• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fisika tentang gerak lurus dan gerak parabola pada kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu berdasarkan teori inteligensi ganda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fisika tentang gerak lurus dan gerak parabola pada kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu berdasarkan teori inteligensi ganda."

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)

TRINITAS RANGGU BERDASARKAN TEORI INTELIGENSI GANDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

ROLYANUS PERSEVERANDA NABAL 121424055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

i

TRINITAS RANGGU BERDASARKAN TEORI INTELIGENSI GANDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

ROLYANUS PERSEVERANDA NABAL 121424055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

M

MOTIVASI I}AN'PRtrSTASI BEI"A.IAR

mnmlue

GERAK LTIRUs

mu

cnmr

ilneror,e,

P'ADA

rcr,esx

SMAK SANCfiSSIMA TRIMTAS RANG{GU BERDASARKAIY TEORI

P!{us

Supqm.o, SJ.' }f,$.T.

farrgat : 1S

Norcmbci20f6
(4)

SKRIPSI

MENINGKATKAI\I MOTIVASI DAI\I. PRESTASI BELA.IAR FISIKA TENTAhIG GERAK LTJRUS DATI GERAK PAR.A.BOLA PADA KELAS X .

SMAK SAITCTISSIMA TRIMTAS RANGGT' BERDASARKAhI TEORI INTELIGENSI GAIYDA

Dipr':siapkan den ditulls oteL: Rolyanus Perceveranda Nabal

panitia penguji 2Al6

Yogyakar-ta 06 Desernb er 201 6

Keguruan dan Ihnu Pendidikan Sanata Dharrna

(5)

PERNYATAAN I{M;ASLIAN

TANYA

Sayanyatakandengnn sesmgguhnyabahunskripsi ini tidakme,muatkaryaataubagim

karya orang lai& kesuali yag telah disebutkm

dalm

hrtipan

dm daftar

Frstaka

sehggimaoa layaknya karya ihniah.

Yogyalmrta 06 Desembcr 2016

Rolyamrs Pmseverda Nabal

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus

Ame Aloysius dan Ine Patresia yang tercinta Kae Alfred, Weta Elda, Weta Ayu, dan Weta Noya

Terima Kasih atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

(7)

LEMBAR PER}TYATAAIY PERSETUJUAI\I PUBLIKASI

ILMIAH

T]NTI'K KEPERLUAIT AKADEIVIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharrra: Nama : Rolyanus Perseveranda Nabal

NIM:

121424055

Demi pengembangan

ilmu

pengstahuan, saya membedkan kepada pelpustakaan

Universitas Sanata Dharrra karya ilmiah saya yang berjudul:

MENINGKATKAI\I MOTTVASI DAI\[ PRESTASI BELA.IAR FISIKA TENTANG GERAK LIIRUS DAITT GERAKPARABOLA PADA KELAS X SMAK SANCTISSIMA TRIMTAS RANGGU BERDASARKAN TEORI INTELIGENSI GANDA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam b€ntuk media lain, mengelolanya dalam benh* pangkalan data" mendistibusikan secam terbatas dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 06 Desember 2016 Yang menyatakan

Rolyanus Perseveranda Nabal

(8)

vii ABSTRAK

Rolyanus Perseveranda Nabal. 2016. MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA TENTANG GERAK LURUS DAN GERAK

PARABOLA PADA KELAS X SMAK SANCTISSIMA TRINITAS RANGGU

BERDASARKAN TEORI INTELIGENSI GANDA. Skripsi, Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Kata Kunci: Motivasi, Hasil Belajar, Inteligensi ganda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi siswa pada materi fisika tentang gerak lurus dengan menerapkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, interpersonal) di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu, (2) peningkatan hasil belajar siswa pada materi fisika tentang gerak lurus dengan menerapkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, interpersonal) di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3-10 Agustus 2016 dengan mengambil sampel sebanyak 60 siswa. Instrumen yang digunakan yaitu pretest dan posttest sebagai hasil tertulis, dan kuesioner motivasi belajar siswa. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik uji T untuk kelompok dependen dan kelompok independen.

(9)

viii ABSTRACT

Rolyanus Perseveranda Nabal. 2016. LEARNING PHYSICS OF THE STRAIGHT MOTION AND PARABOLIC MOTION BY USING MULTIPLE

INTELLIGENCE THEORY IN ORDER TO INCREASE THE MOTIVATION

AND LEARNING RESULT OF STUDENT IN CLASS X SANCTISSIMA

TRINITAS RANGGU SENIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Physics Education

Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. Supervisior: Prof. Dr. Paul Suparno, S. J., M.S.T.

Key Word: Motivation, Learning Result, Multiple Intelligence.

The aim of this research is to investigate: (1) the improvement of student motivation in class X Sanctissima Trinitas Ranggu Senior High School using multiple intelligences theory (linguistic, musical, logical-mathematical, bodily – kinesthetic, interpersonal) about straight motion, (2) the improvement of student’s learning achievement in class X Sanctissima Trinitas Ranggu Senior High School using multiple intelligences theory (linguistic, musical, logical-mathematical, bodily – kinesthetic, interpersonal) about straight motion.

This research was held on August 3-10, 2016 with 60 students as sample. The instruments of this research were pretest, posttest, and questionnaires of student motivation. Analysis which was used in this research is Test-T statistic for dependent group and independent group.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika

Tentang Gerak Lurus dan Gerak Parabola Kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu Berdasarkan Teori Inteligensi Ganda” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu didalam kata pengantar ini penulis ingin berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yakni:

1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Bernadinus Harken, S.Pd. selaku kepala sekolah SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

3. Bapak Hermanus Yosep Mpoo, S.Pd. selaku guru mata pelajaran fisika kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian pada kelas X mata pelajaran fisika.

(11)

x

5. Ame Aloysius Nabal dan Ine Patresia Nuwun, Kae Alfred Nabal, Weta Elda, Weta Ayu dan Weta Noya yang selalu setia mendoakan dan memberikan semangat sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

6. Sahabat terbaik Maria Eugenia Gratia Deo, Agnes Plewan Bine Jawan, dan Antonius Bunga Thomas yang selalu memotivasi dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.

