• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi banyak permasalahan.

Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan

permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral

dalam menjawab permasalahan keseharian itu1. Dalam Surani, adanya

perubahan cepat dan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang seperti politik/ketatanegaraan, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak dalam proses pembelajaran. Seiring dengan adanya perubahan yang pesat ini, lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu peserta didik baik secara individual maupun kolektif agar mampu hidup secara produktif ditengah masyarakat dengan berbagai permasalahan atau problema yang dihadapinya. Karena dengan adanya perubahan tadi maka secara otomatis permasalahan atau problema yang ditemui dalam kehidupan juga semakin komplek.2

1 Herman Suherman, et.all., Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer .

(Bandung:UPI,2003), hal 65

2Surani, Efektifitas model Pembelajaran Berbasis masalah Terhadap Kecakapan Matematika

Pada Pokok Bahasan Segiempat Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 21 Semarang Tahun Pelajaran 2006/200.(Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang: Skripsi tidak diterbitkan,2007). hal 1.

(2)

Pendidikan kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi

semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek

pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa

menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian

dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan

pendidikan bertujuan untuk menguasai matapelajaran. Bagaimana keterkaitan

materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat

digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian.

Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan

untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus

seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam

kehidupan sehari-hari yang dihadapi.

Bertolak dari masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah

agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu

kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara

kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat

mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan

seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya.

(3)

memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau

menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.3

Memasuki era globalisasi di abad XXI diperlukan suatu paradigma baru

dalam sistem Pendidikan dunia, dalam rangka mencerdaskan umat manusia dan

memelihara persaudaraan. Pemikiran tersebut telah disadari oleh UNESCO yang

mengintegrasikan empat pilar pembelajaran,4 yaitu program pembelajaran yang

diberikan hendaknya mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga

mau dan mampu belajar (learning know or learning to learn). Bahan belajar yang

dipilih hendaknya mampu memberikan suatu pekerjaan alternatif kepada peserta

didiknya (learning to do), dan mampu memberikan motivasi untuk hidup dalam

era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be).

Pembelajaran tidak cukup hanya diberikan dalam bentuk keterampilan untuk

dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat,

berbangsa dan hidup dalam pergaulan antar bangsa-bangsa dengan semangat

kesamaan dan kesejajaran (learing to live together).5 Pendidikan yang menekankan

pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan yang sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan,

kemandirian, kreatifitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.

Sedangkan implikasi penerapan pendidikan adalah perlunya pengembangan

3 Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html,

diakses 23 Desember 2009.

4 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup(Life Skills Education). (Bandung: Alfabeta,2004),

hal.5

5 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan

(4)

silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang

ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill.6

Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses pembelajaran menuntut adanya

pengalaman belajar yang berupa kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup

merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi problema

kehidupan dengan tanpa merasa tertekan dan secara aktif dan kreatif mencari

solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecakapan hidup secara garis

besar dibagi menjadi 2 yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum (general life

skill / GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (spesific life skill / SLS).

GLS merupakan kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, sedangkan SLS

merupakan kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema

pada bidang khusus. SLS ini sering juga disebut sebagai kompetensi teknis. Dalam

kehidupan nyata antara GLS dan SLS tidak berungsi secara terpisah, namun

melebur menjadi satu tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental,

emosional dan intelektual.7

Departemen Pendidikan Nasional (2002) mengemukakan life skill yang

dimaksud meliputi general skills dan specific skill. General skill terdiri dari 1) self

awareness (kesadaran diri) yang terdiri dari: a) penghayatan diri sebagai makhluk

6 Departemen Pendidikan Nasional.2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian Kurikulum 2004.

7 Senam, et.all,.Efektifitas Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMA Kelas XI dengan

(5)

Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga Negara, dan b) menyadari

dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. 2) thinking skill

(keterampilan berfikir), yang meliputi: a) kecakapan menggali dan menemukan

informasi, b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, dan c)

kecakapan memecahkan masalah. 3) social skills (keterampilan sosial), meliputi:

a) kecakapan berkomunikasi dengan empati, dan b) kecakapan bekerjasama.

Sedangkan spesific skills terdiri dari: 1) academic skills (keterampilan akademik),

meliputi: a) kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antar

variabel tersebut, b) kecakapan merumuskan hipotesis, dan c) kecakapan

merancang dan melaksanakan penelitian. 2) vocational skill (keterampilan

kejuruan) merupakan kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu.8

Tekanan jenis-jenis life skill ini berbeda pada jenjang yang berbeda. Untuk SD dan

SMP life skill yang dikembangkan lebih menekankan pada general skill sedangkan

pada SMA tekanannya pada academic skills .9 Life skills atau kecakapan hidup ini

harus dimunculkan dalam setiap kegiatan di sekolah. Adapun tujuan dari

pengembangan kecakapan hidup siswa ini adalah sebagai berikut: 1)

mengaktualisasi potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problema yang dihadapi. 2) memberikan wawasan yang luas dalam

mengembangkan karier memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai

8 Irma Yulia Basri. Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Kompetensi Mahasiswa melalui

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill.(Jurnal Kajian Teori dan Praktik Pendidikan.Universitas Negeri Padang Sumatera Barat. Jurnal Tahun ke-34 Nomor 2 Tidak Diterbitkan, 2007).hal 153

(6)

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3) memberikan kesempatan kepada

sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip

pendidikan berbasis luas. 4) pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah,

dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,

sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 5) mengembangkan potensi

manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.10

Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi

peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema

hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat,

maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor

ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan,

yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.11

Pembelajaran matematika oleh sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas tertinggi adalah guru. Penekanan yang berlebihan pada isi dan materi

10 Malik Fajar, Pendidikan Life Skill. Dalam

http://ahmadasen.wordpress.com/2002/01/26/pendidikan-life-skill/. Diakses 27 Oktober 2009

11 Dalam http://bbawor.blogspot.com/2009/02/peran-guru-dalam-membangun-life-skill.html,

(7)

diajarkan secara terpisah-pisah. Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi. Dan, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Hal ini berakibat, prestasi belajar matematika siswa rendah. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi kelulusan sebagian besar siswa. Selain itu, pengetahuan yang diterima siswa secara pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa.12

“Toho Cholik Mutahir menyatakan bahwa saat ini pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik”.

Paradigma mengajar seperti di atas tidak dapat lagi dipertahankan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sudah saatnya paradigma mengajar diganti dengan paradigma belajar. Paradigma belajar ini sejalan dengan teori konstruktivisme. Untuk itu guru haruslah aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Kreatif maksudnya adalah guru mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dalam penyampaian materi pelajaran matematika. Salah satu media

(8)

pembelajaran yang dapat digunakan adalah lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi matematika. LKS matematika mengandung ringkasan materi, petunjuk eksperimen, dan latihan soal. Dengan bantuan LKS itu, siswa dapat belajar secara mandiri mengenai materi matematika yang harus mereka kuasai. Proses belajar dengan LKS dapat dilakukan baik disekolah maupun dirumah.13

Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dapat mengubah pola

pembelajaran yaitu dari pola pengajaran dari teacher centered menjadi pola

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pola pengajaran

berpusat pada guru terjadi interaksi satu arah, sehingga guru menerangkan,

mendikte, sedangkan siswa mendengarkan, mencatat, dan mematuhi semua

perintah guru. Sebaliknya pola pembelajaran yang berpusat pada siswa akan

terjadi interaksi antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Selain itu penggunaan

LKS memudahkan dalam mengarahkan siswa untuk menemukan konsep sendiri,

serta dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan proses. Dengan

ketrampilan proses, pembelajar akan terbiasa menyelesaikan permasalahan yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.14

(9)

Model pembelajaran berbasis life skill ini diharapkan akan membantu atau

mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika, disamping itu

diharapkan juga mampu meningkatkan prestasi siswa dan juga mampu

meningkatkan kecakapan-kecakapan matematika seperti yang diharapkan dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu karakteristik

matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini

menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.15 Rendahnya

kemampuan matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami

masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu,

belajar matematika siswa belum bermakna. Kenyataan ini masih belum sesuai

dengan apa yang diinginkan dalam Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yaitu agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh dimana dengan kecakapan tersebut diharapkan siswa terbiasa bekerjasama dengan orang lain, mendengarkan dengan aktif, berani bertanya, menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat dan kreatif dalam memecahkan masalah. Dan yang tidak kalah penting guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), dan memotivasi siswa.16 Dengan

15 Sudharta, IGP. 2004. Realistic Mathematics: Apa dan Bagaimana?

http://www.depdiknas.co.id/editorial:jurnal_pendidikan_indonesia. Diakses Februari 2007

(10)

pembelajaran berbasis life skill diharapkan akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, serta membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Materi segitiga adalah termasuk materi yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung, itu terbukti dengan rata-rata hasil belajar untuk tahun-tahun sebelumnya belum menunjukan ketuntasan. Sehingga penelitian yang akan dilakukan diberi judul: : “Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis

Life Skill

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian terdiri dari:

a. Identifikasi Masalah

(11)

Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan menggunakan LKS

matematika berbasis life skill.

a. Proses belajar

b. Pembelajaran matematika

c. Pembelajaran matematika dengan LKS

d. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill

e. Pembelajaran matematika dengan LKS berbasis life skill.

f. Materi segitiga b. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas maka penulis memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

Efektifitas Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan

Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill.

c. Rumusan Masalah

Rumusan penelitian adalah sebagai berikut:

Apakah Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan Segitiga

dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill lebih efektif daripada

Pembelajaran Matematika yang Konvensional?

C. Tujuan Penelitian

(12)

Mengetahui keefektifan Pembelajaran Matematika siswa kelas VII Pokok Bahasan

Segitiga dengan menggunakan LKS matematika berbasis life skill dibandingkan

yang konvensional.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki harapan besar terhadap hasil

penelitian sehingga hasil penelitian ini memiliki kegunaan bagi diri pribadi

penulis dan orang lain, yaitu:

1. Kepentingan teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah, memperkuat dan melengkapi teori-teori

pembelajaran matematika, atau dapat sebagai acuan dalam pengembangan

teori-teori penelitian selanjutnya.

2. Kepentingan praktis

3. Bagi sekolah

Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar

mengajar

1 2. Bagi guru

a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa selama proses pembelajaran di kelas secara

efektif dan efisien.

b. Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan

(13)

c. Mempermudah guru melaksanakan pembelajaran.

2 3. Bagi siswa

a. Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika yang dipelajari.

b. Siswa dapat membangun kemampuannya sendiri.

c. Pelaksanaan pembelajaran dengan LKS berbasis life skill diharapkan

meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran

matematika.

1 4. Bagi peneliti

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan

pembelajaran dengan LKS berbasis life skill.

b. Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya

(14)

pemecahan masalah matematika siswa ketika diterapkan pembelajaran

dengan LKS berbasis life skill

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan

pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi yang penulis

ajukan, maka perlu ditegaskan istilah-istilah sebagai berikut:

1. Penegasan konseptual

1. Keefektifan

Menurut Poerwadarminta, efektif artinya pengaruh/akibat.17 Jadi

keefektifan adalah suatu usaha/tindakan yang membawa keberhasilan.18

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan

tentang usaha/tindakan menerapkan Pembelajaran Matematika dengan LKS

berbasis life skill apakah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional pada hasil kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas VII MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.19

3. LKS

17Poerwadarminto,WJS.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia .Jakarta:Pusat Bahasa. Hal 285 18 Departemen Pendidikan Nasional.2002.Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta:Balai Pustaka.Hal 284.

19 Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

(15)

mempermudah dan meningkatkan pemahaman dalam materi matematika.

4. Life Skill

Team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill

adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau

menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif

sehingga dapat menyelesaikannya. Kecakapan hidup (life skill) merupakan

kecakapan untuk menyelesaikan masalah secara inovatif dengan

menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari.20

2. Penegasan operasional

Efektifitas pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS

matematika berbasis life skill yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keberhasilan siswa dalam penguasaan ketrampilan atau pengetahuan setelah

mengikuti pembelajaran matematika yang diajarkan guru dengan

menggunakan LKS yang dikuantitatifkan kedalam skor yang diperoleh,

dengan criteria semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi

tingkat intensitas keefektifitasan media pembelajaran terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Dalam penelitian ini ada variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebasnya adalah Pembelajaran Matematika dengan

menggunakan media lembar kerja siswa (LKS) matematika berbasis life skill.

20 Judin Azhari, 2006. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. STAI Diponegoro

(16)

di ukur dengan tes setelah pembelajaran

F. Sistematika Skripsi

Pengorganisasian skripsi ini dikemukakan dalam tiga bagian yang penting yaitu, bagian preliminer, bagian isi dan bagian penutup.

Bagian preliminer memuat hal-hal yang bersifat formal meliputi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, persembahan, motto, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian isi memuat lima bab yang berkaitan antar bab satu dengan bab lainnya.

Bab I Pendahuluan memuat pembahasan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori memuat pembahasan tentang hakikat matematika, pengertian belajar, pengertian pembelajaran, pembelajaran matematika dengan LKS, life skill, materi segitiga, hipotesis, dan kerangka berfikir.

(17)

instrument penelitian, dan metode analisis data.

Bab IV Laporan Hasil Penelitian, memuat pembahasan tentang deskripsi singkat latar belakang obyek, penyajian data penelitian, pengolahan dan analisis data.

Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Klaim berdasarkan Nine Dash Line inilah yang kemudian digunakan oleh Republik Rakyat China untuk masuk ke wilayah Zona Ekonomi Ekslusif negara-negara tetangganya

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

2 (a) Haji merupakan rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh umat Islam sekali seumur hidup. (i) Nyatakan dua

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

Masalah yang krusial untuk stabilisasi sektor keuangan terutama perbankan adalah meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko kredit, risiko pasar maupun risiko operasional

kapal selam, dan yang terakhir sistem arah kemudi yang berarti dapat. mengendalikan kapal untuk melakukan perubahan arah sesuai

[r]

The present study examines a novel entitled Things Fall Apart written by