PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
ANDRI PURNAMA JAELANI 0901172
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Andri Purnama Jaelani, 2013
PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN
MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEPEDULIAN
SISWA TERHADAP LINGKUNGAN
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS VIII-9
SMPN 1 BANDUNG)
Oleh
Andri Purnama Jaelani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam
© Andri Purnama Jaelani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN (PenelitianTindakanKelas Di Kelas VIII-9 Di SMPN 1 Bandung)
Oleh:
AndriPurnamaJaelani NIM. 0901172
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II,
Ir. Yakub Malik, M.Pd NIP.1959 0101 198901 1 001
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan IPS
Andri Purnama Jaelani, 2013
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEPEDULIAN
SISWA TERHADAP LINGKUNGAN
(Penelitian Tindakan Kelas di Keals VIII-9 SMP Negeri 1 Bandung) Oleh :
Andri Purnama Jaelani
Pembimbing 1 : Dr. Nana Supriatna, M.Ed Pembimbing 2 : Ir. Yakub Malik, M.Pd
Skripsi ini mengambil judul “Penerapan Model Sains Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-9 SMP Negeri 1 Bandung). Penerapan model STM pada pembelajaran IPS tantangannya bagaimana menyampaikan konsep materi pembelajaran yang abstrak menjadi nyata dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat merubah paradigma dan cara belajar yang pada tujuannya dapat menstimulus siswa untu memahami konsep pembelajaran IPS secara mendalam dan konferhensif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung sedangkan yang menjadi subjek penelitiannya adalah Siswa kelas VIII-9. Pada siklus I memang belum ada perubahan apa-apa dan pada saat menjelaskan konsep (tahap invitasi) diperlukan berulang-ulang untuk menjelaskannya. Pada siklus I ini berada pada kategori “kurang baik”. Akan tetapi pada siswa mengalami peningkatan positif dan berada pada kategori “baik”. Pada siklus terakhir atau siklus III mengalami kenaikan yang signifikan dan bisa di kategorikan “baik sekali”. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 1) Dengan diterapkannya model Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan 2) Perbedaan pada siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) pada pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Dengan demikian, maka terdapat pengaruh dari model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPS sebagai peningkatan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah agar guru dapat mencoba menggunakan model pembelajaran STM pada materi pelajaran lain dengan lebih memotivasi siswa untuk lebih peduli terhadap lingkungannya.
ABSTRACT
MODEL APPLICATION OF SCIENCE TECHNOLOGY AND SOCIETY IN SOCIAL STUDIES LEARNING FOR THE INCREASE STUDENTS
AWARNESS OF THE ENVIRONMENT
(Classroom Action Research in Keals VIII-9 SMP Negeri 1 Bandung) By :
Andri Purnama Jaelani
Supervisor I : Dr. Nana Supriatna, M.Ed Supervisor II : Ir. Yakub Malik, M.Pd
The research is titled " Application of Model Science Technology and Society in Social Learning as Students Against Effort to Increase Awareness Environmental ( Classroom Action Research in Class VIII - 9 SMP Negeri 1 Bandung ) . STS model application on the challenge of learning how to convey the concept of social studies instructional materials that abstract into tangible and easily understood by students so as to change the paradigm , and the goal of learning how to stimulate students to understand the concept of learning in depth and konferhensif IPS . Classroom Action Research is done in class VIII - 9 SMP 1 Bandung while the subject of research is the Grade VIII - 9 . In the first cycle, there has been no change in anything and when explaining the concept (phase invitation) is needed to explain over and over again . In the first cycle is how the kategor "not good" . However, the students have increased considerable and is in the category of "good" . In the last cycle or cycle III increased significantly and could be categorized "superb" . The results obtained are 1 ) The implementation of the model Science Technology and Society (STS) in social studies learning can increase students' awareness of the environment 2 ) The difference in the before and after implementation of student learning models Science Technology and Society (STS) in an effort to improve the learning social studies student concern for the environment . Thus , there is the influence of the learning model Science Technology and Society (STS) in social studies learning as increasing students' awareness of the environment . Recommendations in this study is that teachers can try using STM learning model in other subject matter to further motivate students to be more concerned about the environment .
Andri Purnama Jaelani, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) ... 12
1. Pengertian Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 12
2. Karakteristik Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 13
3. Landasan Pembelajaran STM ... 14
B. Peduli Lingkungan ... 16
1. Hakikat Lingkungan ... 16
2. Pendidikan Lingkungan untuk Dunia yang Lebih Baik ... 17
3. Kelebihan dan Kekurangan menggunakan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran IPS ... 20
4. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran IPS ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24
B. Desain Penelitian ... 24
C. Metode Penelitian ... 32
D. Definisi Operasional ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 43
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran I ... 43
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 45
a. Tindakan ke-1 ... 45
b. Tindakan ke-2 ... 49
c. Tindakan ke-3 ... 52
3. Refleksi ... 57
4. Revisi Perencanaan ... 57
B. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 58
Andri Purnama Jaelani, 2013
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 60
a. Tindakan ke-1 ... 60
b. Tindakan ke-2 ... 64
c. Tindakan ke-3 ... 69
3. Refleksi ... 77
4. Revisi Perencanaan ... 78
C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 79
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran III ... 79
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 80
a. Tindakan ke-1 ... 80
b. Tindakan ke-2 ... 83
c. Tindakan ke-3 ... 86
3. Refleksi ... 89
D. Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 89
1. Data Hasil Wawancara ... 89
a. Wawancara dengan Guru IPS ... 89
b. Wawancara dengan Wali Kelas VIII-9 ... 90
c. Wawancara dengan Siswa Kelas VIII-9 ... 91
2. Data Hasil Penilaian Sikap Peduli Lingkungan ... 92
a. Sikap Peduli Lingkungan untuk setiap Aspek ... 92
b. Sikap Peduli Lingkungan secara Keseluruhan ... 95
E. Analisis Hasil Penelitian ... 99
1. Merencanakan dan Menerapkan Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS dapat Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Lingkungan ... 99
3. Perbedaan pada Siswa Sebelum dan Sesudah diterapkannya Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat pada Pembelajaran IPS dalam upaya Meningkatkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Andri Purnama Jaelani, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Angket Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan 37
Tabel 3.2 Intepretasi Persentase Keterlaksanaan Pendekatan 42
Tabel 3.3 Skor Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan 43
Tabel 3.4 Contoh Pengolahan Data Sikap Peduli Lingkungan Siswa 44
Tabel 3.5 Contoh Pengolahan Data Sikap Peduli Lingkungan
Untuk Setiap Aspek 45
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Komponen Sikap Peduli Lingkungan 46
Tabel 4.1 Daftar Skor Angket Sikap Peduli Lingkungan Siklus I 59
Tabel 4.2 Daftar Skor Angket Sikap Peduli Lingkungan Siklus II 80
Tabel 4.3 Daftar Skor Angket Sikap Peduli Lingkungan Siklus III 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Siklus Pencemaran Udara 52
Gambar 4.2 Contoh Pencemaran Udara (Polusi Udara) 52
Gambar 4.3 Siklus Pencemaran Tanah 52
Gambar 4.4 Jalan Braga Pada Zaman Dahulu 66
Gambar 4.5 Gedung Sate Pada Zaman Dahulu 66
Gambar 4.6 Gedung Sate Pada Saat Sekarang 66
Gambar 4.7 Bandung Masa Kini Di Lihat Dari Udara 66
Gambar 4.8 Rumah Botol Yang Menerapkan Teknologi
Green Building 70
Gambar 4.9 Arsitektur Rumah Yang Menerapkan Konsep
teknologi Green Building 70
Gambar 4.10 Pola Pemukiman Penduduk (Perumahan) yang
Menggunakan Konsep Teknologi Ramah Lingkungan 71
Gambar 4.11 Masjid Al Irsyad Karya dari Arsitek Ridwan Kamil yang Menggunakan Konsep
Teknologi “Green Building” 72
Gambar 4.12 Rumah yang Mengedepankan Konsep Teknologi
Andri Purnama Jaelani, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lingkungan menjadi suatu hal yang begitu sangat penting yang harus
dilestarikan dan dijaga sampai kapanpun, karena bagaimanapun lingkungan
merupakan tempat manusia melakukan berbagai macam hal. Dengan kualitas
lingkungan yang saat ini semakin buruk lama kelamaan manusia akan musnah. Maka
dari itu, kesadaran diri terhadap kelestarian lingkungan dapat di mulai sedini mungkin
dari masa sekolah dan dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran di kelas,
dimana siswa tidak hanya dibekali oleh ilmu pengetahuan saja namun juga
ditanamkan sikap peduli lingkungan. Penerapan sikap peduli lingkungan ini
dilakukan sedini mungkin melalui kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah agar
siswa mempunyai pijakan untuk dapat menanamkan serta menjaga kelestarian
lingkungan yang ada di sekolah. Melalui penerapan sikap peduli lingkungan ini
diharapkan siswa mempunyai dasar landasan kuat dalam melakukan tindakan,
sehingga kualitas lingkungan dapat ditingkatkan dan siswapun diminta untuk kreatif
dalam memanfaatkan limbah kertas untuk dijadikan media pembelajaran.
Ada yang mengatakan bahwa “bumi yang indah berawal dari sekolah” dari hal ini peneliti ingin membuat kota ini menjadi asri, sejuk, dan nyaman. Mungkin di
mulai dari SMP mereka akan sadar akan tentang lingkungan di sekitarnya, tidak
hanya di sekolah tetapi di tempat mereka bermain dan lingkungan sekitar rumahnya.
Memahami bagaimana alam menopang kehidupan sangat penting bagi siswa
untuk menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan dan dampak terhadap masa yang
tahun. Oleh karena itu, siswa perlu mengetahui tentang cara-cara melestarikan
lingkungan ditengah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Seorang siswa
dapat dikatakan bahwa dia peduli lingkungan apabila dia sudah membiasakan
memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan dimana ia hidup, baik di
lingkungan rumah, sekolah, maupun tempat bermainnya. Tidak hanya itu, dia dapat
menghemat energi dan mengurangi polusi udara. Dalam hal memilah sampah antara
organik dan anorganik itu merupakan indicator bahwa siswa memang peduli dalam
lingkungannya. Tetapi dalam proses menjadikan siswa peduli lingkungan harus
ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia misalnya, tempat pembuangan
sampah dan tempat cuci tangan. Dengan ditunjang fasilitas-fasilitas tersebut dan
pengetahuan tentang isu-isu lingkungan atau Global Warming siswa dapat peduli
dengan lingkungan sekitarnya.
Masa anak seusia SMP adalah masa pendidikan dalam bentuk kepribadian,
ketika menjalani masa transisi dari anak-anak seusia remaja atau pubertas lebih
cenderung sangat menikmati kebebasan dan melampiaskan segala sesuatu yang
dikehendakinya. Pada kenyataannya saat ini, peneliti mengamati bahwa siswa-siswa
SMP hampir setiap harinya mengunakan produk-produk dari teknologi, misalnya
untuk berangkat kesekolah menggunakan kendaraan bermotor, menggunakan alat
komunikasi, membeli makanan yang menggunakan bungkus plastik dan
menggunakan kertas untuk menulis. Namun pada saat peneliti mengamati fenomena
yang terjadi di lapangan ada 2 masalah utama yang terjadi di kelas yang pertama
bahwa siswa tidak menjaga kebersihan kelasnya, seperti penggunaan kertas yang
berlebihan, membuang sampah plastik bekas makanan di kolong bangku dan tidak
merawat tanaman-tanaman yang ada di sekitar kelasnya. Hampir semua siswa SMP
tidak peduli terhadap lingkungan tempat mereka menuntut ilmu. Bahkan jadwal piket
rutinpun tidak dihiraukannya. Hal ini yang menjadi tempat belajar di kelas menjadi
kotor dan tidak nyaman. Di kolong-kolong meja banyak sekali sampah bekas jajanan
Andri Purnama Jaelani, 2013
anorganik. Tetapi tetap saja mereka tidak memilah-milah mana sampah organik dan
mana sampah anorganik. Padahal apabila mereka sadar sampah-sampah kertas atau
bubuk bekas meraut pensil bisa mereka gunakan untuk media pembelajaran. Isu
Global Warming yang jarang dibicarakan oleh guru di kelas, sehingga membuat
siswa tidak peduli terhadap kelestarian lingkungannya. Penggunaan kertas yang
berlebihan itu salah satu bentuk ketidakpedulian siswa terhadap lingkungan. Bahkan
ketika UTS pun dan melihat soal UTS IPS yang hanya 1 lembar siswapun berkomentar “pelajaran IPS pelit masa soalnya Cuma 1 lembar”, padahal itu salah satu bentuk kepedulian saya terhadap lingkungan dengan cara menghemat
penggunaan kertas.
