• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP)PADA SISWA SMA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP)PADA SISWA SMA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM."

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP) PADA SISWA

KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Romadlona Komarudin NIM 11104244024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Bersikap baiklah selalu, karena semua orang yang kau temui punya masalah berat mereka sendiri-sendiri. (Plato)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas akhir skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak, Ibu, dan Adikku.

(7)

vii

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP) PADA SISWA SMA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM

Oleh

Romadlona Komarudin NIM 11104244024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem dengan menggunakan buzz-group.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem. Kegiatan buzz-group dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Kegiatan yang dilakukan adalah menyelesaikan masalah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala keterampilan kepemimpinan, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah apabila 24 (75%) siswa memiliki keterampilan kepemimpinan sedang atau diatas 112,5 pada seluruh aspek keterampilan kepemimpinan. Prosedur pelaksanaannya yaitu: (1) Pemilihan pemimpin diskusi, (2) Pembentukan kelompok kecil, (3) Pemilihan ketua kelompok kecil dan sekretaris kelompok, (4) Pembahasan permasalahan disetiap kelompok kecil, (5) Pembahasan di kelompok besar.

Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata skala keterampilan kepemimpinan siswa pada Pratindakan sebesar 100, dan setelah tindakan meningkat menjadi 126,5. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil observasi dan wawancara yang menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih berminat menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengarahkan, memiliki kepercayaan, berfikir strategis, dan kestabilan emosi setelah mengikuti tindakan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Melalui Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) Pada Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem” dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Prodi BK UNY

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan

persetujuan untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Eva Imania Eliasa, M. Pd. dan Bapak Nanang Erma Gunawan, M. Ed.

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi pada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak, Ibu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalaman.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pakem yang telah memberikan izin untuk

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang keterampilan kepemimpinan ... 17

1. Pengertian Kepemimpinan ... 17

2. Keterampilan Kepemimpinan ... 18

3. Efektivitas Kepemimpinan ... 20

4. Strategi-strategi meningkatkan keterampilan kepemimpinan ... 21

B. Kajian tentang Remaja ... 22

1. Pengertian Remaja ... 22

(11)

xi

3. Kepemimpinan Remaja ... 23

C. Kajian tentang Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 25

1. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 25

2. Aplikasi Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 26

3. Langkah-langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 27

4. Siapa yang bisa memakai Diskusi Kelompok Kecil (buzz group) ... 30

5. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 31

6. Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil ... 32

7. Diskusi Kelompok Kecil untuk Kepemimpinan ... 35

D. Buzz-Group dapat Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 1 Pakem ... 35

E. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Rencana Tindakan ... 43

C. Skenario Siklus ... 44

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

E. Subjek Penelitian ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 47

1. Skala ... 47

2. Observasi ... 47

3. Wawancara ... 48

G. Instrumen Penelitian ... 49

1. Skala Keterampilan Kepemimpinan ... 49

2. Pedoman Observasi ... 51

3. Pedoman Wawancara ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 53

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

(12)

xii

2. Deskripsi Waktu Penelitian ... 55

3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 55

4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Skala Keterampilan Kepemimpinan... 49

Tabel 2. Pedoman Observasi Keterampilan Kepemimpinan... 51

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa... 52

Tabel 4. Pedoman Wawancara Guru... 53

Tabel 5. Kriteria Kategorisasi Skor... 54

Tabel 6. Hasil skor pre-test pratindakan... 57

Tabel 7. Daftar kelompok siklus I... 62

Tabel 8. Prosentase Hasil Observasi Siklus I... 70

Tabel 9. Pengelompokan Siklus II... 76

Tabel 10. Perbandingan Hasil Observasi Siklus II... 82

Tabel 11. Prosentase Hasil Post-test... 92

Tabel 12. Hasil pre-test dan post-test... 93

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berfikir... 39 Gambar 2. Model Kemmis dan Mc Taggart... 42 Gambar 3. Hasil Pre-test skala keterampilan kepemimpinan... 58 Gambar 4. Hasil Pre-test dan Post-test skala keterampilan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Skala Keterampilan Kepemimpinan... 120

Lampiran 2. Hasil Pre-test... 123

Lampiran 3. Hasil Post-test... 125

Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 127

Lampiran 5. Hasil Uji Beda... 128

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Siklus I... 130

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Siklus II... 133

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Siklus III... 136

Lampiran 9. Hasil Observasi Pratindakan... 139

Lampiran 10. Hasil Observasi Siklus I... 151

Lampiran 11. Hasil Observasi Siklus II... 163

Lampiran 12. Hasil Observasi Siklus III... 175

Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru BK... 187

Lampiran 14. Hasil Wawancara Siswa... 188

Lampiran 15. Hasil Validitas... 200

Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan... 202

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan cara, teknik atau gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerjasama mencapai tujuan yang ditentukan (Harbani, 2013:5). Pemimpin berarti harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengikut atau bawahannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk mengayomi dan membimbing bawahannya selama proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oeh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau orang yang dipimpinnya. Menurut Euis Soliha dan Hersugondo (2008:85) fungsi kunci seorang pemimpin sendiri yaitu membangun visi organisasi dan mengkomunikasikan kepada bawahan.

(17)

2

dikerjakan. Senada dengan Veithzal, James M.K dan Barry Z.P (2008: 10) mengatakan bahwa sebuah kelompok tidak dapat mencapai kinerja terbaik dalam keadaan terisolasi. Hal penting yang perlu diterapkan dalam sebuah kelompok adalah kebersamaan dan kerjasama. Salah satu faktor untuk mencapai kesuksesan dalam jabatan tertinggi suatu organisasi adalah relasi dengan bawahan. Hal ini berati pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik terhadap bawahan memiliki kemungkinan sukses yang lebih besar. Tujuan yang telah ditetapkan harus mampu dipegang teguh oleh seorang pemimpin tanpa melupakan keadaan anggotanya. Menurut Ordway Tead (Kartini Kartono, 2006: 47) seorang pemimpin yang baik akan mampu untuk dekat dan berbaur dengan anggota namun tetap dihormati juga dihargai. Namun pada saat ini banyak pemimpin yang melupakan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada beberapa pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan otoriter, hal ini memang tidak selamanya buruk. Namun ketika pemimpin hanya mendengarkan dan membenarkan pendapat sendiri itulah yang menjadi kesalahan dari seorang pemimpin.

(18)

3

diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin di dalam organisasi mempunyai peranan dalam setiap tujuan dan harapan dalam mengatur perilaku anggotanya.

Dari penelitian Rosemary Maellaro (2013: 234) mengungkapkan mengenai tugas-tugas yang ada dalam teori Kalb, salah satu keberhasilan yang dapat dicapai dari teori tersebut adalah membangun sebuah jembatan antara pelajaran sederhana mengenai kepemimpinan dengan memasukkan ilmu kepemimpinan dalam praktik dasar teori pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa siswa dapat menggunakan apa yang mereka pelajari guna mempraktikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat praktik kepemimpinan yang efektif. Mereka dapat menghubungkan mengenai yang telah mereka pelajari disekolah guna menggunakan dan mempraktikan pengetahuan tersebut di tempat kerja.

(19)

4

didasarkan pada nilai-nilai, perspektif, dan kompetisi dalam mengatasi masalah. Ada beberapa contoh kepemimpinan positif yang ada di sekolah seperti seorang ketua OSIS, ketua ekstrakurikuler, dan ketua kelas. Contoh kepemimpinan negatif yang ada di sekolah seperti seorang ketua gank. Saat ini sudah banyak sekolah yang mengembangkan sifat kepemimpinan muridnya sejak dini dengan berbagai cara seperti SMA Negeri 1 Pakem.

Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pakem, berdasarkan pengamatan ketika penulis melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) disana, salah satu program untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri setiap siswanya adalah setiap bulan diadakan pergantian pengurus kelas. Adanya pergantian kelas ini sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2012/2013. Siswa yang sudah menjadi pengurus inti pada bulan itu tidak boleh kembali menjadi pengurus inti pada bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan dengan guru BK, hal ini bertujuan melatih semua siswa untuk mampu memimpin dan dipimpin juga untuk memahamkan siswa tentang kepemimpinan. Siswa harus mampu untuk memimpin teman-teman di kelasnya dan bertanggung jawab akan tugas dan kewajiban sebagai pengurus kelas. Namun di lain waktu nanti siswa juga harus mampu menjadi seorang yang dipimpin oleh orang lain. Ini membantu siswa untuk menghargai dan menghormati siapapun pemimpin yang memimpinnya (Wawancara, tanggal 27 Maret 2015).

(20)

5

dengan materi kepemimpinan di dalam kelas dengan metode ceramah. Menurut guru BK kegiatan ini kurang maksimal karena guru BK di sekolah hanya satu orang sehingga bimbingan klasikal rutin menjadi sulit dilakukan. Maka dari itu sekolah membuat peraturan dimana mewajibkan siswa di SMA Negeri 1 Pakem untuk melakukan pergantian kepengurusan kelas setiap sebulan sekali. Kebijakan ini diharapkan secara tidak langsung siswa dapat belajar bagaimana berorganisasi dan bagaimana menjadi seorang pemimpin kelas. Setiap pergantian kepengurusan setiap bulannya akan ada penilaian mana kelas yang berprestasi dan mana kelas yang kurang berprestasi. Semua itu dilihat dari laporan setiap kelas, dan mekanisme kelas selama sebulan. Memang tidak ada hadiah tapi ini dapat menjadi motivasi kelas mana yang paling berprestasi diantara kelas yang lainnya. Pada dasarkan diadakannya kegiatan itu untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa secara menyeluruh agar pada saat siswa keluar dari konteks kelas, siswa mampu lebih mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dia telah pelajari saat menjadi ketua kelas maupun pengurus inti kelas.

(21)

6

dan dicari pertama kali pastilah ketua kelas. Apalagi jika kelas yang dipimpin oleh seorang ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam tugas yang baru di jalaninya, kelas yang harusnya dia tingkatkan akan mengalami penurunan dalam hal kekompakan dan keyakinan terhadap ketua kelas karena kurangnya tanggung jawab dari seorang pemimpin kelas. Kesimpulan dari pendapat YK bahwa beberapa ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya seperti kurang bisa menjaga kekompakan kelas. Sehingga masih memiliki kekurangan dalam keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok itu dilihat dari sifaf kepemimpinan Veithzal (Wawancara, tanggal 25 Maret 2015).

(22)

7

(MPK) yang dicalonkan yang belum pernah menjadi pengurus kelas. Dari pendapat yang diungkapkan FA hasil kinerja kepengurusan kelas yang dicapai kurang efektif karena pergantian pengurus kelas terlalu cepat. Selain itu beberapa ketua kelas kurang mampu menggerakkan pengurus dalam melaksanakan tugas. Hal itu berdampak kepengurusan yang kurang terorganisir. Jika dilihat dari sifat kepemimpinan Veithzal, pemimpin kelas masih kurang dalam hal perencanaan, pengorganisasian, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok (Wawancara, 31 Maret 2015).

(23)

8

lebih siap jika suatu saat menjadi seorang pemimpin di luar kelas maupun sekolah. Akan tetapi pergantian pengurus yang terlalu cepat menyebabkan belum terlihatnya kelebihan siswa dalam memimpin kelas (wawancara, 25 Maret 2015).

(24)

9

Observasi dilakukan dengan masuk di kelas yang sedang melakukan diskusi kelompok dan pemimpin diskusi kelompok yaitu guru mata pelajaran. Setiap kelompok terdiri dari 10-11 siswa dan ada 3 kelompok diskusi. Dari hasil observasi jalannya diskusi kurang efektif karena siswa yang mengutarakan pendapat sedikit dan banyak siswa yang melakukan aktifitas lain masih banyak dijumpai disetiap kelompok. Setiap siswa tidak tahu peran yang harus dilakukan. Saat diminta mengutarakan hasil dari diskusi masih saling lempar siapa yang mengutarakannya di depan kelas.

(25)

10

(2007:22) buzz group sebagai suatu kelompok aktif yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan ide siswa pada materi pelajaran. Slameto (2001: 2001) melihat kelebihan metode buzz group sendiri yaitu: mendorong siswa yang malu-malu agar dapat bertukar pendapat, menciptakan suasana yang menyenangkan, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, menghemat waktu, memupuk kepemimpinan, memungkinkan pengumpulan pendapat, dapat dipakai bersama metode lain, dan memberi variasi.

(26)

11

(27)

5-12

15 menit. Setelah selesai membahas lalu kelompok-kelompok kecil tersebut kembali bergabung dan masing-masing perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi dari kelompok kecil. Selama proses pemaparan hasil diskusi ketua meminta salah satu siswa untuk mencatat hasil diskusi yang kemudian akan dipakai sebagai bahan evaluasi kegiatan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, karena tema yang akan diambil meliputi kepemimpinan, penerepan kepemipinan di sekolah, serta masalah yang terjadi selama ini. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menemukan solusi untuk permasalahan yang ada dan dapat berbagi pengetahuan mengenai kepemimpinan yang akan bermanfaat ketika mereka kembali menjadi pemimpin di kelas maupun organisasi yang diikuti.

Efektifitas Buzz Group ditinjau dari penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Sutartini “Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa dan Prestasi Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Kelas XI MAN II Yogyakarta 2009/2010”

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi tipe Buzz Group dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar biologi siswa sebanyak dua siklus. Selain itu Devi Rohmawati “Peningkatan Kecerdasan Emosi Melalui Diskusi Kelompok (Buzz Group) pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 BERBAH” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi kelompok

(28)

13

siklusnya, yaitu skor pre-test adalah 96, pro-test I adalah 114, dan pro-test II adalah 136.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dimiliki seseorang, khususnya untuk siswa SMA Negeri 1 Pakem agar memiliki keterampilan kepemimpinan yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin. Hal ini diperlukan mengingat adanya program sekolah tentang pergantian pengurus kelas setiap bulan dan mewajibkan setiap siswa untk pernah menjadi pengurus inti di kelas.

Keterampilan kepemimpinan ini termasuk bagian dari bidang layanan Bimbingan dan Konseling yaitu pada bidang pribadi-sosial khususnya berkaitan dengan keterampilan siswa menjadi pemimpin bagi dirinya dan terpimpin dalam kelompok sosialnya. Beberapa aspek tersebut penting untuk dikembangkan sehingga diperlukan peran serta berbagai pihak, khususnya guru bimbingan dan konseling yang memiliki tugas mengembangkan potensi dan kemampuan siswa. Pembahasan terkait keterampilan kepemimpinan disini dalam penelitian ini berfokus pada kepemimpinan pada diri remaja dalam menjalankan organisasi kelas khususnya siswa di SMA Negeri 1 Pakem. B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas ditemui jika:

(29)

14

2. Beberapa pemimpin kurang dapat memimpin dengan baik.

3. Upaya dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa belum maksimal.

4. Belum dilakukannya diskusi kelompok (Buzz Group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan di SMA Negeri 1 Pakem.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada masalah penggunaan metode diskusi kelompok kecil (buzz group) untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa SMA Negeri 1 Pakem.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui metode diskusi kelompok kecil (buzz group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan melalui buzz group pada siswa SMA Negeri 1 Pakem.

F. Manfaat Penelitian

(30)

15 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan dalam bidang bimbingan, khususnya metode pelatihan keterampilan kepemimpinan. Kajian ilmu ini dapat dikembangkan untuk penelitian-penelitian lanjutan dengan topic yang sama maupun berbeda dalam bidang bimbingan melalui buzz group untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Konselor Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada guru BK dalam memilih metode bimbingan dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan pada siswa SMA Negeri 1 Pakem.

b. Bagi Siswa

Sebagai salah satu uapaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bekal siswa untuk terjun dalam keorganisasian, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat arti yang luas.

c. Bagi Sekolah

(31)

16 d. Bagi Peneliti Selanjutnya

(32)

17 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang keterampilan kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan

Kata-kata “pemimpin” mengandung beberapa arti, yang erat kaitannya dengan pengertian memelopori berjalan dimuka, menuntun, membimbing, mendorong, mengambil langkah/prakasa pertama, bergerak lebih awal, berbuat lebih dahulu memberi contoh, menggerakkan orang lain melalui pengaruh-pengaruh dan sebagainya. Dalam Bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,

pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Kepemimpinan diartikan sebagai berfungsinya pemimpin, bawahan, kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu tujuan (Kartini, 2011:57). Dapat dikatakan pula bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi dengan petuntuk atau perintak agar orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif.

(33)

18

Kepemimpinan merupakan sesuatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam factor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi, 2000: 47). Maka seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dinamis untuk memotivasi dan mengoordinasikan anggota dalam situasi apapun dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Dari berbagai sumber diatas dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain untuk menciptakan perubahan dengan kemampuan komunikasi yang sudah melekat dari seorang pemimpin melalui kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan sejak awal. Seorang remaja akan memainkan peran sebagai pemimpin bergantung pada kelompok yang mereka ikuti dibandingkan dengan sifat yang dia miliki. Selama seorang remaja dapat memenuhi kebutuhan kelompok, mereka akan diterima sebagai seorang pemimpin, sebaliknya jika seorang remaja tidak mampu atau tidak mau memenuhi kebutuhan kelompok, maka akan dipaksa untuk melepaskan peran kepemimpinannya.

2. Keterampilan Kepemimpinan

(34)

19

yang sedang dipimpinnya. Artinya memimpin tanpa konsep, kurang memperhatikan tingkat kesiapan, kemampuan, kematangan anggota yang dipimpinnya, memberi intruksi tanpa petujuk dan arahan yang jelas dan kurang berkomunikasi secara intensif.

(35)

20

mengajar, membagi pengetahuan untuk tujuan bersama, dan keterampilan sosial (kecakapan teknis atau kecakapan managerial).

Beberapa karakter kepemimpinan yang telah disebutkan bertujuan untuk memberikan gambaran beberapa keterampilan kepemimpinan secara efektif. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melakukan kepemimpinan yang efektif, yaitu: adanya minat untuk menjadi pemimpin, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengarahkan orang lain, memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta dipercaya orang lain, memiliki kemampuan untuk berfikir strategis dalam proses pengambilan keputusan, dan memiliki kestabilan emosi.

3. Efektivitas Kepemimpinan

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktifitas dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktifitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin yang berhasil, Kartini Kartono (2005: 228).

(36)

21

Unsur kepemimpinan yang efektif menurut Hadari Nawawi (2004:15) yaitu: adanya seorang pemimpin, adanya orang yang dipimpin, adanya kegiatan yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya, adanaya tujuan yang akan dicapai, dan berlangsung berupa proses kelompok atau organisasi.

Jadi efektivitas pemimpin itu dilihat dari bagaimana pemimpin dapat melaksanakan tugas-tugas secara efektif, selain itu juga dilihat dari kontribusi dan kualitas kerjasama kelompok dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan secara menyeluruh.

4. Strategi-strategi meningkatkan keterampilan kepemimpinan

(37)

22

bisa memperlihatkan kepemimpinannya jika tidak ada wadah yang memberinya pengalaman untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Kajian Tentang Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, antara lain : (a) puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa ingris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti

kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata, pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pda daerah kemaluan (genitan), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Jadi remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya pertumbuhan aspek fisik, psikis dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini bekisar antara usia 12/13-20 tahun (Agoes Dariyo, 2004: 13). 2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1980 : 87) a) Mampu menerima keadaan fisiknya.

b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

(38)

23

f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Agoes Dariyo, 2004: 78)

a) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis.

b) Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun perempuan. c) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya.

d) Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung

jawab.

e) Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. 3. Kepemimpinan Remaja

(39)

24

ditanamkan dengan kepemimpinan pancasila. Kepemimpinan pancasila merupakan produk asli bangsa indonesia yang memiliki kaitan dengan sejarah perjuangan bangsa. Kepemimpinan yang unggul dicetak berdasarkan proses panjang dalam sebuah organisasi. Menurut Gusti Ngurah A. A. M & Ratna Artha W (2013:1) Organisasi mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga orang yang berada dalam organisasi memiliki sikap, pandangan, maupun pemikiran untuk mencapai tujuan organisasi yang tertuang dalam visi dan misi organisasi. Pada kehudipan masyarakat sendiri ada yang namanya organisasi pemuda yang lebih dikenal dengan Karang Taruna disana remaja dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinanya. Selain itu, dapat dengan organisasi remaja disekolah dengan berbagai wadah yang berbeda-beda. Remaja akan lebih dapat mengembangkan dan mengasah keterampilan kepemimpinannya untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.

(40)

25

C. Kajian tentang Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) 1. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group)

Diskusi kelompok merupakan percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan yang terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dapat tercapai Tatiek Romlah (2006:28). Dengan kata lain diskusi kelompok ialah percakapan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang jelas dan terencana.

Buzz group yaitu suatu kelompok besar dibagi menjadi dua sampai

delapan kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar (Roestiyah, 2001: 9). Maka buzz group yaitu kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pembahasan yang sudah ditentukan yang pada akhir pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar.

Teknik kelompok buzz-group digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang didalamnya mengandung bagian-bagian khusus masalah itu (Sudjana, 2001:122). Dapat dikatakan buzz group merupakan kegiatan yang masuk kedalam jam belajar yang

memiliki tujuan khusus untuk memecahan masalah.

(41)

26

kelompok siswa dan dari suatu kelompok besar dibagi menjadi tiga orang atau lebih untuk melakukan pembahasan dengan tujuan yang jelas dan terencana, dengan seorang pemimpin dan di akhir diskusi pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar.

2. Aplikasi Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)

Yulianda, Dwi P. (2012:2) menyatakan bahwa metode diskusi jenis buzz group diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong

siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama dan mengambil satu alterntaif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group) sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti dari mahasiswa UIN yang bernama Sutartini “Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa dan Prestasi Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Kelas XI MAN II Yogyakarta 2009/2010” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

(42)

27

referensi meningkat 41,6%, membaca selain buku referensi meningkat 66,7%, mengamati meningkat 54,1%, mendengarkan meningkat 45,8%, menerima pendapat teman satu kelompok meningkat 25,0%, menjawab pertanyaan guru meningkat 33,3%, menjawab pertanyaan satu kelompok meningkat 50,0%, bertanya pada guru meningkat 33,3%, bertanya pada teman satu kelompok meningkat 41,6%, presentasi meningkat 12,5%, menanggapi guru meningkat 29,2%, menanggapi teman satu kelompok meningkat 20,8%, dan menanggapi pendapat teman beda kelompok meningkat 33,3%. Peningkatan prestasi belajar diperoleh effect size sebesar 1,41.

Selain itu ada juga dari Devi Rohmawati dengan judul penelitian “

Peningkatan Kecerdasan Emosi Melalui Diskusi Kelompok (Buzz Group) pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 BERBAH” dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa diskusi kelompok (buzz group) dapat meningkatkan kecerdasan emosi, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya skor rata-rata kecerdasan emosi siswa pada tiap siklusnya, yaitu skor pre-test adalah 96, pro-test I adalah 114, dan post test II adalah 136. Siswa yang memiliki kategori tinggi sebelum tindakan ada 2 (6%), setelah siklus I meningkat sebanyak 11 (34%) siswa, dan meningkat kembali pada siklus II dengan jumlah 29 (91%) siswa.

3. Langkah-langkah diskusi kelompok

(43)

28

a) Guru memberi pengarahan pada siswa terkait dengan masalah yang

akan didiskusikan beserta cara pemecahannya dengan jelas agar dapat dipahami siswa. Masalah tersebut juga dapat ditentukan bersama antara guru dan siswa.

b) Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, penulis, dan pelapor), mengatur pOSISi duduk, ruangan, dan sarana prasarana.

c) Ketika tiap-tiap kelompok berdiskusi, guru berkeliling dari satu

kelompok ke kelompok lain (jika lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban, memberi dorongan dan bantuan agar anggota kelompok dapat aktif berdikusi.

d) Setelah selesai diskusi, tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam kelompok besar ( kelompok kelas) dan siswa dari kelompok lain dapat memberikan tanggapan. Guru memberikan penjelasan terkait laporan tersebut. Siswa mencatat hasil diskusi dan hasil laporan dikumpulkan pada guru.

Menurut Sudjana (2005: 123) langkah-langkah penggunaan teknik kelompok buzz group, yaitu:

a) Pendidik, bersama peserta didik, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar.

(44)

29

dalam setiap kelompok kecil sesuai dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas.

c) Pendidik membagikan bagian-bagian masalah kepada masin-masing kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah. d) Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus

dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan pelaor, dan lain sebagainya.

e) Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian

masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran untuk pemecahannya.

f) Apabila waktu yang ditentukan telas selesai, pendidik mengundang kelompok, kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporan kepada kelompok besar.

g) Pendidik atau seorang peserta didik ditunjuk,mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu. h) Pendidik dapat menugasakan salah seorang atau beberapa orang

(45)

30

i) Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kembali kegiatan

lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil, dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya

4. Siapa yang bisa memakai Diskusi Kelompok Kecil (buzz group)

(46)

31

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. J. J. Hasibun (2000: 64).

5. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok Kecil (buzz group)

Tujuan penggunaan diskusi kelompok menurur Roestiyah (2012:6), yaitu:

a) Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki sebagai sarana untuk memecahkan masalah, saat proses diskusi kelompok akan banyak ditemukan perbedaan pendapat antar siswa, dari situlah siswa akan belajar berfikir logis untuk menentukan pendapat mana yang mendekati kebenaran.

b) Melatuh siswa untuk lebih demokratis dengan menyampaikan

pendapatnya sendiri secara lisan.

c) Membantu siswa belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk

memecahkan masalah.

Berdasarkan dari pendapat Roestiyah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diskusi kelompok adalah untuk melatih siswa agar dapatberfikir logis dalam menyampaikan pendapat sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikinya.

(47)

32

suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan keterampilan untuk memparafrase; (g) belajar mandiri; dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai. Jadi tujuan dari diskusi kelompok diatas adalah metode diskusi kelompok dapat membantu mengembangkan berbagai keterampilan, dari keterampilan memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapat, menarik kesimpulan, mandiri, menganalisis, dan menilai.

6. Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Kelompok (Buzz Group)

Kelebihan diskusi kelompok (buzz group) Sudjana (2005:124), yaitu:

a) Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar seolah-olah dipaksa untuk berbicara dalam kelompok kecil.

b) Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain dan mungkin akan menyenangkan.

c) Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat.

d) Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi.

Adapun kelemahan dalam diskusi buzz group yaitu :

(48)

33

b) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat

negatif.

c) Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal. d) Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah

e) Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik

Selain itu pendapat dari J. J. Hasibuan (2000: 70) tentang kelebihan diskusi kelompok:

a) Hasil keputusan kelompok lebih kaya (besar dari berbagai sumber),

dari pada hasil pemikiran individu.

b) Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain.

c) Anggota-anggota yang pemalu lebih bebas mengemukakakn pendapat atau pikirannya dalam kelompok kecil.

d) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok, karena mereka terlibat di dalam proses pengambilan keputusan.

e) Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri, maupun pemahaman terhadap orang lain ( meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi).

Kelemahan diskusi kelompok:

a) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara

(49)

34

b) Dapat memboroskan waktu, terutama jika terjadi hal-hal yang negatif,

seperti pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang kurang baik. c) Anggota yang pendiam atau pemalu sering tidak mendapat kesempatan

mengemukakan pendapatnya. Akibatnya ia dapat menarik diri atau terjadi frustasi.

d) Jika pemimpin kurang bijaksana, diskusi hanya didominasi oleh orang-orang tertentu.

Menurut Slameto (2001: 104) kelebihan dan kekurangan metode buzz group, seperti berikut:

a) Mendorong peserta yang malu-malu b) Menciptakan suasana yang menyenangkan c) Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan d) Menghemat waktu

e) Memupuk kepemimpinan

f) Memungkinkan pengumpulan pendapat g) Dapat dipakai bersama metode lainnya h) Memberi variasi

Adapun kelemahan dalam diskusi buzz group yaitu :

a) Kemungkinan terjadi kelompok yang terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa

(50)

35

c) Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal d) Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah

e) Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik. 7. Diskusi Kelompok Kecil Untuk Kepemimpinan.

Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dapat tercapai Tatiek Romlah (2006:28). Kelebihan Diskusi kelompok sendiri menurut Slameto (2001: 104) adalah untuk memupuk kepemimpinan, dan memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan.

Menurut Nawawi (2006: 33) kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk mencapai tujuan secara antusias melalui kerjasama yang efektif. Dengan kata lain pemimpin harus dapat memberi inspirasi, membujuk, mempengaruhi dan memotivasi untuk meningkatkan kerjasama dan dukungan diantara bawahan dan pemimpin agar tujuan organisasi dapat tercapai. Dari situ dapat disimpulkan bahwa diskusi kepompok kecil memungkinkan dapat untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

D. Buzz Group dapat Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Siswa

SMA Negeri 1 Pakem

(51)

36

rangsangan dan arahan positif yang lebih. Rangsangan dan arahan positif salah satunya diwujudkan dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas. Pendidikan ini sangat penting dalam membantu siswa mencapai tugas perkembangan dalam bidang pribadi-sosial, dan emosi.

Perkembangan pribadi-sosial siswa merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk diperhatikan pada pendidikan SMA. Hal ini dikarenakan siswa yang sudah mengenal dan memasuki lingkungan sosial yang lebih luas daripada tahapan perkembangan sebelumnya. Memiliki kemampuan pribadi-sosial yang memadai akan membantu siswa memiliki penyesuaian yang baik dan mampu berinteraksi secara positif dengan lingkungan sekitar.

(52)

37

lain, rendanya kemampuan untuk berfikir strategis dalam proses pengambilan keputusan, dan kurangnya kestabilan emosi.

Permasalahan rendahnya keterampilan kepemimpinan yang ada, perlu segera diatasi. Hal ini dikarenakan keterampilan kepemimpinan sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan pribadi-sosial siswa pada kehidupan selanjutnya, mengingat keterampilan kepemimpinan sangat dibutuhkan siswa dalam berorganisasi ataupun tidak. Selain itu siswa membutuhkan bimbingan pribadi-sosial dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan, karena keberhasilan yang dialami anak dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan ini akan berdampak terhadap aspek perkambangan pribadi, sosial, kematangan berfikir, dan akademis. Hal inilah yang membuat keterampilan kepemimpinan penting untuk dikembangkan pada siswa SMA.

Keterampilan kepemimpinan tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan rendah, siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan sedang dan tinggi akan mendapatkan manfaatnya. Hal ini disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut meliputi faktor biologis, proses kognitif, respon emosional dan karakteristik individu sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor budaya masyarakat setempat, pengalaman memimpin, dan faktor situasional.

(53)

38

kesempatan menjadi seorang pemimpin dimasa depan. Sekolah memiliki peran penting dalam melatih keterampilan kepemimpinan siswa, sehingga salah satu peran sekolah adalah melatih keterampilan kepemimpinan siswa dengan berbagai kegiatan yang ada di sekolah seperti susunan pengurus kelas dan ektrakulikuler. Metode yang dipandang tepat untuk digunakan dalam layanan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa SMA Negeri 1 Pakem adalah buzz group. Buzz group adalah kegiatan dalam jam belajar mengajar yang dilakukan oleh kelompok siswa dan dari suatu kelompok besar dibagi menjadi tiga orang atau lebih untuk melakukan pembahasan dengan tujuan yang jelas dan terencana, dengan seorang pemimpin dan di akhir diskusi pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar. Metode ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, karena salah satu kelebihannya untuk memupuk kepemimpinan dimana di dalamnya termasuk keterampilan kepemimpinan.

(54)

39

[image:54.595.144.517.476.589.2]

yang sedang berlangsung. Kelebihan yang keempat adalah menghemat waktu dibandingkan dengan kelompok besar. Kelebihan yang kelima yaitu memupuk kepemimpinan adalah dalam berdikusi akan melatih anggota menjadi seorang pemimpin dalam setiap pembahasan yang sedang difikirkan anggota. Kelebihan yang keenam memungkinkan pengumpulan pendapat yaitu dibandingkan dengan pemikiran individu berdiskusi kelompok akan lebih memiliki opsi pendapat yang lebih luas. Kelebihan yang ketujuh dapat dipakai bersama metode lainnya yaitu metode ini dalam pelaksanaannya dapat disisipi oleh metode lain. Kelebihan yang kedelapan adalah memberi variasi yaitu dalam pelaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan suasana yang sedang berlangsung. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, maka metode buzz group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Visualisasi kerangka berfikir terhadat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kerangka Berfikir Kondisi Awal

Keterampilan Kepemimpinan

Rendah

Tindakan Menerapkan metode buzz

group.

Kondisi Akhir Keterampilan Kepemimpinan

(55)

40 E. Hipotesis Tindakan

(56)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan. Penelitian tindakan yang dirangkum oleh Sukardi (2009: 210) menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan merupakan cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasikan suatu kondisi sehingga dapat mempelajari pengalaman dan membuat pengalaman tersebut dapat dipelajari oleh orang lain. Menurut Moh. Nazir (2005: 12), penelitian tindakan adalah penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.

Menurut Reason & Bradbury (dalam Suwarsih 2011: 8) penelitian tindakan adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berdasarkan pandangan dunia partisipatoris yang muncul dan momentum historis sekarang ini. Penelitian ini berusaha untuk memadukan antara tindakan dan refleksi, atau teori dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, untuk mencari solusi praktis terhadap berbagai macam persoalan, dan lebih umum lagi demi pengembangan individu-individu bersama komunitasnya.

(57)

42

evaluasi dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik nyata dalam skala kecil, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki dan meningkatkan kualitas siswa.

Dalam penelitian tindakan ini, model yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suwarsih Madya, 2007: 67) yang menggunakan siklus sistem spiral. Visualisasi model Kemmis & Mc Taggart dapat dilihat pada gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Model Kemmis dan Mc Taggart (Sumber: diambil dari Suwarsih Madya, 2007: 67)

(58)

43 B. Rencana Tindakan

1. Pratindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa langkah pratindakan agar dalam melaksanakan tindakan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan observasi awal.

b. Peneliti berdiskusi dengan konselor sekolah terkait dengan metode

yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa.

c. Peneliti melakukan observasi dan wawancara pada konselor sekolah

yang membimbing kelas XI MIA 1 terkait keterampilan kepemimpinan dan sepakat untuk melakukan tindakan peningkatan.

d. Memberikan informasi pada konselor sekolah terkait cara dan langkah pelaksanaan tindakan dan memberikan penjelasan mengenai peran guru dalam pemberian tindakan.

e. Peneliti melakukan pre-test dengan skala untuk mengetahui tingkat keterampilan kepemimpinan subyek sebelum diberi layanan tindakan. f. Peneliti memberitahukan hasil pre-test kepada konselor sekolah dan

(59)

44 C. Skenario Siklus

Skenario siklus yang dilakukan dalam penelitian ini dijabarkan dalam skenario sebagai berikut:

1. Perencanaan.

Sebelum melaksanakan perlu membuat rencana:

a) Peneliti bekerja sama dengan konselor sekolah menciptakan

suasana yang dapat mendorong peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa.

b) Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan.

c) Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok bahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya.

d) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan.

e) Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan.

b. Tindakan dan Observasi.

a) Pembukaan oleh guru bimbingan dan konseling. b) Guru memilih pemimpin diskusi.

c) Pemimpin memilih ketua dan sekretaris.

(60)

45

e) Pemimpin membagi siswa ke dalam 6 (enam) kelompok kecil

dengan jumlah anggota lima sampai enam siswa perkelompok. f) Tiap-tiap kelompok diberi waktu 15 menit untuk mendiskusikan

kasus.

g) Setelah waktu diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi pendapat. h) Penutupan, siswa diminta mengungkapkan manfaat yang

didapatkan setelah diberi tindakan. 2. Observasi

Pengamatan dalam proses kegiatan metode buzz-group dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan metode buzz-group, serta sebagai bahan pertimbangan dalam refleksi.

Kegiatan observasi ini mempunyai dua tujuan, yaitu (1) untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, (2) melihat seberapa besar keberhasilan metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

3. Refleksi

(61)

46

penelitian diberhentikan. Namun apabila siklus pertama belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diteruskan dengan siklus kedua. D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA Negeri 1 Pakem. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015. E. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2002: 88) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah suatu benda, hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subyek merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, karena dari subyek terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subyek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Pakem yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Subyek ini ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan arti lain subyek ditentukan berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini adalah:

(62)

47 F. Metode Pengumpulan Data

1. Skala

Menurut Moh Nazir (2005: 327) skala merupakan teknik sesuatu secara nyata dalam bentuk gradasi (penurunan dari tinggi ke rendah) dalam suatu kontinum. Skala menunjukkan instrumen pengumpulan data yang bentukna sepeti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang.

Skala yang diberikan kepada subyek bertujuan untuk mengukur kemampuan subyek sebelum dan sesudah diberi tindakan. Skala yang akan dipakai pada penelitian ini adalah skala yang mengungkap keterampilan kepemimpinan pada siswa SMA. Skala penelitian ini akan ditujukan kepada subjek yaitu siswa SMA Negeri 1 Pakem.

2. Observasi

(63)

Gejala-48

gejala yang sekiranya tidak bisa diungkapkan dengan angket, akan bisa dilakukan melalui observasi.

Observasi dilaksanakan pada saat pemberian tindakan, yaitu pada saat diskusi kelompok kecil berlangsung. Untuk mempermudah observasi digunakan pedoman observasi sebagai instrumen.

3. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam seting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan kepercayaan (Haris Herdiansyah, 2013: 32).

(64)

49 G. Instrumen Penelitian

1. Skala Keterampilan Kepemimpinan.

Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat skala keterampilan kepemimpinan siswa.

a. Penyusunan definisi operasional

Keterampilan kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, diperlukan beberapa keterampilan yang dapat mendukung kepemimpinan seseorang. Keterampilan kepemimpinan yang dimaksudkan adalah: minat untuk muncul sebagai pemimpin, kemampuan bersosialisai dengan orang lain, kemampuan mengarahkan orang lain, memiliki kepercayaan, mampu berpikir strategis, dan memiliki kestabilan emosi.

b. Membuat kisi-kisi skala keterampilan kepemimpinan.

[image:64.595.148.539.582.729.2]

Kisi-kisi skala keterampilan kepemimpinan iswa didapat berdasarkan definisi operasional yang sudah disebutkan diatas. Kisi-kisi skala tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Skala Keterampilan Kepemimpinan.

Sub Variabel Indikator No Item +

No Item -

Jumlah Item Berminat

menjadi pemimpin

Memiliki dorongan pribadi untuk muncul sebagai pemimpin

10 1, 27 3

Bersedia menjadi pemimpin

(65)

50 Bersosialisasi

dengan orang lain

Kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain

2,20,25 32,41 5

Kemampuan menyesuaikan diri dengan orang lain

3, 11, 16 24, 42 5

Kemampuan untuk

mengarahkan orang lain

Kemampuan mengarahkan orang lain

4 23, 30 3

Kemampuan

menggerakkan orang lain

17 43 2

Memiliki kepercayaan

Percaya diri 5, 12, 22 29, 45 5 Dapat dipercaya 6, 21, 31 28, 44 5 Mempercayai orang lain 7,13, 35 36,39 5 Berfikir

strategis

Memiliki inisiatif ide untuk menyelesaikan masalah

8, 19 37 3

Memiliki kemampuan mengakomodasi pendapat orang lain

24 14 2

Kestabilan emosi

Tidak mudah marah 9, 15 33 3

Tenang dalam bersikap 18 38 2

Jumlah 45

c. Penyusunan item atau pernyataan skala berdasarkan kisi-kisi.

Penyusunan skala dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran dengan skala Likert. Pada skala ini responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atau pertanyaan positif dan atau negatif dengan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan angka berupa nilai. Untuk bentuk pernyataan positif urutan skornya adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan untuk bentuk pernyataan negatif skornya 1, 2, 3, 4.

(66)

51

diberikan tindakan dan menyatakan apakah siswa tersebut mengalami peningkatan kepemimpinan atau tidak setelah diberikan tindakan. Hasil skala tersebut akan disesuaikan dengan standar nilai untuk mengukur keterampilan kepemimpinan siswa.

2. Pedoman Observasi.

[image:66.595.86.584.390.725.2]

Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan perilaku memecahkan masalah yang mencakup verbal maupun non verbal selama proses proses penelitian. Hasil observasi terhadap sikap dan perilaku siswa selama proses pelatihan buzz group, dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembimbing untuk melaksanakan perbaikan untuk tindakan selanjutnya dan sebagai data pendukung.

Tabel 2. Pedoman Observasi Keterampilan Kepemimpinan

Keterampilan Kognitif M TM Afektif M TM Psikomotor M TM

Percaya diri Mampu menyampaikan pendapat Percaya pada kemampuannya Lancar saat sedang presentasi Tidak mudah marah Mampu mengendalikan diri Memberikan tanggapan dari presentasi teman Duduk nyaman dan antusias mendengarkan teman yang sedang presentasi Mampu berkomunikasi Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara Menanggapi pembicaraan Berkomunikasi aktif dalam metode buzz group Dapat dipercaya Dapat didengar orang lain Teman-teman menghargai keputusan Dipilih sebagai pemimpin Dorongan pribadi untuk memimpin Mampu mengatur jalannya diskusi Menanggapi tawaran menjadi pemimpin Tampil menjadi pemimpin kelompok Mampu berfikir strategis Memberikan pertimbangan dalam pemecahan masalah Menanggapi atau menolak usulan dari teman

(67)

52 Mampu mengarahkan orang lain Memberikan solusi pada masalah Menyampaikan pendapat untuk menyelesaikan masalah dan mempengaruhi orang lain untuk mendukung pendapatnya Mengarahkan anggota kelompok dan mengajak untuk terlibat dalam diskusi kelompok Mempercayai orang lain Memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat Memberikan kepercayaan pada anggota kelompok Menunjuk teman sebagai pemimpin dan menerima keberadaan teman sebagai pemimpin Mampu menyesuaikan diri Mampu membedakan tugas diri dalam kelompok Menerima dan diterima teman-temannya Berbaur bersama teman-temannya Prosentase

3. Pedoman wawancara.

[image:67.595.70.588.85.325.2]

Demi mendapakan hasil yang lebih maksimal, dalam melaksanakan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelummnya. Wawancara dilakukan kepada siswa sebagai responden dan guru atau setelah dilakukan tindakan. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut:

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa

No. Pertanyaan Jawaban Subyek

1. Bagaimana perasaan anda ketika sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)?

2. Apakah anda merasa yakin dengan keterampilan kepemimpinan yang anda miliki?

(68)

53

4. Bagaimana hubungan anda dan teman-teman setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)? 5. Apakah anda berminat menjadi

pemimpin setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)? 6. Adakah yang berubah dalam keseharian

[image:68.595.163.520.82.214.2]

anda setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)?

Tabel 4. Pedoman Wawancara Guru

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa saja hambatan yang dialami selama proses melaksanakan tindakan?

2. Bagaimana sikap yang ditunjukkan siswa selama mengikuti kegiatan? 3. Adakah perbedaan perilaku siswa antara

sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan?

4. Bagaimana keberhasilan metode diskusi kelompok (buzz group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa?

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah perhitungan menurut Saifudin Azwar (2010: 109) sebagai berikut:

1. Menentukan skor tertinggi dan terendah

Skor tertinggi = 4x45 = 180 Skor tertendah = 1x45 = 45 2. Menghitung mean ideal (M)

(M) = ½ (skor terendah+skor tertinggi) = ½ (180+45)

(69)

54 3. Menghitung standar deviasi (SD)

(SD) = 1/6 (skor tertinggi-skor terendah) = 1/6 (180-45)

= 22,5

Jadi dapat disimpulkan batas antara kategori tersebut adalah: (M+1SD) = 112,5 + 22,5 = 135 dan (M-1SD) = 112,5 – 22,5 = 90 Tabel 5. Kriteria Kategorisasi Skor

Kategorisasi Keterangan Skor

Rendah X < (M-1SD) 45-90

Sedang (M-1SD) ≤ X (M+1SD) 90-135

Tinggi (M+1SD) ≤ X 135-180

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Pakem. Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah apabila 75% (24 siswa) atau lebih siswa telah memenuhi kriteria:

1. Persentase skor pada skala keterampilan kepemimpina sebesar 112,5 atau lebih.

2. Hasil observasi yang menunjukkan adanya perubahan positif secara kognitif, afektif, dan psikomotor setelah tindakan dilakukan terkait dengan keterampilan kepemimpinan.

(70)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pakem yang beralamat di Jl. Kaliurang km 17,5. Sekolah ini terletak di utara rumah sakit ghrasia yang digunakan untuk kegiatan siswa jika memerlukan tempat yang luas.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan agustus sampai September 2015. Dengan perincian kegiatan sebagai berikut:

a. Pemberian pre-test : Tanggal 15 Agustus 2015 b. Pelaksanaan siklus :

a. Siklus I : Tanggal 20 Agustus 2015 b. Siklus II : Tanggal 27 Agustus 2015 c. Siklus III : Tanggal 3 September 2015 c. Pemberian post-test : Tanggal 5 September 2015 d. Observasi : Tanggal 20, 27 Agustus 2015 dan

3 September 2015

e. Wawancara : Tanggal 5 dan 7 September 2015

3. Deskripsi Subyek Penelitian

(71)

56 4. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pratindakan

Pratindakan dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2015. Peneliti melakukan observasi awal guna mengetahui kondisi awal keterampilan kepemimpinan di kelas XI MIPA 1. Pratindakan dilakukan dengan meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk melakukan observasi pratindakan selama pembelajaran berlangsung. Peneliti selanjutnya melakukan observasi dan wawancara pada konselor sekolah yang membimbing kelas XI MIPA 1 terkait keterampilan kepemimpinan dan sepakat untuk melakukan tindakan peningkatan. Peneliti memberikan informasi pada konselor sekolah terkait cara dan langkah pelaksanaan tindakan buzz group dan memberikan penjelasan mengenai peran guru dalam pemberian tindakan. Peneliti melakukan pre-test dengan skala untuk mengetahui tingkat keterampilan kepemimpinan subyek sebelum diberi layanan tindakan.

1) Hasil Skala Sebelum Tindakan

(72)
[image:72.595.190.420.109.646.2]

57

Tabel 6. Hasil skor pre-test pratindakan.

No Nama Hasil Pre-Test Kategori

1 ANI 107 Sedang

2 AMP 89 Rendah

3 AN 88 Rendah

4 AD 106 Sedang

5 APPS 112 Sedang

6 CN 111 Sedang

7 DP 112 Sedang

8 ENJ 105 Sedang

9 EAE 109 Sedang

10 FKH 96 Sedang

11 FSH 107 Sedang

12 GDL 117 Sedang

13 IAKN 85 Rendah

14 IMP 87 Rendah

15 KAZ 89 Rendah

16 LMP 99 Sedang

17 LK 110 Sedang

18 MBS 116 Sedang

19 MNM 85 Rendah

20 MHDK 88 Rendah

21 NFL 111 Sedang

22 NAF 112 Sedang

23 NS 89 Rendah

24 NR 84 Rendah

25 NR 80 Rendah

26 R 111 Sedang

27 RBJ 109 Sedang

28 SAZ 109 Sedang

29 SAH 105 Sedang

30 WJP 82 Rendah

31 YP 107 Sedang

(73)
[image:73.595.189.517.86.259.2]

58

Gambar 3. Hasil Pre-test skala keterampilan kepemimpinan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa skor rendah sebanyak 12 siswa dan skor sedang sebanyak 20 siswa. Tindakan dianggap berhasil apabila siswa telah mencapai skor 112,5 atau lebih pada total jawaban pada skala keterampilan kepemimpinan.

Hal ini memperlihatkan bahwa target yang diharapkan yaitu 75% atau 24 siswa memiliki skor 112,5 atau lebih belum tercapai. Hasil skala juga menunjukkan bahwa ada beberapa siswa belum mencapai skor 112,5 atau lebih. Hasil pre-test menunjukkan bahwa dalam rentang skor 45-90 berjumlah 12 siswa, skor 91-135 berjumlah 20 siswa, dan 136-180 berjumlah 0 siswa. Hal ini menandakan bahwa keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 dalam rata-rata sedang.

2) Observasi dan Wawancara

(74)

59

diskusi kurang efektif karena siswa yang mengutarakan pendapat sedikit dan banyak siswa yang melakukan aktifitas lain masih banyak dijumpai disetiap kelompok. Setiap siswa tidak tahu peran yang harus dilakukan. Saat diminta mengutarakan hasil dari diskusi masih saling lempar siapa yang mengutarakannya di depan kelas.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa selama ini dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, sekolah SMA Negeri 1 Pakem menerapkan pergantian pengurus kelas di setiap bulannya. Bagi siswa yang sudah menjadi pengurus inti di kelas selama sebulan tidak diperkenankan untuk memimpin kembali di bulan selanjutnya, agar semua siswa merasakan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan dan bagaimana menjadi orang yang dipimpin. Penerapan ini sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2012/2013 hingga saat ini. Kegiatan itu diharapkan dapat melatih semua siswa untuk mampu memimpin dan dipimpin, juga memahamkan siswa tetang kepemimpinan.

(75)

60

setiap bulannya membantu siswa yang ingin mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Kebanyakan siswa yang ditunjuk menjadi pengurus inti adalah siswa yang introvert. Tetapi, menurut beberapa siswa pergantian yang terlalu cepat tidak dapat melihat kinerja yang ingin dicapai oleh setiap pengurus.

Selama ini untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 1 Pakem, guru BK juga menerapkan metode bimbingan klasikal yaitu dengan materi kepemimpinan di dalam kelas dengan metode ceramah. Namun, menurut guru bimbingan dan konseling kegiatan ini kurang maksimal karena guru bimbingan dan konseling di sekolah hanya satu orang sehingga bimbingan klasikal yang seharusnya rutin dilakukan seminggu sekali menjadi sulit dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Tindakan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Hasil tindakannya sebagai berikut: a. Perencanaan

(76)

61

Materi buzz-group yang diberikan kepada siswa yaitu mengenai keterampilan kepemimpinan. Pelaksanaan dilakukan dalam setting kelompok kecil. Pengelompokan ini dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil pre-test pada kegiatan pratindakan, dari situ dapat diketahui bahwa masing-masing kelompok terdiri dari siswa dengan kategori rendah dan sedang. Kriteria tersebut ditentukan bedasarkan hasil skala keterampilan kepemimpinan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berfikir
Tabel 1. Kisi-kisi Skala Keterampilan Kepemimpinan.
Tabel 2. Pedoman Observasi Keterampilan Kepemimpinan
Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau

Dan dasar perencanaannya diambil dari dimensi pelat andas (panjang dan lebar), akibat kebutuhan ruang penempatan angkur.. Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang

cabangnya kemudian siswa diminta untuk mengisi cabang-cabang tersebut dengan kata kunci dan gambar sesuai dengan sub temanya. Guru menyediakan kertas kuarto, A4, atau buku gambar

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah rasio leukosit MPV yang merupakan gabungan gambaran kondisi inflamasi dapat menggambarkan/ berhubungan dengan skor GRACE

floors hampered interactions between members, “ It was really worrying for a while, we were just like, has the expansion damaged it in some way. ” [HM2] The

[r]

3.4.4 Karakterisasi Biomassa Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI) ... fusiformis Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI)

Untuk acicular particle, analisis citra menunjukkan ukuran partikel jauh lebih besar dibandingkan dengan laser difraksi karena laser difraksi menghitung lebih rendah