• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

Normila

1106567

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

Oleh

Normila

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Normila

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan KPS terintegrasi siswa SMA melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada materi daur ulang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan-keterampilan siswa dalam melaksanakan penyelidikan atau percobaan dalam pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian, tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design dengan teknik pengumpulkan sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas eksperimen dengan N-gain 0,77 (tinggi) dan kelas kontrol dengan N-gain 0,26 (rendah). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap kemampuan KPS terintegrasi, pembelajaran yang dilakukan telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Hasil belajar siswa diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : Inquiry lab, KPS terintegrasi, Daur Ulang

(5)

THE ENHANCEMENT OF HIGH SCHOOL STUDENTS’S INTEGRATED SCIENCE PROCESS SKILL THROUGH INQUIRY

LAB BASED LEARNING ON RECYCLE CONCEPT

Abstract

The purpose of this research was to identify the enhancement of integrated high school students’s science process skill through implementing inquiry lab based learning on recycle concept. The background of this research is the lack of

students’ ability in conducting observation and experimentation on learning science. One of the causes is the fact that educational condition now was

directly giving the concept without considering students’ ability in inquiry,

which is one of the aim of learning science. A quantitative method with Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design with purposive sampling technique was used for this research. Based on the result of the study, there is

significant enhancement of students’ integrated science process skill. The

experimental class has N-gain 0.77 which is on high category, while the control class has 0.26 on the low category. Most of the student gave positive responses to the implementation of integrated science process skill, which is give opportunity to the students to participate actively. The result of the learning can hopefully implemented in their daily lives.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Batasan Masalah... ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi... 9

BAB II PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG A. Pembelajaran Inquiry... 11

B. Hirarki Dalam Inquiry... 13

C. Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 18

D. Interaksi antara Kegiatan Laboratorium Dengan Inquiry ... 21

E. Keterampilan Proses Sains ... 24

(7)

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrsi ... 28

F. Tinjauan Materi Pencemaran Lingkungan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35

B. Desain Penelitian... 35

C. Definisi Operasional... 37

D. Asumsi ... 38

E. Hipotesis Penelitian ... 38

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 39

H.Instrumen Penelitian ... 39

I. Teknik Pengumpulan Data ... 50

J. Prosedur Penelitian ... 51

K. Analisis Data Dan Pengolahan Data ... 52

L. Alur Analisis Data ... 59

M. Alur Penelitian ... 60

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 61

B. Pembahasan... 77

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 106

B. Implikasi ... 107

C. Rekomendasi ... 109

(8)

Lampiran ... 112

DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Perbedaan Karakter Jenis Inquiry Lab ... 15

2.2 Proses-Proses Sains ... 26

2.3 Karakteristik Khusus Uji Keterampilan Proses Sains... 27

3.1 Nonequivalent Control Group Design ... 35

3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 36

3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur ... 41

3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal ... 42

3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen ... 42

3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas ... 43

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda... ... 43

3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen... 44

3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 44

3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen ... 44

3.11Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang ... 46 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab ... 47 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa ... 48

3.14 Teknik pengumpulan data ... 50

(9)

3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks ... 53

3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain) ... 57

3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa ... 57

3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa ... 58

4.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab ... 63

4.2 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 65 4.3 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67 4.4 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Indeks Gain Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol... 71 4.5 Contoh Tabel Penentuan Alat dan Bahan yang Dibuat Siswa ... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Proses Inquiry dalam Pembelajaran ... 20

2.2 Bagan Alur Daur Ulang Kulit Singkong ... 34

3.1 Alur Analisis Data ... 59

3.2 Alur Penelitian ... 60

4.1 Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69 4.2 Persentase Rata-rata Hasil Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab ... 70 4.3 Peningkatan KPS terintegrasi Keseluruhan Siswa pada Setiap Indikator ... 73 4.4 Nilai Rata-rata N-gian Terhadap KPS terintegrasi pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 74 4.5 Rekapitulasi Keseluruhan Tanggapan Siswa Terhadap KPS Terintegrasinya ... 76 4.6 Contoh Grafik Tabel Hasil Percobaan Siswa ... 86

4.7 Perbedaan N-gain Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 110

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 125

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 131

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 137

B.INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Penelitian KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi... 142 2. Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 147

3. Kisi-kisi Lembar Kinerja Siswa ... 149

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 150 5. Rubrik Penilaian Penskoran Soal KPS Terintegrasi dan Lembar Kinerja ... 151 C.ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN 1. Hasil Analisis Data Anates Soal KPS Terintegrasi ... 157

2. Hasil Rekapitulasi Soal KPS Terintegrasi ... 163

3. Hasil Analisis Data Anates Angket ... 164

4. Hasil Rekapitulasi Angket Respon Siswa ... 171

D.HASIL PENELITIAN

1. Lembar Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry

Lab...

172

2. Analisis Data Statistika Kelas Eksperimen dan Kels Kontrol

Pretest KPS Terintegrasi Siswa ...

(12)

3. Analisis Data Kelas Kelas Eksperimen Pretest KPS

Terintegrasi Siswa...

180

4. Analisis Data Kelas Kontrol Pretest KPS Terintegrasi Siswa 181

5. Analisis Data Kelas Eksperiemen Posttest KPS Terintegrasi

Siswa ...

182

6. Analisis Data Kelas Kontrol Posttest KPS Terintegrasi Siswa.... 183

7. Analisis Data N-Gain Kelas Eksperimen dari Pretest dan

Posttest KPS Terintegrasi Siswa ...

184

8. Analisis Data N-Gain Kelas kontrol dari Pretest dan Posttest

KPS Terintegrasi Siswa ...

186

9. Analisis Data Kelas Eksperimen Lembar Kinerja Siswa ... 187

10. Analisis Data Kelas Eksperimen Angket KPS Terintegrasi

Siswa ...

188

E. DOKUMENTASI KEGIATAN DAN SURAT PENELITIAN

1. Dukumentasi Kegiatan ... 189

2. Surat Keterangan Judgment Instrumen ... 191

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitan

Saat ini dalam dunia pendidikan, keberadaan laboratorium menjadi hal yang

sangat penting. Laboratorium merupakan tempat belajar mengajar melalui metode

praktikum. Kegiatan laboratorium memberikan pengalaman belajar kepada siswa,

sehingga bisa berinteraksi dengan alat dan bahan yang digunakan. Menurut

Ravichandran & Saravanakumar (2013) bahwa dalam pembelajaran sains yang

baik, tidak hanya memberikan teori dan eksperimen, tetapi juga mengintegrasikan

dua aspek penting ini untuk saling melengkapi proses belajar mengajar. Salah

satu pembelajaran sains modern adalah interaksi dengan kegiatan pembelajaran

laboratorium. Pembelajaran dengan adanya laboratorium dapat membantu siswa

dalam melatih kognitif, afektif serta psikomotor dengan objek atau fenomena

sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Karamustafaoglu, 2011). Dengan

demikian pembelajaran yang melibatkan kegiatan laboratorium merupakan salah

satu alternatif untuk bisa mengembangkan kemampuan siswa dari berbagai

keterampilan. Ravichandran & Saravanakumar (2013) mengungkapkan bahwa,

praktik dalam laboratorium umumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam observasi dan pemanfaatan peralatan saat melakukan percobaan.

Kegiatan pembelajaran seharusnya dapat mengoptimalkan pemahaman

siswa dengan menyeimbangkan kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut

Rustaman (2009), masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada

pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan

otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar mengajar merupakan

interaksi antara guru, siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman et al., 2003). Dalam arti

lain belajar tidak hanya transfer ilmu dari guru ke siswa melainkan ada interasksi

didalamnya sehingga untuk menciptakan pembelajaran dengan situasi yang

edukatif maka membutuhkan penyelesaian masalah, pengamatan, percobaan,

(14)

dirasakan adalah sebuah ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh

yang bisa diterima, namun, mirisnya pendidikan saat ini memberikan sedikit atau

tidak ada informasi tentang bagaimana suatu konsep itu diperoleh (Wenning,

2005). Dengan kata lain pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang

sudah jadi dari sebuah penelitian dan diinformasikan kepada siswa tanpa

menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu

tujuan utama pembelajaran sains.

Inquiry lab merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

kegiatan laboratorium. Menurut Wenning (2006) dalam pembelajaran inquiry lab

siswa dapat mengintegrasikan aktivitas-aktivitas laboratorium, dimana terdapat

aktivitas awal sebelum dilakukan pembelajaran yaitu melakukan identifikasi

masalah penyelidikan, menentukan tujuan dari sebuah penyelidikan, melakukan

penyelidikan sesuai dengan masalah yang dibuat dan membuat sebuah pertanyaan

ilmiah. Inquiry lab merupakan aspek yang sangat diperlukan dalam pengajaran

sains karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses

investigasi dan penyelidikan serta dapat memberikan pemahaman tentang sifat

sains, khususnya pelajaran biologi.

Inquiry lab umumnya memberikan pemahaman kepada siswa agar lebih

mandiri dalam mengembangkan, melaksanakan rencana eksperimen dan

mengumpulkan data yang sesuai dengan hasil yang diperoleh. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis untuk menemukan hubungan yang tepat antara

variabel. Siswa yang terlibat dalam inquiry lab lebih mandiri dalam merumuskan

dan melakukan percobaan dalam sebuah tingkat penyelidikan (Wenning, 2006).

Inquiry lab dapat mengukur keterampilan proses sains membuat rumusan dan

hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan, menginterpretasi data,

mengobservasi, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengomunikasikan dan

menyimpulkan (Wenning, 2011).

Memang tidak diragukan lagi bahwa, pembelajaran inquiry lab memberikan

pengalaman belajar yang membuat siswa harus aktif dalam sebuah penyelidikan

ilmiah (scientific inquiry). Menurut Linden & Modison, (2005), dalam kegiatan

scientific teaching, pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk meminta

(15)

menjelaskan fenomena, atau menjawab pertanyaan yang merupakan metode

seorang ilmuan. Pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk membantu

siswa terlibat dalam penyelidikan ilmiah.

Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 menuntut adanya

kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yang di dalamnya terdapat

kerja ilmiah dalam suatu penyelidikan (inquiry). Kegiatan dengan pendekatan

saintifik banyak digunakan pada pembelajaran sains dari semua tingkat

pendidikan (Karamustafaoglu, 2011). Pendekatan saintifik mengarahkan siswa

untuk memperoleh lima kategori penting dari pengalaman belajar, yaitu

mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Melalui

pendekatan saintifik, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang bermakna

untuk dapat mengkonstruksi konsep–konsep yang diperolehnya (Tan & Wong,

2011).

Pendekatan saintifik dalam proses kegiatan pembelajaran merupakan suatu

tolak ukur yang sangat baik untuk perkembangan dan pengembangan dalam

berbagai segi keilmuan, salah satunya adalah keterampilan proses sains dari

peserta didik dalam melakukan suatu penyelidikan ilmiah. Lederman (dalam

Lederman et al., 2013) mengungkapkan bahwa penyelidikan ilmiah telah menjadi

fokus dalam pendidikan sains akhir-akhir ini, penyelidikan ilmiah mengacu pada

kombinasi dari keterampilan proses sains umum dalam ilmu pengetahuan

tradisional, kreativitas, dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuan

ilmiah. Pembelajaran dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh penemuan suatu konsep yang ada sebagai

keterampialn proses sains. Dengan keterampilan proses sains akan membuat siswa

lebih aktif, kreatif, terampil serta memiliki pengalaman yang menarik sehingga

nantinya dapat mengasah pola pikir siswa.

Umumnya guru di sekolah-sekolah lebih menitikberatkan pada kemampuan

kognitif (Rusmiyati & Yulianto, 2009), padahal dengan kemampuan keterampilan

proses sains bisa mempermudah mencapai pemahaman kemampuan kognitif

siswa. Menurut Sudargo (2009), melalui kegiatan laboratorium siswa dapat dilatih

untuk mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu

(16)

berbagai keterampilan proses sains, sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang

mendukung proses pengetahuan dalam diri siswa (Subiantoro, 2009).

Keterampilan proses sains merupakan perangkat dari kemampuan yang

sering digunakan oleh ilmuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah dalam suatu

rangkaian proses pembelajaran. Untuk meningkatkan KPS siswa dapat didukung

dengan pembelajaran yang ber-inquiry karena memberikan pengalaman kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuan diri siswa dalam suatu penyelidikan

(Wenning, 2010). Keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Keterampilan proses

juga melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual karena

dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Beberapa

jenis KPS (keterampilan proses sains) menurut Rustaman, (2003) meliputi 1)

mengamati, 2) mengelompokan, 3) menafsirkan, 4) mengajukan pertanyaan, 5)

berhipotesis, 6) merencanakan percobaan, 7) menggunakan alat/ bahan, 8)

menerapkan konsep, 9) berkomunikasi, 10) melaksanaakan percobaan. Menurut

Gilbert (2011) membagi KPS menjadi dua yaitu KPS dasar dan KPS terintegrasi,

namun dalam penelitian ini KPS yang menjadi objek penelitian adalah KPS

terintegrasi menurut Rezba et al.,(1999) diantaranya meliputi 1) mengidentifikasi

variabel, 2) merumuskan hipotesis, 3) membuat desain penelitian, 4) eksperimen,

5) megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data.

Meli et al., (2013) menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang

dilakukan di sekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk

membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal

tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya

memberikan instruksi langsung. Siswa mengerakan langkah-langkah sesuai

perintah sehingga kurang melatih keterampilan berfikir dan keterampilan proses

sains. Selain itu kegiatan pembelajaran praktikum biasa belum memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam melakukan

eksperimen untuk menemukan konsep sendiri. Dari pernyataan tersebut, maka

pembelajaran berbasis inquiry lab memungkinkan siswa dalam mengembangkan

(17)

Adapun materi dalam penelitian adalah materi yang berpotensi untuk

penerapan pembelajaran berbasis inauiry lab yang sesuai dengan kompetensi

dasar pada kurikulum 2013 yaitu tentang perubahan lingkungan/iklim dan daur

ulang limbah dengan mendaur ulang sampah kulit singkong yang merupakan

salah satu bahan pencemar lingkungan. Singkong banyak dikonsumsi masyarakat

karena merupakan salah satu makanan pokok masyarakat tertentu, terutama

daerah pedesaan. Selain dapat diolah menjadi kripik, singkong juga dapat dikukus

dan dipadukan dengan keju menjadi jajanan singkong keju. Adapun sumber

pencemar lingkungan dari kulit singkong paling besar adalah dari limbah pabrik

tepung tapioka.

Meningkatnya konsumsi masyarakat dari singkong menyebabkan semakin

bertambahnya berat sampah kulit singkong setiap harinya sehingga menjadi salah

satu limbah pencemaran untuk lingkungan. Dari banyaknya limbah kulit singkong

ini, dapat dilakukan penanggulangan pencemaran lingkungan yaitu dari kulit

singkong menjadi bahan yang bermanfaat yaitu dengan pembuatan lem pati alami

(starch glue) yang berbahan dasar pati kulit singkong.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dilakukan sebuah penelitian

untuk melihat peningkatkan “KPS terintegrasi” siswa melalui kegiatan

pembelajaran berbasis inquiry lab dalam materi perubahan lingkungan/iklim dan

(18)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan “KPSterintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang”?

Dari rumusan masalah diatas, agar penelitan menjadi terarah maka terdapat

beberapa pertanyaan penelitian, antara lain adalah :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi

daur ulang?

2. Bagaimana “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran

berbasis inquiry lab pada materi daur ulang?

3. Adakah perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran

berbasis inquiry lab terhadap kemampuan KPS terintegrasi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan

hipotesisi penelitian antara lain yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

perbedaan peningkatan KPS terintegrasi siswa melalui penerapan pembelajaran

inquiry lab pada konsep daur ulang limbah.

2. Tujuan Khsusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah :

1) Menerapkan pembelajaran berbasis inquiry lab menurut Wenning (2011)

untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran.

2) Mengidentifikasi kemampuan awal KPS terintegrasi siswa sebelum

diterapkan suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran

berbasis praktikum biasa (resep).

3) Mengidentifikasi kemampuan KPS terintegrasi siswa setelah diterapkan

suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran berbasis

(19)

4) Mengidentifikasi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas

dengan pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas dengan pembelajaran

berbasis praktikum biasa (resep).

D. Batasan Masalah

Penelitian ini perlu adanya batasan masalah yang dikaji untuk memudahkan

dalam penelitian agar menjadi lebih fokus dan tidak keluar dari tujuan penelitian.

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian ini, maka penelitian

ini dibatasi oleh batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri Kota Bandung

semester genap tahun ajaran 2014/2015.

2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model inquiry lab

menurut Wenning (2010). Inquiry lab memilik tiga level inquiry lab yaitu

guided inquiry, bounded inquiry dan free inquiry. Dalam penelitian ini, level

inquiry lab yang dimaksud adalah guided inquiry dengan lima sintaks

pembelajaran yaitu observation, manipulation, generalitation, verification

dan application.

3. Materi penelitian ini dibatasi pada materi perubahan lingkungan/iklim dan

daur ulang limbah pada sub tema proses daur ulang (Recycle) yang

merupakan suatu cara penanggulangan masalah pencemaran lingkungan

yaitu dengan cara mendaur ulang limbah organik dari kulit singkong untuk

menghasilkan lem. Perlakuan dalam pembelajaran lebih difokuskan dalam melihat peningkatan “KPS Terintegrasi” siswa.

4. Keterampilan proses sains yang diukur adalah KPS terintegrasi yang

meliputi kemampuan 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi

variabel, 3) membuat desain penelitian, 4) melaksanakan eksperimen , 5)

megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data (Rezba et

(20)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain yaitu :

1. Berdasarkan latar belakang masalah menurut Meli et al., (2013)

menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang dilakukan disekolah

belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk membuat hipotesis,

menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut

disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya

memberikan instruksi langsung. Selain itu menurut Wenning (2005)

menyebutkan bahwa, pendidikan selama ini yang dirasakan adalah sebuah

ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh yang bisa diterima,

namun, mirisnya sedikit atau tidak ada informasi tentang bagaimana suatu

konsep itu diperoleh. Dari teori diatas maka terdapat pernyataan yang

kurang dalam suatu pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan

dari segi keterampilan siswa, sehingga penelitian ini akan memberikan

kontribusi dalam mutu pendidikan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan siswa salah satunya adalah kemampuan KPS terintegrasi

siswa.

2. Pendidikan sekarang ini memberikan pengalaman belajar yang kurang

mengasah berbagai keterampilan-keterampilan siswa, khususnya KPS

teintegrasi yang dapat mempengaruhi kurangnya kualitas pelajar. Maka

dari itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

dunia pendidikan agar dapat meningkatkan keterampian-ketermpilan,

khususnya KPS terintegrasi siswa.

3. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

dunia pendidikan khususnya guru yang akan mengembangkan kegiatan

pembelajaran formal dengan suatu model atau metode pembelajaran yang

tepat serta untuk mempermudah penyampaian materi biologi sehingga

memperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Penelitian ini dapat dijadikan suatu alat pembelajaran untuk memberikan

dorongan kepada guru agar menerapkan suatu model atau metode

pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna

(21)

F. Stuktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah :

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh

peneliti dalam hal masalah bagaimanakah peningkatan “KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang. Dalam bab I

peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan

dilakukan dengan urutan penulisan sebagai berikut. A) latar belakang

penelitian B) rumusan masalah penelitian, C) tujuan penelitian, D)

batasan masalah, E) manfaat/ signifikansi penelitian dan F) struktur

organisasi skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORITIS

Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan

dengan variabel penelitian. Adapun cara penulisannya antara lain adalah

deskripsi teori dari penelitian yang relevan.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yaitu bagaian

yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti

merancang alur penelitannnya dari mulai model penelitian yang

diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang

digunakan hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Untuk

itu dalam bab metode penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana

cara-cara penelitan yang akan dilakukannya melalui tahapan-tahapan berikut

adalah : A) metode penelitian B) desain penelitian, C) definisi

operasional D) asumsi penelitian E) hipotesis F) populasi dan sampel G)

proses pengembangan instrumen H) instumen penelitan I) teknik

pengumulan data J) prosedur penelitan K) analisis data dan K) alur

(22)

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (A) temuan penelitian

berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai

kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan

penelitian, dan (B) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

5. BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang

menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis

temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat

dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Jadi dalam bab ini penulis

menyimpulkan penelitiannya dari awal permasalahan sampai dilakukan

(23)

BAB III METODOLOGI

Dalam penelitian ini dilakukan dengan dua macam pembelajaran, yaitu

pembelajaran praktikum biasa (resep) untuk kelas kontrol dan pembelajaran

berbasis inquiry lab untuk kelas eksperimen. Dalam pembelajaran berbasis

inquiry lab yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains

terintegrasi siswa dalam materi daur ulang.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy

experiment. Metode quasy experiment bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

adanya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang diteliti (Sugiyono,

2010). Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini diperoleh melalui

purposive sampling karena dalam penelitian ini, dua kelas yang dipilih memiliki

claster yang hampir sama. Dua kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen

(kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran inquiry lab) dan kelas

kontrol (kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran praktikum

resep). Hasil dari pembelajaran akan dibandingkan dengan pretest dan postest

yang diperoleh, kemudian nilai akan dibandingkan dengan N-gain dari perlakuan

antara dua kelas dari pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran

praktikum resep.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design, karena kelas eksperimen tidak dipilih

secara rendem (Sugiyono, 2012).

Secara bagan, desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Tes Perlakuan Tes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

(24)

Keterangan:

O1 :Tes untuk pre-test O2 :Tes untuk post-test O3 :Tes untuk pre-test O4 :Tes untuk post-test

X :Pembelajaran berbasis inquiry lab

- :Pembelajaran dengan metode praktikum resep

Berikut terdapat Tabel perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan

eksperimen.

Tabel 3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tahapan Perlakukan Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

1 Rumusan masalah √ -

2 Berhipotesis √ -

3 Menentukan variabel √ -

4 Menentukan alat dan bahan √ -

5 Membuat desain (langkah kerja) √ -

6 Melaksanakan percobaan √ √

7 Menggunakan alat dan bahan √ √

8 Observasi √ √

9 Mengidentifikasi √ √

10 Mengumpulkan data √ √

11 Interpretasi data √ √

12 Analisis data √ √

13 Komunikasi √ √

(25)

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemahaman

dari istilah-istilah variabel dalam penelitian. Defenisi operasional disesuikan

dengan tujuan penelitian agar memudahkan untuk memahami isi dari penelitian.

Terdapat dua istilah variabel yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains terintegrasi (KPS Terintegrasi) merupakan

keterampilan proses sains satu kesatuan dari dari berbagai

keterampilan-keterampilan. Dalam penelitan ini KPS terintegrasi dilihat dari skor indeks

gain hasil pretest dan posttest dari pelaksanaan pembelajaran berbasis

inquiry lab. Soal KPS terintegrasi yang dikembangkan oleh peneliti dengan

validitas dan reabilitas dari hasil uji coba instrumen yaitu test keterampilan

roses sains terintegrasi (KPS terintegrasi) memuat kemampuan 1)

merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi variabel, 3) membuat desain

penelitian, 4) melaksanakan eksperimen, 5) megumpulkan dan membuat

grafik data, 6) menganalisis data yang harus dimiliki oleh siswa secara satu

kesatuan dari enam indikator keterampilan proses sains tersebut.

2. Pembelajaran berbasis inquiry lab merupakan pembelajaran dimana

mengarahkan siswa terlibat dalam kegiatan laboratorium dengan

memecahkan suatu masalah dalam suatu penyelidikan dari masalah yang

diberikan oleh guru mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan

oleh limbah kulit singkong. Pembelajaran berbasis inquiry lab dengan

sintaks pembelajaran observation, manipulation, generalitation, verification

dan application. Dalam penyelesaian masalah siswa harus memperhatikan

kaidah sains melalui pendekatan saintifik. Untuk menyelesaikan

penyelidikan maka dalam kegiatan pembelajaran meminta siswa untuk

menentukan masalah yang akan diselesaikan, membuat hipotesis dari

rumusan masalah yang dibuat, menentukan variabel dalam penyelidikan,

membuat desain peyelidikan, melaksanakan desain penyelidikan yang sudah

dibuat, mengumpulkan data dari hasil penyelidikan kemudian hasil tersebut

(26)

D. Asumsi

Adapun asumsi yang mendasari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan percobaan laboratorium adalah cara yang paling efektif

untuk menyederhanakan dan memperjelas pemahaman teori yang

kompleks (Ravichandran & Saravanakumar, 2013).

2. Keterampilan proses sains sangat penting untuk pembelajaran yang

bermakna karena berkesan sepanjang hidup, sehingga dapat menemukan,

menafsirkan, dan menilai bukti-bukti dari kondisi yang berbeda yang

akan dihadapi (Karamustafaoglu, 2011).

3. Inquiry lab merupakan model pembelajaran yang berbeda dengan

aktivitas kegiatan laboratorium biasa karena laboratorium biasa hanya

inquiry terstruktur saja sedangkan inquiry lab lebih berorientasi terhadap

hasil dan penyelidikan yang lebih mendalam (Wenning, 2005).

4. Keterampilan proses sians terintegrasi berkembang baik dalam

pembelajaran yang melibatkan praktikum (Ramdani, 2012).

E. Hipotesis Penelitan

Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

Terdapat perbedaan peningkatan KPS (keterampilan proses sains)

terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan eksperimen.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMAN 6

Bandung tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X MIA di SMAN 6 Bandung sebanyak 2 kelas. Sampel yang diambil yaitu kelas

X MIA 4 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan

pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas X MIA 5 yang dipilih sebagai kelas

kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis

(27)

G. Proses Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengembangkan

instrumen penelitian ini adalah:

1. Menganalisis RPP yang akan digunakan dalam pebelajaran berbasis

inquiry lab pada materi daur ulang.

2. Menentukan indikator yang digunakan untuk membuat pertanyaan pada

instrumen yang digunakan berupa soal essay, lembar kinerja siswa dan

pernyataan angket siswa.

3. Kemudian mengembangkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan

dalam soal tes uraian, lembar kinerja siswa dan penyataan untuk angket

siswa.

4. Melakukan judgment instrumen dan RPP kepada dosen pembimbing.

5. Melakukan judgment instrumen ke dosen ahli.

6. Instrumen diuji coba terlebih dahulu pada kelompok siswa yang tidak

terlibat dalam penelitian dan sudah mengikuti pokok bahasan yang di

sampaikan.

7. Untuk menghasilkan soal yamg baik adalah dengan diuji coba. Tujuan

dari uji coba ini untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan

dengan menguji validitas, reabilitas, tingkat pembeda dan tingkat

kesukaran, sehingga saat pelaksanaan penelitian benar-benar dapat

mencerminkan kemampuan siswa yang sedang diteliti dari kemampuan

“KPS” terintegrasi siswa yang diukur.

H. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data dari penelitian ini, instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran

(28)

1. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Inquiry Lab

Instrumen ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan

pembelajaran dari pembelajaran inquiry lab dengan lima sintaks yaitu

observation, manipulation, generalitation, verification dan application.

2. Tes Kemampuan KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi Kemampuan KPS terintegrasi siswa diukur dengan alat ukur berupa

tes tertulis. Tes ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis inquiry lab.

Tes tertulis berupa soal uraian terstruktur yang saling berhubungan satu

dengan lainnya. Soal ini bertujuan untuk mengukur “KPS terintegrasi”

siswa pada materi daur ulang. Kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa

(29)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur

Aspek KPS

terintegrasi

Soal terstruktur Indikator Khusus Nomor

soal

1. Membuat

hipotesis

2. Mengidentifik

asi variabel

Rumusan masalah Mengenali permasalahan yang dapat

diselidiki secara ilmiah

1

Hipotesis Menduga kejadian sementara dari

permasalahan yang diselidiki sesuai

yang dibutuhkan dalam penyelidikan 4

Menyimpan data dalam bentuk tabel

percobaan

dari tabel dan grafik percobaan

8

Kesimpulan Membuat suatu kesimpulan yang

berhubungan dengan rumusan masalah 9

Total Soal 9

Berikut merupakan rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal uraian

untuk mencapai KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.

a. Validitas

Tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria,

dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Soal

dikatakan valid apabila soal tes mengukur apa yang seharusnya diukur dimana

(30)

(validitas empiris). Dua hal ini merupakan dasar pengelompokan validitas tes

(Arikunto, 2012).

Suatu soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada soal memiliki

kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini untuk

mengetahui validitas soal dilakukan dengan menggunakan program ANATES.

Nilai validitas yang telah diketahui selanjutnya diinterpretasikan mengenai

besarnya koefisien korelasi menggunakan kriteria validitas pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

Berikut disajikan data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji instrumen

soal kemampuan KPS Terintegrasi pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen

Kriteria No.Soal Jumlah Soal %

Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada

subjek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat

kesetaran hasil (Arikunto, 2012). Suatu tes dapat dikatakan memiliki reabilitas

yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dimana

reabitias ini berhubungan dengan konsistensi soal dalam memberikan hasil

pengukuran (Sriyati,2011).

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau

ketetapan hasil pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan tes

(31)

dalam urutan yang sama dalam kelompok (Arikunto, 2010). Dalam penelitian

ini untuk mengetahui reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan program

ANATES. Selanjutnya, dilakukan interpretasi nilai reliabilitas berdasarkan

kriteria reliabilitas pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Batasan Kategori

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen yang diuji cobakan dengan

menggunakan ANATES menunjukkan nilai 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi.

c. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan

berkemampuan rendah. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal

untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi

dengan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah (Arikunto, 2012).

Dalam penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui

bantuan program ANATES. Selanjutnya, besarnya nilai tingkat daya pembeda

diinterpretasi berdasarkan kriteria daya pembeda pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

Data rekapitulasi daya pembeda hasil uji instrumen soal KPS terintegrasi

(32)

Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen

kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu butir soal.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar

(Arikunto, 2012). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

berusaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat membuat

siswa putus asa dalam mengerjakannya. Dalam penelitian ini untuk mengetahui

tingkat kesukaran soal dilakukan melalui bantuan program ANATES.

Selanjutnya diinterpretasi mengenai besarnya nilai tingkat kesukaran soal

menggunakan kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00<P≤0,30 Soal sukar

0,30<P≤0,70 Soal sedang

0,70<P≤1,00 Soal mudah

(Arikunto 2012)

Berikut ini merupakan data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba

instrumen disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen

Kriteria No.Soal Jumlah

Soal %

Sukar - - -

Sedang 1,2,3,4, 5 5 55,6

Mudah 6,7,8,9 4 44,4

(33)

Rekapitulasi hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas,

daya pembeda, taraf kesukaran dan kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan

(34)

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang

No

Daya Pembeda Taraf Kesukaran Validitas

Kesim.

Reliabilitas

D interpretasi P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi

1 0,14 Sangat baik 0,60 Sedang 0,844 Sangat tinngi Terima

0,78 Tinggi 2 0,10 Sangat Baik 0,50 Sedang 0,807 Sangat tinggi Terima

3 0,12 Sangat Baik 0,60 Sedang 0,859 Sangat tinggi Terima

4 0,10 Sangat Baik 0,55 Sedang 0,710 Tinggi Terima

5 0,92 Sangat Baik 0,51 Sedang 0,642 Tinggi Terima

6 0,35 Cukup 0,83 Mudah 0,480 Cukup Terima*

7 0,78 Sangat Baik 0,82 Mudah 0,501 Cukup Terima*

8 0,42 Baik 0,78 Mudah 0,464 Cukup Terima*

9 0,21 Cukup 0,82 Mudah 0,615 Tinggi Terima

Keterangan :

(35)

3. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Angket diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap hasil pembelajaran terkait kemampuan dari “KPS terintegrasi

siswa. Angket siswa berisi pernyatan-pernyatan yang mengungkap kemampuan

hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Adapun angket yang digunakan

terdiri dari 10 item soal dengan menggunakan skala likers. Skor yang diberikan

dari 1-4. Skala Likert untuk siswa terdiri dari jawaban sangat setuju (skor 4),

setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Kisi-kisi

angket respon siswa terhadap pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.12 berikut

:

Tabel 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab

No Indikator Angket Respon No angket

Pendapat kemampuan Pra dsain penyelidikan 1,2,3

1 Kemampuan dalam merumuskan masalah 1

2 Kemampuan dalam merumuskn hipotesis 2

3 Kemampuan dalam menentukan variabel-variabel dalam percobaan 3

Pendapat kemampuan dalam men-desain penyelidikan 4,5

4 Pendapat kemampuan menentukan alat dan bahan dalam percobaan 4

5 Pendapat dalam membuat desain (langkah kerja) percobaan 5

Pendapat kemampuan pelaksanaan penyelidikan 6

6 Pendapat kemampuan dalam melakukan penyelidikan 6

Pendapat dalam mengumpulkan data penyelidikan 7,8

7 Pendapat kemampuan dalam memgumpulkan data dalam bentuk tabel 7

8 Pendapat kemampuan dalam mengubah data dalam bentuk grafik 8

Menganalisis Data 9,10

9 Pendapat siswa dalam kemampuan menginterpretasikan data. 9

10 Pendapat siswa dalam kemampuan membuat sebuah kesimpulan dari

penyelidikan.

(36)

Tabel 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa

No

Taraf Kesukaran Validitas

Kesim.

Reliabilitas

P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi

1 0,87 Mudah 0,674 Tinngi Terima

0,71 Tinggi

2 0,62 Sedang 0,578 Cukup Terima

3 0,67 Sedang 0,549 Cukup Terima

4 0,80 Mudah 0,604 Tinggi Terima

5 0,58 Sedang 0,540 Cukup Terima

6 0,80 Mudah 0,573 Cukup Terima*

7 0,83 Mudah 0,734 Tinggi Terima

8 0,85 Mudah 0,618 Tinggi Terima

9 0,83 Mudah 0,692 Tinggi Terima

10 0,85 Mudah 0,850 Sangat tinggi Terima

Keterangan :

(37)

4. Lembar Kinerja Siswa

Lembar kinerja siswa merupakan instrumen yang memperkuat dalam

mengukur “KPS terintegrasi”. Lembar kinerja siswa ini digunakan untuk mengetahui kinerja siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran

berbasis inquiry lab. Lembar penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan

berbasis inquiry lab dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian

ini, pengambilan data melalui lembar observasi melibatkan lima observer.

Sebelumnya, observer sudah mendapatkan penjelasan yang meliputi penjelasan

penggunaan lembar observasi kinerja pada saat kegiatan pembelajaran

(38)

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data disesuaikan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Teknik pengumpulan dapat dilihat pada Tabel

berikut ini :

Tabel 3.14 Teknik pengumpulan data

No Data Sumber Data Data Diambil

1

Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi

daur ulang? Lembar Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar Observasil Keterlaksanaan Pembelajaran berbasis inquiry lab

(Wenning, 2011) diobservasi oleh observer.

2

Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran berbasis Inquiry Lab?

Pre test Pre test dilaksanakan di awal pembelajaran

pada siswa kelas X sebelum perlakuan. 3 Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran

berbasis Inquiry Lab?

Pre test dan post test

Post test dilakukan di setelah selesai

pembelajaran bebrasis inquiry lab di kelas.

4 Bagaimana perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol?

Hasil penilaian dari pre-test dan post- test soal KPS terintegrasi antara kelas kontrol dan ekspreimen di bandingkan.

5 Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran

berbasis inquiry lab pada materi daur ulang.

(39)

J. Prosedur Penelitan

Secara garis besar dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan

a. Membuat proposal penelitian

b. Melaksanakan seminar prososal penelitian yang bertujun untuk

memperoleh masukan-masukan untuk memperlancar penelitian yang

akan dilaksanakan

c. Merevisi dan menyempurnakan proposal penelitian

d. Menyusun instrumen-instumen penelitian dan dijudgement oleh dosen

pembimbing dan dosen ahli

e. Melakukan konsultasi dengan pihak sekolah untuk kepentingan

penelitian

f. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang bukan termasuk sampel

untuk mengukur validitas, reabilitas dan tingkat kesukarang instrumen.

g. Proses analisis validitas dan reliabilitas instrumen.

h. Perbaikan instrumen penelitian (jika terdapat kekurangan atau kurang

layak).

i. Membuat surat izin penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Kelas yang akan dijadikan sebagai sampel, dipilih dari populasinya (kelas X

IPA di SMAN 6 Kota Bandung).

a. Kelas Eksperimen

1) Sebelum dilakukan pembelajaran, siswa sebagai sampel penelitian

diberikan soal pretest.

2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas

eksperimen.

3) Mendiskusikan masalah yang disediakan

4) Memecahkan masalah yang mereka temui dari masalah yang diberikan

dengan mencoba menyelidiki masalah yang dihadapi.

(40)

6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest

7) Memberikan angket yang berisi tentang hasil belajar yang diperoleh

setelah proses belajar mengajar berakhir sebagai informasi tambahan.

b. Kelas Kontrol

1) Melakukan pretest pada kelas yang dijadikan sampel penelitian

2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum biasa pada kelas

kontrol

3) Melakukan diskusi kelompok terhadap observasi yang mereka temui saat

pengamatan

4) Siswa menyimpulkan hasil diskusi yang mereka lakukan dari hasil

observasi percobaan

5) Melakukan posttest setelah proses belajar mengajar berakhir.

6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest

Melakukan pengolahan data

K. Analisis Data dan Pengolahan Data

1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Sintaks) Inquiry

Lab

Lembar observasi keterlaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui

keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan sintaks dari pembelajaran inquiry

lab. Dari data lembar observasi ini, dapat dikaitkan dengan hasil keterampilan

proses sains terintegrasi siswa dari pembelajaran inquiry lab. Adapun

penjelasan dari sintaks pembelajaran inquiry lab dapat dilihat pada Tabel

(41)

Tabel 3.15 Sintaks Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab

Sintaks Pembelajaran Deskriptor

1. Observation a. Meninjau kemampuan awal siswa dalam percobaan yang akan dilakukan

b. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel bebas dari penyelidikan yang dilakukan

c. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel terikat dari penyelidikan yang dilakukan

d. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel kontrol dari penyelidikan yang dilakukan

2. Manipulation a. Siswa membuat suatu desain percobaan pada Lembar Kerja Siswa (LKS)

b. Siswa melakukan eksperimen dengan menemukan perbandingan yang sesuai antara ekstraks kulit singkong dan kapur gypsum terhadap kualitas lem

3. Generalitation a. Siswa melakukan pengamatan dari hasil penyelidikan

b. Siswa melakukan diskusi kelompok dan mengolah data dalam bentuk tabel dan grafik

c. Siswa dapat menuliskan hasil pengamatan yang telah dilakukan

4. Verification a. siswa mempresentasikan hasil penyelidikan/eksperimen yang dilakukan

b. siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi dan menarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan

5. Application a. siswa menjawab pertanyaan dari LKS melalui diskusi kelompok b. siswa dipandu oleh guru membahas fenomena lain dari

pencemaran lingkungan dan upaya penanggulangan

(Wenning, 2011)

Spesipikasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran D.1

dimana keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer. Data yang diperoleh

dihitung dengan rumus berikut :

Persen keterlasanaan = total skor yang diperoleh X 100%

Skor maksimal

Data yang diperoleh dikategorikan melalui Tabel kategori hasil

keterlaksanaan sintaks pembelajaran inquiry lab.

Tabel 3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks

Rentang Indeks Kategorisasi

(42)

2. Pengolahan Data Tes KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi Siswa

Pengolahan data tes dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap

data pretest dan posttest. Data tersebut diperoleh dengan memberikan tes

uraian (essay) sebanyak 9 soal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Langkah pertama dalam pengolahan data kuantitatif tersebut adalah

menghitung skor jawaban (pretest dan posttest) dengan cara memberi skor dari

jawaban siswa sesuai dengan rubrik penilaian, kemudian skor yang telah

diperoleh diubah menjadi nilai dengan ketentuan sebagai berikut:

(Arikunto, 2012)

Setelah melakukan penskoran nilai siswa, selanjutkan melakukan uji

statistika.

1) Uji Prasyarat

Uji prasayarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah

hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah

nonparametrik (Sudjana, 2005). Semua pengujian statistik pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan softwere SPSS Versi 20 dan microsoft

exel. Uji prasyarat ini terdiri dari :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data skor pretest

menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0: Data skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Data skor pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria

pengujiannya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima  Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji selanjutnya. Hasil

pengujian yang menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang

(43)

Tetapi apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

maka digunakan statistika non parametrik dengan Uji Mann-Whitney.

b)Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah uji mengenai sama tidaknya variansi-variansi

dua buah distribusi atau lebih. Pengujian homogenitas varians

menggunakan uji F atau Levene’s tes. Pengujian homogenitas varians

menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya sebagai berikut :

H0: = (Varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol

homogen), H1: (Varians kelas eksperimen dan varians kelas

kontrol tidak homogen) Dengan,

: variansi kelas kontrol

: variansi kelas eksperimen

Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini maka kriteria

pengujiannya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata serta

membandingkan N-gain yang diperoleh pada kelas kontrol dengan

eksperimen. Jenis uji dua rata-rata yang digunakan bergantung kepada

jumlah sampel, jika ≥ 30 dan data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji z independen, namun jika data tidak berdistribusi

normal maka dilakukan uji Mann-Whitney (Sudjana, 2005). Hipotesis

dalam pengujian berikut ini adalah: H0= tidak dapat perbedaan yang

(44)

2) Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Pretest)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa di awal sebelum

perlakuan. Data pretest dan posttest berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan

menggunakan Uji Mann-Whitney (statistika nonparametrik). Hipotesis

ujinya adalah sebagai berikut. H0: µk = µe (rata-rata skor pretest kelas

eksperimen dan kontrol tidak sama/berbeda secara signifikan) H1: µk ≠ µe

(rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol sama/tidak berbeda

secara signifikan). Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05.

Kriteria pengujian hipotesisnya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Posttest)

Uji ini dilakukan dalam menguji perbedaan dua rata-rata skor posttest

yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji

perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney

(statistika nonparametrik). Hipotesis ujinya adalah sebagai berikut.

H0: µe = µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen tidak lebih baik dari

rata-rata skor posttest kelas kontrol)

H1: µe> µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata

skor posttest kelas kontrol)

Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian

hipotesisnya adalah :

 H0 diterima apabila nilai sig. > 0,05

 H0 ditolak apabila nilai sig. < 0,05

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α= 0,05,

artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%, tingkat signifikansi α=

0,05 sudah lazim digunakan karena dinilai cukup ketat untuk mewakili

(45)

Analisis data dalam penelitian peningkatan keterampilan proses sains

terintegrasi siswa dihitung dengan skor N-Gain (Meltzer, 2002) digunakan

rumus:

Tabel 3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Rentang Kriteria

Penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran berbasis

inquiry lab diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa. Nilai

kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara menghitung:

Persen Kinerja : total skor yang diperoleh X 100%

Skor maksimal

Presentasi yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa

(46)

5) Angket Respon Siswa

Data yang diperoleh melalui angket diolah dengan cara melakukan

pensekoran setiap aspek pada angket. Adapun angket yang digunakan dengan

menggunakan skala likers-4. Setiap pernyataan terdiri dari empat pilihan

jawaban. Perhitungannya sebagai berikut:

Persen angket = total skor yang diperoleh X 100%

Skor maksimal

Hasil presentase perhitungan kuantitatif ini ditafsirkan dengan

menggunakan kategorisasi menurut Koentjaraningrat 1999 (dalam Hadiyana,

2011) pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa

Presentase Kategorisasi

0% Tidak satupun

1% - 30% Sebagian kecil

31% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 80% Sebagian besar

81% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

(47)

L. Alur Analisis Data

Gambar 3.1 Alur Analisis Data Pemberian skor hasil pre-test dan

post-test

Uji homogenitas dan normalitas rerata pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Penentuan rerata masing-masing nilai pre-test dan post-test pada

kedua kelas

Normal dan homogen: membandingkan nilai rerata pre-test kelas kontrol dan eksperimen

Uji parametrik Tidak normal dan homogen:

uji non-parametrik

Rerata nilai sama:

membandingkan nilai rerata post-test kedua kelas

Rerata nilai tidak sama:

(48)

M. Alur Penelitian.

Pembuatan Instrumen penelitian (Tes kemampuan KPS terintegrasi, Sintaks Pembelajaran, Lembar observasi kinerja dan Angket respon siswa.

Judgemen instrumen kepada dosen ahli lalu revisi instrumen

Uji coba instrumen penelitian

Analisis data hasil uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Kelas Kontrol

Diberikan pretest (tes soal uraian)

Kelas eksperimen

Diberikan pretest (tes soal uraian)

Melakukan pembelajaran daur ulang dengan pembelajaran praktikum biasa (resep). Siswa

dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah lima - enam

orang.

Melakukan pembelajaran inquiry lab dengan konsep daur ulang. Siswa

dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah

lima- enam orang.

Diberikan posttest (tes soal uraian ) Diberikan posttest (tes soal uraian )

Diberikan angket

Pengolahan data

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

(49)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian menunjukakkan

bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen

dapat berlangsung dengan sangat baik sesuai dengan kriteria keterlaksanaan

sintaks dari pembelajaran berbasiss inquiry lab. Pembelajaran ini memberikan

pengaruh yang besar untuk hasil belajar siswa yaitu terhadap kemampuan KPS

terintegrasi siswa. Peningkatan kemampuan KPS terintegrasi dapat terjadi karena

pada sintaks inquiry lab terdiri dari Observation, Manipulation, Generalisasi,

Verification dan Application yang secara tidak langsung dapat meningkatkan KPS

terintegrasi siswa. Selain itu pembelajaran ini cukup menantang dan menarik

perhatian siswa karena masalah yang diungkapkan dikaitkan dengan pengalaman

sehari-hari.

Berdasarkan analisis uji statistika rata-rata nilai posttest KPS terintegrasi

siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas

eksperimen menunjukkan bahwa KPS terintegrasi siswa terjadi peningkatan

dengan kategori tinggi. Dari pembelajaran berbasis inquiry lab terjadi perbedaan

peningkatan KPS terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

dimana N-gain kelas eksperimen termasuk ke dalam kategori tinggi (0,77) dan

kelas kontrol termasuk kategori rendah (0,26) yang menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian diterima yakni terdapat perbedaan peningkatan KPS

(keterampilan proses sains) terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan

eksperimen. Selain itu juga Sebagian besar siswa memberikan respon setuju

terhadap kemampuan KPS terintegrasinya dari pembelajaran berbasis inquiry lab.

B. Implikasi

Pembelajaran berbasis inquiry lab dapat meningkatkan banyak keterampilan

terutama KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi serta memunculkan respon

(50)

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan implikasi di atas perlu diperhatikan beberapa saran

perbaikan sebagai berikut: Para guru biologi disarankan untuk menggunakan

model pembelajaran inquiry lab sebagai model pembelajaran alternatif dalam

pembelajaran biologi karena dengan model inkuiri, dapat terjadi peningkatkan

KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.

1. Agar belajar lebih bermakna maka guru-guru biologi sebaiknya

memperhatikan proses dari pembelajaran dan model pembelajaran yang

diterapkan karena kemampuan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi

siswa berpengaruh terhadap model pembelajaran yang dilakukan. Hal ini

terbukti dengan adanya pengaruh pembelajaran terhadap model

pembelajaran untuk mencapai keterampilan siswa.

2. Guru biologi disarankan agar selalu membuka diri dan mencoba

menerapkan berbagai model pembelajaran dari hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan. Usaha untuk terus mengembangkan diri dan menambah

pengatahuan tentang cara menggunakan model pembelajaran yang tepat,

hendaknya terus dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas

dan meningkkan ketermpilan proses siswa untuk kesiapan siswa mencapai

jenjang yang lebih tinggi yaitu di dunia perkuliahan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis

dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dengan

mengkolaborasikan pembelajaran inquiry lab pada subjek penelitian yang

berbeda.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang

melibatkan KPS terintegrsi dengan menyertakan rubrik terintegrasi dan soal

tes yang lebih sesuai dengan standar soal KPS terintegrasi, sehingga KPS

terintegrsi siswa benar-benar dapat diniliai dengan baik.

5. Guru harus mampu memanjemen waktu yang telah dialokasikan mengingat

pmbelajaran inquiry lebih membutuhkan waktu yang lebih lama agar tujuan

Gambar

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design
Tabel 3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan.

Kuat Supriyono, Leonardo Budi Hasiolan, Moh MukeryWarso, 2014, Pengaruh Produk, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli Rumah pada Perumahan

KONTRIBUSI MUTU INFORMASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

d Melaksanakan penyelenggaraan verifikasi administrasi, obyek dan penerbitan Perizinan Tata Ruang; e Melaksanakan kegiatan dan kebijakan teknis Pelayanan Perizinan Tata Ruang;.

Widodo, Rohadi (2010) “Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing” Tesis

Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.. Universitas

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui selisih antara biaya standar dan sesungguhnya, dan untuk mengetahui penyebab terjadinya selisih tersebut Alat ukur pengendalian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan gambut di kecamatan Lintong Nihuta di areal tertinggi memiliki tingkat kematangan fibrik dengan kadar C-organik, nilai KTK dan rasio