• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi siswa SMA di Manggarai NTT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi siswa SMA di Manggarai NTT."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja guru terhadap prestasi siswa SMA di kabupaten Manggarai, NTT. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data primer yaitu kepemimpinan instruksioanal kepala sekolah dan kinerja guru, dikumpulkan dengan kuesioner dan data sekunder berupa nilai ujian nasional SMA tahun ajaran 2013/2014. Jumlah sampel 30 sekolah, responden terdiri dari 30 kepala sekolah dan 135 wali kelas 3 SMA di Manggarai NTT. Teknik analisis data menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS. Nilai siginfikansi (p) yang digunakan adalah 0.05

Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat pengaruh langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT dengan nilai P 0,070 (tidak signifikan). Terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan nilai P 0,000 (signifikan). Terdapat pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa secara signifikan dengan nilai p 0,029 dan terdapat pengaruh secara tidak langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai melalui variabel intervening kinerja guru dengan nilai p 0,027.

Disimpulkan bahwa prestasi siswa SMA di tiga kabupaten di Manggarai dipengaruhi secara tidak langsung oleh kepemimpinan instruksional kepala sekolah melalui kinerja guru sebagai variabel intervening.

(2)

2 ABSTRACT

This research aims to know the influence of instructional leadership principals and teachers ' performance to the achievements of high school students in the Manggari Regency, NTT. This type of research used quantitative and qualitative approaches,while the sampling used a purposive sampling motode. Primary data i.e. instructional principal leadership and performance teacher, was collected with a questionnaire and a secondary data in the form of a national high school examinations year 2013/2014. The samples number is 30 high school and the respondents that consisted of 30 principals and 135 class guardians.The data was analysed using Partial Least Squar(PLS) technique via software SmartPLS. The value of siginificant (p) used was 0.05.

Results of the study showed there was no direct influence of the instructional leadership to the achievements of high school students in Manggarai (p=0.070). It was proved that the principal instructional leadership could influence the performance of the teacher significantly (p=0.000). While the student achievement was influenced by the performance of the teacher significantly ( p= 0.029). It was also shown that the instructional leadership could influence the achievements of high school students in Manggarai through intervening variable performance of the teacher (p= 0.027).

It is concluded that the achievements of high school students in the three districts of Manggarai is influenced indirectly by the principal instructional leadership through the performance of teachers as the intervening variable.

(3)

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

DAN PRESTASI SISWA SMA

DI MANGGARAI NTT

TESIS

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh

Lindung Klementina Elisabet 132222213

FAKULTAS EKONOMI

(4)

i

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

DAN PRESTASI SISWA SMA

DI MANGGARAI NTT

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh

Lindung Klementina Elisabet 132222213

FAKULTAS EKONOMI

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana S-2 pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan tesis ini banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun demikian hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

a. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian pada penulis.

b. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian pada penulis.

c. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia membimbing dan meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan dan saran selama penulisan tesis.

d. Dr. Yoseph Yapi Taum, selaku dosen pembimbing II yang bersedia membimbing dan meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan dan saran selama penulisan tesis.

e. Bapak Drs.Hilarius Jonta, M.Si selaku kepala kantor pelayanan perijinan Terpadu satu Pintu kab.Manggarai atas kerjasamanya dalam penyusunan tesis ini.

(10)
(11)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup atau Batasan Masalah ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kepemimpinan Instruksional ... 7

B. Kinerja Guru ... 11

C. Prestasi Siswa ... 14

D. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah terhadap Prestasi Siswa ... 17

E. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 21

F. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Siswa ... 23

G. Perumusan Hipotesis ... 25

H. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB III: METODE PENELITIAN ... 29

A. Rancangan atau Desain Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

C. Populasi dan Sampel... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Kabupaten Manggarai ... 41

B. Deskripsi variabel penelitian ... 46

C. Analisis Data ... 54

D. Hasil Pengujian Hipotesis... 59

(12)

ix

BAB V: PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan penelitian ... 71

C. Saran ... 72

(13)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jawaban Kuesioner Kepemimpinan Instruksional

Kepala Sekolah dan Kinerja Guru……….. 34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 35

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Deskripsi Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Menurut Indikator……… 38

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk di 3 Kabupaten di Manggarai Tahun 2013... 43

Tabel 4.5 Data Pendidikan Penduduk di Tiga Kabupaten Manggarai Tahun 2013……… 43

Tabel 4.6 Data Kondisi Ekonomi Penduduk 3 Kabupaten Manggarai tahunh 2013………... 44

Tabel 4.7 Profil Sekolah SMA di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur tahun 2015 yang menjadi Sampel Penelitian... 45

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi Penerapan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah... 47 Tabel 4.9 Skor Kinerja Guru... 50

Tabel 4.10 Nilai Average variance extracted (AVE)…... 55

Tabel 4.11 Reliabilitas Komposit ………...……... 57

Tabel 4.12 Nilai R-Square ...……. 58

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitan... 28 Gambar 4.2 Peta Wilayah 3 Kabupaten di Mangarai, NTT... 42 Gambar 4.3 Penerapan Kepemimpinan Instruksioanl Kepala Sekolah

secara umum...

48 Gambar 4.4 Penerapan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah

berdasarkan Skala Indikator...

49 Gambar 4.5 Skor Kinerja Guru secara umum... 51 Gambar 4.6 Rerata Skor Indikator Kinerja Guru... 52 Gambar 4.7 Nilai Rata-Rata Hasil Ujian Nasional (UN) tahun

2013/2014...

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner……… 77

Lampiran 2 Nilai Loading dan Cross Loading………. 85 Lampiran 3 Skor Total Kepemimpinan Instruksional, Kinerja Guru dan

Nilai Ujian Nasional tahun 2013/2014………... 88 Lampiran 4 Rekapitulasi Data Kepemimpinan Instruksional Kepala

Sekolah dan Kinerja Guru……….. 90 Lampiran 5 Rekapitulasi Data Kepemimpinan Instruksional Kepala

Sekolah………

(16)

xiii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja guru terhadap prestasi siswa SMA di kabupaten Manggarai, NTT. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data primer yaitu kepemimpinan instruksioanal kepala sekolah dan kinerja guru, dikumpulkan dengan kuesioner dan data sekunder berupa nilai ujian nasional SMA tahun ajaran 2013/2014. Jumlah sampel 30 sekolah, responden terdiri dari 30 kepala sekolah dan 135 wali kelas 3 SMA di Manggarai NTT. Teknik analisis data menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS. Nilai siginfikansi (p) yang digunakan adalah 0.05

Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat pengaruh langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT dengan nilai P 0,070 (tidak signifikan). Terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan nilai P 0,000 (signifikan). Terdapat pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa secara signifikan dengan nilai p 0,029 dan terdapat pengaruh secara tidak langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai melalui variabel intervening kinerja guru dengan nilai p 0,027.