7. Weta Beatrix Elvi, Yovita Claudia, Imak Cardayo, dan enu Asri yang memberikan dukungan, semangat dan bantuan sehingga terselesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendoakan dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bemanfaat bagi pembacanya dan dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lebih baik.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

(13)

xii

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Teori Inteligensi Ganda ... 6

1. Inteligensi linguistik ... 6

2. Inteligensi matematis-logis ... 9

3. Inteligensi ruang-visual ... 12

4. Inteligensi kinestetik-badani ... 12

5. Inteligensi musikal ... 15

6. Inteligensi interpersonal ... 18

7. Inteligensi intrapersonal ... 21

8. Inteligensi lingkungan ... 21

9. Inteligensi eksistensial ... 21

B. Motivasi Belajar ... 22

C. Prestasi Belajar ... 24

a. Faktor intern ... 25

b. Faktor ekstern ... 28

D. Gerak Lurus ... 33

a. Gerak lurus, perpindahan dan jarak ... 33

b. Gerak lurus beraturan (GLB) ... 35

(14)

xiii

d. Gerak jatuh bebas ... 39

e. Gerak parabola ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Subyek Penelitian ... 45

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

D. Desain Penelitian ... 45

E. Instrumentasi ... 47

1. Tes inteligensi ganda ... 47

2. Angket motivasi belajar ... 49

3. Tes hasil belajar... 50

F. Metode Analisis Data ... 51

1. Analisis tes inteligensi ganda ... 51

2. Analisis angket motivasi ... 52

3. Analisis tes hasil belajar ... 55

G. Treatment ... 57

1. Treatment ... 57

2. Langkah pembelajaran ... 59

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 63

(15)

xiv

1. Kelas XA berdasarkan inteligensi ganda ... 64

2. Kelas XB dengan metode ceramah ... 65

3. Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen ... 66

4. Pelaksanaan penelitian di kelas kontrol ... 69

B. Data dan Analisis ... 71

1. Inteligensi ganda siswa SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu .... 71

2. Peningkatan motivasi belajar siswa kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu ... 77

3. Ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu tentang gerak lurus ... 92

C. Pembahasan ... 105

1. Motivasi belajar siswa ... 105

2. Hasil belajar ... 106

D. Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumus-rumus dan kesamaan GLBB dan gerak jatuh bebas ... 39

Tabel 2.2 Rumus-rumus dan kesamaan GLBB dengan gerak parabola ... 41

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes inteligensi ganda ... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket motivasi ... 49

Tabel 3.3 Kisi-kisi hasil belajar ... 50

Tabel 3.4 Skor dan kriteria jawaban ... 51

Tabel 3.5 Kriteria motivasi ... 53

Tabel 3.6 inteligensi dalam pembelajaran ... 57

Tabel 4.1 Hasil data tes inteligensi ganda siswa kelas XA ... 72

Tabel 4.2 Total inteligensi ganda siswa kelas XA ... 73

Tabel 4.3 Pengelompokan siswa kelas XA ... 74

Tabel 4.4 Jumlah siswa kelas XA dalam setiap kelompok ... 76

Tabel 4.5 Skor motivasi sebelum pembelajaran ... 77

Tabel 4.6 Kriteria motivasi siswa kelas XA ... 78

(17)

xvi

Tabel 4.8 Kriteria motivasi siswa kelas XA ... 79

Tabel 4.9 Skor motivasi siswa sebelum pembelajaran ... 80

Tabel 4.10 Kriteria motivasi siswa kelas XB ... 81

Tabel 4.11 Skor motivasi siswa setelah pembelajaran ... 81

Tabel 4.12 Kriteria motivasi siswa kelas XB ... 82

Tabel 4.13 Skor pretest motivasi siswa kelas XA dan kelas XB ... 83

Tabel 4.14 Analisis SPSS pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 84

Tabel 4.15 Skor motivasi siswa kelas XA untuk pretest dan posttest ... 85

Tabel 4.16 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas eksperimen ... 86

Tabel 4.17 Skor motivasi siswa kelas XB untuk pretest dan posttest ... 87

Tabel 4.18 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas kontrol ... 89

Tabel 4.19 Skor posttest motivasi siswa kelas XA dan kelas XB ... 90

Tabel 4.20 Analisis posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 91

Tabel 4.21 Skor siswa kelas XA untuk pretest dan posttest ... 92

Tabel 4.22 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas eksperimen ... 93

(18)

xvii

Tabel 4.24 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas kontrol ... 96

Tabel 4.25 Skor pretest siswa kelas XA dan kelas XB ... 97

Tabel 4.26 Analisis SPSS pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 98

Tabel 4.27 Skor posttest siswa kelas XA dan kelas XB ... 99

Tabel 4.28 Analisis SPSS posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 100

Table 4.29 Skor siswa kelompok linguistik kelas XA (kelas eksperimen) untuk pretest dan posttest ... 101

Table 4.30 Analisis SPSS mean kelompok linguistik ... 101

Tabel 4.31 Skor siswa kelompok musikal kelas XA (kelas eksperimen) untuk pretest dan posttest ... 102

Table 4.32 Analisis SPSS mean kelompok musikal ... 102

Tabel 4.33 Skor siswa kelompok matematis-logis kelas XA (kelas eksperimen) untuk pretest dan posttest ... 102

Table 4.34 Analisis SPSS mean kelompok matematis-logis ... 102

Tabel 4.35 Skor siswa kelompok kinestetik-badani kelas XA (kelas eksperimen) untuk pretest dan posttest ... 103

(19)

xviii

Tabel 4.37 Skor siswa kelompok interpersonal kelas XA (kelas eksperimen) untuk pretest dan posttest ... 103

Table 4.38 Analisis SPSS mean kelompok interpersonal ... 104

Table 3.39 Peningkatan mean masing-masing kelompok berdasarkan

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 114

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari lembaga SMA ... 115

Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari guru mata pelajaran ... 116

