• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran Students Teams Achievement Division untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran Students Teams Achievement Division untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Sri Yuniati. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII/A SMP Kartika Magelang.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

ABSTRAK

Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kompetensi hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas VII/A SMP Kartika, Kabupaten Magelang.

Model pembelajaran Student Teams Achievement Division merupakan model pembelajaran kelompok yang memberdayakan siswa mampu untuk membantu teman dalam kelompoknya untuk memahami materi pelajaran. Model pembelajaran Student Teams Achievement memberi tugas dalam kelompok dan tugas individu berupa kuis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II perlakuan model pembelajarannya sama. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah pada pengelompokan siswa dan pemberian tugas kelompok dan kuis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal 49% menjadi 93% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 95% pada siklus II. Hasil belajar siswa kondisi awal rata-rata nilai 51,35 meningkat menjadi 68,24 pada siklus I dan menjadi 77,84 pada siklus kedua.

(2)

vii

Sri Yuniati. 2013. The Student Teams Achievement Division Instructional

Model for Increasing Active Participation and Learning Results in Social Science Instruction through for the Seventh A Graders, of Kartika State Junior High School. Magelang Regency. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

ABSTRACT

This research at describing how the Student Teams Achievement Division instructional model could increase students’ active participation in studying social science. This research aimed at discovering the learning results of social science instruction among the seventh graders of Kartika Junior High School, Magelang Regency.

The Student Teams Achievement Division instructional model was student team model to deceive student achievement for help their friend for understand the material. The Student Teams Achievement Division instructional model given team exercise and individual quiz.

The method was an action research which was conducted in two cycles. In both cycles, the same instructional model was applied. The difference both cycles was in the teams student, gift team exercise and individual quiz.

The research results show that the application of the Student Teams Achievement Division instructional model increased the students’ learning activities from the initial level of 49% to 93% in Cycle I and in Cycle II it increased to 95%. The students’ learning result increased from the initial average of 51,35 to 68,24 in Cycle I and to 77,84 in Cycle II.

(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SISWA KELAS VII/A SMP

KARTIKA MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh: Sri Yuniati NIM.101322007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ……….

Penulis

(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sri Yuniati

Nomor mahasiswa : 101322007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII/A SMP Kartika Magelang”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : ……….

Yang menyatakan

(8)

vi

Sri Yuniati. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII/A SMP Kartika Magelang.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

ABSTRAK

Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kompetensi hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas VII/A SMP Kartika, Kabupaten Magelang.

Model pembelajaran Student Teams Achievement Division merupakan model pembelajaran kelompok yang memberdayakan siswa mampu untuk membantu teman dalam kelompoknya untuk memahami materi pelajaran. Model pembelajaran Student Teams Achievement memberi tugas dalam kelompok dan tugas individu berupa kuis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II perlakuan model pembelajarannya sama. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah pada pengelompokan siswa dan pemberian tugas kelompok dan kuis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal 49% menjadi 93% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 95% pada siklus II. Hasil belajar siswa kondisi awal rata-rata nilai 51,35 meningkat menjadi 68,24 pada siklus I dan menjadi 77,84 pada siklus kedua.

(9)

vii

Sri Yuniati. 2013. The Student Teams Achievement Division Instructional

Model for Increasing Active Participation and Learning Results in Social Science Instruction through for the Seventh A Graders, of Kartika State Junior High School. Magelang Regency. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

ABSTRACT

This research at describing how the Student Teams Achievement Division instructional model could increase students’ active participation in studying social science. This research aimed at discovering the learning results of social science instruction among the seventh graders of Kartika Junior High School, Magelang Regency.

The Student Teams Achievement Division instructional model was student team model to deceive student achievement for help their friend for understand the material. The Student Teams Achievement Division instructional model given team exercise and individual quiz.

The method was an action research which was conducted in two cycles. In both cycles, the same instructional model was applied. The difference both cycles was in the teams student, gift team exercise and individual quiz.

The research results show that the application of the Student Teams Achievement Division instructional model increased the students’ learning activities from the initial level of 49% to 93% in Cycle I and in Cycle II it increased to 95%. The students’ learning result increased from the initial average of 51,35 to 68,24 in Cycle I and to 77,84 in Cycle II.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII/A SMP Kartika Magelang” dapat diselesaikan.

Berkat kerja sama dan bantuan beberapa pihak, maka skripsi ini dapat terwujud walaupun belum sempurna. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono selaku Dosen pembimbing I, Y.M.V. Mudayen, S.Pd, M.Sc.. selaku Dosen pembimbing II yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dukungan, arahan, dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau.

