• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI

SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN

MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh :

NESYA DWIS MONITA 0906403

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMBELAJARAN TARI

RONGGENG KEDEMPLING DI

SANGGAR TARI SUNDA

RANCAGE KABUPATEN

MAJALENGKA

Oleh

Nesya Dwis Monita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni

© Nesya Dwis Monita 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NESYA DWIS MONITA

PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn., M.Si 197303161997022001

Pembimbing II

Ace Iwan Suryawan, S.Pd., M.Hum 197203042001121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

(4)

ii

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di sanggar Tari Sunda Rancage kabupaten Majalengka. Penelitian ini yaitu menyangkut tentang bagaimana pembelajaran tari Ronggeng Kedempling dengan tujuan mendeskripsikan bagaimana penguasaan wiraga, wirahma, dan wirasa peserta didik dalam mempelajari tari ronggeng Kedempling. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi serta studi pustaka. Pelatihan yang dilakukan pelatih terhadap peserta didik dalam menerima pembelajaran wiraga dengan cara melakukan olah tubuh terlebih dahulu lalu melakukan gerak-gerak yang ada pada tari Ronggeng Kedempling, Rangsangan yang dilakukan pelatih kepada peserta didik dalam penguasaan wirahma di Sanggar Sunda Rancage adalah menggunakan rangsangan auditif atau disebut rangsangan pendengaran. Rangsangan ini dilakukan agar peserta didik lebih peka dan mengenal musik-musik tradisional pada saat olah tubuh dan waktu istirahat peserta didik sesuai dengan pengarahan dari pelatih di sanggar Sunda Rancage. Selain itu suasana sekeliling seperti kendaraan, suara angin, heningnya suasana dilakukan sebagai tambahan pengolahan yang dilakukan pada saat olah tubuh. Tidak semua peserta didik dapat memahami penguasaan wirasa, namun pelatih menerapkan wirasa tari Ronggeng Kedempling ini dengan cara mendengarkan iringan musik tanpa melakukan gerak tari dengan peserta didik duduk dan konsentrasi mendengarkan iringan musik agar dapat merasakan dan menghasilkan ekspresi peserta didik melalui Rasa sedih atau gembira terhadap pengaruh musik yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian, Dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling ini pelatih menggunakan metode demonstrasi, metode peniruan dan metode imitatif. Penggunaan metode yang dilakukan pelatih sangat membantu dan berjalannya proses pembelajaran di sanggar Sunda Rancage ini. Penggunaan metode peniruan digunakan pelatih pada saat olah tubuh sebelum memulai latihan dan pada saat pemberian materi tari kepada peserta didik.

(5)

iii

ABSTRACT

The title of this research is Learning Dance Ronggeng Kedempling in studio Dance Sunda Rancage district Majalengka. This study is concerned about how learning dance Ronggeng Kedempling in order to describe how the mastery wiraga, wirahma, and wirasa learners in learning the dance ronggeng Kedempling. The method used is descriptive method of analysis. Descriptive method is a method in researching the status of human groups, an object, a condition, a system of thought or a class of events in the present. The data collection techniques that is to do with observation, interviews, documentation and literature. The training trainers to learners in receiving learning wiraga by doing body work first and then perform the movements that exist on the dance Ronggeng Kedempling, stimuli that do coach the students in the control wirahma in Studio Sunda Rancage is using stimulus auditif or called auditory stimuli. Stimulation is done so that learners are more sensitive and recognize traditional music at the time body work and rest time learners in accordance with the direction of the coach in the studio Sunda Rancage. Besides the atmosphere around such vehicles, the sound of wind, the quietness of the atmosphere carried as an additional processing performed when the body work. Not all students can understand the mastery wirasa, but coach apply wirasa dance Ronggeng Kedempling this by listening to the music without dance with students sitting and concentration listen to the music in order to feel and generate expression learners through a sense of sadness or joy to the influence music provided. Based on the results of the study, to obtain a conclusion that the process of mastering wiraga dance Ronggeng Kedempling the trainer using demonstration method, the method of imitation and methods imitative. The use of methods that coaches are very helpful and the passage of the learning process in the studio Sunda Rancage this. The use of methods of imitation used coach at body work before training and at the time of the material of dance to students.

(6)

v

DAFTAR ISI

Pernyataan………i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar……….viii

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 7

Bab II KERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Umum Pembelajaran ... 9

B. Pengertian Pembelajaran Tari ... 11

C. Pembelajaran Tari di Sanggar ... 13

D. Seni Tari ... 13

E. Ronggeng Kedempling ... 17

Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19

B. Definisi Operasional ... 20

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

D. Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Tahap-tahap Penelitian ... 27

1. Pra Penelitian... 27

(7)

vi

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31

1. Profil Sanggar Sunda Rancage di Kabupaten Majalengka...31

2. Sejarah dan Perkembangan Tari Ronggeng Kedempling di

Majalengka...31

3. Konsep Pembelajaran Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage

Kabupaten Malajengka...35

4. Proses Pembelajaran Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage

Kabupaten Majalengka...37

5. Proses Penguasaan Wiraga pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di

Sanggar Sunda Rancage...42

6. Proses Penguasaan Wirahma pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di

Sanggar Sunda Rancage...50

7. Proses Penguasaan Wirasa pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di

Sanggar Sunda Rancage...52

8. Evaluasi Pembelajaran...53

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan...58

B. Rekomendasi...59

Daftar Pustaka...61

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap

kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring

berubahnya waktu, masuknya budaya pop sekarang ini tidak hanya

didominasi oleh budaya Barat saja. Asia pun sudah mulai menjadi pengekspor

budaya pop. Selain Jepang, Korea mulai bertindak sebagai pengekspor

budaya pop melalui tayangan hiburan dan menjadi saingan berat bagi

Amerika dan negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan kemajuan industri

hiburan Korea dan kestabilan ekonomi mereka.

Berbeda dengan budaya pop Jepang yang hanya menjangkau anak-anak

dan remaja, budaya pop Korea mampu menjangkau segala usia, mulai dari

anak-anak sampai orang dewasa. Menurut Kim Song Hwan, seorang

pengelola sindikat siaran televisi Korea Selatan, produk budaya Korea

berhasil menjangkau penggemar di semua kalangan terutama di Asia

disebabkan teknik pemasaran Asian Values-Hollywood Style. Artinya, mereka

mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Istilah ini

mengacu pada cerita-cerita yang dikemas dengan nuansa kehidupan Asia,

namun pemasarannya memakai cara internasional dengan mengedepankan

penjualan nama seorang bintang atau menjual style.

Globalisasi budaya pop Korea ini berhasil mempengaruhi kehidupan

masyarakat dunia. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film,

lagu, fashion, hingga produk-produk industri tidak hanya mewabah di

kawasan Asia tetapi sudah merambah ke Amerika dan Eropa.

Di kota Bandung, banyak dijumpai remaja yang melakukan imitasi

(9)

2

pakaian, aksesoris, sampai pola hidup dan cara berinteraksi dengan teman

sebaya. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan teman-teman remaja kepada

peneliti bahwa mereka sangat menyukai budaya pop Korea seperti film

Korea, BoyBand Korea, sampai bintang top Korea. Salah satu alasannya

adalah keindahan gaya atau style para pemain film dan boy band, keindahan

penampilan dan fisik bintangnya, serta alur cerita film Korea yang dramatis

dan unik.

Begitupun dengan tarian daerah yang semakin tergeser oleh tarian dari

budaya Korea ini, salah satunya adalah tarian khas yang berasal dari

Kabupaten Majalengka yaitu tari Ronggeng Kedempling. Pada saat itu sekitar

tahun 1938 tari Ronggeng Kedempling ini masih eksis. Namun eksistensi tari

Ronggeng Kedempling ini mulai menurun tergeser oleh arus globalisasi

seperti munculnya girlband serta boyband yang berasal dari Korea.

Berbicara tentang tergesernya tari Ronggeng Kedempling ini,

dikarenakan gerak dari tari Ronggeng Kedempling ini yang sulit dan harus

melalui latihan yang khusus dengan memerlukan proses. Dilihat dari kostum

juga yang kurang menarik menjadi salah satu penyebab tergesernya tari

Ronggeng Kedempling ini, terkalahkan oleh tarian modern yang mulai

bermunculan pada saat ini.

Kabupaten Majalengka merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa barat

terletak antara 108 12’ - 108 25’ Bujur Timur, 6 43’ –7 03’ Lintang Selatan. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten

Tasikmalaya, sebelah Barat Kabupaten Sumedang, sebelah Utara Kabupaten

Indramayu, sebelah Timur Kabupaten Cirebon dan Kuningan. Di Kabupaten

Majalengka masih banyak ditemukan seni tradisi rakyat antara lain: Gaok, tari

Sampyong, Sintren, Kecapian, tari Topeng Klasik, Kuda Renggong,

Gembyung, Goong Renteng dan tari Ronggeng Kedempling.

Kesenian tari Kedempling mulai tumbuh di Majalengka terutama di

wilayah Majalengka bagian Utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh, Randegan

(10)

3

dipentaskan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara babarang

(ngamen), selain itu kesenian ini biasa dipentaskan atas undangan para buruh

kontrak perkebunan sebagai sarana hiburan pada malam hari.

