• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kepuasan Kerja Dalam Memediasi Pengaruh Burn Out Terhadap Komitmen Organisasional Guru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Kepuasan Kerja Dalam Memediasi Pengaruh Burn Out Terhadap Komitmen Organisasional Guru."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPUASAN KERJA DALAM MEMEDIASI PENGARUH BURNOUT TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL GURU

SKRIPSI

Oleh :

I GEDE AGUS WIRAJAYA NIM : 1215251029

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

PERAN KEPUASAN KERJA DALAM MEMEDIASI PENGARUH BURNOUT TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL GURU

SKRIPSI

Oleh:

I GEDE AGUS WIRAJAYA 1215251029

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji

pada tanggal

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Made Subudi,SE.,M.Si ………

2. Sekretaris : Prof. Dr. I W G Supartha,SE.,SU ………

3. Anggota : Dr. Desak Ketut Sintaasih,SE.,M.Si ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(Dr. I Gst Ayu Ketut Giantari, SE.,M.Si) (Prof. Dr. I W G Supartha, SE.,SU)

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan unsur-unsur

plagiasi, saya bersedia diperoses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, 9 Mei 2016

Mahasiswa,

I Gede Agus Wirajaya

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Ida Shang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas rahmatnya , penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peran Kepuasan Kerja dalam Memediasi Pengaruh Burnout terhadap Komitmen

Organisasional Guru.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam

penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

sehingga penulis dapat melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,MS., Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesediaannya membantu

penulis memenuhi segala administrasi mengenai kemahasiswaan.

3. Ibu Dr. I Gst Ayu Ketut Giantari,SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas waktu

dan kesediaannya memberikan bimbingan kepada penulis selama

menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Agoes Ganesha Rahyuda, SE.,MT.,Ph.D selaku Sekretaris Jurusan

(6)

vi

dan kesediaannya memberikan bimbingan kepada penulis selama

menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. Made Subudi SE.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas

petunjuk dan nasihat yang diberikan selama mengikuti kuliah di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Prof. Dr. I W G Supartha, SE.,SU., selaku dosen pembimbing atas

waktu, bimbingan, masukan serta motivasi sehingga skripsi dapat

terselesaikan.

7. Ibu Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,M.Si., selaku dosen pembahas atas

waktu, bimbingan, masukan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

8. Kedua orang tua saya yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi

untuk Ayah I Ketut Sudana dan Ibu Ni Wayan Nurmini serta Kakak Ni

Putu Sariani yang senantiasa mendukung dan mendoakan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

9. Kepada Teman-teman semasa SMA saya I G Ngurah Arvin Rudy W,

Fachri Setia P, Yogananda Kesawa, Aryyesvara Reza, Efatha Borromeu,

Finty Udayani, Satriya Prabawa P yang senantiasa mendukung dan

menyemangati.

10.Kepada Teman-teman dekat saya di kampus yang telah membantu dan

mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini I Gusti Ayu Puspita Dewi,

(7)

Grahadika, Diah Mentara Cahyani, Desak Sari Kusumadewi, Yanti Astika

Dewi dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11.Kepada teman-teman GPS yaitu Made Aryawan, Made Widya Suraputra,

Agus Resi Sumadi, Eka Surya Putra Ananta, Wahyu Langgeng Prasetya,

Made Arly Dwi Cahya yang selalu mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap

bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 9 Mei 2016

(8)

viii

Judul : Peran Kepuasan Kerja dalam Memediasi Pengaruh Burnout terhadap Komitmen Organisasional Guru

Nama : I Gede Agus Wirajaya Nim : 1215251029

Abstrak

Komitmen organisasional merupakan sikap individu atau kekuatan organisasi dalam mengikat individu agar tetap berada di dalam organisasi. Komitmen organisasi pada guru menjadi kekuatan untuk menjalankan program sekolah. Komitmen guru yang tinggi terhadap sekolah akan mempermudah tercapainya tujuan-tujuan sekolah. Sehingga organisasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional agar guru memiliki rasa komitmen yang tinggi terhadap organisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh burnout terhadap komitmen organisasional guru.

