ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat
motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian
yang diajukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tidak hanya meneliti
masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan
masalah yang diuraikan atas faktor-faktornya. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah motif prososial. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas
Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di
Universitas “X” Bandung. Pemilihan sampel ditentukan dengan menggunakan
teknik purporsive sampling dan diperoleh 36 orang. Alat ukur yang digunakan
adalah Alat Ukur Skenario Situasi Prososial yang diadaptasi dari Skenario
Situasi Prososial dari Sri Pidada Untari (1988). Alat ukur Skenario Situasi
Prososial ini telah dimodifikasi, yang disusun berdasarkan aspek-aspek motif
prososial yang terdiri atas 10cerita.Uji validitas dan realibilitas alat ukur ini
menggunakan metoda inter rater sebanyak 3 orang.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistika deskriptif
dengan menggunakan metoda inter-rater sebanyak 3 orang, diperoleh hasil
bahwa 69.4% mahasiswa fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung memiliki derajat motif
prososial tinggi, dan 30.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
Universitas Kristen Maranatha
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung
memiliki derajat motif prososial rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X”
Bandung yang memiliki motif prososial pada derajat tinggi cenderung memiliki
derajat yang tinggi pula dalam aspek persepsi terhadap situasi, nilai prososial
dan afek posiitif, sedangkan aspek yang rendah terdapat dalam aspek perspektif
sosial dan empati.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas ‘X’ Bandung pada
umumnya berada pada kategori kuat, kombinasi interaksi antara aspek kognitif
dan afektif dari aspek motif prososial yang terbanyak adalah aspek kognitif yang
tinggi dan afeksi yang rendah serta faktor perbedaan jenis kelamin dan tekanan
waktu merupakan faktor yang mempunyai peranan dalam menentukan kekuatan
motif prososial. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti
mengajukan saran untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh paling
dominan dari aspek motif prososial, kepada dokter pembimbing untuk
meningkatkan penanaman aspek motif prososial, kepada para anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk menghadiri semua kegiatan simulasi
dengan penuh.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat
motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian
yang diajukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tidak hanya meneliti
masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan
masalah yang diuraikan atas faktor-faktornya. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah motif prososial. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas
Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di
Universitas “X” Bandung. Pemilihan sampel ditentukan dengan menggunakan
teknik purporsive sampling dan diperoleh 36 orang. Alat ukur yang digunakan
adalah Alat Ukur Skenario Situasi Prososial yang diadaptasi dari Skenario
Situasi Prososial dari Sri Pidada Untari (1988). Alat ukur Skenario Situasi
Prososial ini telah dimodifikasi, yang disusun berdasarkan aspek-aspek motif
prososial yang terdiri atas 10cerita.Uji validitas dan realibilitas alat ukur ini
menggunakan metoda inter rater sebanyak 3 orang.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistika deskriptif
dengan menggunakan metoda inter-rater sebanyak 3 orang, diperoleh hasil
bahwa 69.4% mahasiswa fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung memiliki derajat motif
prososial tinggi, dan 30.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
Universitas Kristen Maranatha
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung
memiliki derajat motif prososial rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X”
Bandung yang memiliki motif prososial pada derajat tinggi cenderung memiliki
derajat yang tinggi pula dalam aspek persepsi terhadap situasi, nilai prososial
dan afek posiitif, sedangkan aspek yang rendah terdapat dalam aspek perspektif
sosial dan empati.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas ‘X’ Bandung pada
umumnya berada pada kategori kuat, kombinasi interaksi antara aspek kognitif
dan afektif dari aspek motif prososial yang terbanyak adalah aspek kognitif yang
tinggi dan afeksi yang rendah serta faktor perbedaan jenis kelamin dan tekanan
waktu merupakan faktor yang mempunyai peranan dalam menentukan kekuatan
motif prososial. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti
mengajukan saran untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh paling
dominan dari aspek motif prososial, kepada dokter pembimbing untuk
meningkatkan penanaman aspek motif prososial, kepada para anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk menghadiri semua kegiatan simulasi
dengan penuh.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Bab Halaman
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR………. iv
DAFTAR ISI ………... viii
DAFTAR TABEL……… xii
DAFTAR BAGAN... xiii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Identifikasi Masalah………. 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 8
1.3.1 Maksud Penelitian……… 8
1.3.2 Tujuan Penelitian………. 8
1.4 Kegunaan Penelitian……….. 8
1.4.1 Kegunaan Teoritis………. 8
1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 9
1.5 Kerangka Pikir……….. 9
1.6 Asumsi Penelitian………. 22
Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motif Prososial……….. 23
2.1.1 Sejarah Prososial………... 23
2.1.2 Pengertian Tingkah Laku Prososial……….. 23
2.1.3 Teori Tingkah Laku Prososial ……….. 28
2.1.3.1 Teori Biologis ……….. 28
2.1.3.2 Teori Belajar Sosial……….. 29
2.1.4 Peran-peran yang dalam Tingkah Laku Prososial…. 35 2.1.5 Memutuskan Untuk Menolong………. 37
2.1.6 Dinamika Tingkah Laku Prososial……… 39
2.1.7 Faktor Penentu Yang Mempengaruhi Pemberian Bantuan………. 40
2.1.8 Motif Prososial……….. 48
2.1.9 Konsep tentang Pengembangan Motif Prososial….. 59
2.2 Remaja……….. 62
2.2.1 Tugas Perkembangan Remaja ……….. 62
2.2.2 Perkembangan Remaja………. 63
2.2.3 Pandangan Mengenai Perkembangan Remaja Dari Beberapa Sudut Pandang……….. 63
2.2.4 Transisi Masa Remaja ……….. 67
2.2.5 Perkembangan Kognisi………. 68
2.2 5.1 Pemikiran Operasional Konkrit……… 68
2.2.5.2 Kognisi Sosial ……….. 69
Universitas Kristen Maranatha
2.2.5.3 Pengambilan Keputusan………... 70
2.2.6 Perkembangan Moral ………... 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………... 73
3.2 Variabel Penelitian & Definisi Oprasional……… 74
3.2.1 Variabel Penelitian………. 74
3.2.2 Definisi Operasional………. 74
3.3 Alat Ukur……….. 76
3.3.1 Alat Ukur Skenario Situasi Prososial ………... 76
3.3.2 Kriteria Penilaian……….. 77
3.3.3 Pengujian Alat Ukur ……… 91
3.3.3.1 Validitas Alat Ukur Reliabilitas Alat Ukur… 91 3. 4 Populasi Sasaran dan Tekhnik Sampling ………. 91
3.4.1 Teknik pengambilan sampel……….. 91
3.4.2 Karakteristik Sampel………. 92
3.5 Teknik Analisis………. 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 94
4.1.1 Gambaran Responden……….. 94
4.1.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin………... 94
4.1.1.2 Berdasarkan Usia……… 95
4.1.1.3 Berdasarkan banyaknya Aktivitas…………. 95
4.1.2 Gambaran Motif Prososial……… 96
Universitas Kristen Maranatha
4.1.3 Gambaran Elemen Motif Prososial………... 97
4.1.4 Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan Aspek-aspeknya……… 98
4.1.5 Gambaran Kategori Aspek Kognitif dan Aspek Afektf ……….. 99
4.1.6 Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan Kombinasi Aspek-aspek Motif Prososial ………... 100
4.1.7 Gambaran Motif Prososial dengan Data Penunjang.. 101
4.1.7.1 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Perbedaan Jenis Kelamin……….. 101
4.1.7.2 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Perbedan Usia ……….. 101
4.1.7.3 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Banyaknya Kegiatan………. 102
4.2 Pembahasan………... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 111
5.2 Saran……….. 112
5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan……….. 112
5.2.2 Saran Praktis……….. 112
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 94
Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia………. 95
Tabel 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Banyaknya
Kegiatan……… 95
Tabel 4.4. Gambaran Motif Prososial ………... 96
Tabel 4.5. Gambaran Elemen Motif Prososial……….... …….. 97
Tabel 4.6. Gambaran Perbandingan Motif Prososial
dengan Aspeknya………. 98
Tabel 4.7. Gambaran Kategori antara Aspek Kognitif dan
Aspek Afektif……….…….. 99
Tabel 4.8. Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan
KombinasiAspek-aspek Motif Prososial……….. 100
Tabel 4.9. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial dengan
Jenis Kelamin ………. 101
Tabel 4.10. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial
dengan Usia. ……….. 101
Tabel 4.11. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial
dengan Banyaknya Kegiatan yang diikuti………... 102
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Bagan Kerangka Pemikiran………... 21
Bagan 2. Bagan Motif Prososial ……….. 48
Bagan 3. Bagan Rancangan Penelitian ……….. 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Hasil Perhitungan Aspek-aspek Motif Prososial dalam Alat ukur Skenario Situasi
Prososial
Lampiran II
Kategori Motif Prososial
Lampiran III
Alat Ukur Lengkap
Lampiran IV
Data Identitas
Lampiran V
Informasi Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius
Universitas Kristen Maranatha
‘dengarlah sahabatku, ada sebuah jenis kereta perang, yang pasti menjanjikan
kemenangan. Roda-rodanya terbuat dari kesabaran dan kekuatan pikiran.