Para penari Kedempling merupakan para penari Doger dan Ronggeng

Kecapi yang beralih profesi dengan alasan bahwa kesenian Doger dan

Ronggeng Kecapi pada waktu itu sudah kurang diminati oleh masyarakat.

Perpindahan profesi mereka dari penari Doger dan Ronggeng menjadi penari

Kedempling ini dengan hanya berbekal keterampilan menari semampu

dirinya, hal ini dikarenakan mereka tidak pernah belajar tari secara khusus

kepada para dalang topeng (guru tari). Secara umum tari Ronggeng

Kedempling ini banyak dipengaruhi oleh pola gerak dan tata busana tari

topeng Tumenggung. Hal ini dimungkinkan pada masa itu tari yang

berkembang di masyarakat wilayah Cirebon sampai Majalengka bagian utara

hanya ada tari Topeng, sehingga para penari Kedempling ini yang notabene

tidak mempunyai guru tari mereka menggunakan atau meniru beberapa gerak

tari Topeng Tumenggung dan Tayuban. (hasil wawancara dengan pemilik

sanggar Aceng Hidayat: 04 November 2012).

Sanggar Tari Sunda Rancage salah satu sanggar tari di Kabupaten

Majalengka dan banyak mempelajari kesenian tari khususnya tarian

tradisional. Secara resmi sanggar ini berdiri pada tahun 2009, walaupun

dalam kiprahnya sejak tahun 1995 terbukti telah mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat seperti dalam acara hajatan ataupun ikut dalam

berbagai even festival.

Sanggar tari ini merupakan salah satu sanggar yang banyak berperan

ikut mengembangkan kesenian Tari Ronggeng Kedempling yang menjadi

kesenian khas milik Kabupaten Majalengka. Sanggar tari sesuai dengan

fungsinya yaitu sebagai tempat pelatihan tari, tempat diskusi, sarana apresiasi

(11)

4

dibidang seni tari. Di Sanggar Tari Sunda Rancage menjadi salah satu materi

pelatihan bagi siswa sanggar yang telah memasuki sanggar tersebut.

Upaya dari sanggar tari Sunda Rancage ini patut dihargai, karena

terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi saat menerapkan tari

Ronggeng Kedempling sebagai materi pembelajaran: 1) Gerakan yang sulit

yaitu perpaduan antara Tayuban dan Topeng Tumenggung yang

dimungkinkan belum semua orang dapat melakukan tarian itu, sehingga

memerlukan latihan khusus; 2) Busana tari Ronggeng Kedempling ini juga

tidak menarik seperti busana tari lain. Busana tari Ronggeng Kedempling ini

secara umum hampir sama dengan busana tari Topeng Tumenggung.

Namun demikian, Sanggar tari ini tetap menujukkan kiprahnya sebagai

sanggar yang ingin memajukan tarian tradisional khususnya tari Ronggeng

Kedempling. Sanggar tari Sunda Rancage mempunyai beberapa strategi dan

pendekatan untuk menerapkan tari Ronggeng Kedempling sebagai materi

pembelajaran. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui

pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di Sanggar tari Sunda Rancage ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti

paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan,

diantaranya:

1. Bagaimana proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling?

2. Bagaimana proses penguasaan wirahma tari Ronggeng Kedempling?

(12)

5

C. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan kesenian tari Ronggeng di Sanggar Tari Sunda

Rancage. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, diantaranya :

a. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wiraga tari Ronggeng

Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.

b. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wirahma tari Ronggeng

Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.

c. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wirasa tari Ronggeng

Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah :

1. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pengetahuan yang luas

serta beberapa pengalaman, terutama pengalaman melakukan penelitian

mengenai pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda

Rancage kabupaten Majalengka.

2. Mahasiswa dan Pelajar

Memberikan pengetahuan baru serta memberikan informasi pada

mahasiswa tentang keberadaan tari Ronggeng Kedempling sebagai

warisan seni budaya bangsa, serta sebagai bahan referensi dalam

memahami metode pembelajaran.

3. Lembaga ( UPI )

Dengan adanya penelitian tentang tari Ronggeng Kedempling di sanggar

tari Sunda Rancage, dapat memberikan informasi serta menambah literatur

di perpustakaan UPI. Karena untuk buku-buku tentang kesenian masih

(13)

6

4. Pihak Lain

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan

informasi akan keberadaan tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari

Sunda Rancage dan memberikan wawasan bagi masyarakat luas, seniman,

(14)

7

SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika yang akan peneliti terapkan dalam penulisan skripsi, yaitu : JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS ABSTRAK

Menjelaskan tentang fenomena-fenomena yang mengantar masalah penelitian

B. Rumusan Masalah

Menjelaskan tentang rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian

C. Tujuan Penelitian

Menjelaskan tentang tujuan dari penelitan yang akan dilakukan D. Manfaat Penelitian

Menjelaskan tentang uraian tentang manfaat dari penelitian ini dalam konteks pendidikan

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Umum Pembelajaran

Menjelaskan tentang paradigma berfikir mengenai konsep-konsep umum pembelajaran di lembaga pendidikan formal maupun non formal

B. Pengertian Pembelajaran Tari

Menjelaskan tentang arti-arti pembelajaran khususnya berkaitan dengan pembelajaran tari

C. Pembelajaran Tari di Sanggar

Menjelaskan tentang bagaimana tentang proses kegiatan pembelajaran tari di sanggar-sanggar tari yang ada

D. Seni Tari

Menjelaskan tentang teori pengetahuan umum tentang tari E. Ronggeng Kedempling

(15)

8

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Menjelaskan tentang metode yang dilakukan peneliti yaitu metode deskriftif analisis dengan pendekatan kualitatif

B. Definisi Oprasional

Menjelaskan tentang maksud dari judul penelitian yaitu tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar Sunda Rancage Kabupaten Majalengka

C. Teknik Pengumpulan Data

Menjelaskan teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data

D. Lokasi dan Sasaran Penelitian

Menjelaskan tentang lokasi penelitian dan sasaran penelitian E. Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang instrumen penelitian F. Tahap-tahap Penelitian

Menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan peneliti dari awal sampai dengan selesai menulis skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Menjelaskan tentang hasil dari penelitian yaitu tentang bagaimana penguasaan wiraga, wirahma dan wirasa tari Ronggeng Kedempling di sanggar Sunda Rancage Kabupaten Majelengka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

(16)

19 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Seperti yang diungkapkan

oleh Nazir,Moh :

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan antar fenomena yang diselidiki (1983:63).

Dalam penelitian deskriptif, peneliti mempelajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh dari suatu fenomena. Jadi metode penelitian adalah cara yang

dilakukan untuk penelitian dari awal sampai akhir.

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal ini dsebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu

semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang

sudah diteliti.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutiapan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Hal itu hendaknya

dilakukan seperti orang merajut, sehingga setiap bagian ditelaah satu demi

(17)

20

Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi

pada orientasi teoretis. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada

pengertian, suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat

proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam

uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:30)

menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan

longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau

proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.

Orientasi atau perspektif teoretis cara memandang dunia, asumsi yang

dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia

bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan secara eksplisit atau

tidak, biasanya orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian

itu.

Dalam menggunakan metode ini peneliti dapat menggambarkan

kembali, menguraikan dan memaparkan hal-hal, atau gejala-gejala

sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang berbagai data yang

berhasil dikumpulkan dari lapangan. Adapun data yang dikumpulkan dari

lapangan adalah data tentang proses penguasaan wiraga, wirahma dan wirasa

tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten

Majalengka.

B. Definisi Operasional

Maksud dari judul penelitian adalah tentang tari Ronggeng Kedempling

di sanggar tari Sunda Rancage yang berada di kabupaten Majalengka.

Pembelajaran tari yang melibatkan seseorang untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilan yaitu mempelajari tari Ronggeng Kedempling.

Tarian Ronggeng Kedempling adalah tarian yang mulai tumbuh di Kabupaten

Majalengka utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh, dan Randegan. Kesenian

ini mulai tumbuh diperkirakan tahun 1938 (naskah Tari Ronggeng

(18)

21

dilakukan di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka. Sanggar

Tari Sunda Rancage salah satu sanggar tari di Kabupaten Majalengka dan

banyak mempelajari kesenian tari khususnya tarian tradisional. Sanggar tari

ini merupakan salah satu sanggar yang banyak berperan ikut mengembangkan

kesenian Tari Ronggeng Kedempling yang menjadi kesenian di Kabupaten

Majalengka.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh

data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Kegiatan observasi ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh

peneliti dalam pelaksanaan penelitian dalam upaya pengumpulan data

serta informasi mengenai permasalahan penelitian.

Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data

dari lokasi penelitian yaitu di sanggar tari Sunda Rancage kabupaten

Majalengka, yaitu melihat secara langsung proses pembelajaran tari

Ronggeng tersebut. Observasi yaitu melihat keadaan sanggar Sunda

Rancage apakah layak untuk dijadikan objek penelitian. Observasi juga

dilakukan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan objek

penelitian, yaitu tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di

sanggar tari Sunda Rancage kabupaten Majalengka

Observasi dilakukan 5 kali, observasi pertama dilakukan

September 2012 yang bertempat di sanggar tari Sunda Rancage

Kabupaten Majalengka, observasi awal dilakukan untuk mengetahui

keadaan sanggar tersebut apakah sesuai untuk dijadikan tempat penelitian

ini, dalam observasi ini juga dilakukan kepada pemilik sanggar dan

berbicara tentang keinginan peneliti untuk menjadikan sanggar tersebut

sebagai tempat penelitian. Observasi awal ini dilakukan dalam waktu

(19)

22

Observasi kedua dilakukan di tempat yang sama yaitu sanggar tari

Sunda Rancage Kabupaten majalengka, hampir sama dengan observasi

yang pertama yaitu mewawancarai pemilik sanggar, namun disini

pertanyaan lebih banyak tentang objek penelitian yaitu tari Ronggeng

Kedempling, misal menanyakan jadwal pembelajaran tari Ronggeng

Kedempling.

Observasi ketiga dan selanjutnya yaitu melihat proses

pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage

dengan fokus penelitiannya yaitu melihat penguasaan wiraga, wirahma

dan wirasa dalam menarikan tari Ronggeng Kedempling dengan waktu

satu jam selama proses pembelajaran tari Ronggeng Kedempling

berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

mengenai tarian ini kepada narasumber yang dijadikan objek penelitian.

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang tidak didapatkan

dari observasi, karena dalam observasi hanya mengamati dan melihat.

Wawancara ini dilakukan yaitu pada pemilik sanggar tari Sunda Rancage

yaitu Aceng Hidayat, guna mengetahui lebih dalam semua data dan

informasi tentang keberadaan sanggar tersebut dan kebutuhan penelitian

lainnya. Wawancara pada pemilik sanggar, karena pelatih sanggar

tersebut adalah istri dari pemilik sanggar, sehingga peneliti lebih leluasa

bertanya kepada pemilik sanggar sekaligus pelatih tari itu. Wawancara

dilakukan pada bulan September 2012.

Wawancara kepada pelatih tari dilakukan pada waktu yang sama

yaitu bulan September 2012 dengan pertanyaan lebih kepada

pembelajaran tari di Sanggar tersebut. Pada kesempatan itu juga, peneliti

bertanya tentang kegiatan apa saja yang pernah diikuti, tarian apa saja

yang dipelajari di sanggar tersebut dan bertanya jumlah siswa yang

(20)

23

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong

Lexy, 1988:135).

3. Studi Dokumentasi

Dalam penelitian ini pendokumentasiannya dengan menggunakan

alat perekam suara, kamera foto, dan handycam.

Alat perekam suara digunakan untuk melakukan observasi secara

langsung atau wawancara. Alat perekam ini berfungsi untuk merekam

keseluruhan hasil wawancara yang dilakukan langsung antara peneliti

dengan narasumber.

Kamera foto digunakan peneliti untuk mendapatkan gambar atau

foto tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling ini, foto wawancara

peneliti dengan narasumber, dan lain-lain.

Handycam merupakan salah satu media untuk merekam gambar

atau kejadian yang diteliti. Alat ini digunakan untuk merekam

pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage

kabupaten Majalengka. Data video digunakan untuk menganalisis proses

pembelajaran tari Ronggeng Kedempling.

4. Studi Pustaka

Untuk memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian,

peneliti melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku-buku

referensi, internet,serta hasil-hasil penelitian. Buku atau topik yang

diambil yaitu tentang media pembelajaran dan wiraga, wirahma, wirasa,

dalam tari. Berikut beberapa pustaka terkait dengan penelitian.

1. Rudi Susilana & Cepi Riyana (2008) dengan judul buku Media

(21)

24

menjelaskan tentang hakikat media dalam pembelajaran. Dalam

buku ini menjelaskan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai

sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak

yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

2. Rosyid Abdurachman & Iyus Rusliana dengan judul buku Evaluasi

Seni Tari (1983). Dalam buku ini, khusus untuk evaluasi

keterampilan(praktek) tari, terlebih dahulu harus ditentukan

aspek-aspek yang akan dievaluasi. Sasaran pokoknya mesti dirumuskan

terlebih dahulu agar evaluasi benar-benar terarah. Penilaian praktek

tari secara garis besar akan meliputi praktek wiraga, wirasa dan

wirahma. Buku ini penting untuk sumber rujukan karena didalamnya

dijelaskan mengenai wiraga, wirasa dan wirahma.

3. R.M Soedarsono (2012) dengan judul buku Seni Pertunjukan

Indonesia di Era Globalisasi. Dalam buki ini menjelaskan bahwa di

Sumatra Utara banyak para pakar yang memperkirakan ronggeng

yang sangat digemari pleh masyarakat melayu, banyak dipengaruhi

oleh ronggeng Jawa. Adapun alasannya, karena pada masa kolonial

banyak orang-orang jawa yang didatangkan oleh para pengusaha

Belanda sebagai „kuli‟ kontrak untuk mengerjakan perkebunan. Buku ini penting sebagai rujukan karena sama-sama menjelaskan

tentang Ronggeng. Kesenian tari Ronggeng Kedempling biasa

dipentaskan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara babarang

(ngamen), selain itu kesenian ini biasa dipentaskan atas undangan

para buruh kontrak perkebunan sebagai sarana hiburan pada malam

hari.

4. Juju Masunah, (2012) dengan judul buku Tari Pendidikan. Buku ini

menjelaskan tentang nilai tari dalam dunia pendidikan bukan terletak

pada latihan kemahiran dan keterampilan gerak( semata-mata) tetapi

(22)

25

ekspresi anak. Tari harus mampu memberikan pengalaman kreatif

kepada anak-anak dan harus diajarkan sebagai salah satu cara untuk

mengalami dan menyatakan kembali nilai estetik yang dialami dalam

kehidupan.

D. Lokasi dan Sasaran Penelitian

Penelitian dilakukan di Sanggar Tari Sunda Rancage Kabupaten

Majalengka dengan alasan pemilihan didasarkan atas keberhasilan Sanggar

Tari Sunda Rancage dalam memperkenalkan Tari Kedempling sebagai

kesenian tari khas Kabupaten Majalengka. Dalam beberapa tahun ke belakang

pada malam tahun baru 2010 sanggar tari ini telah berhasil memperkenalkan

tari Kedempling sebagai kebudayaan khas kabupaten di gedung Merdeka

pada acara pewarisan seni se-Jawa Barat.

Sasaran adalah fokus masalah dalam penelitian dan menjadi acuan

dalam penelitian. Sasaran dalam penelitian ini yaitu komunitas sanggar tari,

salah satunya tari Ronggeng Kedempling yang diteliti oleh peneliti. Peneliti

memilih subjek ini, karena ingin mengetahui lebih dalam kegiatan

pembelajaran tari yang dilakukan oleh anggota penari Ronggeng Kedempling.

Subjek ini dipilih berdasarkan pertimbangan akan keunikan koreografi tari

(23)

26

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012: 306) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Sebagaimana

dikemukakannya bahwa:

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya.

Selanjutnya menurut Sugiyono dalam Nasution (2012: 306) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya, ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, pada awalnya

dalam penelitian kualitatif permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun selanjutnya setelah fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara.

Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat penelitian,

peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan yang digunakan

ketika melakukan wawancara, yang berisi pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai.

Pedoman wawancara ini disusun sebelum melaksanakan wawancara.

Pedoman wawancara digunakan untuk pemilik sanggar, guru tari dan siswa

(24)

27

F. Tahap-tahap Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, dibutuhkan beberapa

persiapan yang harus dilakukan untuk kelancaran penelitian, diantaranya

sebagai berikut.

1. Pra Penelitian

Langkah-langkah yang terdapat pada proses pra penelitian adalah

peneliti malakukan pemilihan objek yang akan diambil yaitu pembelajaran

tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten

Majalengka pada awal Juni 2012, selanjutnya menentukan identifikasi

masalah berkenaan dengan objek yang diteliti.

a. Pra Observasi

Sebelum melakukan observasi awal, peneliti melakukan pra

observasi yang di dalamnya peneliti melakukan pemilihan lokasi

penelitian, memilih permasalahan yang akan diteliti dan

mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti.

b. Observasi

Setelah melakukan pra observasi, peneliti melakukan observasi

awal yaitu dengan menemui Aceng Hidayat sebagai pimpinan sanggar

tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka, untuk meminta izin agar

pembelajaran tari Ronggeng Kedempling dijadikan objek penelitian.

Kemudian peneliti mencari sumber-sumber berupa

tulisan-tulisan, buku-buku penunjang dan dengan narasumber langsung yaitu

pemilik sanggar yaitu Aceng Hidayat guna mendapatkan gambaran

yang sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

c. Menentukan Judul Penelitian

Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti mengajukan

(25)

28

“Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di Sanggar Tari Sunda

Rancage Kabupaten Majalengka” menjadi judul dari penelitian

berdasarkan dari beberapa pertimbangan.

d. Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan proposal penelitian dilakukan peneliti setelah

peneliti mengajukan topik penelitian kepada dewan skripsi dengan

melalui beberapa proses bimbingan yang dilakukan dengan beberapa

dosen.

e. Sidang Proposal

Sidang proposal dilakukan pada akhir bulan Oktober 2012. Pada

saat sidang proposal peneliti mendapatkan masukan dari pada penguji

dan dewan skripsi. Selanjutnya dewan skripsi menentukan dosen

pembimbing 1 dan dosen pembimbing II untuk penelitian yang

diajukan peneliti.

f. Revisi Proposal

Setelah sidang/seminar proposal dilaksanakan, selanjutnya

adalah tahap revisi proposal sesuai dengan pembimbing I dan

pembimbing II yang telah ditentukan oleh dewan skripsi.

g. Pengajuan Izin Penelitian

Langkah-langkah dalam pengajuan izin penelitian adalah

sebagai berikut.

1) Diperlukan surat izin penelitian untuk memperlancar jalannya

penelitian. Setelah proposal disetujui dan disahkan oleh

pembimbing I dan pembimbing II serta diketahui oleh Ketua

Jurusan dan Dewan Skripsi.

2) Surat izin penelitian diajukan kepada ketua Jurusan Pendidikan

(26)

29

selanjutnya diajukan lagi kepada Rektor UPI. Selain mendapatkan

surat izin penelitian, peneliti juga mendapat surat keputusan skripsi

dan pengangkatan pembimbing I dan pembimbing II yang akan

ditugaskan memberi masukan, bimbingan, dan arahan selama

penelitian berlangsung hingga sidang skripsi.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Konsultasi

Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II

dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian sampai sidang skripsi.

Konsultasi yang dilakukan yaitu menyangkut keseluruhan bab yang

terdapat dalam skripsi.

b. Observasi

Observasi dilakukan pada bulan November 2013, peneliti

melakukan observasi awal ke subjek penelitian yaitu sanggar tari

Sunda Rancage Kabupaten Majalengka. Dalam observasi awal peneliti

mendapatkan gambaran data umum mengenai subjek yang akan

diteliti.

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dimulai dari bulan November

2012 sampai bulan Juni 2013. Data yang diperoleh dari hasil penelitian

menggunakan beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi

dan studi literatur.

d. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat

diartikan sebuah proses mengolah data setelah semua data terkumpul

seperti catatan, rekaman audio visual, visual dan gambar-gambar

untuk kemudian dilakukan tahapan-tahapan pengolahan sebagai

berikut.

1) Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis

(27)

30

2) Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang

diperoleh dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai

bahan kesimpulan penelitian.

3) Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil

pengolahan data dalam bentuk laporan tulisan.

e. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporam dilakukan setelah data terkumpul dan

diolah. Dalam penulisan laporan harus sesuai dengan prosedur

berdasarkan perolehan dan pengolahan data.

f. Pra Sidang

Setelah penelitian dan penulisan laporan selesai, kemudian

dilaksanakan Pra Sidang atau sidang tahap I.

g. Sidang

Setelah Pra Sidang dilaksanakan ada beberapa yang harus

direvisi. Setelah itu kemudian dilanjutkan pada sidang.

h. Penggandaan Laporan

Penggandaan laporan merupakan tahap akhir di mana setelah

mengikuti Pra Sidang, Sidang dan revisi dengan pembimbing I dan

(28)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, Dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa

proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling ini pelatih

menggunakan metode demonstrasi, metode peniruan dan metode imitatif.

Penggunaan metode yang dilakukan pelatih sangat membantu dan

berjalannya proses pembelajaran di sanggar Sunda Rancage ini. Penggunaan

metode peniruan digunakan pelatih pada saat olah tubuh sebelum memulai

latihan dan pada saat pemberian materi tari kepada peserta didik.

Rangsangan yang dilakukan pelatih kepada peserta didik dalam

penguasaan wirahma di Sanggar Sunda Rancage adalah menggunakan

rangsangan auditif atau disebut rangsangan pendengaran. Rangsangan ini

dilakukan agar peserta didik lebih peka dan mengenal musik-musik

tradisional pada saat olah tubuh dan waktu istirahat peserta didik sesuai

dengan pengarahan dari pelatih di sanggar Sunda Rancage. Selain itu suasana

sekeliling seperti kendaraan, suara angin, heningnya suasana dilakukan

sebagai tambahan pengolahan yang dilakukan pada saat olah tubuh.

Pelatih menerapkan wirasa tari Ronggeng Kedempling ini dengan cara

pelatih memberikan sinopsis dari tari Ronggeng Kedempling ini, lalu dengan

mendengarkan iringan musik tanpa melakukan gerak tari dengan peserta didik

duduk dan konsentrasi mendengarkan iringan musik agar dapat merasakan

dan menghasilkan ekspresi peserta didik melalui Rasa sedih atau gembira

terhadap pengaruh musik yang diberikan.

Hasil pembelajaran berkaitan dengan evaluasi, karena dipandang sebagai

faktor yang memungkinkan tercapainya hasil yang optimal untuk menyeleksi,

mengungkapkan atau menunjukan tinggat keberhasilan peserta didik. Melalui

(29)

59

pembelajaran. Biasanya menggunakan iringan musik melalui tape racorder,

dengan pakaian tari lengkap.

B. Rekomendasi

Penulis mengajak semua instansi yang terkait untuk perlu mengadakan

suatu tindakan mendukung pelestarian kesenian tradisional, khususnya tari

Ronggeng Kedempling, diantaranya kepada:

1. Sanggar-sanggar

Berupaya tetap melestarikan atau menanamkan nilai-nilai seni

tradisional di tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh

kebudayaan modern.

2. Masyarakat

Dapat memberikan dukungan kepada sanggar-sanggar sebagai

pendukung pendidikan nonformal, guna menciptakan generasi

sekaligus pelestari kesenian tradisional khusnya tari ronggeng

Kedempling

3. Pemerintah setempat

Agar dapat lebih memperhatikan lagi keberadaan sanggar-sanggar

kesenian, agar mendapatkan bantuan moril atau materil agar tari

ronggeng kedempling dapat lebih eksis lagi seperti dulu dan

diharapkan menjadi aset wisata Kabupaten Majalengka. Banyak

memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan

kesenian kita dengan berbagai cara, misalnya dengan mengadakan

pertunjukan-pertunjukan memperingati hari besar, mengadakan lomba

ataupun event-event.

4. Para Seniman

Sebaiknya proses inovasi dan kreatifitas agar senantiasa

ditumbuhkembangkan. Serta agar lebih gigih mempublikasikan tarian

tradisional kedempling ini, dengan menggelar pertunjukan-

pertunjukan. Terjalinnya kerjasama yang baik antara satu sanggar

(30)

60

5. Generasi Muda

Kebudayaan leluhur yang sudah merakyat jangan dipandang sebelah

mata, karena kesenian kita (tradisional) tidak kalah menariknya dengan

kesenian dari mancanegara .Percakaplah diri

denganketerampilan-keterampilan yang bermanfaat, yang nantinya akan membuat bangga

dengan keberadaan kesenian kita. Sebaiknya para generasi muda juga

dapat mulai memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa tari

(31)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, R & Rusliana, I (1983). Evaluasi Seni Tari, Jakarta PT Rosda Jayaputra

Caturwati, H. (2009). Pesona Perempuan dalam Sastra dan Seni pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu STSI Press

Lembaran Negara Republik Indonesia. (2003) Undang-Undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DEPDIKBUD

Masunah Juju, (2012). Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Pendidikan. Bandung

Masunah, Juju dan Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: PAST UPI.

Moloeng, L. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya offset

Nazir, M. (1983) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ruhimat Toto, Dkk.(2009) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI

Santyasa. (2012). Landasan Konseptual Media Pembelajaran [online]. Tersedia http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2 . [23 Juni 2012]

Soedarsono, (2012). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sudjana, D. (2010) Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Prodution.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Susulana, R & Riana, C. (2008) Media pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI

Gambar

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Pola pelestarian Zapin 12 adalah melalui proses rekonstruksi namun sebelumnya didekonstruksi terlebih dahulu, kemudian barulah menyusun kembali bentuk yang tidak terstruktur

Lalu bagian gudang bahan baku akan menerima surat jalan tersebut dan melakukan quality control terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi keadaan barang dan juga untuk

Sebelum melakukan pembubaran koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM terlebih dahulu melakukan penelitian dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan koperasi sesuai

PENERAPAN TEKNIK OLAH TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GERAK DALAM PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULERs. TARI DI SMP KARTIKA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Suci Intan Maghfiroh 2016

Kendala yang dihadapai ketika konsumen melakukan pemesanan katering pada perusahaan Qita Catering masih manual dengan cara telepon terlebih dahulu untuk membuat janji lalu

Seperti yang penulis temui di lapangan pada pertemuan ke empat ini guru melakukan perbaikan terhadap gerak tari kuala deli yang di lakukan oleh peserta didik kemudian

Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang dalam proses pembelajaran dan pelatihan berpusatkan pada peserta