• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

vii

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PEMECAHAN

MASALAH PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN

SKRIPSI

Pudji Astuti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa dalam penyusunan skripsi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Jumlah subjek adalah 103 mahasiswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan positif antara kecerdasan emosi dan kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala Likert yaitu, Skala Kecerdasan Emosi dan Tes Pemecahan Masalah. Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi adalah 0,920 dan reliabilitas Tes Pemecahan Masalah adalah 0,718. Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi diperoleh menggunakan teknik Cronbach’s Alphas dan Reliabilitas Tes Pemecahan Masalah diperoleh menggunakna teknik Cohen’s Kappa. Data dalam penelitian ini dianalisis datanya dengan menggunakan korelasi Spearman dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,020 dengan nilai signifikan sebesar 0,419. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.

(2)

viii

THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

PROBLEM SOVING OF STUDENTS CURRENTLY WORKING ON

THEIR THESIS

Pudji Astuti

ABSTRACT

This study was conducted to determine the positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis. In this research, the participants were students that doing thesis. Participants were 103 undergraduate students currently working on their thesis. The hypothesis of this research there was a significant positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis. The data in this research was obtained by using Likert scales for Emotional Intelligence Scale and Problem Solving Test. Reliability of the emotional intelligence scale was 0,920 and reliability of the problem solving scale was 0,718. Reliability of the emotional intelligence scale was obtained through the Cronbach Alpha technique and problem solving test was obtained through the Cohen’s Kappa technique. The data in this research was analyzed by using the Spearman correlation. It was found that the correlation value was 0,020 with a significant value of 0,419. Findings showed that there was no positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PEMECAHAN

MASALAH PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN

SKRIPSI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Pudji Astuti

NIM : 109114075

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

HALAMAN PERSETUJUAI\I DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

UUNUXCAN ANTARA KECE,RDASAN EMOSI D&NGAN PEMECAIIAN

MASALAH PADA MAHASTSWA YAI\G SEDANG MENGER.IAKAN

Sylvia Carolina MYM., lt{.Si.

SKRIPSI

{",

ffif.**

I

o#rrr4ozs

q

E

ll__*:,_l

91",

\\

-D

effitu

?to

@,.^

t

*d

(5)

HAI.AMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

I{UBUNGAN ANTARA KECERDASAII EMOSI DENGAN PEMECAHAN

MASAT,AH PADA MAHASISWA YAIIG SEDAhIG MENGARJAKAN

SKRIPSI

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Psikologi

Sanata Dharma

Dr. T. Priyo Widiyanio, M. Si

zz

ryifrrs

MYM,}I{-P

fl,n

*

,I'rrr

;!r ! u-.

Farhn(

(6)

iv

Kita tidak tahu bagaimana hari esok,

yang bisa kita lakukan adalah berbuat

sebaik-baiknya dan berbahagia hari ini

-Samuel Taylor Colleridge-

Ia membuat segala sesuatu indah pada

waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan

dalam hati mereka

(7)

v

Karya ini ku persembahkan untuk:

Kedua Orang Tuaku yang terkasih

Kakak dan

Keluarga besarku…

Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yarlg saya tulis

ini

tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagairlana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarla,26 Mei2015 Penulis,

Pudji Astuti

(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PEMECAHAN

MASALAH PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN

SKRIPSI

Pudji Astuti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa dalam penyusunan skripsi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Jumlah subjek adalah 103 mahasiswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan positif antara kecerdasan emosi dan kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala Likert yaitu, Skala Kecerdasan Emosi dan Tes Pemecahan Masalah. Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi adalah 0,920 dan reliabilitas Tes Pemecahan Masalah adalah 0,718. Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi diperoleh menggunakan teknik Cronbach’s Alphas dan Reliabilitas Tes Pemecahan Masalah diperoleh menggunakna teknik Cohen’s Kappa. Data dalam penelitian ini dianalisis datanya dengan menggunakan korelasi Spearman dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,020 dengan nilai signifikan sebesar 0,419. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.

(10)

viii

THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

PROBLEM SOVING OF STUDENTS CURRENTLY WORKING ON

THEIR THESIS

Pudji Astuti

ABSTRACT

This study was conducted to determine the positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis. In this research, the participants were students that doing thesis. Participants were 103 undergraduate students currently working on their thesis. The hypothesis of this research there was a significant positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis. The data in this research was obtained by using Likert scales for Emotional Intelligence Scale and Problem Solving Test. Reliability of the emotional intelligence scale was 0,920 and reliability of the problem solving scale was 0,718. Reliability of the emotional intelligence scale was obtained through the Cronbach Alpha technique and problem solving test was obtained through the Cohen’s Kappa technique. The data in this research was analyzed by using the Spearman correlation. It was found that the correlation value was 0,020 with a significant value of 0,419. Findings showed that there was no positive relationship between emotional intelligence and students’s problem solving while doing thesis.

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini. saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

:

Pudii Astuti Nomor Mahasisr,va

:

109114075

Demi pengembangan ilrnu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PEMECAHAN

MASALAH PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN

SKRIPSI

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk

menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

rjin

dari

saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal,26 Mei 2015

Yang menyatakan,

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penyertaan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul

“Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Pemecahan Masalah Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan ”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku dekan Fakultas Psikologi. Terimakasih atas kesediaan bapak dalam mendampingi saya khususnya untuk masalah akademik dan membantu dalam administrasi akedemik.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M, Si selaku kepala program studi. Terimakasih atas bantuannya dalam kelancara proses pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si. selaku pembimbing skripsi. Terimakasih untuk bimbingannya dalam mengerjakan skripsi.

4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih untuk waktu dan tenaganya dalam bimbingan dan bantuannya. 5. Ibu, bapak, kakakku yang senantiasa memberi nasehat dan semangat untuk

(13)

xi

6. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, doa dan mengingatkanku untuk tekun dalam mengerjakan skripsi agar saya tetap fokus pada tugas akhir ini.

7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi’, Mas Muji, dan Mas Donny yang senantiasa membantu saya ketika saya memerlukan bantuan. Pelayanan kalian sangat memuaskan.

8. Teman-teman Solider (Fiona, Ghea, Daning, Pinno, Anin, Esti, Vienna, Tista dan Lola) yang senantiasa menemaniku dan menjadi sahabat senasib seperjuangan. Terimakasih atas setiap kebersamaan dan menjadi pendengar yang baik dari cerita suka-duka ku. Bersyukur bisa menjadi bagian dari kalian. 9. Teman-teman SMP yang menjadi tempat berbagi cerita.

10.Dionisius Ryan Prastantya, yang senantiasa memberikan semangat, motivasi dan perhatiannya. Terimakasih menjadi bagian dari proses ini untuk setiap waktunya.

11.Teman-teman yang membantu saya dalam mengerjakan skripsi, Fiona, Ghea, Daning, Pinno, Lucia, Esti “Ntonk”, Vienna, Tista, Lola, Fiona “simbah”, Engger, Helen, Mas Ukik,. Terimakasih atas bantuan dan ilmunya.

12.Teman-teman seperjuangan “bimbingan” yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan. Kalian paling tahu ekspresi muka ku setelah bimbingan.

13.Mbak nana yang belum pernah aku temui, tetapi sangat membantu untuk menjelaskan metode skripsinya. Terima kasih banyak.

(14)

xii

15. Teman-teman kelas B 2010 Psikologi yang selalu menjadi tempat yang nyaman untuk ngobrol, bercanda dan berdinamika bersama. Terimakasih atas semuanya, saya bangga bisa berada di tengah-tengah kalian dan saya bersyukur bisa berdinamika bersama kalian. Kalian adalah pengalaman terhebat selama aku menempuh pendidikan.

16.Teman-teman mahasiswa yang menjadi subjek dalam skripsi saya, terimakasih untuk bantuan kalian.

17.Orang-orang yang mungkin saya lupa atau tidak sempat saya sebutkan. Terimakasih atas bantuannya baik itu langsung maupun tidak langsung sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukkan yang membangun demi perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita semua.

Yogyakarta, 26 Mei 2015 Penulis,

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II: LANDASAN TEORI ... 10

(16)

xiv

1. Pengertian Kecerdasan Emosi ... 10

2. Aspek Kecerdasan Emosi ... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ... 15

B. Pemecahan Masalah ... 18

1. Pengertian Pemecahan Masalah ... 18

2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 21

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah ... 24

C. Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi ... 26

D. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Pemecahan Masalah ... 28

E. Skema Kecerdasan Emosi dan Pemecahan Masalah ... 31

F. Hipotesis ……….….32 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Metode Pengambilan Data ... 35

F. Validitas dan Reliabilitas ... 46

1. Validitas ... 46

2. Reliabilitas ... 47

(17)

xv

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Linearitas ... 51

3. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 52

C. Deskripsi Data Penelitian ... 54

D. Kategorisasi ... 55

E. Analisis Data Penelitian ... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Linearitas ... 58

3. Uji Hipotesis ………59

F. Pembahasan ... 60

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Eksplikasi Konstruk Kecerdasan Emosi ... 38

Tabel 2. Blue Print Kecerdasan Emosi sebelum tryout ... 41

Tabel 3. Eksplikasi Konstruk Pemecahan Masalah ... 45

Tabel 4. Blue Print Pemecahan Masalah ... 46

Tabel 5. Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi dan Pemecahan Masalah ... 47

Tabel 6. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi sebelum tryout ... 48

Tabel 7. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi setelah tryout ... 49

Tabel 8. Blue Print skala Kecerdasan Emosi setelah disusun ulang …….... 50

Tabel 9. Deskripsi Subjek ... 53

Tabel 10. Mean Teoritik dan Mean Empirik ... 54

Tabel 11. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Kecerdasan Emosi ... 56

Tabel 12. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Pemecahan Masalah ... 56

Tabel 13. Uji Normalitas ... 57

Tabel 14. Uji Linearitas ... 58

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Tryout ... 69

Lampiran 2. Reliabilitas ... 84

Lampiran 3. Skala Penelitian ... 88

Lampiran 4. Mean Teoritik dan Mean Empirik ... 103

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 107

Lampiran 6. Uji Linearitas ... 113

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan sosialnya. Ia tidak akan dapat hidup tanpa manusia lainnya. Saling bergantung satu dengan lainnya merupakan ciri khas manusia. Dalam hidup, setiap individu masih harus tetap belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kenyatan yang dihadapinya. Selain itu, adanya tugas pada setiap tahap perkembangan yang dijalaninya. Namun, tidak setiap individu dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan tuntas. Ketika individu tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan, maka akan muncul masalah dalam dirinya, sehingga membutuhkan pemecahan msalah untuk menghadapinya (Prawitasari, 1993).

(22)

Menurut Schoenfeld, pemecahan masalah bukan merupakan proses langkah demi langkah yang ketat tetapi melibatkan lebih banyak fleksibilitas dan pemikiran tingkat tinggi. Dalam pemecahan masalah, Schoenfeld menetapkan lima episode: membaca masalah, mengeksplorasi pengetahuan, perencanaan, pelaksanaan dan merenungkan solusi (Hendra Surya, 2011). Menurut Polya (Wijayanti, 2013) menetapkan 4 langkah untuk memecahkan masalah, yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) melaksanakan rencana dan (4) melihat kembali. Dalam memecahkan masalah ada hal yang harus diperhatikan, yaitu mencari informasi yang berkaitan untuk memperoleh gambaran yang jelas, sehingga dapat memastikan pemahaman yang benar akan permasalahan yang dihadapi (Haris dalam Purwantoro, 2010). Memahami permasalahan yang dihadapi merupakan suatu hal yang dapat membantu untuk menemukan jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

(23)

dianggap sebagai suatu momok yang menakutkan serta sebagai beban berat yang harus ditempuh. Tidak sedikit mahasiswa yang dapat menyelesaikan sekitar 140 sks dalam 4 tahun, tetapi ketika harus mengerjakan skripsi yang berbobot 6 sks, ternyata ada yang sampai 4 semester baru bisa menyelesaikannya (Abidin dalam Puspitasari, 2013).

Mahasiswa juga dituntut berpikir dengan keras untuk menyelesaikan tugasnya. Menurut penelitian Maclean, LeDoux dan Goleman ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berpikir rasional mengecil. Dalam hal ini kemampuan otak pada mahasiswa dalam mengakses keterampilan berpikir berkurang karena diikuti dengan adanya kegiatan syaraf yang berkurang pula (Hendra Surya, 2011). Kondisi tersebut dapat menimbulkan keadaan kelelahan secara fisik, emosi dan mental yang disebabkan keterlibatan dalam jangka waktu yang panjang pada situasi yang secara emosional penuh dengan tuntutan (burnout) pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugasnya (Pines & Aroson, dalam Purba 2013). Mahasiswa yang mengalami burnout, yaitu ketika mahasiswa sudah merasa tidak mampu lagi dengan perkuliahan (Santrock, dalam Adawiyah 2013).

(24)

pada ancaman yang sedang dihadapi, memaksa pikiran untuk terus menerus memikirkan bagaimana mengatasi permasalahan yang ada dan mengabaikan hal yang lain untuk beberapa waktu. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kecemasan mengungkapkan bahwa orang-orang yang menderita kecemasan kronis lebih mudah gagal pendidikan (Goleman, 2007). Mahasiswa yang mengalami kecemasan dalam menempuh pendidikan memiliki kemungkinan mengalami kesulitan.

Selain burnout yang dirasakan oleh mahasiswa, terdapat kendala lainnya yang dialami oleh mahasiswa ketika menyusun skripsinya. Menurut Mujiyah (Puspitasari, 2013), kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menyusun skripsi seperti, malas, motivasi rendah, takut bertemu dosen pembimbing, dosen pembimbing yang sulit ditemui, perbedaan persepsi antara pembimbing I dan ke II, kurangnya referensi buku, bingung dalam mengembangkan teori, dll. Dalam hal ini tampak pada kasus mahasiswa yang berbuat curang dalam penulisan skripsi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan mahasiswa tersebut. Pada berita yang dilaporkan oleh The West Australian, menunjukan bahwa data dari empat Universitas di Australia dalam dua tahun terakhir terdapat 4.000 mahasiswa yang dilaporkan mencontek hasil karya orang lain (kompas.com diakses pada 14 Maret 2014). Hal ini menunjukan bahwa adanya permasalahan pada pemecahan masalah tersebut sehingga menghasilkan cara pemecahan masalah yang kurang baik.

(25)

dalam keuangan. Kasus Ferdy Pradipta, seorang mahasiswa Universitas Nasional semester 5 yang depresi karena belum membayar uang kuliah dan banyaknya tugas yang diberikan oleh pihak kampus, sehingga membuatnya nekat untuk bunuh diri (indopos.co.id diakses pada 14 Maret 2014). Selain itu pada kasus David, seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Singapura. David bunuh diri akibat tertekan karena tugas akhir yang berat (indosiar.com diakses pada 14 Maret 2014) Dalam kasus tersebut terlihat bahwa mahasiswa mengalami masalah keuangan serta kuliahnya. Selain itu juga tampak adanya permasalahan dalam pemecahan masalah yang dimilikinya, yang membuat mahasiswa tidak mampu berpikir secara rasional dan logis, sehingga mahasiswa memilih untuk bunuh diri.

Menurut Piaget, kapasitas kognitif dewasa awal termasuk operasional formal menyebabkan memiliki kemampuan memecahkan masalah-masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional (Dariyo dalam Ninawati dan Fransisca, 2005). Dengan melihat kasus-kasus yang terjadi, mahasiswa yang pada dasarnya berada pada tahap operasional formal, sehingga mampu dalam memecahkan masalah dengan berpikir secara abstrak, logis dan rasional. Namun pada kenyataannya, beberapa mahasiswa tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan memilih untuk bunuh diri.

(26)

mempengaruhi cara berpikir mahasiswa, sehingga pada kasus diatas menghasilkan pemecahan masalah yang kurang tepat dan tidak bisa memecahkan masalahnya (Davidoff dalam Widiantari, 2012).

Walaupun menemui berbagai kendala, namun mahasiswa tetap dituntut untuk mengatasi dan menghadapi kendala tersebut, sehingga berhasil dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, mahasiswa membutuhkan pemecahan masalah yang tepat untuk mengatasi masalah yang muncul dalam penyusunan skripsinya.

(27)

hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, ketika mahasiswa memiliki kecerdasan emosional, dia dapat memotivasi dirinya dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hari dan mengatur suasana hati serta menjalin hubungan yang baik dengan orang lain sehingga dapat memecahkan masalah yang ada dalam proses penyusunan skripsi (Goleman, 1995).

Daniel Goleman juga menyatakan bahwa keterampilan emosional adalah

meta-ability, yang menentukan seberapa baik individu mampu menggunakan

keterampilan-keterampilan lain termasuk intelektual yang belum terasah. Dengan demikian, kecerdasan intelektual dalam upaya pemecahan masalah ditentukan juga oleh kecerdasan emosional pada mahasiswa.

Berdasarkan penemuan Snyder (Goleman, 2007), orang yang memiliki harapan tinggi adalah orang yang mampu memotivasi diri, merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan, tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatunya akan beres ketika sedang menghadapi tahap sulit, cukup luwes untuk menemukan cara alternatif agar sasaran tetap tercapai dan mempunyai keberanian untuk memecah-mecah tugas amat berat menjadi tugas kecil-kecil yang mudah ditangani. Berdasarkan sudut pandang kecerdasan emosional, mempunyai harapan berarti seseorang tidak akan terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah atau depresi dalam menghadapi sulitnya tantangan atau kemunduran (Daniel Goleman, 2007).

(28)

penelitian yang dilakukan oleh Rahim dan Minors (2003) tentang kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada manajer. Pada penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan pemecahan masalah. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Rahim dan Minors (2003) hanya menggunakan 3 komponen dari kecerdasan emosi, yaitu self awareness, self regulation dan

empathy, sehingga dari penelitian tersebut menyarankan untuk menggunakan

5 komponen dari kecerdasan emosi, yaitu self awareness, self regulation,

motivation, empathy dan social skill.

(29)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa dalam penyusunan skripsi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah pada mahasiswa dalam penyusunan skripsi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk psikologi perkembangan dalam melihat kecerdasan emosi dewasa awal (mahasiswa) atas hubungannya pada pemecahan masalah pada tahap perkembangan dewasa awal. 2. Manfaat Praktis

(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

(31)

yang tidak menyenangkan dan burnout (dalam Tae Won Moon dan Won-Moo Hur, 2011). Pentingnya kecerdasan emosi dibuktikan dengan hasil penelitian Goleman dan beberapa riset di Amerika bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sedangkan, sisanya 80% bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya, bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 4% (Iyus Yosep, 2005: 1 dalam Triastity dan Ariyanto 2011). Menurut Dulewicz dan Higgs (Suryanto dalam Brahmana, 2013) kecerdasan emosional bukan diturunkan secara genetis kepada anak, namun dapat dipelajari dan dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Menurut Damasio (Goleman, 2007) mengatakan bahwa emosi berperan besar terhadap suatu tindakan bahkan pengambilan keputusan “rasional”. Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu individu

dalam mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula. Sedangkan kecerdasan emosional yang rendah akan berdampak buruk pada mereka, karena individu kurang dapat mengambil keputusan secara rasional dan tidak bisa menghadapi konflik.

(32)

melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

Menurut Salovey dan Syuter (Goleman, 2007), kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali emosi, menilai dan menghasilkan emosi yang dapat membantu pikiran, memahami emosi dan arti emosional serta untuk mengatur emosi secara efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kecerdasan emosional, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengenali perasaan serta memahami perasaan dan maknanya, bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan emosi secara efektif serta menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran.

2. Aspek Kecerdasan Emosi

(33)

1) Mengenali emosi diri (Self- awareness)

Mengenali emosi diri berhubungan dengan kesadaran emosional, penilaian terhadap diri sendiri yang akurat dan kepercayaan diri. Menyadari diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya, membuat individu tersebut akan dikuasai oleh perasaan. Individu tersebut tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya dan akan berakibat buruk ketika pengambilan keputusan masalah. (Zahara, 2012) 2) Mengelola emosi (Self regulation)

Mengelola emosi berhubungan dengan kontrol diri, sifat yang dapat dipercaya, menggunakan hati nurani, kemampuan beradaptasi, dan melakukan pembaharuan. Pengelolaan diri yang mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya (Brahmana, 2013).

3) Memotivasi diri (Motivation)

(34)

pada suatu objek untuk dapat memotivasi dirinya. (Zahara, 2012)

4) Mengenali emosi orang lain (Empathy)

Mengenali emosi orang lain merujuk pada memahami dan mengembangkan orang lain, memberikan bantuan, menerima keberagaman, dan kesadaran politik. Kemampuan ini dibangun dari kesadaran diri dan memposisikan diri memiliki emosi yang sama dengan emosi orang lain akan membantu membaca dan memahami perasaan orang lain (Brahmana, 2013).

5) Membina hubungan dengan orang lain (Social skill)

(35)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional (Qurniyawati dan Budi, 2010)

a. Usia

Usia merupakan salah satu hal yang mempengaruhi emosi seseorang (Freund dan Baltes; Satiadarma dan waruru, 2003; dalam Qurniyawati dan Budi, 2010). Usia merupakan salah satu indikator yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi kecerdasan emosi seseorang. Perubahan pengalaman hidup sangat mempengaruhi kondisi emosi seseorang. Januarsari dan Murtanto (2000, dalam Qurniyawati dan Budi, 2010) menambahkan usia yang semakin matang membantu terciptanya kestabilan emosi dan cenderung lebih handal dalam memecahkan permasalahan secara realistis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka kecerdasan emosinya semakin terlatih untuk memecahkan permasalahan.

b. Budaya dan tingkat sosial ekonomi

(36)

c. Keadaan keluarga

Hasil penelitian Ulpatusalicha (2009, dalam Qurniyawati dan Budi, 2010) menunjukan bahwa keadaan keluarga menyumbang pengaruh besar terhadap kecerdasan emosional anak. Terutama pada kasus single parents, akan berdampak pada anak yaitu: kecenderungan anak yang tidak dapat mengontrol diri, kecewa, frustrasi, melawan peraturan, memberontak, kurang konsentrasi, murung, merasa bersalah, mudah marah, kurang motivasi, iri, ketidakstabilan emosi dan kurang percaya diri.

Hurlock ( 1993 dalam Zahara, 2012 ) mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi emosi kerja yaitu:

a. Kondisi fisik

Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka akan mengalami emosionalitas yang meninggi. Biasanya orang berada dalam keadaan lelah akan menjadi cepat tersinggung atau marah apabila ada yang mengusiknya.

b. Kondisi psikologis

(37)

Kegagalan mencapai tingkat aspirasi yang timbul berulang dapat membuat keadaan cemas dan tidak berdaya. Kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat akan membuat mereka takut kepada setiap situasi yang dirasakan mirip dan mengancam.

c. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan emosi, misalnya ketegangan yang terus-menerus, jadwal yang terlalu ketat dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi menurut Agustian (Noho, 2012 dalam Puluhulawa dan Hulukati, 2013 ) yaitu:

a. Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor internal ini akan membantu individu dalam mengolah, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. b. Faktor pelatihan emosi

(38)

berkembang menjadi suatu kebiasaan, pengendalian diri tidak akan muncul begitu saja tanpa dilatih.

c. Faktor pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah diharapkan mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari fondasi kecerdasan emosi.

B. Pemecahan Masalah

1. Pengertian pemecahan masalah

(39)

yang disampaikan oleh Chaplin (1999 dalam Ayu, 2012) yaitu proses menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, mengarah pada satu sasaran atau ke arah pemecahan yang ideal adalah problem

solving. Proses ini dapat membantu seseorang untuk menemukan apa

yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya dengan cara yang paling efektif (Bedel dan Lennox, 1994 dalam Ayu, 2012). Seseorang dianggap sebagai pemecah masalah yang baik jika ia mampu memperlihatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dengan memilih dan menggunakan berbagai alternatif strategi sehingga mampu mengatasi masalah tersebut (Goos et.al. 2000 dalam Lidinillah, 2008).

Menurut Polya (Lasmahadi, 2005 dalam Widiantari, 2012) pemecahan masalah diartikan sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.

(40)

Menurut Santrock (2010 dalam Wijayanti, 2013), pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara penyelesaian yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Solso (2007 dalam Wijayanti, 2013), pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi, jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.

Menurut Dixon dan Glover (1984, dalam Ayu, 2012) beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan masalah adalah: a. Beberapa orang mungkin tidak pernah belajar bagaimana

menghadapi suatu masalah dengan baik.

b. Orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sudah memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. c. Mereka kehilangan semangat untuk mengatasi masalahnya, dan

berharap hanya dengan sedikit usaha saja ia dapat menemukan jalan keluarnya dibandingkan dengan menghadapi masalahnya secara efektif sehingga ia sudah biasa menghadapinya dengan ketidakberdayaan.

d. Adanya kecemasan yang berlebihan atau masalah emosi yang lain

(41)

solusi, jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik dengan cara yang paling efektif.

2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Menurut Polya (dalam Wijayanti dan Rizki, 2013), terdapat suatu indikator-indikator yang dapat mencerminkan kemampuan pemecahan masalah melalui empat langkah pemecahaan masalah, yaitu:

1. Memahami masalah

Dalam merumuskan masalah, kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah (Winarso). Mahasiswa dapat dikatakan memahami masalah, jika dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang ditanyakan?

b. Apakah data yang diketahui?

c. Apakah datanya cukup untuk memecahkan masalah tersebut?

d. Pisahkan syarat-syaratnya jika ada. Dapatkah anda menuliskan kembali masalahnya dengan lebih sederhana? 2. Merencanakan penyelesaian

Mahasiswa dikatakan dapat merencanakan pemecahan pada suatu masalah jika dapat menjawab pertanyaan berikut:

(42)

b. Tahukah masalah yang lain terkait dengan masalah ini? Adakah teorema yang bermanfaat untuk digunakan?

c. Jika pernah mengalami masalah serupa, dapatkah strategi atau cara pemecahannya digunakan pada masalah ini? d. Apakah pernah melihat masalah yang sama tetapi dalam

bentuk yang berbeda?

e. Apakah mengetahui permasalahan lain yang terkait? f. Bagaimana strategi pemecahan yang terkait?

3. Melaksanakan rencana

Mahasiswa dikatakan dapat melaksanakan rencana pemecahan masalah apabila dapat menjawab pertanyaan berikut:

a. Apakah melaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah dipilih dengan setiap kali mengecek kebenaran di setiap langkah?

b. Apakah langkah yang gunakan sudah benar?

c. Dapatkah membuktikan atau menjelaskan bahwa langkah itu benar?

4. Memeriksa kembali

Mahasiswa dikatakan sudah memeriksa kembali pekerjaannya, apabila dapat menjawab pertanyaan berikut:

a. Apakah sudah diperiksa semua hal yang didapat? b. Apakah argument yang digunakan benar?

(43)

d. Adakah cara lain untuk memecahkannya?

Menurut Haris, 1998 (dalam Purwantoro, 2010) proses pemecahan masalah meliputi langkah-langkah:

1. Mengumpulkan informasi untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dalam memastikan pemahaman yang benar 2. Brainstorm dan merencanakan proses solusi. Brainstorm adalah

melihat situasi beserta perubahannya, serta memikirkan konsekuensi dari perubahan tersebut

3. Mengimplementasikan solusi 4. Memeriksa hasil

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya dan Haris, maka dapat disimpulkan bahwa langkah pemecahan masalah terdiri dari:

1) Memahami masalah adalah mengumpulkan informasi untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dalam memastikan pemahaman yang benar

2) Merencanakan penyelesaian adalah merencanakan strategi pemecahan dengan melihat situasi beserta perubahannya dan memikirkan konsekuensi dari strategi.

(44)

4) Memeriksa kembali adalah memeriksa kembali penerapan solusi dari permasalahan untuk mengetahui solusi lain dan melihat apakah masalah tersebut terselesaikan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah

Menurut Davidoff (1988 dalam Widiantari, 2012) terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah, yaitu hasil belajar sebelumnya dan derajat kewaspadaan.

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi proses dalam pemecahan masalah menurut Rahmat (2001 dalam Winarso) yaitu: a. Motivasi

Motivasi belajar yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi belajar yang tinggi akan membatasi fleksibilitas.

b. Kepercayaan dan sikap yang salah

(45)

c. Kebiasaan

Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Hal ini menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel ( flexible mental set )

d. Emosi

Dalam menghadapi berbagai situasi, tidak disadari terlibat secara emosional. Emosi ini mewarnai cara berpikir disebagian manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stres, barulah menjadi sulit untuk berpikir efisien.

(46)

C. Mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi

Mahasiswa termasuk dalam tahapan memasuki dewasa awal, sehingga memiliki tugas perkembangan layaknya sebagai individu pada dewasa awal. Mahasiswa sebagai peserta didik di Perguruan Tinggi pada umumnya berusia 18-24 tahun (Masykur; Indrawati; Putri, 1983). Dewasa awal adalah jenjang usia perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya. Pada tahap ini seseorang mengalami peningkatan yang dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang luas, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan ke depan, dan sebagainya. (Papalia & Olds, dalam Ninawati dan Fransisca, 2005).

Menurut Havighurst (Dariyo, 2003) tugas perkembangannya antara lain: mencari dan menemukan pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Perkembangan pada masa dewasa awal ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas atau akademik). Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tanggung jawab yang perlu dilaksanakan.

(47)

dan rasional (Dariyo dalam Ninawati dan Fransisca, 2005). Pada mahasiswa tanggung jawab yang perlu dilaksanakan untuk mencapai kelulusan adalah dengan membuat karya ilmiah yang biasa disebut dengan skripsi.

Menurut Poerwadarminta (dalam Masykur; Indrawati; Putri, 1983) skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi. Kewajiban tersebut dimaksudkan supaya mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki ke dalam kenyataan yang dihadapi. Menurut Ahmadi (dalam Masykur;Indrawati;Putri, 2003) mengatakan bahwa hal pertama dalam pembuatan skripsi adalah menentukan rumusan topik skripsi yang selanjutnya menentukan dan mengumpulkan materi yang relevan.

(48)

mengalami kecemasan akibat kesulitan-kesulitan dalam proses penyususnan skripsi.

D. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah

Menurut Santrock (2010), pemecahan masalah merupakan suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara penyelesaian yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Solso (2007) juga menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi dan jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Berdasarkan kedua pendapat tentang pemecahan masalah, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses berpikir secara kognitif yang terarah secara langsung dalam mencari solusi atau cara penyelesaian yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.

(49)

Goleman mengungkapkan bahwa beberapa orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena memiliki kecerdasan intelektual yang rendah, namun karena kurang memiliki kecerdasan emosional. Dengan demikian dapat terlihat bahwa keberhasilan seseorang dalam menjawab persoalan hidupnya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual serta kecerdasan emosional. Selain itu, beberapa orang yang berhasil hanya memiliki IQ yang tergolong rata-rata, tetapi kecerdasan emosionalnya tinggi (Hulukati, 2013). Hal ini tampak bahwa kecerdasan emosional lebih berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam memecahkan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Cooper dan Sawaf (dalam Yuwono; Purwanto; Hidayati, 2010), berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kecerdasan emosional menyumbang presentase yang lebih besar dalam kemajuan dan keberhasilan masa depan seseorang, dibandingkan dengan kecerdasan intelektual yang biasanya diukur dengan Intelligent Quotient (IQ). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi kemampuan individu dalam keberhasilannya memecahkan permasalahan.

(50)

untuk menuntun proses berpikir dan perilaku. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional ini mempengaruhi bagaimana perilaku individu dalam menyikapi permasalahan yang muncul.

(51)

E. Skema kecerdasan emosi dan pemecahan masalah Mahasiswa

Mencari dan menemukan pasangan hidup

Meniti karier Membina kehidupan rumah tangga

Menyelesaikan perguruan tinggi

(skripsi)

Timbul permasalahan dalam

penyusunan

Masalah yang diselesaikan Masalah yang tidak

diselesaikan

Pemecahan masalah

Kecerdasan intelektual

Kecerdasan emosional Muncul kecemasan

dan stres

(52)

F. Hipotesis

(53)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis hubungan (korelasi). Penelitian analisis korelasional adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat) (Siregar, 2013). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pemecahan masalah dan kecerdasan emosional.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel yang digunakan peneliti, yaitu: Variabel bebas : Kecerdasan Emosional Variabel tergantung : Pemecahan Masalah

C. Definisi Operasional

1. Kecerdasan Emosi

(54)

melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan emosi secara efektif serta menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran. Kecenderungan kecerdasan emosional mahasiswa ditunjukkan dengan skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka kecerdasan emosional cenderung tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, maka kecerdasan emosional cenderung rendah pula.

2. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi, jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik dengan cara yang paling efektif. Tinggi rendahnya kemampuan individu dalam memecahkan masalah ditunjukan dari skor total tes pemecahan masalah. Semakin tinggi skor subjek, maka menunjukan subjek cenderung memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka menunjukan subjek cenderung memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah.

D. Populasi dan Sampel

(55)

emosi mempengaruhi pemecahan masalah yang digunakan ketika dalam proses penyusunan skripsi timbul masalah.

Pengambilan sampel adalah proses dalam memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan menggeneralisasikan sifat dan karakteristik tersebut pada elemen populasi (Noor, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

nonprobability sampling, dimana setiap anggota populasi tidak memiliki

kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik yang digunakan dalam nonprobability sampling adalah convenience sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kemudahan saja (Noor, 2012).

E. Metode Pengambilan Data

(56)

1. Skala Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi diukur menggunakan skala kecerdasan emosi. Skala kecerdasan emosi terdiri dari aspek mengenali emosi diri

(Self-awareness), mengelola emosi (Self-regulation), memotivasi diri

(Motivation), mengenali emosi orang lain (Empathy) dan membina hubungan dengan orang lain (Social Skill). Skala kecerdasan emosi terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Respon netral ditiadakan dalam skala kecerdasan emosi untuk mengurangi bias kecenderungan pilihan tengah (netral), maka beberapa peneliti telah memodifikasi alternative jawaban, yaitu menggunakan jenjang 4 (jawaban netral dihilangkan) (Mustafa, 2009).

Penentuan skor disetiap jenjang pada skala Likert tersebut harus disesuaikan dengan jenis narasi pertanyaannya, yaitu apakah narasi pertanyaannya berifat negative (Unfavorable) atau narasi pertanyaannya bersifat positif (favorable) (Mustafa, 2009). Pada pernyataan yang bersifat favorable, penilaian skor yang diberikan adalah sebagai berikut:

Sangat Sesuai (SS) : 4

Sesuai (S) : 3

(57)

Sedangkan, pernyataan yang bersifat unfavorable, penilaian skor yang diberikan adalah sebagai berikut:

Sangat Sesuai (SS) : 1

Sesuai (S) : 2

Tidak Sesuai (TS) : 3 Sangat Tidak Sesuai : 4

a. Definisi Atribut

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengenali perasaan serta memahami perasaan dan maknanya, bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan emosi secara efektif serta menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran.

b. Definisi komponen atribut

a) Mengenali emosi diri : kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dengan akurat dan kepercayaan diri

(58)

dipercaya, menggunakan hati nurani, kemampuan beradaptasi dan melakukan pembaharuan.

c) Memotivasi : mengendalikan dorongan hati, berpikir positif, optimis dan terfokus pada satu objek

d) Mengenali emosi orang lain : memahami dan mengembangkan orang lain, memberikan bantuan, menerima keberagaman dan mampu memposisikan diri memiliki emosi yang sama dengan orang lain

e) Membina hubungan dengan orang lain : cara berkomunikasi, memberikan pengaruh, manajemen konflik, kepemimpinan, membangun ikatan, dapat berkolaborasi dan bekerja sama dan memiliki kemampuan bekerja dalam tim

[image:58.595.100.512.135.753.2]

c. Eksplikasi konstruk

Tabel 1. Eksplikasi Konstruk Kecerdasan Emosi

Komponen Favorable Unfavorable

Mengenali emosi 1.1.1 Mengetahui perasaan diri sendiri 1.2.1 Kesulitan dalam mengetahui perasaan dalam diri 1.1.2 Mengetahui perubahan perasaan yang terjadi 1.2.2 Kebingungan dalam mengetahui perubahan perasaan yang terjadi

(59)

Mendefinisikan perasaan yang timbul untuk mendefinisikan perasaan yang muncul 1.1.4 Memahami perasaan yang muncul dengan akurat 1.2.4 Kesalahan dalam memahami perasaan 1.1.5 Memahami perasaan yang muncul dengan kepercayaan diri 1.2.5 Ragu-ragu dengan perasaan yang muncul Mengelola emosi diri 2.1.1 Mampu menangani perasaan 2.2.1 Kesulitan dalam menangani perasaan 2.1.2 Memiliki kontrol diri 2.2.2 Reaktif 2.1.3 Mampu menggunakan hati nurani 2.2.3 Banyak menggunakan logika 2.1.4 Mampu beradaptasi 2.2.4 Kesulitan dalam beradaptasi 2.1.5 Mampu melakukan pembaharuan 2.2.5 Kesulitan dalam berinovasi

(60)

positif negatif 3.1.3 Optimis 3.2.3 Pesimis 3.1.4 Terfokus pada

satu objek

3.2.4 Mudah terpengaruh pada objek lain

3.1.5 Memiliki tujuan yang terarah

3.2.5 Memiliki tujuan yang kurang jelas

Mengenali emosi orang lain

4.1.1 Mampu memahami orang lain

4.2.1 Bersikap acuh terhadap orang lain

4.1.2 Memberikan bantuan pada orang lain 4.2.2 Mengabaikan orang lain 4.1.3 Mampu menerima keberagaman 4.2.3 Idealis 4.1.4 Mampu merasakan emosi orang lain

4.2.4 Kurang peka terhadap orang lain

4.1.5 Empati 4.2.5 Menutup diri Membina

(61)

kepemimpinan hubungan yang buruk dengan

leader/follower

5.1.5 Mampu bekerja sama

5.2.5 Anti sosial

d. Penulisan dan penskalaan item

[image:61.595.98.503.101.740.2]

Berdasarkan eksplikasi konstruk, maka akan disusun item-item skala mengikuti blue print seperti dibawah ini:

Tabel 2. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi sebelum try out

No. Aspek Nomer item Jumlah Bobot

Favorabe l

Unfavora bel 1. Mengenali

emosi diri

9, 16, 23, 30, 40

2, 6, 35, 45, 49

10 20%

2. Mengelola emosi diri

3, 13, 20, 26, 29

33, 38, 41, 47, 50

10 20%

3. Memotivasi 1, 10, 17, 22, 24

4, 11, 27, 36, 42

10 20%

4. Mengenali emosi orang lain

5, 14, 18, 31, 48

12, 21, 25, 37, 44

10 20%

5. Membina hubungan dengan orang lain

8, 15, 28, 43, 46

7, 19, 32, 34, 39

10 20%

(62)

2. Tes Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah diukur menggunakan tes pemecahan masalah. Tes pemecahan masalah ini terdiri dari empat langkah pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Pada tes pemecahan masalah terdapat lima kasus permasalahan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini terdapat satu pertanyaan dari setiap cerita., dimana didalamnya terdapat empat pilihan jawaban yang dapat dipilih oleh responden.

Setiap pertanyaan akan memiliki empat pilihan jawaban yang mengandung indikator pada setiap langkah pemecahan masalah. Kriteria pada setiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut :

Pilihan jawaban A :Jawaban yang mengandung indikator langkah pertama pemecahan masalah Pilihan jawaban B :Jawaban yang mengandung indikator

langkah kedua pemecahan masalah

Pilihan jawaban C :Jawaban yang mengandung indikator langkah ketiga pemecahan masalah

(63)

Penilaian skor yang diberikan adalah sebagai berikut: Pilihan jawaban A : 1

Pilihan jawaban B : 2 Pilihan jawaban C : 3 Pilihan jawaban D : 4

Pemberian bobot skor tersebut dapat terlihat bahwa, semakin tinggi langkah pemecahan masalah yang digunakan, maka bobot skor yang diberikan juga semakin tinggi. Setiap bobot dalam pilihan jawaban akan dijumlahkan untuk mendapatkan hasil yang akan dikelompokkan kedalam kategori langkah berdasarkan norma yang dibuat.

Cara menghitung skor Pemecahan Masalah:

1. Mengelompokan jawaban subjek ke dalam langkah-langkah pemecahan masalah:

Pilihan A: Memahami Masalah

Pilihan B: Merencanakan Penyelesaian Pilihan C: Melaksanakan Rencana Pilihan D: Memeriksa kembali

Langkah

Kasus

1 2 3 4

1 X

(64)

3 X

4 X

5 X

2. Menghitung persentase jawaban yang telah dikelompokan kedalam langkah-langkah

3. Mengalikan hasil perhitungan persentase jawaban 4. Menjumlahkan seluruh hasil perkalian

Contoh Penghitungan: Tahap 1: 4 (XXXX) Tahap 3: 1 (X)

5(XXXXX)

Kemudian hasil tersebut dijadikan persen, akan diperoleh hasil:

Tahap 1: 4 sehingga 4/5 x 100 = 80% Tahap 3: 1 sehingga 1/5 x 100 = 20%

Perhitungan presentase di atas dikalikan dengan tahapannya: Tahap 1x80 = 80

Tahap 3x20 = 60 140

Didapatkan hasil 140 sebagai skor dari pemecahan masalah a. Definisi atribut

(65)

suatu masalah yang spesifik dengan cara yang paling efektif. Proses pemecahan masalah terdiri dari empat langkah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali.

b. Definisi komponen atribut

[image:65.595.100.515.209.754.2]

1. Memahami masalah : mengumpulkan informasi untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dalam memastikan pemahaman yang benar

2. Merencanakan penyelesaian : merencanakan strategi pemecahan dengan melihat situasi beserta perubahannya dan memikirkan konsekuensi dari strategi.

5. Melaksanakan rencana : penerapan solusi dari permasalahan

6. Memeriksa kembali : memeriksa kembali penerapan solusi dari permasalahan untuk mengetahui solusi lain dan melihat apakah masalah tersebut terselesaikan

b. Eksplikasi konstruk

Tabel 3. Eksplikasi Konstruk Pemecahan Masalah

Komponen Indikator

Memahami masalah

Memperoleh data tentang informasi dan gambaran situasi yang jelas

Merencanakan penyelesaian

(66)

memikirkan konsekuensi dari strategi yang dipilih

Melaksanakan rencana

Menerapkan solusi dan memastikan setiap strategi dapat terlaksana dengan benar Memeriksa

kembali

Memeriksa secara

keseluruhan dari penerapan solusi dan melihat apakah masalah dapat terselesaikan serta solusi lain yang dapat digunakan

c. Penulisan dan penskalaan item

[image:66.595.98.511.106.601.2]

Berdasarkan eksplikasi konstruk, maka akan disusun item-item skala mengikuti blue print seperti dibawah ini:

Tabel 4. Blue Print Pemecahan Masalah

No. Langkah Pemecahan Masalah Jumlah

1. Memahami Masalah 5

2. Merencanakan Penyelesaian 5 3. Melaksanakan Rencana 5

4. Memeriksa Kembali 5

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

(67)

(content validity). Pada validitas isi menekankan pada seberapa lengkap butir-butir yang digunakan dalam penelitian telah memadai dan dapat mengungkap sebuah konsep. Pendekatan validitas isi yang digunakan adalah panel juri dengan dimintakan evaluasinya terhadap butir-butir kepada sekelompok juri atau penilai yang memang professional dibidang itu (Mustafa, 2009).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana menunjukkan sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Apabila nilai

alpha>0,60, maka skala dinyatakan reliabel (Noor, 2012).

[image:67.595.98.515.221.693.2]

Pada pengujian reliabilitas kecerdasan emosi menggunakan metode Cronbach’s Alpha dan menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0,920 sehingga dapat dikatakan skala ini termasuk reliabel. Reliabilitas pemecahan masalah menggunakan metode Cohen’s Kappa dan menghasilkan nilai sebesar 0,718 yang termasuk dalam kategori baik. Tabel 5. Reliabilitas Kecerdasan Emosi dan Pemecahan Masalah

Variabel Nilai Reliabilitas

(68)

3. Seleksi item

[image:68.595.100.501.215.656.2]

Pada skala kecerdasan emosi dilakukan seleksi item, dengan batasan item

r

xi ≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien minimal 0,3 dianggap memuaskan, sedangkan item yang kurang dari 0,3 dianggap sebagai item dengan daya diskriminasi rendah (Azwar, 2009).

Tabel 6. Blue Print Kecerdasan emosi sebelum Try Out

No. Aspek Nomer item Jumlah Bobot

Favorabel Unfavorabel 1. Mengenali

emosi diri

9, 16, 23, 30, 40

2, 6, 35, 45, 49

10 20%

2. Mengelola emosi diri

3, 13, 20, 26, 29

33, 38, 41, 47, 50

10 20%

3. Memotivasi 1, 10, 17, 22, 24

4, 11, 27, 36, 42

10 20%

4. Mengenali emosi orang lain

5, 14, 18, 31, 48

12, 21, 25, 37, 44

10 20%

5. Membina hubungan dengan orang lain

8, 15, 28, 43, 46

7, 19, 32, 34, 39

10 20%

Total 25 25 50 100%

(69)

sedang menyusun skripsi. Mahasiswa yang digunakan untuk pengujian uji coba ini berjumlah 55 mahasiswa. Pelaksanaan uji coba (tryout) kuesioner dilakukan dengan memperhatikan subjek yang digunakan untuk uji coba harus benar-benar mencerminkan kondisi (karakteristik) subjek sesungguhnya yang menjadi target penelitian dan banyaknya subjek sekurang-kurangnya adalah 30 responden, untuk memenuhi

rule of thumb kenormalan data (Mustafa, 2009). Setelah dilakukan uji

[image:69.595.103.521.254.732.2]

coba dengan 50 soal, terdapat 10 soal yang gugur sehingga item yang memenuhi kriteria berjumlah 40 item.

Tabel. 7 Blue Print Skala Kecerdasan Emosi setelah Try out

No. Aspek Nomer Item Jumlah Bobot

Favorabel Unfavorabel 1. Mengenali

Emosi

9, 16, 23, 30, 40

2, 6, 35, 45,

49

10 20%

2. Mengelola Emosi Diri

3, 13, 20, 26, 29

33, 38, 41, 47, 50

10 20%

3. Memotivasi 1, 10, 17, 22, 24

4, 11, 27, 36, 42

10 20%

4. Mengenali Emosi Orang Lain

5, 14, 18, 31, 48

12, 21, 25,

37, 44

10 20%

5. Membina Hubungan dengan orang lain

8, 15, 28, 43, 46

7, 19, 32, 34, 39

10 20%

Total 25 25 50 100

(70)

Setelah dilakukan seleksi item, peneliti melakukan penyusunan skala ulang yang akan digunakan untuk pengambilan data. Berikut ini skala penyusunan ulang data untuk penelitian yang sesungguhnya:

Tabel 8. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi setelah dilakukan penyusunan ulang

No. Aspek Nomer item Jumlah

Favorable Unfavorable 1 Mengenali

emosi diri

1,5,9,21 12, 20 6

2 Mengelola emosi diri

13,31,39,40 2,6,26,28 8

3 Memotivasi 17,19, 27,29,37

10,14,22,32, 34

10

4 Mengenali emosi orang lain

3,7,25,35 18,24,38 7

5 Membina hubungan dengan orang lain

11,15,23,33 4,8,16,30,36 9

[image:70.595.97.513.215.704.2]
(71)

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 November 2014 sampai dengan 26 November 2014 kepada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 103 mahasiswa.

G. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal apabila p>0,05 (Noor, 2011). Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan teknik

Kolmogorov-Smirnov.

2. Uji Linearitas

Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana. Persamaan regresi bersifat linier apabila signifikansi dibawah 0,05 (Noor, 2011)

3. Uji Hipotesis

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode korelasi

Spearman. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan

(72)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Oktober sampai dengan 5 November 2014 dengan menggunakan kuesioner dan media sosial (google

docs). Penelitian ini menggunakan subjek yaitu mahasiswa yang sedang

mengerjakan skripsi dari Universitas Sanata Dharma, Univeritas Gajah Mada, Universitas Negeri Solo, Universitas Maranatha, Universitas Sriwijaya, Universitas Diponegoro, Universitas Islam Negeri, Universitas Sumatera Utara, Universitas Veteran Pembangunan, UNIKOM dan STIMIK.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

(73)

Tabel 9. Deskripsi jenis kelamin, umur, suku, Indeks prestasi Kumulatif (IPK), semester, lama pengerjaan dan bab skripsi subjek.

Keterangan Jumlah

Jenis Kelamin Laki-laki 35

Perempuan 68

Umur 19 1

20 3

21 20

22 52

23 23

24 4

Suku Bali 1

Banjar 1

Batak 7

Dayak 4

Flores 2

Jawa 74

Komering 1

Manado 1

Manggarai 1

Melayu 2

Minang 1

Palembang 1

Sulawesi 1

Sumba 1

Tionghoa 5

IPK <2,00 0

2,01-3,00 46

[image:73.595.98.517.157.740.2]
(74)

Keterangan Jumlah

Semester 5 1

7 24

9 69

10 3

11 5

13 1

Lama Pengerjaan Skripsi 1 38

2 53

3 5

4 7

Bab Skripsi 1 20

2 17

3 29

4 16

5 21

C. Deskripsi Data Penelitian

[image:74.595.97.517.109.733.2]

Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Kecerdasan Emosi dan Pemecahan Masalah

Tabel 10. Tabel Mean Teoritik dan Mean Empirik N Mean

Teoritik Mean Empirik Sign. Kecerdasan emosi

103 100 118,50 .000

Pemecahan masalah

(75)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosi memiliki mean teoritik sebesar 100 dan mean empirik sebesar 118,50. Hasil perhitungan diketahui bahwa kedua mean tersebut memiliki signifikansi di bawah 0,05, yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua mean tersebut. Mean empirik kecerdasan emosi lebih besar dari mean teoritiknya (100<118,50) sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian memiliki kecerdasan emosi yang cenderung tinggi.

Pada variabel pemecahan masalah memiliki mean teoritik sebesar 250 dan mean empirik sebesar 263,69. Hasil penghitungan diketahui bahwa hasil dari kedua mean tersebut memiliki signifikansi di bawah 0,05, yaitu 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada kedua mean tersebut. Mean empirik pemecahan masalah lebih besar dari mean teoritiknya (250<263,69) sehingga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah yang cenderung tinggi.

D. Kategorisasi

(76)

(memahami masalah), langkah 2 (merencanakan penyelesaian), langkah 3 (melaksanakan rencana) dan langkah 4 (memeriksa kembali).

Tabel 11. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Kecerdasan Emosi

[image:76.595.98.517.201.673.2]

Berdasarkan hasil perhitungan data diketahui bahwa dalam variabel kecerdasan emosi, subjek yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 13,59%, kategori sedang sebesar 75,72% dan kategori rendah sebesar 10,67%.

Tabel 12. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Pemecahan Masalah Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase

< -206,745 Langkah 1 0 0%

-206,745 – 263,689 Langkah 2 59 57,28% 263,689 – 320,633 Langkah 3 39 37,86%

>320,633 Langkah 4 5 4,85%

Berdasarkan hasil perhitungan data diketahui bahwa dalam variabel pemecahan masalah, subjek yang termasuk dalam kategori langkah 1

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase

< 105,825 Rendah 11 10,67%

105,825-131,164 Sedang 78 75,72%

(77)

sebanyak 0%, kategori langkah 2 sebesar 57,28%, kategori langkah 3 sebesar 37,86% dan kategori langkah 4 sebesar 4,85%.

E. Analisis Data Penelitian

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian asumsi terlebih dahulu pada data yang diperoleh. Uji asumsi tersebut terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan apakah data dalam penelitian ini berasal dari data dengan distribusi normal atau tidak. Data termasuk berdistribusi normal apabila berada di atas 0,05 (p>0,05). Berdasarkan hasil penghitungan, dapat diperoleh data dari variabel kecerdasan emosi sebesar 0,169 dan variabel pemecahan masalah sebesar 0,096. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

[image:77.595.98.519.252.675.2]

Berdasarkan hasil tersebut, uji normalitas variabel kecerdasan emosi dan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Uji Normalitas Kecerdasan Emosi dan Pemecahan Masalah

Variabel KS-Test Asymp-sig (p) Sebaran

Kecerdasan emosi

1,111 0,169 Normal

Pemecahan masalah

(78)

2. Uji Linearitas

[image:78.595.99.498.236.595.2]

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dari penelitian mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Dua var

Gambar

Gambar 1.  Scatter Plot  ......................................................................................
Tabel 1. Eksplikasi Konstruk Kecerdasan Emosi
Tabel 2. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi sebelum try out
gambaran yang jelas tentang situasi dalam memastikan pemahaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, tidak terlepas dari mahasiswa perantau yang menghadapi situasi dan kondisi lingkungan baru yang mau tidak mau dituntut untuk melakukan penyesuaian diri

Menurut Rao (2003) Motivasi berprestasi adalah sebuah harapan untuk mencapai suatu kepuasan dalam menguasai tantangan dan kinerja yang sulit. Selain itu Rao

Disamping itu, Burka &amp; Yuen (2008) berpendapat bahwa self regulated learning merupakan salah satu faktor yang sangat terkait dengan prokrastinasi. Pengaturan diri dalam

Dari pengujian statistik, diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara variabel kelelahan emosional dengan variabel prokrastinasi dalam mengerjakan skripsi (r

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya mengenai urgensi permasalahan, maka dapat dikatakan pentingnya self-compassion yang dimiliki mahasiswa Program Studi Psikologi pada

Hasil uji korelasi ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional ( emotional intelligence ) dengan kecenderungan pemecahan masalah

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chan, Miller, &amp; Tcha (2005) diketahui bahwa happiness yang dialami oleh mahasiswa dipengaruhi oleh faktor sosial yang berkaitan dengan

Wawancara pertama dilakukan kepada narasumber yang berinisial “B” menyatakan bahwa sikap dan tindakan untuk merespon dosen pembimbing saat mengkritik isi dari skripsi menganggap itu