iv
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP LARVA Aedes sp
Maria Alfiani K., 2016; Pembimbing 1 : Prof.Dr.Susy Tjahjani, dr., M.kes Pembimbing 2 : Johan Lucianus, dr., M.Kes.
Demam berdarah endemis di Negara tropis dan sub tropis dengan kepadatan penduduk tinggi seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan virus dengue melalui cucukan nyamuk Aedes sp. Sampai saat ini belum di temukan vaksin maupun obat yang dapat mencegah atau mengobati penyakit DBD, hanya simptomatis dan supportif. Selain DBD nyamuk Aedes berperan dalam penyebaran berbagai penyakit seperti zika, yellow fever, chikungunya, dan fillariasis. Tingginya kematian dan kesakitan DBD menyadarkan pentingnya upaya pencegahan untuk menurunkan angka penderita DBD, metode yang paling efektif yaitu dengan memutus siklus hidup vektor penyakitnya, namun penggunaan larvisida sintetis(temefos) yang beredar di masyarakat telah memicu resistensi dan banyak efek samping, Hal ini mendorong peneliti untuk menemukan biolarvisida ramah lingkungan dan sedikit efek samping yang dapat diterapkan di masyarakat dengan infusa daun jeruk nipis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek larvisida infusa daun jeruk nipis terhadap larva aedes sp serta efektivitasnya dengan temefos.
Desain penelitian laboratorium sungguhan rancangan acak lengkap bersifat komparatif. Infusa daun jeruk nipis (IDJN) konsentrasi 20%, 10%, 5%, 2,5%, temefos 0,01%, dan akuades masing-masing 100ml diuji terhadap 30 larva Aedes sp dengan 4 ulangan. Perhitungan jumlah larva mati selama perlakuan 24 jam.
Hasil ANAVA menunjukan minimal ada 1 pasang kelompok yang berbeda secara bermakna, dengan uji LSD(α= 0,05) menunjukan IDJN konsentrasi 20%, 10%,dan 5% menunjukan berbeda secara signifikan dengan kontrol (-), sedangkan 2,5% tidak berbeda signifikan dengan kontrol (-), dan konsentrasi 20% tidak berbeda secara signifikan dengan temefos 0,01%.
Simpulan penelitian yaitu Infusa daun jeruk nipis konsentrasi 5%, 10%, dan 20% merupakan konsentrasi yang dapat digunakan untuk pengendalian larva Aedes sp dan konsentrasi 20% memiliki efektivitas setara temefos 0,01%, sedangkan pada konsentrasi yang lebih rendah 2,5% tidak berefek larvisida.
v
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
LARVICIDES EFFECT OF LIME LEAVES (Citrus aurantifolia) INFUSION TOWARD LARVAE OF Aedes sp
Maria Alfiani K., 2016, 1st Tutor : Prof.Dr.Susy Tjahjani, dr., M.kes. 2nd Tutor : Johan Lucianus, dr., M.Kes.
Dengue fever is endemic in tropical and sub-tropical countries with high population such as Indonesia. The disease is caused by dengue virus via Aedes sp. Until now dengue fever wasn’t vaccine or medicine that can prevent it, beside DHF Aedes role in the spread of various diseases such as zika, yellow fever, chikungunya, and fillariasis. The high morbidity and mortality DHF realize the importance of prevention to reduce dengue fever patients, the most effective method is to break the life cycle of the vector, but using of larvicide synthetic (temefos) in the community has triggered resistance and many side effects, It is encouraging researchers to find environmentally friendly biolarvisida and fewer side effects that can be applied in communities with lime leaves infuse.
The study aims to determine the effect of lime leaves infuse larvicide against Aedes sp larvae and effectiveness with temefos.
This research is real laboratory with comparative randomized complete design. Infuse lime leaves (IDJN) concentration of 20%, 10%, 5%, 2.5%, 0.01% temefos, and aquadest were tested against 30 larvae of Aedes sp in 100ml, with four replications. The result is total calculation of died larva 24-hour’s treatment.
ANOVA’s results showed there are at least one pair of different groups significantly, with LSD (� = 0,05) showed IDJN concentration of 20%, 10%, and 5% showed significantly different from the control (-), 2.5% didn’t differ significantly from the control (-), and 20% concentrations didn’t differ significantly with temefos 0.01%.
