PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR
ULANG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Normila
1106567
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR
ULANG
Oleh
Normila
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
©Normila
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR
ULANG
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan KPS terintegrasi siswa SMA melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada materi daur ulang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan-keterampilan siswa dalam melaksanakan penyelidikan atau percobaan dalam pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian, tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design dengan teknik pengumpulkan sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas eksperimen dengan N-gain 0,77 (tinggi) dan kelas kontrol dengan N-gain 0,26 (rendah). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap kemampuan KPS terintegrasi, pembelajaran yang dilakukan telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Hasil belajar siswa diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci : Inquiry lab, KPS terintegrasi, Daur Ulang
THE ENHANCEMENT OF HIGH SCHOOL STUDENTS’S INTEGRATED SCIENCE PROCESS SKILL THROUGH INQUIRY
LAB BASED LEARNING ON RECYCLE CONCEPT
Abstract
The purpose of this research was to identify the enhancement of integrated high school students’s science process skill through implementing inquiry lab based learning on recycle concept. The background of this research is the lack of
students’ ability in conducting observation and experimentation on learning science. One of the causes is the fact that educational condition now was
directly giving the concept without considering students’ ability in inquiry,
which is one of the aim of learning science. A quantitative method with Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design with purposive sampling technique was used for this research. Based on the result of the study, there is
significant enhancement of students’ integrated science process skill. The
experimental class has N-gain 0.77 which is on high category, while the control class has 0.26 on the low category. Most of the student gave positive responses to the implementation of integrated science process skill, which is give opportunity to the students to participate actively. The result of the learning can hopefully implemented in their daily lives.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Batasan Masalah... ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi... 9
BAB II PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG A. Pembelajaran Inquiry... 11
B. Hirarki Dalam Inquiry... 13
C. Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 18
D. Interaksi antara Kegiatan Laboratorium Dengan Inquiry ... 21
E. Keterampilan Proses Sains ... 24
2. Keterampilan Proses Sains Terintegrsi ... 28
F. Tinjauan Materi Pencemaran Lingkungan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35
B. Desain Penelitian... 35
C. Definisi Operasional... 37
D. Asumsi ... 38
E. Hipotesis Penelitian ... 38
F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 39
H.Instrumen Penelitian ... 39
I. Teknik Pengumpulan Data ... 50
J. Prosedur Penelitian ... 51
K. Analisis Data Dan Pengolahan Data ... 52
L. Alur Analisis Data ... 59
M. Alur Penelitian ... 60
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 61
B. Pembahasan... 77
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 106
B. Implikasi ... 107
C. Rekomendasi ... 109
Lampiran ... 112
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Perbedaan Karakter Jenis Inquiry Lab ... 15
2.2 Proses-Proses Sains ... 26
2.3 Karakteristik Khusus Uji Keterampilan Proses Sains... 27
3.1 Nonequivalent Control Group Design ... 35
3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 36
3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur ... 41
3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal ... 42
3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen ... 42
3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas ... 43
3.7 Klasifikasi Daya Pembeda... ... 43
3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen... 44
3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 44
3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen ... 44
3.11Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang ... 46 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab ... 47 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa ... 48
3.14 Teknik pengumpulan data ... 50
3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks ... 53
3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain) ... 57
3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa ... 57
3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa ... 58
4.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab ... 63
4.2 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 65 4.3 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67 4.4 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Indeks Gain Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol... 71 4.5 Contoh Tabel Penentuan Alat dan Bahan yang Dibuat Siswa ... 82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Proses Inquiry dalam Pembelajaran ... 20
2.2 Bagan Alur Daur Ulang Kulit Singkong ... 34
3.1 Alur Analisis Data ... 59
3.2 Alur Penelitian ... 60
4.1 Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69 4.2 Persentase Rata-rata Hasil Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab ... 70 4.3 Peningkatan KPS terintegrasi Keseluruhan Siswa pada Setiap Indikator ... 73 4.4 Nilai Rata-rata N-gian Terhadap KPS terintegrasi pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 74 4.5 Rekapitulasi Keseluruhan Tanggapan Siswa Terhadap KPS Terintegrasinya ... 76 4.6 Contoh Grafik Tabel Hasil Percobaan Siswa ... 86
4.7 Perbedaan N-gain Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A.PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 110
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 125
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 131
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 137
B.INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Penelitian KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi... 142 2. Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 147
3. Kisi-kisi Lembar Kinerja Siswa ... 149
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 150 5. Rubrik Penilaian Penskoran Soal KPS Terintegrasi dan Lembar Kinerja ... 151 C.ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN 1. Hasil Analisis Data Anates Soal KPS Terintegrasi ... 157
2. Hasil Rekapitulasi Soal KPS Terintegrasi ... 163
3. Hasil Analisis Data Anates Angket ... 164
4. Hasil Rekapitulasi Angket Respon Siswa ... 171
D.HASIL PENELITIAN
1. Lembar Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry
Lab...
172
2. Analisis Data Statistika Kelas Eksperimen dan Kels Kontrol
Pretest KPS Terintegrasi Siswa ...
3. Analisis Data Kelas Kelas Eksperimen Pretest KPS
Terintegrasi Siswa...
180
4. Analisis Data Kelas Kontrol Pretest KPS Terintegrasi Siswa 181
5. Analisis Data Kelas Eksperiemen Posttest KPS Terintegrasi
Siswa ...
182
6. Analisis Data Kelas Kontrol Posttest KPS Terintegrasi Siswa.... 183
7. Analisis Data N-Gain Kelas Eksperimen dari Pretest dan
Posttest KPS Terintegrasi Siswa ...
184
8. Analisis Data N-Gain Kelas kontrol dari Pretest dan Posttest
KPS Terintegrasi Siswa ...
186
9. Analisis Data Kelas Eksperimen Lembar Kinerja Siswa ... 187
10. Analisis Data Kelas Eksperimen Angket KPS Terintegrasi
Siswa ...
188
E. DOKUMENTASI KEGIATAN DAN SURAT PENELITIAN
1. Dukumentasi Kegiatan ... 189
2. Surat Keterangan Judgment Instrumen ... 191
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitan
Saat ini dalam dunia pendidikan, keberadaan laboratorium menjadi hal yang
sangat penting. Laboratorium merupakan tempat belajar mengajar melalui metode
praktikum. Kegiatan laboratorium memberikan pengalaman belajar kepada siswa,
sehingga bisa berinteraksi dengan alat dan bahan yang digunakan. Menurut
Ravichandran & Saravanakumar (2013) bahwa dalam pembelajaran sains yang
baik, tidak hanya memberikan teori dan eksperimen, tetapi juga mengintegrasikan
dua aspek penting ini untuk saling melengkapi proses belajar mengajar. Salah
satu pembelajaran sains modern adalah interaksi dengan kegiatan pembelajaran
laboratorium. Pembelajaran dengan adanya laboratorium dapat membantu siswa
dalam melatih kognitif, afektif serta psikomotor dengan objek atau fenomena
sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Karamustafaoglu, 2011). Dengan
demikian pembelajaran yang melibatkan kegiatan laboratorium merupakan salah
satu alternatif untuk bisa mengembangkan kemampuan siswa dari berbagai
keterampilan. Ravichandran & Saravanakumar (2013) mengungkapkan bahwa,
praktik dalam laboratorium umumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam observasi dan pemanfaatan peralatan saat melakukan percobaan.
Kegiatan pembelajaran seharusnya dapat mengoptimalkan pemahaman
siswa dengan menyeimbangkan kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut
Rustaman (2009), masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada
pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan
otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar mengajar merupakan
interaksi antara guru, siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman et al., 2003). Dalam arti
lain belajar tidak hanya transfer ilmu dari guru ke siswa melainkan ada interasksi
didalamnya sehingga untuk menciptakan pembelajaran dengan situasi yang
edukatif maka membutuhkan penyelesaian masalah, pengamatan, percobaan,
dirasakan adalah sebuah ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh
yang bisa diterima, namun, mirisnya pendidikan saat ini memberikan sedikit atau
tidak ada informasi tentang bagaimana suatu konsep itu diperoleh (Wenning,
2005). Dengan kata lain pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang
sudah jadi dari sebuah penelitian dan diinformasikan kepada siswa tanpa
menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu
tujuan utama pembelajaran sains.
Inquiry lab merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kegiatan laboratorium. Menurut Wenning (2006) dalam pembelajaran inquiry lab
siswa dapat mengintegrasikan aktivitas-aktivitas laboratorium, dimana terdapat
aktivitas awal sebelum dilakukan pembelajaran yaitu melakukan identifikasi
masalah penyelidikan, menentukan tujuan dari sebuah penyelidikan, melakukan
penyelidikan sesuai dengan masalah yang dibuat dan membuat sebuah pertanyaan
ilmiah. Inquiry lab merupakan aspek yang sangat diperlukan dalam pengajaran
sains karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses
investigasi dan penyelidikan serta dapat memberikan pemahaman tentang sifat
sains, khususnya pelajaran biologi.
Inquiry lab umumnya memberikan pemahaman kepada siswa agar lebih
mandiri dalam mengembangkan, melaksanakan rencana eksperimen dan
mengumpulkan data yang sesuai dengan hasil yang diperoleh. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis untuk menemukan hubungan yang tepat antara
variabel. Siswa yang terlibat dalam inquiry lab lebih mandiri dalam merumuskan
dan melakukan percobaan dalam sebuah tingkat penyelidikan (Wenning, 2006).
Inquiry lab dapat mengukur keterampilan proses sains membuat rumusan dan
hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan, menginterpretasi data,
mengobservasi, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengomunikasikan dan
menyimpulkan (Wenning, 2011).
Memang tidak diragukan lagi bahwa, pembelajaran inquiry lab memberikan
pengalaman belajar yang membuat siswa harus aktif dalam sebuah penyelidikan
ilmiah (scientific inquiry). Menurut Linden & Modison, (2005), dalam kegiatan
scientific teaching, pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk meminta
menjelaskan fenomena, atau menjawab pertanyaan yang merupakan metode
seorang ilmuan. Pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk membantu
siswa terlibat dalam penyelidikan ilmiah.
Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 menuntut adanya
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yang di dalamnya terdapat
kerja ilmiah dalam suatu penyelidikan (inquiry). Kegiatan dengan pendekatan
saintifik banyak digunakan pada pembelajaran sains dari semua tingkat
pendidikan (Karamustafaoglu, 2011). Pendekatan saintifik mengarahkan siswa
untuk memperoleh lima kategori penting dari pengalaman belajar, yaitu
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Melalui
pendekatan saintifik, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang bermakna
untuk dapat mengkonstruksi konsep–konsep yang diperolehnya (Tan & Wong,
2011).
Pendekatan saintifik dalam proses kegiatan pembelajaran merupakan suatu
tolak ukur yang sangat baik untuk perkembangan dan pengembangan dalam
berbagai segi keilmuan, salah satunya adalah keterampilan proses sains dari
peserta didik dalam melakukan suatu penyelidikan ilmiah. Lederman (dalam
Lederman et al., 2013) mengungkapkan bahwa penyelidikan ilmiah telah menjadi
fokus dalam pendidikan sains akhir-akhir ini, penyelidikan ilmiah mengacu pada
kombinasi dari keterampilan proses sains umum dalam ilmu pengetahuan
tradisional, kreativitas, dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuan
ilmiah. Pembelajaran dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh penemuan suatu konsep yang ada sebagai
keterampialn proses sains. Dengan keterampilan proses sains akan membuat siswa
lebih aktif, kreatif, terampil serta memiliki pengalaman yang menarik sehingga
nantinya dapat mengasah pola pikir siswa.
Umumnya guru di sekolah-sekolah lebih menitikberatkan pada kemampuan
kognitif (Rusmiyati & Yulianto, 2009), padahal dengan kemampuan keterampilan
proses sains bisa mempermudah mencapai pemahaman kemampuan kognitif
siswa. Menurut Sudargo (2009), melalui kegiatan laboratorium siswa dapat dilatih
untuk mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu
berbagai keterampilan proses sains, sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang
mendukung proses pengetahuan dalam diri siswa (Subiantoro, 2009).
Keterampilan proses sains merupakan perangkat dari kemampuan yang
sering digunakan oleh ilmuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah dalam suatu
rangkaian proses pembelajaran. Untuk meningkatkan KPS siswa dapat didukung
dengan pembelajaran yang ber-inquiry karena memberikan pengalaman kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan diri siswa dalam suatu penyelidikan
(Wenning, 2010). Keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Keterampilan proses
juga melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual karena
dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Beberapa
jenis KPS (keterampilan proses sains) menurut Rustaman, (2003) meliputi 1)
mengamati, 2) mengelompokan, 3) menafsirkan, 4) mengajukan pertanyaan, 5)
berhipotesis, 6) merencanakan percobaan, 7) menggunakan alat/ bahan, 8)
menerapkan konsep, 9) berkomunikasi, 10) melaksanaakan percobaan. Menurut
Gilbert (2011) membagi KPS menjadi dua yaitu KPS dasar dan KPS terintegrasi,
namun dalam penelitian ini KPS yang menjadi objek penelitian adalah KPS
terintegrasi menurut Rezba et al.,(1999) diantaranya meliputi 1) mengidentifikasi
variabel, 2) merumuskan hipotesis, 3) membuat desain penelitian, 4) eksperimen,
5) megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data.
Meli et al., (2013) menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang
dilakukan di sekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk
membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal
tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya
memberikan instruksi langsung. Siswa mengerakan langkah-langkah sesuai
perintah sehingga kurang melatih keterampilan berfikir dan keterampilan proses
sains. Selain itu kegiatan pembelajaran praktikum biasa belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam melakukan
eksperimen untuk menemukan konsep sendiri. Dari pernyataan tersebut, maka
pembelajaran berbasis inquiry lab memungkinkan siswa dalam mengembangkan
Adapun materi dalam penelitian adalah materi yang berpotensi untuk
penerapan pembelajaran berbasis inauiry lab yang sesuai dengan kompetensi
dasar pada kurikulum 2013 yaitu tentang perubahan lingkungan/iklim dan daur
ulang limbah dengan mendaur ulang sampah kulit singkong yang merupakan
salah satu bahan pencemar lingkungan. Singkong banyak dikonsumsi masyarakat
karena merupakan salah satu makanan pokok masyarakat tertentu, terutama
daerah pedesaan. Selain dapat diolah menjadi kripik, singkong juga dapat dikukus
dan dipadukan dengan keju menjadi jajanan singkong keju. Adapun sumber
pencemar lingkungan dari kulit singkong paling besar adalah dari limbah pabrik
tepung tapioka.
Meningkatnya konsumsi masyarakat dari singkong menyebabkan semakin
bertambahnya berat sampah kulit singkong setiap harinya sehingga menjadi salah
satu limbah pencemaran untuk lingkungan. Dari banyaknya limbah kulit singkong
ini, dapat dilakukan penanggulangan pencemaran lingkungan yaitu dari kulit
singkong menjadi bahan yang bermanfaat yaitu dengan pembuatan lem pati alami
(starch glue) yang berbahan dasar pati kulit singkong.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dilakukan sebuah penelitian
untuk melihat peningkatkan “KPS terintegrasi” siswa melalui kegiatan
pembelajaran berbasis inquiry lab dalam materi perubahan lingkungan/iklim dan
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan “KPSterintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang”?
Dari rumusan masalah diatas, agar penelitan menjadi terarah maka terdapat
beberapa pertanyaan penelitian, antara lain adalah :
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi
daur ulang?
2. Bagaimana “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
berbasis inquiry lab pada materi daur ulang?
3. Adakah perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran
berbasis inquiry lab terhadap kemampuan KPS terintegrasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan
hipotesisi penelitian antara lain yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
perbedaan peningkatan KPS terintegrasi siswa melalui penerapan pembelajaran
inquiry lab pada konsep daur ulang limbah.
2. Tujuan Khsusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah :
1) Menerapkan pembelajaran berbasis inquiry lab menurut Wenning (2011)
untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran.
2) Mengidentifikasi kemampuan awal KPS terintegrasi siswa sebelum
diterapkan suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran
berbasis praktikum biasa (resep).
3) Mengidentifikasi kemampuan KPS terintegrasi siswa setelah diterapkan
suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran berbasis
4) Mengidentifikasi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas
dengan pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas dengan pembelajaran
berbasis praktikum biasa (resep).
D. Batasan Masalah
Penelitian ini perlu adanya batasan masalah yang dikaji untuk memudahkan
dalam penelitian agar menjadi lebih fokus dan tidak keluar dari tujuan penelitian.
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian ini, maka penelitian
ini dibatasi oleh batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri Kota Bandung
semester genap tahun ajaran 2014/2015.
2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model inquiry lab
menurut Wenning (2010). Inquiry lab memilik tiga level inquiry lab yaitu
guided inquiry, bounded inquiry dan free inquiry. Dalam penelitian ini, level
inquiry lab yang dimaksud adalah guided inquiry dengan lima sintaks
pembelajaran yaitu observation, manipulation, generalitation, verification
dan application.
3. Materi penelitian ini dibatasi pada materi perubahan lingkungan/iklim dan
daur ulang limbah pada sub tema proses daur ulang (Recycle) yang
merupakan suatu cara penanggulangan masalah pencemaran lingkungan
yaitu dengan cara mendaur ulang limbah organik dari kulit singkong untuk
menghasilkan lem. Perlakuan dalam pembelajaran lebih difokuskan dalam melihat peningkatan “KPS Terintegrasi” siswa.
4. Keterampilan proses sains yang diukur adalah KPS terintegrasi yang
meliputi kemampuan 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi
variabel, 3) membuat desain penelitian, 4) melaksanakan eksperimen , 5)
megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data (Rezba et
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain yaitu :
1. Berdasarkan latar belakang masalah menurut Meli et al., (2013)
menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang dilakukan disekolah
belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk membuat hipotesis,
menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut
disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya
memberikan instruksi langsung. Selain itu menurut Wenning (2005)
menyebutkan bahwa, pendidikan selama ini yang dirasakan adalah sebuah
ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh yang bisa diterima,
namun, mirisnya sedikit atau tidak ada informasi tentang bagaimana suatu
konsep itu diperoleh. Dari teori diatas maka terdapat pernyataan yang
kurang dalam suatu pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan
dari segi keterampilan siswa, sehingga penelitian ini akan memberikan
kontribusi dalam mutu pendidikan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan siswa salah satunya adalah kemampuan KPS terintegrasi
siswa.
2. Pendidikan sekarang ini memberikan pengalaman belajar yang kurang
mengasah berbagai keterampilan-keterampilan siswa, khususnya KPS
teintegrasi yang dapat mempengaruhi kurangnya kualitas pelajar. Maka
dari itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
dunia pendidikan agar dapat meningkatkan keterampian-ketermpilan,
khususnya KPS terintegrasi siswa.
3. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendidikan khususnya guru yang akan mengembangkan kegiatan
pembelajaran formal dengan suatu model atau metode pembelajaran yang
tepat serta untuk mempermudah penyampaian materi biologi sehingga
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Penelitian ini dapat dijadikan suatu alat pembelajaran untuk memberikan
dorongan kepada guru agar menerapkan suatu model atau metode
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna
F. Stuktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah :
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh
peneliti dalam hal masalah bagaimanakah peningkatan “KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang. Dalam bab I
peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan
dilakukan dengan urutan penulisan sebagai berikut. A) latar belakang
penelitian B) rumusan masalah penelitian, C) tujuan penelitian, D)
batasan masalah, E) manfaat/ signifikansi penelitian dan F) struktur
organisasi skripsi.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORITIS
Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan variabel penelitian. Adapun cara penulisannya antara lain adalah
deskripsi teori dari penelitian yang relevan.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yaitu bagaian
yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti
merancang alur penelitannnya dari mulai model penelitian yang
diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang
digunakan hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Untuk
itu dalam bab metode penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana
cara-cara penelitan yang akan dilakukannya melalui tahapan-tahapan berikut
adalah : A) metode penelitian B) desain penelitian, C) definisi
operasional D) asumsi penelitian E) hipotesis F) populasi dan sampel G)
proses pengembangan instrumen H) instumen penelitan I) teknik
pengumulan data J) prosedur penelitan K) analisis data dan K) alur
4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (A) temuan penelitian
berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai
kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian, dan (B) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
5. BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang
menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis
temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Jadi dalam bab ini penulis
menyimpulkan penelitiannya dari awal permasalahan sampai dilakukan
BAB III METODOLOGI
Dalam penelitian ini dilakukan dengan dua macam pembelajaran, yaitu
pembelajaran praktikum biasa (resep) untuk kelas kontrol dan pembelajaran
berbasis inquiry lab untuk kelas eksperimen. Dalam pembelajaran berbasis
inquiry lab yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains
terintegrasi siswa dalam materi daur ulang.
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy
experiment. Metode quasy experiment bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang diteliti (Sugiyono,
2010). Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini diperoleh melalui
purposive sampling karena dalam penelitian ini, dua kelas yang dipilih memiliki
claster yang hampir sama. Dua kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen
(kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran inquiry lab) dan kelas
kontrol (kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran praktikum
resep). Hasil dari pembelajaran akan dibandingkan dengan pretest dan postest
yang diperoleh, kemudian nilai akan dibandingkan dengan N-gain dari perlakuan
antara dua kelas dari pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran
praktikum resep.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Design, karena kelas eksperimen tidak dipilih
secara rendem (Sugiyono, 2012).
Secara bagan, desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Tes Perlakuan Tes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O1 :Tes untuk pre-test O2 :Tes untuk post-test O3 :Tes untuk pre-test O4 :Tes untuk post-test
X :Pembelajaran berbasis inquiry lab
- :Pembelajaran dengan metode praktikum resep
Berikut terdapat Tabel perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan
eksperimen.
Tabel 3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tahapan Perlakukan Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
1 Rumusan masalah √ -
2 Berhipotesis √ -
3 Menentukan variabel √ -
4 Menentukan alat dan bahan √ -
5 Membuat desain (langkah kerja) √ -
6 Melaksanakan percobaan √ √
7 Menggunakan alat dan bahan √ √
8 Observasi √ √
9 Mengidentifikasi √ √
10 Mengumpulkan data √ √
11 Interpretasi data √ √
12 Analisis data √ √
13 Komunikasi √ √
C. Definisi Operasional
Defenisi operasional ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemahaman
dari istilah-istilah variabel dalam penelitian. Defenisi operasional disesuikan
dengan tujuan penelitian agar memudahkan untuk memahami isi dari penelitian.
Terdapat dua istilah variabel yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan proses sains terintegrasi (KPS Terintegrasi) merupakan
keterampilan proses sains satu kesatuan dari dari berbagai
keterampilan-keterampilan. Dalam penelitan ini KPS terintegrasi dilihat dari skor indeks
gain hasil pretest dan posttest dari pelaksanaan pembelajaran berbasis
inquiry lab. Soal KPS terintegrasi yang dikembangkan oleh peneliti dengan
validitas dan reabilitas dari hasil uji coba instrumen yaitu test keterampilan
roses sains terintegrasi (KPS terintegrasi) memuat kemampuan 1)
merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi variabel, 3) membuat desain
penelitian, 4) melaksanakan eksperimen, 5) megumpulkan dan membuat
grafik data, 6) menganalisis data yang harus dimiliki oleh siswa secara satu
kesatuan dari enam indikator keterampilan proses sains tersebut.
2. Pembelajaran berbasis inquiry lab merupakan pembelajaran dimana
mengarahkan siswa terlibat dalam kegiatan laboratorium dengan
memecahkan suatu masalah dalam suatu penyelidikan dari masalah yang
diberikan oleh guru mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh limbah kulit singkong. Pembelajaran berbasis inquiry lab dengan
sintaks pembelajaran observation, manipulation, generalitation, verification
dan application. Dalam penyelesaian masalah siswa harus memperhatikan
kaidah sains melalui pendekatan saintifik. Untuk menyelesaikan
penyelidikan maka dalam kegiatan pembelajaran meminta siswa untuk
menentukan masalah yang akan diselesaikan, membuat hipotesis dari
rumusan masalah yang dibuat, menentukan variabel dalam penyelidikan,
membuat desain peyelidikan, melaksanakan desain penyelidikan yang sudah
dibuat, mengumpulkan data dari hasil penyelidikan kemudian hasil tersebut
D. Asumsi
Adapun asumsi yang mendasari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan percobaan laboratorium adalah cara yang paling efektif
untuk menyederhanakan dan memperjelas pemahaman teori yang
kompleks (Ravichandran & Saravanakumar, 2013).
2. Keterampilan proses sains sangat penting untuk pembelajaran yang
bermakna karena berkesan sepanjang hidup, sehingga dapat menemukan,
menafsirkan, dan menilai bukti-bukti dari kondisi yang berbeda yang
akan dihadapi (Karamustafaoglu, 2011).
3. Inquiry lab merupakan model pembelajaran yang berbeda dengan
aktivitas kegiatan laboratorium biasa karena laboratorium biasa hanya
inquiry terstruktur saja sedangkan inquiry lab lebih berorientasi terhadap
hasil dan penyelidikan yang lebih mendalam (Wenning, 2005).
4. Keterampilan proses sians terintegrasi berkembang baik dalam
pembelajaran yang melibatkan praktikum (Ramdani, 2012).
E. Hipotesis Penelitan
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
Terdapat perbedaan peningkatan KPS (keterampilan proses sains)
terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan eksperimen.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMAN 6
Bandung tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X MIA di SMAN 6 Bandung sebanyak 2 kelas. Sampel yang diambil yaitu kelas
X MIA 4 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan
pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas X MIA 5 yang dipilih sebagai kelas
kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis
G. Proses Pengembangan Instrumen
Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengembangkan
instrumen penelitian ini adalah:
1. Menganalisis RPP yang akan digunakan dalam pebelajaran berbasis
inquiry lab pada materi daur ulang.
2. Menentukan indikator yang digunakan untuk membuat pertanyaan pada
instrumen yang digunakan berupa soal essay, lembar kinerja siswa dan
pernyataan angket siswa.
3. Kemudian mengembangkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan
dalam soal tes uraian, lembar kinerja siswa dan penyataan untuk angket
siswa.
4. Melakukan judgment instrumen dan RPP kepada dosen pembimbing.
5. Melakukan judgment instrumen ke dosen ahli.
6. Instrumen diuji coba terlebih dahulu pada kelompok siswa yang tidak
terlibat dalam penelitian dan sudah mengikuti pokok bahasan yang di
sampaikan.
7. Untuk menghasilkan soal yamg baik adalah dengan diuji coba. Tujuan
dari uji coba ini untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan
dengan menguji validitas, reabilitas, tingkat pembeda dan tingkat
kesukaran, sehingga saat pelaksanaan penelitian benar-benar dapat
mencerminkan kemampuan siswa yang sedang diteliti dari kemampuan
“KPS” terintegrasi siswa yang diukur.
H. Instrumen Penelitian
Dalam mengumpulkan data dari penelitian ini, instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran
1. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Inquiry Lab
Instrumen ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan
pembelajaran dari pembelajaran inquiry lab dengan lima sintaks yaitu
observation, manipulation, generalitation, verification dan application.
2. Tes Kemampuan KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi Kemampuan KPS terintegrasi siswa diukur dengan alat ukur berupa
tes tertulis. Tes ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis inquiry lab.
Tes tertulis berupa soal uraian terstruktur yang saling berhubungan satu
dengan lainnya. Soal ini bertujuan untuk mengukur “KPS terintegrasi”
siswa pada materi daur ulang. Kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur
Aspek KPS
terintegrasi
Soal terstruktur Indikator Khusus Nomor
soal
1. Membuat
hipotesis
2. Mengidentifik
asi variabel
Rumusan masalah Mengenali permasalahan yang dapat
diselidiki secara ilmiah
1
Hipotesis Menduga kejadian sementara dari
permasalahan yang diselidiki sesuai
yang dibutuhkan dalam penyelidikan 4
Menyimpan data dalam bentuk tabel
percobaan
dari tabel dan grafik percobaan
8
Kesimpulan Membuat suatu kesimpulan yang
berhubungan dengan rumusan masalah 9
Total Soal 9
Berikut merupakan rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal uraian
untuk mencapai KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.
a. Validitas
Tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria,
dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Soal
dikatakan valid apabila soal tes mengukur apa yang seharusnya diukur dimana
(validitas empiris). Dua hal ini merupakan dasar pengelompokan validitas tes
(Arikunto, 2012).
Suatu soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada soal memiliki
kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini untuk
mengetahui validitas soal dilakukan dengan menggunakan program ANATES.
Nilai validitas yang telah diketahui selanjutnya diinterpretasikan mengenai
besarnya koefisien korelasi menggunakan kriteria validitas pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
Berikut disajikan data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji instrumen
soal kemampuan KPS Terintegrasi pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen
Kriteria No.Soal Jumlah Soal %
Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subjek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat
kesetaran hasil (Arikunto, 2012). Suatu tes dapat dikatakan memiliki reabilitas
yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dimana
reabitias ini berhubungan dengan konsistensi soal dalam memberikan hasil
pengukuran (Sriyati,2011).
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau
ketetapan hasil pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan tes
dalam urutan yang sama dalam kelompok (Arikunto, 2010). Dalam penelitian
ini untuk mengetahui reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan program
ANATES. Selanjutnya, dilakukan interpretasi nilai reliabilitas berdasarkan
kriteria reliabilitas pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas
Batasan Kategori
Hasil perhitungan reliabilitas instrumen yang diuji cobakan dengan
menggunakan ANATES menunjukkan nilai 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi.
c. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan
berkemampuan rendah. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi
dengan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah (Arikunto, 2012).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui
bantuan program ANATES. Selanjutnya, besarnya nilai tingkat daya pembeda
diinterpretasi berdasarkan kriteria daya pembeda pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda
Data rekapitulasi daya pembeda hasil uji instrumen soal KPS terintegrasi
Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen
kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu butir soal.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar
(Arikunto, 2012). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
berusaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat membuat
siswa putus asa dalam mengerjakannya. Dalam penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal dilakukan melalui bantuan program ANATES.
Selanjutnya diinterpretasi mengenai besarnya nilai tingkat kesukaran soal
menggunakan kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran
Batasan Kategori
0,00<P≤0,30 Soal sukar
0,30<P≤0,70 Soal sedang
0,70<P≤1,00 Soal mudah
(Arikunto 2012)
Berikut ini merupakan data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba
instrumen disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen
Kriteria No.Soal Jumlah
Soal %
Sukar - - -
Sedang 1,2,3,4, 5 5 55,6
Mudah 6,7,8,9 4 44,4
Rekapitulasi hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas,
daya pembeda, taraf kesukaran dan kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan
Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang
No
Daya Pembeda Taraf Kesukaran Validitas
Kesim.
Reliabilitas
D interpretasi P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi
1 0,14 Sangat baik 0,60 Sedang 0,844 Sangat tinngi Terima
0,78 Tinggi 2 0,10 Sangat Baik 0,50 Sedang 0,807 Sangat tinggi Terima
3 0,12 Sangat Baik 0,60 Sedang 0,859 Sangat tinggi Terima
4 0,10 Sangat Baik 0,55 Sedang 0,710 Tinggi Terima
5 0,92 Sangat Baik 0,51 Sedang 0,642 Tinggi Terima
6 0,35 Cukup 0,83 Mudah 0,480 Cukup Terima*
7 0,78 Sangat Baik 0,82 Mudah 0,501 Cukup Terima*
8 0,42 Baik 0,78 Mudah 0,464 Cukup Terima*
9 0,21 Cukup 0,82 Mudah 0,615 Tinggi Terima
Keterangan :
3. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Angket diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap hasil pembelajaran terkait kemampuan dari “KPS terintegrasi
siswa. Angket siswa berisi pernyatan-pernyatan yang mengungkap kemampuan
hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Adapun angket yang digunakan
terdiri dari 10 item soal dengan menggunakan skala likers. Skor yang diberikan
dari 1-4. Skala Likert untuk siswa terdiri dari jawaban sangat setuju (skor 4),
setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Kisi-kisi
angket respon siswa terhadap pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.12 berikut
:
Tabel 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab
No Indikator Angket Respon No angket
Pendapat kemampuan Pra dsain penyelidikan 1,2,3
1 Kemampuan dalam merumuskan masalah 1
2 Kemampuan dalam merumuskn hipotesis 2
3 Kemampuan dalam menentukan variabel-variabel dalam percobaan 3
Pendapat kemampuan dalam men-desain penyelidikan 4,5
4 Pendapat kemampuan menentukan alat dan bahan dalam percobaan 4
5 Pendapat dalam membuat desain (langkah kerja) percobaan 5
Pendapat kemampuan pelaksanaan penyelidikan 6
6 Pendapat kemampuan dalam melakukan penyelidikan 6
Pendapat dalam mengumpulkan data penyelidikan 7,8
7 Pendapat kemampuan dalam memgumpulkan data dalam bentuk tabel 7
8 Pendapat kemampuan dalam mengubah data dalam bentuk grafik 8
Menganalisis Data 9,10
9 Pendapat siswa dalam kemampuan menginterpretasikan data. 9
10 Pendapat siswa dalam kemampuan membuat sebuah kesimpulan dari
penyelidikan.
Tabel 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa
No
Taraf Kesukaran Validitas
Kesim.
Reliabilitas
P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi
1 0,87 Mudah 0,674 Tinngi Terima
0,71 Tinggi
2 0,62 Sedang 0,578 Cukup Terima
3 0,67 Sedang 0,549 Cukup Terima
4 0,80 Mudah 0,604 Tinggi Terima
5 0,58 Sedang 0,540 Cukup Terima
6 0,80 Mudah 0,573 Cukup Terima*
7 0,83 Mudah 0,734 Tinggi Terima
8 0,85 Mudah 0,618 Tinggi Terima
9 0,83 Mudah 0,692 Tinggi Terima
10 0,85 Mudah 0,850 Sangat tinggi Terima
Keterangan :
4. Lembar Kinerja Siswa
Lembar kinerja siswa merupakan instrumen yang memperkuat dalam
mengukur “KPS terintegrasi”. Lembar kinerja siswa ini digunakan untuk mengetahui kinerja siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran
berbasis inquiry lab. Lembar penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan
berbasis inquiry lab dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian
ini, pengambilan data melalui lembar observasi melibatkan lima observer.
Sebelumnya, observer sudah mendapatkan penjelasan yang meliputi penjelasan
penggunaan lembar observasi kinerja pada saat kegiatan pembelajaran
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data disesuaikan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Teknik pengumpulan dapat dilihat pada Tabel
berikut ini :
Tabel 3.14 Teknik pengumpulan data
No Data Sumber Data Data Diambil
1
Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi
daur ulang? Lembar Observasi
Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar Observasil Keterlaksanaan Pembelajaran berbasis inquiry lab
(Wenning, 2011) diobservasi oleh observer.
2
Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran berbasis Inquiry Lab?
Pre test Pre test dilaksanakan di awal pembelajaran
pada siswa kelas X sebelum perlakuan. 3 Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
berbasis Inquiry Lab?
Pre test dan post test
Post test dilakukan di setelah selesai
pembelajaran bebrasis inquiry lab di kelas.
4 Bagaimana perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol?
Hasil penilaian dari pre-test dan post- test soal KPS terintegrasi antara kelas kontrol dan ekspreimen di bandingkan.
5 Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran
berbasis inquiry lab pada materi daur ulang.
J. Prosedur Penelitan
Secara garis besar dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.
1. Tahap Persiapan
a. Membuat proposal penelitian
b. Melaksanakan seminar prososal penelitian yang bertujun untuk
memperoleh masukan-masukan untuk memperlancar penelitian yang
akan dilaksanakan
c. Merevisi dan menyempurnakan proposal penelitian
d. Menyusun instrumen-instumen penelitian dan dijudgement oleh dosen
pembimbing dan dosen ahli
e. Melakukan konsultasi dengan pihak sekolah untuk kepentingan
penelitian
f. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang bukan termasuk sampel
untuk mengukur validitas, reabilitas dan tingkat kesukarang instrumen.
g. Proses analisis validitas dan reliabilitas instrumen.
h. Perbaikan instrumen penelitian (jika terdapat kekurangan atau kurang
layak).
i. Membuat surat izin penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Kelas yang akan dijadikan sebagai sampel, dipilih dari populasinya (kelas X
IPA di SMAN 6 Kota Bandung).
a. Kelas Eksperimen
1) Sebelum dilakukan pembelajaran, siswa sebagai sampel penelitian
diberikan soal pretest.
2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas
eksperimen.
3) Mendiskusikan masalah yang disediakan
4) Memecahkan masalah yang mereka temui dari masalah yang diberikan
dengan mencoba menyelidiki masalah yang dihadapi.
6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest
7) Memberikan angket yang berisi tentang hasil belajar yang diperoleh
setelah proses belajar mengajar berakhir sebagai informasi tambahan.
b. Kelas Kontrol
1) Melakukan pretest pada kelas yang dijadikan sampel penelitian
2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum biasa pada kelas
kontrol
3) Melakukan diskusi kelompok terhadap observasi yang mereka temui saat
pengamatan
4) Siswa menyimpulkan hasil diskusi yang mereka lakukan dari hasil
observasi percobaan
5) Melakukan posttest setelah proses belajar mengajar berakhir.
6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest
Melakukan pengolahan data
K. Analisis Data dan Pengolahan Data
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Sintaks) Inquiry
Lab
Lembar observasi keterlaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan sintaks dari pembelajaran inquiry
lab. Dari data lembar observasi ini, dapat dikaitkan dengan hasil keterampilan
proses sains terintegrasi siswa dari pembelajaran inquiry lab. Adapun
penjelasan dari sintaks pembelajaran inquiry lab dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3.15 Sintaks Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab
Sintaks Pembelajaran Deskriptor
1. Observation a. Meninjau kemampuan awal siswa dalam percobaan yang akan dilakukan
b. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel bebas dari penyelidikan yang dilakukan
c. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel terikat dari penyelidikan yang dilakukan
d. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel kontrol dari penyelidikan yang dilakukan
2. Manipulation a. Siswa membuat suatu desain percobaan pada Lembar Kerja Siswa (LKS)
b. Siswa melakukan eksperimen dengan menemukan perbandingan yang sesuai antara ekstraks kulit singkong dan kapur gypsum terhadap kualitas lem
3. Generalitation a. Siswa melakukan pengamatan dari hasil penyelidikan
b. Siswa melakukan diskusi kelompok dan mengolah data dalam bentuk tabel dan grafik
c. Siswa dapat menuliskan hasil pengamatan yang telah dilakukan
4. Verification a. siswa mempresentasikan hasil penyelidikan/eksperimen yang dilakukan
b. siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi dan menarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan
5. Application a. siswa menjawab pertanyaan dari LKS melalui diskusi kelompok b. siswa dipandu oleh guru membahas fenomena lain dari
pencemaran lingkungan dan upaya penanggulangan
(Wenning, 2011)
Spesipikasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran D.1
dimana keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer. Data yang diperoleh
dihitung dengan rumus berikut :
Persen keterlasanaan = total skor yang diperoleh X 100%
Skor maksimal
Data yang diperoleh dikategorikan melalui Tabel kategori hasil
keterlaksanaan sintaks pembelajaran inquiry lab.
Tabel 3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks
Rentang Indeks Kategorisasi
2. Pengolahan Data Tes KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi Siswa
Pengolahan data tes dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap
data pretest dan posttest. Data tersebut diperoleh dengan memberikan tes
uraian (essay) sebanyak 9 soal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Langkah pertama dalam pengolahan data kuantitatif tersebut adalah
menghitung skor jawaban (pretest dan posttest) dengan cara memberi skor dari
jawaban siswa sesuai dengan rubrik penilaian, kemudian skor yang telah
diperoleh diubah menjadi nilai dengan ketentuan sebagai berikut:
(Arikunto, 2012)
Setelah melakukan penskoran nilai siswa, selanjutkan melakukan uji
statistika.
1) Uji Prasyarat
Uji prasayarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah
hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah
nonparametrik (Sudjana, 2005). Semua pengujian statistik pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan softwere SPSS Versi 20 dan microsoft
exel. Uji prasyarat ini terdiri dari :
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data skor pretest
menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0: Data skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: Data skor pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria
pengujiannya adalah :
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji selanjutnya. Hasil
pengujian yang menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang
Tetapi apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
maka digunakan statistika non parametrik dengan Uji Mann-Whitney.
b)Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Pengujian homogenitas varians
menggunakan uji F atau Levene’s tes. Pengujian homogenitas varians
menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya sebagai berikut :
H0: = (Varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol
homogen), H1: ≠ (Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol tidak homogen) Dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini maka kriteria
pengujiannya adalah :
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
e. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata serta
membandingkan N-gain yang diperoleh pada kelas kontrol dengan
eksperimen. Jenis uji dua rata-rata yang digunakan bergantung kepada
jumlah sampel, jika ≥ 30 dan data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji z independen, namun jika data tidak berdistribusi
normal maka dilakukan uji Mann-Whitney (Sudjana, 2005). Hipotesis
dalam pengujian berikut ini adalah: H0= tidak dapat perbedaan yang
2) Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Pretest)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa di awal sebelum
perlakuan. Data pretest dan posttest berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan
menggunakan Uji Mann-Whitney (statistika nonparametrik). Hipotesis
ujinya adalah sebagai berikut. H0: µk = µe (rata-rata skor pretest kelas
eksperimen dan kontrol tidak sama/berbeda secara signifikan) H1: µk ≠ µe
(rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol sama/tidak berbeda
secara signifikan). Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05.
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah :
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Posttest)
Uji ini dilakukan dalam menguji perbedaan dua rata-rata skor posttest
yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji
perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney
(statistika nonparametrik). Hipotesis ujinya adalah sebagai berikut.
H0: µe = µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen tidak lebih baik dari
rata-rata skor posttest kelas kontrol)
H1: µe> µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata
skor posttest kelas kontrol)
Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian
hipotesisnya adalah :
H0 diterima apabila nilai sig. > 0,05
H0 ditolak apabila nilai sig. < 0,05
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α= 0,05,
artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai
probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%, tingkat signifikansi α=
0,05 sudah lazim digunakan karena dinilai cukup ketat untuk mewakili
Analisis data dalam penelitian peningkatan keterampilan proses sains
terintegrasi siswa dihitung dengan skor N-Gain (Meltzer, 2002) digunakan
rumus:
Tabel 3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Rentang Kriteria
Penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran berbasis
inquiry lab diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa. Nilai
kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara menghitung:
Persen Kinerja : total skor yang diperoleh X 100%
Skor maksimal
Presentasi yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria pada Tabel di
bawah ini:
Tabel 3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa
5) Angket Respon Siswa
Data yang diperoleh melalui angket diolah dengan cara melakukan
pensekoran setiap aspek pada angket. Adapun angket yang digunakan dengan
menggunakan skala likers-4. Setiap pernyataan terdiri dari empat pilihan
jawaban. Perhitungannya sebagai berikut:
Persen angket = total skor yang diperoleh X 100%
Skor maksimal
Hasil presentase perhitungan kuantitatif ini ditafsirkan dengan
menggunakan kategorisasi menurut Koentjaraningrat 1999 (dalam Hadiyana,
2011) pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa
Presentase Kategorisasi
0% Tidak satupun
1% - 30% Sebagian kecil
31% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 80% Sebagian besar
81% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
L. Alur Analisis Data
Gambar 3.1 Alur Analisis Data Pemberian skor hasil pre-test dan
post-test
Uji homogenitas dan normalitas rerata pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Penentuan rerata masing-masing nilai pre-test dan post-test pada
kedua kelas
Normal dan homogen: membandingkan nilai rerata pre-test kelas kontrol dan eksperimen
Uji parametrik Tidak normal dan homogen:
uji non-parametrik
Rerata nilai sama:
membandingkan nilai rerata post-test kedua kelas
Rerata nilai tidak sama:
M. Alur Penelitian.
Pembuatan Instrumen penelitian (Tes kemampuan KPS terintegrasi, Sintaks Pembelajaran, Lembar observasi kinerja dan Angket respon siswa.
Judgemen instrumen kepada dosen ahli lalu revisi instrumen
Uji coba instrumen penelitian
Analisis data hasil uji coba instrumen
Perbaikan instrumen
Kelas Kontrol
Diberikan pretest (tes soal uraian)
Kelas eksperimen
Diberikan pretest (tes soal uraian)
Melakukan pembelajaran daur ulang dengan pembelajaran praktikum biasa (resep). Siswa
dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah lima - enam
orang.
Melakukan pembelajaran inquiry lab dengan konsep daur ulang. Siswa
dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah
lima- enam orang.
Diberikan posttest (tes soal uraian ) Diberikan posttest (tes soal uraian )
Diberikan angket
Pengolahan data
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian menunjukakkan
bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen
dapat berlangsung dengan sangat baik sesuai dengan kriteria keterlaksanaan
sintaks dari pembelajaran berbasiss inquiry lab. Pembelajaran ini memberikan
pengaruh yang besar untuk hasil belajar siswa yaitu terhadap kemampuan KPS
terintegrasi siswa. Peningkatan kemampuan KPS terintegrasi dapat terjadi karena
pada sintaks inquiry lab terdiri dari Observation, Manipulation, Generalisasi,
Verification dan Application yang secara tidak langsung dapat meningkatkan KPS
terintegrasi siswa. Selain itu pembelajaran ini cukup menantang dan menarik
perhatian siswa karena masalah yang diungkapkan dikaitkan dengan pengalaman
sehari-hari.
Berdasarkan analisis uji statistika rata-rata nilai posttest KPS terintegrasi
siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas
eksperimen menunjukkan bahwa KPS terintegrasi siswa terjadi peningkatan
dengan kategori tinggi. Dari pembelajaran berbasis inquiry lab terjadi perbedaan
peningkatan KPS terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dimana N-gain kelas eksperimen termasuk ke dalam kategori tinggi (0,77) dan
kelas kontrol termasuk kategori rendah (0,26) yang menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian diterima yakni terdapat perbedaan peningkatan KPS
(keterampilan proses sains) terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan
eksperimen. Selain itu juga Sebagian besar siswa memberikan respon setuju
terhadap kemampuan KPS terintegrasinya dari pembelajaran berbasis inquiry lab.
B. Implikasi
Pembelajaran berbasis inquiry lab dapat meningkatkan banyak keterampilan
terutama KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi serta memunculkan respon
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan implikasi di atas perlu diperhatikan beberapa saran
perbaikan sebagai berikut: Para guru biologi disarankan untuk menggunakan
model pembelajaran inquiry lab sebagai model pembelajaran alternatif dalam
pembelajaran biologi karena dengan model inkuiri, dapat terjadi peningkatkan
KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.
1. Agar belajar lebih bermakna maka guru-guru biologi sebaiknya
memperhatikan proses dari pembelajaran dan model pembelajaran yang
diterapkan karena kemampuan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi
siswa berpengaruh terhadap model pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
terbukti dengan adanya pengaruh pembelajaran terhadap model
pembelajaran untuk mencapai keterampilan siswa.
2. Guru biologi disarankan agar selalu membuka diri dan mencoba
menerapkan berbagai model pembelajaran dari hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan. Usaha untuk terus mengembangkan diri dan menambah
pengatahuan tentang cara menggunakan model pembelajaran yang tepat,
hendaknya terus dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas
dan meningkkan ketermpilan proses siswa untuk kesiapan siswa mencapai
jenjang yang lebih tinggi yaitu di dunia perkuliahan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis
dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dengan
mengkolaborasikan pembelajaran inquiry lab pada subjek penelitian yang
berbeda.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang
melibatkan KPS terintegrsi dengan menyertakan rubrik terintegrasi dan soal
tes yang lebih sesuai dengan standar soal KPS terintegrasi, sehingga KPS
terintegrsi siswa benar-benar dapat diniliai dengan baik.
5. Guru harus mampu memanjemen waktu yang telah dialokasikan mengingat
pmbelajaran inquiry lebih membutuhkan waktu yang lebih lama agar tujuan