Kebenaran dan martabat adalah tongkat benderanya yang kuat, serta
benderanya. Kekuatan dan kebijaksanaan adalah dua kuda yang menariknya.
Ampunan dan kebajikan adalah dua tali kekangnya. Keimanan kepada Tuhan
adalah sang pengendali keretanya yang bijak. Kedermawanan adalah
kapaknya. Pengetahuan adalah haluannya. Ketabahan adalah selongsong anak
panahnya dan disiplin diri adalah panah-panahnya. Penghormatan kepada
apa yang dipelajarinya adalah perisai yang tak terkalahkan…oh, sahabatku
dengarkanlah dengan sabar, orang berani yang memiliki kereta ini pasti akan
mendapatkan kemenangan untuk mengatasi musuh terbesar yang belum
terkalahkan-yang hidup di dunia ini’.{Aya t-a ya t d a ri kita b Ra ma ya na ya ng se la lu
d ig uma mka n o le h Sa ud a ra Bha nsa li p e ng ikut Ba p u (Ma ha tma Ga nd hi)}
·¸¹º
Kekuatan tidak terletak pada kesanggupan mengangkat beban:
pengungkit bisa melakukannya. Hakikat kekuatan terletak pada
kemampuan menjinakkan nafsu amarahmu dan perasaanmu
(Muhammad SAW)
33 34 35 36
10
10
9
10
10
10
5
10
4
0
0
4
2
0
0
4
10
10
3
33 34 35 36
T
T
T
T
T
T
S
T
S
R
R
S
R
R
R
S
T
T
R
IDENTITAS DATA PRIBADI
Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan tentang data yang berhubungan
dengan penelitian kami. Saudara diharapkan untuk mengisi data yang kami
berikan dengan tulisan yang jelas.
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan¶
3. Usia :
4. IPK terakhir :
5. Jenis Organisasi yang diikuti
No. Nama Organisasi Aktif / Pasif*
Lama
keanggotaan
a Aktif / Pasif
b Aktif / Pasif
c Aktif / Pasif
d Aktif / Pasif
e Aktif / Pasif
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai prasyarat dalam menempuh
sidang sarjana, maka saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai MOTIF
PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENJADI TIM BANTUAN MEDIS AVICENNA AESCULAPIUS UNIVERSITAS “X” BANDUNG.
Dalam lampiran berikut, terdapat alat ukur skenario situasi prososial yang
berhubungan dengan penelitian tersebut. Sehubungan dengan itu saya meminta
kesediaan kepada saudara untuk menjadi responden dan meluangkan waktu guna
mengisi alat ukur skenario situasi prososial yang telah tersedia.
Informasi yang saudara berikan akan sangat bermanfaat untuk penelitian
ini, oleh karenanya saya mohon saudara mengisi alat ukur scenario situasi
prososial ini dengan sungguh-sungguh dan sejujur-jujurnya. Saudara tidak perlu
khawatir atau takut karena saya akan menjamin kerahasiaan identitas ataupun
jawaban yang telah saudara berikan.
Atas kesediaan dan kerja sama yang saudara berikan saya ucapkan terima
kasih.
ALAT UKUR SKENARIO SITUASI PROSOSIAL
Petunjuk Pengisian :
Pada halaman-halaman berikut saudara akan menemukan sejumlah cerita
yang dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan. Kepada saudara akan diberikan
10 cerita mengenai permasalahan yang dapat ditemui dalam kegiatan Tim
Bantuan Medis Avicenna Aesculapius yang mungkin pernah atau bahkan sering
saudara alami. Bacalah cerita tersebut dengan seksama dan teliti, kemudian
jawablah pertanyaan yang menyertai cerita tersebut.
ISILAH DENGAN LENGKAP DAN CERITAKAN APA YANG SAUDARA PIKIRKAN, RASAKAN ATAU PENDAPAT SAUDARA MENGENAI
KEJADIAN YANG ADA DALAM CERITA TERSEBUT.
Semua jawaban yang saudara berikan tidak akan dinilai benar atau salah, sehingga
tidak ada jawaban yang salah semua jawaban saudara adalah benar. Saya
mengharapkan keterbukaan dan kejujuran saudara, tetapi jangan membuang
terlalu banyak waktu untuk setiap pertanyaan dan jangan melewatkan satu
A
Pada acara ospek Fakultas Psikologi yang diadakan dikampus, tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius diminta kerjasama untuk membantu bila ada mahasiswa baru yang
membutuhkan pertolongan medis. Ketika acara puncak berlangsung terdapat 7 orang
mahasiswa baru pingsan dan anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang
bertugas hanya 3 orang, sementara 2 orang yang lain tidak ikut dikarenakan sakit. Teman
yang bertugas tersebut meminta pertolongan A pada saat acara berlangsung, padahal A
sudah bertugas minggu lalu serta sedang sakit.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
B
Pada saat tim bantuan medis Avicenna Aesculapius mengadakan bakti sosial di tempat
terjadinya longsor, A memperhatikan banyak korban terluka yang membutuhkan bantuan.