3. Kepala SMP Kartika Kabupaten Magelang

4. Suami tercinta yang selalu membantu dan mendoakan 5. Teman, Karyawan di SMP Kartika Kabupaten Magelang

6. Teman-teman mahasiswa pada program PPKHB di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan sebanyak-banyaknya dan melimpahkan berkah. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi kita

semua.

Penulis

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Pembatasan Masalah ... C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran ... B. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) . ... C. Pendekatan Kooperatif Tipe STAD ... D. Aktivitas Belajar ... E. Hasil Belajar ... F. Penilaian Hasil Belajar ... ... G. Kerangka Berpikir ... H. Tindakan ... BAB III METODE PENELITIAN

(12)

x

C. Jenis Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Teknik Analisis Data ... G. Indikator Kinerja ... BAB IV GAMBARAN UMUM SMP KARTIKA MAGELANG

A. Lingkungan Sekolah ... B. Identitas Sekolah ... C. Visi dan Misi ... D. Tujuan ... E. Keadaan Sekolah ... F. Personil Sekolah ... G. Kondisi Kelas VII/A ... BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi Awal ... B. Pelaksanaan Penelitian ... C. Hasil Penelitian ... D. Pembahasan ... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

(13)

xi

Pengamatan Aktivitas Belajar Pra-Perlakuan ... Rekapitulasi Aktivitas Belajar Pra-Perlakuan ... Nilai Ulangan Tengah Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

Ekonomi Kelas VII/A ... Tenaga Kependidikan ...

Tenaga Pendidikan ... Latar Belakang Pendidik dan Kesesuaian Tugas Mengajar ... Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II ... Rekap Aktivitas Terhadap Kegiatan Pembelajaran

Pra-Perlakuan, Siklus I dan Siklus II ... Data hasil Belajar Siswa ...

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Silabus ... RPP Siklus I ... RPP Siklus II ... Instrumen Pengamatan Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran ... Instrumen Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa ... Instrumen Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... Instrumen Refleksi Observer Terhadap Perangkat Pembelajaran dan

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar demi kelangsungan masa depan suatu bangsa. Hal itu diakui oleh semua orang atau suatu bangsa. Demikian halnya dengan Indonesia. Bangsa ini menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Pendidikan harus ditata, disiapkan, dan diberikan sarana maupun prasarana yang cukup memadai. Pendidikan di Indonesia meskipun telah dipersiapkan sejak bangsa ini merdeka tetapi sampai saat ini masalah yang dihadapi masih berkutat pada permasalahan klasik yaitu kualitas pendidikan. Permasalahan ini jika dicari akar permasalahannya bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana harus diawali pemecahannya. Permasalahan serupa juga dihadapi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

(17)

2

masih menggunakan paradigma pembelajaran lama; (2) komunikasi cenderung berlangsung satu arah dari guru ke siswa; (3) guru lebih mendominasi proses pembelajaran, (4) Pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan kurang aktivitas belajarnya.

Kurang aktifnya siswa di dalam kelas juga dapat terjadi karena beberapa hal antara lain belum adanya stimulus yang mendorong siswa berperan aktif, selain itu pertanyaan secara langsung dapat menjadikan beban pada diri siswa sehingga mereka merasa takut. Hal-hal seperti tersebut merupakan masalah yang dihadapi SMP Kartika, khususnya untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi pada siswa kelas VII. Berdasarkan observasi pra-penelitian di kelas VII/A dengan jumlah siswa 37 anak, aktivitas siswa dalam pembelajaran Ekonomi masih rendah. Hal ini didukung oleh data pra-perlakuan aktivitas belajar siswa pada tabel I.1 berikut:

Tabel I.1

Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pra-Perlakuan

No. Nama Aktivitas Siswa 1 2 3 4

1. AdityoRestu R - - - -

2. Aida Nur S V V V V

3. Alif Seta - - - -

4. Arini K V V V V

5. Arya Bima D A - - - -

6. Aziz Wijayanto - - - -

7. Ardalisa S - - - -

8. Ayu Somara D V V V V

9. Bayu Oktavian V V - V

(18)

3 Sumber: Hasil observasi, 2012.

Keterangan Aktivitas Siswa:

1. Memperhatikan dan mendengarkan

2. Membaca materi

3. Kemampuan menjawab pertanyaan

(19)

