• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 42 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 Dalam Pembelajaran IPS Dengan Tema Globalisasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 42 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 Dalam Pembelajaran IPS Dengan Tema Globalisasi."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 9

C. Tujuan Penelitian. ... 10

D. Manfaat Penelitian. ... 11

E. Hipotesis ... 12

G. Paradigma Peneitian. ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Metode Quantum Teaching sebagai Alternatif Pembelajaran yang Efektif dan Efesien ………... 16

(2)

xi

2. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching. ……… 26

B. Keunggulan Quantum Teaching ... 29

C. Kelemahan Quantum Teaching……….. 33

D. Penerapan Metode Quantum Teaching Dalam Pembelajaran IPS. 37 1. Guru. ... 41

2. Sekolah ... 44

3. Petunjuk Pelaksanaan Quantum Teaching ……… 46

E. Hasil Belajar Siswa... 50

F. Peranan Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 72

A. Pendekatan Dan Metode Penelitian……… 72

B. Variabel Penelitian. ... 75

C. Populasi Dan Sampel. ... 77

1. Populasi ... 77

2. Sampel ... 77

D. Instrumen Penelitian. ... 78

1.Tes Hasil Belajar Siswa. ... 78

2. Pedoman Wawancara Siswa ... 80

3. Pedoman Angket Guru ... 81

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data. ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data. ... 83

(3)

xii

F. Deskripsi Operasional Variabel. ... 85

G. Prosedur Penelitian. ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102

A. Hasil Penelitian ... 102

1. Hasil Test ... 102

2. Hasil Angket Guru ……… 3. Analisis Hasil Wawancara Siswa ………. 117 119 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 123

BAB V KESIMPULAN ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Rekomendasi ... 140

(4)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1 Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru (Data Awal) SMP N 42

Bandung ………... 7

2 Desain Penelitian ………. 74

3 Variabel Penelitian ……….. 76

4 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian ... 78

5 Kriteria Pemilihan Soal Pilihan Ganda ... 80

6 Pedoman Wawancara Siswa ... 81

7 Pedoman Angket Guru IPS ... 82

8 Teknik Pengumpulan Data ... 83

9 Variabel Penelitian ……… 85

10 Hasil Pre Test ……….. 103

11 Uji Normalitas Nilai Pre Test ………. 106

12 Uji Homogenitas Nilai Pre Test ……… 108

13 Uji Anova Satu Faktor ……… 109

14 Hasil Pos Test ……….. 110

15 Uji Normalitas Nilai Pos Test ………. 113

16 Uji Homogenitas Nilai Pos Test ……… 115

17 Uji Anova Satu Faktor ……… 116

18 Tabel Correlations ………... 117

19 Hasil Angket Guru ……….. 118

(5)

xiv

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

1 Paradigma Penelitian ………. 15

2 Prosedur Penelitian ……… 88

3 Normalitas Nilai Pre Test ……….. 107

4 Homogenitas Nilai Pre Test ……… 108

5 Normalitas Nilai Post Test ………. 114

6 Homogenitas Nilai Post Test ……… 115

(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Pemetaan Mata Pelajaran IPS Terpadu. 2 Silabus.

3 RPP IPS. 4 Peta Konsep

5 Kisi-Kisi Instrumen Pretest Dan Postest Pembelajaran IPS. 6 Tabel Perhitungan Validitas

7 Reliabilitas Instrumen Soal

8 Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Soal. 9 Pre Test Dan Post Test

10 Daftar Hasil Pre Test Dan Post Test Kelas Kontrol 11 Daftar Hasil Pre Test Dan Post Test Kelas Eksperimen 12 Perhitungan Hasil Pre Test.

13 Perhitungan Hasil Post Test

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Baru-baru ini seorang professor pendidikan dari Harvard University, Howard Gardner, mengenalkan delapan jenis kecerdasan; kecerdasan linguistik, kecerdasan

logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Delapan jenis kecerdasan tersebut menghasilkan juara-juara di bidangnya masing-masing, sebut saja Goenawan Muhammad ataupun K.H. Abdullah Gymnastiar dengan kecerdasan linguistiknya, pakar telematika Roy Suryo dengan kecerdasan logika-matematikanya, Affandi ataupun Basuki Abdullah dengan kecerdasan visual-spasialnya, Melly Goeslow ataupun Dhani Ahmad dengan kecerdasan musikalnya, Susi Susanti ataupun Dedy Mizwar dengan kecerdasan jasmani-kinestetiknya, Purdhi E. Chandra ataupun Andy F. Noya dengan kecerdasan interpersonalnya, dan sebut juga Hembing dengan kecerdasan naturalisnya.

(8)

2

Manusia masing-masing memiliki rangkaian otak dan kemampuan yang berbeda-beda, preferensi yang tidak sama satu dengan lainnya, sehingga manusia juga akan menerima informasi, menyimpan pengetahuan, dan mengambilnya kembali dengan cara yang berbeda-beda, ringkasnya setiap manusia masing-masing memiliki gaya belajar dan memahami sesuatu secara berbeda.

Peerubahan gaya belajar tidak akan pernah terjadi jika tidak didukung dengan perubahan gaya mengajar oleh para guru.

“Tidak mungkin akan ada inovasi penting dalam pendidikan apabila tidak berpusat pada sikap guru-gurunya, keyakinan, asumsi, perasaan para guru, semua itulah yang membentuk atmosfer dalam lingkungan belajar; yang menentukan kualitas pendidikan”. (Postman dan Weingartner, 1994:22)

(9)

3

Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh-kembangkan potensi Sumber

Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif (Degeng dalam Budiningsih, 2005:24).

(10)

4

pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran.

Siswa tidak saja membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan psikologisnya, namun juga mempunyai hak untuk dihormati, dilindungi, dimajukan dan dipenuhi hak-haknya. Pengertian “kebutuhan” menunjukkan bahwa siswa secara alamiah sebagai makhluk Tuhan membutuhkan perlakuan dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensinya, sehingga tercerabutnya siswa dari keadaan demikian berpotensi menghambat pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan yang optimal. Pengertian “hak” menunjukkan bahwa ada jaminan pemenuhan yang bersifat perlindungan, adanya pihak yang berperan dan terlibat sebagai aktor yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi perlindungan tersebut, dan ketika tidak dipenuhi berarti telah terjadi pelanggaran hak.

Menurut Rogers (dalam Palmer 2003:25), “pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri”. Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997:64) “adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.”

(11)

5

lain, keadaan yang sering dijumpai justru seringkali menempatkan siswa dalam posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru benar dan siswa salah”.

Beberapa aktivitas mengajar yang dimaksud adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis, memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan, menceritakan pengalaman, menulis cerita, menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak buku bacaan, dan memberikan aktivitas brainstorming.

Guru yang sering mengalami penilaian yang kurang tepat tersebut akan semakin sulit untuk menerima anak apa adanya, apalagi harus mengormati dan menghargai mereka. Perlakuan yang tidak semestinya mudah muncul antara lain berupa kata-kata yang kurang tepat, membedakan dari teman-temanya karena dianggap kurang pandai atau nakal dan akhirnya menyebabkan guru kehilangan harapan positif terhadap siswa atau memvonis bahwa siswa tersebut nakal atau kurang pandai.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa

Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa cenderung dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap siswa. Sebagai contoh ketika siswa memandang siswa bodoh maka siswa kurang diberi pengalaman yang menantang, kurang dihargai jawabannya, dan cenderung kurang diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang sulit. (De Potter dkk., 2000:32)

(12)

6

pengetahuan keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar. Perubahan dari hal ini biasanya dilakukan oleh guru dengan menggunakan beberapa metode dan kegiatan praktek untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar sehingga siswa aktif di dalammya (Hadi, 1994:21).

Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan adalah dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa menggunakan otak untuk mempelajari berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan menarik hati dalam belajar. Didalam mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain. Di dalam belajar aktif yang paling penting siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melaksanakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki (Silberman, 2001:34).

Pada saat proses belajar mengajar, guru mempunyai kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar disekolah. Agar para guru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hendaknya para guru memahami dengan seksama hal-hal yang penting dalam proses belajar mengajar (Usman, 1990:22).

(13)

kelemahan-7

kelemahan yang ditemukan di kelas yaitu : (1) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dalam setiap pembelajaran, (2) Siswa tidak mempunyai kemauan dalam pembelajaran, (3) konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran dan (4) Kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran. Kelemehan-kelemahan di atas merupakan masalah desain dan stategi pembelajaran di kelas yang penting dan mendesak untuk dipecahkan. Karena interaksi dalam pembelajaran akan berjalan pincang dan berakibat luas pada rendahnya mutu proses maupun keluaran pembelajaran.

Tabel 1

Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru (Data Awal) SMP N 42 Bandung

Aktivitas Siswa Kinerja guru

1. Siswa kurang nyaman dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari :

Berwajah murung , posisi duduk kaku.

Tidak berani tampil di depan kelas, ketika guru meminta mempersentasikan hasil diskusi kelompok (cenderung saling menyuruh).

Siswa ragu-ragu untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru.

Kurang antusias saat merespon tindakan guru. Menunjukan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukan dengan mengobrol dan menguap

1. Guru kurang fokus ketika mengajar

2. Sebagian besar siswa menunjukan sikap kurang menghargai yaitu :

Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan. Kelas merespon negatif ketika siswa yang dianggap bodoh menjawab pertanyaan guru. 3. Kerjasama saat diskusi kelompok belum kompak :

Dalam mengerjakan tugas kelompok, dominan

dikerjakan oleh siswa yang dianggap pintar, sementara yang lainnya tidak terlibat aktif.

3 Guru kurang ramah dalam pembelajaran

4. Hasil belajar siswa rendah

(data dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010)

4. Guru kurang

mengarahkan proses diskusi kelompok Sumber : Hasil observasi awal pembelajaran IPS di SMP N 42 Bandung.

(14)

8

saja, akan menjadikan siswa bosan, pasif, tidak ada minat belajar. Oleh karena itu guru dituntut menggunakan metode lain atau metode-metode yang baru disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar motivasi dan minat siswa untuk belajar tetap tinggi dan akhirnya tujuan belajar dapat tercapai dengan efektif, efisien, cepat, dan tepat.

Sejalan dengan persoalan diatas dalam proses belajar mengajar IPS pun diperlukan metode-metode baru yang inovatif yang dapat membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan bersemangat tinggi. Oleh karena itu harus dicari metode-metode baru yang tepat dan dapat menarik siswa kearah belajar yang lebih baik dan bersemangat dalam mempelajari IPS.

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.

Quantum Teaching atau diindonesiakan menjadi pembelajaran kuantum, yaitu

suatu metode pembelajaran yang mengintegrasikan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran, baik pengajar, materi, lingkungan maupun peserta didik, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu atmosfir yang kondusif dalam mencapai tujuan pengajaran melalui proses yang efisien.

Metode pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu metode

pembelajaran yang dapat dipilih agar pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan

(15)

9

kuantum merupakan suatu metode pembelajaran yang telah diterapkan di banyak negara dan

banyak mendapatkan pujian dari para pakar.

Menurut De Porter (2004:3) Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar

yang meriah dengan segala nuansanya yang berfokus pada hubungan dinamis dalam

lingkungan kelas. Dengan adanya metode pembelajaran Quantum Teaching diharapkan

situasi pembelajaran IPS yang membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan

sehingga siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENGARUH PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP N 42 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam Pembelajaran IPS Terpadu dengan Tema Globalisasi)”.

B. Rumusan Masalah.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mempertegas lingkup yang diteliti agar pokok permasalahan terarah dan dapat dikaji secara mendalam. Permasalahan-permasalahan difokuskan sebagai berikut: 1). Subjek Penelitian : Siswa kelas VIII Semester II SMPN 42 Bandung. 2). Objek penelitian : Metode pembelajaran dengan Quantum Teaching. 3). Hasil Belajar: merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk aspek. Penelitian ini difokuskan hanya pada aspek kognitif saja yaitu hasil belajar.

(16)

10

dengan menggunakan quantum teaching belum ada yang melaksanakan di persekolahan. Berdasarkan pembatasan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini dalam pertanyaan pokok sebagai berikut : Apakah penerapan metode quantum teaching berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung ?

Mengacu kepada permasalahan pokok di atas, maka secara rinci dengan dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat persamaan antara kelas eksperiman dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test).

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol antara pre test dengan post test.

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen antara pre test dengan post test

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

”Untuk mengetahui penerapan metode quantum teaching dalam pembelajaran IPS berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung.” dengan rincian sebagai berikut :

(17)

11

2. Untuk mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 42 Bandung dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching.

D. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS. Manfaat yang dipetik dari hasil penelitian antara lain :

a. Siswa

1. mendorong siswa untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa dan dapat meningkatkan hubungan interpersonal siswa dalam pembelajaran

2. membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, kreatif, dan lebih kritis 3. mengusahakan siswa dapat mengaplikasikan manfaat belajar dalam

kehidupan sehari-hari. b. Guru

1. memberikan gambaran tentang pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model quantum teaching sehingga kondisi di kelas optimal dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan

(18)

12 c. Lembaga

1. memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan kondisi di kelas untuk meningkatkan hasil belajar

2. dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang terjadi di sekolah.

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan pada bab 2, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat persamaan antara kelas eksperiman dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol antara pre test dengan post test.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen antara pre test dengan post test.

4. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).

F. Paradigma Penelitian.

(19)

13

pelajaran yang membosankan tetapi yang benar adalah gurunya yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi IPS yang baik, santai, menyenangkan dan menarik minat serta perhatian siswa.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru dipelbagai bidang, falsafah dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam dunia yang lepas kendali atau berlari tunggang-langgang sekarang, falsafah dan metodologi pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan secara serempak; satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan atau dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.

(20)

14

sistem/metode pendidikan/pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang terus cenderung dinamis dan berkembang sampai saat ini.

(21)

72 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisa data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis data menggunakan perhitungan statistik. Oleh karena itu pendekatan kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan hasilnya

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa dunia merupakan realitas tunggal yang diukur dengan instrumen, bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab perubahan fakta sosial (Mc. Millan dan Shumacher dalam arikunto 2002:10).

Ditinjau dari cara tingkat penjelasannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikasi. Menurut Mc. Millan dan Shumacher penelitian deskriptif adalah :

Penelitian yang menyangkut status sesuatu pada masa sekarang dan masa lalu. jenis penelitian ini menerangkan tentang preatasi, sikap perilaku atau karakteristik lain suatu kelompok atau subyek. (Mc. Millan dan Shumacher, 2001:283)

(22)

73

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini adalah satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat, sehingga dapat digunakan untuk menguji suatu teori jika teori tersebut berada dalam pase krisis atau dipermasalahkan.

Menurut Ali (1999) Eksperimen adalah merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu, dan setiap gejala yang muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya gejala tersebut. sebagaimana dikemukakan oleh Wermeister sebagai berikut :

Experimentation ….,consists in the deliberate and controlled modification of the condition determining an event, and in the observation and interpretation of the ensuing changes in the event itself” (Wermeister dalam Van Dallen, 1973: 259).

Definisi di atas menyatakan, bahwa suatu ‘percobaan merupakan modifikasi kondisi yang dilakukan secara disengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada peristiwa itu sendiri”.

(23)

74

pendefinisian, pembatasan, restriksi, dan isolasi kondisi-kondisi situasi penelitian sehingga keyakinan akan kebenaran hasil penelitian dimaksimalkan. Dengan perkataan lain kemungkinan adanya penjelasan lain tentang fenomena yang dipelajari diminimalkan.

Penelitian ini menggunakan Kuasi Eksperimental. Pemilihan subyek penelitian secara acak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol merupakan ciri disain eksperimen yang terpenting. Namun, kadang-kadang dalam penelitian pendidikan pemilihan acak semacam itu tidak mungkin dilakukan. Dalam kondisi semacam itu masih dimungkinkan untuk melakukan eksperimen yang memiliki validitas internal dan eksternal yang memadai. Disain eksperimen semacam itu oleh Campbell dan Stanley dalam Wayan Ardana (1987) dinamakan “eksperimen quasi”,

Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai grup control. Pada penelitian kuasi eksperimen peneliti dapat membagi grup yang ada dengan tanpa membedakan antara control dan grup secara nyata dengan tetap mengacu pada bentuk alami yang sudah ada. (Creswell, John W, 2003:14)

Penelitian ini menggunakan eksperimen quasi dengan Disain kelompok kontrol yang non-ekuivalen (Nonequivalent Control Group Design)

Tabel 2

O2 : Test akhir (Post test) Kelas Eksperimen

O3 : Test awal (Pre test) Kelas Kontrol

O4 : Test akhir (Post test) Kelas Kontrol

(24)

75

Disain ini merupakan disain kuasi eksperimental yang paling banyak dipergunakan dalam penelitian pendidikan. Kesulitan utama dalam disain ini adalah masuknya faktor lain di luar faktor eksperimen yang ikut berpengaruh, misalnya pengaruh keadaan sekolah. Kesulitan ini tidak akan terjadi kalau bisa dilakukan penunjukan secara random. Kalau hal semacam ini tidak dapat dilakukan beberapa hal lain dapat dilakukan, antara lain:

1). Melakukan pemasangan sebelum perlakuan dilakukan dengan maksud menyamakan kelompok. 2). Melakukan perandoman kelompok berdasarkan kelas (penggunaan nilai rerata kelompok). 3). Menggunakan analisis kovarian dalam analisis data yang dimaksudkan untuk mengurangkan perbedaan dengan mengunakan teknik statistik. (Van Dallen, 1973:34)

B. Variabel Penelitian.

Dalam setiap penelitian istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan. Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang mejadi titik perhatian satu penelitian, Menurut Mc Millan dan Shumacher (2001:82) dan mengatakan :

Suatu variabel merupakan suatu perisitwa, katagori, atau atribut yang mengungkapkan kontruk dan nilai yang berbeda, tergantung pada cara variabel itu digunakan dalam penelitian tertentu untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. (Mc Millan dan Shumacher dalam Sugiyono, 2003:38)

(25)

76 Table 3 Variable Penelitian

X

Y

Metode QuantumTeaching Hasil Belajar Siswa Conditioning • Komitmen : Menentukan tujuan,

kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan kelas bersama antara guru dengan siswa.

• Mengatur meja dan kursiseperti bentuk U. Menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah kanan.

• menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar.

• Membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas bernomor.

• Mengatur pencayahaan dan ventilasi udara (jendela) dengan menggunakan tirai dan lampu.

• Mendengarkan musik klasik dan instrumental dengan suara lembut.

Pre Test Post Test

Invetigasi • Perumusan masalah : merumuskan masalah materi pembelejaran IPS dengan tema “globalisasi”.

• Mencari data dan informasi melalui buku paket, penunjang, surat khabar, atau lainnya di perpustakaan atau di internet. • Klarifikasi data dan informasi yang

didapat oleh siswa.

(26)

77 C. Populasi Dan Sampel.

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 42 Bandung yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII dan kelas IX sebanyak 1.080 siswa. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut sangat unik, dimana sekolah tersebut terletak dipinggir kota Bandung namun sekolah itu mendapat juara I tingkat nasional pada perlombaan sekolah binaan oleh P3GT (Pusat Pendidikan dan Pengembangan Guru Tertulis). Sekolah ini terakreditasi A pada tahun 2006 selain itu SMP tersebut termasuk kedalam kluster ketiga di kota Bandung.

2. Sampel

(27)

78 Tabel 4

Rata-Rata Nilai Ulangan Harian KELAS VIII A KELAS VIII H

5,5 5,5

5,8 5,7

6.0 6,2

5,9 5,8

6,2 6,2

5,7 5,8

5,85 5,86

D. Instrumen Penelitian.

1. Tes Hasil Belajar Siswa.

Penyusunan tes hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal yang dikonsultasikan dengan Dosen Pembimbing dan dilakukan uji coba soal. Tes diuji cobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Item soal yang dikembangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa berbentuk soal pilihan ganda yang berkaitan dengan materi Globalisasi mata pelajaran IPS. Indikator hasil belajar siswa meliputi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data maka test tersebut diuji cobakan kepada kelas VIII D (bukan kelas kontrol maupun kelas ekaperimen).

(28)

79 a. Validitas Butir Soal.

Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (x) dengan skor total (y) dengan rumus korelasi Product moment dalam SPSS.

b. Reliabilitas Tes.

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus K-R. 20 dalam SPSS

(29)

80

P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran. ∑ r = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar. Sm = Skor maksimum.

N = Jumlah peserta. (Surapranata, 2004:12).

Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi tiga katagori yaitu :

Kriteria pemilihan soal yang digunakan adalah kriteria menurut Surapranata yaitu sebagai berikut :

(30)

81 Tabel 6

Pedoman Wawancara Siswa

NO PETANYAAN DAN JAWABAN

1

Bagaimana selama ini kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS ?

2

Bagaimana pengalamanmu dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS selama ini ?

3

Bagaimana tanggapanmu setelah belajar pelajaran IPS dengan metode quantum teaching ?

4

Bagaimana pengalamanmu dengan kegiatan belajar dengan menggunakan metode quantum teaching ?

3. Pedoman Angket Guru.

(31)

82 Tabel 7

Pedoman Angket Guru IPS

NO PERNYATAAN S R TS

1 Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching lebih terarah dan sistematis

2

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching menuntut kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

4

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran

5

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar.

6

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching secara langsung mengidentifikasi kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan siswa akan bermakna dalam membantu siswa dalam memahami materi pelajaran IPS.

7

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan interaksi dari siswa dengan siswa dan dari siswa dengan guru

8

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching membuat siswa dan guru saling menghargai satu sama lain.

9 Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching cocok dalam pembelajaran IPS

Keterangan : S = Setuju R = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju

E. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data.

(32)

83

pedoman angket untuk mengetahui pendapat guru mata pelajaran IPS yang lain mengenai pembelajaran dengan metode quantum teaching.

1. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara,. Tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif hasil belajar siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan pengalaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode quantum teaching dan mengenai pembelajaran dengan metode quantum teaching. Angket digunakan untuk memperoleh tanggapan guru mengenai penerapan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS.

Post test Butir soal pilihan

(33)

84 2. Teknik Analisis Data.

Teknik pengolahan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik :

a. Menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelompok dengan uji Kai/Chi Kuadrat (X²) dalam SPSS

b. Menguji homogenitas varian kedua kelompok dengan uji F dalam SPSS c. Menguji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata, setelah

data diuji ternyata berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji t dalam SPSS

d. Menghitung prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran. e. Mendeskripsikan pendapat siswa.

f. Mendeskripsikan pendapat guru mata pelajaran IPS yang lain.

Apabila data yang diolah tidak merupakan sebaran normal maka peneliti harus menggunakan statistik parametrik. Rumus statistik non-parametrik yang akan digunakan dalam penelitian adalah Wilcoxon Match Pairs Test. Untuk mengujinya maka diperlukan tabel penolong test Wilcoxon. (Arikunto, 2006:314)

(34)

85 F. Deskripsi Operasional Variabel.

Variabel penelitian terdiri dari variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Tabel 9

Variabel Penelitian

Variabel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Independen Metode pembelajaran

Quantum Teaching

Metode Pembelajaran Konvensional.

Dependen Hasil Belajar Siswa

1. Pengaruh, yang dimaksud dengan pengaruh di dalam penelitian adalah pengaruh merupakan sesuatu yang mengakibatkan peningkatan hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung.

(35)

86

agar lebih bermakna atau bermanfaat minimal bagi dirinya dan berguna bagi orang lain sehingga mampu mandiri.

Identifikasi : a. Conditioning :

• Komitmen : Menentukan tujuan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan

peraturan kelas bersama antara guru dengan siswa. • Mengatur meja dan kursi seperti bentuk U.

• Menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan

depan sebelah kanan.

• menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah

dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar.

• Membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas

bernomor.

• Menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa alat dan bahan

untuk pembelajaran.

• Meminta siswa untuk membuat yel tiap kelompok.

• Mengatur pencayahaan dan ventilasi udara (jendela) dengan

menggunakan tirai dan lampu.

• Mendengarkan musik klasik dan instrumental dengan suara lembut.

b. Investigasi :

• Perumusan masalah : merumuskan masalah materi pembelejaran IPS

(36)

87

• Mencari data dan informasi melalui buku paket, penunjang, surat

khabar, atau lainnya di perpustakaan atau di internet. • Klarifikasi data dan informasi yang didapat oleh siswa.

c. Diskusi : siswa berkelompok dalam melakukan investigasi dan dilanjutkan mempresentasikannya di depan kelas, diakhiri dengan pembuatan laporan.

3, Pembelajaran IPS yang dimaksud adalah pembelajaran IPS terpadu pada tema “Globalisasi” di Kelas VIII Semester genap dari Silabus dan Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu sumber dari Panduan Pengembangan Pembelajaran Terpadu IPS : Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (PSMP) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007.

(37)

88 G. Prosedur Penelitian.

Prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2 Prosedur Penelitian

Identifikasi Masalah

Penyusunan Instrumen

Pre test

Uji Coba Instrumen

Analisis Uji Coba

Perbaikan Instrumen

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Post test

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Aktivitas

pembelajaran Quantum Teaching

Aktivitas pembelajaran Konvensional

Pedoman Wawancara

siswa Pedoman

Angket Guru

(38)

89

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching di kelas VIII SMP Negeri 42 Bandung dengan jadwal sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS di sekolah dengan persetujuan Kepala Sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut :

Tahap pertama : Mengumpulkan data berupa hasil belajar siswa pada empat kali ulangan harian di akhir semester Genap. Data tersebut diperoleh dari guru mata pelajaran IPS disekolah tersebut. Dari beberapa kelas VIII yang terdapat di sekolah tersebut, dicari kelas dengan hasil rata-rata empat ulangan harian yang hampir sama, kalaupun tidak ditemukan maka dicari nilai rata-rata yang tidak terlalu jauh perbedaannya. Jika sudah didapatkan, maka kelas VIII tersebut dipilih sebagai kelas eksperimen. Selanjutnya dilakukan pretest terhadap kelas tersebut. Pretest yang diberikan terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching sebanyak empat kali pertemuan. Setiap kali pertemuan dilakukan

kuis, untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas eksperimen tersebut. Guru pengajarnya adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII di sekolah tersebut yang telah dilatih oleh peneliti terlebih dahulu bagaimana penerapan metode quantum teaching di kelas. Selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode quantum teaching, dilakukan observasi oleh peneliti dan dibantu oleh guru IPS yang lainnya.

Setelah selesai kegiatan belajar mengajar sebanyak empat kali, maka dilakukan postest. Soal postest yang diberikan sama dengan soal pretest.

(39)

90

metode quantum teaching dengan menerapkan 8 kunci keunggulan quantum teaching adalah sebagai berikut :

(40)

91

sebagai bukti kesepakatan pada peraturan dan konsekuensi yang telah di diskusikan bersama. 9) membagikan daftar peraturan dan konsekuensi yang telah disepakati kepada siswa. 10) menempelkan satu daftar peraturan dan konsekuensi serta daftar tanda tangan guru dan siswa sebagai tanda kesepakatan, pada dinding kelas (cari tempat yang strategis yang mudah dibaca oleh siswa).

Persiapan II (dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran) : 1) mengatur meja dan kursi seperti bentuk U. 2) menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah kanan 3) menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar. 4) membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas bernomor. 5) menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa “harta karun” berupa alat dan bahan untuk pembelajaran. 6) meminta siswa untuk membuat yel tiap kelompok.

(41)

92

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab). 7) Guru menyajikan materi pelajaran tentang Globalisasi berupa LKS (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tangggung jawab). 8) beberapa siswa diminta untuk bertanya tentang apa yang akan dipelajari terkait dengan LKS yang dibagikan (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini).

Kegiatan inti : 1) Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari

Globalisasi (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab). 2) Guru berkeliling ke setiap kelompok dan sesekali bergabung dengan siswa melakukan aktivitas pembelajaran (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab). 3) Siswa dibimbing menemukan konsep Globalisasi dengan bahan pengait berupa poster icon yang di pajang di dinding kelas (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes). 4) Guru mengorganisasikan diskusi kelas yang bertujuan untuk mencari solusi yang paling efisien dari berbagai jawaban siswa hasil kerja kelompok. (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes).

Kegiatan akhir : 1) Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari

(42)

93

LKS (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes, kunci keseimbangan). 4) Guru menutup pelajaran (kunci integritas, berbicara dengan niat baik, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes). Tugas guru mengelola pengajaran dengan lebih baik, efektif, dinamis, efisien, ditandai dengan keterlibatan siswa secara aktif, mengalami, serta memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Yang dimaksud dalam proses pengajaran adalah guru dan siswa sama-sama aktif karena keduanya sebagai subjek pengajaran. Dalam proses pengajaran, ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum, diantaranya adalah sebagai berikut :

Prinsip Aktivitas. Pengalaman belajar yang baik hanya bisa didapat bila siswa

mau mengaktifkan dirinya sendiri dengan bereaksi terhadap lingkungan. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat dan aktif dengan anggota badan. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Memberikan kesempatan beraktivitas kepada siswa bukan dalam arti semua kegiatan belajar mengajar diserahkan kepada siswa tetapi prinsip aktivitas maksudnya adalah bahwa guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu dalam mengembangkan dirinya dan mengekpresikan kemampuannya secara total. Dengan demikian guru hanyalah men-stimulant, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai

kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Jadi belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif.

(43)

94

kelompok b) Mencari berbagai informasi tentang Globalisasi kemudian siswa menyimpulkan, dan memberi pendapat.

Prinsip Motivasi. Motivasi berasal kata motive–motivation yang berarti

dorongan atau keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu. Seorang guru harus berusaha untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Bentuk kegiatan guru adalah menciptakan kondisi belajar sedemikian rupa (bermacam-macam motif) sehingga siswa mau melakukan apa yang dapat mereka lakukan (termotivasi untuk belajar). Beberapa cara untuk menumbuh-kembangkan motivasi pada siswa adalah dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi melalui penerapan metode quantum teaching adalah dengan cara mengajar yang variatif (volume suara, tata bahasa, metode, media), pemasangan poster icon, poster-poster kata afirmasi, penempatan tanaman hias di ruangan kelas. Kemudian mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulan baru, dengan mengaitkan pertanyaan tentang materi Globalisasi dengan poster icon, memberikan kesempatan pada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar, dan menggunakan media dan alat peraga atau alat bantu yang menarik perhatian siswa berupa benda-benda konkret dan gambar yang terkait dengan materi pelajaran Globalisasi.

Prinsip Individualitas (Perbedaan Individu). Setiap manusia adalah individu

(44)

95

mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda (b) setiap individu berbeda cara belajarnya (c) setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda (d) setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda (e) setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual (f) setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda (Sudrajat, Oktober 2008).

Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar di kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya.

Prinsip ini di aplikasikan dalam model quantum teaching melalui : (a) membentuk dan memberikan tugas kelompok, didasarkan pada tingkat kepandaian siswa (b) Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa tes individual (c) pembelajaran tentang Globalisasi dilakukan melalui pencarian informasi dari berbagai sumber untuk membangkitkan motivasi dan aktivitas siswa.

Prinsip Lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu hal yang berada di luar diri

individu. Lingkungan pengajaran adalah segala hal yang mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pengajaran atau sumber belajar. Di antaranya; guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar. Siswa memiliki berbagai potensi yang tumbuh dan berkembang tergantung pada interaksi siswa dengan lingkungannya. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai oleh individu, tetapi lingkungan sangat menentukan dalam kenyataan.

(45)

96

dan reaksi indrawi, sedangkan faktor lingkungan sangat menetukan pembentukan

kebiasaan, kepribadian, sikap, nilai, dan sebagainya.

Prinsip Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap

sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar. Pekerjaaan yang amat berat di dalam kelas bagi seorang guru adalah bagaimana menciptakan suasana kelas sehingga siswa bisa berkonsentrasi. Guru harus berupaya sekuat tenaga membuat dan mendorong siswa berkonsentrasi dan melakukan suatu penyelidikan, serta menemukan sesuatu yang dapat digunkan kelak untuk kehidupannya dalam masyarakat. Maka dalam setiap pengajaran, guru dituntut untuk dapat mengatur atau mengelola pengajaran sebaik dan sebijaksana mungkin.

Prinsip Kebebasan. Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah

kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada siswa dalam aturan dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran. Seorang guru dituntut berusaha bagaimana menerapkan suatu metode mengajar yang dapat mengembangkan dimensi kebebasan self direction, self discipline, dan self control.

Setiap siswa harus dapat mengembangkan dirinya secara bebas. Untuk itu mereka harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka mampu mandiri. Guru tidak boleh memaksakan kehendak mereka pada siswa, sehingga akan berdampak pada siswa, yang mengakibatkan mereka tidak mandiri, tergantung pada orang lain, dan tidak punya inisiatif.

(46)

97

komitmen dan kunci tanggung jawab dari delapan kunci keunggulan quantum teaching) pada saat pelaksanaan tindakan persiapan I.

Prinsip Kerjasama dan Persaingan. Kerjasama dan persaingan adalah dua hal

berbeda. Namun dalam dunia pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.

Kerjasama kelompok sangat penting bagi siswa untuk membangun sikap demokratis, maka guru dituntut melaksanakan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Dalam kerja kelompok terbentuk relasi antar individu secara aktif, namun di dalamnya tidak tertutup kemungkinan terjadi persaingan secara sehat dan baik. Maka sebelum belajar kelompok, guru dituntut memberikan arahan yang baik pula. Kunci komitmen dalam quantum teaching diterapkan sebagai perwujudan mengkondisikan siswa untuk bersaing sehat dengan siswa atau kelompok yang lain dalam pembelajaran, dengan adanya komitmen yang jelas maka persaingan yang tidak sehat dapat diminimalisir.

Prinsip Apersepsi. Apersepsi berasal dari kata apperception berarti

menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Prinsip Korelasi. Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan

(47)

98

akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan. Dalam quantum teaching prinsip ini di aplikasikan dengan mengaitkan disiplin waktu dalam pembelajaran dengan surat wal’asri sebagai perwujudan korelasi pelajaran IPS dengan pelajaran agama.

Prinsip Efisiensi dan Efektifitas. Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya

adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, member nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan siswa) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.

Prinsip Globalitas. Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang

menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam

pengajaran.

Prinsip Permainan dan Hiburan. Setiap individu atau siswa sangat

membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat siswa cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.

(48)

99

emosional di kelas. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip quantum teaching yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum konsep, akui setiap usaha, jika layak dipelajari layak pula dirayakan.

Satu diantara karakteristik siswa adalah emosional. Menurut Afgani (Desember, 2008) bahwa melakukan pembelajaran dengan mempertimbangkan faktor emosional lebih banyak berhasil daripada menonjolkan aspek intelektual. Maka dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi perlu mengoptimalkan kondisi sosio emosional di kelas. Ketika kaitan emosi terjalin saatnya guru membawa siswa ke dunia guru, hal ini sesuai dengan metode quantum teaching yang bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Apapun materi yang

disajikan dan dieksplorasi lebih mudah dipahami siswa secara otomatis pembelajaran melibatkan seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru. Bila ini terjadi semua materi yang dipelajari akan dirasakan kebermaknaannya oleh siswa. Guru akan semakin berkembang wawasan dan pengalamannya melalui proses tersebut.

Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa emosi adalah pengalaman batin yang menyertai apa saja yang dilakukan oleh individu, dorongan-dorongan yang mengandung kebutuhan dasar yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian individu.

Emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan individu dari saat ke saat saling membahu dengan pikiran rasional mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri. (Goleman, 1995 dalam De Portter, 2001:22).

(49)

100

sampai ketahapan belajar menjadi. Siswa memaknai konsep-konsep bagaimana seharusnya menjadi seorang manusia yang hidup di lingkungan sosialnya sesuai dengan hasil belajar dan pemahamannya di kelas.

Permasalahan tersebut perlu diupayakan penyelesaiannya melalui pengelolaan kelas yang dapat mengelola hubungan sosio emosional. yang baik antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru, yaitu dengan penerapan mwtode quantum teaching. Quantum teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah

(menyenangkan) dengan segala nuansanya. Quantum teaching menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

Quantum teaching berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan

kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka dalam belajar. Dengan demikian yang dimaksud dengan quantum teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas

interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka dalam belajar. “Quantum teaching memiliki asas utama yang berbunyi, bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” (DePorter, 2001 :

Menurut DePorter (2001 : 7), prinsip-prinsip yang dianut dalam quantum teaching adalah: a) segalanya berbicara, segala dari lingkungan kelas sehingga bahasa

(50)

101

mereka pelajari. d) akui setiap usaha, belajar mengandung resiko, belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. e) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Metode pembelajaran quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa, tetapi jauh dari itu quantum teaching juga mengajarkan cara menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

(51)

138 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Tabel pearson correlations menggambarkan nilai korelasi sebesar 0,329 antar nilai dan kelas. Nilai sig. 0,003 < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode quantum teaching dalam pembelajaran IPS berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa di SMPN

42 Bandung.

(52)

139

otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu. (4). Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran. Pembelajaran atau belajar selalu mengandung resiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan. (5). Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Maka baik pembelajar maupun pengajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.

Quantum Teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada

(53)

140 B. Rekomendasi.

Hasil penelitian ini direkomendasikan sebagai berikut :

Pertama, penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran ini mutlak dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

Kedua, penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching menuntut guru untuk dapat memahami berbagai pendekatan dan meningkatkan keterampilan, serta memperluas pengetahuan.

Ketiga, penelitian ini hanya terbatas pada pembelajaran IPS, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi apakah pembelajaran dengan metode quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang lainnya.

Keempat, penelitian masih terdapat kekurangan yaitu penanganan guru terhadap siswa masih belum optimal, karena jumlah siswa dalam satu kelas adalah 40 siswa. Maka untuk mendukung proses pembelajaran yang baik maka jumlah ideal pada setiap kelas adalah 30 siswa.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1987). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Al Muchtar, Suwarma (2004). Pengembangan Berpikir Dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri. Bandung.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Budiningsih, Asri C. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Bruce Joyce., Marsha Weil (2000). Model of Teaching. Boston : Allyn and Bacon Bruner, Jerome S. (1963). The Process of Education. New York : Vontage Books Burton, L. (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith

Cowan University.

Burns, D.D. (1988). Terapi Kognitif. Pendekatan Baru Bagi Penanganan depresi. Penerbit Erlangga. Jakarta

Buzan, Tony (1993). The Min Map Book, New York: Dutton,

Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

Csikszentmihalyi (1993). “the Evolving Self : Apsychology for the Third Milllenium, ”. ---

Corebima (2002). Teori Belajar Konstruktivisme. Jakarta Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : choosing among the five traditions.. London : Sage Pu blications

Creswell, John W. (2003). Research Design. Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Second edition.. London : Sage Publications

Dahar, Ratna Wilis (1989). Teori-Teori Belajar. IKIP Bandung.

Dallen, Van (1973) An Introduction to Critical Thinking”. ---

(55)

Davis, Russel G. (1980). Planning Education for Development: Volume Issue and Problems in The Planning of Education in Developing Coutries. Cambridge. Massachusetts.

Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Ilmu Sosial (IS). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum. Jakarta.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki (1999) Quantum Learning, Membiasakan Belajar Menyenangkan (diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman). KAIFA. Bandung.

DePorter, Bobbi (2000) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

DePorter, B., Reardon M., & Singer-Nourie, S. (2000). Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas (terjemahan : Ary Nilandari). Bandung : Penerbit Kaifa

DePorter, Bobbi (2001) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

DePorter, Bobbi (2005) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

Dimyati, M. (1996). Media Massa Sebagai Lembaga Pendidikan Kelima Dalam Masyarakat Indonesia : Dilema Pendidikan Anak Bangsa. Makalah. Malang : IKIP Malang

Disdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dryden, Gordon & Jeanette Vos. (1999). The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.

Eggen, P. & Kauchak, D. 1997. Educational Psychology, Windows on Classroom. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Ely, G. (1971). Teaching and Media Systematic Approach. New Jersey Prentice Hall, Inc.

(56)

Gagne, Ellen, D. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company

Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Gardner., White Blythe (1992). Multiple Modalities of Learning (Multiple Ontelligences).USA : CORD Communications, Inc

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Good, C.V. (1973). Dictionary of Education. New York : McGraw - Hill Book Company.

Hamalik, Oemar (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Hamid, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud. Hernowo (2007). Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Secara

Menyenangkan (Bandung: MLC),

Heryatin, Tintin (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2009. Hidayat. Nandang (2008). Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum

(Quantum Learning): Bogor.

Jarrolimek, J. (1996). Social Studies in Elementary School. Albany, NY: Brookline Books.

Jensen. Eric dan Karen Makowitz (2002). Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung.

Kusnendi (2008). “Bahan Kuliah Metode Statistik dengan Menggunakan SPSS dan Amos” Program Magister IPS – Sekolah Pascasarjana UPI”.

Lie, Anita (2005). Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta.

Lozanov, George (1987). Suggestology and Suggestopedia, Paris : makalah yang disajikan kepada United Nations Educational Scientific and Cultural Organization,

McKenzie, Jamie (2000). Beyond Edutainment and Technotainment. ---

(57)

Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.

Merriam, Sharan B. ( 1998). Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San Franscisco: Jossey-Bass Publishers

Messick, C. (1997). Methods and Strategies for Teaching in Elementary Schools (3rd.ed.). White Plains, NY: Longman.

Miqdad, Yeljen (1995) Globalitas Persoalan Manusia Modern (Solusi Tarbiyah Islamiyah), Risalah Gusti, Surabaya,

Mudhoffir & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyusunan Program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. ( 2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik Dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,

Mohammad, Ali (1999), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung. Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Kepada Siswa Dan

Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Natawidjaya, R. (1989). Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Newman, Isadore and Benz, Carolyn R. (1998). Qualitative-Quantitative Research

Methodology. Exploring the Interactive Continuum.. Souther Illinois University.

Nur, M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi matematika dan Sains Sekolah UNESA.

Pannen, Paulina dkk. (2005). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.

Palmer, J.A. (2003). 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta : Tanpa Penerbit.

Pollio, H.R., (1984. ) “What Students Think About and Do in College Lecture Classes” dalam Teaching-Learning Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre, University of Tennesse,

Gambar

Tabel Correlations   ……………………………………………...
Tabel Perhitungan Validitas
Tabel 1 Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru (Data Awal)
Tabel 2 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis gugus fungsi galaktomanan ikat silang glutaraldehida dengan spektrofotometer FT-IR menghasilkan pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1150-1085 cm -1 yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap bencana banjir di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen tinggi dengan prosentase tertinggi

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga individu berada dalam kategori baik

Anak-anak yang sudah besar dan sudah lama di SOS Desa Taruna awalnya cukup sulit mengikuti peraturan maupun prinsip-prinsip yang dimiliki subyek untuk mengasuh dan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/Jurug/APBDP/BM_DPU/IX/2017 tanggal 29 September 2017 , Berita Acara Penjelasan Dokumen

Dalam menganalisa sistem yang sedang berjalan kemudian merancang sistem baru yang akan dibuat, permodelan sistemnya menggunakan alat bantu UML (Unified Modeling

Salak pondoh yang terdapat dikabupaten sleman ternyata mempunyai beragam jenis, diantaranya pondoh super, pondoh gading, pondoh manggala dan pondoh madu // Untuk nama yang terakhir