A melihat beberapa orang junior tidak melakukan apa-apa selain melihat mereka
mengatakan tidak sanggup dan takut memberikan bantuan. Para korban tampak kesakitan,
sementara disaat yang sama A sedang mengerjakan pembalutan pada korban yang lukanya
lebih besar dan dalam.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
C
A mengetahui bahwa beberapa teman A sibuk mencari bahan ujian praktikum yang akan
digunakan untuk ujian akhir semester besok. Tampaknya mereka sama sekali belum
berhasil menemukan bahannya sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 19.30. Kebetulan
A sudah memiliki bahan tersebut, hanya saja bahan itu perlu untuk dipelajari oleh A
karena bahan ujian untuk besok sebanyak 42 praktikum yang harus dihafal.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
D
Di televisi sedang diputar film seri kesayangan A, yang sudah A tunggu sejak tadi sore
hari. Tiba-tiba temen A datang dan meminta pada A untuk mengantar ke dokter karena
deman dan pusing. Dokter tersebut merupakan pembimbing tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius, yang mana teman A beranggapan dengan pergi bersama A ia dapat
berkonsultasi dengan dokternya dengan lebih detail.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
E
Teman A datang ke rumah malam-malam dan menangis, ia mengatakan bahwa dirinya
tengah hamil 3 minggu. Ia meminta A untuk mengantarkan ke dokter guna menggugurkan
kandungannya karena pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Sebagai teman, A ingin
sekali meringankan kebingungan teman yang sedang hamil, tetapi dilain sisi A tidak bisa
karena secara moral A mengingkari hati nurani sebagai seorang calon dokter.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
F
Sahabat A yang kuliah di Belanda pulang dan A sepakat untuk ngopi bersama di salah satu
coffe shop yang sangat cozy di kota A. Saat hendak pergi A mendapat telfon bahwa
sahabat A dikampus sangat membutuhkan pertolongan untuk meminjamkan bukunya yang
akan ia pergunakan untuk ujian susulan. Ia baru saja selesai cuti. Ia memohon untuk
datang ke rumah sekitar 1 jam lagi, A bingung untuk menjawab permintaan teman kampus
A Jika A menunggu teman tersebut, maka A tidak akan bertemu sahabat A karena ia
mendapat pesawat malam itu. Sementara dirumah tidak ada orang sama sekali untuk
dapat menitipkan buku apabila teman kampus A datang..
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
G
Sore itu A baru saja menyelesaikan kuliah maraton dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 sore
tanpa adanya waktu istirahat sama sekali. A saat itu dalam keadaan cape, mengamtuk dan
lapar karena tidak sempat makan siang. Tiba-tiba datang seorang rekan A meminta A
untuk menjelaskan prosedur hecting yang akan dipraktekan dalam acara sunatan missal
besok.dan A tahu bahwa rekan A tersebut agak sulit untuk diajarkan biasanya pada teman
yang lain membutuhkan waktu 1-2 jam sementara bagi teman ini akan menyita waktu yang
panjang dan saudara pernah mengajarinya 2 kali pada waktu yang lalu.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
H
Ketika jam istirahat telah berakhir dan A hendak bergegas menuju kelas praktikum,
tiba-tiba saja A melihat seorang mahasiswa dari fakultas lain terjatuh di gedung Fakultas
Kedokteran dan ia terlihat sangat kesakitan. Secara pribadi A sama sekali tidak
mengenalnya. Dosen yang mengajar praktikum tersebut, terkenal sangat tegas dan ia
tidak akan memberikan toleransi apabila ada mahasiswanya yang telat masuk kelas dengan
alasan apapun.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
I
O datang pada A dan menceritakan masalahnya, ternyata selama ini O menggunakan
narkoba dan O sudah merasa addicted dan mengganggu pelajaran maupun kehidupan
sosialnya. A mengajak O untuk mengikuti rehabilitasi. O bersedia tetapi ia mengajukan
syarat untuk tidak memberitahukan orang tuanya. A menjadi bingung karena disatu sisi O
harus direhab,disisi lain pusat rehabilitasi meminta A untuk wajib memberi tahu orang
tua O karena O masih dibawah tanggung jawab orang tua dengan usia dibawah 18 tahun.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
J
Pada hari minggu A akan pergi ke kampus untuk latihan prosedur vena punksi. Hari minggu
berikutnya akan diadakan bakti sosial sehingga hari minggu sekarang adalah latihan ketiga
yang mana setiap anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius diwajibkan datang.
Ketika A menstater mobil tiba-tiba anak tetangga menghampiri A sambil menangis dan
menarik tangan A ke arah rumahnya. Ia mengatakan bahwa mamanya terjatuh dari tangga
dan tidak sadarkan diri sementara dirumahnya sedang tidak ada siapa-siapa.
K Apa yang terjadi pada situasi diatas?
………
K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?
………
K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?
………
Tabel Data Identitas Pribadi
No Responden
Jenis Kelamin Usia Aktif Tidaknya Di Kegiatan lain
1 Laki-laki 19 tahun Tidak
2 Laki 20 tahun Aktif
3 Laki 20 tahun Aktif
4 Laki 20 tahun Tidak
5 Laki 20 tahun Tidak
6 Laki 21 tahun Aktif
7 Laki 21 tahun Aktif
8 Laki 21 tahun Tidak
9 Laki 21 tahun Aktif
10 Laki 22 tahun Tidak
11 Laki 22 tahun Tidak
12 Laki 22 tahun Tidak
13 Laki 22 tahun Tidak
14 Laki 22 tahun Tidak
15 Laki 22 tahun Tidak
16 Laki 22 tahun Aktif
17 Perempuan 19 tahun Tidak
18 Perempuan 20 tahun Tidak
19 Perempuan 20 tahun Tidak
20 Perempuan 20 tahun Tidak
21 Perempuan 20 tahun Tidak
22 Perempuan 20 tahun Tidak
23 Perempuan 20 tahun Aktif
24 Perempuan 21 tahun Tidak
26 Perempuan 21 tahun Aktif
27 Perempuan 21 tahun Tidak
28 Perempuan 21 tahun Tidak
29 Perempuan 22 tahun Tidak
30 Perempuan 22 tahun Tidak
31 Perempuan 22 tahun Aktif
32 Perempuan 22 tahun Aktif
33 Perempuan 22 tahun Tidak
34 Perempuan 22 tahun Aktif
35 Perempuan 22 tahun Tidak
Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius
1. Latar Belakang Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius
Avicenna Aesculapius adalah suatu tim bantuan medis yang bernaung
dibawah senat Fakultas Kedokteran UKM, dan bergerak di bidang pengabdian
masyarakat.Avicenna Aesculapius, berdiri pada tanggal 12 Agustus 2001 dan
diprakarsai oleh anggota senat Fakultas Kedokteran UKM. Nama Avicenna
Aesculapius diambil dari dua kata, Avicenna adalah seorang tokoh kedokteran dari
Negara Timur Tengah yang dikenal sebagai bapak Kedokteran dunia. Sedangkan
Aesculapius adalah nama dewa kesehatan dalam bangsa Yunani kuno.
2. Visi Misi Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius
K Visi
Sebagai wadah mahasiswa Fakultas Kedokteran UKM dalam
mengembangkan keterampilan medis.
K Misi
Menjadikan Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius sebagai wadah
para anggota, dalam hal :
a. Bantuan penanganan kesehatan pada masyarakat dalam
menanggulangi bencana alam dan kecelakaan pra rumah sakit.
b. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup memberikan
penyuluhan kesehatan pada masyarakat terutama yang berkaitan
c. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKM dalam bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan,
kepencinta-alaman, dan lingkungan hidup.
d. Memberikan pelatihan dan keterampilan di bidang medis yang
diharapkan menjadi bekal tersendiri sebelum memasuki kepaniteraan
klinik.
3. Persyaratan Calon Anggota dan Angkatan yang ada
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran
yang akan menjadi anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius antara lain:
6 Telah lulus masa bimbingan dan Latihan Dasar Kepemimpinan
6 Indeks Prestasi Kumulatif > 2. 25
6 Telah mengikuti dan telah lulus mata kluiah Anatomi dan Faal
6 Mengikuti Diklatsar yang mana didalamnya terdapat penjelasan dokter,
tali-temali, tandu, pengetahuan bantuan hidup dasar, penanganan fraktur
dan bidai, outbound dan hiking, sircumsisi, hecting.
Angkatan yang sudah terbentuk semenjak Tim Bantuan Medis Avicenna
Aesculapius sudah terdapat empat angkatan, yaitu :
6 Neonatus 2001
6 Achiles 2002
6 Atlas 2003
4. Kegiatan yang Dilakukan Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius
1) Bantuan Hidup Dasar
À Gawat darurat adalah keadaan yang memerlukan penanganan atau tindakan
dengan segera agar penderita tidak meninggal, keadaannya tidak memburuk
dan mencegah kecacatan. Tujuan pertolongan pada kasus gawat darurat adalah
menyelamatkan jiwa, menyelamatkan organ tubuh, mencegah atau
mengurangi nyeri dan kecacatan, mengatasi kepanikan atau kecemasan.
Keterampilan melakukan Restitusi Jantung Paru sebagai bagian penting dari
pemberian bantuan dasar perlu dimiliki oleh sebanyak mungkin orang, dan
merupakan keharusan bagi mereka yang bekerja dibidang kesehatan.
Indikasinya antara lain henti nafas dan henti jantung. Bantuan pernafasan yang
dini untuk korban henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah
terjadinya henti jantung, henti nafas bisa terjadi karena tenggelam, stroke,
tersengat listrik, tersambar petir dll.
À Tujuan bantuan hidup dasar antara lain, sebagai berikut :
a. Mencegah berhentinya pernafasan dan peredaran darah
b. Memberikan bantuan respirasi dan sirkulasi pada korban yang mengalami
henti nafas atau henti jantung dengan menggunakan teknik Restitusi
Jantung Paru.
À Tujuan utama dari bantuan hidup dasar ialah memberikan oksigen kepada
otak, jantung dan organ vital lainnya, sampai datangnya suatu penanganan
medis yang lebih memadai yaitu bantuan hidup lanjut untuk dapat
Kecepatan dan ketepatan dalam melakukan tindakan Restitusi Jantung Paru
sangat menentukan, dan merupakan kunci keberhasilan pertolongan.
À Restitusi Jantung Paru terdiri dari dua tahap, yaitu survey primer yang
dilakukan oleh setiap orang dan survey sekunder, yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga medis dan paramedic terlatih dan merupakan lanjutan dari survey
primer.
2) Hecting, penjahitan yang dilakukan pada luka menganga untuk mencegah
terjadinya infeksi.
3) Sircumsisi, sunatan
4) Farmakologi Praktis, pengetahuan mengenai obat-obatan yang sederhana dan
dijual secara bebas kepada masyarakat sebagai penanggulangan yang
pertama.
À Dasar dalam pemilihan obat adalah :
a. Diagnosa
b. Tujuan dari terapi contoh, menghilangkan nyeri, memberantas infeksi,
mengurangi keluhan dan gejala penyakit, mencegah komplikasi atau
penyakit membunuh, memperkuat stamina atau suportif.
c. Pemilihan obat harus sesuai dengan kemanjuran (efficiency), keamanan
(safety). Kecocokan (suitability) dan harga (cost)
d. Berikan obat
e. Informasi yang cukup.
À Macam-macam pembalut antara lain, kain segitiga (mitella), plester
(Kleefpleister), pembalut pita biasa (Zwachtel).
À Guna pembalut untuk penutup supaya jangan kena cahaya dan supaya jangan
kena debu atau kotoran.
À Kain segitiga dibuat dari kain putih yang berkapur (mori), kelihatannya tipis,
sifatnya lemas dan keadaannya kuat. Cara mempergunakan kain segitiga
antara lain dengan cara dilebarkan, untuk membalut anggota badan yang
berbentuk tangan sebagai pembungkus, dada, panggul, punggung, perut, kaki
dan tangan; cara dilipat-lipat menyerupai dasi panjang, dipergunakan untuk
pembalut anggota yang berbentuk bundar, bulat panjang, bulat panjang
lonjong dan persendian; cara yang dibelah setengah dari tingginya, kain
segitiga yang demikian dinamakan plantenga dipergunakan untuk membalut
mmamae, selain itu punggung dan panggul; cara dilipat-lipat dari alas sampai
setengah dari tingginya, digunakan untuk membalut persendian; cara dibelah
kiri-kanan sejajar dengan alas, digunakan untuk macam-macam funda. Cara
menyimpulkan kain segitiga ada dua macam yaitu, simpul laki-laki simpul ini
mempunyai bentuk rata dan ceper, akibatnya tidak menekan kulit serta simpul
perempuan, simpul macam ini berbentuk bulat sehingga menekan kulit.
À Plester (Kleefpleister) pembalut pita bergetah ini dapat dipergunakan untuk
perekatan kain kasa yang dilipat pada kulit ini dilakukan pada luka-luka kecil
yang tidak banyak mengeluarkan darah.
À Pembalut pita biasa (Zwachtell) pembalut pita biasa terdiri atas
a. Pembalutan kain kassa, tipis dan jarang, untuk luka sederhana, pembalut
basah, pembalut ulcus dan bahan pembuat gips.
b. Pembalut Cambrics, serupa dengan pembalut kain kassa, bedanya
benangnya lebih kasar dan tebal. Penggunaannya sama dengan pembalut
kassa.
c. Pembalut Kain Kassa bertajin, dibuat dari kain kassa tapi mengandung
tajin, sebab itu jadi kaku. Kalau hendak dipakai pembalut ini direndam
dahulu dengan air hangat, sesudah basah lalu diperas, gunanya supaya
tajin bisa menjadi lengket, dipakai untuk memperbaiki circular gips yang
sudah mulai rusak.
d. Pembalut katun, dipakai untuk P3K juga dapat digunakan untuk pembalut,
penekan, dan balutan penarik, tetapi hasilnya kurang memuaskan.
e. Pembalut Flanel, untuk balutan penekan, balutan penarik dan P3K
f. Pembalut Ideal, rupanya seperti kaus, sifatnya elastis. Dipakai untuk
balutan penekan, teristimewa kalau ada haematom, juga dipakai untuk
pembalut amputate dan trepanatie.
g. Pembalut Tricot, rupanya seperti kaus, agak elastis, ditengahnya
berlubang, Dipakai untuk pembalut amputatie, trepanatie, dan untuk
membuat ranselverband.
h. Pembalut Cepat (Snelverband), pembalut cepat dari pabrik sudah dibuat
steril. Biasanya dipakai untuk P3K
i. Pembalut Gips, dibuat dari pembalut kaiin kassa yang telah dibubuhi
agak longgar supa air mudah masuk dalam gulungan waktu direndam
dalam air hangat bila hendak dipakai.pembalutan gips dipakai untuk
pengobatan lebih lanjut, jika ada tulang yang patah, terutama tangan dan
kaki. Tujuannya untuk fiksasi tulang yang patah dan sendi yang meradang.
j. Pembalut Martine, terbuat dari karet, sebab itu sangat elastis. Dipakai
untuk balutan keras dan balutan setengah keras. Dinamakan menurut nama
dokter yang pertama membuatnya.
6) Evakuasi Medis, pemindahan sementara ke tempat yang aman ketika
terjadinya bencana alam.
À Untuk memindahkan penderita diperlukan keputusan pada waktu, cara yang
tepat dan kalau bisa jumlah penolong yang memadai. Jika penolong tidak
berhasil memanggil bantuan medis yang memadai, penolong jangan buang
waktu lagi untuk memindahkan penderita apalagi, penolong sudah menyadari
bahwa penderita berada pada kondisi yang akan lebih parah apabila tidak ada
pertolongan lanjut. Penolong harus mengusahakan pada bagian cedera tetap
imobil waktu dipindahkan.
À Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu evakuasi korban agar tidak terjadi
kerusakan yang lebih parah :
a. Pikirkan kesulitan memindahkan sebelum mencobanya
b. Jangan mencoba angkat dan turunkan korban jika tidak dapat
memindahkannya.
c. Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga keseimbangan
e. Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
penolong
f. Lakukan gerakan secara menyeluruh, serentak, dan upayakan agar bagian
tubuh saling menopang
g. Perbaiki posisi dan angkat secara bertahap
h. Pungung tegak waktu mengangkat korban atau menjaga kelurusan tulang
belakang
i. Perhatikan koordinasi dan komunikasi antar penolong, dan juga kesiapan
fisik penolong.
À Ada beberapa tekhnik evakuasi medis, yaitu tekhnik pemindahan 1 orang,
tekhnik pemindahan 2 orang, tekhnik pemindahan banyak orang, pemindahan
kain (sheet lift) sesuai improvisasi penolong
a. Teknik pemindahan 1 orang dapat dilakukan dengan dua cara, penderita
dipanggul dibahu penolong biasanya jika korban tidak sadarkan diri,
penderita dipangul dipunggung penolong biasanya dilakukan apabila
penderita sadar.
b. Teknik pemindah 2 orang (Two person lift technique)
Teknik ini dilakukan oleh 2 orang penolong, hal ini dapat dilakukan pada
penderita pada cedera leher. Dengan koordinasi yang baik, kedua
penolong harus berdiiri secara bersamaan dengan posisi penderita ditengah
mereka.
c. Sheet Lift, teknik ini dilakukan minimal oleh 4 orang penolong dan alas
d. Teknik pemindahan banyak orang, tekhnik ini dilakukan oleh minimal 5
orang penolong. Tekhnik ini sering digunakan untuk memindahan
penderita diatas tandu.
À Syarat korban dievakuasi yaitu :
a. Penilaian awal sudah dilakukan dengan lengkap, dan monitor terus
keadaan umum korban.
b. Denyut nadi dan nafas korban stabil dan dalam batas normal
c. Pendarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
d. Patah tulang yang ada sudah ditangani
e. Mutlak tidak ada cedera spinal
f. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan
penderita.
À Teknik mengangkat tandu, ada beberapa macam tandu yang digunakan, yang
dimiliki oleh Avicenna Aesculapius saat ini adalah tandu Pole and Canvas
Stretcher. Teknik mengangkat tandu adalah :
a. Penderita diletakan telentang, apabila diperlukan imobilisasi, penolong
dapat menggunakan kain yang dilingkarkan tandu kemudian diikat kuat
pada bagian yang diperlukan
b. Diperlukan 4 orang penolong dengan kekuatan yang sama besar, dan
koordinasi yang baik
c. Penolong mengangkat dan menurunkan secara bersamaan, sama tinggi,
dan memindahkannya harus hati-hati dan dengan kecepatan yang konstan.
d. Penolong harus mengusahakan penderita dalam posisi sejajar, pada setiap
keadaan. Meskipun dua penolong depan berada pada posisi yang lebih
tinggi daripada dua penolong belakang, harus dikoordinasikan agar posisi
penderita tetap horizontal.
7) Vena Punksi, pengambilan darah untuk tujuan donor darah
8) Survival
9) Navigasi
10) Explore SAR
5. Prestasi yang Telah Diraih Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius Hingga November 2004
1) Megikuti Jambore Nasional PTBMMKI 2003 di Universitas Sumatra
Utara
2) Mengikuti Jambore Nasional PTBMMKI 2004 di Universitas
Diponogoro
3) Menjadi tim medis untuk kegiatan :
⇒Ospek Tekhnik Industri UNPAR 2002, 2003
⇒Ospek Tekhnik Kimia UNPAR 2002, 2003, 2004
⇒Ospek Fisip UNPAR 2004
⇒Ospek Tekhnik Elektro UKM 2004
⇒EFFECT UKM 2004
4) Membantu poliklinik untuk menjadi tim medis dalam acara BUNGSU
5) Menjadi tim medis untuk kegiatan Samsung Fun Run 2003
6) Menjadi tim medis untuk Live Core Music 2004 di Bukit Café
7) Menjadi tim medis untuk acara Kompaseyo 2003
8) Mengadakan acara sunatan gratis di poliklinik 2004
9) Mengadakan penelitian tentang malaria di Desa Pamotan 2004
10) Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gigi di SD INPRES
Majingklak 2004
11) Mengadakan bakti sosial di Kalipucang, bekerja sama dengan
Puskesmas Kalipucang 2004
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini ada gejala dalam masyarakat Indonesia, bahwa orang cenderung
menjadi memetingkan diri sendiri daripada memperhatikan kepentingan orang
lain dan kepentingan-kepentingan yang menyangkut kehidupan bersama dengan
anggota masyarakat lainnya. Banyak keluhan-keluhan yang dilontarkan baik
dalam percakapan sehari-hari aupun lewat media massa tentang meningkatnya
gejala-gejala tingkah laku social yang negative yang muncul dalam masyarakat
belakangan ini. Gejala-gejala tingkah laku sosial yang negatif seringkali muncul
sebagai akibat dan perwujudan dari keinginan-keinginan untuk mementingkan diri
sendiri. Penonjolan kepentingan pribadi seringkali melampaui batas-batas
kewajaran, sehingga cenderung mengganggu dan merugikan orang lain dan
tentunya pula mengganggu ketentraman hidup bersama di dalam masyarakat. Hal
tersebut dapat terjadi dalam berbagai aspek bidang kehidupan diantaranya
pemberian jasa kesehatan.
Bukan hal yang langka terjadi apabila dalam kehidupan sehari-hari bahwa
seorang dokter dapat membiarkan pasiennya, tanpa memperhatikan kesakitan
yang diderita oleh pasiennya sendiri. Keluhan lain yang sering ditemui adalah
ketidaksabaran dokter dalam menghadapi pasiennya sehingga pasiennya merasa
kurang mendapatkan pelayanan jasa yang optimal. Gejala-gejala tingkah laku
sosial negatif ini tidak hanya tampak pada tingkah laku individual, tetapi juga
2
diamati dalam tingkah laku kelompok. Bila keadaan semacam ini tidak segera
mendapatkan perhatian atau dibiarkan saja, tentu akan mengganggu ketentraman
hidup bersama dan menghambat tujuan seorang dokter dalam memberikan
pelayanan jasa kepada masyarakat.
Perhatian serta usaha-usaha untuk menanggulanginya memang telah mulai
dilakukan. Seminar dan Loka karya mulai dari tingkat daerah sampai tingkat
nasional telah membahasnya. Mantan Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jabar,
dr. Teddy Hidayat, Sp KJ mengangap bahwa gejala individualisme pada diri para
dokter akan menggangu kesejahteraan hidup bersama (Kompas, 15 Maret 2003).
Beliau mengungkapkan hal tersebut harus ditanggulangi sedari dini misalnya dari
semenjak pendidikan dokter di Perguruan Tinggi ditanamkan nilai-nilai moral dan
sosial dalam kapasitas yang tinggi. Salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang
tersedia di kota Bandung adalah Universitas “X”. Keadaan para mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas “X” ini menunjukan gejala yang mementingkan
kepentingan pribadi misalnya banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran yang tidak
mau berbagi bahan ujian dengan temannya. Untuk menjadi seorang dokter
diharapkan para mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Sejauh ini upaya yang dilakukan
oleh Universitas “X” adalah dengan mengadakan kuliah umum yang wajib
dihadiri oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran mengenai kepekaan terhadap
sesama, moral dan jiwa sosial.
Demi meningkatkan kualitas lulusan, Fakultas Kedokteran “X” secara
bertahap mengadakan perubahan sistem pendidikan, melalui pendidikan dan
3
pelatihan baik itu secara formal maupun informal. Hal tersebut terus diperbaharui
sehingga memungkinkan seorang lulusan Fakultas Kedokteran “X” untuk siap
terjun ke masyarakat sebagai tindak nyata pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu upaya untuk memperbaharui pendidikan dan pelatihan informal
pada Fakultas Kedokteran “X” adalah berdirinya tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius. Tim bantuan medis Avicenna Aesculapius tersebut bertujuan untuk
pengabdian terhadap masyarakat. Berdirinya tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius diinspirasikan oleh salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah
pengabdian pada masyarakat dan juga 4 pilar pendidikan dari UNESCO, dimana
learning to be dan learning to live together yang dirasa sangat kurang saat ini.
Pemprakarsa tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yaitu dr. Iwan Budiman
melihat sekarang bahwa yang disebut dengan kebersamaan, kesetiakawanan,
kerjasama, solidaritas diantara mahasiswa Kedokteran “X” mulai luntur. Hal
tersebut dipicu juga oleh pendidikan sistem SKS, yaitu mahasiswa hanya dikejar
untuk cepat selesai dan cepat lulus.
Dalam rangka mendapatkan gambaran yang utuh mengenai tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius maka perlu dijelaskan kegiatan tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius itu sendiri. Materi yang diberikan sesuai dengan tujuannya
pengabdian terhadap masyarakat antara lain Bantuan Hidup Dasar, Hecting
(penjahitan yang dilakukan pada luka menganga untuk mencegah terjadinya
infeksi), Sircumsisi (sunatan), Farmakologi Praktis, Balut - Membalut, Evakuasi
Medis (pemindahan sementara ke tempat yang aman ketika terjadinya bencana
alam), Vena Punksi (pengambilan darah untuk tujuan donor darah). Materi yang
4
diberikan dalam bentuk ceramah seperti perkuliahan pada umumnya dan simulasi.
Aplikasi dari materi yang diberikan, berupa keikutsertaan anggota tim bantuan
medis sebagai tim medis dalam setiap kegiatan kampus maupun luar kampus
seperti membantu poliklinik untuk menjadi tim medis dalam acara BUNGSU
2004, sunatan massal dan bakti sosial.
Berdirinya tim bantuan medis Avicenna Aesculapius menjadi gebrakan
baru di Fakultas Kedokteran “X” Bandung. Sambutan yang hangat dari berbagi
pihak maupun antusiasme calon anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius
sangatlah besar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peminat tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius walaupun untuk masuk tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius bukan tanpa syarat. Syarat mutlak yang diberlakukan oleh tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius antara lain IPK minimal 2,25 dan telah lulus
mata kuliah Anatomi dan Faal
Motif prososial adalah keadaan internal individu yang mengarahkan
individu untuk memunculkan perilaku yang menguntungkan orang lain
(Hoffman, 1975). Motif prososial itu sendiri memiliki posisi yang selaras dengan
visi dan misi tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang garis besarnya adalah
sebagai wadah bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” guna
meningkatkan keterampilan dalam rangka pengabdian terhadap masyarakat.
Berdasarkan hasil survey, alasan yang menyebabkan mereka ingin masuk tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah 67% karena ingin lebih terampil,
25% ingin mempunyai pengalaman yang baru dan 8% karena ajakan teman dan
ingin membantu sesama.
5
Padatnya perkuliahan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk melatih
kepekaan mereka, sehingga kegiatan dalam tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius dihadirkan untuk memberikan kesempatan meningkatkan kepekaan
mereka terhadap sesama, hal tersebut diungkapkan oleh dr Pinandojo
Djojosoewarno selaku Penasehat dari tim bantuan medis Avicenna Aesculapius.
Walaupun kegiatan yang dijalankan di tim bantuan medis Avicenna Aesculapius
diwarnai oleh motif prososial tetapi masih terdapat beberapa masalah yang
diungkapkan melalui wawancara berbagai pihak berikut ini. Menurut pemprakasa
tim bantuan medis Avicenna Aesculapius, hingga saat ini banyak anggotanya yang
dirasa kurang memiliki kepedulian dan kurang tanggap terhadap situasi yang
dirasa membutuhkan bantuan. Ketua tim bantuan medis Avicenna Aesculapius,
mengemukakan bahwa kendala yang cukup serius adalah banyaknya anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius yang berhenti ditengah jalan, mereka hanya
mampu bertahan rata-rata satu tahun dengan alasan sibuk kuliah, atau adanya
kecenderungan apabila telah dekat dengan dokter lalu mereka keluar dan
mengikuti tim bantuan medis Avicenna Aesculapius sebagai prosedur guna
kelancaran co-ass. Sedangkan mahasiswa Kedokteran yang tidak menjadi anggota
tim bantuan medis Avicenna Aesculapius mengatakan adanya kecenderungan
bahwa mereka para anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius tidak
berbaur dengan mahasiswa Kedokteran lainnya yang bukan anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius dan masalah yang dikemukakan oleh anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah sulitnya bekerja sama dan sulitnya
menyesuaikan jadwal yang pas untuk setiap kegiatan salah satu contoh yang
6
sangat terlihat bahwa para anggota tim bantuan medis apabila diwajibkan untuk
mengikuti role play banyak yang tidak hadir dengan alasan pribadi (hari minggu
adalah waktu untuk keluarga dan beribadah, ingin beristirahat setelah enam hari
kuliah padat dls), bahkan yang dikhawatirkan oleh para dokter pembina tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah kehadiran para anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius saat kegiatan role play berlangsung rata-rata 30-45%
dari jumlah anggota keseluruhan adapun kehadiran pada kegiatan role play
mencapai 75-90% hanya pada saat role play yang popular seperti fraktur dan vena
punksi. Padahal kegiatan role play itu sendiri selain membutuhkan biaya yang
besar juga sangat penting guna menunjang kegiatan mereka di lapangan. Dilihat
dari hasil wawancara terhadap dr. Iwan, ternyata kehadiran tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius belum sepenuhnya dapat menumbuhkan motif prososial
pada anggotanya. Mereka yang awalnya mengikuti tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius dengan alasan awal untuk memperoleh keterampilan medis memiliki
keinginan yang kurang dalam menolong walaupun telah mengikuti serangkaian
kegiatan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius. Hal tersebut dapat dilihat dari
sikap kurang peduli para anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius ketika
melihat orang yang membutuhkan bantuan. Hal yang disebutkan diatas
dikhawatirkan akan menimbulkan kecenderungan para anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius memiliki motif prososial yang rendah karena alasan awal
masuk tim bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah untuk kepentingan pribadi
dibandingkan motif prososialnya sendiri.
7
Berdasarkan uraian diatas peneliti melihat bahwa tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk
motif prososial pada mahasiswa kedokteran “X”. Kegiatan seperti pemberian
materi dan simulasi-simulasi serta keterlibatan langsung dalam praktek menolong
sesama pada setiap kegiatan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius
dimaksudkan untuk membuat mahasiswa kedokteran “X” terlatih dalam
memperhatikan keadaan orang lain, apakah membutuhkan bantuan atau tidak.
Namun pada kenyataannya masih banyak anggota tim bantuan medis yang tidak
peduli terhadap orang yang membutuhkan bantuan dalam kehidupan sehari-hari,
hal ini diungkapkan oleh dr Iwan dan dr Pinandojo ketika ia telah beberapa kali
menjumpai suatu keadaan dimana pada saat itu dibutuhkan pertolongan dan
terdapat beberapa anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius, tetapi
mereka tidak hirau terhadap keadaan tersebut. Perilaku menolong dan
memperhatikan orang lain termasuk dalam perilaku prososial yang didasari oleh
motif prososial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mempelajari lebih lanjut
sejauh mana derajat motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas “X”
Bandung.
I. 2 Identifikasi Masalah
Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana derajat motif
prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung .
8
I. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian
I3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai derajat
Motif Prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung.
I.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih
mendalam mengenai aspek-aspek motif prososial (aspek kognitif dan aspek
afeksi), pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius Universitas “X” Bandung.
I.4 Kegunaan Penelitian
I.4.1 Kegunaan Ilmiah
¾ Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu
psikologi sosial dan perkembangan dalam rangka memperkaya materi
khususnya mengenai motif prososial
¾ Memberikan masukan kepada peneliti lainnya untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai motif prososial pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran.
9
I.4.2 Kegunaan Praktis
¾ Memberikan masukan untuk meninjau kembali materi-materi pelatihan
dan konsep pada simulasi-simulasi kepada Dokter yang membina para
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat.
¾ Memberikan masukan mengenai motif prososial kepada ketua bidang
pengabdian masyarakat yang berada dibawah naungan senat fakultas
kedokteran Universitas “X” untuk menyusun tujuan dari kegiatan tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat
¾ Memberikan bahan masukan dan wawasan mengenai motif prososial
kepada ketua tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk mendidik
dan membina calon anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius
sehingga anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius dapat
lebih peka terhadap situasi yang dirasa membutuhkan bantuan
sehingga dapat mengembangkan motif prososialnya.
¾ Anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dapat
meningkatkan semangat pelayanannya terhadap masyarakat.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada masa remaja, perilaku prososial yang didasari oleh motif prososial
merupakan hal yang penting untuk mendapatkan perhatian. Hal ini berkaitan
dengan salah satu tugas perkembangan remaja untuk mengembangkan perilaku
10
sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 2004). Hal ini sama artinya dengan
mengembangkan norma tanggung jawab sosial. Norma ini merupakan bekal
remaja untuk memasuki kehidupan bermasyarakat. Sehingga para mahasiswa
Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna
Aeculapius yang sebagian besar remaja diharapkan dapat mencapai perkembangan
social secara matang, dalam arti mereka memiliki penyesuaian social yang tepat,
kemapuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi.
Perilaku prososial secara umum didefinisikan sebagai perilaku sukarela
yang cenderung menguntungkan orang lain, seperti membantu, berbagi dan
membuat nyaman orang lain (Eisenberg & Fabes, 1997). Perilaku ini dapat berupa
mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius memberikan bantuan pada orang yang terkena bencana,
membuat nyaman atau menyelamatkan orang yang menderita atau bahkan secara
sederhana membuat orang lain merasa nyaman dengan menghiburnya. Perilaku ini
jelas sangat penting dalam meningkatkan kualitas interaksi sosial individu dan
diantara kelompok (Eisenberg & Fabes, 1997). Perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang didasari oleh motif dalam dirinya. Begitu pula dengan perilaku
prososial, perilaku ini didasari oleh motif prososial. Motif prososial
menggerakkan dan mengarahkan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk melakukan perilaku
prososial seperti membantu, berbagi dan membuat nyaman. Sehingga semakin
kuat motif mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
11
medis Avicenna Aesculapius maka perilaku yang ditampilkannya akan semakin
nyata dan semakin besar kemungkinan munculnya perilaku prososial.
Para ahli psikologi dahulu beranggapan bahwa tingkah laku
memperhatikan dan membantu orang lain situatif sifatnya, artinya, seseorang akan
memperhatikan dan membantu orang lain, bila situasi yang dihadapi
membutuhkan bantuan. Misalnya, orang akan memperhatikan dan memberikan
bantuan pada saat ada musibah, pada saat kecelakaan, kebakaran. Tetapi hasil
pengamatan ternyata menunjukan bahwa situasi-situasi yang sama tidak
mengundang perhatian dan reaksi pertolongan yang sama pada setiap mahasiswa
Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius. Ada semacam perbedaan individual yang ditunjukan oleh setiap
mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius ada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota
tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang dengan spontan tergerak untuk
memberikan bantuan, ada yang harus berpikir dan menimbang-nimbang terlebih
dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membantu dan ada yang sama sekali
tidak tergerak memberikan bantuan. Penemuan ini mengakibatkan munculnya
anggapan baru bahwa, munculnya tingkah laku prososial tidak hanya ditentukan
oleh situasi yang sedang dihadapi, melainkan ditentukan oleh factor dalam diri
mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius, yaitu factor internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain gender dimana sebagian dari studi-studi yang
dilakukan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
12
perempuan tetapi sebagian lagi menunjukan perbedaan yang signifikan. Apabila
terdapat perbedaan yang signifikan, maka anak wanita menunjukan
kecenderungan prososal yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Eisenberg
menginterpretasikan gejala ini dengan mengatakan bahwa ada perbedaan yang
tampak, tetapi sangat sedikit dan munculnya pun hanya kadang-kadang saja.
Faktor eksternal yang melatarbelakangi kecenderungan prososial yaitu tekanan
waktu dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa tekanan waktu dalam artian
tidak tersedianya waktu yang memadai bagi seseorang untuk memberikan
pertolongan pada orang lain menimbulkan dampak yang kuat terhadap pemberian
bantuan (Darley&Batson, 1973)
Hoffman (1975) menjelaskan bahwa motif prososial terdiri dari 2 aspek
utama, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif dimana setiap aspek tersebut
memiliki elemen-elemen penyusunnya. Ia telah mengadakan penelitian mengenai
model perkembangan yang tidak bergantung pada penguatan dan imitasi, tetapi
pada interaksi antara proses afektif dan kognitif yang berubah mengikuti usia
(Hoffman, 1965, 1970b, 1975a, 1977b). Aspek kognitif meliputi persepsi terhadap
situasi, nilai prososial dan persepsi sosial. Aspek afektif meliputi empati dan afek
yang positif.
Salah satu aspek kognitif dalam motif prososial adalah persepsi terhadap
situasi. Persepsi yang berkaitan dengan motif prososial adalah pemaknaan situasi
lingkungan sebagai suatu situasi dimana bantuan dibutuhkan. Kemampuan
mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius untuk mempersepsi bahwa orang lain membutuhkan
13
bantuan adalah syarat awal munculnya tingkah laku membantu. Penilaian
terhadap situasi merupakan faktor yang menentukan apakah seseorang akan
memaknakan situasi sebagai suatu situasi dimana bantuan dibutuhkan atau tidak.
Proses ini tidak terlepas dari elemen kognitif lainnya yaitu nilai prososial.
Nilai prososial merupakan nilai pribadi mengenai prososial yang dimiliki
oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius. Nilai pribadi tersebut merupakan hasil internalisasi nilai
dan norma yang terdapat dalam lingkungannya selama masa perkembangannya.
Seorang anak akan menginternalisasi nilai dan norma dalam keluarga. Ketika
seseorang menginjak remaja, ia juga akan menginternalisasi nilai dan norma
lingkungan diluar keluarga seperti lingkungan kampus. Nilai yang diinternalisasi
tersebut menjadi orientasi dan patokan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dalam bertindak. Nilai
prososial yang berkombinasi dengan kemampuan alih peran (role taking) dapat
memunculkan keinginan untuk menguntungkan orang lain, sehingga diharapkan
memiliki kontribusi dalam memunculkan tingkah laku prososial (Staub, 1979).
Aspek kognitif yang ketiga adalah perspektif sosial. Hoffman (1975)
mengatakan bahwa perspektif sosial berkembang sejalan dengan kemampuan
empati, karena pemahaman terhadap situasi orang lain yang tidak menyertakan
perasaan tidak akan mendorong seseorang menapilkan perilaku membantu.
Kemampuan untuk menempatkan diri pada keadaan orang lain menentukan
kemampuan untuk memahami situasi dari sudut pandang orang lain yang
membutuhkan bantuan.
14
Aspek kedua dari motif prososial adalah afektif. Salah satu unsur dari
afektif adalah empati. Hoffman (1977) mendefinisikan empati sebagai berikut,
respon afektif yang vicarious, yaitu sebagai respon afektif yang lebih tepat pada
situasi orang lain dari pada situasi diri sendiri. Hoffman ingin mengatakan bahwa
empati merupakan perasaan yang dirasakan seseorang karena melihat keadaan
orang lain. Ia juga menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat dalam aspek
kognitif. Kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain, dalam empati
akan disertai dengan afeksi. Empati dapat diperkuat maupun dihambat oleh
lingkungan. Empati yang dibangkitkan akan menjadi mediator yang penting dari
altruisme (Hoffman, 1987, 1988).
Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius yang mampu menempatkan diri secara kognitif dan
berempati pada keadaan orang yang membutuhkan bantuan akan tergerak
perasaannya untuk melakukan sesuatu. Afek positif pada orang lain yang
merupakan unsur kedua dari aspek afektif akan memperkuat perasaan mahasiswa
Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius untuk melakukan perilaku yang dapat menggerakan untuk
memberikan bantuan.
Hoffman (1982) yang mengadakan penelitian mengenai model
perkembangan dari perilaku prososial menyatakan bahwa proses perkembangan
dari empati meliputi persinggungan seseorang dengan distress yang muncul dari
dalam mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius dan orang lain. Distress mahasiswa Fakultas Kedokteran
15
yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius memotivasi untuk
mengurangi kegelisahannya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius bisa melakukannya dengan
membantu orang yang membutuhkan bantuan, tetapi juga dapat melakukannya
dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya.
Sebaliknya rasa empatik hanya dapat dikurangi dengan membantu orang lain yang
membutuhkan bantuan. Karena tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan
orang lain, jelas bahwa rasa empati merupakan sumber altruitik. Empati
meningkatkan perilaku prososial (Hoffman, 1981).
Perkembangan motif prososial mahasiswa Fakultas Kedokteran yang
menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dengan lingkungan
sosial dapat dijelaskan melalui pendekatan belajar sosial. Aspek kognitif dan
afektif dapat dikembangkan bila mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan.
Empat factor utama dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi aspek kognitif
dan afektif mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan
medis Avicenna Aesculapius adalah sebagai berikut, nilai dan norma yang bersifat
social seperti bahwa membantu itu penting dan baik yang ditanamkan oleh
lingkungan, diinternalisasi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi
anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius menjadi bagian dari system
nilai dan norma pribadinya. Kedua, pola interaksi social yang berciri prososial
seperti dalam mengerjakan tugasnya sebagai anggota tim bantuan medis dengan
role play dan simulasi akan membentuk pola kebiasaan mahasiswa Fakultas
Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang
16
berciri prososial. Melalui role playing, seseorang akan mengembangkan perilaku
prososial, baik secara verbal maupun secara motorik. Role playing juga
menyediakan kesempatan untuk mengalami peran dari seorang penolong dan
mempertimbangkan kondisi dari orang yang membutuhkan bantuan. Pelatihan
akan menghasilkan keterampilan perilaku, yaitu strategi untuk menghadapi situasi
yang terjadi dan juga meningkatkan role taking.
Ketiga adalah adanya model, pola kebiasaan yang berciri prososial yang
terbentuk akan menjadi kuat bila didalam lingkungan tim bantuan medis Avicenna
Aesculapius ada tokoh panutan yang merupakan model yang selalu bisa ditiru
yang berciri prososial misalnya dosen Pembina anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius maupun senior tim bantuan medis Avicenna Aesculapius.
Terakhir, kegiatan-kegiatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berciri
prososial akan memberikan semacam pengalaman yang memudahkan bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis
Avicenna Aesculapius untuk memahami dan merasakan situasi dimana tindakan
prososial dibutuhkan. Sehinggga kemampuan mahasiswa Fakultas Kedokteran
yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk memahami
dan menginterpretasikan situasi yang membutuhkan tindakan prososial
meningkat.
Dikaitkan dengan prososialitas, maka setiap lingkungan mungkin akan
bervariasi tergantung pada kadar keempat factor lingkungan yang disebutkan
diatas, yang mempunyai peranan dalam menstimulasi perkembangan motif
prososial. Lingkungan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius merupakan suatu
17
lingkungan yang sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan tertent. Beberapa
tujuan utama yang ingin dicapai dapat dikategorikan bersifat prososial. Disamping
itu, tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dapat digolongkan ke dalam tipe
gabungan task oriented organization, yang pada dasarnya berorientasi pada
pengembangan kemampuan kognitif dan communion oriented organisasion, yang
berorientasi pada peningkatan kepekaan perasaan dan perasaan kebersamaan
(Kaplan, 1983). Artinya dapat dikatakan rangsangan lingkungan tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif, melainkan juga mengembangkan
kepekaan perasaan (afek), yaitu dua factor utama yang merupakan komponen
motif.
Faktor lingkungan merupakan faktor di luar diri yang menjadi perangsang
bagi terjadinya proses kognitif maupun afektif yang akan mengakibatkan
munculnya motivasi untuk bertingkah laku prososial. Tanpa adanya rangsangan
dari lingkungan tidak akan terjadi proses motivasional di dalam diri. Lingkungan
yang secara tradisional dianggap paling memiliki pengaruh adalah lingkungan
keluarga. Setelah itu baru lingkungan pendidikan yang dengan sengaja diciptakan
untuk merangsang perkembangan perilaku prososial misalnya institusi pendidikan
nonformal.
Salah satu kegiatan non formal dan berciri prososial di Fakultas
Kedokteran universitas “X” adalah tim bantuan medis Avicenna Aesculapius. Tim
bantuan medis Avicenna Aesculapius merupakan organisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan medis guna pengabdian terhadap masyarakat. Tujuan
ini tertuang dalam materi yang diberikan pada anggotanya. Materi pendidikan tim