Penelitian ini dilakukan pada guru SMAK Santo Yoseph. Sampel yang diambil sebanyak 46 guru. Teknik pengambilan sampel dengan sampling jenuh dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang menggunakan skala Likert 5 poin untuk mengukur 28 item pertanyaan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa burnout berpengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen organisasional. Kedua, burnout berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Ketiga, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasioanl. Keempat, kepuasan kerja dinilai secara signifikansi memediasi hubungan antara burnout terhadap komitmen organisasional.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Burnout ... 9

2.1.1 Definisi Burnout ... 9

2.1.2 Dimensi – dimensi Burnout ... 10

2.1.3 Hubungan Burnout dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional ... 11

2.2 Komitmen Organisasional ... 12

2.2.1 Definisi Komitmen Organisasional ... 12

2.2.2 Dimensi – dimensi Komitmen Organisasional ... 13

2.2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional ... 14

2.3 Kepuasan Kerja ... 15

2.3.1 Definsi Kepuasan Kerja ... 15

2.3.2 Dimensi – dimensi Kepuasan Kerja ... 16

2.3.3 Hubungan Kepuasan kerja dengan Komitmen Organisasional ... 17

2.4 Kerangka Konsep ... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Obyek Penelitian ... 21

(10)

x

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 22

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 26

3.6.1 Jenis data ... 26

3.6.2 Sumber data ... 27

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Sampel .... 27

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.9 Uji Instrumen ... 28

3.9.1 Uji Validitas ... 28

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 29

3.10 Teknik Analisis Data ... 31

3.10.1 Analisis deskriptif ... 31

3.10.2 Analisis faktor konfirmatori ... 31

3.10.3 Analisis jalur ... 33

3.10.4 Pengujian mediasi menggunakan Analisis Sobel ... 37

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ... 40

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 45

4.4.1 Burnout ... 46

4.4.2 Komitmen Organisasional... 49

4.4.3 Kepuasan kerja ... 52

4.4 Hasil Analisis Data ... 55

4.5.1 Hasil analisis faktor konfirmatori ... 55

4.5.2 Hasil analisis jalur ... 58

4.5.3 Hasil pengujian mediasi ... 65

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR RUJUKAN ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas ... 29

3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 30

4.1 Jumlah Guru SMAK Santo Yoseph ... 41

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.3 Jawaban Responden Tentang Burnout ... 46

4.4 Jawaban Responden Tentang Komitmen Organisasional ... 49

4.5 Jawaban Responden Tentang Kepuasan Kerja ... 52

4.6 Percentage of Variance ... 56

4.7 loading factor ... 57

4.8 Hasil Analisis Jalur 1 ... 59

4.9 Hasil Analisis Jalur 2 ... 59

4.10 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung serta Pengaruh Total Variabel ... 62

[image:11.595.110.517.124.550.2]
(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.1 Model CFA Variabel Burnout ... 31

3.2 Model CFA Variabel Komitmen Organisasional... 32

3.3 Model CFA Variabel Kepuasan Kerja ... 32

3.4 Diagram Jalur Penelitian ... 35

4.1 Struktur Organisasi ... 42

4.2 Model Analisis Jalur ... 58

[image:12.595.117.512.133.385.2]
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Gambar Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 78

2 Tabulasi Data ... 83

3 Hasil Uji Validitas ... 85

4 Hasil Uji Reliabilitas ... 88

5 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 92

6 Hasil Uji Analisis Faktor Konfirmatori ... 104

[image:13.595.111.514.128.356.2]
(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

profession) yang penuh tantangan (Maslach & Jackson, 1986, dalam Wardhani,

2012). Guru seharusnya peka dengan perkembangan terkini dalam proses

kepemimpinan, manajemen, pengelolaan sumber, dan pencapaian tujuan

pendidikan, oleh karena itu, dengan berbagai reformasi dalam pendidikan sudah

pasti menjadikan peranan dan tanggungjawab guru-guru menjadi lebih menantang

(Wardhani, 2012). Peran guru sangat penting dalam mentransformasikan

input-input pendidikan. Tanpa perubahan mindset dan peningkatan kualitas guru dapat

dipastikan di sekolah tidak akan terjadi perubahan atau peningkatan kualitas.

Komitmen organisasional merupakan suatu kekuatan yang mengikat perorangan

kepada suatu tindakan keterkaitan pada satu atau lebih target (Sunarno & Liana,

2015), komitmen guru menjadi kekuatan untuk menjalankan program sekolah.

Komitmen guru yang tinggi terhadap sekolah akan mempermudah tercapainya

tujuan-tujuan sekolah.

