• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LANGKAH KERJA MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK : Studi Quasi Eksperimen di SMK Merdeka Soreang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LANGKAH KERJA MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK : Studi Quasi Eksperimen di SMK Merdeka Soreang."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Lucky Adya Pratama, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LANGKAH

KERJA MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK

( Studi Quasi Eksperimen di SMK Merdeka Soreang )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

Oleh

Lucky Adya Pratama

0605736

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Lucky Adya Pratama, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

LUCKY ADYA PRATAMA (0605736)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LANGKAH KERJA DALAM

MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd. NIP. 19490427 197603 1 001

Pembimbing II

Asep Hadian Sasmita, S.Pd., M.Pd. NIP. 19800313 200604 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

(3)

Lucky Adya Pratama, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LANGKAH KERJA

MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK

(Studi Quasi Eksperimen di SMK Merdeka Soreang)

Oleh :

Lucky Adya Pratama 0605736

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

© Lucky Adya Pratama 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Lucky Adya Pratama, 2013

ABSTRAK

LUCKY ADYA PRATAMA. E.0551.0605736 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP LANGKAH KERJA MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT SISWA DI SMK

( Studi Quasi Eksperimen di SMK Merdeka Soreang )

Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa perumusan masalah diantaranya: (1) Bagaimana langkah-langkah pembelajaran pada penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa di SMK?; (2) Bagaimana peningkatan penguasaan siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri?. Permasalahan dalam penelitian ini bermula dari adanya hasil belajar siswa yang masih berada dalam kategori dibawah KKM sesuai dengan ketentuan sekolah. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini Untuk memperoleh rumusan mengenai langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa di SMK dan Untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa dengan mengunakan model pembelajaran inkuiri di SMK. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Experimental Design. Tipe kuasi eksperimen yang digunakan adalah Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatan penguasaan konsep langkah kerja siswa lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional hal tersebut di dapat dari data hasil pre-test dan post-testkelas kontrol dan kelas eksperimen.

(5)

Lucky Adya Pratama, 2013

ABSTRACT

LUCKY ADYA PRATAMA. E.0551.0605736 INQUIRY LEARNING MODEL STEPS IN IMPROVING THE CONCEPT MASTERY OF

STUDENTS IN OPERATION LATHE SMK

(Quasi-Experimental Study in SMK Merdeka Soreang)

The research was motivated by a formulation of the problem including: (1) How does learning steps in the implementation of inquiry learning model in improving the mastery of the concept of working steps to operate the lathe in vocational students?; (2) How to increase student mastery using inquiry learning model? . Problems in this study stems from the learning outcomes of students who are still in the category below in accordance with the provisions of KKM school. The purpose of this study was to obtain the formulation of the implementation steps of inquiry learning model in improving the mastery of the concept of working steps to operate the lathe in vocational students and to get a picture of increasing student mastery of concepts by using the inquiry learning model in the SMK. The research method in this study uses a quantitative approach to the method of Quasi-Experimental Design. Quasi-experimental type used is Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design. The results showed that the model of inquiry learning can improve students' mastery of the concept of working steps is better than that using conventional learning that the data obtained from the pre-test and post-test control class and the experimental class.

(6)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN A Data Awal Penelitian ... 55

B Silabus ... 59

C Instrumen ... 65

D Uji Instrumen ... 70

E Uji Hipotesis ... 74

F Dokumentasi ... 83

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Jumlah Siswa Dalam Penacapaian Kompetensi pada Mata Pelajaran

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut ... 2

2.1 Tahapan Pembelajaran inkuiri... 15

3.1 Metode Penelitian Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design ... 29

3.2 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35

3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 36

3.4 Harga-harga untuk uji Bartlett ... 37

3.5 Tabel persiapan untuk uji normalitas ... 38

3.6 Uji Normalitas Data Konsep Langkah Kerja ... 39

3.7 Persiapan Uji t-test ... 41

4.1 Data Hasil Tes SiswaKelas Kontrol ... 43

4.2 Data Hasil Tes SiswaKelas Eksperimen ... 43

4.3 Data Hasil Tes Perhitungan N-gain... 46

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1 Data awal penelitian ... 55

A.2 Data nilai sementara pemesinan kelas XI TPM-1 ... 56

A.3 Data nilai sementara pemesinan kelas XI TPM-2 ... 57

A.4 Data nilai sementara pemesinan kelas XI TPM-3 ... 58

B.1 Silabus ... 59

B.2 Rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) Inkuiri... 61

B.3 Rencana pelaksanaan Pengajaran (RPP) Konvesional ... 63

C.1 Kisi-kisi instrumen ... 65

C.2 Instrumen ... 66

D.1 Uji Validitas ... 70

D.2 Uji Reabilitas ... 71

D.3 Lembar judgment... 72

E.1 Data pre-test, post-test dan n-gain ... 74

E.2 Uji Homogenitas ... 75

E.3 Uji Normalitas ... 77

E.4 Uji Hipotesis ... 79

E.5 Tabel Statistik ... 80

F.1 Foto ... 81

F.2 Daftar Siswa ... 83

(11)

Lucky Adya Pratama, 2013

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia menuntut bangsa kita untuk selalu dapat mengikuti setiap perkembanganya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa. Peningkatan mutu pendidikan berarti meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dan handal. Sumber daya manusia tersebut dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha dan dunia industri, khususnya dalam menghadapi

Asean Free Trade Area (AFTA) 2015. Oleh karena itu, peran pendidikan khususnya pendidikan kejuruan sangatlah diperlukan dalam upaya menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa untuk menghadapi berbagai tantangan di masa sekarang dan yang akan datang.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ialah dengan membuat perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan perubahan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output, dengan penekanan pada keterampilan produktif yang memerlukan jumlah jam pelajaran yang lebih panjang, dari 42 jam menuju 48 jam/minggu, hal tersebut tercantum pada Pengembangan Kurikulum 2013. Dalam pengembangan kurikulum 2013, SMK ditantang untuk menyiapkan tenaga terampil menengah sebagai sumber daya manusia pendukung industri Indonesia yang competitive, salah satunya yaitu dengan meningkatkan penguasaan pada kompetensi keahlian produktif.

(12)

2

Lucky Adya Pratama, 2013

menjadi hambatan untuk siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkannya. Selain itu, pemilihan model pembelajaran oleh guru juga menentukan dalam pencapaian kompetensi siswa. Ketidak tepatan dalam memilih model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama, bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan karena terbatas oleh kalender pendidikan sekolah. Hambatan seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran praktikum di SMK-SMK.

Hasil penelitian pendahuluan di SMK Merdeka Soreang dengan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan menunjukan bahwa siswa kelas XI pada kompetensi dasar mengoprasikan mesin bubut masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai standar kompetensi minimal yaitu 7,0 dari skala 10,0. Berikut data hasil penelitian pendahuluan,

Tabel 1.1 Data Jumlah Siswa Dalam Pencapaian Kompetensi pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

No Kelas Persentase jumlah siswa

< 7,0 >7,0

1 XI TPM 1 46 54

2 XI TPM 2 47 53

3 XI TPM 3 47 53

(Guru Mata Pelajaran Teknik Pemesinan Lanjut, 2012) Hasil observasi awal dan wawancara dengan guru dari SMK Merdeka Soreang, didapatkan fakta bahwa siswa yang belum mencapai standar kompetensi minimal tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: penguasaan pengetahuan yang kurang, pengetahuan konsep langkah kerja yang kurang, prosedur kerja yang kurang dipahami, motivasi kurang, tidak percaya diri dan siswa kurang aktif dalam mencari materi selain yang diberikan oleh guru.

(13)

3

Lucky Adya Pratama, 2013

mengulang-ulang proses praktikum sehingga tidak semua kompetensi dapat tercapai dengan baik dikarenakan waktu pembelajaran yang habis dipakai mengulang-ulang proses praktikum. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri yang perlu untuk diselesaikan.

Model pembelajaran yang bisa meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja dengan waktu pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Untuk meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut sesuai kurikulum 2013 peneliti menerapkan model pembelajaran inkuiri.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

(14)

4

Lucky Adya Pratama, 2013

sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Bertolak dari permasalahan yang ada, maka peneliti bermaksud untuk meneliti apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut, dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini dilakukan (konvensional). Penelitian ini dirasa perlu dilakukan karena selain belum ada penelitian sejenis terutama untuk mata pelajaran praktikum, penelitian ini juga akan bermanfaat bagi guru di SMK dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelasnya.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Dengan model pembelajaran konvensional yang dilaksanakan selama ini, siswa kurang menguasai konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut. 2. Kurang dikuasainya konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut

menyebabkan siswa mengalami kegagalan dalam praktikum, kegagalan tersebut mengakibatkan pemborosan waktu karena siswa harus mengulang praktikum.

3. Diperlukannya model pembelajaran alternatif yang dapat meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja.

Identifikasi masalah di atas menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa di SMK?”

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(15)

5

Lucky Adya Pratama, 2013

2. Bagaimana peningkatan penguasaan siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh rumusan mengenai langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa di SMK.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan penguasaan konsep siswa dengan mengunakan model pembelajaran inkuiri di SMK.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran di pendidikan kejuruan. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu bentuk penerapan model pembelajaran yang mampu meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja siswa pada mata pelajaran produktif di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu melatih kemandirian dan keefektifan siswa dalam proses pembelajaran, terutama pada kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut dengan model inkuiri.

3. Bagi guru, bentuk penerapan model pembelajaran hasil penelitian ini dijadikan model alternatif dalam upaya mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

(16)

6

Lucky Adya Pratama, 2013

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I. PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi: Latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi Skripsi. BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kajian Pustaka berisi: teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti serta posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam sub-judul Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

BAB III. MODEL PENELITIAN

Model berisi: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, model penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi: pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi: penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian, dan saran yang ditulis setelah kesimpulan.

(17)

Lucky Adya Pratama, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK Merdeka Soreang yang bertempat Jl. Citaliktik - Sindangwargi Soreang Kab. Bandung (40911) Telp/Fax : 022 – 5896147 pada Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Alasan pemilihan SMK Merdeka Soreang sebagai lokasi penelitian adalah karena di SMK Merdeka Soreang terdapat kelas siswa Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan sesuai dengan disain penelitian ini.

2. Sampel dan Sumber Data Penelitian

Pengambilan sampel yang sesuai untuk desain penelitian ini adalah tidak secara acak sebagaimana yang disebutkan oleh Gall et al. (2003: 402): “in this

design, (non-equivalent control group desin) research participants are not randomly assigned”. Creswell juga menyebutkan bahwa: dalam rancangan ini (nonequivalent pre-test and post-test control-group design), kelompok kontrol dan eksperimen diseleksi tanpa prosedur acak(without random assigment)”.

Pemilihan subjek penelitian (siswa) yang akan dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Pemilihan subjek penelitian secara random akan berakibat pada berubahnya susunan subjek penelitian pada tiap-tiap kelas. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena susunan subjek penelitian pada tiap-tiap kelas telah dilakukan sebelumnya oleh sekolah yang bersangkutan dalam penentuan anggota rombongan belajar.

(18)

26

Lucky Adya Pratama, 2013

terhadap perbedaan peningkatan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut.

B. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap penelitian pada penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa, serta persepsi guru dan siswa tentang penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Tahap-tahap pada penelitian ini dijabarkan gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Feed back

Survey

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Memilih Metode Penelitian

Menentukan variabel dan sumber data

Menyusun dan menguji instrumen

Pelaksanaan Pre-Test

Treatment model pembelajaran inkuiri untuk kelas eksperimen

Treatment model konvensional untuk kelas kontrol

Pelaksanaan Post-test

Analisis Data

Pembahasan hasil penelitian

(19)

27

Lucky Adya Pratama, 2013

1. Survey dilakukan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang diambil adalah masalah nyata. Dalam penelitian ini, survey SMK Merdeka Soreang khususnya dengan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Studi pendahuluan dilakukan untuk lebih memperdalam permasalahan dan mencari informasi yang diperlukan sehingga didapatkan keputusan bahwa masalah perlu diteliti atau tidak.

3. Merumuskan masalah dilakukan setelah didapatkan data awal penelitian melalui studi pendahuluan, kemudian masalah-masalah yang ada tersebut diidentifikasi untuk menperjelas permasalahan.

4. Langkah selanjutnya adalah memilih metode yang sesuai dengan rumusan masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design, hal ini disebabkan rumusan masalah yang ingin mengetahui penerapan suatu treatment terhadap kelas eksperimen dan dibandingkan dengan kelas kontrol.

5. Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian dan sumber data. Variabel penelitian pada penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, dan variabel terikat yaitu konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut (Y). Keduanya diukur setelah mendapatkan

treatment model pembelajaran inkuiri. Sumber data pada penelitian ini meliputi siswa kelas eksperimen sebanyak 30 orang, siswa kelas kontrol sebanyak 30 orang, satu orang guru mata pelajaran dan seorang wakasek bid. Kurikulum.

6. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan menguji instrumen. Pada langkah ini instrumen yang disusun adalah: RPP kelas eksperimen, RPP kelas kontrol, instrumen untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep langkah kerja siswa. Pengujian instrumen dilakukan dengan uji validitas, uji reliabilitas, uji dan judgment.

(20)

28

Lucky Adya Pratama, 2013

kontrol. Aspek yang di pre-testkan adalah konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut, test kinerja untuk mengukur keterampilan dan sikap. Setelah diambil data pre-test kemudian diuji homogenitas data untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas ekperimen homogen atau tidak. Jika homogen maka penelitian quasi eksperimen bisa dilanjutkan. 8. Langkah selanjutnya adalah KBM (treatment). Untuk kelas kontrol KBM

dilakukan dengan menggunakan model konvensional, sedangkan untuk kelas eksperimen KBM menggunakan model pembelajaran inkuiri.

9. Langkah selanjutnya dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mendapat perlakuan (treatment) dengan model inkuiri untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol.

10.Tahap selanjutnya adalah analisis data. Setelah didapatkan data pre-test, post-test, data mengenai tahapan pembelajaran, serta data persepsi guru dan siswa tentang model pembelajaran inkuiri, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Pada tahap analisis data hal yang dilakukan adalah melakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, melakukan uji hipotesis data, melakukan triangulasi data sehingga didapatkan data yang kredibel.

11.Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan penelitian peneliti mencoba mencari relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang ada dan relevansinya dengan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

12.Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dan saran

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Experimental Design. Tipe kuasi eksperimen yang digunakan adalah Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design.

Rancangan metode ini menurut Creswell (2010: 242):

(21)

29

Lucky Adya Pratama, 2013

Menurut Creswell pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan tidak secara acak, kemudian pada keduanya sama-sama dilakukan pre-test dan post-test sehingga Gall menyebutkan bahwa sebenarnya metode penelitian ini mirip dengan Pre-test-Post-test Experimental Control-Group Design, hanya saja yang berbeda adalah pada proses pemilihan kelompok eksperiman dan kontrolnya saja. Gall et al. (2003: 402) menyebutkan bahwa pada

non-equivalent control-group design: “...the experimental and control groups, and both groups take a pre-test and post-test. Except for random assigment, the steps involved in this design are the same as for the pre-test-post-test experimental control-group design.”

Pada penelitian ini, akan dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama (pre-test) dilakukan terhadap kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri sedangkan kelompok kontrol menggunakan model konvensional. Pengukuran kedua dilakukan setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan (post-test),

dengan perangkat tes yang sama. Perbedaan rata-rata skor tes akhir dengan skor tes awal pada setiap kelompok dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan eksperimen menghasilkan perubahan lebih besar dari pada situasi/perlakuan kelas kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukan pada tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Metode Penelitian

Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design

Grup Pre Test Perlakuan

(Treatment) Post Test

Kontrol T1 XK T2

(22)

30

Lucky Adya Pratama, 2013

Keterangan:

T1 = Pre-test atau tes awal dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan

konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut dan kemampuan awal siswa (pada kelas kontrol dan eksperimen).

T2 = Post-test atau tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan

konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut dan kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (pada kelas kontrol dan eksperimen).

XE = Berupa model pembelajaran inkuiri yang diberikan pada kelas

eksperimen.

XK = Berupa model pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas

kontrol.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian dalam menafsirkan istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka penulis membuat beberapa penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan penelolaan kelas. Joice dan Weil dalam Trianto menyatakan bahwa: “Models of

(23)

31

Lucky Adya Pratama, 2013

mengekspresikan ide sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

.2. Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

3. Konsep Langkah Kerja Mengoprasikan Mesin Bubut

(24)

32

Lucky Adya Pratama, 2013

konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut adalah kompetensi dasar pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut siswa kelas XI di SMK Merdeka Soreang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2011:148) adalah “suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel.” Sugiyono menambahkan bahwa jumlah

instrumen tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada penelitian instrument yang diguanakan adalah : Alat tes untuk mengukur variabel penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut. Alat tes ini berupa tes tertulis pilihan ganda, digunakan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa baik itu sebelum mendapatkan treatment model pembelajaran inkuirimelalui pre-test dan setelah mendapatkan treatment model pembelajaran inkuiri melalui post-test untuk kelas eksperimen. Alat test ini juga digunakan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa kelas kontrol melalui pre-test sebelum pembelajaran konvensional dan post-test

setelah pembelajaran konvensional.

F. Proses Pengambangan Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sugiyono (2011:173) mengemukakan bahwa “valid

berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Dengan

menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid.

Validitas instrumen dibedakan oleh Sugiyono (2011:173) menjadi “validitas internal dan validitas eksternal.” Validitas internal instrumen dikembangkan

(25)

33

Lucky Adya Pratama, 2013

internal dibedakan atas validitas konstrak dan validitas isi. Validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi keduanya, sedangkan yang nontes cukup memenuhi validitas konstrak. Untuk menguji validitas konstrak (Sugiyono,

2011:177) “dapat digunakan pendapat dari ahli atau judgement experts.”

Selanjutnya dilakukan validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan setiap butir soal terhadap seluruh soal yang diberikan. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi, jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Untuk menguji validitas butir soal digunakan persamaan korelasi product moment

sebagai berikut:

Koefisien korelasi yang didapatkan kemudian dikonsultasikan dengan tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan atau tidaknya korelasi tersebut. Jika harga rhitung lebih besar dari harga kritik rtabel maka korelasi tersebut

signifikan, atau butir soal tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian selain harus valid juga harus reliabel. Instrumen yang

(26)

34

Lucky Adya Pratama, 2013

kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown untuk alat objective test penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut dan angket persepsi siswa, yaitu:

Di mana:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Setelah didapatkan harga r11 maka hasil tersebut dikonsultasikan dengan

tabel r product moment. Dengan ketentuan jika harga rhitung lebih besar dari harga

kritik rtabel maka korelasi tersebut signifikan, atau soal tersebut reliabel.

3. Uji Daya Pembeda Instrumen

Pengujian daya pembeda (DP) dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto (2003:212) bahwa ” daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Angka yang menunjukan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi terdapat nilai negatif (-). Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai.

Cara melakukan pengujian daya pembeda adalah dengan membagi dua kelompok skor atas (JA) dan bawah (JB). Selanjutnya dilakukan perhitungan

dengan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2003:213)

Di mana:

(27)

35

Lucky Adya Pratama, 2013

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Nilai D kemudian dibandingkan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini: Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda

Interval DP Kriteria

Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencobanya lagi. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (P). Arikunto (2003:213) menyebutkan:

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah.

Rumus untuk mencari indeks kesukaran (P) adalah:

(Arikunto, 2003 : 208)

Di mana:

P = indeks kesukaran

(28)

36

Lucky Adya Pratama, 2013

Kemudian nilai P dikonsultasikan dengan ketentuan berikut: Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Interval P Kriteria

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

(Sumber: Arikunto, 2010: 214)

Menurut Arikunto (2003: 214), “soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal

yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.” Namun demikian

soal yang sukar dan mudah juga bisa digunakan untuk keperluan variasi soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes, angket, wawancara dan dokumentasi.

1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut siswa pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto

(2006:223) bahwa “Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada

atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes”.

(29)

37

Lucky Adya Pratama, 2013

2. Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, L. J. (2002:161), karena alasan-alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan seperti berikut: “(1) dokumen dan record

digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong, (2)

berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.” Data dokumen yang digunakan

pada penelitian ini adalah foto-foto yang memotret langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena dengan menganalisi data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh adalah berupa nilai yang didapat dari tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data-data hasil wawancara dan dokumentasi juga akan diolah pada penelitian ini.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis statistik, maka dilakukan terlebih dahulu perhitungan statistik deskriptif dengan menggunakan harga frekuensi, standar deviasi, dan rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk membantu perhitungan/analisis data selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain), dan uji hipotesis.

1. Uji Homogenitas

(30)

38

Lucky Adya Pratama, 2013

Tabel 3.4 Harga-harga untuk Uji Bartlett Sampel Dk 1/(dk) Log (dk) Log

A B

(Sudjana, 2005: 263)

∑ ∑

B = log s2. ∑(ni - 1)

= (ln 10).(B - ∑(dk). Log

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Menurut Sugiyono (2011: 210) menyatakan bahwa:

Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.

Uji normalitas distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas dapat menggunakan aturan Sturges

dengan memperhatikan tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Tabel Persiapan Uji Normalitas

kelas Oi Bk Z Tabel Z L Ei (Oi-Ei) (Oi-Ei)2 =(Oi-Ei)2/Ei

=

∑ (Sudjana, 2005: 293)

Keterangan:

= Chi kuadrat

Oi = Frekuensi nyata

(31)

39

Lucky Adya Pratama, 2013

Data hasil uji normalitas data konsep langkah kerja mengoprasikan mesin bubut (Lampiran E.3), juga dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.6 Uji Normalitas Data Konsep Langkah Kerja Mengoprasikan Mesin Bubut

Statistik

N-gain

Eksperimen Kontrol

7,98 4,09

Dk 6-3=3

Α 0,05

7,815

Syarat atau

Kesimpulan normal Normal

3. Gain yang Dinormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post test) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 4 ke 7 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 7 ke 10 dari suatu soal dengan nilai maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 10 akan lebih berat dari pada meningkatkan 4 ke 7.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama, belum tentu memiliki N-gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi

(normalize gain).

(32)

40

Lucky Adya Pratama, 2013

perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat dihitung dengan persamaan:

(Richard R Hake, 1998: 66)

Di sini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua metode, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir,

Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g ≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g

0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang dilakukan penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Pada statistik inferensial ada dua kemungkinan penggunaan statistik, yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Jika data yang akan dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik parametrik dan jika datanya tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini, data yang didapat berdistribusi normal dan homogen, maka menggunakan statistik parametrik yaitu t-test.

(33)

41

Uji t-test di atas didasarkan pada tabel persiapan berikut ini:

Tabel 3.7 Persiapan Uji t-test

No.

Pre-Test Post-Test Peningkatan Pre-Test Post-Test Peningkatan

1

n1 = Jumlah sampel pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah sampel pada kelas kontrol

̅ = Rata-rata N-Gain kelas eksperimen

̅ = Rata-rata N-Gain kelas kontrol = Varians N-Gain kelas eksperimen = Varians N-Gain kelas kontrol

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai t table. Terima HA, jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = (0,05)

(34)

Lucky Adya Pratama, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pertama, langkah-langkah pembelajaran model inkuiri dalam

meningkatkan penguasaan konsep langkah kerja mengoperasikan mesin bubut siswa adalah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan kesimpulan.

Kedua, Hasil peningkatan penguasaan konsep langkah kerja

mengoperasikan mesin bubut dengan pembelajaran alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ternyata lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, terbukti dengan hasil data post-test dengan menggunakan model inkuiri menunjukan peningkatan yang lebih besar .

B. SARAN

1. Bagi siswa, model Inkuiri ini membuat siswa dapat lebih efektif dan mandiri dalam melaksanakan pembelajaran praktik.

2. Bagi guru, menerapkan model Inkuiri merupakan tantangan dan wahana untuk menunjukan kinerja sebagai guru yang profesional. Karena dalam menerapkan model Inkuiri guru berperan sebagai motivator, fasilitator, pembimbing, asesor dan penanggung jawab seluruh program pembelajaran, mengamati, mengevaluasi hasil, proses & program pembelajaran.

3. Bagi sekolah, model Inkuiri ini merupakan model alternatif yang dapat membantu sekolah mengembangkan pembelajaran untuk menghasilkan siswa-siswa yang kompeten.

(35)

Lucky Adya Pratama, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Hake, R. R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.[online] Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. [10 oktober 2010].

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Joice, B. dan Weil, M (2009). Models of Teaching (Model-model Pembelajaran).

Yogyakarta: Pustaka Karya.

Model Inkuiri Media Pendidikan

[Online].http://www.medukasi.web.id/search/label/Model%20inquiri

Sudjana. (2005). Metoda Statistika . Bandung: Tarsito

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tabel 1.1 Data Jumlah Siswa Dalam Pencapaian Kompetensi pada Mata Pelajaran
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun peran parpol tidak seluruhnya habis, karena parpol biasanya menjadi penyumbang terbesar anggota tim-tim sukses para kandidat, dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa

– Dunia Sekitar Manusia yang kompleks yg selalu berubah dan dinamis dalam tata hbg dg manusia.mencakup kebutuhan masyarakat, Perubahan dan Perkembangan MasyarakatA. • Tri

bukan kualitas jawaban, menjadi sangat umum ( leniency error ) dan member skor tinggi pada jawaban hanya karena peserta tes mendapat skor tinggi pada item lain. ( halo efect

Senyawa kom pleks/ senyawa koordinasi dibent uk dari gabungan antara asam Lew is yang berupa logam/ ion logam dengan basa lew is yang berupa molekul netral atau ion negatif (

Sahabat MQ/ berdasarkan laporan tren korupsi 2009/ modus memperkaya diri dan orang lain/ paling dominan dilakukan di wilayah departemen dan pemerintahan daerah//

ANALISIS HASIL BELAJAR “MENGOLAH HIDANG AN SATE ATAU JENIS MAKANAN YANG DIPANGGANG” PADA KESIAPAN MEMBUKA USAHA FOOD COURT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI..

Pada tahun 2013 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah