionghoa.
3
Nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup siswa/i dalam hidup bermasyarakat. Namun sebagai suatu konsep, suatu nilai budaya bersifat sangat umum yang mempunyai ruang lingkup sangat luas dan biasanya sangat sulit untuk dijelaskan secara rasional dan nyata. Oleh karena sifatnya tersebut. Maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional. Kecuali jika nilai-nilai itu telah meresap dalam diri siswa/i sejak kecil, maka konsep-konsep itu akan mengakar dalam jiwa mereka.
Nilai-nilai hidup orang Tionghoa disebut Chinese values, dimiliki siswa/i dengan derajat kepentingan setiap nilai yang berbeda-beda. Perbedaan derajat kepentingan tersebut dipengaruhi oleh perubahan budaya yang dialami oleh siswa/i etnis Tionghoa di Indonesia, termasuk pengalaman-pengalaman sosial, ekonomi dan politik yang terjadi dan merupakan strategi yang dengan sengaja telah dilakukan sejak lama oleh pemerintah Orde Baru dengan tujuan menghilangkan kebudayaan Tionghoa berikut dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
4
sehingga pergaulan orang Tionghoa menjadi lebih eksklusif karena terlokalisasi. Begitu pula dengan media massa berbahasa Mandarin berkembang pesat pada saat itu dan menyebabkan budaya Tionghoa termasuk Chinese values dapat bertumbuh dengan subur di Indonesia hingga pemerintahan Orde lama berakhir. Kenyamanan tersebut membuat orang Tionghoa merasa “lebih tinggi” dalam status sosial dibandingkan orang Indonesia asli. Penghayatan ini termasuk a sense of cultural superiority (rasa unggul diri terhadap kebudayaan) dalam Chinese values .
Pada sisi lain, hal di atas menjadi pemicu timbulnya kesenjangan dan kecemburuan sosial pada masyarakat pribumi yang merasa diperlakukan tidak adil di negara mereka sendiri. Masyarakat pribumi tidak dapat menerima jika etnis Tionghoa masyarakat pendatang di negaranya justru mendapatkan perlakuan yang lebih baik dibandingkan masyarakat pribumi.
5
“kebijaksanaan yang diskriminatif” terhadap masyarakat Tionghoa. Pada tahun 1959-1965 Indonesia memasuki masa “Demokrasi terpimpin”. Pada masa ini dikeluarkan Peraturan Presiden no 10 (PP 10) yang menyatakan bahwa orang asing tidak diperkenankan berusaha di bidang perdagangan eceran dan oleh hukum diwajibkan untuk mengalihkan perusahaan mereka kepada warga Indonesia sebelum 1 januari 1960. Peraturan tersebut menyebabkan banyak orang Tionghoa di Indonesia kehilangan pekerjaan. Pada masa “Orde Baru” (1966-1975) terjadi kudeta yang diprakarsai oleh PKI yang terkenal dengan nama Gerakan Tigapuluh September pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 yang berdampak pada penutupan organisasi dan sekolah Tionghoa yang berusaha dihilangkan pemerintah, sehingga mereka masuk ke dalam sekolah Indonesia serta berkembangnya perasaan anti-Tionghoa (Suryadinata:177-200, 1986).
6
melarang masyarakat etnis Tionghoa untuk berkumpul dalam organisasi-organisasi ataupun agama yang sebelumnya menjadi wadah untuk melestarikan budaya dan memperkuat tali persaudaraan di antara mereka.
Lebih lanjut pemerintah saat itu melarang pemakaian simbol-simbol dan bahasa Mandarin dalam kehidupan sehari-hari sehingga dampak yang terasa hingga sekarang adalah para siswa/i Tionghoa kurang mampu berbahasa Mandarin. Masyarakat Tionghoa saat itu, juga merasakan sulitnya menjalankan ibadah dalam agama Budha dan Kong Hu Cu, sehingga menjadi faktor banyaknya masyarakat etnis Tionghoa yang kemudian memilih pindah agama, selain karena disebabkan oleh terjadinya pembauran dengan agama lain khususnya Kristen/Katolik. Padahal dalam agama Budha dan Kong Hu Cu sarat dengan adat istiadat Tionghoa, sehingga perpindahan agama tersebut secara tidak langsung mempengaruhi Chinese values pada masyarakat Tionghoa di Indonesia
7
situasi sosial dan politik yang lebih baik terkait pula dengan usia mereka yang lebih dewasa untuk mengerti situasi yang terjadi.
8
Saat ini para siswa/i berada pada masa transisi menuju kebebasan dan pengakuan keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menerapkan adat istiadat dan kebudayaan tanpa merasa tertekan dan dapat meningkatkan derajat kepentingan Chinese values mereka. Akan tetapi peningkatan derajat kepentingan Chinese values pada siswa/i tidak lepas dari peranan orang tua mereka sebagai salah satu pihak yang menanamkan values pada siswa/i. Penghayatan para orang tua di masa lalu mengenai keberadaannya sebagai orang Tionghoa di Indonesia seringkali masih melekat dalam kehidupannya dan mempengaruhi Chinese values yang dimilikinya dan yang ditanamkan kepada anak-anak mereka yang menjadi siswa/i SMAK “X”, Bandung. Meskipun demikian, internalisasi yang dilakukan para siswa/i mengenai Chinese values juga dipengaruhi oleh situasi jaman yang modern dan lingkungan pergaulan mereka.
9
budaya seperti melarang memegang hio dan bersembahyang. Namun terdapat pula nilai-nilai dalam Christian values yang sejalan dengan Chinese values, sehingga dapat meningkatkan derajat kepentingan Chinese values tersebut, seperti values mengenai sabar, jujur, rendah hati, dapat dipercaya dan berbakti kepada orang tua.
Meskipun demikian, siswa/i Tionghoa yang berusia antara 15-18 termasuk remaja akhir yang memiliki cara berpikir operasional formal diharapkan mampu untuk berpikir abstrak (Piaget, dalam Santrock, 2003:109). Chinese values merupakan konsep yang abstrak, oleh karena itu siswa/i Tionghoa diharapkan dapat memahami budaya yang dimilikinya termasuk Chinese values dan kemudian dapat mengaplikasikannya di dalam lingkungan dengan budaya yang berbeda.
10
11
Data di atas merupakan gambaran secara garis besar mengenai value yang dimiliki oleh siswa/i, namun belum dapat menggambarkan secara utuh mengenai Chinese values yang dimiliki siswa/i. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran mengenai Chinese values pada siswa/i Tionghoa SMAK “X”, Bandung sehubungan dengan seberapa penting Chinese values tersebut bagi siswa/i Tionghoa SMAK “X”, Bandung.
1.2DENTIFIKASI MASALAH
Masalah yang ingin diketahui :
Gambaran Chinese values pada siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X”, Bandung. Seberapa penting Chinese values bagi siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X”,
Bandung.
1.3MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Maksud penelitian :
Memperoleh gambaran mengenai derajat kepentingan Chinese values yang terdapat pada siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X”, Bandung .
1.3.2 Tujuan penelitian :
12
1.4KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Kegunaan Ilmiah:
Menambah informasi dalam bidang ilmu pengetahuan Psikologi Lintas Budaya mengenai Chinese values pada siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X”, Bandung.
Menambah informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Chinese values pada siswa/i etnis Tionghoa.
1.4.2 Kegunaan Praktis :
Membantu siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X” untuk menyadari Chinese values yang dimiliki, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Sebagai masukan bagi SMAK “X”, Bandung untuk dapat lebih mengenal karakteristik siswa/i-nya tersebut yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan di dalam membimbing siswa/i terutama yang berkaitan dengan values.
Memberikan informasi kepada orang tua siswa/i etnis Tionghoa SMAK ”X”, Bandung mengenai Chinese values yang dimiliki oleh anak-anak mereka, yang berguna dalam penanaman (transmisi) values selanjutnya.
13
1.5Kerangka Pikir
Dalam diri setiap orang, value merupakan hal yang pasti dimiliki; namun secara spesifik berdasarkan kultur tertentu, terdapat values yang dimiliki oleh etnis Tionghoa yang disebut Chinese values. Chinese values diwariskan secara turun temurun pada setiap generasi namun dapat terjadi pergeseran derajat kepentingan pada setiap generasi baru yang menerima pewarisan Chinese values. Chinese values didapatkan secara kolektif sebagai Chinese culture connection dari respon yang menurut Bond dan kelompoknya perlu untuk diukur, dan dari hasil evaluasi cultural value dengan setting sistem value social Chinese yang berasal dari etos Confucian (Matthews, 2000:117)
14
pengorganisasian values system berdasarkan derajat kepentingannya, namun Chinese values juga bisa berubah dalam derajat kepentingannya akibat perubahan budaya, masyarakat, dan pengalaman personal siswa/i (Rokeach, dalam Feather, 1975).
Chinese values systems juga diasumsikan berfungsi sebagai skema umum (general plans) yang bisa digunakan siswa/i untuk memecahkan konflik dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Berbagai jenis situasi dapat mengaktifkan beberapa Chinese values yang berbeda, beberapa diantara Chinese values tersebut berkonflik satu sama lain. Hierarki Chinese values yang terorganisasi pada diri seseorang memampukan orang tersebut untuk memecahkan konflik ini. Tidak semua Chinese values pada Chinese values system yang melekat pada diri seseorang dapat dilakukan atau dipegang secara bersamaan pada waktu yang sama. Lebih tepatnya Chinese values system seseorang dapat dikatakan sebagai skema umum (generalized plan) yang relevan untuk digunakan pada saat itu, dan sisanya diabaikan atau tidak digunakan untuk sementara. Values systems yang diabaikan pada suatu saat, dapat digunakan siswa/i pada saat situasi berbeda. (Rokeach, 1973: 14)
15
istiadat yang berlaku seperti sembahyang dan sujud menghormati orang tua pada saat Tahun Baru Imlek, mendatangi dan sembahyang di makam leluhur pada saat Ceng Beng; filial piety value (patuh, hormat, mengurus orang tua), mentaati semua perintah orang tua tanpa berbantah-bantah, merawat orang tua terutama ketika sudah lanjut usia dan kondisi tubuh yang lemah; dan protecting your’s face value (ingin menimbulkan kesan baik, jaga image, jaga gengsi), hal ini berkaitan dengan menjaga nama baik diri sendiri maupun keluarga, melakukan apa pun untuk menjaga kesan baik dan menjaga harga diri. Ajaran Confucian terutama berkisar mengenai soal-soal kekeluargaan dan ketatanegaraan. Filsafatnya bertalian dengan hubungan antara anak dan orang tua terutama mengenai kewajiban kebaktian anak terhadap orang tuanya. Dengan tercapainya ketentraman keluarga maka ketentraman masyarakat dan negara akan tercapai pula (Vasanty, dalam Koentjaraningrat, 1994: 360).
16
17
oleh kalangan pribumi menyulitkan orang Tionghoa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan; serta anggapan kalangan pribumi bahwa orang Tionghoa adalah orang asing dan pembatasan atas hak-hak yang seharusnya diterima oleh orang Tionghoa sebagai warga negara Indonesia menghalangi munculnya perasaan cinta terhadap tanah air Indonesia. Kesulitan mereka menjalankan tradisi yang mengandung Chinese values membuat Chinese values yang terdapat dalam diri para orangtua pun sedikit memudar yang mempengaruhi proses transmisi Chinese values terhadap siswa/i. Meskipun demikian mereka akan berusaha mempertahankan budaya mereka dan mewariskannya kepada siswa/i dengan memegang Chinese values secara sembunyi-sembunyi melalui interaksi dalam keluarga yang menerapkan Chinese values yang masih memungkinkan untuk dilakukan pada masa tersebut.
18
Selain hal di atas, Oblique transmission diperoleh dari figur yang memiliki pengaruh yang cukup kuat dengan posisi lebih tinggi seperti sekolah, guru, kerabat, orang dewasa lain, orang-orang yang memiliki kedudukan dalam struktur sosial; media massa berupa koran, televisi, internet, majalah. Hal-hal tersebut merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi para siswa/i dan sangat mungkin memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap Chinese values mereka.
Horizontal transmission, siswa/i belajar dari peers di dalam interaksi sehari-hari yang memungkinkan terjadinya proses transmisi. Pada level ini pun dibedakan berdasarkan budaya yang mencakup peer atau teman sebaya dari kebudayaan Tionghoa dan Sunda. SMAK “X”, Bandung memiliki siswa/i-siswi dengan mayoritas etnis Tionghoa yang mempermudah transmisi Chinese values, karena sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan di sekolah. Seberapa jauh pergaulan siswa/i dengan peer budaya Sunda turut menentukan derajat Chinese values yang dimiliki siswa/i. Pergaulan siswa/i dengan peer cukup besar pengaruhnya, karena siswa/i yang berada pada tahap perkembangan remaja sangat mudah dipengaruhi oleh peer daripada orang dewasa.
19
keagamaan sesuai tradisi Tionghoa; tidak mempunyai keinginan yang berlebihan, tidak mengikuti nafsu keduniawian; menjaga kemurnian dan keluhuran diri; tidak mementingkan persaingan; dan hemat menurun derajat kepentingannya. Budaya urban juga dapat membuat derajat kepentingan Chinese values seperti bekerja keras; pengetahuan, pendidikan; dan kesejahteraan ekonomi; meningkat. Budaya urban lebih menekankan pentingnya teknologi dan pendidikan, sehingga budaya ini kurang memperhatikan tradisi dan lebih mengutamakan modernisasi dan kemajuan yang menyebabkan orang lebih mengejar pendidikan yang tinggi dan kekayaan dengan bekerja keras dan berkompetisi dengan orang lain. Kurang kentalnya Chinese values pada siswa/i ditambah dengan didapatkannya Christian values di sekolah Kristen “X” atau Sundanese values, dan berkembangnya budaya urban pada siswa/i mempengaruhi derajat kepentingan Chinese values mereka. Derajat kepentingan Chinese values menurun bila values pada siswa/i bertentangan dengan Christian value, dan sebaliknya derajat kepentingan Chinese values siswa/i meningkat bila values tersebut sejalan.
20
diri sendiri. Oleh karena itu mereka diharapkan sudah mampu mengambil keputusan-keputusan termasuk keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan dirinya dan mempertanggungjawabkan keputusannya itu. Salah satu hal yang mendasari siswa/i untuk mengambil keputusan adalah Chinese values. Selain itu para siswa/i pun akan masuk dalam masyarakat yang lebih luas dan kompleks yang menjunjung tinggi serta memperhatikan nilai-nilai dalam hidup seseorang. Etnis Tionghoa memegang Chinese values, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai yang secara umum disetujui sebagai suatu nilai yang positif dan bermanfaat sehingga dengan memegang Chinese values para siswa/i etnis Tionghoa diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dan dapat membantu siswa/i untuk menyesuaikan diri dimanapun ia berada.
21
menolak dengan tegas untuk melakukan identifikasi terhadap budaya masyarakat dengan menolak sama sekali untuk menerima Sundanese values. Strategi yang ketiga adalah integrasi, yaitu siswa/i melakukan identifikasi terhadap budaya masyarakat setempat, namun tetap mempertahankan budaya aslinya dengan menerima Sundanese values sambil tetap mempertahankan Chinese values. Strategi yang keempat adalah marjinalisasi, yaitu siswa/i memiliki sedikit minat untuk melakukan identifikasi terhadap budaya masyarakat setempat dan juga memiliki sedikit minat untuk mempertahankan budaya asli. Dengan perkataan lain, adanya sedikit minat dari siswa/i untuk menerima Sundanese values dan juga sedikit minat untuk mempertahankan Chinese values.
22
SKEMA KERANGKA PIKIR
Chinese Culture Sundanese Culture
(Own Culture) (Contact Culture)
Culture Transmission Acculturation Transmission Oblique Transmission
Orang dewasa lain (Guru, saudara, teman, tetangga);
Media massa & elektronik
23
1.6 ASUMSI
• Chinese values yang terdapat pada siswa/i dipengaruhi oleh transmisi dari
budaya setempat (contact culture) dan budaya sendiri yaitu Tionghoa (own culture).
• Chinese values dipengaruhi dan ditransmisikan oleh orang tua (vertical
transmission); guru, orang dewasa lain dan media massa (oblique transmission) dari budaya Tionghoa dan budaya setempat; teman di sekolah dan luar sekolah, tetangga (horizontal transmission) dari budaya Tionghoa dan budaya setempat.
• Transmisi dapat mempengaruhi pemilihan strategi akulturasi yang terbagi atas empat macam, yaitu Asimilasi, Separasi, Integrasi dan marginalisasi oleh siswa/i etnis Tionghoa SMAK “X”, Bandung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data Chinese values pada 219 siswa/i SMAK “X”, Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 29 values dari 40 Chinese values (72.5%) (tabel 4.6) yang dianggap
penting hingga sangat penting oleh siswa/i, hal itu menandakan bahwa Chinese values masih cukup kuat dimiliki oleh siswa/i.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh transmisi dari teman sebaya (peer) cenderung tidak berpengaruh (72.6%) (tabel 5.21), peranan media cenderung tidak berpengaruh (68%) (tabel 5.23), sedangkan transmisi dari orang tua dan orang tua lain etnis Tionghoa bagi sebagian siswa/i cenderung tidak berpengaruh (52.1%) namun bagi sebagian lainnya memperkuat (47%) (tabel 5.19).
3. Pengolahan keempat puluh item Chinese values yang menggunakan faktor analisis menghasilkan empat faktor, yaitu: integritas dan aktualisasi diri (14 values); melestarikan kebudayaan (4 values); menjaga relasi sosial (6 values); dan identitas diri dan budaya (4 values).
118
5. Christian values banyak mewarnai Chinese values pada siswa. Hal itu terkait dengan 80.4% siswa/i yang beragama Kristen dan memperoleh transmisi Christian values dari orang tua, gereja maupun sekolah. Kedua values tersebut pun dapat saling mendukung dan melengkapi sehingga dapat dijalankan secara bersamaan, kecuali values yang berkaitan dengan budaya dalam beberapa hal tidak sejalan.
6. Item dari Chinese values yang dianggap kurang penting adalah menata hubungan berdasarkan status (2.33); merasa kebudayaan Tionghoa lebih unggul dari kebudayaan lain (2.23); dan membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan (prinsip keadilan) (2.24) yang tidak sejalan dengan Christian values.
7. Sundanese values cukup mewarnai Chinese values siswa/i, yang berkaitan dengan makanan dimana 53.4% siswa/i menyatakan kesamaan antara makanan Tionghoa dan Indonesia khususnya Sunda dan bahasa Sunda yang digunakan bercampur dengan bahasa Indonesia sebanyak 26%.
119
5.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas serta mengingat berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan dan pengolahan data guna menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran bagi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang berkaitan dengan Chinese values pada siswa/i SMAK “X”, Bandung. Beberapa saran tersebut antara lain :
1. Melanjutkan penelitian ini, dengan mengambil data dari para orang tua siswa/i tersebut. Sehingga dapat menunjukkan proses transmisi Chinese values vertikal secara tepat dan detil. Baik melalui penelitian kualitatif ataupun dengan penelitian kuantitatif.
2. Bagi pihak sekolah SMAK “X”, Bandung dapat melihat Chinese values mana yang sejalan dan tidak sejalan dengan misi sekolah yang didasari oleh Christian valuesuntuk kemudian dapat ditindaklanjuti dalam proses pembinaan siswa guna mendukung pencapaian visi SMAK “X”.
120
DAFTAR PUSTAKA
Berry, John, W. Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 1999. Psikologi Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Berry, John, W. Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R.
2002. Cross-Cultural Psychology, Research and Applications. Cambridge : Cambridge University Press
Bond, Michael Harris.1991. Beyond The Chinese Face. Hong Kong; Oxford University Press
Bond, Michael Harris.1993. The Psychology of The Chinese People. Hong Kong; Oxford University Press
Bond, Michael Harris.1996. The Psychology of The Chinese Psychology. Hong Kong; Oxford University Press
Chaplin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi Keempat, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada
Chinese Cultural Conection. 1987. Chinese values and the search for a culture-free dimension of culture. Journal of cross-cultural Psychology, 18, 143-164 Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2, Jakarta: Balai Pustaka
Ekadjati, Edi, S. 1982. Kebudayaan Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Giri Murti Pustaka
Feather, N. T. 1975. Values In Education and Society. New York: Free Press.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Hidajat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia, Bandung: Penerbit
Tarsito
121
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
Matthews, Barbara M. 2000. The Chinese values Survey: An Interpretation of Value Scale and Consideration of Some Preliminary Results. International
Education Journal Vol 1, No. 2.
Mustapa, Hasan. 2002. Adat Istiadat Sunda. Bandung: Alumni Bandung
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka Santrock, John W. 2003.In. Kristiaji, W.C., Sumuharti, Y.Eds. Perkembangan
Remaja. Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. 2004. Life-Span Development, Ninth Edition. New York: McGraw-Hill.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survey, edisi pertama (revisi). Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
Suryadinata, Leo. 1986. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT. Grafiti Pers. Suryadinata, Leo. 2004. Chinese Indonesians (State Policy, Monoculture and
Multiculture). Singapore: Eastern Universities Press.
Tan, Markus. 2004. Imlek dan Alkitab, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Betlehem Publisher. Ward, C. Bochner, & Furham, A. 2001. The Psychology of Culture Shock. USA and
Canada: Routledge.