Sejalan dengan pentingnya komitmen organisasional bagi lingkup organisasi

pendidikan, peneliti ingin melakukan penelitian di SMAK Santo Yoseph

Denpasar. Sekolah yang berdiri pada 1 agustus 1964 terletak di jln. Serma kawi

no.4 Denpasar. Sejak awal berdirinya, SMAK Santo Yoseph tumbuh menjadi

(15)

Santo Yoseph memiliki jumlah guru sebanyak 46 guru. Terpeliharanya kualitas

dan terwujudnya visi SMAK Santo Yoseph menjadikan SMAK Santo Yoseph

sebagai sekolah swasta yang berarti di wilayah Denpasar. Dari kesemuanya itu tak

lepas dari dukungan para guru yang setia bekerja mengabadikan diri dalam

periode yang cukup lama. Akan tetapi periode kerja yang panjang dikalangan guru

belum tentu mencerminkan komitmen organisasional secara konsisten. Hasil

observasi peneliti dari periode kerja yang panjang adalah beban kerja guru

cenderung semakin bertambah tiap tahunnya dikarenakan kurikulum nasional

yang sering berubah-ubah, sehingga adanya tambahan beban kerja seperti adanya

tambahan jam mengajar , belum lagi tugas guru sebagai wali kelas, pekerjaan

administratif lainnya. Selain itu dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti,

beberapa guru memiliki tingkat komitmen yang rendah dapat dilihat dari beban

kerja yang dirasa berat oleh karena jam mengajar yang lama sekitar 8 jam,

tambahan jam mengajar seperti bimbingan belajar bagi siswa membuat guru

mengalami kelelahan fisik dan kelelahan mental. Mengahadapi siswa didiknya

yang tidak serius, tidak mendengarkan guru membuat guru merasa tidak dihargai.

Ini menyebabkan guru mengalami penurunan performa mengajar dikelas, guru

merasa mudah tersinggung, kurang maksimal dalam bekerja, guru menjadi malas

dalam mengajar, penuruan kepuasan kerja guru yang ditunjukan dari semakin

rendah semangat kerja guru . Hal ini pun akan berdampak pada ikatan psikologis

guru terhadap organisasinya, dengan terganggung ikatan psikologi guru terhadap

organisasinya ini akan berdampak pada rendahnya komitmen guru pada tempat

(16)

3

pada turnover, tingginya absensi, meningkatnya kelambatan kerja dan kurangnya

intensitas untuk bertahan sebagai guru di organisasi tersebut, rendahnya kualitas

kerja dan kurangnya loyalitas pada organisasi (Steers dalam Sopiah, 2008).

Chughtai & Zafar (2006) berpendapat bahwa komitmen pada tenaga pengajar

dapat mempengaruhi performa mengajarnya di dalam kelas, sehingga dengan

kurangnya komitmen pada organisasi berdampak pada penurunan kinerja.

Dampak dari komitmen organisasi kurang pada tenaga pengajar akibat dari

kelelahan emosional yang tinggi menyebabkan kurang perhatiannya terhadap

organisasinya (Babakus, 1999). Akibat dari kelelahan emosional yang tinggi pada

tenaga pengajar menyebabkan tingkat stres kerja tinggi yang dialami oleh guru.

Menurut Maslach (dalam Cooper et al, 1996). , stres yang dialami individu yang

pekerjaannya berhadapan secara langsung dengan manusia sebagai penerima

pelayanan disebut dengan istilah burnout.

Burnout merupakan faktor yang rentan terhadap profesi guru dan cenderung

dialami setiap profesi pelayanan kemanusiaan seperti profesi guru. Penelitian

yang dilakukan Chuan (2005) burnout merupakan suatu faktor yang juga

berkaibat pada rendahnya komitmen organisasional. Hakanen et al, (2006)

menunjukan bahwa profesi guru paling banyak menghasilkan burnout

dibandingkan jenis profesi pelayanan publik maupun pekerjaan lainnya. Burnout

juga dapat dikatakan sebagi kondisi kondisi emosional di mana seseorang merasa

lelah dan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang

meningkat (Maslach, 1993). Gejala burnout tersebut muncul dalam bentuk seperti

(17)

tugas, sikap yang sinis terhadap siswa, dan tidak puas terhadap diri sendiri dan

sering mangkir kerja dengan berbagai alasan (Purba dkk, 2007). Gejala-gejala

burnout tersebut memberi dampak negatif bagi siswa didik maupun bagi instituisi

pendidikan (Ceyanes, 2004). Beberapa studi yang dilakukan oleh Lee & Ashforth

(1996) menunjukan bahwa terdapat hubungan antara komitmen terhadap

organisasi dengan burnout dan komitmen organisasi adalah penentu burnout

(Ayub et al, 2011).

