• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh

VINNY SILVIANY 1102885

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

(2)

Oleh

Vinny Silviany

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

©Vinny Silviany 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

Oleh

VINNY SILVIANY

1102885

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Sukanta, S.Kar., M. Hum. NIP. 196206171989031002

Pembimbing II

Ria Sabaria, M.Pd NIP. 0000104

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari

FPSD UPI

(4)

KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT. Kesenian Hadro merupakan kesenian khas dari Kabupaten Garut yang lahir pada tahun 1917 oleh KH.Sura. Kesenian Hadro pada hakekatnya adalah jenis kesenian berlatar belakang penyebaran Agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Eksistensi Kesenian Hadro dan akan membahas mengenai bentuk penyajian dan tanggapan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan Kualitatif, dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan ciri khas tertentu dalam objek penelitian. Kesenian Hadro merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Garut yang masih bertahan hingga saat ini. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada kesenian Hadro merupakan salah satu alasan kesenian Hadro masih tetap bertahan. Kesenian Hadro mengalami perubahan dalam bentuk penyajiannya, perubahan itu terlihat pada kostum yang digunakan. Masyarakat setempat sangat mendukung terhadap kesenian Hadro, hal ini dikarenakan kesenian Hadro meskipun kesenian ini berubah fungsi menjadi seni pertunjukkan akan tetapi kesenian ini masih mempertahankan nilai-nilai keagamaan yang dijadikan pedoman oleh masyarakat sekitar untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Eksistensi kesenian Hadro hingga saat ini masih terjaga.

(5)

founded by K.H. Sura. Hadro Folk Art was used to spread over the Religion of Moeslem. This research purposed to know about the existence of Hadro Folk Art and also about society responsed. The Method of this research is analytical descriptive method which used qualitative approach. This method could help the research to give more factual description and an accurate object of research. Hadro Folk Art is one of culture which have the source from Garut Regency. This Folk Art exists until now becaused of support from the society relating to its region. Hadro Folk Art has an alteration by its presentations, it could be seen by their costumes. Though the folk art has different look, but also its exhibitoin left the religious value which is become directory for whole the society life around their region. This cause is become a reason that the existence of Hadro Folk Art is still protected by the society.

(6)

ABSTRAK ………. v

DAFTAR ISI ………vi

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR TABEL ………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ………... 5

E. Metode Penelitian ………...………. 6

F. Struktur OrganisasiSkripsi ………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu. ……….. 10

B. Bentuk Penyajian. ………... 10

C. Teori Perubahan………... 11

D. Teori Fungsi………. 12

E. Pengertian Kesenian………. 14

F. Transformasi Budaya ……….. 17

G. Akulturasi Budaya ………... 18

H. Teori Tanggapan ………... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ……… 21

B. Lokasi dan Subjek Penelitian…..……….... 22

C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian ………....23

D. Prosedur Penelitian ………. 28

(7)

C. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kesenian Hadro ……….... 49

D. Upaya Pelestarian Kesenian Hadro ………. 51

E. Bentuk Penyajian Kesenian Hadro ……….. 56

F. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Hadro …………... 68

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……….. 75

B. Rekomendasi ………... 76

DAFTAR PUSTAKA ……….... 77

(8)

Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu

daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus

dinikmati oleh generasi penerusnya. Seperti diungkapkan oleh Yoeti (1985,

hlm. 2) bahwa: “Seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu.” Penjelasan tersebut menunjukan bahwa yang menjadi ciri kesenian tradisional

adalah adanya sistem pewarisan yang dilakukan secara turun temurun dari

generasi ke generasi.

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang

digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. “Seni secara sederhana dapat diartikan merupakan pengungkapan estetis daripada kebudayaan sebagai manifestasi kreativitas kehidupan manusia yang berkaitan dengan keindahan lahir maupun batin.” Karya seni bisa berupa keindahan, hiburan yang mempunyai makna sebagai alat pendidikan dalam

arti pendidikan moral, mental dan spiritual. Kesenian dapat mempererat

solidaritas dalam suatu masyarakat, karena dalam kesenian aktivitas dan

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Kesenian tidak pernah

berdiri lepas dari masyarakat, sebagai salah satu bagian yang penting dari

kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dan kebudayaan itu

sendiri, masyarakat yang menyangga kebudayaan dan dengan demikian juga

kesenian mencipta, memberikan peluang untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru.” Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kesenian merupakan hasil kreativitas masyarakat itu sendiri yang memiliki tujuan

menyampaikan amanat-amanat atau gagasan kepada masyarakat sekitar yang

kurang peka terhadap lingkungan sekelilingnya.

Kesenian tradisional dengan kekhasannya masing-masing senantiasa

(9)

Adanya berbagai bentuk corak, atau ragam kesenian tradisional daerah itu

menjadi kekayaan budaya kita semua yang mencerminkan adanya kesatuan

sebagai bangsa yang berbudi luhur. Kesenian tradisional merupakan aset

budaya lokal sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang harus dipertahankan.

Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang kaya akan kesenian, hal

ini terbukti dengan banyaknya kesenian yang hidup dan berkembang di

masyarakat, seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dan lain sebagainya. Di

Kabupaten Garut, terdapat beberapa kesenian lokal yang sampai sekarang

masih terus bertahan, meskipun ada yang dengan eksis terus berkembang dan

sebagiannya lagi mengalami kemunduran. Kesenian yang dapat bertahan dan

berkembang ini tergantung dari masyarakat pendukung kesenian tersebut.

Masyarakat Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut masih terus

mempertahankan satu-satunya kesenian yang ada disana yaitu kesenian

Hadro.

Hadro adalah jenis kesenian tradisional. Sedangkan menurut Kamus

Umum Bahasa Sunda “Hadro nyaeta ngaran tatabeuhan nu diwangun ku

terebang opat kendang hiji” (LBBS, 1981, hlm. 159). Terjemahannya Hadro adalah nama alat musik yang terdiri dari empat buah terebang dan satu buah

gendang. Hadro adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan

berkembang di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

Orang yang pertama kali memperkenalkan kesenian Hadro ini adalah

seorang Kyai Haji Ahmad Sayuti, Pak Sura dan Pak Sastra yang berasal

dari Kampung Tanjung Singuru Kecamatan Samarang Kabupaten Garut

pada tahun 1917. Pada awalnya kesenian Hadro hanya sebatas

lingkungan pesantren saja. Bagi para santri hal tersebut sudah menjadi

kebiasaan yang harus dilakukan setelah mereka mendapatkan ilmu

tentang agama Islam. Kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih percaya

serta mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Sang Maha

Pencipta-Nya.

Mereka pun belajar ayat-ayat Al-Qur’an dari kitab Al-Barjanji,

(10)

yang isinya mengagungkan Allah SWT dengan segala ciptaan-Nya.

Dengan keuletan KH. Ahmad Sayuti dan Pak Sura dalam menarik

perhatian masyarakat agar berminat dan berkeinginan untuk mempelajari

Bahasa Arab sebagai permulaan memeluk agama Islam, maka

dilakukannya dengan media kesenian yaitu kesenian Hadro yang di

dalamnya membahas komunikasi dengan menggunakan kata-kata Bahasa

Arab.

Hadro adalah satu jenis kesenian tradisional yang dipadukan dengan

seni bela diri sebagai kebanggaan masyarakat Desa Bojong. Kesenian

tradisional Hadro senantiasa tampil dalam setiap kesempatan, baik pada

upacara hari besar Nasional maupun acara-acara penting di tingkat

kenyataannya, kesenian Hadro sudah jarang dijumpai di acara-acara penting

di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten.

Jarang ditampilkannya kesenian Hadro terkait dengan perkembangan

jaman yang sudah memandang kesenian lokal sebagai kesenian yang

ketinggalan jaman dan terkait dengan makin berkembangnya budaya global.

Budaya global sudah lazim disebut sebagai globalisasi. Globalisasi ini

merupakan bentuk dari proses perubahan sosial. Globalisasi sering dipandang

sebagai perubahan total dari masyarakat sederhana, tradisional, menuju

masyarakat yang maju, perubahan kebudayaan dan sosial ekonomi yang

meliputi segala aspek kehidupan. Demikian dengan kesenian sebagai salah

satu bagian dari kebudayaan tidak luput dari pengaruh perubahan zaman yang

terus berubah, karena pada saat ini masyarakat Indonesia sedang berada di

tengah globalisasi dunia.

Murshal Esten (1993, hlm. 22), mengutip pendapat dari Simon kemoni,

(11)

“Globalisasi dalam bentuk yang dialami akan menghasilkan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi ini menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab dan dipecahkan. Termasuk mengenai permasalahan kebudayaan yaitu kesenian tradisional yang semakin tersisihkan sebagai dampak dari globalisasi.”

Dampak dari globalisasi bagi kesenian Hadro adalah semakin

terpinggirkannya kesenian ini dengan jarang ditampilkan diberbagai

acara-acara penting di tingkat Desa, Kecamatan, maupun Kabupaten. Namun

demikian, meskipun kesenian ini sudah jarang ditemui akan tetapi kesenian ini

masih mampu untuk bertahan dan berkembang mengikuti zaman. Kurangnya

mendapat perhatian yang serius dari masyarakat yang ada di Kecamatan

Bungbulang dan pemerintah merupakan masalah bagi keberlangsungan

kesenian Hadro ini. Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena pentingnya

eksistensi kesenian lokal, khususnya kesenian Hadro yang ada di Kecamatan

Bungbulang Kabupaten Garut.

Rentan waktu yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah antara

tahun 2005-2015, dikarenakan jika dari awal mula lahir kesenian Hadro pada

tahun 1917 data-data yang didapatkan kurang akurat, hal ini disebabkan

karena para seniman terdahulu sudah kurang produktif. Kurang produktifnya

para seniman terdahulu disebabkan keterbatasan usia mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian tentang

kesenian Hadro ini. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui bagaimana

keberadaan kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

Alasan ketertarikan penulis pada masalah tersebut karena kesenian Hadro

sudah jarang dijumpai dalam berbagai acara di Kabupaten Garut, selain itu

Kesenian Hadro belum begitu dikenal oleh masyarakat Garut umumnya.

Penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai keberadan

kesenian Hadro dengan harapan dapat menarik minat generasi muda untuk

ikut berpartisipasi dalam melestarikan kesenian Hadro dan mengangkat

(12)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan penelitian kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk penyajian dari Kesenian Hadro di Kecamatan

Bungbulang Kabupaten Garut?

2. Bagaimana tanggapan masyarakat setempat terhadap Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus, yang dipaparkan berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi Kesenian Hadro

di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk penyajian Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

2. Untuk mendeskripsikan tanggapan masyarakat setempat terhadap

Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai

kalangan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat dari Segi Teori

Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kesenian baru yang

berada di suatu daerah yang berlandaskan pada teori-teori yang berlaku.

2. Manfaat Dari Segi Praktik

a. Peneliti

Sebagai pengalaman dan pembelajaran yang merupakan salah satu

(13)

penilaian dengan melakukan penelitian serta memperkenalkan kesenian

Kabupaten Garut kepada masyarakat umum.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang

dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa Jurusan

Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

c. Para Pelaku Seni dan seniman Tari

Dapat memberikan motivasi unuk lebih meningkatkan dan

mengembangkan Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang

Kabupaten Garut agar dapat terus hidup dan berkembang di daerah

tersebut.

d. Masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan kesenian tradisional, serta pelestarian

bagi upaya menanamkan seni bagi masyarakat. Peningkatan rasa

bangga bagi masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih

mencintai bentuk-bentuk kesenian daerahnya.

E. Metode Penelitian

1. Metode

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian

merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan

sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan

jawaban.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penelitian deskriptif ditujukan

untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, serta

(14)

berorientasi pada gejala-gejala yang bersifait alamiah. Karena orientasinya

demikian maka sifatnya naturalistik serta tidak bisa dilakukan di

laboratorium melainkan harus terjun di lapangan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan data

dilakukan secara purposive dan snowboal, teknik pengumpulan dengan

trianggulasi (gabungan), analisis data bersiifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisas

(Sugiyono, 2013:15).

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Yaitu tahapan pencarian data dari sumber tertulis berupa pustaka

yang berkaitan erat dengan objek penelitian yang biasa digunakan

sebagai landasan penelitian. Adapun studi pustaka dilakukan ke

Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Jurusan

Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan

STSI Bandung. Adapun sumber yang dijadikan bahan kepustakaan

adalah jurnal, skripsi, buku, majalah yang berkaitan dengan Kesenian

Hadro.

b. Observasi

Observasi merupakan tahapan pengumpulan data secara langsung

untuk mendapatkan data atau informasi mengenai keberadaan kesenian

Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

c. Wawancara

Yaitu merupakan proses tanya jawab secara langsung dengan

narasumber atau tokoh yang mengetahui seluk beluk kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut, seniman pendukung, dan

informasi lainnya serta masyarakat sekitar khususnya daerah

(15)

d. Angket

Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

berupa pernyataan tertulis kepada responden untuk diisi.

e. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah hidup, cerita, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar

hidup, sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,

yang dapat berupa gambar, patung, film. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013, hlm. 15).

f. Tahap Pengolahan Data

Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan, selanjutnya

diklasifikasikan berdasarkan kepentingan penulisan. Data-data yang

dianggap mendukung kemudian dianalisa berdasarkan metode

deskriptif kualitatif.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi mengenai uraian secara rinci mengenai

latar belakang penelitian yang menjadi alasan peneliti sehingga tertarik untuk

melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penelitian skripsi dari

rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian yang

dilakukan, metode penelitian serta struktur organisasi dalam penyusunan

skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini peneliti memaparkan secara lebih

terperinci mengenai teori yang berhubungan dengan

permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. Kajian-kajian yang bersifat teoritis tersebut

(16)

skripsi mengenai “Eksistensi Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut”.

Bab III Metode dan Teknik Penelitian. Dalam bab ini membahas mengenai

metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian

ini. Lebih lanjut, dalam bab ini peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang

dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang berisi

langkah-langkah dari mulai persiapan sampai langkah-langkah terakhir dalam penyelesaian

penelitian ini.

Bab IV Kesenian Hadro. Bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian

yang telah dilakukan. Dalam bab ini peneliti memaparkan semua hasil

penelitian dalam bentuk uraian deskriptif yang ditujukan agar semua

keterangan yang diperoleh dari bab pembahasan ini dapat dijelaskan secara

rinci. Adapun pemaparan dalam bagian ini akan dijelaskan diantaranya.

Pertama, mengenai gambaran umum Kecamatan Bungbulang yang mencakup

keadaan geografis, kedua mengenai struktur penyajian dari kesenian Hadro

yang berada di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Ketiga, pembahasan

mengenai keberadaan kesenian Hadro saat ini di Kecamatan Bungbulang

Kabupaten Garut.

Bab V Kesimpulan. Pada bab terakhir peneliti menuangkan kesimpulan

dari hasil pembahasan, yang berisi mengenai interpretasi peneliti terhadap

kajian yang menjadi bahan penelitian yang disertai dengan analisis peneliti

dalam membuat sebuah kesimpulan atas jawaban-jawaban dari rumusan

(17)

Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian, metode merupakan faktor

penting untuk menentukan tingkat keberhasilan yang akan dicapai. Dengan

menggunakan metode yang tepat, penelitian yang dilakukan dapat berhasil

dengan baik dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Pengertian metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti di dalam mengumpulkan

data penelitian untuk memperoleh jawaban atas masalah-masalah yang

menjadi sasaran penelitian. Metode berarti suatu prosedur, cara, atau teknik

untuk mencapai atau menggarap sesuatu secara efektif atau efisien. Metode

merupakan salah satu ciri kerja ilmiah.Berbeda dengan metodologi yang lebih

mengarah kepada kerangka referensi, maka metode lebih bersifat praktis.

Yaitu memberikan petunjuk mengenai cara, prosedur, dan teknik pelaksanaan

secara sistematik.

Untuk memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam judul

penelitian tentang “Eksistensi Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut”, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif.Pemilihan metode ini didasarkan pada alasan bahwa

data-data terdapat di dalam penelitian ini bersifat alamiah, aktual, dan

berkembang pada saat ini. Seperti salah satu pengertian yang diungkapkan

Sugiyono (2010, hlm. 15) bahwa metode deskriptif adalah :

1. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian

dianalisa.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode deskriptif selain ditunjukan untuk memaparkan

fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan berlangsung pada

masa sekarang.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini

(18)

masalah keberadaan atau eksistensi yang terjadi pada Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

Menurut peneliti, metode deskriptif analisis tepat digunakan untuk

penelitian ini, karena metode deskriptif analasis dapat membantu peneliti

dalam menguraikan Kesenian Hadro, dimana dalam penelitian ini, peneliti

mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan tentang penelitian yaitu

bentuk penyajian dan tanggapan masyarkat terhadap Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mengenai kesenian Hadro ini dilakukandi Kabupaten

Garut tepatnya di Lingkung Seni Panca Mustika Pimpinan Bapak Mahpuddin

yang berada di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang sebagai pusat dari

adanya kesenian Hadro. Jarak dari pusat kota Garut ke lokasi penelitian

kurang lebih 125 km dari pusat kota Bandung dan sekitar 72 km dari pusat

kota Garut.

Untuk lebih jelasnya terlihat dalam peta lokasi di bawah ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Kesenian Hadro. Kesenian Hadro

diciptakan pada tahun 1917 oleh Kyai Haji Sura sebagai penyebaran agama

islam. Alasan peneliti memilih Kesenian Hadro sebagai subjek, karena

(19)

keberadaannya hingga saat ini serta pewarisannya dilakukan turun temurun

hingga saat ini.

C. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Dalam memecahkan berbagi masalah yang terdapat di dalam penelitian ini

diperlukan sejumlah data yang terdapat di lapangan. Untuk mengumpulkan

data-data tersebut diperlukan sebuah cara atau teknik yang benar-benar tepat,

sehingga data-data yang diperlukan tersebut sesuai dengan yang diharapkan

oleh peneliti

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

Observasi merupakan tahapan pengumpulan data secara langsung

untuk mendapatkan data atau informasi.Untuk mengetahui tentang

bagaimana keberadaan atau eksistensi pada Kesenian Hadro perlu

dilakukan pengamatan secara detail. Hal itu dimaksudkan agar pneliti

mendapatkan semua informasi secara langsung dengan cara melihat

bagaimana proses pertunjukan Kesenian Hadro tersebut berlangsung dan

kegiatan para pendukung kesenian tersebut di dalam dan di luar

pertunjukannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setelah kegiatan

observasi dilakukan, dapat diperoleh sejumlah data yang diperlukan untuk

merumuskan segala sesuatu yang ingin diketahui dalam kegiatan

penelitian ini.Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan secara

langsung terhadap subjek dan obyek penelitian yaitu Kesenian Hadro di

Lingkung Seni Panca Mustika Bungbulang yang dilakukan pada :

a. Pada bulan Februari 2015 peneliti meminta izin untuk melakukan

penelitian dan mewawancarai narasumber yang namanya

disamarkan yaitu Bapak MD sebagai pimpinan Lingkung Seni

Panca Mustika. Informasi yang didapatkan yaitu mengenai sejarah

(20)

b. Pada bulan Maret 2015 peneliti melakukan wawancara kepada

pengurus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut

dengan nama disamarkan yaitu Bapak WS Hasil dari wawancara

tersebut yaitu mengenai upaya pemerintah untuk mempertahankan

keberdaan Kesenian Hadro serta mendapatkan informasi

mengenai Sejarah lahirnya Kesenian Hadro.

c. Pada bulan Mei 2015 peneliti melakukan pengamatan pada

pertunjukkan Kesenian Hadro yang dipertunjukkan dalam acara

Gebyar Budaya Kabupaten Garut. Hasil dalam pengamatan

berupa foto-foto dan video pertunjukkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk

mendapatkan informasi berkenaan dengan pendapat, aspirasi harapan,

persepsi, keinginan dan lain-lain dari individu atau responden dengan cara

memberikan pertanyaan yang diajukan kepada responden oleh peneliti.

Pada tahap ini penulis mewawancarai beberapa narasumber yang berkaitan

dengan kesenian Hadro.Wawancara atau interview dalam suatu penelitian

bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam

suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka, merupakan suatu

pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1997:129).

Peneliti mewawancarai orang yang terlibat langsung dengan Kesenian

Hadro,diantaranya :

1. Bapak MD selaku pimpinan Lingkung Seni Panca Mustika,

wawancara dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015. Hasil dalam

(21)

Perubahan dan Perkembangan Kesenian Hadro, Bentuk Penyajian

Kesenian Hadro.

2. Bapak WS selaku pengurus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Garut pada tanggal 18 Maret 2015. Informasi yang

didapatkan yaitu mengenai upaya pemerintah untuk mempertahankan

keberdaan Kesenian Hadro serta mendapatkan informasi mengenai

Sejarah lahirnya Kesenian Hadro.

3. Pemain dalam Kesenian Hadro pada tanggal 26 Juni 2015. Hasil dari

wawancara yaitu mengenai alasan mengikuti Kesenian Hadro di

Lingkung Seni Pancamustika dan tanggapan terhadap perkembangan

pada Kesenian Hadro.

4. Masyarakat sekitar yang berada di Desa Bojong Kecamatan

Bungbulang. Hasil yang didapatkan yaitu mengenai tanggapan

masyarakat terhadap Keberadaan Kesenian Hadro di Kecamatan

Bungbulang.

Adapun bentuk wawancara yang digunakan yaitu wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur, dalam pelaksanaannya peneliti melakukan

wawancara yang disusun secara sistematis kemudian dikembangkan

dengan pertanyaan-pertanyaan secara sepontan yang tidak lepas dengan

rumusan masalah, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

lebih mendalam dari responden.

c. Angket

Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data berupa

pernyataan tertulis kepada responden untuk diisi. Peneliti menyebarkan

kuesioner berupa pernyataan-pernyataan tertulis yang dijawab responden.

Jenis kuesioner yang dipergunakan bersifat tertutup yaitu

pernyataan-pernyataan yang dibuat memerlukan penjelasan sehingga responden

(22)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

Likert. Skala pengukuran Likert menurut Sugiyono (2012:107) merupakan

“Skala pengukuran Likert pengukuran yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari konsep dan teori yang

relevan digunakan sebagai landasan teori penelitian serta informasi yang

bersifat umum dan berkaitan dengan permasalahan penelitian yang

menunjukkan data sekunder untuk pemecahan masalah dalam penelitian

ini. Dalam penelitian ini studi pustaka selain dapat membantu dalam

menyelesaikn penelitian, juga dapat meyakinkan pembaca tentang

pentingnya dan kelayakan dari penelitian mengenai Kesenian Hadro.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi pustaka di berbagai

tempat. Peneliti mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan

Indonesia untuk mengetahui cara penulisan skripsi dan beberapa penelitian

terdahulu. Selain mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan

Indonesia, peneliti juga mengunjungi perpustakaan Sekolah Tinggi Seni

Indonesia Bandung untuk mendapatkan pustaka rujukan. Dari pustaka

yang digunakan oleh peneliti diharapkan agar peneliti mendapatkan

pengklasifikasian data sesuai dengan pertanyaan yang muncul dalam

penelitian ini. Beberapa pustaka yang digunakan peneliti diantaranya.

a. Buku KesenianTradisional Kabupaten Garut Jawa Barat oleh Irno

Sukarno Putra (2007). Buku ini membantu peneliti dalam

menjelaskan mengenai Kesenian Hadro.

b. Buku Seni Pertunjukkan Indonesia Bandung oleh Jakob Sumardjo

(2001). Buku ini membantu peneliti dalam menjelaskan mengenai

(23)

c. Buku Seni Pertunjukkan di Era Globalisasi oleh Soedarsono (2000).

Lebih lanjutnya studi pustaka yang digunakan tertera pada daftar pustaka.

e. Dokumentasi

Dalam penelitian Eksistensi Kesenian Hadro di Kecamatan

Bungbulang Kabupaten Garut, peneliti mengumpulkan dokumentasi

berupa foto-foto, video, rekaman wawancara, dan dokumen-dokumen

sejarah Kesenian Hadro. Arsip-arsip yang telah diperoleh tersebut akan

membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, yang akhirnya

akan dijadikan dokumentasi untuk memperkuat data dalam penelitan ini.

Dalam proses pengumpulan data berupa dokumentasi, peneliti

menggunakan alat bantu berupa kamera foto dan kamera video, seperti

yang diungkapkan Sugiyono (2010, hlm. 82) bahwa “dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berupa tulisan,

gambar, karya-karya monumental dari seseorang”.

2. Instrumen Penelitian

a. Pedoman Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti

mengunjungi Lingkung Seni Panca Mustika di Kecamatan Bungbulang

Kabupaten Garut.Lingkung Seni Panca Mustika ini di didirikan pada

Tahun 1993 di bawah pimpinan Bapak Mahpuddin.Peneliti mengamati

secara langsung tentang bentuk penyajian pada Kesenian Hadro di

Lingkung Seni Panca Mustika Bungbulang.

Teknik observasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

diperlukan, terutama yang berkaitan dengan permasalahan eksistensi atau

keberadaan Kesenian Hadro hingga sekarang, sehingga dapat dijadikan

tolak ukur dalam menyusun penelitian ini.

(24)

Wawancara digunakan sebagai acuan untuk mengajukan pertanyaan

yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian ini.Wawancara yang

dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengunjungi beberapa narasumber

yang diantaranya adalah Bapak MD selaku pimpinan Lingkung Seni Panca

Mustika, Bapak WS selaku pengurus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Garut, dan warga sekitar desa Desa Bojong.Wawancara yang

diajukan kepada narasumber berkaitan dengan struktur prnyajian dan

tanggapan masyarakat mengenai Kesenian Hadro.

Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah daftar pertanyaan

seputar Kesenian Hadro.Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan

peranan dari setiap narasumber yang berkaitan dengan Kesenian

Hadro.Lebih jelasnya pedoman wawancara tertera pada lampiran.

c. Angket

Angket dilakukan dengan menyebarkan pernyataan tertulis yang

disebarkan kepada 30 responden yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi mengenai tanggapan masyarakat terhadap kesenian Hadro.

Lebih jelasnya angket tertera pada lampiran.

D. Prosedur Penelitian

Dalam proses penelitian, ada beberapa hal atau langkah yang harus

dilakukan oleh penulis. Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain :

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan penelitian yaitu

menentukan tema. Tema yang dipilih yaitu kesenian lokal

mengenaikeberadaan Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang

(25)

Sebelumya, peneliti tertarik untuk menulis mengenai Pencak Ular di

Desa Samarang Kabupaten Garut. Alasan ketertarikannya karena kesenian

Pencak Ular ini sangat unik dan masih banyak masyarakat Garut yang

belum mengetahui tentang kesenian Pencak Ular ini. Setelah mengajukan

pada dewan skripsi, ternyata sudah banyak yang meneliti tentang kesenian

Pencak Ular.Selain mengajukan mengenai kesenian Pencak Ular, penulis

juga mengajukan mengenai Perkembangan Kesenian Hadro di Kecamatan

Bungbulang Kabupaten Garut.Akan tetapi setelah melakukan seminar

proposal skripsi, menurut dosen penguji sudah ada yang meneliti tentang

Perkembangan Kesenian Hadro di Kecamatan Bungbulang Kabupaten

Garut.

Setelah berkonsultasi dengan Pembimbing Skripsi menganjurkan

saya untuk membedakan pembahasannya tetapi tetap terfokus pada

Kesenian Hadro.Pada bulan Desember Peneliti mengunjungi Desa Bojong

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.Ditempat tersebut merupakan

cikal bakal lahirnya kesenian Hadro.Peneliti pun merasa tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai keberadaan dari Kesenian Hadro tersebut,

dengan alasan bahwa kesenian ini mampu mempertahankan

keberadaannya hingga saat ini serta pewarisan yang dilakukan secara turun

temurun hingga saat ini.Setelah melalui tahap demi tahap, penulis

memutuskan untuk mengajukan judul baru dan meminta pendapat dari

Pembimbing.Pembimbing memberikan respon yang baik, mengingat

belum ada yang meneliti mengenai keberadaan kesenian Hadro.Atas saran

dan masukan tersebut peneliti memilih judul Eksistensi Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

b. Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini, penulis mulai melakukan pengumpulan berbagai data

dan fakta dari tema yang akan dikaji. Hal yang dilakukan penulis untuk

mengumpulkan data dan fakta tersebut dengan cara melakukan wawancara

(26)

membaca sumber-sumber tertulis mengenai masalah yang akan dibahas.

Setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan permasalahan yang

akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk

proposal skripsi yang memuat judul penelitian, latar belakang masalah,

perumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

pustaka, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penelitian.

c. Mengurus Perijinan Penelitian

Langkah awal perijinan penelitian yaitu menentukan

instansi-instansi yang memungkinkan dapat memberikan data dan fakta yang

terkait dengan masalah yang dikaji. Perijinan dilakukan untuk

memperlancar proses penelitian dalam mencari sumber-sumber yang

diperlukan. Adapun surat perijinan tersebut diberikan kepada beberapa

instansi seperti, Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Garut, Kepala

Desa Bojong Kecamatan Bungbulang, dan Pimpinan Grup kesenian Panca

Mustika.

d. Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum melakukan kegiatan penelitian langsung ke lapangan,

penulis mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam menyediakan

perlengkapan yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Hal pertama yang

dilakukan oleh penulis adalah membuat surat perijinan penelitian guna

memperlancar penelitian yang akan digunakan. Selain itu, penulis juga

mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian

diantaranya sebagai berikut:

1. Jadwal kegiatan penelitian

2. Instrumen wawancara

3. Alat perekam dan kamera

(27)

e. Proses Bimbingan

Proses bimbingan merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan

oleh penulis selama penyusunan skripsi. Proses bimbingan ini dapat

membantu penulis dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap

kegiatan penelitian yang dilakukan. Pada proses ini, penulis juga mendapat

masukan dan arahan baik itu berupa komentar atau perbaikan dari

Pembimbing I dan Pembimbing II. Selama proses penyusunan skripsi

penulis melakukan proses bimbingan dengan Pembimbing I dan

Pembimbing II sesuai dengan waktudan teknik bimbingan yang telah

disepakati bersama sehingga bimbingan dapat berjalan lancar dan

diharapkan penyusunan skripsi dapat memberikan hasil sesuai ketentuan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan kegiatan utama dalam rangkaian

penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam

pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis pada tahap ini yaitu

melakukan proses pencarian dan pengumpulan sumber yang relevan dan

berhubungan dengan permasalahan penelitian baik yang berbentuk sumber

tertulis maupun sumber lisan. Dalam proses pengumpulan sumber, penulis

lebih menitik beratkan kepada sumber lisan karena belum ada sumber

tertulis yang khusus mengkaji tentang permasalahan yang dikaji, yaitu

Kesenian Hadro. Penggunaan sumber tertulis tetap dilakukan meskipun

belum ada yang secara lengkap membahas permasalahan yang dikaji,

dengan tujuan untuk memudahkan analisis dalam penulisan ini. Untuk

lebih jelasnya akan dipaparkan di bawah ini.

1. Pengumpulan sumber tertulis

Pada tahap ini peneliti mencoba mencari sumber-sumber tertulis

berupa buku-buku, skripsi dan dokumen-dokumen relevan yang sesuai

(28)

2. Pengumpulan sumber lisan

Sumber lisan diperoleh penulis dari kegiatan wawancara, pelaku

atau orang yang penulis wawancarai disebut narasumber, dalam

penelitian ini narasumber dikategorikan menjadi dua, yaitu pelaku dan

saksi.Sebutan bagi pelaku adalah mereka yang benar-benar mengalami

peristiwa atau kejadian yang menjadi bahan kajian seperti para

pelaksana kesenian Hadro atau budayawan yang bisa disebutkan

sebagai pelaku sejarah yang mengikuti jalannya perkembangan

kesenian Hadro dari waktu ke waktu.Saksi sejarah adalah mereka yang

melihat dan mengetahui bagaimana peristiwa itu terjadi, misalnya

masyarakat sebagai pendukung dan saksi serta instansi pemerintah

sebgai lembaga terkait. Hal lain yang harus menjadi perhatian bahwa

narasumber yang bisa diwawancarai adalah mereka yang dengan nyata

dapat memberikan kesaksian peristiwa yang terjadi dengan melihat dan

mengalami pada waktu yang bersangkutan. Adapun narasumber yang

peneliti wawancara diantaranya.

a) Bapak MD selaku pimpinan Lingkung Seni Panca Mustika,

wawancara dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015. Hasil

dalam wawancara tersebut yaitu mengenai Fungsi Kesenian

Hadro, Perubahan dan Perkembangan Kesenian Hadro, Bentuk

Penyajian Kesenian Hadro.

b) Bapak WS selaku pengurus Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Garut pada tanggal 18 Maret 2015. Informasi yang

didapatkan yaitu mengenai upaya pemerintah untuk

mempertahankan keberdaan Kesenian Hadro serta

mendapatkan informasi mengenai Sejarah lahirnya Kesenian

Hadro.

c) Pemain dalam Kesenian Hadro pada tanggal 26 Juni 2015.

Hasil dari wawancara yaitu mengenai alasan mengikuti

Kesenian Hadro di Lingkung Seni Pancamustika dan tanggapan

(29)

d) Masyarakat sekitar yang berada di Desa Bojong Kecamatan

Bungbulang. Hasil yang didapatkan yaitu mengenai tanggapan

masyarakat terhadap Keberadaan Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang.

b. Analisis

Dalam analisis data, peneliti menganalisis data-data yang telah

peneliti dapatkan.Dalam analisis data tersebut peneliti menggunakan

tringulasi, yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.Analisis

penelitian ini berkaitan dengan hal-hal pada penelitian yang sesuai

dengan rumusan masalah yaitu bentuk penyajian dan tanggapan

masyarakat terhadap Kesenian Hadro.

c. Pengambilan Kesimpulan

Pada penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan

semua data mengenai sejarah Kesenian Hadro, Fungsi Kesenian

Hadro, Perubahan dan Perkembangan pada Kesenian Hadro serta

Tanggapan masyarakat terhadap Kesenenian Hadro, kemudian telah

dianalisis oleh peneliti

d. Penulisan Laporan

Penulisan laporan pada penelitian ini disusun secara tertulis

mengenai persiapan, proses, dan hasil dari penelitian.Laporan ditulis

dengan menggunakan kaidah penulisan karya ilmiah.Dalam hasil

laporan yang peneliti buat, maka peneliti berusaha untuk menjaga

keobjektifan hasil penelitian.

E. Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dilaksanakan, dan

terus menerus mulai dari pengumpulan data hingga akhir penelitian.Analisis data

dilakukan dengan kegiatan mengatur, mengurutkan, member kode atau tanda, dan

mengkategorikan data sesuai kelompoknya. Setelah semua data terkumpul secara

detail, baik dalam bentuk catatan, rekaman, atau bentuk lainnya, kemudian

(30)

a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

angket, studi pustaka dan dokumentasi mengenai permasalahan penelitian

yaitu eksistensi Kesenian hadro. Mengadakan pemilihan data yeng

benar-benar representative, relevan dengan tujuan penelitian.

b. Menganalisis data dengan menyesuaikan dan membandingkan antara data

hasil lapangan dengan literature atau sumber lain serta dokumen yang

menunjang sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan dipilah-pilah

untuk disesuaikan dengan topik kajian utama yang diteliti dan

menghasilkan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

c. Memaparkan laporan/penyusunan laporan kegiatan yang merupakan

kegiatan akhir dari penelitian.

Langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis data diantaranya :

1. Reduksi data

Kegiatan reduksi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

merangkum catatan-catatan lapangan dengan memilah hal-hal pokok yang

berhubungan dengan Eksistensi atau Keberadaan Kesenian Hadro,

rangkuman catatan-catatan informasi dari lapangan itu kemudian disusun

secara sistematis agar memberikan gambaran serta mempermudah

pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data dimana

proses pemilihan data secara “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis selamadi lapangan. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul.

Hasil yang terkumpul dari kerja di lapangan akan direduksi dengan

cara merangkum, mengklasifikasi sesuai dengan fokus dan aspek

permasalahan yang sedang diteliti yaitu mengenai Eksistensi Kesenian

Hadro. Hasil observasi dan wawancara yang telah diperoleh dari beberapa

narasumber, kemudian dikelompokkan dalam beberapa kategori mengenai

bentuk penyajian dan tanggapan masyarakat terhadap Kesenian Hadro.

(31)

berulang-ulng, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan akhir yang

akurat.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah melakukan kegiatan reduksi data

adalah penyajian data. Dalam penelitian ini, penyajian data dapat

dilakukan dengan bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori dan

sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan

merupakan tujuan utama dari analisis data yang dilakukan sejak awal,

untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Kesimpulan

disusun dalam bentuk pernyataan singkat, padat, dan jelas agar mudah

dipahami yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan

eksistensi Kesenian Hadro. Seluruh analisis data dilakukan secara rutin dan

saling berkaitan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini,

peneliti tidak hanya mengambil kesimpulan dari suatu informasi saja tetapi

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Eksistensi Kesenian Hadro di

Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut, penulis dapat manarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Bentuk penyajian kesenian Hadro mengalami perubahan sejalan dengan

dinamika perubahan sosial dan budaya masyarakat. Perubahan ini terlihat

dari busana yang digunakan oleh para pemain Hadro yang semula

memakai baju seadanya saja, namun kini diseragamkan yaitu mengenakan

baju koko putih, celana hitam, selendang merah, dan iket batik. Selain dari

busana juga terlihat dari pemain kesenian Hadro, yang semula pemain

pada kesenian Hadro hanya laki-laki saja, namun saat ini kesenian Hadro

dipertunjukkan oleh laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan

banyaknya perempuan yang antusias ingin mempelajari kesenian Hadro.

Perubahan ini dilakukan para seniman yang berada di Bungbulang dengan

alasan mengikuti perkembangan zaman dan mengemas kembali kesenian

Hadro supaya tidak terlihat monoton tanpa menghilangkan keaslian dari

kesenian Hadro. Selain itu, perubahan juga terlihat dari perubahan fungsi

dalam kesenian Hadro. Pada awalnya kesenian Hadro ini digunakan

sebagai sarana penyebaran agama Islam, namun dengan berkembangnya

zaman kesenian ini mengalami perubahan, kesenian Hadro saat ini

digunakan sebagai sarana hiburan. Meskipun demikian dalam

pertunjukannya nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat pada kesenian Hadro

tetap ada hingga saat ini. Inilah yang menjadi dasar bahwa keberadaan

kesenian Hadro tetap diakui hingga saat ini.

2. Tanggapan masyarakat pada kesenian Hadro sangat baik, dimana

masyarakat sekitar sangat antusias ketika kesenian Hadro dipertunjukkan.

Selain itu masyarakat menanggapi bahwa keberadaan kesenian Hadro

(33)

yang sangat mendidik, hal ini dapat terlihat dari syair-syair yang

dilantunkan berisi nasehat-nasehat untuk menjlankan hidup. Selain

memiliki ajaran islam, kesenian Hadro ini juga memiliki nilai-nilai budaya

dalam masyarakat, diantaranya nilai religi, nilai sosial, dan pendidikan.

Sehingga nilai-nilai yang terdapat dalam kesenian Hadro bisa menjadi

penerangan bagi masyarakat untuk memahami kehidupan dimana suatu

masyarakat tinggal.

B. Rekomendasi

Untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pertunjukkan yang

ditontonnya, maka sajian tontonan tersebut harus dikemas sedemikian rupa, agar

terlihat menarik. Selain itu, keterampilan seniman dari hasil upaya latihan yang

dilakukan secara berkesinambungan merupakan aspek yang menunjang agar

pertunjukkan seni yang ditampilkan lebih menarik. Lebih jauh para seniman

senantiasa tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian

Hadro.

Untuk menghidupkan kembali kesenian Hadro sebagai salah satu budaya

sunda, perlu ada kesepakatan dari semua komponen masyarakat dan harus ada

dukungan yang serius dari pemerintah setempat.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengemukakan rekomendasi sebagai

berikut.

1. Peneliti Selanjutnya

Penelitian kesenian Hadro ini hanya difokuskan pada teks dan konteks

tariannya saja. Tidak menutup kemungkinan untuk diadakan kembali

penelitian selanjutnya pada tari ini tentang bagian-bagian yang belum

terungkap, sehingga penelitian ini dapat lebih bermanfaat dan lebih lengkap

yang terungkap setelah dilakukan beberapa kali penelitian dengan aspek

penelitian yang lain.

2. Pemerintah Setempat

Pemerintah setempat diharapkan lebih serius lagi memperhatikan

(34)

dapat terus ada, bahkan berkembang dari waktu ke waktu. Selain itu peran

serta pemerintah dalam mempromosikan kesenian Hadro ini kepada

masyarakat Garut dan umumnya kepada masyarakat luar di tingkatkan lagi.

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dengan adanya laporan penelitian ini, diharapkan mampu menambah

pengetahuan tentang khasanah tari tradisi di Jawa Barat khususnya Garut,

adanya peneliti-peneliti berikutnya untuk meneliti sisi lain terhadap kesenian

Hadro sehingga memperkaya dan menambah referensi.

(35)

Esten, Mursal. 1993. Tradisi dan Perubahan. Minangkabau: Angkasa Raya

Harsajo. 1984. Pengantar antropologi. Bandung: Bina Cipta.

Kamaril, C dkk. 1988. Pendidikan seni rupa dan kerajinan tangan. Jakarta:

Depdikbud.

Kasmahidayat, Yuliawan, Dkk. 2010. Agama dalam Transformsi Budaya

Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warliartika.

Kasmahidayat, Yuliawan (penyunting). 2013. Apresiasi Simbol dalam Seni

Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warliartika.

Koentjaraningrat 1984. Kebudayaan mentalitas dan Pembangunan, Jakarta:

Gramedia.

Koentjaraningrat. 1958. Metode-Metode Antropologi dalam

Penyelidikan-Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Universitas Indonesia.

LBSS. 1981. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Teratai.

Linsdsay, Jenifer 1991. Klasik Kitsh Kontemporer. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Murgianto. 1983. Koreografi. Jakarta: Depdikbud.

Mustopo M.H. 1983. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.

Narawati, Tati. 2003. Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST

(36)

Rinjani, A. Yayu. 2010. Penyajian Tutunggulan dalam Acara Hiburan Panen di

Kampung Sembah Dalem Desa Puspasari Kecamatan Puspahiang

Kabupaten Tasikmalaya: Skripsi.

Rustiyanti Sri. 2010. Menyikap Seni Pertunjukan Etnik Di Indonesia. Bandung:

STSI Press Bandung.

Sachari, Sunarya. 2001. Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia dalam

Wacana Transformasi Budaya. Bandung: Penerbit ITB.

Sakri, A. 1990. Pendidikan seni rupa. Jakarta: Depdikbud.

Sedyawati, Edi. 2002. Indonesia heritage (seni pertunjukan). Jakarta: Buku antar

bangsa.

Soedarsono 1972. Jawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari

Tradisional Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Soedarsono, R. M. 2000. Seni pertunjukkan di era globalisasi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Soedarsono, R. M. 1977. Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta: Akademi

Seni Indonesia.

Soedarsono, R. M. 1999. Seni Pertunjukkan Indonesia dan Pariwisata.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soedarsono 1972. Jawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari

Tradisional Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

(37)

Sulameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Reneka

Cipta.

Sumardjo, Jakob. 2001. Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Perss.

Surahkkamat, Wiranto. 1980. Psikologi Pemula. Bandung: Jenmart.

Tilaar, H. A. R. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era

Globalisasi. Jakarta: Gramedia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. KBBI.

Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. KBBI.

Jakarta: Balai Pustaka

Yeniningsih Kurnita Taat 2007. Pengaruh Perubahan Politik Sosial, dan Ekonomi

Terhadap Perkembangan Seni Pertunjukan di Jawa Barat. Bandung: STSI

Press.

Yoeti, Oka A. 1985. Melestarikan Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

Referensi

Dokumen terkait

analysis was focused on addressing the second and the third research questions, which were related to teacher’s and students’ perceptions toward the effective

[r]

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Analisis Pengaruh Faktor dan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja.. Perpustakaan di

Disamping itu, masyarakat Kelurahan Ujung Padang masih menggunakan air sungai untuk keperluan untuk mandi, cuci, kakus dan membuang sampah ke sungai dan adapula

Gangguan bahasa tersebut disebabkan adanya gangguan pada bagian otak tepatnya pada hemisfer kiri otak di bagian Medan Broca dan Medan Wernicke yang