• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi Anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi Anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius Universitas "X" Bandung."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian

yang diajukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tidak hanya meneliti

masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan

masalah yang diuraikan atas faktor-faktornya. Adapun variabel dalam penelitian

ini adalah motif prososial. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas

Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di

Universitas “X” Bandung. Pemilihan sampel ditentukan dengan menggunakan

teknik purporsive sampling dan diperoleh 36 orang. Alat ukur yang digunakan

adalah Alat Ukur Skenario Situasi Prososial yang diadaptasi dari Skenario

Situasi Prososial dari Sri Pidada Untari (1988). Alat ukur Skenario Situasi

Prososial ini telah dimodifikasi, yang disusun berdasarkan aspek-aspek motif

prososial yang terdiri atas 10cerita.Uji validitas dan realibilitas alat ukur ini

menggunakan metoda inter rater sebanyak 3 orang.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistika deskriptif

dengan menggunakan metoda inter-rater sebanyak 3 orang, diperoleh hasil

bahwa 69.4% mahasiswa fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung memiliki derajat motif

prososial tinggi, dan 30.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

Universitas Kristen Maranatha

(2)

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung

memiliki derajat motif prososial rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang

menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X”

Bandung yang memiliki motif prososial pada derajat tinggi cenderung memiliki

derajat yang tinggi pula dalam aspek persepsi terhadap situasi, nilai prososial

dan afek posiitif, sedangkan aspek yang rendah terdapat dalam aspek perspektif

sosial dan empati.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menarik kesimpulan

bahwa motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas ‘X’ Bandung pada

umumnya berada pada kategori kuat, kombinasi interaksi antara aspek kognitif

dan afektif dari aspek motif prososial yang terbanyak adalah aspek kognitif yang

tinggi dan afeksi yang rendah serta faktor perbedaan jenis kelamin dan tekanan

waktu merupakan faktor yang mempunyai peranan dalam menentukan kekuatan

motif prososial. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti

mengajukan saran untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh paling

dominan dari aspek motif prososial, kepada dokter pembimbing untuk

meningkatkan penanaman aspek motif prososial, kepada para anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk menghadiri semua kegiatan simulasi

dengan penuh.

Universitas Kristen Maranatha

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian

yang diajukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang tidak hanya meneliti

masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan

masalah yang diuraikan atas faktor-faktornya. Adapun variabel dalam penelitian

ini adalah motif prososial. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas

Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di

Universitas “X” Bandung. Pemilihan sampel ditentukan dengan menggunakan

teknik purporsive sampling dan diperoleh 36 orang. Alat ukur yang digunakan

adalah Alat Ukur Skenario Situasi Prososial yang diadaptasi dari Skenario

Situasi Prososial dari Sri Pidada Untari (1988). Alat ukur Skenario Situasi

Prososial ini telah dimodifikasi, yang disusun berdasarkan aspek-aspek motif

prososial yang terdiri atas 10cerita.Uji validitas dan realibilitas alat ukur ini

menggunakan metoda inter rater sebanyak 3 orang.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistika deskriptif

dengan menggunakan metoda inter-rater sebanyak 3 orang, diperoleh hasil

bahwa 69.4% mahasiswa fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung memiliki derajat motif

prososial tinggi, dan 30.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

Universitas Kristen Maranatha

(4)

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung

memiliki derajat motif prososial rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang

menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X”

Bandung yang memiliki motif prososial pada derajat tinggi cenderung memiliki

derajat yang tinggi pula dalam aspek persepsi terhadap situasi, nilai prososial

dan afek posiitif, sedangkan aspek yang rendah terdapat dalam aspek perspektif

sosial dan empati.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menarik kesimpulan

bahwa motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas ‘X’ Bandung pada

umumnya berada pada kategori kuat, kombinasi interaksi antara aspek kognitif

dan afektif dari aspek motif prososial yang terbanyak adalah aspek kognitif yang

tinggi dan afeksi yang rendah serta faktor perbedaan jenis kelamin dan tekanan

waktu merupakan faktor yang mempunyai peranan dalam menentukan kekuatan

motif prososial. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti

mengajukan saran untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh paling

dominan dari aspek motif prososial, kepada dokter pembimbing untuk

meningkatkan penanaman aspek motif prososial, kepada para anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk menghadiri semua kegiatan simulasi

dengan penuh.

Universitas Kristen Maranatha

(5)

DAFTAR ISI

Bab Halaman

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Identifikasi Masalah………. 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 8

1.3.1 Maksud Penelitian……… 8

1.3.2 Tujuan Penelitian………. 8

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis………. 8

1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 9

1.5 Kerangka Pikir……….. 9

1.6 Asumsi Penelitian………. 22

Universitas Kristen Maranatha

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motif Prososial……….. 23

2.1.1 Sejarah Prososial………... 23

2.1.2 Pengertian Tingkah Laku Prososial……….. 23

2.1.3 Teori Tingkah Laku Prososial ……….. 28

2.1.3.1 Teori Biologis ……….. 28

2.1.3.2 Teori Belajar Sosial……….. 29

2.1.4 Peran-peran yang dalam Tingkah Laku Prososial…. 35 2.1.5 Memutuskan Untuk Menolong………. 37

2.1.6 Dinamika Tingkah Laku Prososial……… 39

2.1.7 Faktor Penentu Yang Mempengaruhi Pemberian Bantuan………. 40

2.1.8 Motif Prososial……….. 48

2.1.9 Konsep tentang Pengembangan Motif Prososial….. 59

2.2 Remaja……….. 62

2.2.1 Tugas Perkembangan Remaja ……….. 62

2.2.2 Perkembangan Remaja………. 63

2.2.3 Pandangan Mengenai Perkembangan Remaja Dari Beberapa Sudut Pandang……….. 63

2.2.4 Transisi Masa Remaja ……….. 67

2.2.5 Perkembangan Kognisi………. 68

2.2 5.1 Pemikiran Operasional Konkrit……… 68

2.2.5.2 Kognisi Sosial ……….. 69

Universitas Kristen Maranatha

(7)

2.2.5.3 Pengambilan Keputusan………... 70

2.2.6 Perkembangan Moral ………... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………... 73

3.2 Variabel Penelitian & Definisi Oprasional……… 74

3.2.1 Variabel Penelitian………. 74

3.2.2 Definisi Operasional………. 74

3.3 Alat Ukur……….. 76

3.3.1 Alat Ukur Skenario Situasi Prososial ………... 76

3.3.2 Kriteria Penilaian……….. 77

3.3.3 Pengujian Alat Ukur ……… 91

3.3.3.1 Validitas Alat Ukur Reliabilitas Alat Ukur… 91 3. 4 Populasi Sasaran dan Tekhnik Sampling ………. 91

3.4.1 Teknik pengambilan sampel……….. 91

3.4.2 Karakteristik Sampel………. 92

3.5 Teknik Analisis………. 92

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 94

4.1.1 Gambaran Responden……….. 94

4.1.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin………... 94

4.1.1.2 Berdasarkan Usia……… 95

4.1.1.3 Berdasarkan banyaknya Aktivitas…………. 95

4.1.2 Gambaran Motif Prososial……… 96

Universitas Kristen Maranatha

(8)

4.1.3 Gambaran Elemen Motif Prososial………... 97

4.1.4 Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan Aspek-aspeknya……… 98

4.1.5 Gambaran Kategori Aspek Kognitif dan Aspek Afektf ……….. 99

4.1.6 Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan Kombinasi Aspek-aspek Motif Prososial ………... 100

4.1.7 Gambaran Motif Prososial dengan Data Penunjang.. 101

4.1.7.1 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Perbedaan Jenis Kelamin……….. 101

4.1.7.2 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Perbedan Usia ……….. 101

4.1.7.3 Gambaran Motif Prososial dilihat Dari Banyaknya Kegiatan………. 102

4.2 Pembahasan………... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 111

5.2 Saran……….. 112

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan……….. 112

5.2.2 Saran Praktis……….. 112

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN

Universitas Kristen Maranatha

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 94

Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia………. 95

Tabel 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Banyaknya

Kegiatan……… 95

Tabel 4.4. Gambaran Motif Prososial ………... 96

Tabel 4.5. Gambaran Elemen Motif Prososial……….... …….. 97

Tabel 4.6. Gambaran Perbandingan Motif Prososial

dengan Aspeknya………. 98

Tabel 4.7. Gambaran Kategori antara Aspek Kognitif dan

Aspek Afektif……….…….. 99

Tabel 4.8. Gambaran Perbandingan Motif Prososial dan

KombinasiAspek-aspek Motif Prososial……….. 100

Tabel 4.9. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial dengan

Jenis Kelamin ………. 101

Tabel 4.10. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial

dengan Usia. ……….. 101

Tabel 4.11. Tabel Tabulasi Silang antara Motif Prososial

dengan Banyaknya Kegiatan yang diikuti………... 102

Universitas Kristen Maranatha

(10)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Bagan Kerangka Pemikiran………... 21

Bagan 2. Bagan Motif Prososial ……….. 48

Bagan 3. Bagan Rancangan Penelitian ……….. 73

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Hasil Perhitungan Aspek-aspek Motif Prososial dalam Alat ukur Skenario Situasi

Prososial

Lampiran II

Kategori Motif Prososial

Lampiran III

Alat Ukur Lengkap

Lampiran IV

Data Identitas

Lampiran V

Informasi Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius

Universitas Kristen Maranatha

(12)

‘dengarlah sahabatku, ada sebuah jenis kereta perang, yang pasti menjanjikan

kemenangan. Roda-rodanya terbuat dari kesabaran dan kekuatan pikiran.

Kebenaran dan martabat adalah tongkat benderanya yang kuat, serta

benderanya. Kekuatan dan kebijaksanaan adalah dua kuda yang menariknya.

Ampunan dan kebajikan adalah dua tali kekangnya. Keimanan kepada Tuhan

adalah sang pengendali keretanya yang bijak. Kedermawanan adalah

kapaknya. Pengetahuan adalah haluannya. Ketabahan adalah selongsong anak

panahnya dan disiplin diri adalah panah-panahnya. Penghormatan kepada

apa yang dipelajarinya adalah perisai yang tak terkalahkan…oh, sahabatku

dengarkanlah dengan sabar, orang berani yang memiliki kereta ini pasti akan

mendapatkan kemenangan untuk mengatasi musuh terbesar yang belum

terkalahkan-yang hidup di dunia ini’.{Aya t-a ya t d a ri kita b Ra ma ya na ya ng se la lu

d ig uma mka n o le h Sa ud a ra Bha nsa li p e ng ikut Ba p u (Ma ha tma Ga nd hi)}

·¸¹º

Kekuatan tidak terletak pada kesanggupan mengangkat beban:

pengungkit bisa melakukannya. Hakikat kekuatan terletak pada

kemampuan menjinakkan nafsu amarahmu dan perasaanmu

(Muhammad SAW)

(13)
(14)

33 34 35 36

10

10

9

10

10

10

5

10

4

0

0

4

2

0

0

4

10

10

3

(15)
(16)

33 34 35 36

T

T

T

T

T

T

S

T

S

R

R

S

R

R

R

S

T

T

R

(17)

IDENTITAS DATA PRIBADI

Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan tentang data yang berhubungan

dengan penelitian kami. Saudara diharapkan untuk mengisi data yang kami

berikan dengan tulisan yang jelas.

1. Nama (inisial) :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan¶

3. Usia :

4. IPK terakhir :

5. Jenis Organisasi yang diikuti

No. Nama Organisasi Aktif / Pasif*

Lama

keanggotaan

a Aktif / Pasif

b Aktif / Pasif

c Aktif / Pasif

d Aktif / Pasif

e Aktif / Pasif

(18)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai prasyarat dalam menempuh

sidang sarjana, maka saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai MOTIF

PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENJADI TIM BANTUAN MEDIS AVICENNA AESCULAPIUS UNIVERSITAS “X” BANDUNG.

Dalam lampiran berikut, terdapat alat ukur skenario situasi prososial yang

berhubungan dengan penelitian tersebut. Sehubungan dengan itu saya meminta

kesediaan kepada saudara untuk menjadi responden dan meluangkan waktu guna

mengisi alat ukur skenario situasi prososial yang telah tersedia.

Informasi yang saudara berikan akan sangat bermanfaat untuk penelitian

ini, oleh karenanya saya mohon saudara mengisi alat ukur scenario situasi

prososial ini dengan sungguh-sungguh dan sejujur-jujurnya. Saudara tidak perlu

khawatir atau takut karena saya akan menjamin kerahasiaan identitas ataupun

jawaban yang telah saudara berikan.

Atas kesediaan dan kerja sama yang saudara berikan saya ucapkan terima

kasih.

(19)

ALAT UKUR SKENARIO SITUASI PROSOSIAL

Petunjuk Pengisian :

Pada halaman-halaman berikut saudara akan menemukan sejumlah cerita

yang dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan. Kepada saudara akan diberikan

10 cerita mengenai permasalahan yang dapat ditemui dalam kegiatan Tim

Bantuan Medis Avicenna Aesculapius yang mungkin pernah atau bahkan sering

saudara alami. Bacalah cerita tersebut dengan seksama dan teliti, kemudian

jawablah pertanyaan yang menyertai cerita tersebut.

ISILAH DENGAN LENGKAP DAN CERITAKAN APA YANG SAUDARA PIKIRKAN, RASAKAN ATAU PENDAPAT SAUDARA MENGENAI

KEJADIAN YANG ADA DALAM CERITA TERSEBUT.

Semua jawaban yang saudara berikan tidak akan dinilai benar atau salah, sehingga

tidak ada jawaban yang salah semua jawaban saudara adalah benar. Saya

mengharapkan keterbukaan dan kejujuran saudara, tetapi jangan membuang

terlalu banyak waktu untuk setiap pertanyaan dan jangan melewatkan satu

(20)

A

Pada acara ospek Fakultas Psikologi yang diadakan dikampus, tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius diminta kerjasama untuk membantu bila ada mahasiswa baru yang

membutuhkan pertolongan medis. Ketika acara puncak berlangsung terdapat 7 orang

mahasiswa baru pingsan dan anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang

bertugas hanya 3 orang, sementara 2 orang yang lain tidak ikut dikarenakan sakit. Teman

yang bertugas tersebut meminta pertolongan A pada saat acara berlangsung, padahal A

sudah bertugas minggu lalu serta sedang sakit.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(21)

B

Pada saat tim bantuan medis Avicenna Aesculapius mengadakan bakti sosial di tempat

terjadinya longsor, A memperhatikan banyak korban terluka yang membutuhkan bantuan.

A melihat beberapa orang junior tidak melakukan apa-apa selain melihat mereka

mengatakan tidak sanggup dan takut memberikan bantuan. Para korban tampak kesakitan,

sementara disaat yang sama A sedang mengerjakan pembalutan pada korban yang lukanya

lebih besar dan dalam.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(22)

C

A mengetahui bahwa beberapa teman A sibuk mencari bahan ujian praktikum yang akan

digunakan untuk ujian akhir semester besok. Tampaknya mereka sama sekali belum

berhasil menemukan bahannya sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 19.30. Kebetulan

A sudah memiliki bahan tersebut, hanya saja bahan itu perlu untuk dipelajari oleh A

karena bahan ujian untuk besok sebanyak 42 praktikum yang harus dihafal.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(23)

D

Di televisi sedang diputar film seri kesayangan A, yang sudah A tunggu sejak tadi sore

hari. Tiba-tiba temen A datang dan meminta pada A untuk mengantar ke dokter karena

deman dan pusing. Dokter tersebut merupakan pembimbing tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius, yang mana teman A beranggapan dengan pergi bersama A ia dapat

berkonsultasi dengan dokternya dengan lebih detail.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(24)

E

Teman A datang ke rumah malam-malam dan menangis, ia mengatakan bahwa dirinya

tengah hamil 3 minggu. Ia meminta A untuk mengantarkan ke dokter guna menggugurkan

kandungannya karena pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Sebagai teman, A ingin

sekali meringankan kebingungan teman yang sedang hamil, tetapi dilain sisi A tidak bisa

karena secara moral A mengingkari hati nurani sebagai seorang calon dokter.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(25)

F

Sahabat A yang kuliah di Belanda pulang dan A sepakat untuk ngopi bersama di salah satu

coffe shop yang sangat cozy di kota A. Saat hendak pergi A mendapat telfon bahwa

sahabat A dikampus sangat membutuhkan pertolongan untuk meminjamkan bukunya yang

akan ia pergunakan untuk ujian susulan. Ia baru saja selesai cuti. Ia memohon untuk

datang ke rumah sekitar 1 jam lagi, A bingung untuk menjawab permintaan teman kampus

A Jika A menunggu teman tersebut, maka A tidak akan bertemu sahabat A karena ia

mendapat pesawat malam itu. Sementara dirumah tidak ada orang sama sekali untuk

dapat menitipkan buku apabila teman kampus A datang..

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(26)

G

Sore itu A baru saja menyelesaikan kuliah maraton dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 sore

tanpa adanya waktu istirahat sama sekali. A saat itu dalam keadaan cape, mengamtuk dan

lapar karena tidak sempat makan siang. Tiba-tiba datang seorang rekan A meminta A

untuk menjelaskan prosedur hecting yang akan dipraktekan dalam acara sunatan missal

besok.dan A tahu bahwa rekan A tersebut agak sulit untuk diajarkan biasanya pada teman

yang lain membutuhkan waktu 1-2 jam sementara bagi teman ini akan menyita waktu yang

panjang dan saudara pernah mengajarinya 2 kali pada waktu yang lalu.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(27)

H

Ketika jam istirahat telah berakhir dan A hendak bergegas menuju kelas praktikum,

tiba-tiba saja A melihat seorang mahasiswa dari fakultas lain terjatuh di gedung Fakultas

Kedokteran dan ia terlihat sangat kesakitan. Secara pribadi A sama sekali tidak

mengenalnya. Dosen yang mengajar praktikum tersebut, terkenal sangat tegas dan ia

tidak akan memberikan toleransi apabila ada mahasiswanya yang telat masuk kelas dengan

alasan apapun.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(28)

I

O datang pada A dan menceritakan masalahnya, ternyata selama ini O menggunakan

narkoba dan O sudah merasa addicted dan mengganggu pelajaran maupun kehidupan

sosialnya. A mengajak O untuk mengikuti rehabilitasi. O bersedia tetapi ia mengajukan

syarat untuk tidak memberitahukan orang tuanya. A menjadi bingung karena disatu sisi O

harus direhab,disisi lain pusat rehabilitasi meminta A untuk wajib memberi tahu orang

tua O karena O masih dibawah tanggung jawab orang tua dengan usia dibawah 18 tahun.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(29)

J

Pada hari minggu A akan pergi ke kampus untuk latihan prosedur vena punksi. Hari minggu

berikutnya akan diadakan bakti sosial sehingga hari minggu sekarang adalah latihan ketiga

yang mana setiap anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius diwajibkan datang.

Ketika A menstater mobil tiba-tiba anak tetangga menghampiri A sambil menangis dan

menarik tangan A ke arah rumahnya. Ia mengatakan bahwa mamanya terjatuh dari tangga

dan tidak sadarkan diri sementara dirumahnya sedang tidak ada siapa-siapa.

K Apa yang terjadi pada situasi diatas?

………

K Mengapa ia membutuhkan pertolongan saudara?

………

K Apa yang saudara pikirkan pada saat itu?

………

(30)

Tabel Data Identitas Pribadi

No Responden

Jenis Kelamin Usia Aktif Tidaknya Di Kegiatan lain

1 Laki-laki 19 tahun Tidak

2 Laki 20 tahun Aktif

3 Laki 20 tahun Aktif

4 Laki 20 tahun Tidak

5 Laki 20 tahun Tidak

6 Laki 21 tahun Aktif

7 Laki 21 tahun Aktif

8 Laki 21 tahun Tidak

9 Laki 21 tahun Aktif

10 Laki 22 tahun Tidak

11 Laki 22 tahun Tidak

12 Laki 22 tahun Tidak

13 Laki 22 tahun Tidak

14 Laki 22 tahun Tidak

15 Laki 22 tahun Tidak

16 Laki 22 tahun Aktif

17 Perempuan 19 tahun Tidak

18 Perempuan 20 tahun Tidak

19 Perempuan 20 tahun Tidak

20 Perempuan 20 tahun Tidak

21 Perempuan 20 tahun Tidak

22 Perempuan 20 tahun Tidak

23 Perempuan 20 tahun Aktif

24 Perempuan 21 tahun Tidak

(31)

26 Perempuan 21 tahun Aktif

27 Perempuan 21 tahun Tidak

28 Perempuan 21 tahun Tidak

29 Perempuan 22 tahun Tidak

30 Perempuan 22 tahun Tidak

31 Perempuan 22 tahun Aktif

32 Perempuan 22 tahun Aktif

33 Perempuan 22 tahun Tidak

34 Perempuan 22 tahun Aktif

35 Perempuan 22 tahun Tidak

(32)

Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius

1. Latar Belakang Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius

Avicenna Aesculapius adalah suatu tim bantuan medis yang bernaung

dibawah senat Fakultas Kedokteran UKM, dan bergerak di bidang pengabdian

masyarakat.Avicenna Aesculapius, berdiri pada tanggal 12 Agustus 2001 dan

diprakarsai oleh anggota senat Fakultas Kedokteran UKM. Nama Avicenna

Aesculapius diambil dari dua kata, Avicenna adalah seorang tokoh kedokteran dari

Negara Timur Tengah yang dikenal sebagai bapak Kedokteran dunia. Sedangkan

Aesculapius adalah nama dewa kesehatan dalam bangsa Yunani kuno.

2. Visi Misi Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius

K Visi

Sebagai wadah mahasiswa Fakultas Kedokteran UKM dalam

mengembangkan keterampilan medis.

K Misi

Menjadikan Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius sebagai wadah

para anggota, dalam hal :

a. Bantuan penanganan kesehatan pada masyarakat dalam

menanggulangi bencana alam dan kecelakaan pra rumah sakit.

b. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup memberikan

penyuluhan kesehatan pada masyarakat terutama yang berkaitan

(33)

c. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa Fakultas Kedokteran

UKM dalam bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan,

kepencinta-alaman, dan lingkungan hidup.

d. Memberikan pelatihan dan keterampilan di bidang medis yang

diharapkan menjadi bekal tersendiri sebelum memasuki kepaniteraan

klinik.

3. Persyaratan Calon Anggota dan Angkatan yang ada

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran

yang akan menjadi anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius antara lain:

6 Telah lulus masa bimbingan dan Latihan Dasar Kepemimpinan

6 Indeks Prestasi Kumulatif > 2. 25

6 Telah mengikuti dan telah lulus mata kluiah Anatomi dan Faal

6 Mengikuti Diklatsar yang mana didalamnya terdapat penjelasan dokter,

tali-temali, tandu, pengetahuan bantuan hidup dasar, penanganan fraktur

dan bidai, outbound dan hiking, sircumsisi, hecting.