Kepuasan kerja identik dengan profesi guru. Hal ini mungkin terjadi karena

profesu guru beresiko menghasilkan kepuasan kerja yang rendah akibat tuntutan

profesionalitas dan dedikasi yang tinggi, tanpa selalu dibarengi oleh apresiasi dan

kompensasi gaji yang memadai (Sutjipto, 2001). Kepuasan kerja seorang guru

adalah berasal dari pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi, hubungan sosial, harga

diri, dan aktualisasi bukan kebutuhan yang lebih rendah, apabila kepuasan seorang

guru terpenuhi maka kinerjanya akan mengalami peningkatan (Pratiwi, 2013).

Kepuasan kerja guru petut diperhitungkan demi kelancaran proses pendidikan itu

sendiri. Jika stres yang diakibatkan burnout pada guru dalam jangka waktu yang

panjang maka kemungkinan guru akan mengalami penurunan kepuasan kerja atau

bahkan tidak puas dengan pekerjaannya (Pramudhita, 2011).Menurut penelitian

Scholarios & Marks (dalam Malik et al., 2010) ketika karyawan diberikan kontrol

untuk mengelola konflik potensial yang muncul antara tuntutan pekerjaan dan

tuntutan di luar pekerjaan, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja. Sebaliknya,

kepuasan kerja dapat terhalangi oleh burnout. Kepuasan kerja ditemukan

(18)

5

dengan supervisor dan rekan kerja, otonomi, pengakuan, usia, tahun pengalaman,

pendidikan, dukungan sosial, beban kerja, peran ambiguitas, dan depresi dan

permusuhan (Hamaideh,2011). Griffin dan Ebert (1996) menunjukkan adanya

pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen dan produktivitas, bahwa bila

dibandingkan dengan para pekerja yang tidak puas, karyawan yang puas lebih

berkomitmen dan setia.Penelitian yang dilakukan Babakus (1999) serta Churiyah

(2011) kepuasan kerja memiliki peran dalam memediasi pengaruh antara burnout

dengan komitmen organisasi. Dalam kaitannya bahwa burnout berpengaruh secara

langsung melalui kepuasan kerja, selanjutnya akan berpengaruh pada komitmen

organisasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh mengenai peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh burnout terhadap

komitmen organisasional guru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitia sebagai

berikut.

1. Bagaimana pengaruh burnout terhadap kepuasan kerja guru?

2. Bagaimana pengaruh burnout terhadap komitmen organisasional guru?

3. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional

guru?

4. Bagaimana peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh burnout

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi

tujuan penelitian adalah.

1. Untuk menganalisis pengaruh dari burnout terhadap komitmen

organisasional guru.

2. Untuk menganalisis pengaruh dari burnout terhadap kepuasan kerja guru.

3. Untuk menganalisis pengaruh dari kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasional guru.

4. Untuk menganalisis peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh

burnout terhadap komitmen organisasional guru.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris bidang ilmu

manajemen sumber daya manusia. Khususnya tentang burnout yang

dikaitkan dengan komitmen organisasional dan kepuasan kerja pada tenaga

pengajar.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan

bahan masukan bagi SMAK Santo Yoseph khusunya dalam masalah-

masalah mengenai burnout, komitmen organisasional dan kepuasan kerja

(20)

7 1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang disusun secara sistematis, dimana

masing-masing bab berisikan hal-hal sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian ini

yang kemudian dirumuskan dalam pokok permasalahan, juga dibahas

mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta pada akhir bab ini

dikemukakan mengenai sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang relevan yang mendukung

pokok permasalahan terutama teori-teori mengenai burnout, komitmen

organisasional dan kepuasan kerja atau konsep lainnya yang mendasari

masalah dalam penelitian ini serta diperkuat dengan hasil penelitian

sebelumnya dan disajikan juga mengenai dugaan sementara dari pokok

permasalahan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini disajikan mengenai metode penelitian yang mencakup berbagai

hal, seperti lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, populasi dan

sampel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data serta teknik analisis data yang akan dipergunakan

(21)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini disajikan data beserta pembahasan berupa gambaran umum

wilayah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan yang

merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menyajikan simpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan

permasalahan serta saran yang dapat diberikan berdasarkan atas hasil

(22)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Burnout

2.1.1 Definisi Burnout

Hubungan seseorang dengan pekerjaannya dan kesulitannya yang timbul

ketika hubungan tersebut menjadi tidak baik, dan telah diakui sebagai suatu

fenomena pada jaman modern saat ini (Maslach et al., 2001). Penggunaan istilah

burnout untuk fenomena tersebut muncul pada tahun 1970 di Amerika Serikat

dengan adanya beberapa peraturan, khususnya di antara orang-orang yang bekerja

di human services. Seorang psikolog klinis bernama Herbert Freudenberger pada

tahun 1974 menggunakan istilah burnout sebagai kondisi stres dan kelelahan luar

biasa yang dialami oleh sukarelawan pada klinik gratis di new York yang bekerja

menangani ketergantungan obat (Lailani dkk, 2005).

Maslach et al. (2001) mendefenisikan burnout ke dalam komponen yaitu

kelelahan emosional, sinisme dan berkurangnya keberhasilan professional yang

disebabkan oleh berbagi tuntutan kerja. Kelelahan emosional berkaitan dengan

perasaan penat, frustasi dan tertekan pada pekerjaan sedangkan sinisme berkaitan

dengan perilaku negative atas pekerjaan. Sedangkan Muslihudin (dalam Maharani

dan Triyoga, 2012) kejenuhan kerja (Burnout) adalah suatu kondisi fisik, emosi

dan mental yang sangat drop yang diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat

(23)

Menurut Pines & Aronson (dalam Mariati, 2013) burnout adalah suatu

bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berhubungan dengan stres yang

dialami seseorang dari hari ke hari, ditandai dengan kelelahan secara fisik, mental,

dan emosional. Etzion (dalam Mariati, 2013) mendefinisikan burnout sebagai

ketegangan psikologis yang secara spesifik berkaitan dengan stress kronis yang

dialami individu dari hari ke hari dan ditandai dengan kelelahan fisik, emosional,

dan mental. Lebih lanjut Etzion mengemukakan bahwa proses terjadinya burnout

berjalan dengan pelan dan tanpa disadari sehingga individu tiba-tiba merasa

kelelahan.

2.1.2 Dimensi-Dimensi Burnout

Maslach (dalam Lailani dkk, 2005) sebagai pencetus maslach Burnout

Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS) mengemukakan tiga dimensi

burnout yaitu :

1. Kelelahan Emosioanl (emotional exhaustion) yaitu habisnya

sumber-sumber emosioanl dari dalam individu yang ditandai perasaan frustasi,

putus asa, sedih, perasaan jenuh, mudah tersinggung, mudah marah tanpa

sebab, mudah merasa lelah, tertekan dan perasaan terjebak dalam

pekerjaan.

2. Depersonalisasi (depersonalization) yaitu kecenderungan individu untuk

menjauhi lingkungan sosialnya, bersikap sinis, apatis, tidak berperasaan,

tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Dimensi ini

menggambarkan burnout secara eksklusif untuk pekerjaan di bidang

(24)

11

3. Rendahnya penghargaan atas diri sendiri (low personal accomplishment)

yaitu suatu tendensi individu untuk mengevaluasi kinerjanya secara

negatif. Individu yang menilai rendah dirinya sering mengalami

ketidakpuasan terhadap hasil kerja sendiri serta merasa tidak pernah

melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang

lain.

2.1.3 Hubungan Burnout dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional

1) Hubungan Burnout dengan kepuasan kerja

Reinardy, Maksl & Filak (2009) melakukan penelitian terkait dengan

hubungan antara burnout dengan kepuasan kerja penasehat sekolah

jurnalistik di Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut dapat

diperoleh bahwa kelealahan emosional dan pencapaian personal memiliki

pengaruh yang berarti terhadap kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan

kerja bernilai negatif yang berarti semakin tinggi kelelahan emosional

maka kepuasan kerja dirasakan semakin rendah. Penelitian serupa

dilakukan oleh Thuraya (2007) yang meneliti hubungan burnout dengan

kepuasan kerja karyawan di Jabatan Agama Johor, hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa karyawan JAJ mengalami tingkat burnout rendah

ketika kepuasan kerja tinggi dan terdapat hubungan signifikan antara

burnout dengan kepuasan kerja. Dari hasil penelitian Reinardy,et al (2009)

(25)

burnout dan kepuasan kerja. Apabila tingkat burnout yang dialami tinggi

maka kepuasan kerja rendah, begitupun sebaliknya.

2) Hubungan Burnout dengan komitmen organisasional

Kalliath, O’Driscoll dan Gillespie (1997) melakukan kajian mengenai

hubungan komitmen organisasi dengan burnout. Dari penelitian tersebut

komitmen terhadap organisasi telah menjadi penentu ke burnout.