4

Tabel I.2

Rekapitulasi Aktivitas Belajar Pra-Perlakuan

No. Aktivitas Frekuensi Persentase

1. Memperhatikan dan mendengarkan 17 46%

2. Membaca materi 21 57%

3. Kemampuan menjawab pertanyaan 15 41%

4. Kerja sama dalam tim/berdiskusi 20 54%

Rata-rata 18,25 49%

Sumber : Hasil Pra Observasi, 2012

Selain aktivitas belajar yang kurang, hasil belajar pun belum mencapai harapan. Sebagian besar nilai ulangan tengah semester dua tahun pelajaran 2011/2012 belum mencapai Kriteri Ketuntasan Minimal. Berdasarkan dokumen kurikulum SMP Kartika tahun pelajaran 2011/2012 , Kriteri Ketuntasan Minimal untuk bahasa Indonesia sebesar 68. Hasil belajar siswa tercermin pada tabel I.3 nilai Ulangan Tengah Semester 2 Kelas VII/A SMP Kartika berikut:

Tabel I.3

Nilai Ulangan Tengah Semester 2

Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas VII/A

Kriteria

Ketuntasan Minimal

Jumlah Siswa

Tuntas Tidak tuntas Rata-Rata Jml Siswa % Jml Siswa %

68 37 8 21,62 29 78,38 51,35

Sumber : Hasil Pra Observasi, 2012.

(20)

5

saling memberikan semangat. Tujuan akhir dari semua proses pembelajaran adalah penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan, oleh karena itu dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, guru hendaknya lebih memilih berbagai pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

Peneliti juga mengidentifikasi metode pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut untuk meningkatkan keaktifan siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, maka perlu dipaparkan hubungan antara konsep-konsep yang mereka pelajari dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sebaiknya diberikan masalah sehingga mereka dapat aktif bekerja untuk mencari pemecahan masalah tersebut baik secara individu ataupun kelompok.

(21)

6

siswa yang belum serius belajar. Metode pembelajaran kooperatif akan menciptakan kelompok kerja yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan tanggung jawab siswa (individual) terhadap kelompok, membantu siswa untuk lebih menghargai perbedaan dalam kelompok, membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi antarindividu.

Menurut Solihatin (2007), ada lima tipe dalam pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Learning Together dan Group Investigation (GI). Peneliti memilih metode pembelajran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) akan menciptakan dan mengoptimalkan kelompok kerja yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok kerja ini bersifat heterogen yang terdiri dari siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Metode pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) memberi penghargaan kepada siswa dan kelompok yang meraih prestasi tertinggi. Penghargaan merupakan cara sederhana yang dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa.

(22)

7

B. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan pembelajaran di atas, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada upaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Hasil belajar pada penelitian ini terfokus pada ranah kognitif atau aspek pengetahuan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi?

2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

(23)

8

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi khususnya ranah kognitif dengan materi pembelajaran “Tindakan Ekonomi Berdasarkan Motif dan Prinsip Ekonomi dalam Kehidupan Sehari-hari” melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi siswa kelas VII/A SMP Kartika Magelang semester II tahun pelajaran 2011/2012.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan SMP Kartika Magelang

1. Guru

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya dan menyelesaikan masalah pembelajaran tentang aktivitas, partisipasi, dan hasil belajar siswa. 2. Siswa

(24)

9 3. SMP Kartika Magelang

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas dalam pembelajarannya.

Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arend (1997), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistimatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar.

Merujuk pemikiran Joyce (1992), fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various

(26)

11

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

B. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Slavin dalam Solihatin (2007: 4), Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran tempat siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Rismiati (2007: 227) pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi di dalam suatu kelompok dan masing-masing peserta bertanggung jawab penuh atas aktivitas yang mereka jalani. Seperti yang dikemukakan oleh Slavin dalam Solihatin dkk (2007: 4-5). Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

(27)

12

Keberhasilan belajar menurut model belajar ini tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari (Solihatin, 2007: 5).

Model pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikap mereka sesuai dengan kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, mereka dapat bekerja sama antarkelompok dalam meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.

Model belajar cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi (Solihatin, 2007: 5).

(28)

13

Dukungan teori konsruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevalusai dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.

Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual ke kooperatif, interaksi sosial, dan aktivitas sosiokultural. Dalam pendekatan konstruktivis Piaget, peserta didik mengonstruksi pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dan informasi sebelumnya. Vygotsky menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi pengetahuan dipengaruhi oleh kultur di mana peserta didik tinggal. Kultur itu meliputi, bahasa, keyakinan, keahlian/keterampilan.

(29)

14

penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada pengetahuan yang disebut Piaget sebagai pengetahuan sosial.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi denagan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, menurut Sanjaya (2006: 244-255), pembelajaran kooperatif memiliki empat prinsip yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, dan partisipasi komunikasi.

1. Prinsip ketergantungan positif

(30)

15

tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa semua tugas dapat terselesaikan karena adanya kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih, diharapkan mau membantu anggota yang lain untuk melaksanakan tugasnya.

2. Tanggung jawab perseorangan

Keberhasilan kelompok tergantung pada anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya dan memberikan yang terbaik bagi keberhasilan kelompoknya. 3. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang luas kepada kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling mengajarkan dengan cara bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk mampu melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali kemampuan berkomunikasi.

(31)

16

pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdepedensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Menurut Johnson & Johnson dalam Lie (2002: 18) suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Sementara menurut Slavin (1995: 9) model pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan, diantaranya sebagai berikut: 1) memerlukan persiapan yang rumit untuk pelaksanaannya; 2) apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya kurang maksimal; 3) apabila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompoknya dapat menyebabkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya; 4) adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.

(32)

17

tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Metode tersebut dikembangkan menjadi beberapa variasi, antara lain:

1. Student Team Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim menguasai materi tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu. Pada waktu mengerjakan kuis, mereka tidak boleh saling membantu. Jawaban siswa dari kuis diberi skor. Skor siswa diperbandingkan dengan skor rata-rata yang lalu mereka sendiri. Poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui kinerja yang lalu. Poin tiap anggota ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan yang lain.

2. Teams Games Tournament (TGT)

(33)

18

kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Dalam metode ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok. 3. Jigsaw

(34)

19

kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti Student Team Achievement Division (STAD).

4. Team Accelerated Instruction

Dalam penerapan penelitian kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 sampai 6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam Penelitian Kelompok yaitu pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis, sintesis, dan presentasi hasil final.

C. Pendekatan Kooperatif Tipe STAD

1. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Tim Siswa Kelompok Prestasi yang dikembangkan oleh Slavin (1995), dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

(35)

20

menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di SMP Kartika.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.

2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD, Slavin (1995). a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 5 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :

(36)

21

diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan tingkat prestasi seimbang. 2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat

(pendiam dan aktif), dll. b. Penyajian Materi Pelajaran

1) Pendahuluan

Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.

2) Pengembangan

Pengembangan materi dilakukan sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

3) Praktik terkendali

(37)

22

secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap. Hal ini dimaksudkan agar waktu digunakan tidak terlalu lama.

c. Kegiatan kelompok

Guru membagikan kuis/lembar soal kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari kuis/lembar soal selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep, dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

d. Evaluasi

(38)

23 e. Penghargaan kelompok

Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat, dan super.

f. Penghitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok

Satu periode penilaian (3–4 minggu) dilakukan penghitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

3. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut: Slavin (1995:17)

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

(39)

24

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, yaitu: Slavin (1995:19)

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

D. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia aktivitas berarti keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa tidak terbatas pada aktivitas pisik, akan tetapi juga aktivitas psikis (Sanjaya, 2006:170).

(40)

25

Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Paul D. Dierich dalam Hamalik (2007:172) membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok, yaitu:

a. Kegiatan Visual

Yang termasuk kegiatan visual meliputi membaca, melihat gambar-gambar, dan mengamati eksperimen.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Yang termasuk kegiatan-kegiatan lisan meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Yang termasuk kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Yang termasuk kegiatan-kegiatan menulis meliputi menulis cerita, menulis laporan, membuat rangkuman, dan mengerjakan test e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Yang termasuk kegiatan menggambar meliputi menggambar diagram, peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

(41)

26 g. Kegiatan-kegiatan mental

Yang termasuk kegiatan mental meliputi mengingat, memecahkan masalah, dan menganalisis.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Kegiatan-kegiatan emosional meliputi berani, tenang, dan membedakan.

2. Keaktifan belajar

Keaktifan belajar adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah yang memengaruhi tingkat kemajuan atau perkembangan sikap, kecakapan, minat, dan penyesuaian diri dalam hal belajar aktif. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

E. Hasil Belajar

(42)

27

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Ketrampilan intelektual adalah kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorikan kemampuan analisis sintesis, fakta konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menolak atau menerima objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan mengeksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilal sebagai standar perilaku.