Angkatan yang sudah terbentuk semenjak Tim Bantuan Medis Avicenna

Aesculapius sudah terdapat empat angkatan, yaitu :

6 Neonatus 2001

6 Achiles 2002

6 Atlas 2003

(34)

4. Kegiatan yang Dilakukan Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius

1) Bantuan Hidup Dasar

À Gawat darurat adalah keadaan yang memerlukan penanganan atau tindakan

dengan segera agar penderita tidak meninggal, keadaannya tidak memburuk

dan mencegah kecacatan. Tujuan pertolongan pada kasus gawat darurat adalah

menyelamatkan jiwa, menyelamatkan organ tubuh, mencegah atau

mengurangi nyeri dan kecacatan, mengatasi kepanikan atau kecemasan.

Keterampilan melakukan Restitusi Jantung Paru sebagai bagian penting dari

pemberian bantuan dasar perlu dimiliki oleh sebanyak mungkin orang, dan

merupakan keharusan bagi mereka yang bekerja dibidang kesehatan.

Indikasinya antara lain henti nafas dan henti jantung. Bantuan pernafasan yang

dini untuk korban henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah

terjadinya henti jantung, henti nafas bisa terjadi karena tenggelam, stroke,

tersengat listrik, tersambar petir dll.

À Tujuan bantuan hidup dasar antara lain, sebagai berikut :

a. Mencegah berhentinya pernafasan dan peredaran darah

b. Memberikan bantuan respirasi dan sirkulasi pada korban yang mengalami

henti nafas atau henti jantung dengan menggunakan teknik Restitusi

Jantung Paru.

À Tujuan utama dari bantuan hidup dasar ialah memberikan oksigen kepada

otak, jantung dan organ vital lainnya, sampai datangnya suatu penanganan

medis yang lebih memadai yaitu bantuan hidup lanjut untuk dapat

(35)

Kecepatan dan ketepatan dalam melakukan tindakan Restitusi Jantung Paru

sangat menentukan, dan merupakan kunci keberhasilan pertolongan.

À Restitusi Jantung Paru terdiri dari dua tahap, yaitu survey primer yang

dilakukan oleh setiap orang dan survey sekunder, yang hanya dapat dilakukan

oleh tenaga medis dan paramedic terlatih dan merupakan lanjutan dari survey

primer.

2) Hecting, penjahitan yang dilakukan pada luka menganga untuk mencegah

terjadinya infeksi.

3) Sircumsisi, sunatan

4) Farmakologi Praktis, pengetahuan mengenai obat-obatan yang sederhana dan

dijual secara bebas kepada masyarakat sebagai penanggulangan yang

pertama.

À Dasar dalam pemilihan obat adalah :

a. Diagnosa

b. Tujuan dari terapi contoh, menghilangkan nyeri, memberantas infeksi,

mengurangi keluhan dan gejala penyakit, mencegah komplikasi atau

penyakit membunuh, memperkuat stamina atau suportif.

c. Pemilihan obat harus sesuai dengan kemanjuran (efficiency), keamanan

(safety). Kecocokan (suitability) dan harga (cost)

d. Berikan obat

e. Informasi yang cukup.

(36)

À Macam-macam pembalut antara lain, kain segitiga (mitella), plester

(Kleefpleister), pembalut pita biasa (Zwachtel).

À Guna pembalut untuk penutup supaya jangan kena cahaya dan supaya jangan

kena debu atau kotoran.

À Kain segitiga dibuat dari kain putih yang berkapur (mori), kelihatannya tipis,

sifatnya lemas dan keadaannya kuat. Cara mempergunakan kain segitiga

antara lain dengan cara dilebarkan, untuk membalut anggota badan yang

berbentuk tangan sebagai pembungkus, dada, panggul, punggung, perut, kaki

dan tangan; cara dilipat-lipat menyerupai dasi panjang, dipergunakan untuk

pembalut anggota yang berbentuk bundar, bulat panjang, bulat panjang

lonjong dan persendian; cara yang dibelah setengah dari tingginya, kain

segitiga yang demikian dinamakan plantenga dipergunakan untuk membalut

mmamae, selain itu punggung dan panggul; cara dilipat-lipat dari alas sampai

setengah dari tingginya, digunakan untuk membalut persendian; cara dibelah

kiri-kanan sejajar dengan alas, digunakan untuk macam-macam funda. Cara

menyimpulkan kain segitiga ada dua macam yaitu, simpul laki-laki simpul ini

mempunyai bentuk rata dan ceper, akibatnya tidak menekan kulit serta simpul

perempuan, simpul macam ini berbentuk bulat sehingga menekan kulit.

À Plester (Kleefpleister) pembalut pita bergetah ini dapat dipergunakan untuk

perekatan kain kasa yang dilipat pada kulit ini dilakukan pada luka-luka kecil

yang tidak banyak mengeluarkan darah.

À Pembalut pita biasa (Zwachtell) pembalut pita biasa terdiri atas

(37)

a. Pembalutan kain kassa, tipis dan jarang, untuk luka sederhana, pembalut

basah, pembalut ulcus dan bahan pembuat gips.

b. Pembalut Cambrics, serupa dengan pembalut kain kassa, bedanya

benangnya lebih kasar dan tebal. Penggunaannya sama dengan pembalut

kassa.

c. Pembalut Kain Kassa bertajin, dibuat dari kain kassa tapi mengandung

tajin, sebab itu jadi kaku. Kalau hendak dipakai pembalut ini direndam

dahulu dengan air hangat, sesudah basah lalu diperas, gunanya supaya

tajin bisa menjadi lengket, dipakai untuk memperbaiki circular gips yang

sudah mulai rusak.

d. Pembalut katun, dipakai untuk P3K juga dapat digunakan untuk pembalut,

penekan, dan balutan penarik, tetapi hasilnya kurang memuaskan.

e. Pembalut Flanel, untuk balutan penekan, balutan penarik dan P3K

f. Pembalut Ideal, rupanya seperti kaus, sifatnya elastis. Dipakai untuk

balutan penekan, teristimewa kalau ada haematom, juga dipakai untuk

pembalut amputate dan trepanatie.

g. Pembalut Tricot, rupanya seperti kaus, agak elastis, ditengahnya

berlubang, Dipakai untuk pembalut amputatie, trepanatie, dan untuk

membuat ranselverband.

h. Pembalut Cepat (Snelverband), pembalut cepat dari pabrik sudah dibuat

steril. Biasanya dipakai untuk P3K

i. Pembalut Gips, dibuat dari pembalut kaiin kassa yang telah dibubuhi

(38)

agak longgar supa air mudah masuk dalam gulungan waktu direndam

dalam air hangat bila hendak dipakai.pembalutan gips dipakai untuk

pengobatan lebih lanjut, jika ada tulang yang patah, terutama tangan dan

kaki. Tujuannya untuk fiksasi tulang yang patah dan sendi yang meradang.

j. Pembalut Martine, terbuat dari karet, sebab itu sangat elastis. Dipakai

untuk balutan keras dan balutan setengah keras. Dinamakan menurut nama

dokter yang pertama membuatnya.

6) Evakuasi Medis, pemindahan sementara ke tempat yang aman ketika

terjadinya bencana alam.

À Untuk memindahkan penderita diperlukan keputusan pada waktu, cara yang

tepat dan kalau bisa jumlah penolong yang memadai. Jika penolong tidak

berhasil memanggil bantuan medis yang memadai, penolong jangan buang

waktu lagi untuk memindahkan penderita apalagi, penolong sudah menyadari

bahwa penderita berada pada kondisi yang akan lebih parah apabila tidak ada

pertolongan lanjut. Penolong harus mengusahakan pada bagian cedera tetap

imobil waktu dipindahkan.

À Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu evakuasi korban agar tidak terjadi

kerusakan yang lebih parah :

a. Pikirkan kesulitan memindahkan sebelum mencobanya

b. Jangan mencoba angkat dan turunkan korban jika tidak dapat

memindahkannya.

c. Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga keseimbangan

(39)

e. Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh

penolong

f. Lakukan gerakan secara menyeluruh, serentak, dan upayakan agar bagian

tubuh saling menopang

g. Perbaiki posisi dan angkat secara bertahap

h. Pungung tegak waktu mengangkat korban atau menjaga kelurusan tulang

belakang

i. Perhatikan koordinasi dan komunikasi antar penolong, dan juga kesiapan

fisik penolong.

À Ada beberapa tekhnik evakuasi medis, yaitu tekhnik pemindahan 1 orang,

tekhnik pemindahan 2 orang, tekhnik pemindahan banyak orang, pemindahan

kain (sheet lift) sesuai improvisasi penolong

a. Teknik pemindahan 1 orang dapat dilakukan dengan dua cara, penderita

dipanggul dibahu penolong biasanya jika korban tidak sadarkan diri,

penderita dipangul dipunggung penolong biasanya dilakukan apabila

penderita sadar.

b. Teknik pemindah 2 orang (Two person lift technique)

Teknik ini dilakukan oleh 2 orang penolong, hal ini dapat dilakukan pada

penderita pada cedera leher. Dengan koordinasi yang baik, kedua

penolong harus berdiiri secara bersamaan dengan posisi penderita ditengah

mereka.

c. Sheet Lift, teknik ini dilakukan minimal oleh 4 orang penolong dan alas

(40)

d. Teknik pemindahan banyak orang, tekhnik ini dilakukan oleh minimal 5

orang penolong. Tekhnik ini sering digunakan untuk memindahan

penderita diatas tandu.

À Syarat korban dievakuasi yaitu :

a. Penilaian awal sudah dilakukan dengan lengkap, dan monitor terus

keadaan umum korban.

b. Denyut nadi dan nafas korban stabil dan dalam batas normal

c. Pendarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan

d. Patah tulang yang ada sudah ditangani

e. Mutlak tidak ada cedera spinal

f. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan

penderita.

À Teknik mengangkat tandu, ada beberapa macam tandu yang digunakan, yang

dimiliki oleh Avicenna Aesculapius saat ini adalah tandu Pole and Canvas

Stretcher. Teknik mengangkat tandu adalah :

a. Penderita diletakan telentang, apabila diperlukan imobilisasi, penolong

dapat menggunakan kain yang dilingkarkan tandu kemudian diikat kuat

pada bagian yang diperlukan

b. Diperlukan 4 orang penolong dengan kekuatan yang sama besar, dan

koordinasi yang baik

c. Penolong mengangkat dan menurunkan secara bersamaan, sama tinggi,

dan memindahkannya harus hati-hati dan dengan kecepatan yang konstan.

(41)

d. Penolong harus mengusahakan penderita dalam posisi sejajar, pada setiap

keadaan. Meskipun dua penolong depan berada pada posisi yang lebih

tinggi daripada dua penolong belakang, harus dikoordinasikan agar posisi

penderita tetap horizontal.

7) Vena Punksi, pengambilan darah untuk tujuan donor darah

8) Survival

9) Navigasi

10) Explore SAR

5. Prestasi yang Telah Diraih Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius Hingga November 2004

1) Megikuti Jambore Nasional PTBMMKI 2003 di Universitas Sumatra

Utara

2) Mengikuti Jambore Nasional PTBMMKI 2004 di Universitas

Diponogoro

3) Menjadi tim medis untuk kegiatan :

Ospek Tekhnik Industri UNPAR 2002, 2003

Ospek Tekhnik Kimia UNPAR 2002, 2003, 2004

Ospek Fisip UNPAR 2004

Ospek Tekhnik Elektro UKM 2004

EFFECT UKM 2004

4) Membantu poliklinik untuk menjadi tim medis dalam acara BUNGSU

(42)

5) Menjadi tim medis untuk kegiatan Samsung Fun Run 2003

6) Menjadi tim medis untuk Live Core Music 2004 di Bukit Café

7) Menjadi tim medis untuk acara Kompaseyo 2003

8) Mengadakan acara sunatan gratis di poliklinik 2004

9) Mengadakan penelitian tentang malaria di Desa Pamotan 2004

10) Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gigi di SD INPRES

Majingklak 2004

11) Mengadakan bakti sosial di Kalipucang, bekerja sama dengan

Puskesmas Kalipucang 2004

(43)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini ada gejala dalam masyarakat Indonesia, bahwa orang cenderung

menjadi memetingkan diri sendiri daripada memperhatikan kepentingan orang

lain dan kepentingan-kepentingan yang menyangkut kehidupan bersama dengan

anggota masyarakat lainnya. Banyak keluhan-keluhan yang dilontarkan baik

dalam percakapan sehari-hari aupun lewat media massa tentang meningkatnya

gejala-gejala tingkah laku social yang negative yang muncul dalam masyarakat

belakangan ini. Gejala-gejala tingkah laku sosial yang negatif seringkali muncul

sebagai akibat dan perwujudan dari keinginan-keinginan untuk mementingkan diri

sendiri. Penonjolan kepentingan pribadi seringkali melampaui batas-batas

kewajaran, sehingga cenderung mengganggu dan merugikan orang lain dan

tentunya pula mengganggu ketentraman hidup bersama di dalam masyarakat. Hal

tersebut dapat terjadi dalam berbagai aspek bidang kehidupan diantaranya

pemberian jasa kesehatan.

Bukan hal yang langka terjadi apabila dalam kehidupan sehari-hari bahwa

seorang dokter dapat membiarkan pasiennya, tanpa memperhatikan kesakitan

yang diderita oleh pasiennya sendiri. Keluhan lain yang sering ditemui adalah

ketidaksabaran dokter dalam menghadapi pasiennya sehingga pasiennya merasa

kurang mendapatkan pelayanan jasa yang optimal. Gejala-gejala tingkah laku

sosial negatif ini tidak hanya tampak pada tingkah laku individual, tetapi juga

(44)

2

diamati dalam tingkah laku kelompok. Bila keadaan semacam ini tidak segera

mendapatkan perhatian atau dibiarkan saja, tentu akan mengganggu ketentraman

hidup bersama dan menghambat tujuan seorang dokter dalam memberikan

pelayanan jasa kepada masyarakat.

Perhatian serta usaha-usaha untuk menanggulanginya memang telah mulai

dilakukan. Seminar dan Loka karya mulai dari tingkat daerah sampai tingkat

nasional telah membahasnya. Mantan Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jabar,

dr. Teddy Hidayat, Sp KJ mengangap bahwa gejala individualisme pada diri para

dokter akan menggangu kesejahteraan hidup bersama (Kompas, 15 Maret 2003).

Beliau mengungkapkan hal tersebut harus ditanggulangi sedari dini misalnya dari

semenjak pendidikan dokter di Perguruan Tinggi ditanamkan nilai-nilai moral dan

sosial dalam kapasitas yang tinggi. Salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang

tersedia di kota Bandung adalah Universitas “X”. Keadaan para mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas “X” ini menunjukan gejala yang mementingkan

kepentingan pribadi misalnya banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran yang tidak

mau berbagi bahan ujian dengan temannya. Untuk menjadi seorang dokter

diharapkan para mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat mementingkan

kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Sejauh ini upaya yang dilakukan

oleh Universitas “X” adalah dengan mengadakan kuliah umum yang wajib

dihadiri oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran mengenai kepekaan terhadap

sesama, moral dan jiwa sosial.

Demi meningkatkan kualitas lulusan, Fakultas Kedokteran “X” secara

bertahap mengadakan perubahan sistem pendidikan, melalui pendidikan dan

(45)

3

pelatihan baik itu secara formal maupun informal. Hal tersebut terus diperbaharui

sehingga memungkinkan seorang lulusan Fakultas Kedokteran “X” untuk siap

terjun ke masyarakat sebagai tindak nyata pengabdian kepada masyarakat.

Salah satu upaya untuk memperbaharui pendidikan dan pelatihan informal

pada Fakultas Kedokteran “X” adalah berdirinya tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius. Tim bantuan medis Avicenna Aesculapius tersebut bertujuan untuk

pengabdian terhadap masyarakat. Berdirinya tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius diinspirasikan oleh salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah

pengabdian pada masyarakat dan juga 4 pilar pendidikan dari UNESCO, dimana

learning to be dan learning to live together yang dirasa sangat kurang saat ini.

Pemprakarsa tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yaitu dr. Iwan Budiman

melihat sekarang bahwa yang disebut dengan kebersamaan, kesetiakawanan,

kerjasama, solidaritas diantara mahasiswa Kedokteran “X” mulai luntur. Hal

tersebut dipicu juga oleh pendidikan sistem SKS, yaitu mahasiswa hanya dikejar

untuk cepat selesai dan cepat lulus.

Dalam rangka mendapatkan gambaran yang utuh mengenai tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius maka perlu dijelaskan kegiatan tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius itu sendiri. Materi yang diberikan sesuai dengan tujuannya

pengabdian terhadap masyarakat antara lain Bantuan Hidup Dasar, Hecting

(penjahitan yang dilakukan pada luka menganga untuk mencegah terjadinya

infeksi), Sircumsisi (sunatan), Farmakologi Praktis, Balut - Membalut, Evakuasi

Medis (pemindahan sementara ke tempat yang aman ketika terjadinya bencana

alam), Vena Punksi (pengambilan darah untuk tujuan donor darah). Materi yang

(46)

4

diberikan dalam bentuk ceramah seperti perkuliahan pada umumnya dan simulasi.

Aplikasi dari materi yang diberikan, berupa keikutsertaan anggota tim bantuan

medis sebagai tim medis dalam setiap kegiatan kampus maupun luar kampus

seperti membantu poliklinik untuk menjadi tim medis dalam acara BUNGSU

2004, sunatan massal dan bakti sosial.

Berdirinya tim bantuan medis Avicenna Aesculapius menjadi gebrakan

baru di Fakultas Kedokteran “X” Bandung. Sambutan yang hangat dari berbagi

pihak maupun antusiasme calon anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius

sangatlah besar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peminat tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius walaupun untuk masuk tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius bukan tanpa syarat. Syarat mutlak yang diberlakukan oleh tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius antara lain IPK minimal 2,25 dan telah lulus

mata kuliah Anatomi dan Faal

Motif prososial adalah keadaan internal individu yang mengarahkan

individu untuk memunculkan perilaku yang menguntungkan orang lain

(Hoffman, 1975). Motif prososial itu sendiri memiliki posisi yang selaras dengan

visi dan misi tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang garis besarnya adalah

sebagai wadah bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” guna

meningkatkan keterampilan dalam rangka pengabdian terhadap masyarakat.

Berdasarkan hasil survey, alasan yang menyebabkan mereka ingin masuk tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah 67% karena ingin lebih terampil,

25% ingin mempunyai pengalaman yang baru dan 8% karena ajakan teman dan

ingin membantu sesama.

(47)

5

Padatnya perkuliahan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk melatih

kepekaan mereka, sehingga kegiatan dalam tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius dihadirkan untuk memberikan kesempatan meningkatkan kepekaan

mereka terhadap sesama, hal tersebut diungkapkan oleh dr Pinandojo

Djojosoewarno selaku Penasehat dari tim bantuan medis Avicenna Aesculapius.

Walaupun kegiatan yang dijalankan di tim bantuan medis Avicenna Aesculapius

diwarnai oleh motif prososial tetapi masih terdapat beberapa masalah yang

diungkapkan melalui wawancara berbagai pihak berikut ini. Menurut pemprakasa

tim bantuan medis Avicenna Aesculapius, hingga saat ini banyak anggotanya yang

dirasa kurang memiliki kepedulian dan kurang tanggap terhadap situasi yang

dirasa membutuhkan bantuan. Ketua tim bantuan medis Avicenna Aesculapius,

mengemukakan bahwa kendala yang cukup serius adalah banyaknya anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius yang berhenti ditengah jalan, mereka hanya

mampu bertahan rata-rata satu tahun dengan alasan sibuk kuliah, atau adanya

kecenderungan apabila telah dekat dengan dokter lalu mereka keluar dan

mengikuti tim bantuan medis Avicenna Aesculapius sebagai prosedur guna

kelancaran co-ass. Sedangkan mahasiswa Kedokteran yang tidak menjadi anggota

tim bantuan medis Avicenna Aesculapius mengatakan adanya kecenderungan

bahwa mereka para anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius tidak

berbaur dengan mahasiswa Kedokteran lainnya yang bukan anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius dan masalah yang dikemukakan oleh anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah sulitnya bekerja sama dan sulitnya

menyesuaikan jadwal yang pas untuk setiap kegiatan salah satu contoh yang

(48)

6

sangat terlihat bahwa para anggota tim bantuan medis apabila diwajibkan untuk

mengikuti role play banyak yang tidak hadir dengan alasan pribadi (hari minggu

adalah waktu untuk keluarga dan beribadah, ingin beristirahat setelah enam hari

kuliah padat dls), bahkan yang dikhawatirkan oleh para dokter pembina tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah kehadiran para anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius saat kegiatan role play berlangsung rata-rata 30-45%

dari jumlah anggota keseluruhan adapun kehadiran pada kegiatan role play

mencapai 75-90% hanya pada saat role play yang popular seperti fraktur dan vena

punksi. Padahal kegiatan role play itu sendiri selain membutuhkan biaya yang

besar juga sangat penting guna menunjang kegiatan mereka di lapangan. Dilihat

dari hasil wawancara terhadap dr. Iwan, ternyata kehadiran tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius belum sepenuhnya dapat menumbuhkan motif prososial

pada anggotanya. Mereka yang awalnya mengikuti tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius dengan alasan awal untuk memperoleh keterampilan medis memiliki

keinginan yang kurang dalam menolong walaupun telah mengikuti serangkaian

kegiatan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius. Hal tersebut dapat dilihat dari

sikap kurang peduli para anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius ketika

melihat orang yang membutuhkan bantuan. Hal yang disebutkan diatas

dikhawatirkan akan menimbulkan kecenderungan para anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius memiliki motif prososial yang rendah karena alasan awal

masuk tim bantuan medis Avicenna Aesculapius adalah untuk kepentingan pribadi

dibandingkan motif prososialnya sendiri.

(49)

7

Berdasarkan uraian diatas peneliti melihat bahwa tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk

motif prososial pada mahasiswa kedokteran “X”. Kegiatan seperti pemberian

materi dan simulasi-simulasi serta keterlibatan langsung dalam praktek menolong

sesama pada setiap kegiatan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius

dimaksudkan untuk membuat mahasiswa kedokteran “X” terlatih dalam

memperhatikan keadaan orang lain, apakah membutuhkan bantuan atau tidak.

Namun pada kenyataannya masih banyak anggota tim bantuan medis yang tidak

peduli terhadap orang yang membutuhkan bantuan dalam kehidupan sehari-hari,

hal ini diungkapkan oleh dr Iwan dan dr Pinandojo ketika ia telah beberapa kali

menjumpai suatu keadaan dimana pada saat itu dibutuhkan pertolongan dan

terdapat beberapa anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius, tetapi

mereka tidak hirau terhadap keadaan tersebut. Perilaku menolong dan

memperhatikan orang lain termasuk dalam perilaku prososial yang didasari oleh

motif prososial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mempelajari lebih lanjut

sejauh mana derajat motif prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang

menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius Universitas “X”

Bandung.

I. 2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana derajat motif

prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung .

(50)

8

I. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

I3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai derajat

Motif Prososial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius di Universitas “X” Bandung.

I.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih

mendalam mengenai aspek-aspek motif prososial (aspek kognitif dan aspek

afeksi), pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius Universitas “X” Bandung.

I.4 Kegunaan Penelitian

I.4.1 Kegunaan Ilmiah

¾ Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu

psikologi sosial dan perkembangan dalam rangka memperkaya materi

khususnya mengenai motif prososial

¾ Memberikan masukan kepada peneliti lainnya untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai motif prososial pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran.

(51)

9

I.4.2 Kegunaan Praktis

¾ Memberikan masukan untuk meninjau kembali materi-materi pelatihan

dan konsep pada simulasi-simulasi kepada Dokter yang membina para

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk meningkatkan

pelayanan terhadap masyarakat.

¾ Memberikan masukan mengenai motif prososial kepada ketua bidang

pengabdian masyarakat yang berada dibawah naungan senat fakultas

kedokteran Universitas “X” untuk menyusun tujuan dari kegiatan tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk meningkatkan pelayanan

terhadap masyarakat

¾ Memberikan bahan masukan dan wawasan mengenai motif prososial

kepada ketua tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk mendidik

dan membina calon anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius

sehingga anggota Tim Bantuan Medis Avicenna Aesculapius dapat

lebih peka terhadap situasi yang dirasa membutuhkan bantuan

sehingga dapat mengembangkan motif prososialnya.

¾ Anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dapat

meningkatkan semangat pelayanannya terhadap masyarakat.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada masa remaja, perilaku prososial yang didasari oleh motif prososial

merupakan hal yang penting untuk mendapatkan perhatian. Hal ini berkaitan

dengan salah satu tugas perkembangan remaja untuk mengembangkan perilaku

(52)

10

sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 2004). Hal ini sama artinya dengan

mengembangkan norma tanggung jawab sosial. Norma ini merupakan bekal

remaja untuk memasuki kehidupan bermasyarakat. Sehingga para mahasiswa

Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna

Aeculapius yang sebagian besar remaja diharapkan dapat mencapai perkembangan

social secara matang, dalam arti mereka memiliki penyesuaian social yang tepat,

kemapuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi.

Perilaku prososial secara umum didefinisikan sebagai perilaku sukarela

yang cenderung menguntungkan orang lain, seperti membantu, berbagi dan

membuat nyaman orang lain (Eisenberg & Fabes, 1997). Perilaku ini dapat berupa

mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius memberikan bantuan pada orang yang terkena bencana,

membuat nyaman atau menyelamatkan orang yang menderita atau bahkan secara

sederhana membuat orang lain merasa nyaman dengan menghiburnya. Perilaku ini

jelas sangat penting dalam meningkatkan kualitas interaksi sosial individu dan

diantara kelompok (Eisenberg & Fabes, 1997). Perilaku yang ditampilkan oleh

seseorang didasari oleh motif dalam dirinya. Begitu pula dengan perilaku

prososial, perilaku ini didasari oleh motif prososial. Motif prososial

menggerakkan dan mengarahkan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk melakukan perilaku

prososial seperti membantu, berbagi dan membuat nyaman. Sehingga semakin

kuat motif mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

(53)

11

medis Avicenna Aesculapius maka perilaku yang ditampilkannya akan semakin

nyata dan semakin besar kemungkinan munculnya perilaku prososial.

Para ahli psikologi dahulu beranggapan bahwa tingkah laku

memperhatikan dan membantu orang lain situatif sifatnya, artinya, seseorang akan

memperhatikan dan membantu orang lain, bila situasi yang dihadapi

membutuhkan bantuan. Misalnya, orang akan memperhatikan dan memberikan

bantuan pada saat ada musibah, pada saat kecelakaan, kebakaran. Tetapi hasil

pengamatan ternyata menunjukan bahwa situasi-situasi yang sama tidak

mengundang perhatian dan reaksi pertolongan yang sama pada setiap mahasiswa

Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius. Ada semacam perbedaan individual yang ditunjukan oleh setiap

mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius ada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota

tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang dengan spontan tergerak untuk

memberikan bantuan, ada yang harus berpikir dan menimbang-nimbang terlebih

dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membantu dan ada yang sama sekali

tidak tergerak memberikan bantuan. Penemuan ini mengakibatkan munculnya

anggapan baru bahwa, munculnya tingkah laku prososial tidak hanya ditentukan

oleh situasi yang sedang dihadapi, melainkan ditentukan oleh factor dalam diri

mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius, yaitu factor internal dan eksternal.

Faktor internal antara lain gender dimana sebagian dari studi-studi yang

dilakukan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan

(54)

12

perempuan tetapi sebagian lagi menunjukan perbedaan yang signifikan. Apabila

terdapat perbedaan yang signifikan, maka anak wanita menunjukan

kecenderungan prososal yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Eisenberg

menginterpretasikan gejala ini dengan mengatakan bahwa ada perbedaan yang

tampak, tetapi sangat sedikit dan munculnya pun hanya kadang-kadang saja.

Faktor eksternal yang melatarbelakangi kecenderungan prososial yaitu tekanan

waktu dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa tekanan waktu dalam artian

tidak tersedianya waktu yang memadai bagi seseorang untuk memberikan

pertolongan pada orang lain menimbulkan dampak yang kuat terhadap pemberian

bantuan (Darley&Batson, 1973)

Hoffman (1975) menjelaskan bahwa motif prososial terdiri dari 2 aspek

utama, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif dimana setiap aspek tersebut

memiliki elemen-elemen penyusunnya. Ia telah mengadakan penelitian mengenai

model perkembangan yang tidak bergantung pada penguatan dan imitasi, tetapi

pada interaksi antara proses afektif dan kognitif yang berubah mengikuti usia

(Hoffman, 1965, 1970b, 1975a, 1977b). Aspek kognitif meliputi persepsi terhadap

situasi, nilai prososial dan persepsi sosial. Aspek afektif meliputi empati dan afek

yang positif.

Salah satu aspek kognitif dalam motif prososial adalah persepsi terhadap

situasi. Persepsi yang berkaitan dengan motif prososial adalah pemaknaan situasi

lingkungan sebagai suatu situasi dimana bantuan dibutuhkan. Kemampuan

mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius untuk mempersepsi bahwa orang lain membutuhkan

(55)

13

bantuan adalah syarat awal munculnya tingkah laku membantu. Penilaian

terhadap situasi merupakan faktor yang menentukan apakah seseorang akan

memaknakan situasi sebagai suatu situasi dimana bantuan dibutuhkan atau tidak.

Proses ini tidak terlepas dari elemen kognitif lainnya yaitu nilai prososial.

Nilai prososial merupakan nilai pribadi mengenai prososial yang dimiliki

oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius. Nilai pribadi tersebut merupakan hasil internalisasi nilai

dan norma yang terdapat dalam lingkungannya selama masa perkembangannya.

Seorang anak akan menginternalisasi nilai dan norma dalam keluarga. Ketika

seseorang menginjak remaja, ia juga akan menginternalisasi nilai dan norma

lingkungan diluar keluarga seperti lingkungan kampus. Nilai yang diinternalisasi

tersebut menjadi orientasi dan patokan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran yang

menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dalam bertindak. Nilai

prososial yang berkombinasi dengan kemampuan alih peran (role taking) dapat

memunculkan keinginan untuk menguntungkan orang lain, sehingga diharapkan

memiliki kontribusi dalam memunculkan tingkah laku prososial (Staub, 1979).

Aspek kognitif yang ketiga adalah perspektif sosial. Hoffman (1975)

mengatakan bahwa perspektif sosial berkembang sejalan dengan kemampuan

empati, karena pemahaman terhadap situasi orang lain yang tidak menyertakan

perasaan tidak akan mendorong seseorang menapilkan perilaku membantu.

Kemampuan untuk menempatkan diri pada keadaan orang lain menentukan

kemampuan untuk memahami situasi dari sudut pandang orang lain yang

membutuhkan bantuan.

(56)

14

Aspek kedua dari motif prososial adalah afektif. Salah satu unsur dari

afektif adalah empati. Hoffman (1977) mendefinisikan empati sebagai berikut,

respon afektif yang vicarious, yaitu sebagai respon afektif yang lebih tepat pada

situasi orang lain dari pada situasi diri sendiri. Hoffman ingin mengatakan bahwa

empati merupakan perasaan yang dirasakan seseorang karena melihat keadaan

orang lain. Ia juga menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat dalam aspek

kognitif. Kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain, dalam empati

akan disertai dengan afeksi. Empati dapat diperkuat maupun dihambat oleh

lingkungan. Empati yang dibangkitkan akan menjadi mediator yang penting dari

altruisme (Hoffman, 1987, 1988).

Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius yang mampu menempatkan diri secara kognitif dan

berempati pada keadaan orang yang membutuhkan bantuan akan tergerak

perasaannya untuk melakukan sesuatu. Afek positif pada orang lain yang

merupakan unsur kedua dari aspek afektif akan memperkuat perasaan mahasiswa

Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius untuk melakukan perilaku yang dapat menggerakan untuk

memberikan bantuan.

Hoffman (1982) yang mengadakan penelitian mengenai model

perkembangan dari perilaku prososial menyatakan bahwa proses perkembangan

dari empati meliputi persinggungan seseorang dengan distress yang muncul dari

dalam mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius dan orang lain. Distress mahasiswa Fakultas Kedokteran

(57)

15

yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius memotivasi untuk

mengurangi kegelisahannya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius bisa melakukannya dengan

membantu orang yang membutuhkan bantuan, tetapi juga dapat melakukannya

dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya.

Sebaliknya rasa empatik hanya dapat dikurangi dengan membantu orang lain yang

membutuhkan bantuan. Karena tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan

orang lain, jelas bahwa rasa empati merupakan sumber altruitik. Empati

meningkatkan perilaku prososial (Hoffman, 1981).

Perkembangan motif prososial mahasiswa Fakultas Kedokteran yang

menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dengan lingkungan

sosial dapat dijelaskan melalui pendekatan belajar sosial. Aspek kognitif dan

afektif dapat dikembangkan bila mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan.

Empat factor utama dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi aspek kognitif

dan afektif mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan

medis Avicenna Aesculapius adalah sebagai berikut, nilai dan norma yang bersifat

social seperti bahwa membantu itu penting dan baik yang ditanamkan oleh

lingkungan, diinternalisasi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi

anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius menjadi bagian dari system

nilai dan norma pribadinya. Kedua, pola interaksi social yang berciri prososial

seperti dalam mengerjakan tugasnya sebagai anggota tim bantuan medis dengan

role play dan simulasi akan membentuk pola kebiasaan mahasiswa Fakultas

Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius yang

(58)

16

berciri prososial. Melalui role playing, seseorang akan mengembangkan perilaku

prososial, baik secara verbal maupun secara motorik. Role playing juga

menyediakan kesempatan untuk mengalami peran dari seorang penolong dan

mempertimbangkan kondisi dari orang yang membutuhkan bantuan. Pelatihan

akan menghasilkan keterampilan perilaku, yaitu strategi untuk menghadapi situasi

yang terjadi dan juga meningkatkan role taking.

Ketiga adalah adanya model, pola kebiasaan yang berciri prososial yang

terbentuk akan menjadi kuat bila didalam lingkungan tim bantuan medis Avicenna

Aesculapius ada tokoh panutan yang merupakan model yang selalu bisa ditiru

yang berciri prososial misalnya dosen Pembina anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius maupun senior tim bantuan medis Avicenna Aesculapius.

Terakhir, kegiatan-kegiatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berciri

prososial akan memberikan semacam pengalaman yang memudahkan bagi

mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi anggota tim bantuan medis

Avicenna Aesculapius untuk memahami dan merasakan situasi dimana tindakan

prososial dibutuhkan. Sehinggga kemampuan mahasiswa Fakultas Kedokteran

yang menjadi anggota tim bantuan medis Avicenna Aesculapius untuk memahami

dan menginterpretasikan situasi yang membutuhkan tindakan prososial

meningkat.

Dikaitkan dengan prososialitas, maka setiap lingkungan mungkin akan

bervariasi tergantung pada kadar keempat factor lingkungan yang disebutkan

diatas, yang mempunyai peranan dalam menstimulasi perkembangan motif

prososial. Lingkungan tim bantuan medis Avicenna Aesculapius merupakan suatu

(59)

17

lingkungan yang sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan tertent. Beberapa

tujuan utama yang ingin dicapai dapat dikategorikan bersifat prososial. Disamping

itu, tim bantuan medis Avicenna Aesculapius dapat digolongkan ke dalam tipe

gabungan task oriented organization, yang pada dasarnya berorientasi pada

pengembangan kemampuan kognitif dan communion oriented organisasion, yang

berorientasi pada peningkatan kepekaan perasaan dan perasaan kebersamaan

(Kaplan, 1983). Artinya dapat dikatakan rangsangan lingkungan tidak hanya

mengembangkan kemampuan kognitif, melainkan juga mengembangkan

kepekaan perasaan (afek), yaitu dua factor utama yang merupakan komponen

motif.

Faktor lingkungan merupakan faktor di luar diri yang menjadi perangsang

bagi terjadinya proses kognitif maupun afektif yang akan mengakibatkan

munculnya motivasi untuk bertingkah laku prososial. Tanpa adanya rangsangan

dari lingkungan tidak akan terjadi proses motivasional di dalam diri. Lingkungan

yang secara tradisional dianggap paling memiliki pengaruh adalah lingkungan

keluarga. Setelah itu baru lingkungan pendidikan yang dengan sengaja diciptakan

untuk merangsang perkembangan perilaku prososial misalnya institusi pendidikan

nonformal.

Salah satu kegiatan non formal dan berciri prososial di Fakultas

Kedokteran universitas “X” adalah tim bantuan medis Avicenna Aesculapius. Tim

bantuan medis Avicenna Aesculapius merupakan organisasi yang bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan medis guna pengabdian terhadap masyarakat. Tujuan

ini tertuang dalam materi yang diberikan pada anggotanya. Materi pendidikan tim

Gambar

Tabel Data Identitas Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahapan produksi yang dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli – 3 Agustus 2009 di kota solo ini penulis selalu mengikuti perkembangan yang terjadi

Berdasarkan identifikasi masalah diatas tidak semua permasalahan diteliti agar penelitian ini lebih terarah dan jelas apa yang menjadi pokok permasalahan yang perlu segera

Pada penelitian ini, penulis mengusulkan metode pengendalian persediaan dengan menggunakan Innovative Heuristic dalam menentukan waktu pemesanan optimal ( t 0 * ) yang

Dalam dunia pendidikan teknologi AR dapat memperkaya metode dalam pembelajaran siswa.siswa akan lebih mudah menerima pelajaran yang di ajarkan gurunya karena

Dari tuturan tersebut kata saint secara umum bermakna orang suci, saleh (yang telah meninggal), akan tetapi pada lirik lagu tersebut kata saint dianalogikan

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 2 SDN 01 Jeruksawit

Dengan adanya Pendidikan Religiositas yang merupakan salah satu bentuk komunikasi iman, baik antarsiswa yang seagama maupun siswa yang berbeda agama

1 Research mainly for detection of bottle cap, through the image preprocessing and precise processing to solve the human visual error rate and contingency, realized based on