• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Organisasi Mitra dalam Pengembangan PAUD widyamitra 01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Organisasi Mitra dalam Pengembangan PAUD widyamitra 01"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

WIDYAMITRA PAUD

Pada tahun 2016 merupakan titik awal mencapai tujuan ke 4 dari pembangunan berkelanjutan dunia

(Sustainable Development Goals).

Yang harus dicatat disini, bagaimana mencapai tujuan tersebut dalam rangka menuju pendidikan sepanjang hajat, yang inklusif, adil, dan bermutu. Hal tersebut dikemukakan Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella Yulaelawati R., M.A. Ph.D pada saat tatap muka dengan Bunda PAUD Kota dan Kecamatan Bandung. (Bandung, 11/03/2016).

“Jadi kalau tahun 2000 sampai dengan 2015 adalah tujuan pembangunan Millennium

Development Goals dengan

pendidikan untuk semua

(Education For All). Itu sudah

berakhir”, ujarnya.

Pada kesempatan tersebut Ella Yulaelawati mengingatkan, 15 tahun kedepan sampai tahun 2030 kita harus mencapai tujuan global pendidikan berkelanjutan. Tujuan yang pertama tidak ada kemiskinan

(2)

WIDYAMITRA PAUD

ada kelaparan (no hunger). Tujuan ketiga kesehatan dan kesejahteran

(health and wellbeing). Dan tujuan

keempat pendidikan yang berkualitas (quality of education).

“Sekali lagi kalau dulu Education

For All kita banyak-banyak akses

mengorbankan mutu. Sekarang tidak boleh lagi, semuanya harus bermutu, harus adil, harus tidak boleh berhenti belajar. Makanya life

long eduation for all belajar

sepanjang hayat untuk semua.

Tolabul ilmi minal mahdi ilal lahdi

belajar dari buain sampai keliang lahat. Disitulah tanggungjawab bunda-bunda PAUD dalam memberikan penyadaran ke masyarakat, bahwa PAUD itu penting bagi perkembangan anak

dari buaian, sejak didalam janin”,

jelas Ella Yulaelawati.

Selanjutnya Ella Yulaelawati mengingatkan, pada tahun 2030 kita memastikan seluruh anak laki-laki dan perempuan memperoleh akses perkembangan, perawatan, dan pendidikan pra-sekolah dasar yang bermutu, untuk mencapai kesiapan memasuki pendidikan dasar. Mohon diingat kesiapan memasuki pendidikan dasar bukan berarti membaca.

(3)

WIDYAMITRA PAUD

harkat dan bermartabat yang dilandasi dengan keragaman budaya, tanggungjawab, dan akuntabilatas bersama dalam mewujudkan perdamain dan pembangunan berkelanjutan, imbuhnya.

Oleh karena itu, menurut Ella Yulaelawati, sangat penting menyiapkan anak usia dini agar mereka berbudaya, bermartabat serta dapat menciptakan perdamain. Jadi bukan hanya keterampilan teknis saja seperti membaca.

Ketuntasan Gerakan 1 Desa 1 PAUD

Pada kesempataan tersebut Direktur Pembinaan PAUD menyampaikan, capaian satu desa minimal satu

PAUD sebesar 72,29%. Dari 74.053 desa di Indonesia sudah terdapat 58.174 desa yang memiliki PAUD. Kalau di kelurahan hampir semua ada PAUD, karena kelurahan ada di kota-kota.

Bahkan di DKI atau mungkin di Bandung juga bukan hanya kelurahan, bisa saja 1 RW 1 PAUD. Tapi perlu juga dilihat perizinan dan kelembagaannya perlu diupgrade

atau direfresh.

(4)

WIDYAMITRA PAUD

“Jumlah Pos PAUD di Kota

Bandung sebanyak 606 lembaga, yang tersebar di 30 kecamatan. Kemudian jumlah pendidik PAUD sebanyak 3.221 orang, dan jumlah peserta didik sebanyak 23.028

anak, untuk data tahun 2015”. Hal

tersebut disampaikan Bunda PAUD Kota Bandung, Atalia Praratya pada pertemuan dengan Direktur Pembinaan PAUD. (11/03/2016). Pertemuan yang dilaksanakan di Kota Bandung tersebut dihadiri Kasubdit, Kasi, kasubbag Tata

Usaha, dan staf dilingkungan Dit. Pembinaan PAUD. Selain itu juga dihadiri pengurus HIMPAUDI, IGTKI, dan Kabid PNFI Jawa Barat dan jajarannya, serta 30 orang bunda PAUD kecamatan Kota Bandung.

(5)

WIDYAMITRA PAUD

“Banyak sekali tantantangan

didalam perjalanan kami membina lembaga PAUD di kota Bandung. Diantaranya masih rendahnya kesadaran orangtua tentang pentingnya pendidikan pada anak

usia dini. Kemudian masih rendahnya APK PAUD, dan terbatasnya lembaga layanan PAUD terutama di dearah tertinggal dan terpencil. Kita masih banyak tempat-tempat yang

Kumad (kumuh dan padad)”,

ujarnya.

Selain itu, menurut Atalia banyak permasalahan pengembangan

PAUD di Kota Bandung. Diantaranya terbatasnya jumlah PTK yang berkompetensi. Kemudian juga masih terbatasnya sumber dana dan daya dalam peningkatan akses layanan dan

kualitas PAUD. Serta belum ada aturan atau mensyaratkan anak usia 3-6 tahun wajib mengikuti PAUD.

“Sebagai upaya peningkatan akses

(6)

WIDYAMITRA PAUD

Saya mohon bantuan dari bunda PAUD kecamatan dan juga seluruh teman-teman yang peduli terhadap anak-anak. Mari kita bekerja bersama-sama dengan cinta kita, supaya dapat terlaksana dengan

maksimal”, pintanya.

Bunda PAUD kota Bandung mengingatkan, istri dari camat adalah bunda PAUD kecamatan, dan ini akan berhenti dengan sendirinya ketika suami tidak menjabat lagi. Olehnya karena waktu yang tidak lama, kita harus maksimal dalam mendukung anak-anak kita sehat, cerdas, dan ceria agar dapat menjadi harapan bangsa. Untuk itu kita terus berlari bersama untuk menyongsong Bandung yang lebih baik dan juara, yang dimulai dari peradaban mengedapankan anak-anak kita.

Pada kesempatan tersebut, Atalia mengucapkan terimakasih ibu Ella (Direktur Pembinaan PAUD) yang

telah memilih kota Bandung dijadikan tempat melakukan pembinaan penguatan kelembagaan PAUD di daerah Cibeunying Kidul.

“Saya kira ini luar biasa, apa yang

(7)

WIDYAMITRA PAUD

Pada tanggal 10 s.d 12 Februari 2016 di Bandung-Jawa Barat, Direktorat Pembinaan PAUD melaksanakan kegiatan

“Peningkatan Kapasitas Pegawai”,

yang diikuti seluruh Kasubdit, Kasi, fungsional umum, dan staf.

Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella Yulaelawati R., M.A. Ph.D dalam arahannya menyampaikan, kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas bukan kegiatan out bond. Setiap pegawai harus memahami apa yang dimaksud dengan kapasitas.

“Peningkatan kapasitas perlu

dilakukan setahun sekali, sebagai upaya penyegaran bagi pegawai untuk mengetahui perkembangan yang ada. Serta meningkatkan rasa kebersamaan antara pegawai dan

pejabat dilingkungan Dit.

Pembinaan PAUD”, tegasnya.

(8)

WIDYAMITRA PAUD

Menurut Ella Yulaelawati, banyak sekali upaya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam bentuk pelatihan, diklat-diklat, atau kursus. Kita harus menyerap berbagai informasi. Kita harus bergerak dalam menyerap berbagai informasi terkini.

“Kata Bapak Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, jadi pimpinan itu bukan hanya memiliki kapasitas, tapi pemimpin sekarang harus punya follower atau pengikut. Setiap pimpinan harus punya SK, tapi kalau tidak punya pengikut, untuk apa jadi pemimpin.

facebook, twitter, dan media sosial

lainnya semuanya memiliki

pengikut”, ungkapnya

Selain itu Pak menteri selalu mengatakan tentang ekosistem pendidikan. Dalam misi dan visi Kemendikbud 2015-2019 disebutkan, terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dilandasi semangat gotong royong. Sedangkan Direktorat Pembinaan PAUD misi dan visinya adalah, terbentuknya insan cerdas ceria. Jadi insan sebagai obyek merupkan diri kita sendiri, yang ada disini sebagai ekosistem. Jadi

maksudnya Pak menteri, tidak mungkin ada PAUD cerdas ceria kalau kitanya sendiri ekosistemnya tidak cerdas ceria, cemberut saja, atau diam saja tidak bergerak, jelas Ella Yulaelawati.

Direktur Pembinaan PAUD selanjutnya mengingatkan, bahwa kita harus punya karakter. Kalau teman-teman yang ada di luar. Kita ini adalah ekosistem, yang kalau teman-teman bisa melaksanakan lebih baik, akan bisa merubah Indonesia yang lebih baik.