(43)

28

1. Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. 2. Ranah psikomotor, merupakan aspek yang berkaitan dengan

kemampuan melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.

3. Ranah kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemapuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.

Supriyono (2009:13) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui oleh subjek belajar, tujuan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Sementara itu Catharina (2006:14) menyatakan hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil belajar yang dicapai pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor.

F. Penilaian Hasil Belajar

(44)

29

di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.

Fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini

adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat pengolahan bahan pelajaran yang seharunya dikuasai oleh para siswa, dengan perkataan lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa.

(45)

30

memperbaiki usahanya yakni tindakan mengajar berikutnya. Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda yakni bagi siswa dan bagi guru.

G. Kerangka Berpikir

Untuk mencapai hasil yang memuaskan di Sekolah Menengah Pertama, maka kita harus melaksanakan program-program pendidikan yang sudah dicantumkan ke dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Tentunya juga harus menggunakan berbagai metode atau model pembelajaran serta memberikan bimbingan dan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa.

Pelayanan ataupun bimbingan kepada siswa yang pokok adalah:

1. Mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara aktif dan efisien.

2. Penyelenggaraan sarana dan media belajar yang memadai.

3. Pemberian bantuan khusus yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya. (Team Penata Propinsi Dati I Jawa Tengah, 1990:171)

(46)

31

membantu guru dalam pembelajaran karenanya apabila metode ini diterapkan dengan baik, maka para siswa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pada metode pembelajaran ini para siswa tidak hanya berinteraksi hanya dengan sesama anggota kelompok tetapi juga mendapatkan penghargaan menjadikan siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kondisi pembelajaran ini tentunya akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa. Slavin (1995) menemukan, bahwa 86% dari seluruh siswa yang diajar dengan Cooperative Learning memiliki prestasi belajar yang tinggi dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran lain.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan unsur penting dan pokok dalam mencapai aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka siswa diharapkan akan lebih banyak aktif belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi sehingga siswa semakin memahami materi pembelajaran. Apabila para siswa menguasai materi dimungkinkan mereka menjadi lebih berprestasi.

H. Tindakan

Tindakan dalam penelitian ini adalah:

(47)

32

SMP Kartika tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

(48)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII/A di SMP Kartika Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, dengan jumlah siswa 37 orang.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan diterapkan guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Hal ini didasari pada prestasi belajar yang rendah, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, membaca materi pembelajaran, kemampuan menjawab pertanyaan, dan kerja sama dalam tim/berdiskusi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

(49)

34

pertimbangan penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudah dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan April–Mei 2012, waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester 2 Tahun pelajaran 2011/2012.

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Istilah penelitian tindakan kelas dipakai untuk menekankan kelas sebagai seting dari penelitian. Wiriaatmadja (2005:15), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan tindakan-tindakan tersebut. Dalam konteks penelitian kelas lebih ditekankan pada bagaimana keterampilan teknik yang dimiliki guru bisa menggali informasi untuk kepentingan perbaikan pembelajaran.

(50)

35

Gambar III.1

Model Penelitian Tindakan Kelas Sumber : (Arikunto, 2007:16)

Pelaksanaan Tindakan (Aksi)

Pelaksanaan Tindakan (Aksi)

Perencanaan ulang Perencanaan

Tindakan

Refleksi Siklus I

Perencanaan ulang

Observasi

(51)

36

D. Prosedur penelitian

Jenis penelitian yaang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Peneliti berperan sebagai observer untuk melakukan tindakan pengamatan sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dari: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pemantauan (observasi), 4) perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan.

Secara operasional penelitian tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan pra-perlakuan a. Observasi pada guru

(52)

37

pelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa), dan kegiatan penutup (melakukan refleksi, rangkuman, tindak lanjut setelah pembelajaran).

b. Observasi pada siswa

Observasi anekdot terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati pada saat pembelajaran (siswa siap mengikuti proses pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik, secara pribadi maupun dalam kelompok).

c. Observasi pada kelas

(53)

38 2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasar kemampuannya dan membagi siswa secara heterogin. Kelompok ini terdiri dari tiga siswa yang heterogin dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap in adalah: rencana pembelajaran dengan metode pembelajan Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD), materi, lembar soal kuis, lembar jawab siswa, lembar soal untuk kelompok, lembar jawab untuk kelompok dan lembar observasi.