Lampiran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 117

Lampiran 5. Tes inteligensi ganda ... 141

Lampiran 6. Test motivasi ... 147

Lampiran 7. Soal pretest dan posttest ... 150

Lampiran 8. Jawaban soal pretest dan posttest ... 155

Lampiran 9. Contoh pekerjaan siswa tes inteligensi ganda ... 156

Lampiran 10. Analisis tes inteligensi ganda ... 162

Lampiran 11. Contoh pekerjaan angket motivasi siswa kelas XA sebelum proses pembelajaran ... 173

(21)

xx

setelah proses pembelajaran ... 176

Lampiran 13. Contoh pekerjaan angket motivasi siswa kelas XB sebelum proses pembelajaran ... 179

Lampiran 14. Contoh pekerjaan angket motivasi siswa kelas XA sebelum proses pembelajaran ... 182

Lampiran 15. Distriibusi skor motivasi siswa ... 185

Lampiran 16. Contoh jawaban soal pretest siswa kelas XA ... 193

Lampiran 17. Contoh jawaban soal posttest siswa kelas XA ... 198

Lampiran 18. Contoh jawaban soal pretest siswa kelas XB ... 203

Lampiran 19. Contoh jawaban soal posttest siswa kelas XB ... 208

Lampiran 20. LKS siswa ... 213

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan sebuah proses usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman seseorang itu sendiri dalam relasi dengan lingkunganya. Belajar perlu dilakukan oleh semua orang, terutama siswa selaku pelaku belajar dalam dunia pendidikan. Dalam pengamatan singkat selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang diadakan program studi, ditemukan bahwa terdapat banyak siswa yang tidak suka belajar dan hasil belajarnya kurang memuaskan. Pengalaman serupa juga ditemukan pada SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu, berdasarkan pengalaman penulis ditemukan bahwa banyak siswa yang masih ada siswa yang tidak suka belajar dilihat dari kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran. Situasi ini disebabkan siswa menganggap bahwa belajar itu sulit dan membosankan, sehingga dalam proses belajar merasa tertekan, frustasi dan bosan, dan mereka tidak maksimal dalam belajar. Hal ini mungkin disebabkan karena proses belajar tidak sesuai dengan inteligensi siswa.

(23)

musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan/naturalis, inteligensi eksistensial (Suparno, 2004: 19).

Dalam proses belajar yang terjadi di lapangan, informasi atau pengetahuan yang dicerna siswa lebih banyak didapatkan dari guru selaku pendidik. Seperti yang diungkapkan Gardner, bahwa minimal ada sembilan inteligensi yang dimiliki seseorang, guru hendaknya memperhatikan setiap inteligensi yang mungkin ada dalam satu kelompok kelas dalam pembelajaran. Namun pada kenyataan di lapangan, banyak guru mengajar sesuai dengan inteligensi yang menonjol yang ia punya. Seperti halnya guru yang memiliki satu inteligensi yang paling menonjol, demikian halnya siswa memiliki satu inteligensi yang paling menonjol daripada inteligensi yang lainnya. Oleh karena inteligensi yang menonjol berbeda, seringkali pengajaran guru tidak mengena dan tidak membantu siswa dalam mempelajari atau memahami lebih dalam suatu materi.

(24)

dengan inteligensi dan bakat, (4) hambatan yang berkaitan dengan cara siswa belajar, (5) hambatan yang berkaitan dengan cara guru mengajar.

Pada penelitian kali ini, peneliti memfokuskan pada hambatan yang menyebabkan kesulitan belajar berkaitan dengan faktor inteligensi (kecerdasan) dan motivasi. Inteligensi yang rendah pada siswa menyebabkan siswa berpikir lebih lambat sehingga prestasi belajarnya tidak sebaik siswa yang memiliki integensi yang tinggi. Demikian halnya dengan motivasi. Motivasi yang tinggi menyebabkan siswa tidak mudah patah semangat untuk mencapai tujuannya walaupun menemui berbagai kesulitan.

Sardiman (2007: 27) menyatakan bahwa hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa menurut Slavin adalah dengan menggunakan variasi metode penyajian yang menarik (Anni, 2009). Hal ini diperkuat oleh pendapat Sylvester yang mengungkapkan bahwa motivasi yang kuat dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan ranah-ranah kecerdasan yang lemah walaupun tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal berlevel tinggi (Jasmine: 2007).

Berdasarkan pengalaman sejak SMA kelas X di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu, rata-rata siswa dominan pada beberapa inteligensi, yaitu inteligensi linguistik, inteligensi matematika-logis, inteligensi musik, inteligensi kinestetik-badani, dan inteligensi interpersonal.

(25)

serta penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan pada SMAK Sanctissi Trinitas Ranggu.

Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika Tentang Gerak Lurus Dan Gerak Parabola Pada Kelas X Smak Sanctissima Trinitas Ranggu Berdasarkan Teori Inteligensi Ganda”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan menerapkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, interpersonal) dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika tentang gerak lurus dan gerak parabola pada kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu?

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan motivasi siswa pada materi fisika tentang gerak lurus dan gerak parabola dengan menerapkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, interpersonal) di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada materi fisika tentang gerak lurus dan gerak parabola dengan menerapkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, interpersonal) di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi guru

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan guru mendapat gambaran tentang inteligensi siswa dan dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan inteligensi siswa.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa dalam mengenal inteligensinya sendiri.

3. Bagi sekolah

(27)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Inteligensi Ganda

Tokoh pencetus teori inteligensi ganda adalah Howard Gardner. Howard Gardner mendefinisikan inteligensi ganda sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (Suparno, 2004: 17). Pada awal penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang inteligensi ganda. Setelah semua kemampuan itu dianalisis secara teliti, dia menerima adanya tujuh inteligensi yang dimiliki manusia. Dia juga menambahkan adanya dua inteligensi baru. Maka saat ini ada sembilan inteligensi yang diterima, yaitu: 1. Inteligensi linguistik

Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator (Suparno, 2004: 26).

(28)

mampu secara baik dan benar menyampaikan ide dan gagasan dengan terpola dan terstruktur, apalagi digunakan di depan umum. Mereka yang lihai menggunakan kata dan kemampuan mengolah kata dalam berpidato atau menulis dikatakan punya modal dasar dan kecerdasan linguistik.

Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim (2013: 13) mengulas pendapat Baum, Viens, dan Slatin, mengemukakan bahwa kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Selanjutnya menurut McKenzie (Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim 2013: 13), kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing.

Amstrong (Yuliana Nurani Sujiono, dan Bambang Sujiono, 2010: 54), berpendapat bahwa kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan, yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.

(29)

lisan maupun tulisan dengan baik, (2) memiliki kemampuan bahasa untuk meyakinkan orang lain, (3) mampu mengingat dan menghafal informasi, (4) mampu memberikan penjelasan, serta (5) mampu untuk membahas bahasa itu sendiri.

Menurut Suparno (2004: 46), kemampuan-kemampuan yang terkait dengan inteligensi linguistik yaitu:

a. Mengerti urutan dan arti kata-kata

b. Menjelaskan, mengajar, bercerita, berdebat c. Humor

d. Mengingat dan menghafal e. Analisis linguistik

f. Menulis dan berbicara

g. Main drama, berpuisi, berpidato h. Mahir dalam perbendaharaan kata.

Menurut Munif Chatib & Alamsyah Said (2012: 82), karakteristik inteligensi linguistik adalah sebagai berikut:

a. Mendengar serta merespon setiap suara ritme, warna, dan berbagai ungkapan kata;

b. Menirukan, suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lainnya;

c. Menyimak, membaca termasuk mengeja, menulis, dan diskusi; d. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan,

(30)

e. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan,dan mengingat apa yang telah dibaca;

f. Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicarasederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat;

g. Menulis secara efektif, memahami, dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan tanda baca dan menggunakan kosa kata yang efektif;

h. Memperlihatkan kemampuan menguasai bahawa lainnya;

i. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, memengaruhi, mengciptakan pengetahuan, menyusun makna, serta menggambarkan bahasa itu sendiri.

2. Inteligensi matematis-logis

Menurut Gardner, inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan (Suparno, 2004: 29).

(31)

Kezar (Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim 2013: 14), menyatakan bahwa kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan yang berkenan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan manipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur.

Amstrong (Yuliana Nurani Sujiono, dan Bambang Sujiono, 2010: 58), berpendapat bahwa kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.

Campbell, Campbell, dan Dickinson (Yuliana Nurani Sujiono, dan Bambang Sujiono, 2010: 58), menjelaskan bahwa tujuan materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan logika matematika, antara lain mengenal bilangan, beberapa pola, perhitungan, pengukuran, geometri, statistik, peluang, pemecahan masalah, logika, games strategi dan atau petunjuk grafik.

Menurut Suparno (2004: 46), kemampuan-kemampuan yang terkait dengan inteligensi matematis-logis antara lain

a. Logika

b. Reasoning, pola sebab-akibat c. Klasifikasi dan kategorisasi d. Abstraksi, simbolisasi

(32)

f. Menghitung dan bermain angka g. Pemikiran ilmiah

h. Problem solving i. Silogisme.

Menurut Munif Chatib & Alamsyah Said (2012: 86), karakteristik inteligensi logis-matematis adalah seperti berikut:

a. Kepekaan dalam memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang;

b. Memiliki respon yang cepat terhadap kalkulasi angka;

c. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu, dan hubungan sebab akibat;

d. Menggunakan symbol-simbol abstrak untuk menunjukan secara nyata (konkret);

e. Menunjukan keterampilan pemecahan masalah secara logis; f. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;

g. Mengajukan dan menguji hipotesis;

h. Menggunakan bemacam-macam keterampilan matematis, seperti memperkirakan, memperhitung algoritma, menafsirkan statistik, dan menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik;

(33)

j. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan;

k. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis; l. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi,

teknologi, komputer, hukum, mesin, ilmu kimia, dan penelitian laboratorium sains;

m. Mempersiapkan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika.

3. Inteligensi ruang-visual

Bagi Gardner, inteligensi ruang atau inteligensi ruang-visual adalah kemampuan menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator (Suparno, 2004: 31).

Inteligensi ruang-visual adalah kemampuan merasakan dunia visual-spasial secara akurat dan menunjukan kinerja transformasi terhadap persepsi (Djohan, 2009: 159).

4. Inteligensi kinestetik-badani

(34)

Inteligensi kinestetik-badani adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide, dan merasakan guna menghasilkan atau mentransformasi sesuatu (Djohan, 2009: 159).

Gardner (Munif Chatib dan Alamsyah Said, 2012: 91), menyatakan bahwa seseorang yang punya kemampuan menggunakan seluruh tubuh mereka atau paling tidak hanya sebagian dari tubuh, seperti tangan, untuk memecahkan masalah merupakan pengembangan dari kecerdasan kinestetis.

Sonowat & Gogri (Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, 2013: 16), menjelaskan bahwa kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, flesibelitas dan kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengoontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi objek.

Amstrong (Yuliani Nurani Sujiano dan Bambang sujiono, 2010: 59), berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti, berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya.

(35)

a. Mudah berekspresi dengan tubuh b. Mengkaitkan pikiran dan tubuh c. Kemampuan main mimik d. Main drama, main peran

e. Aktif bergerak, olahraga, menari

f. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.

Munif Chatib dan Alamsyah Said (2012: 90), menjelaskan karakteristik inteligensi kinestetik antara lain seperti berikut:

a. Menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan; b. Mempersiapkan untuk menyentuh, menangani atau memainkan apa

yang akan menjadi bahan untuk dipelajari;

c. Menunjukan keterampilan, dalam arti menggerakan kelompok besar ataupun kecil;

d. Menjadi sensitif dan responsif terhadap lingkungan dan sistem secara fisik;

e. Mendemonstrasikan keahlian dalam berakting, menari, atletik, menggiring bola dengan mengecoh lawan, menendang bola dengan teknik pisang, menjahit, mengukir, memainkan keyboard;

f. Mendemonstrasikan keseimbangan, keanggunan, keterampilan, dan ketelitian dalam tugas-tugas fisik dan kemampuan gerak motorik halus dan motorik kasar;

(36)

h. Mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik;

i. Memiliki kegemaran dalam bidang olahraga atau olah tubuh; j. Menemukan pendekatan baru dalam kemampuan fisik atau

menciptakan bentuk-bentuk baru dalam menari, berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.

5. Inteligensi musikal

Gardner menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi; kemampuan memainkan alat musik; kemampuan menyanyi; kemampuan untuk menciptakan lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian (Suparno, 2004: 36).

Djohan (2009: 159), menyatakan inteligensi musikal merupakan kemampuan untuk merasa, mendiskriminasi, mentransformasi, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.

(37)

Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim (2013: 17), menjelaskan bahwa kecerdasan musik adalah kapasitas berpikir dalam musik untuk mampu mendengarkan pola-pola dan mengenal serta mungkin memanipulasinya.

Synder (Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim 2013: 17), menjelaskan bahwa kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk musik yang meliputi (1) kemampuan mempersepsi bentuk musikal seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada, (2) kemampuan membedakan bentuk musik, seperti membedakan dan membandingkan ciri bunyi musik, suara, dan alat musik, (3) kemampuan mengubah bentuk musik, seperti menciptakan dan mengkonversikan musik, dan (4) kemampuan mengekspresikan bentuk musik seperti bernyanyi, bersenandung, dan bersiul-siul.

Menurut Suparno (2004: 47), kemampuan-kemampuan yang terkait dengan inteligensi matematis-logis antara lain:

a. Kepekaan terhadap suara dan musik b. Tahu struktur musik dengan baik c. Mudah menangkap musik

d. Mencipta melodi

e. Peka dengan intonasi, ritmik f. Menyanyi, pentas musik g. Mencipta musik

(38)

Munif Chatib & Alamsyah Said (2012: 86), menjelaskan karakteristik inteligensi musikal seperti:

a. Mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi, termasuk suara manusia, suara-suara dari lingkungan alam sekitar dan musik, serta mengorganisasi beberapa jenis suara kedalam pola yang bermakna;

b. Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar;

c. Berhasrat untuk selalu ada disekitar dan belajar dari pemusik; d. Merespon musik secara kinestetis dengan cara

memimpin/konduktor, memainkan, menciptakan, atau berdansa; secara emosional melalui respon terhadap suasana hati dan tempo music;

e. Menganalisis estetika musik dengan mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik;

f. Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda, menunjukan ketertarikan terhadap aturan dalam musik dan meneruskan dengan memainkannya dalam kehidupan manusia;

(39)

h. Memainkan jenis atau beberapa alat musik dan dengan cepat menguasai teknik penggunaan alat musik yang baru dipelajari (fast learning for music);

i. Mengembangkan kemampuan menyanyi;

j. Menggunakan perbendaharaan dan notasi musik;

k. Secara cepat mampu menganalisis jenis nada, not, dan oktaf pada sebuah lagu dan mampu mengaransemen lagu;

l. Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;

m. Dapat memberikan interpretasi menurut pendapat pribadi mengenai apa yang komposer sampaikan melalui musiknya, juga dapat menganalisis dan mengkritik musik terpilih;

n. Mengungkapkan ketertarikan untuk berkarier di bidanng musik seperti menjadi penyanyi atau pemain instrument musik;

o. Dapat menciptakan komposisi asli dan atau instrumen musik. 6. Inteligensi interpersonal

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain (Suparno, 2004: 39). Inteligensi interpersonal adalah kemampuan merasakan dan membuat pembedaan atas suasana hati, intensi, motivasi, dan perasaan orang lain (Djohan, 2009: 159).

“Bekerja sama untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin”

(40)

interpersonal (Chatib dan Alamsyah Said, 2012: 93). Ciri khas seseorang yang punya kecerdasan ini: dia merasa nyaman saat berinteraksi dengan perbedaan yang timbul, dipahami sebagai kesempurnaan interaksi.

Gardner & Checkley (Muhamad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, 2013: 20), menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan dengan indikator-indiaktor yang menyenangkan bagi orang lain.

Amstrong (Yuliani Nurani Sujiano dan Bambang sujiono, 2010: 61), berpendapat bahwa kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, teman-teman, kelompok, dan kerja sama.

Suparno (2004: 47 - 48), menjelaskan kemampuan-kemampuan yang terkait dengan inteligensi interpersonal antara lain sebagai berikut:

a. Mudah bekerja sama dengan teman

b. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi teman c. Komunikasi verbal dan non verbal

d. Peka terhadap teman, empati e. Suka memberikan feedback.

(41)

a. Terikat dengan orangtua dan berinteraksi dengan orang lain; b. Membentuk dan menjaga hubungan sosial;

c. Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;

d. Merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku, dan gaya hidup orang lain;

e. Berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan oleh bawahan sampai pemimpin dalam suatu usaha bersama;

f. Memengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;

g. Kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain;

h. Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun nonverbal;

i. Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial tinggi, negosiasi, bekerja sama, berempati tinggi;

j. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan kelompok yang berbeda dengan umpan balik dari orang lain;

k. Menerima perspektif yang bermacam-macam dengan masalah sosial dan politik;

(42)

untuk bekerja sama dengan orang dengan berbagai latar belakang dan usia;

m. Membentuk proses sosial atau model yang baru. 7. Inteligensi intrapersonal

Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu (Suparno, 2004: 41).

8. Inteligensi lingkungan

Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam (Suparno, 2004: 42).

Djohan (2009: 159), menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam dan sekitarnya.

9. Inteligensi eksistensial

Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (Suparno, 2004: 43).

(43)

inteligensi musik, inteligensi matematis-logis, inteligensi kinestetik-badani, dan inteligensi interpersonal.

B. Motivasi Belajar

Motivasi adalah variabel penyelang (ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan fakor-faktor tertentu dalam organisme yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin, 2008). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007).

Memberikan motivasi belajar kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan belajar atau menginginkan belajar. Dalam penelitiannya, Strope (2008), menemukan bahwa siswa berpartisipasi lebih sering ketika pelajaran diarahkan pada kecerdasan dominan mereka. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi, seseorang yang belajar akan dapat mencapai prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat prestasi belajarnya (Sardiman, 2007 : 86).

(44)

sikap-sikap positif terhadap IPA, yang merupakan tujuan penting dalam pendidikan IPA di banyak negara (Hayat & Yusuf, 2011: 376). Menurut Keller, motivasi menunjukkan tingkat usaha yang dilakukan. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut:

1. Tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran,

2. Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa,

3. Tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran,

4. Tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Wena, 2009: 33).

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar.

(45)

pengetahuan, mempertahankan keingintahuan, cara penyampaian pelajaran yang menarik dan bervariasi, serta permainan dan simulasi.

C. Prestasi Belajar

Menurut Hamalik (2003), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari kurang tahu menjadi tahu, dan sebagainya.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2004: 22), di antara ketiga ranah itu ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Hasil belajar kognitif siswa pada dasarnya berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual (Rifa’I & Anni,

(46)

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto (2003:54) adalah sebagai berikut:

a. Faktor intern

Dalam faktor ini diibahas dua faktor yatu: 1. Faktor jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik ataukurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.

2. Faktor psikologi a) Inteligensi

(47)

b) Sikap

Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon atau mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, barang dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap (attitude) siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negative terhadap guru ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang kurang maksimal.

c) Minat

Setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing–masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang–bidang tertentu.

d) Bakat

(48)

e) Motivasi

Motivasi merupakan keadaan internalorganisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut.

f) Kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.

g) Kematangan

(49)

latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah matangbelum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

h) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. b. Faktor Ekstern

Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Faktor keluarga mencakup

a. Cara orang tua mendidik

(50)

yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.

b. Relasi antar anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula. c. Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang tenang dan hubungan yang harmonis antar sesama anggota keluarga akan senantiasa membuat anak merasa betah untuk belajar di rumah. Dan sudah pasti hal ini akan memberikan pengaruh yang baik untuk prestasi belajar anak, akan tetapi sebaliknya apabila suasana rumah terlalu ramai, sering terjadi ketegangan dan pertengkaran tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik karena konsentrasinya terganggu dan akibatnya prestasi belajar menurun.

d. Keadaan ekonomi keluarga

(51)

keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.

2. Faktor sekolah meliputi a. Metode mengajar

Menurut Slameto (2003: 64) metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar itu mempengerui belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya dengan tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

b. Relasi guru dengan siswa

(52)

c. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pulaoleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima bahan pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

3. Faktor masyarakat meliputi

a. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat berdampak terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

b. Media masa

(53)

ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orangtua, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.

c. Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d. Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi.

(54)

D. Gerak Lurus

Yohanes dan Ananta (1986: 17), menjelaskan kinematika sebagai ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebabnya. Dinamika ialah ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya penyebabnya.

1. Gerak lurus, perpindahan dan jarak

a. Suatu benda dikatakan bergerak apabila mengalami perpindahan posisi (dari suatu titik ke titik lain).

b. Gerak lurus adalah gerak yang lintasannya berupa garis lurus.

c. Vektor Posisi (besaran vektor) adalah letak suatu benda pada suatu waktu tertentu terhadap suatu acuan.

d. Perpindahan (besaran vektor) : perubahan posisi suatu benda dalam selang waktu tertentu.

Contoh: benda bergerak dari titik awal (Xawal) ke titik akhir (Xakhir), maka perpindahannya adalah (∆x = xakhir – xawal )

Xawal Xakhir

Jarak (besaran skalar) : panjang lintasan seluruhnya yang ditempuh oleh sebuah benda. Contoh : benda bergerak pada sumbu x, dari A ke B dan kembali lagi ke A. Perpindahan yang terjadi adalah nol (∆x = 0), tetapi jaraknya tidak sama dengan nol (jarak = AB + BA).

e. Kecepatan, kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat Kecepatan adalah besaran vektor.

(55)

Bila suatu benda memerlukan waktu ∆t untuk mengalami

perpindahan s, maka :

1 2 1 2 t t s s t s waktu n perpindaha rata -rata Kecepatan        (2-1) Arah kecepatan adalah searah dengan perpindahan (s).

2) Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata apabila selang waktu mendekati nol.

t s sesaat tan Kecepa t     

lim

0 (2-2)

3) Kecepatan dan kelajuan

4) Kecepatan: perpindahan benda tiap satuan waktu. 5) Kelajuan

Kelajuan adalah besaran skalar. Laju adalah besarnya kecepatan suatu benda yang bergerak atau jarak yang ditempuh benda tiap satuan waktu. Jika suatu benda memerlukan waktu (t) untuk menempuh jarak (s) , maka:

t s dibutuhkan yang waktu total jarak rata rata

Kelajuan    (2-3)

satuan kecepatan dan kelajuan adalah m/s dan km/jam. 6) Percepatan

Percepatan adalah besaran vektor.

(56)

berubah melalui dua cara, yaitu berubah besarnya (bertambah atau berkurang ) dan berubah arahnya.

Jika sebuah benda mengalami perubahan kecepatan (∆v) dalam selang waktu (∆t); maka:

1 2 1 2 t t v v t v rata rata tan Percepa      

 (2-4)

Dan dt dv t v sesaat tan Percepa

lim

0 t       (2-5)

2. Gerak lurus beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak sebuah benda pada suatu lintasan lurus dengan kecepatan tetap.

Besaran – besaran dalam GLB: Kecepatan (v): �

[image:56.595.133.513.213.710.2]

, waktu (t): sekon, dan jarak (s); meter

Grafik GLB:

a. Grafik hubungan jarak terhadap waktu

s (m)

(57)

b. Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu

Pada GLB, sebuah benda bergerak dengan kecepatan tetap, sehingga:

v (�

�)

0 t (s)

Untuk menghitung jarak, dapat digunakan grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu diatas, sehingga:

v (�

�)

v t t (s)

jarak (s) = luas daerah yang dibentuk = luas persegi panjang

= Panjang X lebar t

v

s  (2-6)

Sehingga

v s

(58)

dan

t s

v (2-8)

3. Gerak lurus dengan percepatan tetap (GLBB)

[image:58.595.139.471.271.684.2]

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak sebuah benda pada sebuah lintasan yang lurus dengan kecepatan yang selalu berubah tiap selang waktu. Perubahan kecepatan disebut percepatan.

Grafik GLBB

a. Hubungan antara jarak terhadap waktu S (m)

t (s)

b. Hubungan antara kecepatan terhadap waktu v (�

�)

vt

v0

(59)

Jarak tempuh (S) = luas bangun yang dibentuk (trapesium)

= jumlah sisi sejajart 2

=vtvt 2

0 (2-9)

Konsep percepatan (a) = perubahan kecepatan tiap selang waktu

t v v t

v t0

(2-10)

Sehingga: at v

vt0  (2-11)

Persamaan kecepatan diatas disubstitusikan ke persamaan jarak

t v v

st   2 0 t v at v

s    2

0 0

2 2v0t at s 

2 0 2 1 at t v

s  (2-12)

Hubungan antara kecepatan dan jarak at

v vt0

2

0 2

at v vt  

at v t a v

(60)

       

v a v t at

vt 2 1 2 0 2 0 2 as v

vt2  02 2 (2-13)

Ada dua macam GLBB, yaitu gerak lurus dipercepat beraturan ( a berharga positif) dan gerak lurus diperlambat beraturan (a berharga negatif)

4. Gerak jatuh bebas

Gerak jatuh bebas adalah gerak suatu benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu tanpa kecepatan awal ( v0 = 0). Pada gerak jatuh bebas mengalami percepatan yang sama dengan percepatan gravitasi bumi (a=g). Jadi gerak jatuh bebas merupakan gerak lurus dengan percepatan konstan (a= g) dan kecepatan awal nol (v0 = 0). Dengan demikian persamaan yang berlaku pada GLBB juga berlaku pada gerak jatuh bebas; dengan mengganti (a = g (percepatan gravitasi)); (v0 = 0); dan (s = h = ketinggian ).

Tabel 2.1 Berikut dirangkum rumus-rumus dan kesamaan GLBB dengan Gerak Jatuh Bebas

GLBB Gerak jatuh bebas

1.vtv0at v0 0, dan g

a

1. vt 0gtvtgt

2. 0 2

2 1

at t v

s  sh 2. 2

2 1 .

(61)

ag dan

0 0  v

2 2 1

gt h

g h t  2

3.vt2 v02 2as

h s

g a , dan

0 0  v

3. vt2 02gh gh vt2 2

gh vt  2

h = ketinggin ; t = waktu; v = kecepatan setelah t ; t

= waktu s ; dan

percepatan grafvitasi (g = , m

(62)

5. Gerak parabola

Adalah gerak dengan lintasan berupa parabola. Gerak parabola merupakan perpaduan antara GLB dan GLBB.

y

A

v0 v0 hmak

0 v0 B x 

 sin

cos 0 0

0

0 v dan v v

v xy

[image:62.595.143.494.200.559.2]

Persamaan umum untuk gerak parabola adalah sebagai berikut : Dalam arah vertikal (sumbu-y)GLBB

Tabel 2.2 Dirangkum rumus-rumus dan kesamaan GLBB dengan Gerak Parabola arah sumbu y

GLBB Gerak parabola

1. vtv0at vtvy

y v v00

dan

gt v

(63)

g a

2. 0 2

2 1

at t v

s  sy y v v00

g a

2 0

2 1 .

sin t gt v

y  

Dalam arah horizontal (sumbu-x)GLB Berlaku :

konstan

v

v

vx0x0cos

dan

t v

t v

xx.  0cos

Di titik tertinggi (titik A), besarnya (vy 0 dan vvxv0cos) Karena

 

 0 sin sin

sin

0 v v0 gt v0 gt gt v0

vy   y       

Sehingga:

g v t 0sin

(2-14)

waktu yang diperlukan untuk sampai ke titik dari titik A

g v t A  sin 0

0  (2-15)

Karena waktu untuk sampai titik A sudah ada, kita bisa mencari tinggi maksimumnya:

2 0

2 1

sin t gt

v

(64)

g v t t A  sin 0 0   sehingga ∶                  2 0 0 0 max sin 2 1 sin sin g v g g v v y

h   

g v g v g v g g v

h    

2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 max sin 2 1 sin sin 2 1 sin     g v g v h 2 sin sin 2

1 02 2 02 2

max

 (2-16)

Di titik terjauh (titik B), besarnya (v = 0)

Waktu untuk sampai di titik B adalah dua kali waktu untuk sampai titik A , sehingga:

g v t

t B 2 A 2 0sin 0

0   (2-17)

B

t v

xmax0cos

0

g v v

x cos 2 0sin 0

max  

g v

x 2 sincos 2

0 max 

g v

x 2sincos 2

0

(65)

Dalam matematika,

cos sin2

sin

2 

Sehingga:

g v

x sin2 2 0

(66)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisa statistik untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa berdasarkan teori inteligensi ganda.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X tahun ajaran 2016/2017 SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu. Untuk sampel penelitian diambil 2 kelas yaitu kelas XA dan XB sebanyak 60 orang.

C. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2016 di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu.

D. Desain Penelitian

(67)

Mengerjakan soal pre-test

Mengisi angket inteligensi ganda untuk mengetahui inteligensi siswa dan mengisi angket motivasi siswa

Pembentukan kelompok berdasarkan inteligensi yang dimiliki

Pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda (linguistik, musikal, matematis-logis, kinestetik-badani, dan interpersonal) dengan metode

kooperatif (diskusi kelompok)

(68)

Keterangan: sebelum melakukan pembelajaran siswa diminta mengisi angket inteligensi ganda berupa kuesioner berisi 56 butir soal dan angket motivasi berupa angket berisi 31 butir soal. Hasil yang diperoleh dari angket digunakan sebagai acuan untuk membentuk kelompok. Kelompok tersebut dibentuk berdasarkan inteligensi setiap siswa yang ditest dan diberikan test awal sebelum pembelajaran (pre-test). Pembelajaran dilakukan secara bersamaan dalam satu kelas dengan memuat semua jenis inteligensi dengan metode kooperatif (diskusi kelompok). Kelompok diskusi disesuaikan dengan jenis inteligensi yang dipilih dalam penelitian ini. Setelah pembelajaran, siswa mengisi angket motivasi dan test (post-test) untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

E. Instrumentasi

1. Tes Inteligensi Ganda

(69)

a. Tes kecerdasan majemuk dilakukan untuk mengetahui kecerdasan dominan yang dimiliki siswa. Tes ini dibuat berdasarkan indikator inteli gensi ganda oleh Rogers (Rogers Indicator of Multiple Intelligences).

[image:69.612.138.475.255.553.2]

b. Kisi-kisi tes inteligensi ganda

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes inteligensi ganda

c. Butir soal

Angket test inteligensi yang dipakai adalah test inteligensi yang dikembangkan oleh Rogers yang diunduh dari internet dengan judul the rogers indicator of multiple intelligences.

(70)

2. Angket motivasi belajar

a. Angket motivasi digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan strategi kecerdasan majemuk.

[image:70.612.115.513.251.611.2]

b. Kisi-kisi angket motivasi seperti pada tabel berikut: Tabel 3.2 Kisi-kisi angket motivasi

No Indikator Pernyataan Jumlah soal

Positif Negatif 1. Perhatian siswa terhadap

pembelajaran

1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8, 9 9

2. Relevansi pembelajaran dan kebutuhan siswa

10, 11, 12, 13, 14

15, 16, 17 8

3. Keyakinan siswa

terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran

18, 19, 20, 21 22, 23, 24, 25, 26

9

4. Kemampuan siswa terhadap proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan

27, 28, 29, 30 31 5

Jumlah soal 31

c. Butir soal

(71)

skripsi yang berjudul “Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMP” karya Paramitha Retno Probowening tahun 2013.

3. Tes hasil belajar

a. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan gerak lurus tes hasil belajar diberikan sebelum dan sesudah diberikan treatment.

[image:71.612.112.531.250.619.2]

b. Kisi-kisi tes hasil belajar

Tabel 3.3 Kisi-kisi tes hasil belajar

No Materi Nomor Jumlah

1 Gerak lurus 1, 2, 3 3

2 Gerak Lurus Beraturan 4, 6, 7 3

3 Gerak Lurus Berubah Beraturan 5, 8, 9, 12 4

3 Gerak jatuh bebas 10,11 2

(72)

c. Soal test

Soal yang digunakan dalam mengukur hasil belajar ini diambil dari beberapa buku pelajaran karangan Mathen Kanginan dan beberapa soal yang dikembangkan sendiri oleh penulis.

F. Metode Analisis Data

[image:72.612.132.464.232.555.2]

1. Analisis Angket Inteligensi Ganda a. Penskoran

Tabel 3.4 Skor dan kriteria jawaban

Skor Kriteria Jawaban 1 tidak pernah

2 Jarang

3 Kadang-kadang 4 Sering

5 Selalu

(73)

2. Analisis Angket Motivasi

a. Peneliti menentukan skor setiap butir soal yang diajukan dalam kuesioner. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 31 butir angket motivasi.

b. Hasil jawaban siswa dianalisis dengan cara menilai masing-masing butir pernyataan sesuai kriteria penskoran sebagai berikut

 Jawaban dari pernyataan positif:

Skor 4 diberikan untuk pilihan jawaban sangat setuju Skor 3 diberikan untuk pilihan jawaban setuju

Skor 2 diberikan untuk pilihan jawaban tidak setuju

Skor 1 diberikan untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju

 Jawaban dari pernyataan negatif:

Skor 4 diberikan untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju Skor 3 diberikan untuk pilihan jawaban tidak setuju

Skor 2 diberikan untuk pilihan jawaban setuju

Skor 1 diberikan untuk pilihan jawaban sangat setuju

(74)

Tabel 3.5 Kriteria motivasi Skor (%) Kriteria

0 – 20 Sangat rendah 21 – 40 Rendah 41 – 60 Sedang 61 – 80 Tinggi 81 – 100 Sangat tinggi

1) Pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol

Untuk mengetahui motivasi awal siswa dari kedua kelas, maka pretest kedua kelas dibandingkan dengan menggunakan uji T independent. Persamaan umum uji T kelompok independent adalah sebagai berikut:

                     2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n s n s n x x

tobs (3-1)

Keterangan:

n1 = Jumlah anggota kelas eksperimen n2 = Jumlah anggota kelas kontrol

1

x = rata-rata skor pretest motivasi kelas eksperimen

2

(75)

Bila � < � maka signifikan, dengan � = 0,05. � merupakan nilai

Gambar

Grafik GLB:
Grafik GLBB
Tabel 2.2 Dirangkum rumus-rumus dan kesamaan GLBB dengan Gerak
Tabel 3.1 Kisi-kisi tes inteligensi ganda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih tingginya produktivitas padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB dibandingkan dengan lokasi lainnya disebabkan karena pada lokasi SLPTT LL VUB diterapkan model pengelolaan

Struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena investor dan perusahaan dapat menentukan besarnya nilai suatu perusahaan dengan melihat struktur modal, dimana

Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia antara lain berkurangnya kondisi fisik mereka, mencari teman untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal dunia,

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam lembaga tersebut, khususnya tentang peningkatan kualitas korban penyalahgunaan napza dengan metode

Kedua, Jurnal Islam Al-Bashirah. Jurnal ini adalah media berkala dwibulanan resmi organisasi Wahdah Islamiyah. Isi jurnal tersebut meliputi beberapa pengetahuan tentang agama

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian terhadap implementasi metode Simple Multi Attribute Technique Exploiting Rank ( SMARTER ) dalam sistem pendukung keputusan untuk

Pengorbanan yang t imbul dal am penggunaan hut ang berupa bia ya kebangkrut an ( bankcrupt y cost ) dan bia ya keagenan (agency cost ). Sem akin bes ar kemungkinan

[r]