Menurut Ella Yulaelawati, ada 3 (tiga) ciri ekosistem yang berkarakter meliputi;

1. Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan;

2. Peningkatan Mutu dan akses; dan

3. Efektivitas.

Sedangkan persyaratan untuk menajemen dalam ekosistem; 1. Harus ada kesejajaran dalam

sistem;

(9)

WIDYAMITRA PAUD

3. Kreatif;

4. Memberdayakan staf;

5. Mengawal kompetensi inti; dan 6. Mengelola.

Adapun persyaratan staf masa kini menurut Ella Yulaelawati meliputi; 1. Feleksibel (siap menerima

perubahan);

2. Kecepatan waktu (bergerak cepat);

3. Menerima ambigu dan ketidaktentaun;

4. Mengkinikan (Komitmen belajar sepanjang hayat); 5. Memberi (dari pada

menerima);

6. Melayani (dari pada memerintah);

7. Mengelola diri (menyelesaikan bukan menunjuk diri); dan 8. Tidak mengambil tugas orang

lain (membuat/menyelesaikan tugas).

Sedangkan tugas staf masa kini menurut Ella Yulaelawati meliputi; 1. Berbagi informasi;

2. Dialog;

3. Menyelesaikan persoalan secara mandiri;

4. Menyelesaikan persoalan dalam kelompok;

5. Menyelesaikan persoalan antara kelompok;

6. Memberikan solusi secara fokus;

7. Sedikit arahan; dan 8. Mandiri total.

Kunci dari semua hal tersebut

adalah “Setiap pegawai harus

bergerak dan memiliki inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan, sebagai suatu

ekosistem” ujar Ella Yulaelawati

(10)

WIDYAMITRA PAUD

Ada yang berbeda dengan kegiatan yang sebelumnya pernah dilakukan. Tahun ini kegiatan bukan lagi dalam bentuk out bond, tapi dalam bentuk

“Peningkatan Kapasitas Pegawai”. Jika sebelumnya, kegiatan

lebih banyak dengan berbentuk permainan misalnya, arum jeram,

flying fox, find ball, atau permainan

yang sejenisnya. Kali ini kegiatan lebih banyak diisi dengan pembentukan karakter staf terkait dengan pengembangan program PAUD.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah merias PAUD. Para pegawai mulai dari pejabat struktural dan staf, saling bahu membahu dan bekerja sama dalam melakukan pembenahan dan penataan satuan PAUD. Penataan

dalam rias PAUD, mulai dari lingkungan bermain, maupun ruang belajar, serta sarana dan prasarana.

Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri pegawai Dit. Pembinaan PAUD dengan kondisi nyata di satuan PAUD. Selain itu untuk melihat lebih dekat permasalahan penyelenggaraan program PAUD. Sasaran kegiatan ini sebanyak 5 satuan PAUD, dengan kriteria lembaga tersebut membutuhkan pembenahan dan penataan baik lingkungan bermain,

K

EGIATAN

P

ENINGKATAN

K

APASITAS

(11)

WIDYAMITRA PAUD

ruang belajar, serta sarana dan prasarana.

Adapun sasaran program rias PAUD meliputi: 1. PAUD Tunas Bangsa di Kelurahan Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kidul. 2. Taman

Mandiri, di Kelurahan Padasuka, Kec. Cibeunying Kidul; 4. PAUD cempaka, di Kelurahan Sukapada, Kec. Cibeunying Kidul; dan 5. Taman Kanak-Kanak (TK) Hikmat I di Jalan Padasuka No. 19 Bandung.

Kegiatan tersebut, sangat diapresiasi bunda PAUD kota Bandung Atalia Praratya. Beliau mengucapkan terimaksih kepada Dit. Pembinaan PAUD yang telah membuat 5 titik PAUD di kota bandung menjadi lebih cantik. Mudah-mudahan selanjutnya bisa hadir kembali lagi untuk menambah cantik lagi di tempat-tempat (PAUD) lainnya di Kota Bandung.

Kegiatan yang lainnya adalah pertemuan dengan bunda PAUD

kota Bandung dan kecamatan. Kegiatan dimaksudkan untuk

menyamakan persepsi dan langkah serta strategi dalam pengembangan PAUD berkualitas. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pengurus HIMPAUDI, IGTKI, dan Kabid PNFI Jawa Barat.

