ABSTRAK
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
Yulius Donni Setiawan 112114030
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan sampel dengan purposive sampling. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan cara membandingkan dan mengevaluasi penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Kesimpulan yang diperoleh adalah: (1) penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 belum sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 dan (2) penyetoran PPh Pasal 21 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
ABSTRACT
EVALUATION OF CALCULATING, DEPOSITING, AND REPORTING OF INCOME TAX ARTICLE 21 FOR PERMANENT EMPLOYEES A Case Study at The Department of Finance Management and Regional
Asset of Sleman Regency Yulius Donni Setiawan
112114030
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
This research aims to determine whether calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 for employees in the Department of Finance Management and Regional Asset of Sleman Regency, were applied based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
Type of this research is a case study. Data was collected through interviews and documentations. The sample method is purposive sampling. The method of analysis being used in this research was comparing and evaluating of calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
This research concluded that (1) the calculating and reporting of Income Tax Article 21 was not accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012 and (2) the depositing of Income Tax Article 21 was accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yulius Donni Setiawan NIM : 112114030
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yulius Donni Setiawan NIM : 112114030
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Hari kemarin telah berlalu. Hari esok belum datang.
Kita hanya memiliki hari ini. Mari kita mulai.”
-Ibu Teresa-
“Hiduplah seolah-olah anda ingin mati besok.
Belajarlah seolah-olah anda ingin hidup selamanya.”
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yulius Donni Setiawan
Nomor Mahasiswa : 112114030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2015
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas semua rahmat dan karunia-Nya.
2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memeberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis. telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Edi Suryono dan Bapak Dwi Nugroho selaku pegawai DPKAD Kabupaten Sleman yang telah membantu penulis dengan mencarikan data yang dibutuhkan.
8. Bapak A. Joko Karyono selaku Bapak dari penulis dan keluarga Budhe yang banyak mendorong, memberikan semangat, dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
9. Maria Kartika Pipit Wisnu Wardani yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.
10. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2011 yang berjuang bersama. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xi
ABSTRAK ... ... xii
ABSTRACT... ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 2
D. Tujuan Penelitian... 3
E. Manfaat Penelitian... 3
F. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
B. Pajak Penghasilan ... 9
1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 9
2. Subjek Pajak Penghasilan ... 9
3. Tidak Termasuk Subjek Pajak ... 12
4. Objek Pajak Penghasilan ... 13
5. Tidak Termasuk Objek Pajak ... 15
C. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPH PASAL 21) ... 18
1. Pengertian PPh Pasal 21 ... 18
2. Pemotong PPh Pasal 21 ... 19
3. Pemotong PPh Pasal 21 yang Dikecualikan ... 20
4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21... 21
5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 23
6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 24
7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 25
8. Biaya Jabatan ... 26
ix
10. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 ... 28
11. Beberapa Pengertian dalam PPh Pasal 21 ... 29
D. Surat Setoran Pajak (SSP) ... 31
1. Pengertian dan Fungsi SSP ... 31
2. Batas Waktu Penyetoran SSP ... 31
E. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 32
1. Pengertian dan Fungsi SPT ... 32
2. Tata Cara Penyampaian SPT ... 33
3. Pengisian SPT ... 34
4. Batas Waktu Penyampaian SPT ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Subjek Penelitian ... 36
C. Objek Penelitian ... 36
D. Tempat Penelitian ... 36
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 37
F. Data yang Diperlukan... 37
G. Teknik Pengumpulan Data ... 38
H. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PENGELOLAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SLEMAN ... 43
A. Sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) ... 43
B. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 44
C. Susunan Organisasi ... 45
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
1. Data yang diperlukan ... 52
2. Pengambilan sampel... 53
B. Analisis Data ... 79
1. Mengevaluasi Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 80
2. Mengevaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 103
3. Mengevaluasi Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 108
C. Pembahasan ... 108
BAB VI PENUTUP... 113
A. Kesimpulan... 113
B. Keterbatasan Penelitian ... 114
C. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Rribadi Dalam Negeri...28 Tabel II.2 Tarif Pemotongan Pajak atas Penghasilan Kena Pajak...29 Tabel V.1 Daftar Sampel Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman
Tahun 2014...54 Tabel V.2 Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Oleh
DPKAD Kabupaten Sleman Tahun 2014...62 Tabel V.3 Waktu dan Tempat Penyetoran SSP Oleh DPKAD Kabupaten
Sleman...79 Tabel V.4 Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 ...82 Tabel V.5 Data Perbandingan Hasil Penghitungan Pemotongan PPh
Pasal 21...98 Tabel V.6 Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak...103 Tabel V.7 Pengisian Surat Setoran Pajak Oleh DPKAD Kabupaten
Sleman...105 Tabel V.8 Waktu dan Tempat Penyetoran SSP Oleh DPKAD Kabupaten
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar IV.1 Bagan Struktur Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
xii
ABSTRAK
EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
BAGI PEGAWAI TETAP
Studi Kasus Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman
Yulius Donni Setiawan 112114030
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan sampel dengan purposive sampling. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan cara membandingkan dan mengevaluasi penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Kesimpulan yang diperoleh adalah: (1) penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 belum sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 dan (2) penyetoran PPh Pasal 21 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
xiii
ABSTRACT
EVALUATION OF CALCULATING, DEPOSITING, AND REPORTING OF INCOME TAX ARTICLE 21 FOR PERMANENT EMPLOYEES A Case Study at The Department of Finance Management and Regional
Asset of Sleman Regency Yulius Donni Setiawan
112114030
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
This research aims to determine whether calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 for employees in the Department of Finance Management and Regional Asset of Sleman Regency, were applied based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
Type of this research is a case study. Data was collected through interviews and documentations. The sample method is purposive sampling. The method of analysis being used in this research was comparing and evaluating of calculating, depositing, and reporting of Income Tax Article 21 based on the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
This research concluded that (1) the calculating and reporting of Income Tax Article 21 was not accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012 and (2) the depositing of Income Tax Article 21 was accordance with the Regulation of General Directorate of Taxation, Number PER-31/PJ/2012.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pegawai merupakan suatu aset bagi perusahaan karena pegawai
merupakan salah satu pendukung perusahaan untuk dapat mencapai laba
perusahaan. Pegawai dan perusahaan memiliki relasi dan timbal balik,
pegawai memberikan jasanya kepada perusahaan dalam bekerja sesuai
dengan keahlian dan kemampuan sedangkan perusahaan memberikan hak
kepada pegawai yaitu memberikan gaji. Tidak luput dari itu pegawai dan
perusahaan harus membayar pajak kepada negara, salah satunya Pajak
Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan timbal
baliknya negara juga akan melakukan pembangunan yang merata.
Penulis melakukan penelitian ini di Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman. DPKAD Kabupaten Sleman
merupakan Dinas yang menangani Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi seluruh
pegawai yang bekerja di lingkup Pemerintahan Kabupaten Sleman. Penelitian
ini dilakukan di DPKAD Kabupaten Sleman karena lebih efisien dalam
pengambilan data terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 21.
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang harus disetorkan ke kas
Negara dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 harus menggunakan
dokumen yang diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam
mekanisme yang harus dipatuhi. Perlu adanya pembahasan yang
menunjukkan mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap yang
selama ini terjadi apakah telah sesuai dengan dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012, sehingga perlu adanya penelitian
mengenai kesesuaian penghitungan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
pajak panghasilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apakah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di
DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?
2. Apakah penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di
DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?
3. Apakah pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di
DPKAD Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan
dengan data yang terbaru. Pada saat pra survei (wawancara), peneliti hanya
diperbolehkan mendapat data secara tahunan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap di Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Sleman telah tepat dan sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan tambahan
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas dalam bidang perpajakan.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan
tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang Pajak
Penghasilan Pasal 21.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan teori-teori yang akan digunakan untuk
mendukung proses penelitian. Sehingga, teori-teori yang relevan
yang ditulis dan dibahas secara rinci pada bab ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian,
objek penelitian, tempat penelitian, teknik pengambilan sampel,
data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini menjelaskan secara garis besar objek yang diteliti, seperti
sejarah singkat organisasi, tugas pokok dan fungsi organisasi, dan
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data, keterbatasan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat (1):
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak yang sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian
pajak di atas, dapat diketahui bahwa:
a. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (reguler)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
3. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi tiga sistem
pemungutan yaitu:
a. Official assessment system
Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self assessment system
Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
c. Withholding system
Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menetukan besarnya
pajak yang yang terutang oleh Wajib Pajak.
4. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk
menentukan pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak kepada
Negara sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Struktur tarif yang
berhubungan dengan pola persentase tarif pajak dikenal dengan empat
macam tarif, yaitu:
a. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak
pajak. Contoh: dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas
penyerahan Barang Kena Pajak.
b. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan
semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak.
Contoh: tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak orang
pribadi.
c. Tarif degresif (a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan
pajaknya semakin meningkat.
d. Tarif regresif atau tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif
pajak akan selalu tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
Contoh: tarif Bea Materai.
5. Wajib Pajak
Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009
tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat (2):
B. Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dapat didefinisikan suatu pungutan resmi yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Penghasilan dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pada Pasal 4 ayat (1):
“Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”
2. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 2 adalah:
a. Orang pribadi.
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak
pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
c. Badan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
d. Bentuk usaha tetap.
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
e. Subjek pajak dalam negeri adalah:
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
a) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Pembiayaannya bersumber dari APBN dan APBD.
c) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah.
d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
e) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
f. Subjek pajak luar negeri adalah:
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3. Tidak Termasuk Subjek Pajak
Tidak termasuk dalam subjek pajak penghasilan menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 3 adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing.
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan,
4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 4 adalah:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya.
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
s. Surplus Bank Indonesia.
5. Tidak Termasuk Objek Pajak
Tidak termasuk dalam objek pajak penghasilan menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 yang adalah:
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
b. Warisan.
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara
final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan
khusus (deemed profit).
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai.
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
C. Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Pengertian PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi pada Pasal 1 ayat (2):
2. Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 2 adalah:
a. Pemberi kerja yang terdiri dari:
1) Orang pribadi dan badan.
2) Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar:
1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas
namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
2) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri.
3) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang.
e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
3. Pemotong PPh Pasal 21 yang Dikecualikan
Pemotong PPh Pasal 21 yang dikecualikan berdasarkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 2 adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing.
b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 3 adalah orang
pribadi yang merupakan:
a. Pegawai.
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris.
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat pelukis,
dan seniman lainnya.
3) Olahragawan.
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator.
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
7) Agen iklan.
8) Pengawas atau pengelola proyek.
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara.
10)Petugas penjaja barang dagangan.
11)Petugas dinas luar asuransi.
12)Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya.
d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
e. Mantan pegawai.
f. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara
lain:
1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya.
2) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu.
4) Peserta pendidikan dan pelatihan.
5) Peserta kegiatan lainnya.
5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012
Pasal 4 adalah:
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 menurut Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 5 adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang
pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai
berhenti bekerja.
d. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan.
e. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.
g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada
perusahaan yang sama.
h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
PER-31/PJ/2012 Pasal 8 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara
tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah,
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang
berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
8. Biaya Jabatan
Biaya jabatan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
250/PMK.03/2008 pada Pasal 1 yaitu besarnya biaya jabatan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan
Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima
persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp6.000.000,00 (enam
9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak pada Pasal 1 adalah sebagai berikut:
a. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk
diri Wajib Pajak orang pribadi.
b. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin.
c. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah)
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir, dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
d. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012 Pasal 11
memiliki ketentuan sebagai berikut:
b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
Karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari
Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang
menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh
penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
10.Tarif Pemotongan PPh Pasal 21
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan, tarif pemotongan pajak dapat disajikan dalam tabel berikut
ini:
Tabel II.1 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
5% (lima persen) di atas Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
15%
(lima belas persen)
di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Berdasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
PER-31/PJ/2012 pada Pasal 14, tarif pemotongan pajak yang berlaku adalah
sebagai berikut:
Tabel II.2 Tarif Pemotongan Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penerima Penghasilan Penghitungan PKP Pegawai Tetap Penghasilan bruto dikurangi dengan
biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan dikurangi PTKP Penerima Pensiun berkala
yang dibayarkan secara bulanan
Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan dikurangi PTKP
Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang dibayarkan secara bulanan
Penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.
Sumber: PER-31/PJ/2012
Dikecualikan bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal
21 yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap
wajib pajak yang memiliki NPWP. Artinya jumlah PPh pasal 21 yang
harus dipotong adalah sebesar 120% dari jumlah PPh pasal 21 yang
seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
Pemotongan PPh Pasal 21 seperti ini hanya berlaku untuk pemotongan
PPh Pasal 21 yang tidak final.
11.Beberapa Pengertian dalam PPh Pasal 21
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2012
Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan
26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi
pada Pasal 1:
a. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau
ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.
b. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota
dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.
c. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja,
berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.
d. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
e. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.
f. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan.
g. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan
penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
D. Surat Setoran Pajak
1. Pengertian dan Fungsi SSP
Surat Setoran Pajak (SSP) menurut Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 pada Pasal 1:
“Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.”
SSP berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada
Pasal 10 ayat (1a) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Batas Waktu Penyetoran SSP
Batas waktu penyetoran SSP menurut Peraturan Menteri Keuangan
atau penyetoran pajak adalah PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong
PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Apabila Wajib Pajak membayar atau
menyetor PPh Pasal 21 setelah tanggal jatuh tempo, maka dapat dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (persen) per bulan yang
dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.
E. Surat Pemberitahuan
1. Pengertian dan Fungsi SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 pada Pasal 1:
“Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pada Penjelasan Pasal 3
ayat (1), fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1
b. Penghasiian yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
c. Harta dan kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
2. Tata Cara Penyampaian SPT
Tata Cara Penyampaian SPT berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tata Cara
Pengisisan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 pada Pasal 6, SPT Masa
PPh Pasal 21 dapat disampaikan oleh Pemotong dengan cara:
a. Langsung ke KPP atau KP2KP.
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP.
c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat ke KPP.
d. E-Filing yang tata cara penyampaiannya diatur dengan ketentuan
SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan oleh Pemotong meliputi
SPT Masa PPh Pasal 21 yang berbentuk:
a. Formulir kertas (hard copy).
b. E-SPT yang disampaikan dalam media elektronik.
3. Pengisian SPT
Pengisian Surat Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat
Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik,
dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang
diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Sementara itu yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan
jelas dalam mengisi Surat Pemberitahuan adalah:
a. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan
objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.
SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut
wajib disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
4. Batas Waktu Penyampaian SPT
Batas waktu penyampaian SPT berdasarkan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 pada Pasal 3 ayat (3) adalah:
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
SPT yang dilaporkan setelah tanggal jatuh tempo, maka dapat
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, penelitian yang dilakukan
terhadap suatu perusahaan/instansi. Penelitian ini dilakukan terhadap objek
tertentu disertai dengan pengumpulan data selama periode tertentu, kemudian
data tersebut dievaluasi sehingga dapat memberikan kesimpulan yang cukup
jelas atas objek yang diteliti.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pegawai tetap Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Sleman.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Sleman.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman, yang terletak di Jalan Parasamya Beran Tridadi Sleman,
E. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan sebagian untuk diambil dari keseluruhan subjek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling
atau sampel bertujuan. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kriteria
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang dikehendaki oleh
penulis. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. PNS yang bekerja pada 1 (satu) tahun penuh baik itu berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
2. PNS yang mulai bekerja ditengah tahun berjalan baik itu berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
3. PNS yang berhenti bekerja pada tahun berjalan baik itu berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
4. PNS yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5. PNS dengan penghasilan netonya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).
F. Data yang Diperlukan
1. Gambaran umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman.
2. Data diri pegawai tetap.
3. Data penghasilan pegawai tetap.
5. Data berupa bukti penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, yaitu
tanya jawab secara langsung kepada pihak instansi pemerintahan yang
menangani pajak penghasilan pegawai dalam memperoleh data yang
diperlukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan
dokumen-dokumen seperti gaji pegawai tetap, penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap menurut perusahaan, serta
penyetoran dan pelaporan.
H. Teknik Analisis Data
1. Evaluasi penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Melakukan penghitungan kembali PPh Pasal 21 sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Formula sesuai dengan Peraturan Perpajakan bagi Pegawai Negeri
Sipil adalah sebagai berikut:
Gaji pokok xxx
Tunjangan istri xxx
Tunjangan jabatan xxx
Tunjangan beras xxx +
Jumlah penghasilan bruto xxx
Pengurangan:
Biaya jabatan xxx
Iuran pensiun xxx +
Jumlah pengurang xxx -
Jumlah penghasilan neto xxx
Jumlah penghasilan neto disetahunkan xxx
Pengurangan:
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) xxx -
Penghasilan kena pajak (PKP) xxx
PPh Pasal 21 terutang setahun:
5% x PKP xxx
15% x PKP xxx
25% x PKP xxx
30% x PKP xxx +
Jumlah PPh Pasal 21 terutang setahun xxx
b. Melakukan perbandingan hasil penghitungan pemotongan PPh
Pasal 21 oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman dengan hasil penghitungan berdasarkan
c. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penghitungan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan langkah sebagai berikut:
1) Apakah sudah tepat atau belum pada penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21, yaitu pada penghitungan penghasilan
bruto, penghasilan neto, penghasilan tidak kena pajak,
penghasilan kena pajak, dan penghasilan pajak terutangnya.
2) Apakah sudah sesuai atau belum pada penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21, yaitu sesuai pada item-item
pemotongannya antara lain, pengurang penghasilan bruto
seperti biaya jabatan dan iuran pensiun; jumlah PTKP; dan tarif
pemotongan pajak.
2. Evaluasi penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Mengevaluasi pengisian Surat Setoran Pajak.
b. Mengevaluasi tempat dan waktu pembayaran pajak.
c. Melakukan perbandingan antara penyetoran PPh Pasal 21 yang
dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman dengan penyetoran PPh Pasal 21 menurut
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
d. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan penyetoran PPh Pasal
21 dengan langkah sebagai berikut:
1) Apakah penyetoran pajak sudah tepat atau belum, penyetoran
pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat Setoran
2) Apakah penyetoran pajak sudah sesuai atau belum, penyetoran
pajak dikatakan sesuai jika:
a) Wajib Pajak menggunakan SSP untuk melakukan
penyetoran pajak.
b) Pengisian SSP benar, lengkap, dan jelas.
c) Penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau Bank yang
telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
d) Penyetoran pajak tidak lebih dari tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya.
3. Evaluasi pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Mengevaluasi pengisian Surat Pemberitahuan.
b. Mengevaluasi tempat dan waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan.
c. Melakukan perbandingan antara pelaporan PPh Pasal 21 yang
dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman dengan pelaporan PPh Pasal 21 menurut
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
d. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan pelaporan PPh Pasal
21 dengan langkah sebagai berikut:
1) Apakah pelaporan pajak sudah tepat atau belum, pelaporan
pajak dikatakan tepat jika, tepat dalam pengisian Surat
2) Apakah pelaporan pajak sudah sesuai atau belum, pelaporan
pajak dikatakan sesuai jika:
a) Wajib Pajak menggunakan SPT untuk melaporkan
pemungutan pajak.
b) Pengisian SPT benar, lengkap, dan jelas.
c) Pelaporan pajak disampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
d) Pelaporan pajak tidak lebih dari tanggal 20 (duapuluh)
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM
DINAS PENGELOLAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SLEMAN
A. Sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Mengurai sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Sleman tentunya harus melakukan kilas balik yang cukup panjang.
Proses kelahiran DPKAD tidak dapat dilepaskan dari beberapa kali perubahan
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Organisasi Perangkat Daerah
dari masa ke masa.
Dimulai dari unifikasi Bagian Keuangan, Bagian Perlengkapan, dan
Dinas Pendapatam menjadi Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
Daerah (BPKKD) Kabupaten Sleman. BPKKD dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Sleman dan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan Pertama Perda Nomor 12
Tahun 2000.
Seiring perkembangan kebutuhan, potensi, cakupan tugas, jumlah
penduduk, kemampuan keuangan daerah, sarana prasarana daerah, dan
tuntutan peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Pemerintah
Kabupaten Sleman mengeluarkan aturan baru tentang organisasi perangkat