Ditemukan bahwa komitmen pada perawat dengan sampel 197

menunjukan komitmen yang tinggi terhadap organisasi yang menunjukan

efek langsung terhadap rendahnya tingkat kelelahan emosional dan

rendahnya tingkat depersonalisasi. Pada penelitian ini komitmen organisasi

memiliki suatu hubungan negatif yang signifikan terhadap burnout.

penelitian serupa dilakukan oleh Salehi & Gholtash (2011) yang meneliti

hubungan antara kepuasan kerja, burnout, komitmen organisasional

dengan OCB antara staf pengajar faklutas , menyatakan bahwa job

Burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional. Hal ini

berarti semakin tinggi tingkat burnout maka semakin rendah tingkat

komitmen organisasional, sebaliknya semakin rendah tingkat burnout

maka semakin tinggi tingkat komitmen organisasional.

2.2 Komitmen Organisasional

2.2.1 Definisi Komitmen Organisasional

Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak terhadap

(26)

13

keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasional

didefinisikan sebagai ikatan psikologis individu dengan organisasi, yang dapat

ditunjukan oleh berbagai indikator, seperti memiliki loyalitas terhadap organisasi,

internalisasi tujuan organisasi, dan mendedikasikan diri pada tujuan organisasi

(Crow et al., 2012). Komitmen organisasional membahas kedekatan karyawan

terhadap organisasi dimana mereka berada, diman konsep komitmen

organisasional memiliki tiga aspek yaitu percaya dan menerima tujuan/nilai

organisasi; rela berusaha mencapai tujuan organisasi; dan memiliki keinginan

yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Suwardi dan Utomo, 2011).

Sedangkan komitmen organisasional menurut Kreitner dan Kinicki (2014)

adalah sikap kerja yang penting dikarenakan orang-orang yang memiliki

komitmen diharapkan bisa menunjukan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi

mencapai tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap

bekerja di suatu perusahaan. Komitmen organisasional didefinisikan sebagai

kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan

untuk bekerja keras dan memelihara keanggotannya dalam organisasi yang

bersangkutan, yang berarti ada keinginan yang kuat dari anggota untuk tetap

berada dalam organisasi atau adanya ikatan psikologis terhadap organisasi.

(Arishanti, 2007)

2.2.2 Dimensi-Dimensi Komitmen organisasional

Mengacu pada Meyer & Allen, (1997) merumuskan tiga dimensi

(27)

1. Affective Commitment (Komitmen Afektif), mengacu pada kelekatan

emosional, identifikasi dan keterlibatan para pekerja terhadap suatu

organisasi. Pekerja dengan Affective Commitment bekerja pada sebuah

organisasi karena mereka memang menginginkannya.

2. Continuance Commitment (Komitmen Kontinu), mengacu pada

kesadaran para pekerja akan kerugian yang mungkin ditanggung jika

mereka meninggalkan organisasi tempat meraka bekerja. Pekerja

dengan Continuance Commitment bekerja pada sebuah organisasi

karena mereka membutuhkannya.

3. Normative Commtimen (Komitmen Normatif) mengacu pada rasa

kewajiban para pekerja terhadap organisasi tempat mereka bekerja.

Pekerja dengan Normative Commtimen bekerja pada sebuah organisasi

karena merasa bahwa mereka berkewajiban demikian.

2.2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional Sopiah (2008) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi

komitmen organisasional antara lain :

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja dan kepribadian.

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam

pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk

organisasi, kehadiran serikat pekerja, dan tingkat pengedalian yang

(28)

15

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat

berpengaruh terhadap tingkat komitmen organisasi. Karyawan yang

baru beberapa tahun bekerja dengan karyawan yang sudah puluhan

tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang

berlainan.

2.3 Kepuasan Kerja

2.3.1 Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Aziri (2011) Kepuasan kerja berkaitan dengan sikap dan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya. Menurutnya, sikap positif dan senang akan

pekerjaan mengindikasi adanya kepuasan kerja. Sebaliknya sikap negatif dan

tidak senang akan pekerjaan mengindikasikan ketidak puasan kerja. Kepuasan

kerja didefinisikan sebagai sikap yang menggambarkan bagaimana perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya secara keseluruhan maupun terhadap berbagai

aspek dari pekerjaannya. Hal inimenyangkut seberapa jauh seseorang menyukai

(like) dan tidak menyukai (dislike) pekerjaannya, dengan demikian kepuasan kerja

lebih mudah dipahami sebagai tingkat di mana seseorang menyukai pekerjaannya

(Spector, 1997).

Robbins & Judge (2011) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan

positif pada suatu pekerjaan, yang merupakan dampak atau hasil evaluasi dari

berbagai aspek pekerjaan tersebut. Kepuasan kerja merupakan penilaian dan sikap

seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan

lingkungan kerja, jenis pekerjaan, hubungan antar teman kerja, dan hubungan

(29)

kerja guru. Menurut Luthans (2006) kepuasan kerja didefinisikan sebagai keadaan

yang menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan

atau pengalaman kerja seseorang.

2.3.2 Dimensi – dimensi Kepuasan Kerja

Dimensi kepuasan kerja dalam penelitian ini mengacu pada dimensi

Herzberg (Teck-Hong and Waheed, 2011), yaitu :

1) Prestasi (achievement) merupakan suatu perasaan yang timbul dalam diri

karyawan mengenai kepuasaan pribadi yang diperolehnya dari prestasi

serta kontribusinya dalam perusahaan sehingga dihargai oleh perusahaan.

2) Pengakuan (recognition) merupakan suatu perasaan yang timbul dalam

diri karyawan terhadap penghargaan dan pengakuan yang diberikan dari

rekan kerja, atasan, manajemen serta masyarakat umum atas penyelesaian

tugas yang memadai di dalam pekerjaannya.

3) Pekerjaan itu sendiri (work it self) merupakan suatu pekerjaan yang timbul

dalam diri karyawan terhadap pekerjaan yang diambil, apakah pekerjaan

itu mendebarkan atau membosankan, serta apakah pekerjaan itu

menantang atau menarik.

4) Pertumbuhan (growth) merupakan perasaan yang timbul dalam diri

karyawan yang memungkinkan karyawan untuk tumbuh dan berkembang

serta secara bersamaan dapat meningkatkan keterampilan dan kinerja

karyawan.

5) Kemajuan (advancement) merupakan perasaan yang timbul dalam diri

(30)

17

daripada insentif moneter dari perusahaan serta perasaan karyawan yang

merasa bahwa melalui bekerja karyawan dapat mempelajari keterampilan

baru demi kemajuan karir.

2.3.3 Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasional

Komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah sikap kerja yang terkait.

Hal ini karena karyawan puas dalam kinerjanya biasanya tinggi kontribusinya

terhadap produktivitas organisasi. Azeem (2010) melakukan penelitian terkait

kepuasan kerja dan komitmen organisasional antara karyawan di Industri Oman

menyatakan terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dengan komitmen

organisasional. Semakin tinggi kepuasan kerja pada karyawan, semakin tinggi

komitmen karyawan pada organisasinya. Penelitian serupa mengenai hubungan

kepuasan kerja dengan komitmen organisasi pada 280 karyawan Iranian yang

dilakukan oleh Eslami dan Gharakhani (2012) menunjukan bahwa kepuasan kerja

memilik efek positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Temuan ini

menyoroti peran penting kepuasan kerja di komitmen organisasi.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini perlu adanya analisis terlebih dahulu

dari penelitian sebelumnya mengenai peran kepuasan kerja dalam memediasi

pengaruh burnout terhadap komitmen organisasional guru. Dalam penelitian yang

dilakukan kanwar et al (2009) burnout memilki hubungan negatif terhadap

kepuasan kerja. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Salehii & Gholtash

(2011) terhadap hubungan burnout dengan komitmen organisasional memiki

(31)

komitmen organisasional memiliki pengaruh positif dengan penelitian yang

dilakukan oleh Churiyah (2011). Penelitian mengenai kepuasan kerja dalam

memdiasi pengaruh burnout terhadap komitmen organisasional. Babakus (1999)

mengemukakan kepuasan kerja memediasi secara signifikan pengaruh burnout

dengan komitmen organisasional. Berdasarkan hasil - hasil penelitian terdahulu

dapat disusun suatu kerangka konsep sebagai dasar penentu hipotesis seperti

[image:31.595.136.498.308.450.2]

gambar berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

2.5.1 Pengaruh Burnout terhadap Kepuasan kerja

Kanwar et al. (2009) menyatakan bahwa burnout dan kepuasan kerja

merupakan respon kerja yang efektif dan memiliki hubungan yang negatif artinya

semakin rendah burnout maka kepuasan kerja semakin meningkat. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Advija & Sudipto (2013) juga menemukan hal yang sama

bahwa kelelahan emosional dalam dimensi burnout memilik efek negatif pada

kepuasan kerja. Reinardy et al. (2009) menyatakan terdapat hubungan negatif

signifikan antara burnout dengan kepuasan kerja. Ali & Ali (2014) dalam Kepuasan Kerja

(M)

Burnout (X) Komitmen

Organisasional (Y) H1 (-)

H2(-)

(32)

19

Sejalan dengan penelitian Wardhani (2012) pada guru SLB, kepuasan kerja

berhubungan secara negatif dan signifikan dengan burnout. Berdasarkan

penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1 :burnout berpengruh negatif terhadap kepuasan kerja

2.5.2 Pengaruh Burnout terhadap Komitmen Organisasional

Menurut penelitian yang dilakukan Salehi & Gholtash (2011) menyatakan

bahwa job Burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional. Hal

ini berarti semakin tinggi tingkat burnout maka semakin rendah tingkat komitmen

organisasional, sebaliknya semakin rendah tingkat burnout maka semakin tinggi

tingkat komitmen organisasional. Penelitian tersebut sejalan dengan (Ayub et al,

2008) secara keseluruhan keputusan menunjukkan terdapat hubungan negatif di

antara burnout dan komitmen terhadap organisasi dalam kalangan jururawat.

Babakus (1999) dalam penelitiannya menyatakan kelelahan emosional dalam

dimensi burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional.

Penelitian serupa dilakukan oleh Peng J et al, (2013) menyatakan bahwa job

burnout memiliki pengaruh negatif terhadap komitmen organisasional.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2 :Burnout berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional.

2.5.3 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional

Dalam penelitiannya Churiyah (2011) dapat diketahui jika kepuasan kerja

guru mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara langsung dengan

komitmen pada organisasi. Hal ini berarti bahwa kepuasan kerja guru secara

langsung dan signifikan berpengaruh terhadap komitmen pada organisasi dan nilai

(33)

mereka pada organisasi. Pernyataan ini mendukung penelitian dari Amilin &Dewi

(2008) menyatakan memang ada hubungan yang signifikan antara komitmen

organisasi dengan kepuasan kerja. Azeem (2010) dalam penelitiannya terdapat

hubungan poistif signifikan kepuasan kerja dengan komitmen organisasional.

Silvia (2006) dan Yousef (2002) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen. Berdasarkan penelitian

tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3 : Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional.

2.5.4 Peran Kepuasan Kerja dalam Memediasi Pengaruh Burnout terhadap Komitmen Organisasional

Menurut hasil penelitian Churiyah (2011) kelelahan emosional dalam

dimensi burnout tidak berpengaruh langsung terhadap komitmen pada organisasi

namun melalui kepuasan kerja guru, sebagaimana telah diketahui kelelahan

emosional berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja guru dan

selanjutnya akan berpengaruh terhadap komitmen pada organisasi. Temuan ini

sejalan dengan Babakus (1999) yang menyatakan bahwa Kepuasan kerja

memediasi pengaruh dari kelelahan emosional pada komitmen afektif dan

komitmen continuance dan pada komitmen normatif. Salehi & Gholthas (2011)

dalam penelitiannya job burnout mempengaruhi komitmen melalui kepuasan kerja

Berdasarkan penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H4 : kepuasan kerja memediasi pengaruh burnout terhadap komitmen

Gambar

Tabel                                                                                               Halaman
Gambar                                                                                         Halaman
Gambar                                                                                       Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data penelitian diperoleh bahwa kecepatan memiliki hubungan dengan keterampilan lompat jauh gaya menggantung diperoleh nilai korelasi rx1y= 0.76

Aplikasi yang dibuat ini dapat menyediakan in.formasi yang berkaitan dengan informasi kejuaraan Road Race secara /uas, yang melipuli in.formasi kejuaraan, data

Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai

kewajiban nasabah atau jangka waktunya. Hal ini dilakukan dengan cara, pihak BRI Syariah Pamekasan akan melakukan penjadwalan ulang dari jadwal yang sudah ditetapkan

Laporan kegiatan sehari-hari dan sistem yang dibangun dapat memproses (rekapitulasi) data yang masuk setiap harinya secara otomatis dan langsung dapat dilihat

Tampilan Bangunan pada Rumah Sakit Khusus Hewan Kuda yang mengusung konsep “Gagah” merepresentasikan karakteristik dari hewan kuda yaitu kuat, seperti diterapkan pada

Menurut Rokhmat puzzle adalah permainan kontruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk

Penggalan tuturan (27) diatas berisi tentang kesepakatn bersama dari kedua belah pihak keluarga yang hendak menggenapi adat belis dimana manileo dari keluarga