(12)

WIDYAMITRA PAUD

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orangtua tidak boleh beranggapan pendidikan tanggungjawab sekolah semata. Pendidikan merupakan usaha untuk membina kepribadian agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat. Menurut Fery Farhati, pendidikan mempunyai hubungan cukup luas

baik keluarga, sekolah, lingkungan, dan komonitasnya. Dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menciptakan ekosistem pendidikan. Ekosistem yang paling kecil adalah rumah. Bagi anak, rumah adalah sekolah pertama, dan orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak.

Hal tersebut disampaikan Fery Farhati ketika menjadi pembicara pada seminar “Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Anak Usia Dini”,

yang dilaksanakan oleh Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Sabtu (19/03/2015).

Namun masalahnya, pendidikan

parenting tidak ada sekolahnya.

Diilustarsikan ibu seorang dokter gigi misalnya, pasti saya jamin berusaha agar gigi anaknya tidak bolong. Ibu seorang dokter misalnya, dia dengan sepenuh hati menjaga kesehatan anak dengan ilmu yang dimiliki. Tapi menjadi orangtua

tidak ada

(13)

WIDYAMITRA PAUD

anak, ujar istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan. Menurut Fery Farhati, orangtua harus dimiliki nilai-nilai positif yang kelak akan berefek pada perkembangan anak. Nilai-nilai tersebut sebagai berikut:

1. Semangat Belajar

Anak dilahirkan sebagai pembelajar. Berbagai macam bentuk usaha belajar, dari mulai explorasi, jalan kesana kesini. Kalau anak sebagai pembelajar, namun orangtuanya tidak pembelajar maka akan tertinggal. Karena itu orangtua harus memiliki semangat Belajar.

2. Cinta

Pupuk yang paling efektif dalam kehidupan keluarga adalah cinta. Melalui cinta, maka apa yang ingin disampaikan orangtua kepada anak akan lebih mudah diserap anak-anak.

3. Visioner

(14)

WIDYAMITRA PAUD

bermimpi oleh ayahnya dengan memberikan kisah-kisah dan menunjukkan gambar-gambar tentang luar negeri. Ini loh nak yang namanya menara visa, Ini loh nak yang namanya London, Ini loh nak yang namanya Berlin. Penghasilanya juga kurang mampu, yang dari pagi sampai subuh sore bekerja berjualan nasi, karena si ayah meninggal sehingga anak-anaknya harusnya ikut sama si ibu, tapi visi tentang masa depan telah ditanamkan oleh si ayah, dan si anak bermimpi untuk sampai ke luar negeri.

Kemudian si ibu, karena kerja kerasnya dari subuh sampai

pagi hingga sore. Namun tidak lupa setiap hari mengajarkan visi kedepan. Sekarang 1 keluarga anaknya telah bekerja di PBB dan sekolah di

luar negeri. Jadi nilai visioner penting dimiliki oleh orangtua. 4. Religius

Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kepercayaan tentang ada yang lebih tinggi dari kita. Itu bisa menjaga kita dari hal-hal yang negatif. Apapun kita diajarkan hal-hal negatif akan kembali yang jauh lebih tinggi dari kita. Sikap religius harus dimiliki oleh setiap orangtua. Dimana mereka mempunyai kebiasan-kebiasan keseharian yang secara rutin yang dikerjakan, misalnya setelah shalat.

5. Integritas yang ditunjukkan

dalam “kehadiran”.

(15)

WIDYAMITRA PAUD

Menurut Fery Farhati, bahwa setiap orangtua ingin menjadi orangtua yang baik. Setiap orangtua mengharapkan dapat mendidik anak-anaknya menjadi orang hebat, cerdas, sukses, bahagia, dan bermasa depan cerah. Namun hal tersebut kadang tidak dibarengi usaha

orangtua, ingin anaknya cerdas tapi orangtuanya tidak hadir kan tidak mungkin. Ingin anaknya pintar tapi orangtuanya asal-asalan.

Sebagai contoh dalam 24 jam sehari. Anak-anak bangun jam 05.00. Jam 07.00 sampai jam 14.00 anak di sekolah, jam 15.00

(16)

WIDYAMITRA PAUD

ditunjukkan dengan fakta in,

mereka terkejut “oh iya yah waktu

saya sangat sedikit dengan

anak-anak”. “Kapan saya bisa

menumbuhkan rasa cinta kepada

anak”, “kapan saya bisa hidup

tenang dengan anak-anak”.

Ditambah lagu dengan kemajuan teknologi dan informasi sudah semakin berkembang. Kita dapat dengan mudah dan cepat mengakses informasi kapan dan dimanapun. Penggunaan

gadged/smartphone saat sekarang

ini telah menyentuh semua kalangan hingga ke anak-anak sekalipun. Namun seringkali kita sebagai penikmat dari kemajuan teknologi, kebablasan dalam menggunakannya. Sebagai contoh, ketika dirumah berkumpul dengan keluarga namun tidak setikit atau hampir semuanya hanya fokus kepada

gadged/smartphone masing.

Kalau dulu Presiden pertama RI Soekarno pernah mengatakan

“berikan aku 10 pemuda, niscaya

akan kuguncangkan dunia”. Kalau

sekarang sering dipelesetkan

menjadi “berikan saya 10 gigabyete

akan kutundukan dunia.

Kita bisa melihat sekarang, di suatu keluarga ada 4 layar dan 4 pilihan, yang satu nonton tv, yang satu main game, yang satu chatting, dan yang satu mengutak-atik laptop, dimana mereka bisa berkominakasi.

Orangtua Harus Berubah

Fery Farhati lebih lanjut mengungkapkan, masih banyak orangtua mendidik sebagaimana orangtua mereka mendidik di masa kecil. Praktek-praktek pengasuhan masih menggunakan cara-cara yang tidak tepat dan bermasalah. Masih ada yang mencubit, masih ada yang meremehkan, masih mengganggap anak kecil saja, tidak pernah ada penghargaan kepada anak.

Akibatnya 93 persen anak pernah mengalami tindak kekerasan baik di rumah maupun di sekolah (Save

the Children, Survey di 10

(17)

WIDYAMITRA PAUD

Untuk itu menurut Fery Farhati, orangtua harus berubah, orangtua harus mempunyai ilmu mendidik anak. Orangtua harus memiliki 4 K yang meliputi komonikasi, kreatifitas, koloberasi, dan kooperasi (kerjasama). Dengan menanamkan 4 hal ini dalam keluarga bukan mengejar dengan prestasi-prestasi yang terukur dengan nilai. Jadi kegagalan dalam pengasuhan anak terjadi, karena orangtua belum tahu bagaimana mendidik dan mengasuh dengan baik dan benar. Bukan karena orangtua tidak sayang pada anak-anak, tegas Fery Farhati.

Lebih lanjut Fery Farhati mengatakan, setiap langkah yang dilakukan oleh orangtua harus berpijak pada kesempatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak umur 3 tahun tidak bisa diharapkan bisa membereskan kamarnya. Jadi Penting bagi ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena: 1. Agar orangtua dapat membantu dan menciptakan kondisi yang baik sesuai kebutuhan di setiap tahapan; 2. Agar orangtua tahu apa yang

bisa diharapkan dari anak sesuai dengan tahapannya;

3. Agar orangtua tahu apa yang harus dilakukan bila ada perkembangan yang tidak tercapai.

Peran orangtua

Peran orangtua sebenarnya bukan hal-hal yang sangat saintifik. Menurut Fery Farhati peran orangtua sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya dengan membahagiakan anak dengan memberi stimulasi dan rangsangan yang positif, rasa cinta, rasa aman, kasih sayang, belaian, sentuhan dengan menggunakan 5 indera.

(18)

WIDYAMITRA PAUD

Penerapan Disiplin Pada Anak

Dalam mendidik dan mengasuh anak seringkali berhadapan dengan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan. Karena itu sering timbul dalam pertanyaan

bagaimana “mendisiplinkan” anak.

Namun sayangnya banyak orangtua gagal membedakan disiplin dengan hukuman.

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus, yang berarti

“pembelajar”. Jadi disiplin sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Anak adalah seorang murid bagi orangtuanya. Agar ini dapat terjadi maka sebagai orangtua kita selayaknya menjadi pemimpin yang berharga untuk dipatuhi dan diteladani oleh anak-anak kita.

Lalu bagaimana orangtua menerapkan disiplin tanpa hukuman terhadap anak. Menurut Fery Farhati disiplin adalah mengajarkan yang sesungguhnya yang fokusnya visioner. Sedangkan hukuman adalah menghentikan prilaku yang tidak diinginkan dengan fokusnya keterampilan sesaat.

Mari kita coba lihat kebelakang ketika kita masih kecil. Bagaimana yang diterapkan oleh orangtua kita. Apakah kita bisa melakukan apa saja dengan bebas atau dengan batasan. Jadi kalau kita melihat kebelakang banyak sekali praktek-praktek yang kadang kita tidak bisa menolak. Dan disini kita bisa mengajarkan orangtua apakah dia otoriter, ataukah demokratis, kita mengharapkan mereka untuk menjadi orangtua yang demokratis. Menurut Fery Farhati, kunci disiplin itu tidak harus langsung kepada anak, tapi dengan memberikan kebiasan-kebiasan dan memenuhi 5 Kebutuhan anak, sebagai berikut: 1. Keteraturan.

Keteraturan itu membawa

sense of control, kalau dari hari

ke hari jadwal jelas, anak dalam menghadapi besok dia lebih tenang. kalau dari hari ke hari jadwad tidak jelas, anak selalu menebak-nebak besok apa ... besok apa. sense of

control itu datang dari

(19)

WIDYAMITRA PAUD

2. Rasa aman.

Rasa aman akan menanamkan rasa Secure pada anak.

Secure lebih dalam dari

sekedar rasa percaya. Jadi adanya ‘otoritas’ yang bisa dipercaya, dihargai dan dapat mencari solusi. Kalau orangtua bisa diandalkan, anak bisa eksplorasi dengan tenang karena orangtuanya bisa diandalkan, bisa mencari solusi. Itu kebutuhan kedua. 3. Batasan

Kebebasan untuk

bereksplorasi yang diiringi dengan ekspektasi, dan struktur yang jelas. Sering kali saya melihat anak yang dijaga terus dengan berbagai larangan, tapi janji tidak boleh kesana, tidak boleh kesini. Kalau anak sudah diberi struktur yang jelas. Misalnya nak kita akan ke taman, tapi tidak boleh jauh-jauh dari mama. Ibu duduk saja ditaman, anaknya eksplorasi sendiri. Tapi kalau orangtuanya tidak memberikan ekspektasi dan struktur yang jelas maka kita akan sibuk sendiri menjaga sianak

4. Keterlibatan

Keterlibat menciptakan sebuah momen untuk anak-anak. Pengalaman dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Keterlibatan ini penting, untuk itu orangtua harus memikirkan bagaimana si anak akan mengalami sukses-sukses kecil. Ikut di dapur boleh tapi jangan disuruh menggoreng tapi misalnya ikut potong-potong sedikit. Anak akan merasa sukses dan berhasil yang kemudian akan menimbulkan rasa percaya diri. 5. Gembira

Jadilah orangtua yang penuh kasih sayang. Sikap penuh kasih sayang orangtua dalam menghadapi anak dapat membuatnya patuh tanpa harus diliputi amarah. Cara yang cerdas dalam ‘menyuruh’ anak akan jauh lebih berhasil dibandingkan mengandalkan kekerasan lisan maupun fisik.

Komonikasi Positif

(20)

kata-WIDYAMITRA PAUD

kata negatif dapat menciptakan energi negatif yang menyebabkan anak merasa tidak disukai.

Ini fakta yang sering dilakukan oleh orangtua;

7. Menumbuhkan rasa bersalah; 8. Memberi label dan mengejek; 9. Membandingkan. Dan

10. Menyindir.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi yang efektif adalah, menjadi pendengar yang baik dan aktif, libatkan diri dalam kegiatan anak dan dunianya, berikan teguran yang sesuai dan masuk akal, berikan pujian untuk setiap keberhasilan, berikan kepercayaan pada anak, jadilah orangtua yang menyenangkan bagi anak, Jangan malu mengakui kesalahan, penggunaan kalimat positif , dan penggunaan pesan

“saya” bukan pesan “kamu”. Ini semua perlu didiskusikan bersama tidak hanya sekadar memberikan materi.

Konsep Diri

Orangtua perlu memiliki konsep diri yang positif sebelum kemudian anaknya memiliki konsep diri yang positif juga. Konsep diri ini terbentuk karena adanya;

1. Konsep diri adalah gambaran anak mengenai dirinya.;

2. Tumbuh dari penerimaan dan kasih sayang orangtua;

3. Konsep diri yang positif dapat membentuk rasa percaya diri; dan

4. Orangtua pun harus memiliki konsep diri yang positif tentang dirinya dalam menjalankan perannya.

Anak yang merasa dihargai keberadaannya cenderung memiliki rasa percaya diri. Untuk itu orangtua perlu membiasakan dan memberikan pujian, sapaan, salam pada anak. Sapaan mempunyai efek yang luar biasa kepada perkembangan anak. Untuk itu anak perlu diberi kesempatan merasakan keberhasilan dalam melakukan pekerjaan. Perasaan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu dan berhasil akan menumbuhkan rasa percaya diri.(adrianto)

(21)

WIDYAMITRA PAUD

“Dunia telah berkomitmen untuk

mencapai minimal 1 tahun pra SD sampai tahun 2030. Jadi dunia sudah berhitung dalam Sustainable

Development Goals atau

pembangunan yang berkelanjutan, dan kita salah satunya yang ikut dalam merativikasi. Pada tahun 2030 diharapkan 100 persen anak usia dini mendapat layanan PAUD. Tidak peduli apakah di kota atau di desa, tidak peduli apakah kaya atau miskin, laki-perempuan, karena ini merupakan prasyarat dan pembeda peringkat dalam kehidupan sehari-hari. Ungkap Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar pada saat membuka seminar Peran Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Anak Usia Dini. Sabtu (19/03/2015).

Lebih lanjut Harris mengatakan bahwa, berdasarkan hasil riset

bank dunia yang disampaikan pada seminar bank dunia di akhir tahun 2015 mengenai indeks ketimbangan ekonomi yang semakin melebar. PAUD dapat dijadikan sebagai gerbang menuju pemerataan ekonomi, dan keadilan sosial yang kita cita-citakan.

Pemicunya semua itu adalah faktor sosial ekonomi, sanitasi, air bersih, termasuk PAUD. Harris Iskandar mengilustrasikan, bahwa Dewi yang lahir di jakarta dan Putri yang lahir di Papua, itu nasibnya berbeda meskipun kita satu negara Indonesia. Dewi yang lahir di jakarta probabiltasnya untuk mendapatkan akses terhadap sosial ekonomi, sanitasi, air bersih, termasuk PAUD berkualitas itu 94 persen. Tetapi Putri probabiltasnya hanya 2 persen. Nah dengan keadan seperti itu, Putri tentu saja kehidupannya tidak semulus Dewi.

P A U D

SE

BAGAI GERBANG

(22)

WIDYAMITRA PAUD

Selanjutnya harris menjelaskan, dengan kondisi tersebut Dewi akan mendapat penghasilan yang lebih baik, sedangkan putri penghasilannya di bawah standar. Sehingga pertumbuhan Putri juga kurang maksimum, perkembangan otaknya juga tidak optimal, sehingga performance akademik juga dibawa standar. Ketika lulus juga bekerja paling banter di sektor informal. Ini sangat tidak aman, begitu PKL didatangi oleh satpol PP hancur semuah usaha bisnisnya.

“Begitu salah satu keluarganya

sakit, dan hanya sebuah inseden kecil, itu bisa menurunkan status ekonomi seluruh anggota keluarga. Semua hartanya terkuras karena hanya untuk membayar puskesmas atau rumah sakit. Maka dia yang tadinya tidak miskin menjadi miskin. Begitulah kira-kira permasalahan yang kita hadapi dan PAUD merupakan salah satu

gerbang pembuka” urai harris

iskandar. Selanjutnya beliau mengemukakan, kalau mau lihat bukti PAUD membawa ke gerbang kesejahteraan. Di Cina tahun 1990 tingkat kemiskinan itu 37 persen, tahun 2015 menurun menjadi 9,7 persen. Itu diklaim berkat PAUD.

“Kalau orangtua gundah, kesal

keadaan sekarang dengan berbagai karakter tidak terpuji yang ditunjukkan tokoh, dan para pablik pigur. Maka tumbuhkanlah energi positif ke pola pengasuhan yang benar. Kalau kita menginginkan anak tidak korupsi maka ajarkan mereka tentang kejujuran dan tentang tanggungjawab. Kalau kita menginginkan anak kita yang cinta tanah air, yang peduli terhadap sesama maka ajarkanlah dari sekarang kerjasama. Kalau kita lihat di kantor staf bekerja hanya asal-asalan maka bimbinglah anak, sehingga menumbuhkan etos kerja, tanggungjawab, dan disiplin yang baik. Bukan hanya sekadar memanjakan dengan berbagai materi tetapi kita menumbuhkan

disiplin yang baik”, pesan Dirjen

(23)

WIDYAMITRA PAUD

Grafik perkembangan program pendidikan anak usia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan dan menggembirakan. Hal ini disampaikan Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, pada

seminar “Peran Orangtua Dalam

Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Anak Usia Dini”.

Sabtu (19/03/2015).

“15 tahun yang lalu bila mendengar

kata-kata PAUD sangat asing. Tetapi apa faktanya sekarang ini, PAUD ada dimana-dimana, sangat menjamur. Pencapain APK sekarang sudah 70,1 persen, ini hal yang luar biasa. Selamat bagi kita

semua, karena kalau diukur dari kemampuan pemerintah sangat sedikit. Justru peran dari organisasi mitra ini, diantaranya IGTK, HIMPAUDI, bunda PAUD yang luar biasa mengkampanyekan program

pendidikan anak usia dini”, ujar

Harris Iskandar.

Harris Iskandar lebih lanjut mengatakan, peran organisasi mitra dalam mengembangkan program PAUD sangat besar. Karena dengan mitralah PAUD bisa berkembang seperti sekarang ini. Pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, untuk itu peran serta seluruh komponen bangsa sangat diperlukan. Program 1 desa

PERAN ORGANISASI MITRA

DALAM PENGEMBANGAN

(24)

WIDYAMITRA PAUD

1 PAUD belum tuntas, masih terdapat sekitar 20.000 desa yang belum memiliki PAUD.

Diharapakkan organisasi mitra dapat berkiprah lebih luas, jadi bukalah satuan PAUD di berbagai tempat yang belum ada PAUD. Kita harus mengajak seluruh daerah untuk menuntaskan ini, dan kedua tentu saja kualitasnya, bukan hanya sekadar ekspansi tetapi berkualitas. Dan kualitas intinya terletak pada kompetensi para guru PAUD, tegas Direktur Pembinaan PAUD.

Salah satu permasalahan dalam pengembangan program PAUD adalah masalah kualitas. Menurut Harris Iskandar, karena kecepatan dan penetrasi pengembangan PAUD yang luar biasa, sampai-sampai kita tidak sanggup menyediakan guru-guru PAUD, tetapi ini rupanya sudah berdiri dimana-mana.

Walhasil dengan secara sukarela itu, guru-gurunya sebagian besar masih belum berkompeten. Disinilah tampil peran mitra yang menularkan pendidikan atau ilmunya kepada guru-guru PAUD. Mitra dapat berbagi bagaimana

peran guru dan orangtua dalam peningkatan pendidikan anak usia dini yang lebih bagus, pinta Harris Iskandar.

“Pemerintah tentu tidak tinggal

diam, apa yang dilakukan organisasi mitra dalam pengembangan program PAUD. Pemerintah sangat mengapresiasi apa yang dilakukan organisasi mitra. Tidak banyak yang dilakukan pemerintah. Tahun ini kami hanya memberi bantuan 2,8 Trilyun untuk bantuan opersional PAUD. Program ini bertujuan untuk membantu biaya opersional PAUD, agar kami tidak terus menerus menguji keihlasan para penyelenggara PAUD. Saya tahu guru-guru PAUD itu ada gajinya yang cuma Rp. 150.000. ada yang Rp. 200.000,- Bahkan ketika datang ke kegiatan seminar, guru PAUD meminta kepada suaminya untuk biaya transportasi. Untuk itu, dari dana BOP silahkan menggunakan biaya transportasi ke tempat seminar peningkatan mutu sehingga guru PAUD lebih

berkompeten”, jelas Harris

(25)

WIDYAMITRA PAUD

Peluncuran lagu penumbuhan budi pekerti dan anti korupsi oleh ICW didukung Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal Pendidikan PAUD dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diselenggarakan di gedung FX Jl. Jend. Sudirman Senayan Jakarta pada hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 Pukul 14.00

– 17.00 WIB, tampak dalam gambar Bapak Haris Iskandar Direktur Jenderal Pendidikan PAUD dan Dikmas sedang menjelaskan pentingnya menanamkan Budi pekerti dan kejujuran sejak usia dini didepan perwakilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Psikolog, moderator acara.

I C W

LUNCURKAN LAGU

(26)

WIDYAMITRA PAUD

Sebelum acara talkshow didahului dengan menyanyi bersama, lomba menggambar oleh anak-anak PAUD dan yang diakhiri dengan mendengarkan dongeng mengenai motivasi belajar agar menjadi anak yang pintar dengan prestasi yang baik.

Suasana anak saat mengikuti acara menggambar dan mendengarkan dari kakak-kakak pendongeng yang diikuti oleh sekitar kurang lebih 70 anak-anak PAUD, semangatnya antuasias sekali karena didampingi oleh panitia penyelenggara dari ICW

(27)

Gambar

Grafik perkembangan
gambar Bapak Haris Iskandar

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu hari Toba pergi memancing, setelah lama menunggu Toba merasakan pancingannya ada yang menarik, dengan sekuat tenaga dia menariknya, ternyata ada seekor ikan besar

[r]

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian pembahasan, tinjauan pustaka

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku

Maka sejak saat itu, para penduduk kampung selalu menggantungkan lampion, menghiasi rumah mereka dengan ornament ornamen yang berwarna merah pada malam Tahun

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia