PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI
SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN
MAJALENGKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh :
NESYA DWIS MONITA 0906403
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN TARI
RONGGENG KEDEMPLING DI
SANGGAR TARI SUNDA
RANCAGE KABUPATEN
MAJALENGKA
Oleh
Nesya Dwis Monita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni
© Nesya Dwis Monita 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NESYA DWIS MONITA
PEMBELAJARAN TARI RONGGENG KEDEMPLING DI SANGGAR TARI SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn., M.Si 197303161997022001
Pembimbing II
Ace Iwan Suryawan, S.Pd., M.Hum 197203042001121002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
ii
ABSTRAK
Judul dari penelitian ini adalah Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di sanggar Tari Sunda Rancage kabupaten Majalengka. Penelitian ini yaitu menyangkut tentang bagaimana pembelajaran tari Ronggeng Kedempling dengan tujuan mendeskripsikan bagaimana penguasaan wiraga, wirahma, dan wirasa peserta didik dalam mempelajari tari ronggeng Kedempling. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi serta studi pustaka. Pelatihan yang dilakukan pelatih terhadap peserta didik dalam menerima pembelajaran wiraga dengan cara melakukan olah tubuh terlebih dahulu lalu melakukan gerak-gerak yang ada pada tari Ronggeng Kedempling, Rangsangan yang dilakukan pelatih kepada peserta didik dalam penguasaan wirahma di Sanggar Sunda Rancage adalah menggunakan rangsangan auditif atau disebut rangsangan pendengaran. Rangsangan ini dilakukan agar peserta didik lebih peka dan mengenal musik-musik tradisional pada saat olah tubuh dan waktu istirahat peserta didik sesuai dengan pengarahan dari pelatih di sanggar Sunda Rancage. Selain itu suasana sekeliling seperti kendaraan, suara angin, heningnya suasana dilakukan sebagai tambahan pengolahan yang dilakukan pada saat olah tubuh. Tidak semua peserta didik dapat memahami penguasaan wirasa, namun pelatih menerapkan wirasa tari Ronggeng Kedempling ini dengan cara mendengarkan iringan musik tanpa melakukan gerak tari dengan peserta didik duduk dan konsentrasi mendengarkan iringan musik agar dapat merasakan dan menghasilkan ekspresi peserta didik melalui Rasa sedih atau gembira terhadap pengaruh musik yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian, Dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling ini pelatih menggunakan metode demonstrasi, metode peniruan dan metode imitatif. Penggunaan metode yang dilakukan pelatih sangat membantu dan berjalannya proses pembelajaran di sanggar Sunda Rancage ini. Penggunaan metode peniruan digunakan pelatih pada saat olah tubuh sebelum memulai latihan dan pada saat pemberian materi tari kepada peserta didik.
iii
ABSTRACT
The title of this research is Learning Dance Ronggeng Kedempling in studio Dance Sunda Rancage district Majalengka. This study is concerned about how learning dance Ronggeng Kedempling in order to describe how the mastery wiraga, wirahma, and wirasa learners in learning the dance ronggeng Kedempling. The method used is descriptive method of analysis. Descriptive method is a method in researching the status of human groups, an object, a condition, a system of thought or a class of events in the present. The data collection techniques that is to do with observation, interviews, documentation and literature. The training trainers to learners in receiving learning wiraga by doing body work first and then perform the movements that exist on the dance Ronggeng Kedempling, stimuli that do coach the students in the control wirahma in Studio Sunda Rancage is using stimulus auditif or called auditory stimuli. Stimulation is done so that learners are more sensitive and recognize traditional music at the time body work and rest time learners in accordance with the direction of the coach in the studio Sunda Rancage. Besides the atmosphere around such vehicles, the sound of wind, the quietness of the atmosphere carried as an additional processing performed when the body work. Not all students can understand the mastery wirasa, but coach apply wirasa dance Ronggeng Kedempling this by listening to the music without dance with students sitting and concentration listen to the music in order to feel and generate expression learners through a sense of sadness or joy to the influence music provided. Based on the results of the study, to obtain a conclusion that the process of mastering wiraga dance Ronggeng Kedempling the trainer using demonstration method, the method of imitation and methods imitative. The use of methods that coaches are very helpful and the passage of the learning process in the studio Sunda Rancage this. The use of methods of imitation used coach at body work before training and at the time of the material of dance to students.
v
DAFTAR ISI
Pernyataan………i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar……….viii
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 7
Bab II KERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Umum Pembelajaran ... 9
B. Pengertian Pembelajaran Tari ... 11
C. Pembelajaran Tari di Sanggar ... 13
D. Seni Tari ... 13
E. Ronggeng Kedempling ... 17
Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19
B. Definisi Operasional ... 20
C. Teknik Pengumpulan Data ... 21
D. Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 26
F. Tahap-tahap Penelitian ... 27
1. Pra Penelitian... 27
vi
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31
1. Profil Sanggar Sunda Rancage di Kabupaten Majalengka...31
2. Sejarah dan Perkembangan Tari Ronggeng Kedempling di
Majalengka...31
3. Konsep Pembelajaran Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage
Kabupaten Malajengka...35
4. Proses Pembelajaran Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage
Kabupaten Majalengka...37
5. Proses Penguasaan Wiraga pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di
Sanggar Sunda Rancage...42
6. Proses Penguasaan Wirahma pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di
Sanggar Sunda Rancage...50
7. Proses Penguasaan Wirasa pada Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di
Sanggar Sunda Rancage...52
8. Evaluasi Pembelajaran...53
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan...58
B. Rekomendasi...59
Daftar Pustaka...61
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap
kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring
berubahnya waktu, masuknya budaya pop sekarang ini tidak hanya
didominasi oleh budaya Barat saja. Asia pun sudah mulai menjadi pengekspor
budaya pop. Selain Jepang, Korea mulai bertindak sebagai pengekspor
budaya pop melalui tayangan hiburan dan menjadi saingan berat bagi
Amerika dan negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan kemajuan industri
hiburan Korea dan kestabilan ekonomi mereka.
Berbeda dengan budaya pop Jepang yang hanya menjangkau anak-anak
dan remaja, budaya pop Korea mampu menjangkau segala usia, mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa. Menurut Kim Song Hwan, seorang
pengelola sindikat siaran televisi Korea Selatan, produk budaya Korea
berhasil menjangkau penggemar di semua kalangan terutama di Asia
disebabkan teknik pemasaran Asian Values-Hollywood Style. Artinya, mereka
mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Istilah ini
mengacu pada cerita-cerita yang dikemas dengan nuansa kehidupan Asia,
namun pemasarannya memakai cara internasional dengan mengedepankan
penjualan nama seorang bintang atau menjual style.
Globalisasi budaya pop Korea ini berhasil mempengaruhi kehidupan
masyarakat dunia. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film,
lagu, fashion, hingga produk-produk industri tidak hanya mewabah di
kawasan Asia tetapi sudah merambah ke Amerika dan Eropa.
Di kota Bandung, banyak dijumpai remaja yang melakukan imitasi
2
pakaian, aksesoris, sampai pola hidup dan cara berinteraksi dengan teman
sebaya. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan teman-teman remaja kepada
peneliti bahwa mereka sangat menyukai budaya pop Korea seperti film
Korea, BoyBand Korea, sampai bintang top Korea. Salah satu alasannya
adalah keindahan gaya atau style para pemain film dan boy band, keindahan
penampilan dan fisik bintangnya, serta alur cerita film Korea yang dramatis
dan unik.
Begitupun dengan tarian daerah yang semakin tergeser oleh tarian dari
budaya Korea ini, salah satunya adalah tarian khas yang berasal dari
Kabupaten Majalengka yaitu tari Ronggeng Kedempling. Pada saat itu sekitar
tahun 1938 tari Ronggeng Kedempling ini masih eksis. Namun eksistensi tari
Ronggeng Kedempling ini mulai menurun tergeser oleh arus globalisasi
seperti munculnya girlband serta boyband yang berasal dari Korea.
Berbicara tentang tergesernya tari Ronggeng Kedempling ini,
dikarenakan gerak dari tari Ronggeng Kedempling ini yang sulit dan harus
melalui latihan yang khusus dengan memerlukan proses. Dilihat dari kostum
juga yang kurang menarik menjadi salah satu penyebab tergesernya tari
Ronggeng Kedempling ini, terkalahkan oleh tarian modern yang mulai
bermunculan pada saat ini.
Kabupaten Majalengka merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa barat
terletak antara 108 12’ - 108 25’ Bujur Timur, 6 43’ –7 03’ Lintang Selatan. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Tasikmalaya, sebelah Barat Kabupaten Sumedang, sebelah Utara Kabupaten
Indramayu, sebelah Timur Kabupaten Cirebon dan Kuningan. Di Kabupaten
Majalengka masih banyak ditemukan seni tradisi rakyat antara lain: Gaok, tari
Sampyong, Sintren, Kecapian, tari Topeng Klasik, Kuda Renggong,
Gembyung, Goong Renteng dan tari Ronggeng Kedempling.
Kesenian tari Kedempling mulai tumbuh di Majalengka terutama di
wilayah Majalengka bagian Utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh, Randegan
3
dipentaskan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara babarang
(ngamen), selain itu kesenian ini biasa dipentaskan atas undangan para buruh
kontrak perkebunan sebagai sarana hiburan pada malam hari.
Para penari Kedempling merupakan para penari Doger dan Ronggeng
Kecapi yang beralih profesi dengan alasan bahwa kesenian Doger dan
Ronggeng Kecapi pada waktu itu sudah kurang diminati oleh masyarakat.
Perpindahan profesi mereka dari penari Doger dan Ronggeng menjadi penari
Kedempling ini dengan hanya berbekal keterampilan menari semampu
dirinya, hal ini dikarenakan mereka tidak pernah belajar tari secara khusus
kepada para dalang topeng (guru tari). Secara umum tari Ronggeng
Kedempling ini banyak dipengaruhi oleh pola gerak dan tata busana tari
topeng Tumenggung. Hal ini dimungkinkan pada masa itu tari yang
berkembang di masyarakat wilayah Cirebon sampai Majalengka bagian utara
hanya ada tari Topeng, sehingga para penari Kedempling ini yang notabene
tidak mempunyai guru tari mereka menggunakan atau meniru beberapa gerak
tari Topeng Tumenggung dan Tayuban. (hasil wawancara dengan pemilik
sanggar Aceng Hidayat: 04 November 2012).
Sanggar Tari Sunda Rancage salah satu sanggar tari di Kabupaten
Majalengka dan banyak mempelajari kesenian tari khususnya tarian
tradisional. Secara resmi sanggar ini berdiri pada tahun 2009, walaupun
dalam kiprahnya sejak tahun 1995 terbukti telah mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat seperti dalam acara hajatan ataupun ikut dalam
berbagai even festival.
Sanggar tari ini merupakan salah satu sanggar yang banyak berperan
ikut mengembangkan kesenian Tari Ronggeng Kedempling yang menjadi
kesenian khas milik Kabupaten Majalengka. Sanggar tari sesuai dengan
fungsinya yaitu sebagai tempat pelatihan tari, tempat diskusi, sarana apresiasi
4
dibidang seni tari. Di Sanggar Tari Sunda Rancage menjadi salah satu materi
pelatihan bagi siswa sanggar yang telah memasuki sanggar tersebut.
Upaya dari sanggar tari Sunda Rancage ini patut dihargai, karena
terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi saat menerapkan tari
Ronggeng Kedempling sebagai materi pembelajaran: 1) Gerakan yang sulit
yaitu perpaduan antara Tayuban dan Topeng Tumenggung yang
dimungkinkan belum semua orang dapat melakukan tarian itu, sehingga
memerlukan latihan khusus; 2) Busana tari Ronggeng Kedempling ini juga
tidak menarik seperti busana tari lain. Busana tari Ronggeng Kedempling ini
secara umum hampir sama dengan busana tari Topeng Tumenggung.
Namun demikian, Sanggar tari ini tetap menujukkan kiprahnya sebagai
sanggar yang ingin memajukan tarian tradisional khususnya tari Ronggeng
Kedempling. Sanggar tari Sunda Rancage mempunyai beberapa strategi dan
pendekatan untuk menerapkan tari Ronggeng Kedempling sebagai materi
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di Sanggar tari Sunda Rancage ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti
paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan,
diantaranya:
1. Bagaimana proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling?
2. Bagaimana proses penguasaan wirahma tari Ronggeng Kedempling?
5
C. Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan kesenian tari Ronggeng di Sanggar Tari Sunda
Rancage. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, diantaranya :
a. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wiraga tari Ronggeng
Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.
b. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wirahma tari Ronggeng
Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.
c. Untuk mendeskripsikan proses penguasaan wirasa tari Ronggeng
Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah :
1. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pengetahuan yang luas
serta beberapa pengalaman, terutama pengalaman melakukan penelitian
mengenai pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda
Rancage kabupaten Majalengka.
2. Mahasiswa dan Pelajar
Memberikan pengetahuan baru serta memberikan informasi pada
mahasiswa tentang keberadaan tari Ronggeng Kedempling sebagai
warisan seni budaya bangsa, serta sebagai bahan referensi dalam
memahami metode pembelajaran.
3. Lembaga ( UPI )
Dengan adanya penelitian tentang tari Ronggeng Kedempling di sanggar
tari Sunda Rancage, dapat memberikan informasi serta menambah literatur
di perpustakaan UPI. Karena untuk buku-buku tentang kesenian masih
6
4. Pihak Lain
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
informasi akan keberadaan tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari
Sunda Rancage dan memberikan wawasan bagi masyarakat luas, seniman,
7
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika yang akan peneliti terapkan dalam penulisan skripsi, yaitu : JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS ABSTRAK
Menjelaskan tentang fenomena-fenomena yang mengantar masalah penelitian
B. Rumusan Masalah
Menjelaskan tentang rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian
C. Tujuan Penelitian
Menjelaskan tentang tujuan dari penelitan yang akan dilakukan D. Manfaat Penelitian
Menjelaskan tentang uraian tentang manfaat dari penelitian ini dalam konteks pendidikan
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Umum Pembelajaran
Menjelaskan tentang paradigma berfikir mengenai konsep-konsep umum pembelajaran di lembaga pendidikan formal maupun non formal
B. Pengertian Pembelajaran Tari
Menjelaskan tentang arti-arti pembelajaran khususnya berkaitan dengan pembelajaran tari
C. Pembelajaran Tari di Sanggar
Menjelaskan tentang bagaimana tentang proses kegiatan pembelajaran tari di sanggar-sanggar tari yang ada
D. Seni Tari
Menjelaskan tentang teori pengetahuan umum tentang tari E. Ronggeng Kedempling
8
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Menjelaskan tentang metode yang dilakukan peneliti yaitu metode deskriftif analisis dengan pendekatan kualitatif
B. Definisi Oprasional
Menjelaskan tentang maksud dari judul penelitian yaitu tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar Sunda Rancage Kabupaten Majalengka
C. Teknik Pengumpulan Data
Menjelaskan teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data
D. Lokasi dan Sasaran Penelitian
Menjelaskan tentang lokasi penelitian dan sasaran penelitian E. Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrumen penelitian F. Tahap-tahap Penelitian
Menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan peneliti dari awal sampai dengan selesai menulis skripsi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Menjelaskan tentang hasil dari penelitian yaitu tentang bagaimana penguasaan wiraga, wirahma dan wirasa tari Ronggeng Kedempling di sanggar Sunda Rancage Kabupaten Majelengka
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA
19 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Seperti yang diungkapkan
oleh Nazir,Moh :
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan antar fenomena yang diselidiki (1983:63).
Dalam penelitian deskriptif, peneliti mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena. Jadi metode penelitian adalah cara yang
dilakukan untuk penelitian dari awal sampai akhir.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini dsebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutiapan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Hal itu hendaknya
dilakukan seperti orang merajut, sehingga setiap bagian ditelaah satu demi
20
Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi
pada orientasi teoretis. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada
pengertian, suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat
proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam
uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:30)
menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan
longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau
proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.
Orientasi atau perspektif teoretis cara memandang dunia, asumsi yang
dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia
bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan secara eksplisit atau
tidak, biasanya orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian
itu.
Dalam menggunakan metode ini peneliti dapat menggambarkan
kembali, menguraikan dan memaparkan hal-hal, atau gejala-gejala
sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang berbagai data yang
berhasil dikumpulkan dari lapangan. Adapun data yang dikumpulkan dari
lapangan adalah data tentang proses penguasaan wiraga, wirahma dan wirasa
tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten
Majalengka.
B. Definisi Operasional
Maksud dari judul penelitian adalah tentang tari Ronggeng Kedempling
di sanggar tari Sunda Rancage yang berada di kabupaten Majalengka.
Pembelajaran tari yang melibatkan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yaitu mempelajari tari Ronggeng Kedempling.
Tarian Ronggeng Kedempling adalah tarian yang mulai tumbuh di Kabupaten
Majalengka utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh, dan Randegan. Kesenian
ini mulai tumbuh diperkirakan tahun 1938 (naskah Tari Ronggeng
21
dilakukan di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka. Sanggar
Tari Sunda Rancage salah satu sanggar tari di Kabupaten Majalengka dan
banyak mempelajari kesenian tari khususnya tarian tradisional. Sanggar tari
ini merupakan salah satu sanggar yang banyak berperan ikut mengembangkan
kesenian Tari Ronggeng Kedempling yang menjadi kesenian di Kabupaten
Majalengka.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh
data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Kegiatan observasi ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh
peneliti dalam pelaksanaan penelitian dalam upaya pengumpulan data
serta informasi mengenai permasalahan penelitian.
Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data
dari lokasi penelitian yaitu di sanggar tari Sunda Rancage kabupaten
Majalengka, yaitu melihat secara langsung proses pembelajaran tari
Ronggeng tersebut. Observasi yaitu melihat keadaan sanggar Sunda
Rancage apakah layak untuk dijadikan objek penelitian. Observasi juga
dilakukan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan objek
penelitian, yaitu tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di
sanggar tari Sunda Rancage kabupaten Majalengka
Observasi dilakukan 5 kali, observasi pertama dilakukan
September 2012 yang bertempat di sanggar tari Sunda Rancage
Kabupaten Majalengka, observasi awal dilakukan untuk mengetahui
keadaan sanggar tersebut apakah sesuai untuk dijadikan tempat penelitian
ini, dalam observasi ini juga dilakukan kepada pemilik sanggar dan
berbicara tentang keinginan peneliti untuk menjadikan sanggar tersebut
sebagai tempat penelitian. Observasi awal ini dilakukan dalam waktu
22
Observasi kedua dilakukan di tempat yang sama yaitu sanggar tari
Sunda Rancage Kabupaten majalengka, hampir sama dengan observasi
yang pertama yaitu mewawancarai pemilik sanggar, namun disini
pertanyaan lebih banyak tentang objek penelitian yaitu tari Ronggeng
Kedempling, misal menanyakan jadwal pembelajaran tari Ronggeng
Kedempling.
Observasi ketiga dan selanjutnya yaitu melihat proses
pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di Sanggar Sunda Rancage
dengan fokus penelitiannya yaitu melihat penguasaan wiraga, wirahma
dan wirasa dalam menarikan tari Ronggeng Kedempling dengan waktu
satu jam selama proses pembelajaran tari Ronggeng Kedempling
berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai tarian ini kepada narasumber yang dijadikan objek penelitian.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang tidak didapatkan
dari observasi, karena dalam observasi hanya mengamati dan melihat.
Wawancara ini dilakukan yaitu pada pemilik sanggar tari Sunda Rancage
yaitu Aceng Hidayat, guna mengetahui lebih dalam semua data dan
informasi tentang keberadaan sanggar tersebut dan kebutuhan penelitian
lainnya. Wawancara pada pemilik sanggar, karena pelatih sanggar
tersebut adalah istri dari pemilik sanggar, sehingga peneliti lebih leluasa
bertanya kepada pemilik sanggar sekaligus pelatih tari itu. Wawancara
dilakukan pada bulan September 2012.
Wawancara kepada pelatih tari dilakukan pada waktu yang sama
yaitu bulan September 2012 dengan pertanyaan lebih kepada
pembelajaran tari di Sanggar tersebut. Pada kesempatan itu juga, peneliti
bertanya tentang kegiatan apa saja yang pernah diikuti, tarian apa saja
yang dipelajari di sanggar tersebut dan bertanya jumlah siswa yang
23
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong
Lexy, 1988:135).
3. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini pendokumentasiannya dengan menggunakan
alat perekam suara, kamera foto, dan handycam.
Alat perekam suara digunakan untuk melakukan observasi secara
langsung atau wawancara. Alat perekam ini berfungsi untuk merekam
keseluruhan hasil wawancara yang dilakukan langsung antara peneliti
dengan narasumber.
Kamera foto digunakan peneliti untuk mendapatkan gambar atau
foto tentang pembelajaran tari Ronggeng Kedempling ini, foto wawancara
peneliti dengan narasumber, dan lain-lain.
Handycam merupakan salah satu media untuk merekam gambar
atau kejadian yang diteliti. Alat ini digunakan untuk merekam
pembelajaran tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage
kabupaten Majalengka. Data video digunakan untuk menganalisis proses
pembelajaran tari Ronggeng Kedempling.
4. Studi Pustaka
Untuk memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian,
peneliti melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku-buku
referensi, internet,serta hasil-hasil penelitian. Buku atau topik yang
diambil yaitu tentang media pembelajaran dan wiraga, wirahma, wirasa,
dalam tari. Berikut beberapa pustaka terkait dengan penelitian.
1. Rudi Susilana & Cepi Riyana (2008) dengan judul buku Media
24
menjelaskan tentang hakikat media dalam pembelajaran. Dalam
buku ini menjelaskan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak
yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
2. Rosyid Abdurachman & Iyus Rusliana dengan judul buku Evaluasi
Seni Tari (1983). Dalam buku ini, khusus untuk evaluasi
keterampilan(praktek) tari, terlebih dahulu harus ditentukan
aspek-aspek yang akan dievaluasi. Sasaran pokoknya mesti dirumuskan
terlebih dahulu agar evaluasi benar-benar terarah. Penilaian praktek
tari secara garis besar akan meliputi praktek wiraga, wirasa dan
wirahma. Buku ini penting untuk sumber rujukan karena didalamnya
dijelaskan mengenai wiraga, wirasa dan wirahma.
3. R.M Soedarsono (2012) dengan judul buku Seni Pertunjukan
Indonesia di Era Globalisasi. Dalam buki ini menjelaskan bahwa di
Sumatra Utara banyak para pakar yang memperkirakan ronggeng
yang sangat digemari pleh masyarakat melayu, banyak dipengaruhi
oleh ronggeng Jawa. Adapun alasannya, karena pada masa kolonial
banyak orang-orang jawa yang didatangkan oleh para pengusaha
Belanda sebagai „kuli‟ kontrak untuk mengerjakan perkebunan. Buku ini penting sebagai rujukan karena sama-sama menjelaskan
tentang Ronggeng. Kesenian tari Ronggeng Kedempling biasa
dipentaskan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara babarang
(ngamen), selain itu kesenian ini biasa dipentaskan atas undangan
para buruh kontrak perkebunan sebagai sarana hiburan pada malam
hari.
4. Juju Masunah, (2012) dengan judul buku Tari Pendidikan. Buku ini
menjelaskan tentang nilai tari dalam dunia pendidikan bukan terletak
pada latihan kemahiran dan keterampilan gerak( semata-mata) tetapi
25
ekspresi anak. Tari harus mampu memberikan pengalaman kreatif
kepada anak-anak dan harus diajarkan sebagai salah satu cara untuk
mengalami dan menyatakan kembali nilai estetik yang dialami dalam
kehidupan.
D. Lokasi dan Sasaran Penelitian
Penelitian dilakukan di Sanggar Tari Sunda Rancage Kabupaten
Majalengka dengan alasan pemilihan didasarkan atas keberhasilan Sanggar
Tari Sunda Rancage dalam memperkenalkan Tari Kedempling sebagai
kesenian tari khas Kabupaten Majalengka. Dalam beberapa tahun ke belakang
pada malam tahun baru 2010 sanggar tari ini telah berhasil memperkenalkan
tari Kedempling sebagai kebudayaan khas kabupaten di gedung Merdeka
pada acara pewarisan seni se-Jawa Barat.
Sasaran adalah fokus masalah dalam penelitian dan menjadi acuan
dalam penelitian. Sasaran dalam penelitian ini yaitu komunitas sanggar tari,
salah satunya tari Ronggeng Kedempling yang diteliti oleh peneliti. Peneliti
memilih subjek ini, karena ingin mengetahui lebih dalam kegiatan
pembelajaran tari yang dilakukan oleh anggota penari Ronggeng Kedempling.
Subjek ini dipilih berdasarkan pertimbangan akan keunikan koreografi tari
26
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2012: 306) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Sebagaimana
dikemukakannya bahwa:
Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya.
Selanjutnya menurut Sugiyono dalam Nasution (2012: 306) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya, ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, pada awalnya
dalam penelitian kualitatif permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun selanjutnya setelah fokus
penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.
Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat penelitian,
peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan yang digunakan
ketika melakukan wawancara, yang berisi pokok masalah yang akan menjadi
bahan pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai.
Pedoman wawancara ini disusun sebelum melaksanakan wawancara.
Pedoman wawancara digunakan untuk pemilik sanggar, guru tari dan siswa
27
F. Tahap-tahap Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, dibutuhkan beberapa
persiapan yang harus dilakukan untuk kelancaran penelitian, diantaranya
sebagai berikut.
1. Pra Penelitian
Langkah-langkah yang terdapat pada proses pra penelitian adalah
peneliti malakukan pemilihan objek yang akan diambil yaitu pembelajaran
tari Ronggeng Kedempling di sanggar tari Sunda Rancage Kabupaten
Majalengka pada awal Juni 2012, selanjutnya menentukan identifikasi
masalah berkenaan dengan objek yang diteliti.
a. Pra Observasi
Sebelum melakukan observasi awal, peneliti melakukan pra
observasi yang di dalamnya peneliti melakukan pemilihan lokasi
penelitian, memilih permasalahan yang akan diteliti dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti.
b. Observasi
Setelah melakukan pra observasi, peneliti melakukan observasi
awal yaitu dengan menemui Aceng Hidayat sebagai pimpinan sanggar
tari Sunda Rancage Kabupaten Majalengka, untuk meminta izin agar
pembelajaran tari Ronggeng Kedempling dijadikan objek penelitian.
Kemudian peneliti mencari sumber-sumber berupa
tulisan-tulisan, buku-buku penunjang dan dengan narasumber langsung yaitu
pemilik sanggar yaitu Aceng Hidayat guna mendapatkan gambaran
yang sesuai dengan yang diharapkan peneliti.
c. Menentukan Judul Penelitian
Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti mengajukan
28
“Pembelajaran Tari Ronggeng Kedempling di Sanggar Tari Sunda
Rancage Kabupaten Majalengka” menjadi judul dari penelitian
berdasarkan dari beberapa pertimbangan.
d. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian dilakukan peneliti setelah
peneliti mengajukan topik penelitian kepada dewan skripsi dengan
melalui beberapa proses bimbingan yang dilakukan dengan beberapa
dosen.
e. Sidang Proposal
Sidang proposal dilakukan pada akhir bulan Oktober 2012. Pada
saat sidang proposal peneliti mendapatkan masukan dari pada penguji
dan dewan skripsi. Selanjutnya dewan skripsi menentukan dosen
pembimbing 1 dan dosen pembimbing II untuk penelitian yang
diajukan peneliti.
f. Revisi Proposal
Setelah sidang/seminar proposal dilaksanakan, selanjutnya
adalah tahap revisi proposal sesuai dengan pembimbing I dan
pembimbing II yang telah ditentukan oleh dewan skripsi.
g. Pengajuan Izin Penelitian
Langkah-langkah dalam pengajuan izin penelitian adalah
sebagai berikut.
1) Diperlukan surat izin penelitian untuk memperlancar jalannya
penelitian. Setelah proposal disetujui dan disahkan oleh
pembimbing I dan pembimbing II serta diketahui oleh Ketua
Jurusan dan Dewan Skripsi.
2) Surat izin penelitian diajukan kepada ketua Jurusan Pendidikan
29
selanjutnya diajukan lagi kepada Rektor UPI. Selain mendapatkan
surat izin penelitian, peneliti juga mendapat surat keputusan skripsi
dan pengangkatan pembimbing I dan pembimbing II yang akan
ditugaskan memberi masukan, bimbingan, dan arahan selama
penelitian berlangsung hingga sidang skripsi.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Konsultasi
Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II
dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian sampai sidang skripsi.
Konsultasi yang dilakukan yaitu menyangkut keseluruhan bab yang
terdapat dalam skripsi.
b. Observasi
Observasi dilakukan pada bulan November 2013, peneliti
melakukan observasi awal ke subjek penelitian yaitu sanggar tari
Sunda Rancage Kabupaten Majalengka. Dalam observasi awal peneliti
mendapatkan gambaran data umum mengenai subjek yang akan
diteliti.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dimulai dari bulan November
2012 sampai bulan Juni 2013. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
menggunakan beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi
dan studi literatur.
d. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat
diartikan sebuah proses mengolah data setelah semua data terkumpul
seperti catatan, rekaman audio visual, visual dan gambar-gambar
untuk kemudian dilakukan tahapan-tahapan pengolahan sebagai
berikut.
1) Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis
30
2) Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang
diperoleh dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai
bahan kesimpulan penelitian.
3) Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil
pengolahan data dalam bentuk laporan tulisan.
e. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporam dilakukan setelah data terkumpul dan
diolah. Dalam penulisan laporan harus sesuai dengan prosedur
berdasarkan perolehan dan pengolahan data.
f. Pra Sidang
Setelah penelitian dan penulisan laporan selesai, kemudian
dilaksanakan Pra Sidang atau sidang tahap I.
g. Sidang
Setelah Pra Sidang dilaksanakan ada beberapa yang harus
direvisi. Setelah itu kemudian dilanjutkan pada sidang.
h. Penggandaan Laporan
Penggandaan laporan merupakan tahap akhir di mana setelah
mengikuti Pra Sidang, Sidang dan revisi dengan pembimbing I dan
58 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, Dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa
proses penguasaan wiraga tari Ronggeng Kedempling ini pelatih
menggunakan metode demonstrasi, metode peniruan dan metode imitatif.
Penggunaan metode yang dilakukan pelatih sangat membantu dan
berjalannya proses pembelajaran di sanggar Sunda Rancage ini. Penggunaan
metode peniruan digunakan pelatih pada saat olah tubuh sebelum memulai
latihan dan pada saat pemberian materi tari kepada peserta didik.
Rangsangan yang dilakukan pelatih kepada peserta didik dalam
penguasaan wirahma di Sanggar Sunda Rancage adalah menggunakan
rangsangan auditif atau disebut rangsangan pendengaran. Rangsangan ini
dilakukan agar peserta didik lebih peka dan mengenal musik-musik
tradisional pada saat olah tubuh dan waktu istirahat peserta didik sesuai
dengan pengarahan dari pelatih di sanggar Sunda Rancage. Selain itu suasana
sekeliling seperti kendaraan, suara angin, heningnya suasana dilakukan
sebagai tambahan pengolahan yang dilakukan pada saat olah tubuh.
Pelatih menerapkan wirasa tari Ronggeng Kedempling ini dengan cara
pelatih memberikan sinopsis dari tari Ronggeng Kedempling ini, lalu dengan
mendengarkan iringan musik tanpa melakukan gerak tari dengan peserta didik
duduk dan konsentrasi mendengarkan iringan musik agar dapat merasakan
dan menghasilkan ekspresi peserta didik melalui Rasa sedih atau gembira
terhadap pengaruh musik yang diberikan.
Hasil pembelajaran berkaitan dengan evaluasi, karena dipandang sebagai
faktor yang memungkinkan tercapainya hasil yang optimal untuk menyeleksi,
mengungkapkan atau menunjukan tinggat keberhasilan peserta didik. Melalui
59
pembelajaran. Biasanya menggunakan iringan musik melalui tape racorder,
dengan pakaian tari lengkap.
B. Rekomendasi
Penulis mengajak semua instansi yang terkait untuk perlu mengadakan
suatu tindakan mendukung pelestarian kesenian tradisional, khususnya tari
Ronggeng Kedempling, diantaranya kepada:
1. Sanggar-sanggar
Berupaya tetap melestarikan atau menanamkan nilai-nilai seni
tradisional di tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh
kebudayaan modern.
2. Masyarakat
Dapat memberikan dukungan kepada sanggar-sanggar sebagai
pendukung pendidikan nonformal, guna menciptakan generasi
sekaligus pelestari kesenian tradisional khusnya tari ronggeng
Kedempling
3. Pemerintah setempat
Agar dapat lebih memperhatikan lagi keberadaan sanggar-sanggar
kesenian, agar mendapatkan bantuan moril atau materil agar tari
ronggeng kedempling dapat lebih eksis lagi seperti dulu dan
diharapkan menjadi aset wisata Kabupaten Majalengka. Banyak
memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan
kesenian kita dengan berbagai cara, misalnya dengan mengadakan
pertunjukan-pertunjukan memperingati hari besar, mengadakan lomba
ataupun event-event.
4. Para Seniman
Sebaiknya proses inovasi dan kreatifitas agar senantiasa
ditumbuhkembangkan. Serta agar lebih gigih mempublikasikan tarian
tradisional kedempling ini, dengan menggelar pertunjukan-
pertunjukan. Terjalinnya kerjasama yang baik antara satu sanggar
60
5. Generasi Muda
Kebudayaan leluhur yang sudah merakyat jangan dipandang sebelah
mata, karena kesenian kita (tradisional) tidak kalah menariknya dengan
kesenian dari mancanegara .Percakaplah diri
denganketerampilan-keterampilan yang bermanfaat, yang nantinya akan membuat bangga
dengan keberadaan kesenian kita. Sebaiknya para generasi muda juga
dapat mulai memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa tari
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, R & Rusliana, I (1983). Evaluasi Seni Tari, Jakarta PT Rosda Jayaputra
Caturwati, H. (2009). Pesona Perempuan dalam Sastra dan Seni pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu STSI Press
Lembaran Negara Republik Indonesia. (2003) Undang-Undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DEPDIKBUD
Masunah Juju, (2012). Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Pendidikan. Bandung
Masunah, Juju dan Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: PAST UPI.
Moloeng, L. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya offset
Nazir, M. (1983) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ruhimat Toto, Dkk.(2009) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI
Santyasa. (2012). Landasan Konseptual Media Pembelajaran [online]. Tersedia http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2 . [23 Juni 2012]
Soedarsono, (2012). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sudjana, D. (2010) Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Prodution.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Susulana, R & Riana, C. (2008) Media pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI