• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah E Learning di Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah E Learning di Sekolah"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

E-learning di Sekolah dan KTSP

TIK di Dunia Pendidikan

1. Pendahuluan

Pergeseran paradigma dalam pranata pendidikan yang semula terpusat menjadi

desentralistis membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat

sekolah. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi yang seluas-luasnya

kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalamnya berinovasi dalam

pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran.

Otonomi yang luas itu, hendaknya diimbangi dengan perubahan yang berorientasi

kepada kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dari komponen pendidikan yang terkait.

Kondisi ini gayut dengan perubahan kurikulum yang sedang diluncurkan dewasa ini oleh

pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Konsekuensi yang harus

ditanggung oleh sekolah adalah restrukturisasi dalam pengelolaan sekolah (capacity building),

profesionalisme guru, penyiapan infrastruktur, kesiapan siswa dalam proses belajar dan iklim

akademik sekolah.

Kebijakan penerapan KTSP dan pemberian otonomi pendidikan juga diharapkan

melahirkan organisasi sekolah yang sehat serta terciptanya daya saing sekolah. Sejalan

dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi

yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang

dicita-citakan dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud. Kecenderungan yang

telah dikembangkan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

pembelajaran adalah program e-learning.

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat,

(2)

menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini

membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk

digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-Learning di

lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industri (Cisco System, IBM,

HP, Oracle, dsb).

Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet,

memungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan

atau latihan. Di masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan

akan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan,

terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan.

Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang

berkaitan dengan mutu pendidikan sekarang. Dengan adanya aplikasi pendidikan jarak jauh

yang berbasiskan internet, maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk

pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan

dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapan saja.

2. Pengertian e-Learning

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar

yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu

definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan: “e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain."

(3)

menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.”

Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem

atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar

mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.

Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan

pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses

pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi

dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio,

video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar

(guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa).

Model pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan e-learning berakibat pada

perubahan budaya belajar dalam kontek pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen

penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah.

Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai

agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran.

Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam

pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga

tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta

penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelejaran.

Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah pada tingkat kesiapan peserta

belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem

penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis

TIK. Lalu, apakah mungkin program e-learning dapat dilaksanakan di sekolah? Ini yang

(4)

a. Menyiapkan program e-learning

Pengalaman menunjukan dalam menyiapkan program e-learning tidaklah sesulit

dalam bayangan kita, asalkan kita memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk menuju

ke arah itu. Tanpa komitmen dan dukungan secara teknis maka program e-learning di sekolah

tidak mungkin akan terealiasi. Ada tip tentang kunci sukses terealisasinya program e-learning,

sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Bates, 2005) dalam journal of e-learning

volume 5 tahun 2005, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan

mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi serta

kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah

barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui internet serta

mempersiapkan budaya belajar bagi siswa.

Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama

menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience,

ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa

uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or

OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian

berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan

bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan

serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan

masak-masak dalam konteks investasi jangka panjang.

b. Membudayakan belajar berbasis TIK

Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995 an, salah satu

kendalanya adalah menyiapkan peserta didik dalam budaya belajar berbasis teknologi

informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana

(5)

model-model pembelajan. Untuk mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah

keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari

lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat

mendukung untuk membudayakan anak didik dengan teknologi. Model ini telah

dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School dengan membentuk club yang

dinamai (Information Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan

budaya teknologi.

Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki

guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk

membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis

yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran

yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi

ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran

(subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan

pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan,

menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan

pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut

selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan

didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan

materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah

evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan

(additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di

internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis

(6)

Dalam penetapan kualitas pembelejaran dengan menggunakan model e-learning telah

dikembangkan oleh lembaga Qualitative Standards Scholarship Assessed: An Evaluation of

the Professoriate yang dikembangkan oleh Glassick, Huber and Maeroff, (2005), dengan

indikator-indikator instrumen yang telah dikembangkan meliputi: kejelasan tujuan

pembelajaran, persiapan bahan pembelajaran yang cukup, penyiapan metoda belajar yang

sesuai, menghasilkan hasil pembelajaran yang signifikan positif, efektifitas dalam

mempresentasikan bahan pelajaran serta umpan balik yang kritis dari peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menyelenggarakan program e-learning / digital

classroom adalah guru menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa

untuk mengukur kemajuan belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan

pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media.

Dengan mencermati perkembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan dan

beberapa komponen penting yang perlu disiapkan serta pengalaman penulis dalam

mengembangkan program e-learning maka program e-learning di sekolah bukanlah suatu

hayalan belaka bahkan sesegera mungkin untuk diwujudkan.

3. Teknologi komunikasi dan informasi di dunia pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh

terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg

(2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses

pembelajaran yaitu:

(1) dari pelatihan ke penampilan,

(2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,

(3) dari kertas ke “on line” atau saluran,

(4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,

(7)

Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media

komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa

tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan

menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan

langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup

yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan

komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut

“cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan

menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu

model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi

khususnya internet. E-Learning merupakan proses belajar-mengajar secara virtual, dimana

siswa tidak perlu datang ke kelas seperti dalam proses belajar mengajar konvensional. Siswa

dapat menentukan prioritas bahan pelajaran dan tempo belajarnya sendiri sesuai

kebutuhannya dan bisa mengulang pelajaran jika dirasakan perlu.

Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi

internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga

kriteria yaitu:

1) E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,

menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,

2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan

teknologi internet yang standar,

3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik

paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam

berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based

Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance

(8)

ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom),

Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad

20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar

terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan

salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi

transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas

kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global

untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan

pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa

dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya

dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu

kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan

global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola

kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang

ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk

beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran

yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap

muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan

internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi

dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian

maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari

keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27

Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium”

(9)

dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan,

dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan.

Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul

Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”.

Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan

datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti

laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru

berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber

classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas

pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut

“interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet.

Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran

secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai

sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi

kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan

pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam

bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan

kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju

berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini,

guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana

dikemukakan di atas.

Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas

anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:

1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan

materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi-materi untuk dilihat atau didengar, dan

(10)

2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti

untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.

3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik,

dan TV,

4) alat-alat musik,

5) alat olah raga, dan

6) bingkisan untuk makan siang.

Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa

perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.

Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah

terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif,

namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan

kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi

yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual

sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh,

tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak

kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar

penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan

yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan

ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara

proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk

(11)

a. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran

Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang

harus diwujudkan yaitu:

1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam

kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,

2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi

siswa dan guru, dan

3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan

alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar

akademik.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan

tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di

masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:

1) sesuatu yang sulit dan berat,

2) upaya mengisi kekurangan siswa,

3) satu proses transfer dan penerimaan informasi,

4) proses individual atau soliter,

5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada

satuan-satuan kecil dan terisolasi,

6) suatu proses linear.

Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai

pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:

1) proses alami,

2) proses sosial,

3) proses aktif dan pasif,

(12)

5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,

6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur

siswa,

(7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan

pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah

1) dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,

dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih,

kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;

2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi

lebih banyak, memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada

setiap siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:

1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses

pembelajaran,

2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan

berbagai pengetahuan,

3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran

berkolaboratif dengan siswa lain.

Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi

berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

(13)

dan temuan Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara

kuantitas

Transformasi fakta-fakta

Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman ,

penilaian acuan patokan Penilaian Soal-soal pilihan berganda Protofolio, pemecahan

masalah, dan penampilan Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses,

kolaborasi, ekspresi

b. Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di

atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil

pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya

individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang

pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan

sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan

terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang

dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian

diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian

sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat

diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain:

a) kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya,

b) kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam

pemecahan masalah,

c) kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan

(14)

Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki

kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas

ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani

menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor,

selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.

Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat

dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh

tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu

mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan

kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap

pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan

memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.

Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan

kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan

karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh

untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai

informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya.

Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak

terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan

komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

c. Peran guru

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki

kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari

guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan

(15)

beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak

secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer

pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber

informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul

Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches),

konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai

pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk

mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.

Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang

mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya

memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para

pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.

Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di

mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan

tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami

kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer

pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola

keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber

penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan

tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna

bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator

pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang

mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.

Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya

(16)

Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan

kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus

selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk

melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau

teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang

kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus

didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas

profesionaliemenya.

4. Keuntungan Menggunakan e-Learning

Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut:

 Menghemat waktu proses belajar mengajar

 Mengurangi biaya perjalanan

 Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,

buku-buku)

 Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas

 Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan

5. Aplikasi Web

Web merupakan salah satu tekonologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang

paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning). Secara umum aplikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:

Synchronous System

Aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai bisa

(17)

Asynchronous System

Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses

ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya

masing-masing, contohnya: BBS, e-mail, dsb.

Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai pendidikan tinggi atau institusi di

Indonesia baik intranet maupun internet, sebenarnya sudah sangat mungkin untuk

diterapkannya sistem pendukung e-Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem

synchronous atau asynchronous, namun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang efektif karena masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangannya.

Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan

tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara waktu nyata seperti

video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan

dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut,

sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat

memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan

menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem

pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.

6. Sistem Pendukung Pendididikan

Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di

(18)

tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif

dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Mereka bisa terus berkomunikasi sesamanya kapan

dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini

tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu

meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa

fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan istilah

agent.

Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya

di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang

lebih baik lagi.

7. Collaboration

Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama [1]. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam

kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya

bisa bekerjasama dalam studi.

Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam

pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta cenderung lebih mudah

dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan guru.

Gambar 1 menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda CSCL, yang terdiri dari pemakai dan tool yang digunakan. Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing,

(19)

tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi

supaya mencapai tujuan yang diiginkan.

Gambar 1: Collaboration

Dalam pelaksanaan sistem e-Learning, kolaborasi antar siswa akan menjadi faktor yang esensial, terutama pada sistem asynchronous dimana para siswa tidak secara langsung bisa mengetahui kondisi siswa lain, sehingga seandainya terjadi masalah dalam memahami

makalah yang disediakan, akan terjadi kecenderungan untuk gagal mengikutinya dikarenakan

kurangnya komunikasi antar siswa, sehingga timbul kecenderungan terperangkap pada

kondisi standstill, sehingga menyebabkan hasil yang tidak diharapkan. Ada 5 hal essensial yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat internet,

yaitu sebagai berikut:

(a) clear, positive interdependece among students

(b) regular group self-evaluation

(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and success

(d) individual accountability and personal responsibility

(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group social skills

Dalam proses kolaborasi antar siswa, guru bisa saja terlibat didalamnya secara tidak

(20)

message untuk memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi menjadi lebih

lancar.

8. Konfigurasi Sistem

Gambar 2 menunjukkan struktur global dari sistem pendukung untuk e-Learning. Pemakai sistem dalam hal ini siswa dan guru dapat mengakses ke sistem dengan

menggunakan piranti lunak browser.

Gambar 2: Struktur Sistem

Seperti pada gambar 2, Implementasi client/server untuk sistem penunjang pendidikan

berbasis kolaborasi di internet, pada dasarnya harus memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

Collaboration, untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk

diskusi atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai

misalnya: e-mail, BBS, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang akan dibuat.

(21)

Web Server, merupakan bagian mengatur akses ke sistem dan mengatur tampilan yang diperlukan dalam proses pendidikan. Termasuk pula pengaturan keamanan sistem.

Keuntungan menggunakan software diatas yaitu seluruhnya merupakan Open Source

yang bisa didownload secara gratis dari web site masing-masing, sehingga dalam implementasinya bisa ditekan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi realibilitas sistem

itu sendiri. Keuntungan lainnya yaitu untuk akses ke sistem seperti ini tidak tergantung pada

suatu platform operating system.

Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai software Open Source seperti ini, diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya, performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.

Faktor kolaborasi menjadi penting dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang

lebih efektif, karena dalam sistem pendidikan jarak jauh faktor komunikasi antar peserta akan

menjadi penentu dalam menentukan perolehan pengetahuan yang dicapai oleh setiap siswa.

Permasalahan kedepan yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:

 Pengembangan Student Model dari database untuk menformulasikan karakter siswa sehingga sistem mampu mendeteksi kondisi siswa yang bermasalah.

 Pengaturan pemakaian tool synchronous dan asynchronous dalam pelaksanaan kolaborasi, supaya tidak terjadi duplikasi yang membahas masalah yang sama

berulang-ulang.

 Membuat fasilitas penyusunan makalah di Web yang memudahkan para guru tanpa perlu

mengetahui perintah-perintah secara mendetail, yang disesuaikan dengan kebutuhan

(22)

 Selain itu proses belajar mengajar ini dapat dilakukan kapan dan dimana saja. Hal ini

tentunya akan meningkatkan efisiensi proses belajar mengajar dan membutuhkan biaya

yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di kelas

konvensional.Perkembangan ilmu Informatika dan Komunikasi yg sangat pesat

belakangan ini mendorong pula pemanfaatan e-Learning yg sangat luas dan cepat di

masyarakat. Konsep e-Learning yg berbasis teknologi Informatika ini bisa

dikelompokkan berdasarkan basis teknologi sebagai berikut:

Computer Based Training (CBT):Basis utama proses belajar mengajar ini adalah Program Komputer (Software), yang biasa dipakai siswa untuk belajar secara

interaktif dan fleksibel. Biasanya software-software pelajaran ini berisikan

bagian-bagian multimedia, seperti Animasi dan juga bagian-bagian-bagian-bagian Tools sebagai alat untuk

menyelesaikan soal-soal latihan. Bagian multimedia biasanya digunakan untuk

menjelaskan bahan-bahan pelajaran dan menjadikannya mudah dicerna oleh siswa.

 Dengan menggunakan Tools yg disediakan maka siswa mempunyai kesempatan untuk

mencoba soal-soal latihan tanpa batasan jumlah dan tingkat kesulitannya. Sistem CBT

mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai sekarang. Hal

ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yg kian menarik dan

realistis (misalnya sistem animasi 3 Dimensional). Selain untuk siswa sekolah sistem

inipun digemari oleh perusahaan-perusahaan untuk mendidik karyawannya.

 CD Pelajaran interaktif untuk matematika, Kimia dan Fisika misalnya, bisa menjadi

pelengkap dan bahan tambahan yg sangat bermanfaat bagi siswa sekolah, karena disini

siswa bisa mengambil keuntungan-keuntungan dari konsep e-Learning seperti

diuraikan diatas. Pertanyaan apakah kita bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan

(23)

Web Based Training (WBT):

Sistem ini sebetulnya merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis

teknologi internet. Jadi lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini

tergantung sekali dari infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Memang di Negara kita

yang masih belum merata jaringan internetnya, sistem ini masih belum bisa

berkembang pesat.

Salah satu komponen WBT yg sangat digemari adalah video-conferencing, dimana siswa dan

guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung.

Sistem ini berkembang pesat di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat

belajar mengajar di virtual classes ataupu virtual

9. Penutup

Sejalan dengan perkembangan teknologi jaringan khususnya internet, dan pemerataan

pemakaian fasilitas internet di Indonesia, maka sudah selayaknya untuk memulai penerapan

(24)

pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan institusi yang relatif telah memiliki fasilitas

Gambar

Gambar 1: Collaboration
Gambar 2: Struktur Sistem

Referensi

Dokumen terkait

Dunia usaha tidak dapat dipisahkan dengan teknologi modern. Banyak pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan tenaga manusia juga menggunakan alat bantu seperti

Pada E-Commerce dengan alat bantu komputer berbasislan jaringan internet akan menghasilkan proses untuk memudahkan perusahaan utnuk memudahkan penjualan kepada masyarakat

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology atau ICT) khususnya internet serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global

donesia dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, baik komunikasi langsung maupun komunikasi taklangsung melalui berbagai alat teknologi canggih (komputer, internet,

Pada dasarnya komputer dengan teknologi jaringan atau internet ini merupakan salah satu alat bantu untuk mempermudah dalam mencari informasi, baik informasi yang ada

Teknologi Informasi yang banyak digunakan biasa nya merupakan gabungan dari teknologi komputer dan komunikasi, jaringan komputer merupakan salah satu bentuknya,

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi yaitu dengan mencari sumber belajar di internet menggunakan komputer yang

Berdasarkan penelitian tersebut maka penambahan alat bantu rumpon dalam pengoperasian alat tangkap Bagan terbukti mampu mengumpulkan ikan lebih banyak apabila