2) Guru menyusun instrument pengumpulan data meliputi:

(54)

39

b)Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas c) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan siswa di kelas d)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

e) Kuisioner untuk siswa dan kelompok

f) Instrumen untuk mengobservasi data prestasi siswa g)Instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Archievement Division (STAD) sesuai dengan rencana tindakan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuannya (prestasinya). 2) Guru menyampaikan materinya pembelajaran.

(55)

40

4) Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak boleh saling bantu.

5) Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya terhadap materi pelajaran dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Guru sebelumnya telah membuat base score atau skor minimum yang harus dicapai oleh siswa untuk pertemuan pertama.

7) Guru memberikan tugas rumah (materi untuk pertemuan berikutnya atau soal yang berhubungan dengan materi pada pertemuan sekarang).

c. Observasi

(56)

41

mengajar seperti mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka.

d. Refleksi

Hasil observasi berupa data kuantitatif penguasaan materi (nilai post test) dan tanggapan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Karena dengan adanya suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Data yang diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi dengan peneliti untuk mengetahui:

1) Apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana. 2) Kemajuan apa yang dicapai siswa, terutama dalam hal

peningkatan motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa. Jika setelah refleksi terdapat masalah, dilakukan tindakan lanjutan yang meliputi perencanaan, tindakan, dan observasi sehingga masalah tersebut dapat teratasi dan tercapainya hasil yang optimal.

(57)

42

belajar siswa. Ada dua refleksi yang dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1) Refleksi segera dilakukan setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.

2) Refleksi pada akhir siklus, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai.

e. Evaluasi

Setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan, tahap terakhir sebagai penentu hasil belajar maka dilakukan evaluasi. Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan di antara dialog awal, perencanaan tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan proses yang terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujukan pada penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi siswa kelas VII/A SMP Kartika tahun ajaran 2011/2012. 3. Siklus II

(58)

43

pengelompokannya. Siswa-siswa yang memiliki nilai tertinggi dalam kelompok pada siklus pertama, ditempatkan pada kelompok lain secara acak. Selain itu, pemberian tugas kelompok dan kuis dikurangi kuantitasnya untuk menyesuaikan dengan waktu kegiatan pembelajaran. Tindakan pada siklus kedua ini berdasarkan kekurangan pada siklus pertama dan didasarkan atas refleksi siklus pertama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu: 1. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data-data pendukung penelitian. Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah: 1) observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas; 2) observasi kegiatan guru di kelas; 3) observasi prestasi siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa data aktivitas belajar siswa, data kegiatan guru, dan data prestasi siswa dalam pembelajaran.

2. Tes

(59)

44

yang telah ditentukan. Pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan instrumen yang sudah diuji cobakan dan dianalisis, kemudian skor diubah menjadi nilai.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa

Pada penelitian ini diperbandingkan persentase aktivitas belajar siswa pra-penelitian, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil aktivitas belajar siswa. Persentase keaktifan siswa selama pembelajaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Ali, 1992:104).

Pada analisis data skala sikap, digunakan perhitungan kategori tingkatan:

(60)

45

persentasenya 75% : 3 = 25% (panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada kriteria Penilaian Deskriptif Persentase di bawah ini:

a. Persentase keaktifan 25 % < % ≤ 50 % : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Rendah.

b. Persentase keaktifan 50 % < % ≤ 75 % : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Sedang.

c. Persentase keaktifan 75 % < % ≤ 100 % : Aktivitas siswa dalam pembelajaran Baik.

2. Peningkatan hasil belajar siswa

Pada penelitian ini perbandingan nilai post test dipergunakan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setiap akhir siklus, digunakan untuk mengetahui perkembangan nilai siswa sebelum dan setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun rumus yang digunakan adalah :

a. Menghitung rata-rata nilai

Untuk menghitung rata-rata nilai secara klasikal digunakan rumus rata-rata nilai (Arikunto, 2007:264)

Keterangan :

(61)

46 N = jumlah siswa

b. Menghitung ketuntasan belajar

Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus :

Keterangan:

Persentase = Tingkat persentase yang dicapai n = Nilai yang diperoleh

N = jumlah seluruh siswa

Dalam menjumlah ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus diatas, maka “n” merupakan simbol dari jumlah siswa yang

mempunyai nilai > 68 dan “N” merupakan simbol dari seluruh siswa peserta tes. Berdasar kurikulum KTSP guru diberi kewenangan untuk menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sendiri sesuai dengan kondisi sekolah.

Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa adalah:

1) Apabila siswa memperoleh nilai kurang dari 68 maka siswa tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). 2) Apabila siswa memperoleh nilai 68 maka siswa tersebut telah

(62)

47

3) Apabila siswa memperoleh nilai lebih dari 68 maka siswa tersebut telah melampaui kriteria ketuntasan kinimal (KKM). c. Menghitung nilai belajar (kognitif) siswa

Nilai belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nurkancana, 1990:99).

Keterangan:

X = Skor yang dicapai SMI = Skor Maksimal Ideal

G. Indikator Kinerja

Sebagai indikator keberhasilan kinerja penelitian penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi bagi siswa kelas VII/A SMP Kartika adalah:

1. Kriteria keberhasilan aktivitas belajar:

a. Siklus I dikatakan berhasil jika persentase siswa yang aktif ≥ 60% b. Siklus II dikatakan berhasil jika persentase siswa yang aktif ≥ 75% 2. Kriteria keberhasilan belajar:

a. Siklus I dikatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas dalam tes akhir siklus I ≥ 60%

(63)

48

BAB IV

GAMBARAN UMUM SMP KARTIKA

A. Lingkungan Sekolah

SMP Kartika Magelang memiliki nama lengkap SMP Kartika XII-1 beralamat di Jalan Rajawali Nomor 23 Panca Arga, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. SMP Kartika berlokasi jauh dari jalan raya sehingga tidak terganggu oleh kebisingan lalu lintas dan mendukung proses belajar mengajar. SMP Kartika berada di dalam kompleks perumahan Akademi Militer dan mempunyai luas lahan sekitar 15 hektar milik Akademi Militer.

B. Identitas Sekolah

SMP Kartika merupakan kelanjutan dari SMP Ahmad Yani merupakan sekolah swasta tertua yang ada di Kabupaten Magelang yang didirikan oleh Gubernur Akademi Militer Magelang Bapak May Jend. Sarwo Edhi Wibowo pada tahun 1971.

C. Visi dan Misi

(64)

49

globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan.

1. Visi

“ DISIPLIN, BERBUDI PEKERTI LUHUR, DAN BERPRESTASI “ Visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah kami untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah.

Indikator :

a. Berdisiplin tinggi;

b. Berbudi pekerti luhur berdasarkan Iman dan Takwa; c. Taat beribadah;

d. Sukses dalam prestasi akademis; e. Sukses dalam kegiatan kesenian; f. Sukses dalam kegiatan olah raga; g. Sukses dalam kegiatan keterampilan; h. Terwujudnya sekolah bersih dan sehat. 2. Misi

a. Meningkatkan kesadaran untuk taat terhadap peraturan tata tertib sekolah yang dibuat bersama oleh warga sekolah didasari sikap budi pekerti yang luhur serta taat beribadah.

(65)

50

c. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat berkomunikasi dengan baik.

d. Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya bangsa.

e. Menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan untuk dapat berprestasi pada bidang olah raga.

f. Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan keterampilan.

g. Menciptakan lingkungan sekolah yang dijiwai azas tujuh K.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kedisiplinan, kepribadian, akhlak mulia, berpengetahuan, kecerdasan serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus sesuai dengan visi dan misi sekolah serta tujuan SMP Kartika pada akhir tahun pelajaran 2011/2012, sekolah mengantarkan siswa didik untuk:

a. Siswa memiliki sikap displin, perilaku yang baik, menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut serta berprestasi.

(66)

51

c. Proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM yang inovatif berpusat pada siswa, serta layanan bimbingan dan konseling berjalan dengan optimal.

d. Memiliki prestasi dalam sains tingkat kabupaten.

e. Memiliki prestasi dalam Lomba Cerdas Cermat tingkat kabupaten. f. Memiliki prestasi dalam bidang seni.

g. Memiliki prestasi dalam bidang olah raga.

E. Keadaan Sekolah

Dalam Proses belajar mengajar SMP Kartika memiliki sarana dan prasarana pendukung antara lain:

1. 1 Ruang Kepala Sekolah 2. 1 Ruang Guru

3. 1 Ruang Pelayanan Administrasi

4. 1 Ruang Waka Kesiswaan,Waka Kurikulum, Ruang Waka Sarpas 5. 15 Ruang Kelas

6. 1 Ruang Praktek Komputer/Multi Media 7. 1 Ruang Lab.IPA

(67)

52 14. 1 Ruang gedung serba guna 15. 1 Ruang Musholla

16. 6 Ruang Toilet

F. Personil Sekolah

Personil sekolah yang mengampu proses pendidikan di SMP Kartika dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.1 Jenis Kelamin Jum

lah

(68)

53

Tabel IV.2 Tenaga Pendidik

No Tingkat Pendidikan

Jumlah dan Status Guru

Jumlah

GT/PNS GTT/Guru Bantu

L P L P

Sumber: Dokumen Sekolah, 2012.

Table IV.3

Latar Belakang Pendidik dan Kesesuaian Tugas Mengajar

No. Guru

(69)

54

G. Kondisi Kelas VII/A

(70)

55

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi Awal

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Mei 2012 dan Siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan pada hari Jumat tanggal 1 Juni 2012. Sebelum mengadakan penelitian, Guru mengadakan observasi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kegiatan pembelajaran di kelas VII/A. Adapun hasil observasi pendahuluan yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Observasi Guru

(71)

56

Siswa yang mengalami kesulitan dalam pengerjaan soal juga menanyakan pada temannya yang dianggap mampu.

Namun demikian, sebagian besar siswa ternyata tidak mengerjakan soal. Mereka lebih asyik mengobrol dengan temannya. Tidak memperhatikan, melamun. Hal ini dikarenakan guru kurang memberikan pemahaman yang cukup kepada siswa sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal. Interaksi guru dengan siswa juga tampak masih sangat terbatas, karena hanya beberapa siswa yang berinteraksi dengan guru sehingga suasana kelas menjadi kaku. Interaksi guru dengan siswa hanya terbatas untuk memberikan penjelasan atau jawaban dari pertanyaan siswa. Selain hanya mengerjakan soal latihan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, guru juga tidak memberikan penghargaan yang tentunya akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Guru juga kadang-kadang menegur siswa yang ramai. Selanjutnya pada akhir pembelajaran, guru menutup pembelajaran mengucapkan salam.

2. Observasi siswa

(72)

57

mengobrol dengan teman sebangkunya, bahkan ada yang tidur atau melamun. Hal tersebut meunjukkan bahwa siswa tidak memiliki hasrat dan kebutuhan akan belajar, karena dalam diri siswa tidak ada dorongan untuk berhasil dan tidak adanya persaingan dalam diri siswa. Guru menduga kondisi seperti ini karena siswa merasa bosan dengan rutinitas mereka yang selalu mengerjakan soal-soal latihan dan tidak adanya kegiatan yang menarik selama proses pembelajaran.

3. Observasi kelas

Secara fisik ruang kelas cukup memadai dan kurang nyaman untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena satu kelas jumlah siswanya 37 orang. Di dalam kelas terdapat satu whiteboard, satu papan pengumuman, satu papan absensi siswa, satu meja dan kursi guru, meja dan kursi, ventilasi yang memadai dan pencahayaan yang cukup. Pada saat itu semua siswa hadir yaitu sebanyak 37 siswa.

(73)

58

Selain itu, guru juga menggunakan metode lain yakni diskusi kecil. Metode diskusi ini dilakukan dengan teman yang duduknya berdekatan. Metode ini tampaknya juga tidak efektif, sebab beberapa siswa cenderung bekerja sendiri secara individu, sebagian besar siswa lain cenderung bersikap acuh tak acuh, asyik berbicara dengan teman-temannya di luar meteri pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, guru menemukan permasalahan pembelajaran, salah satunya adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Namun demikian, tampaknya ketidak pahaman siswa juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini tampak pada kurangnya antusiasme diri siswa dalam mengerjakan soal.

Guru menduga akar permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya:

a. Interaksi guru dan siswa yang kurang terjalin dengan baik.

b. Kebosanan siswa terhadap metode yang dipergunakan guru selama ini yang monoton dan tidak bervariasi.

c. Tidak adanya penghargaan yang diberikan oleh guru kepada siswa atas hasil kerja mereka dan rendahnya kebutuhan siswa akan belajar sehingga akan menghambat proses pembelajaran.

Gambar

Gambar III.1  :   Model Penelitian Tindakan Kelas  ...............................................................
Tabel I.1 Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pra-Perlakuan
Tabel I.2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Pra-Perlakuan
Gambar III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

meniliki nilai eizi yans lebih dnggi yaitu protein lelu irik ll.l% (S.ig dono.. diguald

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan strategi komunikasi komunitas Youth Krew Salatiga dalam mempertahankan eksistensi kelompok.Penelitian ini

Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatera Utara. Sriatun,O

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode