• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA Kelas XI. BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA Kelas XI. BAB 1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu

pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup

berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

tercapainya mutu pendidikan yang baik diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan dan martabat bangsa.

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat

dipandang dan berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu

tinggi adalah pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah

telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan mutu pendidikan pada berbagai

jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang

memuaskan (Trianto, 2012).

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu persyaratan

dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar dalam

IPA mempunyai andil yang besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal ini ditandai dengan berkembangnya teknologi di segala bidang

1

(2)

yang menerapkan konsep-konsep kimia. Namun, pada kenyataannya prestasi

belajar kimia secara nasional dinilai masih rendah dan kurang optimal.

Kebanyakan siswa beranggapan bahwa kimia merupakan salah satu mata

pelajaran yang sulit untuk dipahami, sehingga motivasi siswa untuk belajar kimia

menjadi rendah. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siswa

kelas XI IPA SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta, terlihat bahwa pada saat

pembelajaran kimia siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran,

sehingga menyebabkan suasana kelas menjadi pasif.

Berdasarkan Laporan Pengolahan Ujian Nasional Tahun Pelajaran

2011/2012 tentang Daya Serap Siswa menunjukkan nilai Ujian Nasional rata-rata

sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Batik 1 Surakarta dan SMA Batik 2

Surakarta pada kelompok soal KD mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp

berturut-turut adalah 77,63 dan 83,34 sedangkan nilai Ujian Nasional rata-rata

kota/kabupaten, propinsi, dan nasional berturut-turut adalah 79,88; 89,93; 88,34.

Nilai Ujian Nasional rata-rata sekolah Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA Batik

1 Surakarta dan SMA Batik 2 Surakarta pada kelompok soal KD mendiskripsikan

Hidrolisis Garam dan Ksp berturut-turut adalah 66,99 dan 53,45 sedangkan nilai

Ujian Nasional rata-rata kota/kabupaten, propinsi, dan nasional berturut-turut

adalah 72,50; 65,53; 66,31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai

Ujian Nasional rata-rata sekolah di SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta pada

materi hidrolisis garam belum memuaskan karena belum seluruhnya diatas

rata-rata nilai tingkat kota/kabupaten, propinsi, dan nasional. Berdasarkan hasil angket

(3)

SMA Batik 1 Surakarta, dan 92% siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 2 Surakarta,

menyatakan materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang sulit

dipahami karena pada materi ini selain teori terdapat beberapa rumus untuk jenis

larutan yang berbeda, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam perhitungannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, kesulitan siswa

dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini akan sangat terlihat pada saat ujian

semester, dimana beberapa materi pokok kimia akan diujikan secara bersamaan.

Kesulitan siswa terutama terlihat pada saat siswa menentukan harga pH suatu

larutan.

Materi Pokok Hidrolisis Garam merupakan materi pemantapan dari materi

sebelumnya. Pada materi ini akan dibahas tentang pengertian larutan hidrolisis,

cara kerja pembuatan larutan tersebut, penentuan/perhitungan pH, serta

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa alasan pentingnya materi

pokok Hidrolisis Garam sebagai berikut:

1) Materi pokok Hidrolisis Garam merupakan salah satu materi yang berisi

konsep-konsep tentang stokiometri, kesetimbangan kimia dan penetuan pH

suatu larutan.

2) Karateristik materi melibatkan banyak perhitungan dan berbagai analisis

yang berkaitan dengan garam jika dilarutkan ke dalam air.

3) Kebanyakan siswa menganggap bahwa materi ini merupakan salah satu

materi yang sulit, kesulitan siswa biasanya terletak pada penentuan pH

untuk membedakan larutan hidrolisis atau penyangga.

(4)

4) Materi pokok Hidrolisis Garam penerapannya banyak digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Materi Pokok Hidrolisis Garam sejalan dengan teori Piaget (1971) cit.

Dahar (2011) yang membagi pengetahuan menjadi tiga yaitu: pengetahuan fisik,

logika-matematis dan sosial. Pengetahuan fisik dapat di dapat dari kemampuan

siswa dalam melihat perubahan pH pada praktikum Hidrolisis Garam.

Pengetahuan logika-matematis didapat siswa dari stokiometri yaitu dalam

menghitung pH larutan Hidrolisis. Terakhir, pengetahuan sosial diperoleh dari

aplikasi Hidrolisis Garam pada kehidupan sehari-hari serta dalam proses

pembelajaran. Untuk memahami konsep, siswa sering kali mengalami kesulitan,

karena biasanya guru hanya memberikan rumus dan beberapa contoh soal saja.

Selain itu, siswa juga sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan

perhitungan.

Lemahnya pemahaman konsep siswa juga dikarenakan pembelajaran yang

dilaksanakan guru secara umum masih bersifat teacher centered. Pembelajaran

dari guru yang terlalu menekankan sejumlah informasi/konsep belaka, meskipun

tidak dapat disangkal bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting,

namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana

konsep itu dipahami oleh peserta didik. Belum maksimalnya nilai yang

didapatkan karena pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang memperhatikan

kemampuan berpikir siswa dan kurang menarik. Hal ini yang mengakibatkan pola

belajar siswa cenderung menghapal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis

(5)

kegiatan penemuan dan analisis siswa itu sendiri akan dapat bertahan lebih lama

dalam ingatan, apabila dibandingkan diperoleh dengan cara-cara yang lain.

Menurut Arends (1997) cit. Trianto (2011) menyatakan bahwa dalam

mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan

pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk

menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya

menyelesaikan masalah. Karenanya perbaikan proses dan hasil pembelajaran perlu

dilakukan dengan menerapkan metode atau menggunakan media pembelajaran

yang inovatif sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan

menemukan konsep pengetahuan, meningkatkan prestasi belajar serta

mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia

No 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah

menengah atas/madrasah aliyah bahwa kurikulum 2013 menganut: (1)

pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat;

dan (2) (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan

kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung peserta didik

menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik

menjadi hasil kurikulum.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran

mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

(6)

memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh

melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh

melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan

mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut

serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan

ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik

(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis

penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).

Pembelajaran kimia hendaknya diajarkan seperti para kimiawan

menemukan, yakni diawali dari mengamati adanya fenomena,

mengkonseptualisasi, lalu menyimbolkan. Hal ini sesuai dengan karakteristik

pembelajaran kimia yang menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan proses

sains sebagaimana dicanangkan dalam BSNP (2006). Salah satu pembelajaran

yang berorientasi pada pengembangan keterampilan proses sains adalah

pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran berbasis penyelidikan (inkuiri)

didukung pada pengetahuan tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari

penelitian (Bransford et al. 2000. cit. Abdi, 2014).

Suryani dan Agung (2012) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri

bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun

kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan-kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir

(7)

ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan

itu. Pada pembelajaran inkuiri siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan

yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, sehingga dibutuhkan bahan ajar

sebagai penunjangnya. Bahan ajar harus dikembangkan sesuai kurikulum yang

berlaku.

Metode Inkuiri adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi

kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya

dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu

sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan

kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang

logis, kritis dan sistematis (Slameto, 1993).

Hanafiah dan Suhana (2009) menguraikan macam-macam metode inkuiri,

yaitu: 1) inkuiri bebas; 2) inkuiri terbimbing; dan 3) inkuiri termodifikasi.

Diantara tingkatan dari metode inkuiri, inkuiri terbimbing merupakan metode

yang cocok diterapkan pada siswa yang belum terbiasa/kurang berpengalaman

mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Berdasarkan angket analisis

kebutuhan guru diperoleh informasi bahwa guru sangat jarang menggunakan

metode inkuiri dalam pembelajaran kimia, sehingga peneliti memutuskan untuk

menerapkan metode inkuiri terbimbing. Penelitian dari Matthew dan Kenneth

(2013) menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi yang lebih baik dari pada

siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

(8)

Metode inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan

permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa

belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa

dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan

dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi

kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan

menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Media pembelajaran mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan

faktor-faktor pendidikan yang lain, tetapi kadang-kadang kurang diperhatikan

oleh guru. Padahal dengan media yang tepat, merupakan salah satu kunci

keberhasilan suatu proses belajar-mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI di

SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta bahwa bahan ajar yang digunakan oleh

guru belum mengacu kepada metode yang sesuai dengan kurikulum 2013,

walaupun semua siswa sudah memiliki bahan ajar yang dipakai oleh guru. Belum

tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, maka guru

menyarankan untuk mengembangkan suatu bahan ajar yang sesuai dengan

kurikulum 2013. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan yang telah diberikan

kepada siswa kelas XI IPA1 SMA Batik 1 dan siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 2

Surakarta bahwa 100% siswa membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat

(9)

Keberadaan buku ajar bukan satu-satunya sarana pembelajaran bagi peserta

didik saat ini, meskipun buku ajar berisi materi seperti yang ditetapkan dalam

kurikulum. Peserta didik juga memerlukan pegangan sumber belajar lainnya agar

pembelajaran lebih hidup dan terarah.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Lembar

Kegiatan Siswa (LKS). LKS adalah suatu materi ajar yang sudah dikemas

sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar

tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi,

ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga

dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang

diberikan, dan pada saat yang bersamaan, peserta didik diberi materi dan tugas

yang berkaitan dengan materi tersebut. Dari penjelasan ini dapat kita pahami

bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang

berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran

yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar

yang harus dicapai (Prastowo, 2012).

Lembar Kegiatan Siswa akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa.

Guru akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan

mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis

yang tertuang dalam LKS (Depdiknas, 2007).

Setiap mata pelajaran memerlukan LKS untuk menunjang pembelajaran

tersebut, namun LKS yang tersedia dipasaran tidak mengacu pada kurikulum yang

(10)

materi, contoh soal dan dilanjutkan dengan evaluasi, sehingga tidak mengacu pada

kegiatan ilmiah. Adapun LKS yang terdapat kegiatan praktikum, hanya berisi

instruksi langsung, sehingga siswa melakukan praktikum sesuai instruksi yang

terdapat dalam LKS tanpa memikirkan alasan pengerjaan tahap demi tahap yang

dilakukan. Pada beberapa LKS juga tidak ditemukan adanya contoh penerapan

konsep dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, LKS juga tidak dilengkapi dengan

warna, gambar, peta konsep dan bahasa yang digunakan kurang komunikatif.

Oleh karena itu perlu adanya pengembangan LKS yang dapat melatih siswa

bekerja secara ilmiah serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa

sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep, membangun

pengetahuannya sendiri dan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian

dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi

Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA Kelas XI”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah yaitu:

1. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar dalam IPA mempunyai andil yang besar

dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, pada

kenyataannya prestasi belajar kimia secara nasional dinilai masih rendah

dan kurang optimal.

2. Sebagian besar siswa menganggap bahwa kimia merupakan salah satu

pelajaran yang sulit.

(11)

3. Pembelajaran kimia di SMA Batik 1 dan SMA Batik 2 Surakarta masih

didominasi oleh guru atau bersifat teacher centered, sehingga motivasi

belajar siswa menjadi rendah dan membosankan.

4. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 yang menganut

pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja

dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan

menggunakan pengetahuan. Di dalam implementasinya kurikulum 2013

belum dilakukan dengan baik.

5. Belum tersedianya media dan bahan ajar yang bermuatan sesuai dengan

kurikulum 2013.

6. Masih jarang ditemukan LKS yang menjadikan inkuiri terbimbing sebagai

basis pengembangannya.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada:

1. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan suatu bahan ajar

berupa LKS yang sesuai dengan pembelajaran pada kurikulum 2013.

2. Basis strategi pembelajaran yang digunakan dalam LKS yang

dikembangkan adalah inkuiri terbimbing.

3. Penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan LKS pada materi

Hidrolisis Garam. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada materi

(12)

Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah.

4. Metode pengembangan LKS yang digunakan pada penelitian ini mengacu

pada 10 langkah metode penelitian dan pengembangan dari Borg & Gall,

namun pada penelitian ini dibatasi sampai langkah ke sembilan yaitu

penyempurnaan dan produk akhir.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil tiap tahapan pengembangan LKS berbasis inkuiri

terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam yang mengacu siklus R&D

Borg and Gall?

2. Bagaimana kualitas produk pengembangan yang berupa LKS pada materi

pokok Hidrolisis Garam?

Kriteria kualitas yang dinilai pada LKS berbasis inkuiri terbimbing pada

materi pokok Hidrolisis Garam ditinjau dari:

a) Kriteria kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafisan yang dinilai

oleh ahli materi dan ahli media.

b) Keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing berdasarkan observasi.

c) Angket respon siswa dan guru terhadap LKS yang dikembangkan.

d) Ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan LKS

berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok Hidrolisis Garam.

(13)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui;

1. Hasil tiap tahapan pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada

materi pokok Hidrolisis Garam yang mengacu siklus R&D Borg and Gall.

2. Kualitas produk pengembangan yang berupa LKS pada materi pokok

Hidrolisis Garam, yang ditinjau dari: 1) kriteria kelayakan isi, kriteria

kelayakan bahasa, kriteria kelayakan penyajian dari ahli materi dan ahli

media; 2) keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing; 3) angket respon guru

dan siswa terhadap LKS yang dikembangkan; 4) serta ketuntasan hasil

belajar siswa pada pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri pada

materi pokok Hidrolisis Garam.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk LKS pembelajaran Kimia yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini berupa:

1. LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrolisis garam

berbentuk media cetak yang berdasarkan kurikulum 2013. Isi LKS secara

garis besar meliputi ringkasan materi, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan

tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk

menunjang pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Materi dalam LKS yang dikembangkan yaitu materi pokok hidrolisis garam

(14)

3. Format LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrolisis garam

berisikan, 1) bagian awal yaitu: cover, kata pengantar, sekilas isi LKS,

kompetensi inti dan kompetensi dasar, daftar isi, pendahuluan, petunjuk

penggunan LKS, dan peta konsep; 2) bagian inti yaitu: tujuan pembelajaran,

materi pengantar, permasalahan, hipotesis, pengumpulan data, analisis data,

kesimpulan, contoh soal, uji kepahaman anda, hidrolisis dalam kehidupan;

dan 3) bagian penutup yaitu: tes formatif, kunsi jawaban, glosarium, dan

daftar pustaka.

G. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Menekankan arti pentingnya penggunaan LKS berbasis inkuiri

terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Menambah wawasan bagi guru dan siswa tentang media pembelajaran

dan implementasinya pada perkembangan dunia pendidikan.

2. Manfaat Secara Praktis a. Untuk Siswa

1) Melatih berpikir inkuiri berdasarkan pengalaman sehari-hari

2) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hidrolisis garam

dalam kehidupan sehari-hari.

3) Siswa mendapatkan suasana yang berbeda dengan pembelajaran

(15)

4) Memberi pengaruh positif pada perkembangan kognitif siswa.

b. Untuk Guru

1) Memacu guru untuk selalu mengikuti perkembangan informasi

dalam pembelajaran inkuiri.

2) Sebagai masukan untuk guru, sehingga dapat mengajar

menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing terutama pada materi

pokok hidrolisis garam.

c. Untuk Sekolah

1) Memberikan perangkat pembelajaran dalam rangka meningkatkan

mutu pembelajaran.

2) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) baru demi kemajuan

pendidikan terutama dalam pembelajaran kimia.

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan proses kompresi, aplikasi tidak akan menghitung embedding rate untuk mendapatkan nilai k, tetapi membacanya langsung dari Stego Header yang ikut disisipkan dalam

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia

Untuk mengetahui apakah metode TPR efektif digunakan untuk meningkatkan penguasaan vocabulary bahasa Inggris bagi siswa sekolah dasar, peneliti memilih

PARAMETER BOBOT PAR 33   Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan penyampaian

Kelompok I memiliki bentuk buah tampak atas dan bawah yaitu bulat kecil atau lonjong, jumlah isi buah yang dominan adalah satu atau dua buah, dan jumlah biji buah adalah satu

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa ada perbedaan terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunarungu

• Untuk mahasiswa yang sudah lulus mata kuliah pada kurikulum yang lama, maka disetarakan sebagaimana telah mengambil mata kuliah yang baru pada kurikulum 2020, dan tidak

11.Untuk Pengambilan Buku Rekening tanggal 19 Januari 2016 wajib membawa Form PIP-01C (Data Nama nama penerima pada lampiran SK) Dan kelengkapan laporan BSM