WIDYAMITRA PAUD
Pada tahun 2016 merupakan titik awal mencapai tujuan ke 4 dari pembangunan berkelanjutan dunia
(Sustainable Development Goals).
Yang harus dicatat disini, bagaimana mencapai tujuan tersebut dalam rangka menuju pendidikan sepanjang hajat, yang inklusif, adil, dan bermutu. Hal tersebut dikemukakan Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella Yulaelawati R., M.A. Ph.D pada saat tatap muka dengan Bunda PAUD Kota dan Kecamatan Bandung. (Bandung, 11/03/2016).
“Jadi kalau tahun 2000 sampai dengan 2015 adalah tujuan pembangunan Millennium
Development Goals dengan
pendidikan untuk semua
(Education For All). Itu sudah
berakhir”, ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Ella Yulaelawati mengingatkan, 15 tahun kedepan sampai tahun 2030 kita harus mencapai tujuan global pendidikan berkelanjutan. Tujuan yang pertama tidak ada kemiskinan
WIDYAMITRA PAUD
ada kelaparan (no hunger). Tujuan ketiga kesehatan dan kesejahteran
(health and wellbeing). Dan tujuan
keempat pendidikan yang berkualitas (quality of education).
“Sekali lagi kalau dulu Education
For All kita banyak-banyak akses
mengorbankan mutu. Sekarang tidak boleh lagi, semuanya harus bermutu, harus adil, harus tidak boleh berhenti belajar. Makanya life
long eduation for all belajar
sepanjang hayat untuk semua.
“Tolabul ilmi minal mahdi ilal lahdi”
belajar dari buain sampai keliang lahat. Disitulah tanggungjawab bunda-bunda PAUD dalam memberikan penyadaran ke masyarakat, bahwa PAUD itu penting bagi perkembangan anak
dari buaian, sejak didalam janin”,
jelas Ella Yulaelawati.
Selanjutnya Ella Yulaelawati mengingatkan, pada tahun 2030 kita memastikan seluruh anak laki-laki dan perempuan memperoleh akses perkembangan, perawatan, dan pendidikan pra-sekolah dasar yang bermutu, untuk mencapai kesiapan memasuki pendidikan dasar. Mohon diingat kesiapan memasuki pendidikan dasar bukan berarti membaca.
WIDYAMITRA PAUD
harkat dan bermartabat yang dilandasi dengan keragaman budaya, tanggungjawab, dan akuntabilatas bersama dalam mewujudkan perdamain dan pembangunan berkelanjutan, imbuhnya.
Oleh karena itu, menurut Ella Yulaelawati, sangat penting menyiapkan anak usia dini agar mereka berbudaya, bermartabat serta dapat menciptakan perdamain. Jadi bukan hanya keterampilan teknis saja seperti membaca.
Ketuntasan Gerakan 1 Desa 1 PAUD
Pada kesempataan tersebut Direktur Pembinaan PAUD menyampaikan, capaian satu desa minimal satu
PAUD sebesar 72,29%. Dari 74.053 desa di Indonesia sudah terdapat 58.174 desa yang memiliki PAUD. Kalau di kelurahan hampir semua ada PAUD, karena kelurahan ada di kota-kota.
Bahkan di DKI atau mungkin di Bandung juga bukan hanya kelurahan, bisa saja 1 RW 1 PAUD. Tapi perlu juga dilihat perizinan dan kelembagaannya perlu diupgrade
atau direfresh.
WIDYAMITRA PAUD
“Jumlah Pos PAUD di Kota
Bandung sebanyak 606 lembaga, yang tersebar di 30 kecamatan. Kemudian jumlah pendidik PAUD sebanyak 3.221 orang, dan jumlah peserta didik sebanyak 23.028
anak, untuk data tahun 2015”. Hal
tersebut disampaikan Bunda PAUD Kota Bandung, Atalia Praratya pada pertemuan dengan Direktur Pembinaan PAUD. (11/03/2016). Pertemuan yang dilaksanakan di Kota Bandung tersebut dihadiri Kasubdit, Kasi, kasubbag Tata
Usaha, dan staf dilingkungan Dit. Pembinaan PAUD. Selain itu juga dihadiri pengurus HIMPAUDI, IGTKI, dan Kabid PNFI Jawa Barat dan jajarannya, serta 30 orang bunda PAUD kecamatan Kota Bandung.
WIDYAMITRA PAUD
“Banyak sekali tantantangan
didalam perjalanan kami membina lembaga PAUD di kota Bandung. Diantaranya masih rendahnya kesadaran orangtua tentang pentingnya pendidikan pada anak
usia dini. Kemudian masih rendahnya APK PAUD, dan terbatasnya lembaga layanan PAUD terutama di dearah tertinggal dan terpencil. Kita masih banyak tempat-tempat yang
Kumad (kumuh dan padad)”,
ujarnya.
Selain itu, menurut Atalia banyak permasalahan pengembangan
PAUD di Kota Bandung. Diantaranya terbatasnya jumlah PTK yang berkompetensi. Kemudian juga masih terbatasnya sumber dana dan daya dalam peningkatan akses layanan dan
kualitas PAUD. Serta belum ada aturan atau mensyaratkan anak usia 3-6 tahun wajib mengikuti PAUD.
“Sebagai upaya peningkatan akses
WIDYAMITRA PAUD
Saya mohon bantuan dari bunda PAUD kecamatan dan juga seluruh teman-teman yang peduli terhadap anak-anak. Mari kita bekerja bersama-sama dengan cinta kita, supaya dapat terlaksana dengan
maksimal”, pintanya.
Bunda PAUD kota Bandung mengingatkan, istri dari camat adalah bunda PAUD kecamatan, dan ini akan berhenti dengan sendirinya ketika suami tidak menjabat lagi. Olehnya karena waktu yang tidak lama, kita harus maksimal dalam mendukung anak-anak kita sehat, cerdas, dan ceria agar dapat menjadi harapan bangsa. Untuk itu kita terus berlari bersama untuk menyongsong Bandung yang lebih baik dan juara, yang dimulai dari peradaban mengedapankan anak-anak kita.
Pada kesempatan tersebut, Atalia mengucapkan terimakasih ibu Ella (Direktur Pembinaan PAUD) yang
telah memilih kota Bandung dijadikan tempat melakukan pembinaan penguatan kelembagaan PAUD di daerah Cibeunying Kidul.
“Saya kira ini luar biasa, apa yang
WIDYAMITRA PAUD
Pada tanggal 10 s.d 12 Februari 2016 di Bandung-Jawa Barat, Direktorat Pembinaan PAUD melaksanakan kegiatan
“Peningkatan Kapasitas Pegawai”,
yang diikuti seluruh Kasubdit, Kasi, fungsional umum, dan staf.
Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella Yulaelawati R., M.A. Ph.D dalam arahannya menyampaikan, kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas bukan kegiatan out bond. Setiap pegawai harus memahami apa yang dimaksud dengan kapasitas.
“Peningkatan kapasitas perlu
dilakukan setahun sekali, sebagai upaya penyegaran bagi pegawai untuk mengetahui perkembangan yang ada. Serta meningkatkan rasa kebersamaan antara pegawai dan
pejabat dilingkungan Dit.
Pembinaan PAUD”, tegasnya.
WIDYAMITRA PAUD
Menurut Ella Yulaelawati, banyak sekali upaya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam bentuk pelatihan, diklat-diklat, atau kursus. Kita harus menyerap berbagai informasi. Kita harus bergerak dalam menyerap berbagai informasi terkini.
“Kata Bapak Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, jadi pimpinan itu bukan hanya memiliki kapasitas, tapi pemimpin sekarang harus punya follower atau pengikut. Setiap pimpinan harus punya SK, tapi kalau tidak punya pengikut, untuk apa jadi pemimpin.
facebook, twitter, dan media sosial
lainnya semuanya memiliki
pengikut”, ungkapnya
Selain itu Pak menteri selalu mengatakan tentang ekosistem pendidikan. Dalam misi dan visi Kemendikbud 2015-2019 disebutkan, terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dilandasi semangat gotong royong. Sedangkan Direktorat Pembinaan PAUD misi dan visinya adalah, terbentuknya insan cerdas ceria. Jadi insan sebagai obyek merupkan diri kita sendiri, yang ada disini sebagai ekosistem. Jadi
maksudnya Pak menteri, tidak mungkin ada PAUD cerdas ceria kalau kitanya sendiri ekosistemnya tidak cerdas ceria, cemberut saja, atau diam saja tidak bergerak, jelas Ella Yulaelawati.
Direktur Pembinaan PAUD selanjutnya mengingatkan, bahwa kita harus punya karakter. Kalau teman-teman yang ada di luar. Kita ini adalah ekosistem, yang kalau teman-teman bisa melaksanakan lebih baik, akan bisa merubah Indonesia yang lebih baik.
Menurut Ella Yulaelawati, ada 3 (tiga) ciri ekosistem yang berkarakter meliputi;
1. Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan;
2. Peningkatan Mutu dan akses; dan
3. Efektivitas.
Sedangkan persyaratan untuk menajemen dalam ekosistem; 1. Harus ada kesejajaran dalam
sistem;
WIDYAMITRA PAUD
3. Kreatif;
4. Memberdayakan staf;
5. Mengawal kompetensi inti; dan 6. Mengelola.
Adapun persyaratan staf masa kini menurut Ella Yulaelawati meliputi; 1. Feleksibel (siap menerima
perubahan);
2. Kecepatan waktu (bergerak cepat);
3. Menerima ambigu dan ketidaktentaun;
4. Mengkinikan (Komitmen belajar sepanjang hayat); 5. Memberi (dari pada
menerima);
6. Melayani (dari pada memerintah);
7. Mengelola diri (menyelesaikan bukan menunjuk diri); dan 8. Tidak mengambil tugas orang
lain (membuat/menyelesaikan tugas).
Sedangkan tugas staf masa kini menurut Ella Yulaelawati meliputi; 1. Berbagi informasi;
2. Dialog;
3. Menyelesaikan persoalan secara mandiri;
4. Menyelesaikan persoalan dalam kelompok;
5. Menyelesaikan persoalan antara kelompok;
6. Memberikan solusi secara fokus;
7. Sedikit arahan; dan 8. Mandiri total.
Kunci dari semua hal tersebut
adalah “Setiap pegawai harus
bergerak dan memiliki inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan, sebagai suatu
ekosistem” ujar Ella Yulaelawati
WIDYAMITRA PAUD
Ada yang berbeda dengan kegiatan yang sebelumnya pernah dilakukan. Tahun ini kegiatan bukan lagi dalam bentuk out bond, tapi dalam bentuk
“Peningkatan Kapasitas Pegawai”. Jika sebelumnya, kegiatan
lebih banyak dengan berbentuk permainan misalnya, arum jeram,
flying fox, find ball, atau permainan
yang sejenisnya. Kali ini kegiatan lebih banyak diisi dengan pembentukan karakter staf terkait dengan pengembangan program PAUD.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah merias PAUD. Para pegawai mulai dari pejabat struktural dan staf, saling bahu membahu dan bekerja sama dalam melakukan pembenahan dan penataan satuan PAUD. Penataan
dalam rias PAUD, mulai dari lingkungan bermain, maupun ruang belajar, serta sarana dan prasarana.
Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri pegawai Dit. Pembinaan PAUD dengan kondisi nyata di satuan PAUD. Selain itu untuk melihat lebih dekat permasalahan penyelenggaraan program PAUD. Sasaran kegiatan ini sebanyak 5 satuan PAUD, dengan kriteria lembaga tersebut membutuhkan pembenahan dan penataan baik lingkungan bermain,
K
EGIATAN
P
ENINGKATAN
K
APASITAS
WIDYAMITRA PAUD
ruang belajar, serta sarana dan prasarana.
Adapun sasaran program rias PAUD meliputi: 1. PAUD Tunas Bangsa di Kelurahan Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kidul. 2. Taman
Mandiri, di Kelurahan Padasuka, Kec. Cibeunying Kidul; 4. PAUD cempaka, di Kelurahan Sukapada, Kec. Cibeunying Kidul; dan 5. Taman Kanak-Kanak (TK) Hikmat I di Jalan Padasuka No. 19 Bandung.
Kegiatan tersebut, sangat diapresiasi bunda PAUD kota Bandung Atalia Praratya. Beliau mengucapkan terimaksih kepada Dit. Pembinaan PAUD yang telah membuat 5 titik PAUD di kota bandung menjadi lebih cantik. Mudah-mudahan selanjutnya bisa hadir kembali lagi untuk menambah cantik lagi di tempat-tempat (PAUD) lainnya di Kota Bandung.
Kegiatan yang lainnya adalah pertemuan dengan bunda PAUD
kota Bandung dan kecamatan. Kegiatan dimaksudkan untuk
menyamakan persepsi dan langkah serta strategi dalam pengembangan PAUD berkualitas. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pengurus HIMPAUDI, IGTKI, dan Kabid PNFI Jawa Barat.
WIDYAMITRA PAUD
Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orangtua tidak boleh beranggapan pendidikan tanggungjawab sekolah semata. Pendidikan merupakan usaha untuk membina kepribadian agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat. Menurut Fery Farhati, pendidikan mempunyai hubungan cukup luas
baik keluarga, sekolah, lingkungan, dan komonitasnya. Dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menciptakan ekosistem pendidikan. Ekosistem yang paling kecil adalah rumah. Bagi anak, rumah adalah sekolah pertama, dan orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak.
Hal tersebut disampaikan Fery Farhati ketika menjadi pembicara pada seminar “Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Anak Usia Dini”,
yang dilaksanakan oleh Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Sabtu (19/03/2015).
Namun masalahnya, pendidikan
parenting tidak ada sekolahnya.
Diilustarsikan ibu seorang dokter gigi misalnya, pasti saya jamin berusaha agar gigi anaknya tidak bolong. Ibu seorang dokter misalnya, dia dengan sepenuh hati menjaga kesehatan anak dengan ilmu yang dimiliki. Tapi menjadi orangtua
tidak ada
WIDYAMITRA PAUD
anak, ujar istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan. Menurut Fery Farhati, orangtua harus dimiliki nilai-nilai positif yang kelak akan berefek pada perkembangan anak. Nilai-nilai tersebut sebagai berikut:
1. Semangat Belajar
Anak dilahirkan sebagai pembelajar. Berbagai macam bentuk usaha belajar, dari mulai explorasi, jalan kesana kesini. Kalau anak sebagai pembelajar, namun orangtuanya tidak pembelajar maka akan tertinggal. Karena itu orangtua harus memiliki semangat Belajar.
2. Cinta
Pupuk yang paling efektif dalam kehidupan keluarga adalah cinta. Melalui cinta, maka apa yang ingin disampaikan orangtua kepada anak akan lebih mudah diserap anak-anak.
3. Visioner
WIDYAMITRA PAUD
bermimpi oleh ayahnya dengan memberikan kisah-kisah dan menunjukkan gambar-gambar tentang luar negeri. Ini loh nak yang namanya menara visa, Ini loh nak yang namanya London, Ini loh nak yang namanya Berlin. Penghasilanya juga kurang mampu, yang dari pagi sampai subuh sore bekerja berjualan nasi, karena si ayah meninggal sehingga anak-anaknya harusnya ikut sama si ibu, tapi visi tentang masa depan telah ditanamkan oleh si ayah, dan si anak bermimpi untuk sampai ke luar negeri.
Kemudian si ibu, karena kerja kerasnya dari subuh sampai
pagi hingga sore. Namun tidak lupa setiap hari mengajarkan visi kedepan. Sekarang 1 keluarga anaknya telah bekerja di PBB dan sekolah di
luar negeri. Jadi nilai visioner penting dimiliki oleh orangtua. 4. Religius
Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kepercayaan tentang ada yang lebih tinggi dari kita. Itu bisa menjaga kita dari hal-hal yang negatif. Apapun kita diajarkan hal-hal negatif akan kembali yang jauh lebih tinggi dari kita. Sikap religius harus dimiliki oleh setiap orangtua. Dimana mereka mempunyai kebiasan-kebiasan keseharian yang secara rutin yang dikerjakan, misalnya setelah shalat.
5. Integritas yang ditunjukkan
dalam “kehadiran”.
WIDYAMITRA PAUD
Menurut Fery Farhati, bahwa setiap orangtua ingin menjadi orangtua yang baik. Setiap orangtua mengharapkan dapat mendidik anak-anaknya menjadi orang hebat, cerdas, sukses, bahagia, dan bermasa depan cerah. Namun hal tersebut kadang tidak dibarengi usaha
orangtua, ingin anaknya cerdas tapi orangtuanya tidak hadir kan tidak mungkin. Ingin anaknya pintar tapi orangtuanya asal-asalan.
Sebagai contoh dalam 24 jam sehari. Anak-anak bangun jam 05.00. Jam 07.00 sampai jam 14.00 anak di sekolah, jam 15.00
WIDYAMITRA PAUD
ditunjukkan dengan fakta in,
mereka terkejut “oh iya yah waktu
saya sangat sedikit dengan
anak-anak”. “Kapan saya bisa
menumbuhkan rasa cinta kepada
anak”, “kapan saya bisa hidup
tenang dengan anak-anak”.
Ditambah lagu dengan kemajuan teknologi dan informasi sudah semakin berkembang. Kita dapat dengan mudah dan cepat mengakses informasi kapan dan dimanapun. Penggunaan
gadged/smartphone saat sekarang
ini telah menyentuh semua kalangan hingga ke anak-anak sekalipun. Namun seringkali kita sebagai penikmat dari kemajuan teknologi, kebablasan dalam menggunakannya. Sebagai contoh, ketika dirumah berkumpul dengan keluarga namun tidak setikit atau hampir semuanya hanya fokus kepada
gadged/smartphone masing.
Kalau dulu Presiden pertama RI Soekarno pernah mengatakan
“berikan aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia”. Kalau
sekarang sering dipelesetkan
menjadi “berikan saya 10 gigabyete
akan kutundukan dunia.
Kita bisa melihat sekarang, di suatu keluarga ada 4 layar dan 4 pilihan, yang satu nonton tv, yang satu main game, yang satu chatting, dan yang satu mengutak-atik laptop, dimana mereka bisa berkominakasi.
Orangtua Harus Berubah
Fery Farhati lebih lanjut mengungkapkan, masih banyak orangtua mendidik sebagaimana orangtua mereka mendidik di masa kecil. Praktek-praktek pengasuhan masih menggunakan cara-cara yang tidak tepat dan bermasalah. Masih ada yang mencubit, masih ada yang meremehkan, masih mengganggap anak kecil saja, tidak pernah ada penghargaan kepada anak.
Akibatnya 93 persen anak pernah mengalami tindak kekerasan baik di rumah maupun di sekolah (Save
the Children, Survey di 10
WIDYAMITRA PAUD
Untuk itu menurut Fery Farhati, orangtua harus berubah, orangtua harus mempunyai ilmu mendidik anak. Orangtua harus memiliki 4 K yang meliputi komonikasi, kreatifitas, koloberasi, dan kooperasi (kerjasama). Dengan menanamkan 4 hal ini dalam keluarga bukan mengejar dengan prestasi-prestasi yang terukur dengan nilai. Jadi kegagalan dalam pengasuhan anak terjadi, karena orangtua belum tahu bagaimana mendidik dan mengasuh dengan baik dan benar. Bukan karena orangtua tidak sayang pada anak-anak, tegas Fery Farhati.
Lebih lanjut Fery Farhati mengatakan, setiap langkah yang dilakukan oleh orangtua harus berpijak pada kesempatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak umur 3 tahun tidak bisa diharapkan bisa membereskan kamarnya. Jadi Penting bagi ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena: 1. Agar orangtua dapat membantu dan menciptakan kondisi yang baik sesuai kebutuhan di setiap tahapan; 2. Agar orangtua tahu apa yang
bisa diharapkan dari anak sesuai dengan tahapannya;
3. Agar orangtua tahu apa yang harus dilakukan bila ada perkembangan yang tidak tercapai.
Peran orangtua
Peran orangtua sebenarnya bukan hal-hal yang sangat saintifik. Menurut Fery Farhati peran orangtua sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya dengan membahagiakan anak dengan memberi stimulasi dan rangsangan yang positif, rasa cinta, rasa aman, kasih sayang, belaian, sentuhan dengan menggunakan 5 indera.
WIDYAMITRA PAUD
Penerapan Disiplin Pada Anak
Dalam mendidik dan mengasuh anak seringkali berhadapan dengan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan. Karena itu sering timbul dalam pertanyaan
bagaimana “mendisiplinkan” anak.
Namun sayangnya banyak orangtua gagal membedakan disiplin dengan hukuman.
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus, yang berarti
“pembelajar”. Jadi disiplin sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Anak adalah seorang murid bagi orangtuanya. Agar ini dapat terjadi maka sebagai orangtua kita selayaknya menjadi pemimpin yang berharga untuk dipatuhi dan diteladani oleh anak-anak kita.
Lalu bagaimana orangtua menerapkan disiplin tanpa hukuman terhadap anak. Menurut Fery Farhati disiplin adalah mengajarkan yang sesungguhnya yang fokusnya visioner. Sedangkan hukuman adalah menghentikan prilaku yang tidak diinginkan dengan fokusnya keterampilan sesaat.
Mari kita coba lihat kebelakang ketika kita masih kecil. Bagaimana yang diterapkan oleh orangtua kita. Apakah kita bisa melakukan apa saja dengan bebas atau dengan batasan. Jadi kalau kita melihat kebelakang banyak sekali praktek-praktek yang kadang kita tidak bisa menolak. Dan disini kita bisa mengajarkan orangtua apakah dia otoriter, ataukah demokratis, kita mengharapkan mereka untuk menjadi orangtua yang demokratis. Menurut Fery Farhati, kunci disiplin itu tidak harus langsung kepada anak, tapi dengan memberikan kebiasan-kebiasan dan memenuhi 5 Kebutuhan anak, sebagai berikut: 1. Keteraturan.
Keteraturan itu membawa
sense of control, kalau dari hari
ke hari jadwal jelas, anak dalam menghadapi besok dia lebih tenang. kalau dari hari ke hari jadwad tidak jelas, anak selalu menebak-nebak besok apa ... besok apa. sense of
control itu datang dari
WIDYAMITRA PAUD
2. Rasa aman.
Rasa aman akan menanamkan rasa Secure pada anak.
Secure lebih dalam dari
sekedar rasa percaya. Jadi adanya ‘otoritas’ yang bisa dipercaya, dihargai dan dapat mencari solusi. Kalau orangtua bisa diandalkan, anak bisa eksplorasi dengan tenang karena orangtuanya bisa diandalkan, bisa mencari solusi. Itu kebutuhan kedua. 3. Batasan
Kebebasan untuk
bereksplorasi yang diiringi dengan ekspektasi, dan struktur yang jelas. Sering kali saya melihat anak yang dijaga terus dengan berbagai larangan, tapi janji tidak boleh kesana, tidak boleh kesini. Kalau anak sudah diberi struktur yang jelas. Misalnya nak kita akan ke taman, tapi tidak boleh jauh-jauh dari mama. Ibu duduk saja ditaman, anaknya eksplorasi sendiri. Tapi kalau orangtuanya tidak memberikan ekspektasi dan struktur yang jelas maka kita akan sibuk sendiri menjaga sianak
4. Keterlibatan
Keterlibat menciptakan sebuah momen untuk anak-anak. Pengalaman dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Keterlibatan ini penting, untuk itu orangtua harus memikirkan bagaimana si anak akan mengalami sukses-sukses kecil. Ikut di dapur boleh tapi jangan disuruh menggoreng tapi misalnya ikut potong-potong sedikit. Anak akan merasa sukses dan berhasil yang kemudian akan menimbulkan rasa percaya diri. 5. Gembira
Jadilah orangtua yang penuh kasih sayang. Sikap penuh kasih sayang orangtua dalam menghadapi anak dapat membuatnya patuh tanpa harus diliputi amarah. Cara yang cerdas dalam ‘menyuruh’ anak akan jauh lebih berhasil dibandingkan mengandalkan kekerasan lisan maupun fisik.
Komonikasi Positif
kata-WIDYAMITRA PAUD
kata negatif dapat menciptakan energi negatif yang menyebabkan anak merasa tidak disukai.
Ini fakta yang sering dilakukan oleh orangtua;
7. Menumbuhkan rasa bersalah; 8. Memberi label dan mengejek; 9. Membandingkan. Dan
10. Menyindir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi yang efektif adalah, menjadi pendengar yang baik dan aktif, libatkan diri dalam kegiatan anak dan dunianya, berikan teguran yang sesuai dan masuk akal, berikan pujian untuk setiap keberhasilan, berikan kepercayaan pada anak, jadilah orangtua yang menyenangkan bagi anak, Jangan malu mengakui kesalahan, penggunaan kalimat positif , dan penggunaan pesan
“saya” bukan pesan “kamu”. Ini semua perlu didiskusikan bersama tidak hanya sekadar memberikan materi.
Konsep Diri
Orangtua perlu memiliki konsep diri yang positif sebelum kemudian anaknya memiliki konsep diri yang positif juga. Konsep diri ini terbentuk karena adanya;
1. Konsep diri adalah gambaran anak mengenai dirinya.;
2. Tumbuh dari penerimaan dan kasih sayang orangtua;
3. Konsep diri yang positif dapat membentuk rasa percaya diri; dan
4. Orangtua pun harus memiliki konsep diri yang positif tentang dirinya dalam menjalankan perannya.
Anak yang merasa dihargai keberadaannya cenderung memiliki rasa percaya diri. Untuk itu orangtua perlu membiasakan dan memberikan pujian, sapaan, salam pada anak. Sapaan mempunyai efek yang luar biasa kepada perkembangan anak. Untuk itu anak perlu diberi kesempatan merasakan keberhasilan dalam melakukan pekerjaan. Perasaan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu dan berhasil akan menumbuhkan rasa percaya diri.(adrianto)
WIDYAMITRA PAUD
“Dunia telah berkomitmen untuk
mencapai minimal 1 tahun pra SD sampai tahun 2030. Jadi dunia sudah berhitung dalam Sustainable
Development Goals atau
pembangunan yang berkelanjutan, dan kita salah satunya yang ikut dalam merativikasi. Pada tahun 2030 diharapkan 100 persen anak usia dini mendapat layanan PAUD. Tidak peduli apakah di kota atau di desa, tidak peduli apakah kaya atau miskin, laki-perempuan, karena ini merupakan prasyarat dan pembeda peringkat dalam kehidupan sehari-hari. Ungkap Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar pada saat membuka seminar Peran Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Anak Usia Dini. Sabtu (19/03/2015).
Lebih lanjut Harris mengatakan bahwa, berdasarkan hasil riset
bank dunia yang disampaikan pada seminar bank dunia di akhir tahun 2015 mengenai indeks ketimbangan ekonomi yang semakin melebar. PAUD dapat dijadikan sebagai gerbang menuju pemerataan ekonomi, dan keadilan sosial yang kita cita-citakan.
Pemicunya semua itu adalah faktor sosial ekonomi, sanitasi, air bersih, termasuk PAUD. Harris Iskandar mengilustrasikan, bahwa Dewi yang lahir di jakarta dan Putri yang lahir di Papua, itu nasibnya berbeda meskipun kita satu negara Indonesia. Dewi yang lahir di jakarta probabiltasnya untuk mendapatkan akses terhadap sosial ekonomi, sanitasi, air bersih, termasuk PAUD berkualitas itu 94 persen. Tetapi Putri probabiltasnya hanya 2 persen. Nah dengan keadan seperti itu, Putri tentu saja kehidupannya tidak semulus Dewi.
P A U D
SE
BAGAI GERBANG
WIDYAMITRA PAUD
Selanjutnya harris menjelaskan, dengan kondisi tersebut Dewi akan mendapat penghasilan yang lebih baik, sedangkan putri penghasilannya di bawah standar. Sehingga pertumbuhan Putri juga kurang maksimum, perkembangan otaknya juga tidak optimal, sehingga performance akademik juga dibawa standar. Ketika lulus juga bekerja paling banter di sektor informal. Ini sangat tidak aman, begitu PKL didatangi oleh satpol PP hancur semuah usaha bisnisnya.
“Begitu salah satu keluarganya
sakit, dan hanya sebuah inseden kecil, itu bisa menurunkan status ekonomi seluruh anggota keluarga. Semua hartanya terkuras karena hanya untuk membayar puskesmas atau rumah sakit. Maka dia yang tadinya tidak miskin menjadi miskin. Begitulah kira-kira permasalahan yang kita hadapi dan PAUD merupakan salah satu
gerbang pembuka” urai harris
iskandar. Selanjutnya beliau mengemukakan, kalau mau lihat bukti PAUD membawa ke gerbang kesejahteraan. Di Cina tahun 1990 tingkat kemiskinan itu 37 persen, tahun 2015 menurun menjadi 9,7 persen. Itu diklaim berkat PAUD.
“Kalau orangtua gundah, kesal
keadaan sekarang dengan berbagai karakter tidak terpuji yang ditunjukkan tokoh, dan para pablik pigur. Maka tumbuhkanlah energi positif ke pola pengasuhan yang benar. Kalau kita menginginkan anak tidak korupsi maka ajarkan mereka tentang kejujuran dan tentang tanggungjawab. Kalau kita menginginkan anak kita yang cinta tanah air, yang peduli terhadap sesama maka ajarkanlah dari sekarang kerjasama. Kalau kita lihat di kantor staf bekerja hanya asal-asalan maka bimbinglah anak, sehingga menumbuhkan etos kerja, tanggungjawab, dan disiplin yang baik. Bukan hanya sekadar memanjakan dengan berbagai materi tetapi kita menumbuhkan
disiplin yang baik”, pesan Dirjen
WIDYAMITRA PAUD
Grafik perkembangan program pendidikan anak usia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan dan menggembirakan. Hal ini disampaikan Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, pada
seminar “Peran Orangtua Dalam
Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Anak Usia Dini”.
Sabtu (19/03/2015).
“15 tahun yang lalu bila mendengar
kata-kata PAUD sangat asing. Tetapi apa faktanya sekarang ini, PAUD ada dimana-dimana, sangat menjamur. Pencapain APK sekarang sudah 70,1 persen, ini hal yang luar biasa. Selamat bagi kita
semua, karena kalau diukur dari kemampuan pemerintah sangat sedikit. Justru peran dari organisasi mitra ini, diantaranya IGTK, HIMPAUDI, bunda PAUD yang luar biasa mengkampanyekan program
pendidikan anak usia dini”, ujar
Harris Iskandar.
Harris Iskandar lebih lanjut mengatakan, peran organisasi mitra dalam mengembangkan program PAUD sangat besar. Karena dengan mitralah PAUD bisa berkembang seperti sekarang ini. Pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, untuk itu peran serta seluruh komponen bangsa sangat diperlukan. Program 1 desa
PERAN ORGANISASI MITRA
DALAM PENGEMBANGAN
WIDYAMITRA PAUD
1 PAUD belum tuntas, masih terdapat sekitar 20.000 desa yang belum memiliki PAUD.
Diharapakkan organisasi mitra dapat berkiprah lebih luas, jadi bukalah satuan PAUD di berbagai tempat yang belum ada PAUD. Kita harus mengajak seluruh daerah untuk menuntaskan ini, dan kedua tentu saja kualitasnya, bukan hanya sekadar ekspansi tetapi berkualitas. Dan kualitas intinya terletak pada kompetensi para guru PAUD, tegas Direktur Pembinaan PAUD.
Salah satu permasalahan dalam pengembangan program PAUD adalah masalah kualitas. Menurut Harris Iskandar, karena kecepatan dan penetrasi pengembangan PAUD yang luar biasa, sampai-sampai kita tidak sanggup menyediakan guru-guru PAUD, tetapi ini rupanya sudah berdiri dimana-mana.
Walhasil dengan secara sukarela itu, guru-gurunya sebagian besar masih belum berkompeten. Disinilah tampil peran mitra yang menularkan pendidikan atau ilmunya kepada guru-guru PAUD. Mitra dapat berbagi bagaimana
peran guru dan orangtua dalam peningkatan pendidikan anak usia dini yang lebih bagus, pinta Harris Iskandar.
“Pemerintah tentu tidak tinggal
diam, apa yang dilakukan organisasi mitra dalam pengembangan program PAUD. Pemerintah sangat mengapresiasi apa yang dilakukan organisasi mitra. Tidak banyak yang dilakukan pemerintah. Tahun ini kami hanya memberi bantuan 2,8 Trilyun untuk bantuan opersional PAUD. Program ini bertujuan untuk membantu biaya opersional PAUD, agar kami tidak terus menerus menguji keihlasan para penyelenggara PAUD. Saya tahu guru-guru PAUD itu ada gajinya yang cuma Rp. 150.000. ada yang Rp. 200.000,- Bahkan ketika datang ke kegiatan seminar, guru PAUD meminta kepada suaminya untuk biaya transportasi. Untuk itu, dari dana BOP silahkan menggunakan biaya transportasi ke tempat seminar peningkatan mutu sehingga guru PAUD lebih
berkompeten”, jelas Harris
WIDYAMITRA PAUD
Peluncuran lagu penumbuhan budi pekerti dan anti korupsi oleh ICW didukung Direktorat Pembinaan PAUD, Direktorat Jenderal Pendidikan PAUD dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diselenggarakan di gedung FX Jl. Jend. Sudirman Senayan Jakarta pada hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 Pukul 14.00
– 17.00 WIB, tampak dalam gambar Bapak Haris Iskandar Direktur Jenderal Pendidikan PAUD dan Dikmas sedang menjelaskan pentingnya menanamkan Budi pekerti dan kejujuran sejak usia dini didepan perwakilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Psikolog, moderator acara.
I C W
LUNCURKAN LAGU
WIDYAMITRA PAUD
Sebelum acara talkshow didahului dengan menyanyi bersama, lomba menggambar oleh anak-anak PAUD dan yang diakhiri dengan mendengarkan dongeng mengenai motivasi belajar agar menjadi anak yang pintar dengan prestasi yang baik.
Suasana anak saat mengikuti acara menggambar dan mendengarkan dari kakak-kakak pendongeng yang diikuti oleh sekitar kurang lebih 70 anak-anak PAUD, semangatnya antuasias sekali karena didampingi oleh panitia penyelenggara dari ICW