Kedua, pohon-pohon dan tanaman yang berada di lingkungan sekolah tampak
tak terawat. Tanaman yang ada hanya menjadi hiasan, para siswa dan perangkat
sekolah lainnya seakan tidak peduli dengan tumbuhan atau pepohonan yang ada di
sekolah. Peneliti sangat miris melihatnya ketika waktu istirahat dan pelajaran
olahraga tumbuhan mereka injak, jatuh sehingga potnya belah, dan ketika olahraga
terkena bola. Padahal apabila dirawat dengan baik dan disiram tiap hari lingkungan
sekolah itu akan terasa asri dan sejuk, pembelajaranpun akan semakin nyaman.
Rendahnya kualitas lingkungan sekolah ini merupakam dampak dari ketidakpedulian
siswa dan perangkat sekolah lainnya terhadap lingkungan. Sebagian dari mereka
bahkan menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan yang mereka
lakukan, namun mereka tidak mempunyai kesadaran untuk meninggalkan kebiasaan
buruk tersebut.
Ketiga, siswa perlu di berikan pemahaman tentang penyebab dan dampak dari
polusi udara terhadap kelestarian lingkungan. Dengan teknologi-teknologi yang
sangat berkembang akhir-akhir ini seperti mobil murah, motor, dll itu merupakan
salah satu penyebab dari polusi udara. Siswa perlu mengetahui tentang
teknologi-teknologi ini. Hampir semua siswa di SMPN 1 Bandung diantarkan kesekolah
pemahaman-pemahaman tentang teknologi-teknologi ini yang berdampak pada
masyarakat dan lingkungan (polusi udara) diharapkan siswa bisa merubah perilaku
hidupnya yang setiap hari diantar orang tuanya menggunakan kendaraan pribadi
dirubah menjadi pergi sendiri menggunakan sepeda atau angkutan umum. Hal ini bisa
mengurangi jumlah polusi udara, hemat energi bahan bakar minyak, mengurangi
kemacetan, melatih keberanian dan kemandirian siswa.
Dengan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat diharapkan siswa
memiliki literasi sains dan teknologi, agar memiliki kemampuan menyelesaikan
masalah menggunakan konsep-konsep sains yang telah di peroleh di sekolah,
mengenal teknologi-teknologi baru beserta dampaknya bagi kehidupan
bermasyarakat, dan juga dapat menggunakan produk dari teknologi dengan baik, serta
mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Tidak
hanya itu siswa juga dapat menterjemahkan peraturan-peraturan tertulis yang ada di
masyarakat dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu
sosial pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi
dan masyarakat untuk melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar yang di
akibatkan oleh perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). Kaitan antara
model Sains Teknologi dan Masyarakat dengan pembelajaran IPS adalah dapat
memotivasi siswa untuk dapat menilai dampak positif dan negatif dari kemajuan
teknologi beserta produknya agar siswa dapat peduli dengan lingkungan sekitar dan
memberikan saran-saran tertentu terhadap pihak terkait tentunya dengan
melaksanakan tindakan yang bertanggungjawab untuk kebaikan bersama.
Pendekatan STM adalah pengajaran dan pembelajaran dalam konteks
pengalaman manusia. Pendekatan STM ini mengitengrasikan antara ilmu dan
Andri Purnama Jaelani, 2013
terhadap kehidupan bermasyarakat. Yager dan Roy (1993) mengemukakan istilah
STM diperkenalkan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengajar siswa untuk merespon isu-isu teknologi dan masyarakat secara
bertanggung jawab.
2. Mengidentifikasi pengetahuan dasar yang perlu dimiliki siswa agar dapat
mengetahui isu-isu tentang STM.
3. Memberi siswa gambaran yang akurat mengenai persyaratan dan kesempatan
berkarir di bidang STM.
Penggunaan model STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu keterkaitan
antara sains, teknologi, dan masyarakat, dianutnya pandangan kontruktivisme dalam
proses belajar.
Sains menawarkan penjelasan untuk pengamatan mengenai lingkungan alam.
Teknologi yang merupakan aplikasi pengetahuan ilmiah menawarkan pemecahan
masalah-masalah yang berkaitan dengan adaptasi manusia terhadap lingkungannya
(masalah yang kompleks pada masyarakat dalam kehidupan modern). Masyarakat
merupakan lingkungan tempat beroperasinya kegiatan ilmiah dan teknologi.
Yager (1993) mengatakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran
STM, maka tidak akan ada jurang pemisah antara apa yang diajarkan di kelas dan apa
yang dipelajari siswa di kehidupan bermasyarakat. Ogens (1991) menyatakan bahwa
dengan pendekatan STM minat siswa dalam mempelajari ilmu tidak akan pudar.
Pembelajaran IPS di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Sains
Teknologi dan Masyarakat di rasa tepat karena hal ini sejalan dengan pendapat dari
William Cartwright bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan erat dan
tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena
Berdasarkan pernyataan tersebut seyogyanya pembelajaran IPS dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada siswa mengenai teknologi serta dapat
memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Namun
pada kenyataannya, pembelajaran IPS lebih banyak berlangsung secara text book dan
pembelajaran didominasi oleh guru, hal ini memberikan kesan bahwa IPS tidak ada
hubungannya dengan kehidupan nyata. Selain itu, pembelajaran IPS secara text book
menyebabkan pembelajaran menjadi tidak bermakna serta memberikan kesan pada
siswa bahwa IPS itu merupakan mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk
dipahami. Padahal menurut Banks dalam Sapriya (2007: 3) menyebutkan bahwa:
Social Studies (IPS) adalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakat.
Dengan pembelajaran yang di awali dengan mengaitkan peristiwa-peristiwa
yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan di bahas, sehingga tampak ada
kesinambungan pengetahuan, karena di awali dengan hal-hal yang telah diketahui
siswa di lingkungan. Dalam proses pembelajaran ini, siswa melakukan observasi di
lapangan dan melihat sendiri tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Kegiatan mengunjungi dan observasi keadaan di luar kelas itu bertujuan
untuk mengaitkan antara konsep-konsep atau teori yang di bahas di kelas dengan
keadaan nyata yang terjadi di lingkungan. Dengan mendiskusikan apa yang siswa
temukan di lingkungan, merancang tindakan selanjutnya, maka akan terjadilah
kolaborasi suatu dinamika kelompok yang akan menghasilkan gagasan-gagasan atau
ide brilliant untuk menjadikan lingkungan yang sehat dan bersih.
Untuk mengatasi permasalahan mengenai kurangnya kepedulian siswa dengan
lingkungannya, maka diperlukan suatu langkah agar melalui mata pelajaran IPS siswa
Andri Purnama Jaelani, 2013
sebagai mata pelajaran yang rumit dan sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, salah
satu langkahnya adalah dengan cara menerapkan pendekatan Sains Teknologi dan
Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPS. Pendekatan STM ini dianggap cocok
karena belajar IPS diawali dengan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
sekitarnya, sehingga diharapkan dengan belajar IPS siswa dapat lebih menghargai
lingkungannya seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Pemilihan pendekatan STSE didasarkan oleh beberapa alasan diantaranya :
1. Pendekatan STSE dipandang cocok dengan adanya pendapat dari William
Cartwright bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan erat dan tidak
dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan
fenomena yang terjadi di masyarakat.
2. Dalam jurnal yang berjudul “The Impact of a Science/Technology/Society
Teaching Approachon Student Learning in Five Domains” yang ditulis oleh
Hakan Akcay dan Robert E. Yager mengatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan STM dapat meningkatkan sikap peduli terhadap lingkungan
masyarakat.
3. Dalam jurnal yang berjudul Science, Technology, Society and Environment
(STSE) Approach in Environmental Science for Nonscience Students in Local Culture”. Vol. 6, no. 1 tahun 2009, pendekatan STS tidak menutup kemungkinan untuk ditambahkan unsur Environment (E) dalam konteksnya
agar perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan
dampak yang positif terhadap lingkungan (Environment).
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Sains Teknologi dan
Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPS Sebagai upaya Peningkatan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut : “Bagaimana peningkatan kepedulian siswa terhadap lingkungan
masyarakat setelah diterapkan model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat
dalam pembelajaran IPS ?
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan dan menerapkan model STM dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan kepedulian siswa terhadap
lingkungan di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung ?
2. Bagaimana guru merefleksikan kendala-kendala dalam menerapkan model
STM dalam pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan kepedulian siswa
terhadap lingkungan di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung ?
3. Bagaimana sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan setelah diterapkannya
model STM dalam pembelajaran IPS di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang mejadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Untuk
meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan melalui pembelajaran IPS
dengan menggunakan model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM). Untuk lebih
memperjelas tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru mampu dengan baik merencanakan pembelajaran IPS dengan
menggunakan model STM dalam upaya meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan.
2. Mengetahui perubahan tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan setelah
Andri Purnama Jaelani, 2013
3. Memperbaiki kendala saat dilaksanakan pembelajaran IPS dengan
menggunakan model STM dalam upaya meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan.
4. Meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan melalui pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran STM.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi 2:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru
mengenai keterampilan membuat media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis.
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan
manfaat sebagai perbaikan dalam upaya meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS menggunakan model STM pada
jenjang SMP, selain itu manfaat lainnya di peruntuk sebagai berikut:
a. Untuk Sekolah
Untuk bahan masukan terhadap kualitas pembelajaran IPS di sekolah, agar
mampu bersaing dengan sekolah lainnya di jenjang SMP dan
berpartisipasi memperbaiki pendidikan nasional.
b. Untuk Guru
Untuk bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan
kekreatifitasannya dalam pemanfaatan pembelajaran IPS di SMP dan
disamping itu meningkatkan kualitas kemampuan guru sendiri sebagai
c. Untuk Siswa
Meningkatnya aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Serta keaktifan dan
ke kreatifitasan peserta didik di dalam pembelajaran IPS.
d. Untuk Peneliti
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan menjadi pembelajaran
tersendiri, sebagai bekal dalam menghadapi peserta didik dalam
meningkatkan keterampilan pembuatan media pembelajaran IPS. Agar
tercapainya pembelajaran yang baik serta menjadikan pengalaman
tersendiri bagi peserta didik.
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sitematika penelitian
Bab II Kajian Teori. Pada bab ini memaparkan mengenai rujukan-rujukan
teori para ahli yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konseptual
permasalahan dan hal-hal yang di kaji di dalam penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab yakni:
metode dan desai penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penellitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan verivikasi data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Di dalam bab ini memaparkan
mengenai hasil data yang diperoleh selama dilakukannya penelitian
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi mengenai keputusan dan hasil
Andri Purnama Jaelani, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 1
Bandung yang terletak di Jalan Kesatriaan No. 1 Bandung. Kolaborator
peneliti adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII,
yaitu Bu Yani dan yang menjadi observer adalah Dera Karina Chaerunisa
S.Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-9
yang berjumlah 39 orang. Alasan peneliti memilih kelas VIII-9 adalah
karena dikelas ini ditemyukan permasalahan yang sesuai dengan judul
skripsi peneliti yang harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar yang
tentunya berhubungan dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan di
kelas VIII-9.
B. Desain Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model
siklus Ebbut, karena peneliti menganggap model siklus ini sesuai dengan
tema dan tujuan dari penelitian ini. Ebbut dalam Wiriaatmadja (2012 : 68)
model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian yang dimulai
dengan pemikiran awal penelitian yang dilanjutkan dengan
reconnaissance. Menurutnya, reconnaissance mencakup kegiatan-kegiatan
diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses segala
kemungkinan, dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan
analisis. Cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan ialah
dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut,
dalam dan di antara siklus. Desain model Ebbut melakukan tindakan lebih
dari satu kali dalam pelaksanaan siklus, karena peneliti menyadari, untuk
menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan bukanlah yang
mudah. Karena dalam prakteknya, untuk menumbuhkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan membutuhkan proses yang panjang dan membiasakan
siswa untuk memahami tentang fenomena-fenomena yang terjadi saat ini
mengenai lingkungan. Dengan diberikannya pengetahuan-pengetahuan
tentang lingkungan hidup, siswa dituntut untuk meningkatkan
kepeduliannya terhadap lingkungan, kemudian menjadi konsep yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, lingkungan tempat
bermain, ataupun di sekolah. Maka dari itu peneliti menerapkan model
Ebbut agar nantinya siswa mampu secara menumbuhkan rasa peduli
terhadap lingkungannya melalui pembelajaran IPS.
1. Identifikasi Masalah
Ide pemikiran yang diajukan peneliti, yaitu penerapan
model sains, teknologi, dan masyarakat (STM) dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungannya diharapkan dapat memecahkan masalah
yang ada di dalam kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung. Permasalahan
yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa siswa kurang
dibekali pengetahuan mengenai pelestarian lingkungan dan
fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan tempat mereka
melakukan aktivitasnya pada materi-materi yang ada dalam
pembelajaran IPS. Dengan diberikannya pengetahuan tentang
lingkungan diharapkan siswa mampu meningkatkan kepedulian
Andri Purnama Jaelani, 2013
2. Memeriksa di Lapangan (Reconnaissance)
Reconnaissance bukan hanya kegiatan menemukan fakta di
lapangan akan tetapi juga mencakup analisis, dan terus berlanjut
pada siklus berikutnya, dan bukan hanya pada awal saja. Jadi
setelah memeriksa kondisi di kelas, peneliti dapat menentukan
cara yang tepat dalam memecahkan masalah yang terjadi di kelas
tersebut. Dalam penelitian ini reconnaissance telah di lakukan
pada pre penelitian di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung. Tahap ini di
rasa tepat untuk menentukan materi-materi tentang lingkungan apa
yang efektif untuk mendoktrin siswa. Permasalahan yang menjadi
focus utama dalam penelitian ini adalah meningkatkan kepedulian
siswa terhadap lingkungan melalui pembelajaran IPS dengan
model sains, teknologi, dan masyarakat (STM). Penyampaian
materi tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan saat
ini merupakan pemilihan yang tepat karena peneliti melihat situasi
kelas ini dapat dibilang kotor, di kolong bangku banyak sampah
dan peralatan kebersihan tidak ada.
3. Perencanaan
Rencana merupakan hal yang terpenting sebelum
melakukan tindakan penelitian ini yang diharapkan dapat
memecahkan masalah yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini
rencana tindakan bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan agar
penelitian lebih bersifat mudah dan menyesuaikan dengan apa
yang telah direncanakan dari jauh-jauh hari untuk melakukan
penelitian ini. Dalam penelitian tindakan ini merupakan tantangan
dalam proses pembelajaran dan mengenal rintangan yang
Dalam tahap ini peneliti menyusun serangkaian rencana
kegiatan tindakan yang akan dilakukan bersama guru mitra untuk
mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisis masalah yang
didapat atas rencana yang direncanakan bersama-sama. Pada
penelitian ini rencana yang disusun adalah sebagai berikut :
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian.
b. Melakukan pra penelitian terhadap kelas yang akan
digunakan untuk penelitian
c. Meminta kesedian guru mitra dan observer (mahasiswa)
dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
d. Menyusun kesepakatan dengan guru mitra dan observer
mengenai waktu penelitian.
e. Menyusun silabus dan rencana pengajaran yang akan
digunakan saat pembelajaran di kelas.
f. Merencanakan penilaian yang akan digunakan dalam proses
KBM sehingga dapat mengukur sikap kepedulian siswa
terhadap lingkungan.
g. Menyusun instrument yang akan digunakan dalam
penelitian.
h. Merencanakan diskusi yang akan dilakukan oleh peneliti
dengan guru mitra dan observer.
i. Membuat rencana perbaikan sebagai tindak lanjut yang
akan di lakukan peneliti dengan guru mitra dan observer.
j. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh
Andri Purnama Jaelani, 2013 4. Tindakan (act)
Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah
langkah-langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara
seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan ini merupakan
kegiatan praktis yang terencana. Hal ini dapat terjadi jika tindakan
tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan
terukur. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun bersama antara peneliti bersama dengan mitra
peneliti di sekolah, pada tahap perencanaan yaitu tindakan
yang sesuai dengan silabus dan rencana pengejaran yang
telah disusun.
b. Menerapkan tugas kepada siswa untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang terjadi di lingkungan mereka
diantaranya di lingkungan sekolah, rumah dan sebagainya
sebagai upaya menumbuhkan sikap peduli lingkungan
pada siswa.
c. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil identifikasi
mereka mengenai permasalah yang terjadi di lingkungan
sekitar mereka
d. Menerapkan tugas kepada siswa untuk mengidentifikasi
penyebab terjadinya permasalahan di lingkungan sekitar
mereka sebagai upaya membentuk sikap peduli lingkungan
pada siswa.
e. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil identifikasi
mereka mengenai penyebab permasalah yang terjadi di
f. Menerapkan tugas kepada siswa untuk memikirkan solusi
dari permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar
mereka dalam rangka mengaplikasikan sikap peduli
lingkungan siswa.
g. Meminta siswa mengaplikasikan solusi yang mereka
tawarkan di lingkungan sekitar mereka.
Tindakan yang dilakuakan di dalam penelitian berdasarkan
pada tahap sebelumnya yaitu reconnaissance sebagai acuan,
reconnaissance merupakan catatan lapangan yang detail mengenai
keadaan kelas yang akan diberikan tindakan.
Penerapan materi-materi tentang lingkungan menggunakan
media power point untuk menampilkan video-video tentang
Global Warming dengan menggunakan model sains, teknologi,
dan masyarakat (STM) pada siklus pertama merupakan hasil dari
identifikasi masalah dan reconnaissance di kelas. Selanjutnya,
pada siklus kedua dan seterusnya materi yang dipersiapkan untuk
siswa cukup bervariatif berdasarkan hasil observasi dan revisi
kembali setelah tindakan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
melihat perkembangan siswa tentang pengetahuaannya tentang
lingkungan dan kepeduliannya terhadap lingkungan.
5. Pengamatan (Observe)
Observasi di dalam PTK mempunyai fungsi
mendokumentasi impilkasi tindakan yang diberikan pada siswa
yang disini berperan sebagai subjek. Jadi, observe mempunyai
manfaat yang beranekaragam di dalam penelitian, seperti memiliki
orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu
Andri Purnama Jaelani, 2013
Dalam tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan
dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Pada
kegiatan observasi ini peneliti melakukan :
a. Pengamatan terhadap kelas VIII-9 yang sedan diteliti
b. Pengamatan tentang perilaku siswa terhadap lingkungan
c. Pengamatan kesesuaian materi yang disajikan peneliti pada
saat KBM dengan tujuan yang ingin di capai peneliti.
d. Pengamatan tentang pendapat-pendapat yang di ajukan
siswa ketika proses KBM.
e. Pengamatan terhadap kekreatifan siswa dalam
menyampaikan saran-saran untuk lingkungan agar
kedepannya lebih baik.
Pada tahap ini peneliti melakukan peninjauan kembali
terhadap siswa dan guru di kelas dan mencatat kekurangan dalam
setiap tindakan yang dilakukan sebelumnya untuk direvisi menjadi
perencanaan baru dan tindakan selanjutnya.
6. Refleksi (reflect)
Dalam model Ebbut, refleksi disebut juga dengan
reconnaissance untuk mendiskusikan kekurangan dalam tindakan
dan pengeruhnya. Langkah ini merupakan bagian dari tahap
diskusi dan analisi penelitian sesudah tindakan yang dilakukan
sehingga memberikan arahan kepada perbaikan pada tindakan
a. Kegiatan diskusi balikan dengan mitra peneliti dan siswa
setalah tindakan dilakukan.
b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus
selanjutnya.
c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing.
Andri Purnama Jaelani, 2013 C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian
Tindakan Kelas atau PTK memiliki peran yang sangat penting dan
strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan
baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui
tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau
memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah
PTK.
Ebbut dalam Hopkins dalam Kunandar (2009 : 43), menyebutkan
bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan tindakan tersebut. Jadi dalam hal ini, guru
merencanakan segala sesuatunya dengan matang dengan tujuan
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kelas pada saat kegiatan
belajar mengajar sehingga mampu menyelesaokan permasalahan yang
terjadi tentunya dengan berbagai metode pengajaran dan pendekatan yang
beragam.
Metode penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas VIII-9 SMP Negeri 1 Bandung dengan
materi-materi tentang lingkungan yang beraneka ragam dari mulai
lingkungan sekitar siswa. Fokus variable dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah penerapan sains, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran
IPS sebagai upaya meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.
D. Definisi Operasional
1. Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM)
Sains, teknologi, dan masyarakat (STM) adalah suatu pola
ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.
Dalam penelitian ini, pembelajaran dimulai dengan mengajak
siswa melihat secara langsung kondisi lingkungan sekitar.
Kondisi lingkungan tersebut kemudian akan dikaitkan dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga masalah akan
muncul sendiri dari siswa. Kemudian siswa melakukan
eksperimen untuk membangun konsep, peran guru hanya sebagai
fasilitator. Setelah itu, siswa menyelesaikan masalah dan
menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal
pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami
sebelumnya.Dan pada akhirnya guru meluruskan konsep yang
sebelumnya telah dipahami oleh siswa supaya tidak terjadi
kesalahan konsep. Dalam penelitian ini.
2. Peduli Lingkungan
Kepedulian terhadap lingkungan merupakan hal yang
paling penting di era globalisasi seperti ini. Seperti kita ketahui,
polusi udara, pencemaran lingkungan akibat polusi udara, sampah
plastik, limbah, dsb merupakan fenomena yang terjadi akhir-akhir
Andri Purnama Jaelani, 2013
Dikti dalam Uno (2012 : 136) mengemukakan bahwa
anak-anak seusia muda sangat baik diajak untuk memahami
factor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan hidup.
Kita semuanya menyadari kualitas lingkungan dari hari ke hari,
dari generasi ke generasi, bukannya semakin membaik tetapi
malah sebaliknya.
Dengan mempelajari lingkungan dan pemanfaatannya
sebagai sumber belajar siswa menjadi semakin termotivasi dalam
mengetahui lebih banyak tentang pelestarian lingkungan dan
siswapun akan peduli terhadap lingkungannya.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengukur ketercapaian dari tujuan penelitian ini, maka
diperlukan suatu alat evaluasi atau sering disebut dengan instrumen
penelitian. Menurut Arikunto (2010) terdapat dua jenis teknik evaluasi
yaitu teknik nontes dan teknik tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul
informasi yang lebih resmi dibandingkat alat evaluasi lainnya, karena tes
penuh dengan batasan-batasan (Arikunto, 2010 : 33). Dalam penelitian ini,
teknik non tes digunakan untuk mengukur sikap peduli lingkungan siswa.
Lebih lanjut penelitian terhadap sikap peduli lingkungan siswa ini
menggunakan skala bertingkat (rating scale). Menurut Arikunto (2010 :
27) skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
sesuatu hasil pertimbangan. Lebih lanjut Arikunto juga menjelaskan
bahwa biasanya angka-angka yang digunakan secara bertingkat dari mulai
yang terendah ke yang tinggi. Oleh karena itu, skala ini dikatakan skala
bertingkat. Dalam penelitian ini digunakan lima tingkatan skala bertingkat
untuk mengukur sikap siswa terhadap sains ini yaitu Sangat Setuju (SS),
Seyuju (S), Biasa (B), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
No Aspek Peduli
kontribusi saya dalam
memelihara kebersihan
kelas.
Untuk memelihara
kebersihan kelas, tidak
perlu diadakan piket kelas
Bagi saya, tempat
sampah didalam kelas
berfungsi untuk
mempermudah siswa
membuang sampah.
Bagi saya, tempat sampah
didalam kelas berfungsi
untuk memperindah tata
letak kelas.
Menjaga kebersihan
sekolah adalah tugas
seluruh warga sekolah.
Menjaga kebersihan
sekolah merupakan tugas
penjaga sekolah.
sembarangan adalah hak
asasi manusia.
Bagi saya mencorat-coret
meja kelas adalah sebuah
Andri Purnama Jaelani, 2013
saya, karena buku ini saya
yang membeli.
Bagi saya, memelihara
kebersihan rumah
adalah tanggung jawab
semua anggota
keluarga.
Bagi saya, memelihara
kebersihan rumah adalah
tanggung jawab ibu atau
pribadi karena sangat
nyaman.
Memilah sampah
organik dan anorganik
merupakan tanggung
jawab semua anggota
keluarga.
Memilah sampah organik
dan anorganik merupakan
tanggung jawab petugas
kebersihan.
Penghematan dalam
menggunakan air
adalah langkah nyata
saya untuk menghemat
energi air.
“save our earth” tiap bulan.
tugas kebersihan petugas
kebersihan karena saya
membayar iuran
Pemilahan tempat sampah
di lingkungan masyarakat
supaya memperindah
penataan kota.
Saya senang mendaur
ulang sampah plastik
menjadi suatu
kerajinan.
Menurut saya, membakar
sampah adalah salah satu
Penggunaan kertas yang
berlebihan adalah hak
asasi manusia.
Saya senang membawa
tas sendiri ketika
berbelanja atau jajan
daripada meminta tas
pelastik kepada
penjualnya.
Saya selelu meminta tas
pelastik kepada penjualnya
ketika membeli sesuatu,
daripada membawa tas
sendiri karena itu
membuat saya nyaman.
Andri Purnama Jaelani, 2013
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data agar tercapainya tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non
tes yaitu dengan menggunakan angket, observasi, dan wawancara
1. Angket
Angket digunakan untuk mengukur sikap peduli lingkungan siswa.
Angket dipilih dengan maksud supaya sikap peduli lingkungan siswa
dapat diukur lebih pasti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiono
(2013 : 199) yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan
menggunakan angket ini merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila penelitu tahu dengan pasti variabel yang akan diukur.
Angket ini terdiri dari 16 pernyataan positif dan 16 pernyataan negatif.
Data oleh angket ini akan diambil pada setiap akhir siklus
pembelajaran.
2. Observasi
Observasi ini dilakukan terhadap guru berupa tanggapan akan
keterlaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM). Teknik pengumpulan observasi ini termasuk kedalam observasi
terstruktur, yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya (Sugiono,
2013 :205). Observasi ini dibuat dalam bentuk cheklist. Jadi dalam
pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist pada kolom yang
3. Wawancara
Wawancara ini dilakukan terhadap siswa beserta guru mata
pelajaran di sekolah yang dijadikan penelitian. Wawancara ini bersifat
wawancara tidak terstruktur. Hal ini dilakukan agar peneliti
mendapatkan informasi secara lebih mendalam. Dalam wawancara
tidak terstruktur peneliti belum mengetahui secara pasti data apa saja
yang akan diperoleh, setiap jawaban yang diceritakan oleh responden
dianalisis dan peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya (Sugiono, 2013 : 198).
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Teknik pengolahan data dan analisis data yang digunakan
disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh. Berikut teknik pengolahan
data yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan adalah salah satu yang terpenting dalam
melaksanakan penelitian ini yang dibuat sedemikian rupa oleh peneliti
untuk memperolah data selama melakukan pengamatan di lapangan.
Format catatan lapangan terdiri atas bagaimana keterlaksanaan kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas, sampai kepada bagaimana interaksi
antara guru dan siswa, serta masukan dari guru mitra selama penelitian
di laksanakan.
2. Angket
Dalam mengukur sikap peduli lingkungan siswa digunakan angket.
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan
skala bertingkat atau rating scale. Adapun menurut Pangabean (1996 :
76) teknik pengolahan data menggunakan skala bertingkat dapat
Andri Purnama Jaelani, 2013
a) Menentukan skor untuk setiap skala sikap terhadap sains. Adapun
kriteria skor untuk setiap skala terhadap sains sikap diantaranya
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Skor Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan
Skala Sikap Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Biasa 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
b) Menghitung total skor yang diperoleh siswa.
c) Menentukan nilai dan kriteria sikap siswa terhadap sains yang
didapatkan
1) Nilai satu (1), apabila skor siswa lebih besar dari skor rata-rata.
Siswa yang memiliki nilai satu (1) dianggap memiliki sikap
positif terhadap sains.
2) Nilai nol (0), apabila skor siswa lebih kecil dari skor rata-rata.
Siswa yang memiliki nilai nol (0) dianggap memiliki sikap yang
negatif terhadap sains.
Adapun format penilaian sikap siswa terhadap sains sebagai berikut
Tabel 3.4 Contoh Pengolahan Data Sikap Peduli Lingkungan Siswa
No. Nama Siswa
Pernyataan ke -
Total Skor Nilai Kriteria 1 2 3 ..
Rata-rata
Untuk menentukan sikap peduli lingkungan siswa berdasarkan komponennya
maka digunakan cara seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.5 Contoh Pengolahan Data Sikap Peduli LingkunganUntuk Setiap
Komponen
No. Aspek Peduli Lingkungan
Skor Aktual
Skor Ideal
Persentase Kriteria
1. Sikap peserta didik
terhadap
kebersihan
lingkungan
Andri Purnama Jaelani, 2013 2. Sikap peserta didik
terhadap
kebersihan
lingkungan rumah
dan tempat
bermain.
3. Sikap peserta didik
dalam menghadapi
dampak dari
perkembangan
sains dan teknologi
terhadap
masyarakat.
Presentase =
Setelah dimasukkan kedalam formulasi tersebut, selanjutnya
menginterpretasikan nilai yang didapatkan kedalam tabel berikut ini :
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Komponen Sikap Peduli Lingkungan
Persentase Kriteria
80% - 100% Baik Sekali
66% - 79% Baik
56% - 65% Cukup
40% - 55% Kurang Baik
30% - 39% Tidak Baik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian yang telah
dilakukan dan merekomendasikan terhadap berbagai pihak mengenai hasil yang telah
dicapai baik dari sekolah, guru, siswa, amupun peneliti sendiri. Adapun kesimpulan
dan hasil rekomendasinya adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Penerapan model sains, teknologi, dan masyarakat dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan kepedulian siswa terhadap
lingkungan di Kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Pertama,dengan diterapkannya model sains teknologi dan
masyarakat pada pemebelajaran IPS sebagai upaya peningkatan kepedulian
siswa terhadap lingkungan membuat siswa lebih peduli terhdadap kelestarian
lingkungannya. Tidak hanya itu dengan model pembelajaran sains teknologi
dan masyarakat (STM), siswa lebih paham mengenai fenomena-fenomena
yang terjadi saat ini pada lingkungan. Hal ini terjadi tidak lepas dari tahapan
penyusunan silabus dan RPP yang tepat agar memungkinkan pelaksanaan
PTK ini. Setelah penyusunan silabus dan RPP ini peneliti bersama guru mitra
menentukan isu-isu seputar kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan
sekitar siswa yaitu di Kota Bandung dan sesuai dengan materi yang akan
disajikan. Selanjutnya siswa diminta menganalisis mengenai wilayah-wilayah
Andri Purnama Jaelani, 2013
membimbing siswa agar siswa tahu juga mengenai akibat dari kerusakan
lingkungan itu dan bagaimana cara menanggulanginya. Dengan pembelajaran
yang disusun sedemikian rupa, media pembelajaran yang mudah dicerna
siswa, siswa menjadi lebih paham tentang konsep-konsep lingkungan. Dengan
begitu siswa akan lebih peduli terhadap lingkungannya.
Selanjutnya, peneliti menyusun angket untuk melihat perkembangan
sikap siswa terhadap lingkungan sebagai alat yang memudahkan peneliti agar
mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
dilakukan agar dapat mengkonversi capaian-capaian yang dilakukan siswa
menjadi suatu nilai dan juga agar memudahkan peneliti melihat
perkembangan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan melalui model
pembelajaran sains, teknologi, dan masyarakat (STM) dalam pembelajaran
IPS. Angket ini diisi siswa setiap setelah melaksanakan pembelajaran di akhir
siklus.
Kedua, kendala-kendala dalam proses peningkatan kepedulian siswa
terhadap lingkungan melalui pembelajaran IPS dengan menggunakan model
STM di kelas VIII-9 SMPN 1 Bandung. Dlam penelitian ini ditemukan
kendala-kendala dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mereka belum
terbiasa dengan model STM, dimana harus bisa menyambungkan antara sains,
teknologi, dan dampak terhadap kehidupan di masyarakat. Tetapi dengan
seringnya guru menerapkan konsep ekoliterasi siswa menjadi lebih paham
dengan konsep-konsep lingkungan.
Kendapa-kendala tersebut dapat diatasi dengan menanyangkan
video-video atau gambar-gambar mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar siswa atau di Kota Bandung. Dengan mengaitkan
fenomena kerusakan lingkungan yang telah dipahami siswa guru
mengaitkannya dengan sains, teknologi, dan masyarakat. Dengan ini dari hari
terhadap lingkungannya. Semoga dengan ini siswa semakin peduli dengan
lingkungannya dan tetap menjaga kelestarian lingkungannya.
Ketiga, setelah di terapkannya model pembelajaran sains, teknologi,
dan masyarakat (STM) pada pembelajaran ips sebagai upaya peningkatan
kepedulian siswa terhadap lingkungan terjadi perubahan signifikan pada sikap
kepedulian siswa terhadap lingkungan dan pengetahuan mengenai
konsep-konsep lingkungan. Hal ini terjadi karena selama ini pembelajaran IPS hanya
terpaku pada buku teks saja. Siswa hanya dibekali pengetahuan-pengetahuan
saja, tidak diberikan contoh-contoh fenomena-fenomena yang terjadi pada
lingkungan sekitar siswa. Hal ini membuat siswa bosan dan tidak ada antusias
dalam mempelajari pelajaran IPS terutama dalam materi lingkungan, padahal
materi tentang lingkungan penting sekali di bahas di dalam kelas karena
pengetahuan ini berguna juga untuk kehidupan siswa di masa yang akan
datang.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian dalam
menerapkan model sains, teknologi, dan masyarakat (STM) dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan kepedulian siswa terhadap
lingkungan, berikut saran bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian
ini yang ditunjukan untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap dengan menerapkan
konsep-konsep lingkungan dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan
Andri Purnama Jaelani, 2013
sekolah harus mengembangkan konsep-konsep lingkungan pada para
siswa dan guru-guru, sebagai upaya pencegahan kerusakan lingkungan
disekitar sekolah. Pihak sekolah mendukung dan memotivasi para
guru-guru untuk terus memberikan pengetahuan-pengetahuannya
tentang lingkungan kepada siswa karena ini akan berguna bagi
kehidupan siswa di masa yang akan datang.
2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap menjadi
masukan pada guru-guru untuk melakukan variasi menggunakan
model-model pembelajaran agar pembelajaran IPS di dalam kelas
menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Karena peneliti
menyadari bahwa guru bukan hanya sebagai sumber informasi, namun
sebagai fasilitator, dan motivator bagi siswa di dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi siswa, dengan adanya penelitian mengenai penerapan model sain,
teknologi, dan masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPS sebagai
upaya peningkatan kepedulian siswa terhadap lingkungan,
memberikan kesempatan pada siswa untuk menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang meraka
dapat pada saat pembelajaran IPS. Selain itu, siswa diharapkan
mengimpelementasikan kebiasaannya dalam hal menjaga lingkungan
di sekolah atau dimanapun mereka berada, seperti halnya hemat
menggunakan energy listrik ataupun air, membawa pelastik sendiri
ketika berbelanja, menggunakan kendaraan umum, memilah-milah
sampah antara organik dan anorganik, serta menghemat dalam
menggunakan kertas, dan merubah kebiasaan buruk merusak
lingkungan, menjadi kebiaasaan menjaga lingkungan untuk
emnciptakan kehidupan yang berkelanjutan.
4. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi inspirasi tersendiri, hasil
sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai penerapan
model sains, teknologi, dan masyarakat (STM) dalam pembelajaran
IPS dalam upaya peningkatan kepedulian siswa terhadap lingkungan
pada cluster yang berbeda agar memperoleh penelitian yang lebih
sempurna.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan.
Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan
di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam
meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan melalui pembelajaran
Andri Purnama Jaelani, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Del Rosario, Bernadete I. (2009). “Science, Technology, Society and Environment
(STSE) Approach in EnvironmentalScience for Nonscience Students in Local
Culture”. Liceo Journal of Higher Education Research.6, (1), 269-283.
Goleman, Daniel. (2012). Eco Literate (How Educators Are Cultivating Emotional,
Social, and Ecological Intelligence). San Fransisco: Jossey-Bass.
Hakim, Nurlaeli. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana
pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Hopkins, David. (2011). Panduang Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Irwan Djaman, Z. (2010). Prinsip-Prinsip Ekologi (Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Islamiyah, Mufarohatul. (2008). Penerapan Pendekatan Salingtemas (Sains,
Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) Melalui TPS (Think-Pair-Share)
Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3 SMA Negeri
1 Pacitan Lamongan. Skripsi Sarjana pada Universitas Negeri Malang : tidak
diterbitkan.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindkan Kelas Sebagai
Madya, Suwarsih. (2011). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: CV.
Alfabeta
Poedjiadi, Anna. (2007). Sains Teknologi Masyarakat: Metode Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Rusbiantoro, Dadang. (2008). Global Warming For Beginner. Yogyakarta: O2.
Saifuddin, Anwar. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta:
PT. Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: konsep dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sapriya, Nurdin, & Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV Yasindo
Multi Aspek.
Stone, K. Michael. and Barlow, Zenobia. (2005). Ecological Literacy (Educating Our
Children for a Sustainable World). San Fransisco: Sierra Club Books
Sumaatmadja. (1989). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: PT Alumni.
Uno, Hamza. (2011). Belajar dengan Pendekatan: Pembelajaran Aktif Inovatif
Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahab, Abdul. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar: Ilmu Pengetahuan
Andri Purnama Jaelani, 2013
Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Yager. (1991). The Constructivist Learning Model : Towards Real Reform in Science
Education. North Washington Boulevard Arlington : National Science
Teachers Association.
Yager, R dan Akcay. H. (2009). Science, Technology, Society and Environment
(STSE) Approach in Environmental Science for Nonscience Students in Local Culture”. Vol. 6, no. 1 tahun 2009.
Yager, R. dan Akcay, H. (2010). “The Impact of a Science/Technology/Society
Teaching Approach on Student Learning in Five Domains”. Journal Science
Education Technology. 19, 602-611.