Disimpulkan bahwa prestasi siswa SMA di tiga kabupaten di Manggarai dipengaruhi secara tidak langsung oleh kepemimpinan instruksional kepala sekolah melalui kinerja guru sebagai variabel intervening.

(17)

xiv ABSTRACT

This research aims to know the influence of instructional leadership principals and teachers ' performance to the achievements of high school students in the Manggari Regency, NTT. This type of research used quantitative and qualitative approaches,while the sampling used a purposive sampling motode. Primary data i.e. instructional principal leadership and performance teacher, was collected with a questionnaire and a secondary data in the form of a national high school examinations year 2013/2014. The samples number is 30 high school and the respondents that consisted of 30 principals and 135 class guardians.The data was analysed using Partial Least Squar(PLS) technique via software SmartPLS. The value of siginificant (p) used was 0.05.

Results of the study showed there was no direct influence of the instructional leadership to the achievements of high school students in Manggarai (p=0.070). It was proved that the principal instructional leadership could influence the performance of the teacher significantly (p=0.000). While the student achievement was influenced by the performance of the teacher significantly ( p= 0.029). It was also shown that the instructional leadership could influence the achievements of high school students in Manggarai through intervening variable performance of the teacher (p= 0.027).

It is concluded that the achievements of high school students in the three districts of Manggarai is influenced indirectly by the principal instructional leadership through the performance of teachers as the intervening variable.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan subjek yang harus melakukan transformasi kemampuannya melalui bimbingan, tuntunan, pemberdayaan, atau anjuran kepada seluruh komunitas sekolah untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai organisasi atau institusi, baik profit maupun non profit, namun model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan instruksional (PMPTK, 2010). Dalam rangka mencapai prestasi siswa, kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional perlu menciptakan sekolah yang berkompetitif, mendorong stafnya agar mampu membuat keputusan penting, menyediakan panduan intsruksional, membuat rencana strategis untuk pengembangan sekolah (Peariso, 2011).

(19)

2

dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (Learning school) yang memiliki perilaku-perilaku memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus menerus, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, mengajak para warganya untuk fokus pada layanan para siswa (Daryanto, 2011).

Pentingnya kepemimpinan instruksional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa, kinerja guru bahkan kinerja sekolah sudah dikemukakan oleh beberapa ahli berdasarkan beberapa hasil penelitian. Rayma et al. (1996) mengemukakan bahwa pemimpin instruksional yang bagus akan meningkatkan prestasi siswa, memenuhi tuntutan masyarakat dan para guru untuk mencapai tujuannya karena kepemimpinan instruksional memiliki elemen kunci yaitu pembentukan visi, mengembangkan rasa saling percaya, membimbing kerjasama dan rasa saling menghormati untuk semua pihak dalam komunitas sekolah. Melalui kepemimpinan instruksional praktik kerjasama, efektivitas instruksional dan prestasi pendidikan yang bagus menjadi fokus pendidikan. Kepemimpinan instruksional sebagai suatu hal yang penting untuk perkembangan dan pemeliharaan sebuah sekolah yang efektif (Foriska, 1994).

Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional adalah memotivasi dan menginspirasi guru serta memfasilitasi dan mendorong proses belajar aktif pada siswa dengan tujuan akhir adalah berdampak pencapaian prestasi siswa (Quinn, 2002).

(20)

3

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan instruksional

sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Artinya, jika ingin

prestasi belajar siswa meningkat , maka kepemimpinan instruksional sebaiknya

diterapkan dalam penyelengaaraan proses pendidikan di sekolah. Banyak studi

membuktikan bahwa kepala sekolah yang secara aktif terfokus pada

program-program instruksional mempunyai pencapaian prestasi siswa yang lebih tinggi dari

pada kepala sekolah yang mengelola sekolah tidak terfokus pada program

instruksional (Cotton.2003).

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji

secara mendalam tentang pengaruh kepemimpinan instruksional terhadap kinerja

guru dan prestasi belajar siswa SMA di Manggarai, NTT. Berdasarkan data

tingkat kelulusan dan nilai ujian nasional tingkat SMA di NTT tahun ajaran

2013/2014 relatif berada di bawah tingkat kelulusan SMA nasional yaitu dari 34

propinsi NTT masuk peringkat ke 32 tingkat kelulusannya. Hasil ujian nasional

tahun ajaran 2013/2014 menunjukan prestasi siswa di NTT masih dibawah

rata-rata nasional yaitu NTT rata-rata-rata-rata IPA 29,54, rata-rata-rata-rata nasional 38,20 dan IPS

NTT rata-rata 26.78 nasional 35.07. Sesuai dengan disiplin pendidikan yang sedang dijalani oleh peneliti, maka penelitian akan difokuskan pada pengaruh

kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi

siswa SMA di Manggarai, NTT.

B. Rumusan Masalah

(21)

4

1. Apakah kepemimpinan instruksional kepala sekolah berpengaruh secara langsung pada prestasi siswa?

2. Apakah kepemimpinan instruksional kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru?

3. Apakah kinerja guru berpengaruh terhadap prestasi siswa?

4. Apakah kepemimpinan instruksional kepala sekolah berpengaruh secara tidak langsung terhadap prestasi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1 Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah secara langsung terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT.

2 Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru SMA di Manggarai, NTT.

3 Pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT. 4 Pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah secara tidak

langsung terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

(22)

5

khususnya di bidang gaya kepimimpinan instruksional kepala sekolah dan sekaligus untuk bahan kajian penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, diskusi, rujukan bagi pengambil kebijakan tentang betapa pentingnya kepemimpinan instruksional kepala sekolah untuk diterapkan untuk meningkatkan prestasi siswa di SMA.

b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembanganilmu

manajemen pendidikan dan bermanfaat secara praktis bagi

kepala sekolah dan guru SMA pada umumnya, khususnya SMA

di Manggarai ,NTT, dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. Ruang Lingkup atau Batasan Masalah

Variabel yang akan diteliti untuk menghindari meluasnya pembahasan, penulis menetapkan batasan-batasan masalah dalam perumusan masalah, yakni menganalisa kepemimpinan Instruksional kepala sekolah, kinerja guru dan prestasi siswa SMA di Manggarai NTT.

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan yang terdiri dari metode penelitian dan metode penulisan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

(23)

6

Bab III: Metodologi penelitian yang terdiri dari: 1) Rancangan/Desain penelitian 2) Definisi Istilah atau Operasional 3) Populasi dan Sampel 4) Instrumen Penelitian 5) Metode Pengumpulan Data 6) Metode analisis data.

Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai:1) Deskripsi hasil penelitian 2) Hasil analisis 3) hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

(24)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Instruksional

Definisi kepemimpinan instruksional menurut Hoy dan Miskel (2008) adalah kepemimpinan dibidang pendidikan yang berfokus pada proses belajar mengajar dengan cara merumuskan visi-misi sekolah, mengelola program instruksional dan mempromosi iklim belajar yang positif. Terbentuknya konsep kepemimpinan instruksional dilatar belakangi oleh adanya kualitas pendidikan yang perlu ditingkatkan. Kualitas pendidikan yang kurang tersebut memacu untuk mentranformasi peran kepala sekolah. Transformasi peran kepala sekolah yang dimaksud adalah perlunya ditinjau ulang, disesuaikan dan kembali fokus kepada kegiatan belajar–mengajar yang merupakan tujuan utama sekolah. Transformasi peran kepala sekolah untuk perbaikan kegaiatan belajar mengajar menjadi permulaan terbentuknya kepemimpinan instruksional.

(25)

8

bertugas untuk mengevaluasi efektivitas guru, membantu pertumbuhan profesional guru, mengevaluasi efektivitas kurikulum dan mengembangkan budaya akademis di sekolah.

Menurut Hallinger (2005) ada tiga dimensi kepemimpinan instruksional, yaitu: merumuskan misi sekolah, mengelola program instruksional dan promosi iklim belajar yang positif.

a. Merumuskan misi sekolah.

Merumuskan misi sekolah dijabarkan menjadi dua indikator kepemimpinan instruksional yaitu: merumuskan tujuan sekolah dan mengkomunikasikan tujuan sekolah. Dimensi ini berisi peran kepala sekolah dengan bekerja sama dengan guru untuk membuat tujuan sekolah yang jelas, terukur, ada target waktu. Tujuan sekolah berupa hal yang berkaitan dengan kemajuan akademis siswa. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan tujuan sekolah tersebut kepada semua komunitas sekolah supaya mereka mengetahui dan mendukung.

b. Mengelola program instruksional.

(26)

9

dalam hal belajar-mengajar, berkomiten untuk mengusahakan kemajuan sekolah dan menguasai program instruksional.

c. Mempromosi iklim belajar yang positif

Dimensi ini terdiri dari lima fungsi kepemimpinan instruksional yaitu: menjaga waktu belajar, mempromosi pertumbuhan professional, menjaga kehadiran yang tinggi, memberi insentif untuk pengajar dan pelajar. Fokus dimensi ini adalah mengupayakan perkembangan mutu dan harapan yang tinggi dan membentuk budaya untuk perbaikan yang berkelanjutan.

Andrews dan Soder (1987) dalam Peariso (2011) mengemukakan bahwa pemimpin instruksional yang efektif adalah pemimpin yang melakukan dengan baik akan empat hal sebagai berikut:

a. Kepala sekolah mengarahkan semua stakeholder untuk mencapai visi-misi sekolah, dan berperan sebagai penyedia sumberdaya. (Resource provider)

b. Menetapkan ekspektasi, terlibat terus- menerus untuk mengembangkan: program instruksional (Instructional resource)

c. Kepala sekolah monjadi role model untuk komitmen terhadap tujuan sekolah, menyampaikan visi sekolah (Communicator)

d. Kepala sekolah secara fisik selalu hadir di dalam segala acara sekolah). (Visible present)

(27)

10

a. Kepala sekolah mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan baik. Dia juga mampu membangun kebiasaan-kebiasaan berbagi pendapat atau urun rembug dalam merumuskan visi dan misi sekolahnya, dan dia selalu menjaga agar visi dan misi sekolah yang telah disepakati oleh warga sekolah hidup subur dalam implementasinya.

b. Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan dan dalam kegiatan operasional sekolah sesuai dengan kemampuan dan batas-batas yuridiksi yang berlaku. (manajemen partisipatif

c. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran, misalnya dia mendukung bahwa pengajaran yang memfokuskan pada kepentingan belajar siswa harus menjadi prioritas.

d. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung didalam sekolah. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut.

(28)

11

positif untuk memfasilitasi pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa..Pemimpin instruksional juga bertugas untuk mengevaluasi efektivitas guru, membantu pertumbuhan profesional guru, mengevaluasi efektivitas kurikulum dan mengembangkan budaya akademis di sekolah.

Dengan mencakup tiga dimensi kepemimpinan instruksional yaitu merumuskan misi sekolah, mengelola program instruksional dan promosi iklim belajar yang positif dan dirumuskan menjadi 10 indikator kepemimpinan instruksional yaitu:1) Perumusan tujuan sekolah, 2) Mengkomunikasikan tujuan sekolah, 3) Supervisi dan evaluasi instruksional, 4) Koordinasi kurikulum, 5) Memonitor kemajuan siswa, 6) Menjaga waktu instruksional, 7) Menyediakan insentif untuk guru, 8) Menyediakan insentif untuk siswa, 9) Meningkatkan perkembangan profesionalitas dan, 10) Mempertahanakn kehadiran.

B. Kinerja Guru

(29)

12

pribadi 4) kemampuan melaksanakan penilaian 5) kemampuan melaksanakan program pengayaan, dan 6) kemampuan melaksanakan program remedial (Supardi, 2014).

Menurut Association of American School in South America- Teacher Performance Assessment System (AASSA-TPAS, 2010), terdapat 6 standard indikator kinerja guru, yaitu:

a. Perencanaan instruksional.

Guru merencanakan kegiatan instruksional, sesuai dengan kurikulum, strategi dan sumber daya sekolah, untuk memenuhi kebutuhan murid. b. Pelaksanaan Instruksional

Guru melibatkan siswa untuk belajar dengan berbagai strategi instruksional guna memenuhi kebutuhan belajar siswa.

c. Menilai proses belajar

Guru secara sistematis mengumpulkan, mengalisis dan menggunakan data untuk menilai atau mengukur kemajuan belajar siswa, memberi arahan belajar dan memberi umpan balik kepada hasil pengukuran kemajuan belajar siswa.

d. Lingkungan belajar

(30)

13 e. Profesionalisme

Guru mempertahankan komitmennya sesuai dengan etika profesioanlime, misi sekolah dan bertangungjawab serta berpartisipasi dalam pertumbuhan profesionalisme demi meningkatkan belajar siswa.

f. Kemajuan siswa

Upaya guru untuk kemajuan siswa yang sesuai target dan terukur.

Dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1, ayat 1 menjelaskan bahwa: guru adalah pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru juga dituntut memenuhi cakupan kompetensi berkaitan dengan profesionalisme guru yang meliputi: (1) kompetensi pendagogik (2) kompetensi kepribadian (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

(31)

14

Semakin baik mutu dan kinerja seorang guru, maka semakin besar peranannya dalam meningkatakan prestasi siswa. Oleh karena itu guru merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik Supardi (2013).

C. Prestasi Siswa

Prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi atau hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru (Sukmadinata, 2005). Fungsi prestasi belajar menurut Purwanto (2003) yaitu:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan anak didik

(32)

15

b. Prestasi belajar sebagai lembaga kepuasan hasrat ingin tahu

Para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum manusia, termasuk didalamnya adalah seorang siswa yang ingin mencapai kepuasan dengan cara memperoleh prestasi belajar yang baik.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan

Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern

Sebagai indikator intern artinya prestasi belajar yang telah diraih dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Sedangkan sebagai indikator ekstern artinya tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan siswa dalam masyarakat.

(33)

16

belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Lingkungan sekolah yang baik dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih rajin, Lingkungan sekolah tempat yang paling efektif untuk anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Menurut Yusuf (2005) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Indikator lingkungan sekolah meliputi: (1) kondisi tempat sekolah (2) staf pengajar, (3) hubungan siswa dengan guru (4) hubungan siswa dengan siswa.

Selain faktor-faktor tersebut tadi, hal lain yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi sekolah adalah kepemimpinan kepala sekolah. Tabrani Rusyan mengungkapkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah harus dapat memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Selanjutnya Mulyasa (2009), bahwa kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator.

(34)

17

karateristik siswa, faktor guru dan faktor pemimpin kepala sekolah. Faktor karakteristik siswa sendiri meliputi kemampuan intelektual, motivasi dan status ekonomi. Faktor guru meliputi teknik mengajar guru, strategi mengajar aktif, dan aktivitas perkembangan staf. Namun pada dasarnya berkembang tidaknya peserta didik lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dalam hal ini pengaruh dari komponen-komponen yang ada di sekolah. Kepala sekolah sebagai penggerak utama dalam proses pendidikan diharapkan memiliki kemampuan untuk membangun komponen-komponen yang ada di sekolah.

D. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Kepemimpinan

Instruksional Kepala Sekolah terhadap Prestasi Siswa

(35)

18

Hallinger dan Heck (1998) membuat klasifikasi pengaruh kepemimpian instruksional terhadap pencapaain prestasi siswa, sebagai berikut:

a. Pengaruh langsung, dimana tindakan kepala sekolah mempengaruhi pencapaian sekolah.

b. Pengaruh melalui mediasi, dimana tindakan kepala sekolah mempengaruhi pencapaian sekolah secara tidak langsung melalui variabel-variabel lain.

c. Pengaruh timbal-balik, dimana kepala sekolah mempengaruhi guru dan sebaliknya guru mempengaruhi kepala sekolah, dan proses tersebut mempengaruhi pencapaian sekolah. Selanjutnya pengaruh melalui mediasi dan efek timbal-balik digabung menjadi satu klasifikasi yaitu pengaruh tidak langsung.

(36)

19

Kepemimpinan instruksional sangat penting untuk diterapkan disekolah karena bahwa kepemimpinan pembelajaran berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar karena mampu memberikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya.

Meta análisis secara ekstensif yang dilakukan oleh Waters et al. (2003), pemimpin intruksional yang efektif dalam arti mampu mencapai prestasi siswa yang baik sebagai tujuannya, memiliki banyak karakteristik kunci yaitu: 1) Mengalokasi sumberdaya dan pengembangan kurikulum, 2) Fokus kepada intruksional dan penilaian, 3) Memiliki pengetahuan metoda kurikulum, 3) Hadir secara nyata, 4) Bisa berkomunikasi baik dengan staff, 4) Berperan sebagi figur contoh 5) Memonitor dan mengevaluasi efektivitas program, 6) Flexibel dan tahu situasi, 7) Memberi stimulasi intelektual kepada staf.

(37)

20

secara tidak langsung kepada efektivitas sekolah dan pencapaian prestasi siswa melalui peran kepala sekolah dalam membimbing arah sekolah melalui visi, misi, goal dan pengaruhnya pada memotivasi staf, membangun komitmen, dan pengkondisian pekerjaan (Halinger at al., 2008).

Menurut Glickman (2002) terdapat tiga elemen penting dalam konsep kepemimpinan instruksional yaitu : elemen yang mempengaruhi langsung terhadap pembelajaran siswa, elemen hubungan kepemimpinan instruksional dengan guru, dan elemen yang mendukung pencapaian peningkatan pembelajaran, tiga elemen ini dilaksanakan secara utuh dan dilaksanakan secara berkelanjutan dalam penyelenggaran sekolah. Dengan kata lain, ketiga elemen ini harus bersama-sama dijadikan prioritas dalam pembuatan kebijakan dan layanan pembelajaran kepada siswa. Elemen yang mempengaruhi langsung terhadap pembelajaran siswa meliputi: konten materi pelajaran, metode yang digunakan dan penilaian pembelajaran. Elemen hubungan kepemimpinan instruksional dengan guru, yang meliputi: fokus observasi dan penggunaan data, pendekatan yang digunakan dalam bekerja dengan guru, dan stuktur dan format untuk mengorganisasikan usaha peningkatan pembelajaran.

(38)

21

tidak langsung kepemimpinan terhadap prestasi belajar siswa (Leithwood at al,. 2004). Kualitas kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci untuk memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran organisasi (Datnow, 2005).

Komunikasi langsung dengan siswa merupakan hal yang penting di lakukan oleh seorang pemimpin instruksional dalam rangka menyerap dan menampung aspirasi siswa, hal ini dapat menjadi dasar pembuatan program peningkatan layanan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan para siswa. Yukl (2009) mengemukakan bahwa komunikasi langsung memungkinkan efek kata-kata diperkuat oleh intonasi, gerakan, dan keakraban. Komunikasi langsung membantu usaha mempengaruhi dan memberikan kesempatan untuk memperoleh umpan balik yang segera tentang efektivitas sebuah program. Hal ini berguna untuk memberi motivasi, semangat, pemahaman terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa, yang akan menjadi dasar evaluasi bagi kepala sekolah dalam upaya membuat program dalam pencapaian prestasi belajar siswa yang maksimal.

E. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru

(39)

22

(2005) kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah untuk menggerakkan, mengerahkan, membimbing, melindungi, memberi teladan, memberi dorongan, dan memberi bantuan terhadap sumber daya manusia yang ada di suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bila diintegrasikan dengan komponen sekolah maupun kepemimpinan kepala sekolah. Pidarta (2004) mengemukakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya adalah kepemimpinan kepala sekolah untuk menentukan baik buruknya kinerja guru. Penelitian Rinehart at al, (1998) menunjukkan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan oleh pengaruh kepala sekolah karena kepala sekolah tersebut dapat dipercaya karena kemampuannya. Hasil Penelitian Blase dan Blasé (1999) juga menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah kepada kinerja guru melalui strategi kepala sekolah yaitu dengan cara memberi contoh kepada para guru dalam praktek intruksional setiap harinya.

(40)

23

tertinggi harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru untuk mencapai kualitas pendidikan sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpinan instruksional kepala sekolah mempunyai tugas yang penting di dalam mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.

F. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Siswa

(41)

24

Hasil penelitian Policy Studies Associates (PSA), (2005), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara kualitas guru dengan kemajuan belajar siswa. Guru yang berkualitas sangat berpengaruh pada kemajuan prestasi siswa.. Pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa lebih besar dari pada faktor lainnya: ekonomi, etnis, ukuran kelas, absensi. Guru yang kurang berpengalaman merupakan penghambat kemajuan prestasi siswa.

(42)

25

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian prestasi siswa karena guru dipandang sebagai faktor kunci, guru yang berinteraksi secara langsung dengan murid dalam proses belajar mengajar di sekolah.

G. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori sebagaimana telah diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(43)

26

H1: Terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional secara langsung terhadap prestasi siswa.

Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional adalah kemampuannya untuk memotivasi dan menginspirasi guru dengan tujuan akhir adalah berdampak pada praktik instruksional dan pencapaian prestasi siswa dengan mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran agar mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru (Mulyasa, 2004).

(44)

27

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

H3: Terdapat pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa.

Pengaruh kepemimpinan instruksional secara tidak langsung terhadap prestasi siswa melalui peran kepala sekolah dalam membimbing arah sekolah melalui perumusan, penyampaian dan pembangunan komitmen pada visi, misi dan goal sekolah, memotivasi staff dan guru, pengelolaan program intruksioanal dan mencipatakan suasana kerja dan belajar mengajar yang positif. Guru sebagai mediator hubungan rasional dan emosional. Hubungan rasional melalui kualitas dan penguasaan guru dalam mendidik siswa yang dipengaruhi oleh kapasitas kepala sekolah dalam hal memecahkan masalah dan pengetahuan tentang kepemimpinan yang relevan dan praktek mendidik, hubungan emosional yaitu tingkat emosional guru yang merupakan hasil pengaruh dari kepala sekolah dengan cara menginspirasi dan mendukung mereka.

Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional adalah kemampuannya untuk memotivasi dan menginspirasi guru dengan tujuan akhir adalah berdampak pada praktik instruksional dan pencapaian prestasi siswa. Kepala sekolah harus menyediakan kepemimpinan instruksional untuk memfasilitasi dan mendorong proses belajar aktif pada siswa (Quinn, 2002).

(45)

28

H. Kerangka Konsep Penelitian

Dari landasan teori di atas dapat dibuat kerangka konsep penelitian pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 mengilustrasikan bahwa kepemimpinan instruksional kepala sekolah sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi 2 variabel endogen yaitu variabel kinerja guru dan variabel prestasi siswa. Variabel kinerja guru selain sebagai variabel endogen, juga sebagai variabel intervening yang berfungsi memediasi pengaruh variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa.

Kepemimpinan Instruksional Kepala sekolah

Kinerja Guru

Prestasi Siswa

Sumber : Irianto (2004)

Gambar 1.1.

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan atau Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris dengan tujuan untuk memperoleh gambaran pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan prestasi siswa SMA di kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Timur dan kabupaten Manggarai Barat, NTT.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2007). Variabel

dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Variabel eksogen, yakni variabel yang tidak dipengaruhi atau diprediksi oleh variabel lain dalam model. Variabel eksogen dikenal juga sebagai independent variabel. Dalam penelitian ini variabel eksogen adalah kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja guru.

(47)

30

3) Variabel mediasi atau intervening secara teoritis adalah variabel yang mempengaruhi hubungan dependen dan independen menjadi hubungan langsung dan tidak langsung yang dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel mediasi adalah kinerja guru Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah

Kepemimpinan instruksional menurut Hoy dan Miskel adalah kepemimpinan di bidang pendidikan yang berfokus pada proses belajar mengajar dengan cara merumuskan visi-misi sekolah, mengelola program instruksional dan mempromosi iklim belajar-mengajar yang positif dengan tujuan untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya meningkat prestasi belajarnya, meningkat kepuasan belajarnya, meningkat motivasi belajarnya, meningkat keingintahuannya, kreativitasnya, inovasinya, jiwa kewirausahaannya, dan meningkat kesadarannya untuk belajar secara terus-menerus sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat.

(48)

31

evaluasi instruksional, 4) Koordinasi kurikulum, 5) Memonitor kemajuan siswa, 6) Menjaga waktu instruksional, 7) Menyediakan insentif untuk guru, 8) Menyediakan insentif untuk siswa, 9) Meningkatkan perkembangan profesionalitas dan, 10) Mempertahanakan kehadiran (Hallinger , 2005)

b. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perubahan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas pembelajaran (Supardi,2014).

(49)

32

mengevaluasi cara mengajar apabila siswa susah memahami materi yang di ajarkan dan menggunakannya hasil evaluasi tersebut untuk memperbaiki cara mengajar berikutnya.

c. Prestasi Siswa

Prestasi siswa dikemukakan oleh Winkel dalam Sunarto (2009) adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan nilai yang dicapainya. Prestasi siswa adalah nilai ujian Nasional (UN) dari masing-masing sekolah tahun ajaran 2013/2014 SMA di Manggarai NTT.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua sekolah SMA di tiga kabupaten Manggarai di NTT. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 30 sekolah SMA di tiga kabupaten manggarai yaitu kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Manggarai barat, NTT..

(50)

33

mengacu pada pendapat Sugiyono (2011) bahwa sampel minimal untuk penelitian adalah 30 sampel.

. Kriteria penelitian sampel adalah sekolah yang memiliki kepala sekolah dan wali kelas 3 yang sudah menjabat minimal 3 tahun sebagai kepala sekolah dan wali kelas di SMA tempat penelitian. Dasar pertimbangannya karena kepala sekolah dan wali kelas tersebut mengetahui keadaan saat itu serta memenuhi kriteria penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian sehingga mendapatkan hasil penelitian yang akurat.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan menggunakan kuesioner berdasarkan indikator-indikator variabel penelitian yang dikemukan oleh Peariso (2011). Kuesioner ditujukan untuk responden kepala sekolah dan wali kelas 3 SMA di Manggarai. Untuk variabel prestasi belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata ujian nasional tahun ajaran 2013/2014.

(51)

34

guru tentang kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kepala sekolah sendiri dan 30 pernyataan kinerja guru.

Penyusunan kuesioner menggunakan Skala Likert. Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Tabel 3.1

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Respondenr Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru

Positif Skor Negative Skor

Hampir tidak pernah 1 Hampir tidak pernah 5

Jarang 2 Jarang 4

Kadang-kadang 3 Kadang-kadang 3

Sering 4 Sering 2

Hampir selalu 5 Hampir selalu 1

(52)

35

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator No Butir

Pernyataan Sumber c. Supervisi dan evaluasi

instruksional 7,8,9

h. Memberi penghargaan atau insentif untuk c. Evaluasi proses belajar 11,12,13,14,15 d. Lingkungan belajar

Kondusif 16,17,18,19,20

e. Profesionalisme 21,22,23,24,25 f. Kemajuan siswa 26,27,28,29,30

E. Metode Pengumpulan Data

(53)

36 a. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. (Indriantoro dan Supomo, 1999 dalam Aji dan Sabeni, 2003). Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara meminta responden yaitu kepala sekolah dan guru wali kelas tiga mengisi kuesioner yang dibagikan, dan melakukan wawancara bagi kepala sekolah dan guru serta melakukan observasi.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat dokumen sekolah hasil rata-rata nilai ujian nasional siswa kelas III SMA di Manggarai, tahun ajaran 2013/2014 yang menjadi sampel penelitian.

Penelitian dilakukan di 3 kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu: Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, dan Kabupaten Manggarai Timur. Penelitian dilakukanan pada tanggal 20 Juli sampai 15 Agustus 2015.

F. Metode Analisis Data

Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif menampilkan data hasil penelitian dalam bentuk prosentase dan rerata. Analisis inferensial menggunakan SmartPLS 3.0. PLS adalah sebuah teknik pilihan yang cocok karena ukuran sampel yang kecil, tidak didasarkan

(54)

37

dengan skala kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model

yang sama) (Ghozali, 2008).

Alasan memilih PLS SEM karena dalam penelitian terdapat tiga variabel penelitian yaitu variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah sebagai variabel independen, kinerja guru sebagai variabel intervening dan variabel dependen yaitu prestasi siswa. Dengan demikian penggunaan PLS akan mampu menguji dan mengukur pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap variabel prestasi siswa. Analisis PLS-SEM terdiri dua sub model yaitu: model pengukuran atau sering disebut outer model dan model struktural atau inner model.

a. Analisis Data Deskriptif

(55)

38 Skor terendah : 1 x 30 = 30 Skor tertinggi : 5 x 30 = 150

Tabel 3.3

Kriteria Interprestasi Skor Penerapan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru

b.Analisis Data Statistik Inferensial

Menurut (Sugiyono, 2008) statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian ini analisis data statistik inferensial diukur dengan menggunakan software SmartPLS untuk model pengukuran (outer model), model struktural (inner model) dan pengujian hipotesis. Kriteria uji dilakukan pada kedua model tersebut.

Variabel Rentang nilai skor Kategori

(56)

39 1 Outer model (Model Measurement)

Model pengukuran atau Outer model dievaluasi dengan cara melihat nilai validitas dan reliablitas pengukuran dari model tersebut. Validitas pengukuran terdiri atas validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen ditentukan menggunakan parameter loading factor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Pengukuran dapat dikategorikan memiliki validitas konvergen apabila nilai loading factor dan nilai AVE sebesar 0,5 atau lebih. Validitas diskriminan ditentukan dengan melihat cross loading dari setiap variabel dan di kategorikan memiliki validitas diskriminan apabila nilai cross loading mencapai 0,7 (Ghozali dan Latan, 2015).

Model ini menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya. Uji yang dilakukan pada outer model:

1)Convergent Validity. Nilai convergent validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan > 0.7.

(57)

40

3) Average Variance Extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan >0.5. a. Composite Reliability. Data yang memiliki composite reliability

>0.7 mempunyi reliabilitas yang tinggi.

Uji yang dilakukan diatas merupakan uji pada outer model untuk indikator reflektif,:

2 Inner Model (Model Structural)

Uji pada model struktural dilakukan untuk menguji hubungan antara konstruk laten. Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory) menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan nilai R-square dan koefisien jalur untuk mendapatkan informasi seberapa besar variabel laten dependen dipengaruhi oleh variabel laten independen, serta uji signifikansi untuk menguji nilai signifikansi hubungan atau pengaruh antar variabel (Ghozali, 2015). Beberapa uji untuk model struktural yaitu

1)R Square pada konstruk endogen. Nilai R Square untuk variabel Kinerja Guru dan prestasi siswa. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap variabel kinerja guru dan prestasi apakah mempunyai pengaruh yang substantif.

(58)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Manggarai

a. Wilayah lokasi penelitian

Suku Manggarai adalah sebuah suku bangsa yang mendiami bagian barat pulau Flores di propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di propinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Mangarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai.

Kabupaten Manggarai secara geografis terletak pada 08o14”-09o00” LS dan 120o 15”-120o30” BT . Kabupaten Manggarai yang beribu kota di Ruteng memiliki luas169.435 hektar yang terbagi dalam 1145 desa, 17 kelurahan dan 11 kecamatan. Komoditi unggulan kabupaten Manggarai yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan, perternakan dan jasa. Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, diwilayah ini tersedia 1 bandara, yaitu bandara Frans Lega, untuk transportasi laut tersedia 1 pelabuhan, antara lain Reo.

(59)

42

kecamatan. Komoditi unggulan yaitu sector pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.

.

Gambar 4.2

Peta Wilayah 3 Kabupaten di Manggarai, NTT

(60)

43

Wulang.wisata budaya.sebagai penunjang kegiatan perekonomian, diwilayah ini tersedia 1 bandara udara, yaitu bandara komodo dan memilik satu ipelabuhan yaitu pelabuhan labuhan.

b. Data Demografi

Data demografi Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur dapat dilihat di tabel-tabel 4.4

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk di 3 Kabupaten di Manggarai Tahun 2013

No Nama Kabupaten Jumlah

Penduduk pendidikan penduduk di tiga kabupaten di Manggarai tahun 2013.

Tabel 4.5

Data Pendidikan Penduduk di Tiga Kabupaten Manggarai Tahun 2013

(61)

44

yaitu penduduk dengan ijazah SD sebesar 51,3 persen. Diikuti oleh penduduk dengan ijazah SMP sebanyak 9,2 persen. Sedangkan penduduk dengan ijazah SMA/SMK hanya 6,4 persen dan perguruan tinggi hanya 2,0 persen.

Kabupaten Manggarai , persentase jumlah penduduk 10 tahun keatas yang tidak mempunyai ijazah sangat tinggi yaitu sebesar 41,2 persen.Terbesar kedua yaitu penduduk dengan ijazah SD sebesar 31,6 persen. Diikuti oleh penduduk dengan ijazah SMP sebanyak 13,3 persen. Sedangkan penduduk dengan ijazah SMA/SMK 10 persen dan perguruan tinggi hanya 3,6 persen.

Kabupaten Manggarai Barat persentase jumlah penduduk yang tidak mempunyai ijazah SD cukup tinggi yaitu sebesar 33,3 persen. Tertinggi yaitu penduduk dengan ijazah SD sebesar 44,8 persen. Diikuti oleh penduduk dengan ijazah SMP sebanyak 9,4 persen. Sedangkan penduduk dengan ijazah SMA/SMK hanya 8,6 persen dan perguruan tinggi hanya 3,9 persen

Tabel 4.6

(62)

45 c. Karakteristik Objek Penelitian

Berikut ini disajikan profil sekolah SMA di kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur tahun 2015 yang menjadi sampel Penelitianseperti terlihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Profil Sekolah SMA di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur tahun 2015 yang menjadi Sampel Penelitian

No Nama SMA Negeri/Swasta

(63)

46

B. Deskripsi variabel penelitian

Analisis deskriptif data variabel penelitian merupakan upaya menggambarkan secara umum tentang data yang diperoleh selama penelitian. Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu kepemimpinan instruksional kepala sekolah, kinerja guru dan prestasi siswa. Variabel kinerja guru juga sebagai variabel intervening.

Hasil jawaban responden untuk variabel kepemimpinan instruksional untuk: mean (rata-rata) sebesar 109,4, simpangan baku (standar deviasi) 12,6, titik tengah (median) 108,2, skor minimum sebesar 87,9 dan skor maksimum 138,1 . Untuk variabel kinerja guru diperoleh hasil mean (rata-rata) sebesar 10,92, simpangan baku (standar deviasi) 16,2, titik tengah (median) 106,9, skor minimum sebesar 80,6 dan skor maksimum 143,8. Rerata prestasi hasil ujian nasional mean (rata-rata) sebesar 4,4, simpangan baku (standar deviasi) 0,8, titik tengah (median) 4,1, skor minimum sebesar 3,3 dan skor maksimum 6,3.

Hasil rekapitulasi skor total data dstribusi frekuensi Kepemimpinan Instruksional, kepala sekolah, kinerja guru dan nilai ujian nasional tahun ajaran 2013/2014 pada lampiran 4.

a. Deskripsi Data Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah

(64)

47

instukrusional kepala sekolah SMA di 30 sekolah SMA di kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. Berikut disajikan hasil deskripsi distribusi frekuensi data penerapan variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah

Tabel 4.8

Distribusi frekuensi Penerapan Kepemimpinan Instruksioanl Kepala Sekolah

No Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 30 - 54 0 0%

2 55 - 78 0 0%

3 79 - 102 9 30%

4 103 - 126 19 63,3%

5 126 - 150 2 6,7%

Jumlah 30 100%

Sumber: Riduwan 2013

Gambar 2.1 di bawah berdasarakan kriteria interprestasi skor kepemimpinan instruksional kepala sekolah pada tabel 3.3 pada bab III menunjukkan bahwa penerapan kepemimpinan instruksional kepala sekolah oleh kepala sekolah SMA di tiga kabupaten Manggarai yaitu 0% hampir tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan 0%, kadang-kadang dilakukan 30%, sering dilakukan 63,3 % dan hampir selalu dilakukan 6,7%.

(65)

48

kepemimpinan instruksional kepala sekolah SMA di tiga kabupaten Manggarai sudah sering dilakukan.

0.0% 0.0%

30.0%

63.3%

6.7%

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%

Penerapan Kepemimpinan

Instruksional Kepala Sekolah

3

Gambar 4.3

Penerapan Kepemimpinan Instruksioanl Kepala Sekolah

(66)

49

Gambar 4,4

Penerapan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah berdasarkan Skala Indikator

Gambar 4.4 menunjukkan rerata skor penerapan kepemimpinan instruksioanl kepala sekolah menurut indikatornya.

(67)

50

dan berpartisipasi secara aktif dalam memeriksa materi kurikulum dan Kepala sekolah sering meningkatankan profesionalisme warga sekolahnya terutama guru secara terus-menerus dan berupaya agar semua guru mengikuti pelatihan-pelatihan yang diangap penting dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin.

b. Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru

Analisis deskriptif variabel kinerja guru bertujuan menggambarkan secara umum kinerja guru yang diperoleh dari hasil jawaban responden kepala sekolah dan guru kelas wali kelas 3. Untuk mengukur kinerja guru oleh kepala sekolah dan wali kelas sendiri, maka penskoran terhadap jawaban kuesioner berdasarkan alternatif jawaban yaitu skor 1 sampai 5 untuk tiap pernyataan dengan kategori tertentu kemudian di rata-rata.

Berikut disajikan hasil deskriptif data variabel kinerja guru berdasarkan distribusi frekuensi jawaban kuesioner pada tabel 9.

Tabel 4.9 Skor Kinerja Guru

No Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1 30 - 54 0 0%

2 55 - 78 0 0%

3 79 - 102 6 20%

4 103 - 126 20 66,7%

5 127 - 150 4 13,3%

(68)

51

Gambar 4.5 Kinerja Guru

Gambar 4.5 di atas berdasarakan kriteria interprestasi skor kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja guru tabel 3.3 pada bab III menunjukkan kinerja guru SMA di tiga kabupaten di Manggarai yaitu sangat kurang 0%, kurang 0%, cukup 20%, baik 66,7 % dan sangat baik 13,3%. Maka kalau dilihat dari presentase tersebut kinerja guru SMA di tiga kabupaten Manggarai masuk dalam kategori baik.

(69)

52

Gambar 4.6

Rerata Skor Indikator Kinerja Guru

Gambar 4.6 menunjukan bahwa rata-rata untuk indikator

perencanaan instruksional sebesar 3,8, indikator pelaksanaan

instruksional, indikator evaluasi proses belajar 3,6, indikator

lingkungan belajar kondusif 3,7, indikator profesionalisme dan

indikator kemajuan siswa dengan rentang katagori jawaban 1-5,

katagori 1 merupakan jawaban terendah dan katagori 5 jawaban

tertinggi. Rincian penyebaran jawaban per item dari jawaban

responden terlihat yang tertinggi yaitu pada indikator perencanaan

instruksional sebesar 3,8. Hal ini menunjukan bahwa kinerja guru

SMA di Manggrai dalam merencanakan kegiatan instruksional, sesuai

dengan kurikulum, strategi dan sumber daya sekolah, untuk memenuhi

(70)

53

baik dan terendahh indikator kemajuan siswa 3,5, namun masih

masuk dalam kategori baik bahwa guru SMA di Manggarai

mengupayakan kegiatan instruksioanl untuk kemajuan siswa yang

sesuai target dan terukur .

c. Deskripsi Data Prestasi Siswa

Analisis deskripsi prestasi siswa sebagai gambaran untuk mengetahui nilai rata-rata nilai ujian nasional SMA di Manggarai tahun ajaran 2013/2014 .

Nilai Rata-Rata UN SMA Negeri dan Swasta 2013/2014

Gambar 4.7

Nilai Rata-Rata Hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2013/2014 SMA Negeri dan Swasta

(71)

54

median dan rentang minimal dan maksimal. Hasil ujian nasional tahun ajaran 2013/2014 di 3 kabupaten di Manggarai rata-rata 4,4 dengan standar deviasi 0,8. Nilai minimum 3,3 dan nilai maksimum 6,3. Nilai median 4,1

C. Analisis Data

a. Model pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran atau Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliablitas model. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan intrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper et al.,2006 dalam Jogiyanto 2011). Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab ítem pertanyaan dalam kuesioner atau instrumen penelitian.

1) Uji Validitas

a) Validitas Konvergen

(72)

55

Average Variance Extracted (AVE) menggambarkan rata-rata varians yang diekstrak pada setiap indikator, sehingga kemampuan masing-masing item dalam membagi pengukuran dengan yang lain dapat diketahui. Nilai AVE sama dengan atau di atas 0,50 menunjukkan adanya convergent yang baik. Nilai AVE dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.10

Nilai Average variance extracted (AVE)

No Variabel Nilai AVE

1 Kepemimpinan Instukrusional

Kepala sekolah 0.639

2 Kinerja Guru 0.744

3 Prestasi Siswa 0.581

(73)

56 b) Validitas Diskriminan

Uji validitas diskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya. Metoda lain yang digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar AVE untuk setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai validitas diskriminan yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari pada korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Chin et al,1997 dalam Jogiyanto, 2011).

Output discriminant validity dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 2.

Tabel pada lampiran 2 menunjukkan nilai cross loading dari keseluruhan konstruk dengan semua indikator penelitian. Semua nilai cross loading tersebut mencapai angka 0,7 yang berarti indikator-indikatornya memiliki diskriminan yang baik.

2) Uji Reliabilitas.

(74)

57

Tabel 4.11 Reliabilitas Komposit

No Variabel Reliabilitas

Komposit 1 Kepemimpinan Instukrusional Kepala sekolah 0.946

2 0.946

3 Prestasi Siswa 0.943

Data pada tabel 4.11 bisa dijelaskan bahwa nilai composite reliability baik untuk konstruk Kepemimpinan Instukrusional Kepala sekolah, Kinerja Guru, dan Prestasi Siswa semuanya diatas 0.60. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

b. Evaluasi Inner Model

Uji inner model atau uji model struktural untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung kepemimpinan instukrusional kepala sekolah terhadap prestasi siswa serta pengaruh kepemimpinan instukrusional kepala sekolah terhadap kinerja guru dan pengaruh kinerja guru terhadap prestasi siswa SMA di Manggarai, NTT.

(75)

58

Tabel 4.12 Nilai R-Square

No Variabel Endogen Nilai R-Square

1 Prestasi siswa 0,741

2 Kinerja guru 0,797

Sumber: Hasil Penghitungan Statistik

Tabel 4.12 di atas menggambarkan Koefisien determinasi prestasi siswa sebesar 0,741 yang berarti variansi perubahan variabel prestasi siswa yang dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja guru adalah sebesar 74,1% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. Koefisien determinasi variabel kinerja guru sebesar 0,797 yang berarti variansi perubahan variabel prestasi siswa yang dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah 79,7% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.

(76)

59

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.

Gambar 4.8 Model struktural

D. Hasil Pengujian Hipotesis

(77)

60

1) Tidak terdapat pengaruh signifikan secara langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa dengan P value = 0,091

2) Terdapat pengaruh secara signifikan kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan P value = 0,000

3) Terdapat pengaruh signifikan kinerja guru terhadap prestasi siswadengan P value = 0,006

4)Terdapat pengaruh tidak langsung kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap prestasi siswa dengan P value P value = 0,00

Tabel 4.13

Koefisien Jalur Pengaruh Antara Variabel Penelitian

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konsep Penelitan.................................................
Gambar 1.1.  Kerangka Konsep Penelitan
Tabel 3.1 Tabel Skor Jawaban Kuesioner Respondenr Kepemimpinan Instruksional
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,

disimpan pada suatu file dan kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform sehingga didapatkan pola suara yang diinginkan. Setelah

Kepuasan yang berlebihan pada masa oral akan membentuk orang incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fksasi mengumpulkan pengetahuan atau

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada

Computer Assited Data Collection (CADAC) mulai populer untuk menggantikan fungsi kertas dan pena dalam proses pengambilan data sejak tahun 1990-an bersamaan dengan

Paba bab 1: Pendahuluan, menguraikan tentang ruang lingkup ilmu ekonomi moneter dan berbagai isu atau pokok bahasan dalam ekonomi moneter, definisi dari uang,

Penyelesaian perselisihan ini diatur pada Pasal 15 bahwa apabila timbul sengketa antara kedua belah pihak akibat dari perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah

Kendala dalam pembelajaran sejarah di SMA yang dihadapi guru, yaitu (1) Materi pembelajaran sejarah yang sangat padat dan banyak sehingga tidak semua materi yang