The conclusions of research that lime leaves infuse concentration of 5%, 10%, and 20% is the concentration that can be used to control Aedes sp and a concentration of 20% has a similar effectiveness temefos 0.01%, whereas at lower concentrations 2.5% no larvicidal effect.
vi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
vii
2.3.1.1 Epidemiologi ... 10
2.3.1.2 Etiologi dan Penularan ... 12
2.3.1.3 Manifestasi Klinik dan Klasifikasi ... 13
2.3.2 Yellow Fever ... 13
2.3.2.1 Epidemiologi Yellow Fever ... 13
2.3.2.2 Etiologi dan Penularan ... 13
2.3.2.2 Manifestasi Klinik ... 14
2.3.3 Chikungunya ... 15
2.3.3.1 Epidemiologi Chikungunya ... 15
2.3.3.2 Etiologi dan Penularan ... 15
2.3.3.3 Manifestasi Klinik ... 16
2.3.4 Zika ... 17
2.3.4.1 Epidemiologi Zika ... 17
2.3.4.2 Etiologi dan Penularan ... 18
2.3.4.3 Manifestasi Klinik ... 19
2.3.5 Filariasis ... 20
2.3.5.1 Epidemiologi Filariasis ... 20
2.3.5.2 Etiologi dan Penularan ... 20
2.3.5.3 Manifestasi Klinik ... 21
2.4 Pencegahan dan Pengendalian Vektor Penyakit ... 21
2.5 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ... 22
2.5.1 Taksonomi ... 22
2.5.2 Morfologi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ... 22
viii
Universitas Kristen Maranatha
(Citrus aurantifolia) ... 23
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 25
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 30
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1. Simpulan ... 34
5.1.1 Simpulan Umum ... 34
ix
Universitas Kristen Maranatha
5.2. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN ... 38
x
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi DBD Menurut WHO 2011 ... 12
4.1 Hasil penelitian jumlah larva mati selama 24 jam ... 30
xi
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Nyamuk Betina Dewasa Aedes sp... 8
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Pembuatan Infusa Daun Jeruk Nipis Dan Perhitungan
Konsentrasi ... 39
2 Analisis Statistik Hasil Percobaan ... 41
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Demam berdarah merupakan penyakit yang banyak terjadi di Negara tropis dan
sub tropis dengan kepadatan penduduk yang tinggi seperti Indonesia. (Aryu
candra, 2010 ; Depkes, 2010 ; Suroso, 1996).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI (2015) menyampaikan bahwa “Pada Tahun 2014 tercatat 71.668 menderita DBD dengan 641 diantaranya meninggal dunia di 34 provinsi Indonesia. Angka tersebut lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita 112.511 dengan 871 penderita meninggal dunia.” (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dengan parasit nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor penularannya. Penularan dapat
terjadi dari penderita ke orang yang sehat melalui cucukan nyamuk yang telah
infektif. Sampai saat ini belum di temukan adanya vaksin maupun obat yang dapat
mencegah atau mengobati penyakit DBD, pengobatan hanya bersifat simptomatis
dan supportif. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015), selain DBD
nyamuk aedes juga berperan dalam menyebarkan berbagai penyakit seperti
filariasis, chikungunya, zika, dan yellow fever.
Hingga saat ini DBD merupakan masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, hal ini menyadarkan
pentingnya upaya pencegahan untuk menurunkan angka penderita DBD serta
mencegah berbagai penyakit lain yang dapat disebarkan melalui vektor aedes sp.
2
Universitas Kristen Maranatha membunuh jentik-jentiknya yang biasa hidup di bak air atau tempat-tempat yang
sering digunakan untuk menampung air (Setyaningrum dalam putra et al, 2013).
Temefos merupakan larvisida sintetis yang telah beredar dan di gunakan oleh
masyarakat Indonesia lebih dari 32 tahun, namun penggunaannya yang
berlebihan dan terus-menerus dapat memicu resistensi larva (Intan et al, 2009).
Selain itu penggunaan insektisida sintetis juga banyak menimbulkan efek samping
yang merugikan seperti terjadinya keracunan pada manusia dan hewan ternak,
kontaminasi terhadap kebun sayur dan buah, serta menimbulkan polusi terhadap
lingkungan (Wakhyulianto dalam Putra et al, 2013).
Hal ini mendorong berbagai penelitian untuk menemukan larvisida alami yang
lebih ramah lingkungan dan sedikit efek samping dalam pengendalian larva Aedes
sp.Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai larvisida nabati adalah daun
jeruk nipis (Citnrs Aurantifulia). Dalam penelitian ini digunakan infusa daun jeruk
nipis karena tanaman ini yang mudah ditemukan dan cara pembuatan infusa yang
mudah diterapkan di masyarakat.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fajrin (2015) mengatakan bahwa
konsentrasi infusa daun jeruk nipis 11,6% dapat membunuh 50% dari 30 larva uji
Aedes aegypti sedangkan konsentrasi 23,5% dapat membunuh 90% dari 30 larva
uji Aedes aegypti (Fajrin, 2015). Dalam murdani (2014) menyebutkan bahwa
Jeruk nipis mengandung bahan beracun limonoida yaitu senyawa golongan
terpenoid yang berfungsi sebagai larvisida. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infusa daun jeruk nipis terhadap
larva Aedes aegypti sebagai biolarvasida alternatif yang dapat digunakan di
masyarakat (Murdani, 2014).
1.2 Identifikasi masalah
Apa efek larvisida infusa daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap larva Aedes sp
3
Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud dan Tujuan penelitian.
1.3.1 Maksud penelitian
Maksud penelitian ini adalah menambah wawasan tentang larvisida
nabati yang efektif untuk larva Aedes sp.
1.3.2 Tujuan penelitian
Mengetahui efek larvisida infusa daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap larva Aedes sp.
Mengetahui efektivitas infusa daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang setara dengan temefos 0,01%.
1.4Manfaat penelitian.
Manfaat akademis : Menambah pengetahuan tentang larvisida nabati. Manfaat praktis : Menambah wawasan masyarakat tentang larvisida
alternative yang dapat digunakan untuk pengendalian vektor penyakit.
1.5Kerangka pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka pemikiran
Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung bahan aktif
limonoida yang bekerja sebagai biolarvisida.(Murdani, 2014 ; Wati, 2010).
Limonoida bersifat racun perut yang masuk ke dalam tubuh larva melalui
4
Universitas Kristen Maranatha (antifeedant) dan mempengaruhi fungsi saraf larva yang mengakibatkan
kejang. Selain itu limonoida dapat masuk ke tubuh larva dengan cara
osmosis ke sel-sel epidermis kulit larva sehingga menghambat pembelahan
dalam proses pergantian kulit. (purwanti dalam Wati, 2010)
Temefos merupakan insektisida sintetik golongan organofosfat yang
menghambat kerja enzim asetilkolinesterase, merupakan enzim pengurai
asetilkolin (neurotransmitter dalam hantaran impuls sel saraf) sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi membrane neuron, mengakibatkan kejang
dan kematian.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Infusa daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mempunyai efek larvisida terhadap larva Aedes sp
34 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Simpulan Umum
Infusa daun jeruk nipis mempunyai efek larvisida terhadap Aedes sp dan
mempunyai efektivitas setara temefos 0,01%.
5.1.2 Simpulan Khusus
Infusa daun jeruk nipis konsentrasi 5%, 10%, dan 20% merupakan konsentrasi
yang dapat digunakan untuk pengendalian larva Aedes sp dan konsentrasi 20%
memiliki efektivitas setara temefos 0,01%, sedangkan pada konsentrasi yang lebih
rendah 2,5% tidak berefek larvisida.
5.2 Saran
EFEK LARVISIDA INFUSA DAUN JERUK NIPIS
(Citrus aurantifolia) TERHADAP LARVA Aedes sp
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran.
MARIA ALFIANI KUSNOWATI
1310115
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul : Efek Larvisida Infusa Daun Jeruk Nipis Terhadap Larva Aedes sp
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha Bandung. Dalam melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis
ilmiah ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Dr.Susy Tjahjani, dr.M.Kes., selaku dosen pembimbing utama yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberi bimbingan,
nasihat dan saran dengan sabar selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Johan Lucianus, dr. M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberi bimbingan, nasihat dan
saran dengan sabar selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Kedua orangtua saya Bapak Kusno dan Ibu Srodjawati yang selalu
memberikan doa, serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Pak Samuel selaku petugas di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha Bandung yang telah memberi banyak bantuan
dalam proses pelaksanaan penelitian.
5. Semua pihak dan teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha yang telah membantu dan banyak memberi dukungan dan
semangat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan, baik para peneliti, pembaca, pihak fakultas, penulis sendiri, dan
Penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar kelak dapat dilakukan
penelitian yang lebih baik.
Bandung, November 2016
35
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto H, Y. S. (2014). Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix), Jeruk Limau (Citrus amblycarpa), dan Jeruk Bali (Citrus maxima) Terhadap Larva Aedes sp. Dipetik januari 12, 2016, dari Badan litbangkes kemenkes RI: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/3516
Bmj. (2016). Yellow Fever. Dipetik November 8, 2016, dari
http://bestpractice.bmj.-com/bestpractice/monograph/906/basics/epidemiology.html
Boekoesoe L, J. H. (2015). Pembuatan Larvisida Dari Daun Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Sebagai Pengganti Bubuk Abate. Diambil kembali dari http://repository.ung.ac.id/abdi/show/1/75/pembuatan-larvasida-dari-daun-jeruk-nipis-citrus-aurantifolia-sebagai-pengganti-bubuk-abate.html
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko Penularan. Dipetik januari 2016, dari
http://ejournal.litbang.depkes.-go.id/index.php/aspirator/article/download/2951/2136
CRCC. (2014). jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Dipetik oktober 2016, dari http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=183
Depkes. (2010). Buletin jendela epidemiologi volume 2. Diambil kembali dari www.depkes.go.id/down-load.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-dbd.pdf
Fajrin, Z. (2015). Uji Larvasida Infusa Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Larva Aedes aegypti di Labolatorium. Diambil kembali dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=84656&mod=p enelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
Gandhahusada, S., D, H., & P, W. (1998). Parasitologi Kedokteran (3 ed.). Jakarta: FKUI.
Harold, W. B. (1983). Dasar Parasitologi Klinis (3 ed.). Jakarta: Gramedia.
36
Intan, A., Sita, A., Resti, R., & nova, H. (2009). Status kerentanan Aedes sp (Diptera culicidae) pada tahun 2006-2007 terhadap malation di bandung, jakarta, surabaya, palembang, dan palu. Dipetik januari 2016, dari http://journal.bio.unsoed.ac.id/index.php/biosfera/article/viewFile/119/80
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Mengenal Penyakit Yellow fever. Dipetik november 8, 2016, dari http://kespel.depkes.go.id/news/news-_public/detail/39
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Dipetik november 2016, dari http://www.indonesianpublichealth-.com/pedoman-pengendalian-demam-chikungunya/
Kemkes RI. (2015, Januari 8). DEMAM BERDARAH BIASANYA MULAI MENINGKAT
DI JANUARI. Diambil kembali dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: http://www.depkes.go.id/article/print/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html
Kinanda, M. (2013). Efek ekstrak etanol daun jeruk nipis sebagai larvisida. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Masrizal. (2013). Penyakit filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 33-37.
Murdani, R. (2014). Keefektivan Daya Bunuh Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti Instar III.
Dipetik november 2016, dari
http://eprints.ums.ac.id/29078/10/02._NASKAH-_PUBLIKASI.pdf
Petersen, L., Denise, J., Ann, M., & Margaret, A. (2016). Zika Virus. The New England Journal Of Medicine , 1552-1563.
Purwanti, M. (2010). Efek Larvisida Infusa Batang Serai (Andropogon nardus L.) terhadap Aedes sp. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Putra, S., & Khayan. (2013). Pengaruh Larvisida Nabati Ekstrak Jeruk Nipis dan Serai Wangi Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Jurnal ILMU KESEHATAN , 248-252.
Soedarto. (1990). Entomologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
37
Syam, A. (2016). Perbedaan Virus Zika & DBD, Komplikasi, dan Cara Penularannya. Dipetik november 2016, dari http://www.kompasiana.com/doktorari/perbedaan-virus-zika-dbd-komplikasi-dan-cara-penularannya_57cc053ff87a617d4e7bbb46
Turagan, L. (2016). Begini Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti. Dipetik
november 2016, dari
http://health.kompas.com/read/2016/02/04/155700723/Begini.Siklus.-Hidup.Nyamuk.Aedes.Aegypti.Penyebar.DBD
Wati, A. (2010). Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk Manis (Citrus aurantinum sub spesies sinensis) Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes aegypti Instar III In Vitro. Diambil kembali dari http:digilib.uns.ac.id
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wiguna, C. (2015). Pencegahan Demam Berdarah Melalui Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dipetik oktober 2016, dari
http://duniaiptek.com/pencegahan-demam-berdarah-melalui-metode-pemberantasan-sarang-nyamuk-psn/