(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Kartika Siliwangi 7 Kota Cirebon)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)Kependidikan Program studi Pendidikan jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh :
ROBY FAISHAL RACHMAN 0704622
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITSAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Dalam Pembelajaran Permainan Bolatangan
Mini
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD KARTIKA
Siliwangi 7 Kota Cirebon)
Oleh
Roby Faishal Rachman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Asaretkha Adjane 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas IV SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon)
ROBY FAISHAL RACHMAN
0704622
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd
NIP. 196506141990011001
Pembimbing II
Alit Rahmat, M.Pd
NIP. 197208262005011001
Mengetahui,
KetuaProgram Studi PendidikanJasmaniKesehatandanRekreasi
Drs.Mudjihartono, M.Pd
Roby Faishal Rachman (2013). Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran Permainan Bolatangan Mini (Penelitian Tindakan Kelas di SD Kartika-7 Kota Cirebon) Skripsi. Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK – UPI.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah pada umumnya menggunakan dua pendekatan. Pendekatan teknis yang menekankan pada penguasaan teknik dasar sesungguhnya dan pendekatan taktis yang menekankan pada aktivitas gerak siswa melalui permainan-permainan sederhana, yang pada khakekatnya melatih teknik sekaligus dalam pelaksanaan permainan, dengan kondisi tersebut pendekatan mana yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan bolatangan mini secara umum.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, desain penelitian posttest only control group design. Dengan populasi siswa SD KARTIKA 7 kota Cirebon dan sampel penelitian siswa kelas IV SD KARTIKA-7 Kota Cirebon yang berjumlah 35 orang. Instrumen penelitian yang digunakan tes keterampilan permainan bolatangan mini dan periode kegiatan pembelajaran penjas.
Roby Faisal Rachman (2013). Implementation of Tactical Approach In Learning Mini Handball Games (Action Research in the Classroom-7 SD Kartika Cirebon) Thesis. PJKR Studies Program Department of Physical Education. FPOK - UPI.
The learning process of physical education in schools in general use two approaches. Technical approach that emphasizes mastery of basic techniques and the actual tactical approach that emphasizes the motion activity of students through simple games, actually training techniques as well as in the implementation of the game, with the condition which approach is more appropriate to use in teaching physical education.
This study aims to determine how the implementation model of a tactical approach to learning mini handball game in general.
The research method used was action research, the research design posttest only control group design. With a population of elementary students KARTIKA-7 Cirebon city and sample fourth grade student KARTIKA-7 Cirebon, amounting to 35 people. The research instrument used tests bolatangan mini skill games and learning activities penjas period.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikat Pendidikan Jasmani...………...
F. Karakteristik Belajar………... 37 A. Tujuan Operasional Penelitian……… 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian...………... 57
C. Populasi dan Sampel………...………... 58
D. Metode Penelitian...……….. 59
E. Langkah-Langkah Penelitian....………... 61
F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data………..…… 67
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………...………. 73
H. Setting Penelitian...……….. 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan
pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah
seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar,
media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,
seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan Nasional yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satu program pendidikan adalah pendidikan jasmanai yang telah
ditetapkan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah sepatutnya mendidik dan membimbing anak agar sehat jasmani maupun
rohani, cerdas dan berkembang baik kemampuan kognitif, afektif, psikomotor maupun emosionalnya.
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan
tentang dan melalui aktivitas jasmani, dengan permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan
wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting, oleh karena itu pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani
menurut Sunarya ( 2007 : 40 ) sebagai berikut :
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan jasmani di sekolah mempunyai peran unik dibandingkan dengan bidang studi lain, karena melalui pendidikan jasmani selain dapat digunakan untuk pengembangan aspek fisik dan psikomotor, juga berperan dalam
pengembangan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang.
Pendidikan jasmani sebagai salah satu subsistem pendidikan yang wajib
diajarkan di sekolah memiliki peran penting yang sangat sentral dalam pembentukan manusia seutuhnya.
Cholik (1990) juga menyatakan bahwa tidak ada pendidikan yang lengkap
tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak, karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk
belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Pada dasarnya hidup manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik atau jasmani sangat dibituhkan dan bahkan merupakan peranan yang sangat penting dalam diri
manusia.
jasmani mempunyai peran penting untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Cholik Mutohir dan Rusli , (2000:12) yaitu:
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik. Pendidikan sebagai salah satu sub-sistem pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan kualitas manusia indonesia.
Tujuan pendidikan jasmani yang ingin di capai pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, tentu harus di selesaikan dengan tujuan pendidikan yang telah
di tetapkan oleh masing-masing 4 negara. Meskipun demikian, tujuan pendidikan jasmani harus mengacu pada pengembangan pribadi manusia secara utuh, baik
manusia sebagai mahluk individu, mahluk susila dan mahluk religius. Dalam hal ini Purwanto (1985: 88) menjelaskan tentang tujuan pendidikan jasmani:
1. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencemaran makanan, melatih otot-otot dan urat syaraf, melatih kecepatan dan ketangkasan, dst.
2. Membentuk budi pekerti anak, seperti melatih kesabaran, keberanian, kejujuran, sportivitas, taat kepada peraturan, kesukaran, dan kerajinan bekerja, dsb.
3. Memupuk perasaan sosial, seperti tolong menolong, bekerja sama, setia kawan (solidaritas), dsb yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan rombongan dan bekerja kelompok.
4. Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa, seperti kecerdasan, ingatan, perasaan, kemauan, dsb.
Meskipun tujuan pendidikan jasmani sangat majemuk, akan tetapi dalam setiap proses pembelajarannya harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
Seperti yang telah diungkapakan oleh Nurlan dkk (2004:36) memandang konsep pertumbuhan dan perkembangan dalam hal koordinasi gerakan pada anak
usia anak sekolah dasar adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan jaringan otot yang mulai lebih cepat pada tahun terakhir masa anak kecil, menghasilkan peningkatan kekuatan yang lebih besar. Peningkatan kekuatan memungkinkan anak untuk mulai mampu melakukan bermacam-macam kemampuan gerak dasar yang semakin baik yaitu gerakan-gerakan berjalan, berlari, melompat, berjingkat, melempar, menangkap, dan memukul.
Pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di
tingkat Sekolah Dasar (SD), merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai media utama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan
motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial serta tumbuh dan berkembang secara sehat, dan dapat mengembangkan
kepribadiannya agar dapat meningkatkan kualitas hidup pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Fokus program penjasorkes SD untuk kelas 4 sampai 6 menurut Samsudin
(2008:6) adalah sebagai berikut:
1. Program penjasorkes harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan, belajar keterampilan baru dan belajar berbagai cabang olahraga
2. Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani 3. Pada tingkat usia ini hampir pasti bahwa penjas dipandang sebagai tempat
untuk membentuk persahabatan yang baru
4. Program penjasorkes memberikan kesempatan pada siswa untuk beraksi dan menghilangkan ketegangan.
melalui aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pendidikan jasmani memiliki kontribusi yang besar dalam mencetak generasi yang berkualitas terutama
pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD), yaitu sebagai peletak dasar menuju pendidikan yang lebih tinggi
Berawal dari itu, maka pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD) perlu dikembangkan dan terus digali sehingga siswa tidak merasa bosan, melainkan merasa senang tanpa paksaan sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani
terlaksana dengan baik. Untuk mencapai itu semua perlu dikembangkan berbagai pendekatan atau model pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pendekatan
bermain. Bermain merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani yang mempunyai tugas yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan
jasmani sehingga mampu memotivasi anak ketika mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani sekaligus meningkatkan proses dan hasil belajarnya.
Tujuan bermain adalah memberikan rasa senang kepada siswa ketika mengikuti pelajaran penjas, karena bagi anak-anak bermain merupakan hal yang
serius dan memberikan manfaat dalam bidang pendidikan. Selain itu bermain merupakan kegiatan rekreasi yang banyak dilakukan anak-anak khususnya semua orang, karena bermain akan memberikan perasaan senang dan gembira bagi
pelakunya.
Peran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (SD) adalah tempat anak belajar
berbagai macam teknik dan keterampilan serta memberikan rasa senang, keterlibatan aktif, dan peningkatan keterampilan siswa yang berdampak positif
dengan pembelajaran bola tangan di Sekolah Dasar harus dapat meningkatkan keterampilan dasar siswa dengan tidak membuat siswa merasa jenuh dalam
mengikuti pembelajaran permainan bolatangan mini sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. Guru pendidikan jasmani harus
mampu menyajikan pembelajaran bola tangan yang mampu diterima oleh siswa dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa agar penyelenggaraan
pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar dapat mewujudkan tujuan pendidikan jasmani secara umum.
Dalam kaitannya dengan pencapaian keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani, penulis sekaligus sebagai peneliti ingin menerapkan salah
satu pendekatan, yaitu pendekatan taktis, karena pendekatan ini merupakan aktivitas pembelajaran mirip games (yang disebut format games) yang terfokus pada masalah taktis yang harus dapat siswa tangani secara kognitif dan lewat
eksekusi skill motorik (Mezler 2000:33).
Pendekatan taktis memanfaatkan ketertarikan siswa Sekolah dasar (SD)
pada games (permainan) untuk pembelajaran skill dan pengetahuan taktis agar siswa lebih cepat memahaminya. Pembelajaran dengan pendekatan taktis ini diharapkan akan menjadi suatu strategi alternatif yang diterapkan untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.
Berdasarkan semua uraian latar belakang tersebut, dalam hal ini penulis
terjemahan dari Class Room Action Research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerja sebagai guru. Penelitian tindakan ini bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan pengajaran,
melaksanakan program penelitian, memberikan pedoman bagi guru, untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga memasukan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran (Natawijaya : 1997). Maka
dengan ini penulis bermaksud melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah judul: “Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran
Permainan Bolatangan mini (PTK Pada Siswa Kelas IV SD. KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon)”
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat di
identifikasi beberapa masalah yang ada sesuai dengan masalah yang penulis terima dari salah satu guru di Sekolah Dasar dan fakta yang terjadi di lapangan
yaitu, secara umum adalah :
1. Mengapa siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran penjas di sekolah?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan tidak berhasilnya proses pembelajaran penjas di sekolah?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah,
maka perumusan masalah yang akan ditelusuri dalam penelitian ini adalah “Bagaimana model pendekatan taktis diterapkan dalam pembelajaran permainan
bolatangan mini siswa kelas IV di SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon ?”
D. Pemecahan Masalah
Gejala siswa kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga keberhasilan pembelajaran yang ingin dicapai oleh
guru terhambat. Keterbatasan alat dan perlengkapan pembelajaran, juga penggunaan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran pendidikan jasmani.
Adapun beberapa indikator yang menyebabkan tidak berhasilnya proses pembelajaran penjas antara lain (1) gaya mengajar masih tradisional (2) tugas gerak dilaksanakan tidak maksimal (3) siswa merasa jenuh dengan
pengulangan-pengulangan gerakan dan penggunaan sarana prasarana olahraga (4) kesempatan siswa untuk melakukan gerakan sangat minim (5) keterlibatan
siswa selama proses pembelajaran masih kurang dan (6) jumlah waktu aktif yang digunakan masih rendah.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut jelas kiranya pendekatan
pembelajaran yang monoton dan kurangnya pemahaman guru dalam meyampaikan materi pendidikan jasmani serta kurangnya inovasi untuk membuat
sehingga kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya proses pembelajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan dalam rangka pengembangan
pribadi anak seutuhnya khususnya di Sekolah Dasar. Oleh karena itu pendekatan taktis dalam pembelajaran akan peneliti coba terapkan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model pendekatan taktis diterapkan dalam pembelajaran permainan bolatangan mini
kepada siswa kelas IV di SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik. Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan keilmuan
yang berarti, informasi dan masukan dalam perencanaan perencanaan serta pengembangan dalam pelajaran penjas.
2. Secara Praktis
a.Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam model pembelajaran terutama untuk
b.Sumbangan keilmuan kepada lembaga FPOK dan bagi mahasiswa PJKR.
c.Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan sampel dan populasi yang lebih luas lagi.
G. Batasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran yang terlalu luas, maka penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Masalah penelitian ini berkenaan dengan keberhasilan pembelajaran
pendidikan jasmani melalui penerapan pendekatan taktis. Efektivitasnya dapat dilihat dari jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai
dengan tujuan pembelajaran minimal 50%.
2. Populasi dan sampel penelitian yaitu siswa SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon kelas IV
H. Penjelasan Istilah
Penafsiran seseorang tentang suatu istilah berbeda-beda. dan untuk menghindari kesalahan pengertian dari penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah tersebut dengan mengacu pada penjelasan
sebagai berikut:
1. Pendekatan menurut http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10 adalah
2. Pembelajaran menurut Slameto (2003:2) adalah sebuah proses interaksi berbagai komponen proses belajar mengajar yaitu siswa, guru,
tujuan, materi ajar, strategi dan metode pembelajaran, sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan pem-belajaran yang ditetapkan.
3. Pendekatan pembelajaran Sudrajat (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/09/12) adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
4. Efektivitas Pembelajaran, Efektivitas berarti ketepatgunaan dari suatu
proses. Dalam hal ini adalah proses pembelajaran pendidikan jasmani. Efektif tidaknya pembelajaran pendidikan jasmani dalam penelitian ini dinyatakan bahwa jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai
dengan tujuan pembelajaran minimal 50%
5. Pendidikan jasmani menurut adalah Mutohir dan Lutan, (2000:12) yaitu:
bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik. Pendidikan sebagai
salah satu sub-sistem pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan kualitas manusia indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tujuan Operasional Penelitian
Dalam penelitian ini memfokuskan masalah dalam penerapan pendekatan taktis dalam pembelajaran bolatangan mini. Secara operasional bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bermain agar dapat
meningkatkan tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran bolatangan mini di SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon melalui penerapan model pendekatan
taktis dalam pembelajaran.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD KARTIKA SILIWANGI 7 Cirebon, kelas IV semester Genap tahun ajaran 2012/20113. Jumlah siswa kelas IV 35orang.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 - Januari 2013 dengan jumlah pertemuan sebanyak 2 kali, hal itu dikarenakan satu pertemuan
pembelajaran penjas 4 x 35 menit yang artinya 2 kali lebih lama dari waktu pembelajaran penjas pada umumnya, dan terdiri dari beberapa tindakan dalam 2 siklus. Kegiatan penelitian ini meliputi pemberian perlakuan penggunaan model
C.Populasi dan Sampel
Untuk menyusun sampai menganalisis data sehingga mendapatkan
gambaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut
populasi dan sampel penelitian. Arikunto (2006:130) menjelaskan tentang populasi sebagai berikut:
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Beranjak dari kutipan di atas, maka yang dimaksud dengan populasi adalah sekumpulan unsur yang akan diteliti seperti sekumpulan individu, sekumpulan
sekolah dan sekumpulan unsur lainnya. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan diperoleh informasi yang berguna memecahkan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon.
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti.
Menurut Nasir (1989:328), menjelaskan “sampel adalah kumpulan unit sampling yang ditarik dari populasi.” Nawawi (1995:144) memberikan pengertian tentang
sampel, yaitu “sebagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu
penelitian.” Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV. Dalam penelitian
D.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan sebuah penelitian yang hasilnya
berbentuk kerangka-kerangka deskriptif yang di tuangkan berbentuk kalimat-kalimat di setiap pengamatan dan siklus yang telah dilakukan dengan perhitungan
presentase dan melampirkan semua bukti lapangan guna memperjelas apa saja yang telah dilakukan dan bagaimana hasil yang di capai serta untuk dapat mendapatkatn hasil yang objektif dan mampu di pertanggungjawabkan.
Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris
disebut Clasroom Action Research (CAR). Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan
yang tepat untuk mengetahui pengaruh model pendekatan bermain terhadap hasil pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah.
Tujuan dari pada penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan masalah-masalah pada pembelajaran tertentu dengan menggunakan metode
ilmiah. Selain itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan guru, meningkatkan dan memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks
pembelajaran, memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru dalam menangani kegiatan belajar mengajar, memungkinkan terjadinya proses latihan
Arikunto dan beberapa sumber dari beberapa ahli sebagai rujukan, sedangkan metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan rancangan PTK.
Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri kegiatan pembelajaran yang dilakukannya di dalam kelasnya. Dengan melihat unjuk
kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya mendapatkan otonomi secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan ialah selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan akibat dari adanya penelitian tindakan kelas akan memungkinkan bagi guru, sebagai peneliti dalam penelitian
tindakan kelas, untuk meningkatkan profesionalismenya secara sistematik dan sistemik.
Beberapa alasan dilaksanakan penelitian tindakan kelas yang merupakan
suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisnya antara lain: 1. Penelitian tindakan kelas menawarkan satu cara baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas (Suyanto, 1997:7), dengan melakukan penelitian
tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
2. Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya.
Artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa. Namun pada saat yang bersamaan dan secara terintegrasi guru melaksanakan penelitian.
Zainal Aqib (2006:13-14) mengemukakan beberapa alasan pentingnya dilaksanakan penelitian tindakan kelas diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.
2. Penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan melakukan tahap-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
4. Pelaksanaan tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok sebagai seorang guru, karena merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan tehnik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan
kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan atau pembelajaran di kelas. Kemanfaatan yang terkait dengan
komponen pembelajaran antara lain mencakup: 1. Inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini didesain menjadi dua siklus yang setiap
refleksi siklus I, maka disusun siklus II yang terdiri dari rencana tindakan 1, rencana tindakan 2 dan rencana tindakan 3. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dikemukakan desainnya:
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS 1 PELAKSANAAN
PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS 2 PELAKSANAAN
PENGAMATAN
?
Gambar 3.1
Model Desain Prof. Suharsimi Arikunto (2008:16)
2. Rencana Tindakan
Menurut Kusnandar (2008:91) rencana tindakan adalah tindakan pembelajaran kelas yang tersusun dan dari segi definisi harus prospektif atau
memandang ke depan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga, sehingga mengandung sedikit resiko.
a. Perencanaan
Yaitu dalam tahapan ini peneliti menyusun rancangan tindakan seperti
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilakukan.
b. Pelaksanaan
Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Pengamatan/Observasi
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan observer, sebaiknya
dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan.
A : Menunjukan jumlah siswa yang berperilaku baik sesuai dengan tuntutan perilakuumum yang diinginkan oleh gurunya dalam pembelajaran penjas. B : Menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tugas gerak sesuai
dengan harapan guru.
Tabel 3.2
Lembar observasi gerak dasar bolatangan mini Kriteria Penilaian:
Melempar
1. Bola di pegang di atas bahu dan dibawa ke arah belakang kepala. 2. Posisi siku yang memegang bola di bengkokan dengan posisi lengan
condong sedikit ke sisi.
3. Posisi badan menghadap ke sasaran dan badan tegak.
4. Posisi kaki yang di depan berlawanan dengan posisi tangan yang
melempar.
5. Lutut di bengkokan sedikit.
Tabel 3.3
Nilai Kriteria Melempar
5 Semua Kriteria Dapat Dilakukan.
4 Hanya 4 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
3 Hanya 3 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
2 Hanya 2 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
Menangkap
1. Kaki dibuka selebar bahu.
2. Kepala dan mata menghadap ke arah datangnya bola. 3. Siku dibengkokan sedikit ke arah datangnya bola.
4. Telapak tangan membentuk segi tiga dalam menangkap bola. 5. Bagian atas pinggang condong sedikit ke arah bola.
Tabel 3.4
Nilai Kriteria Menangkap
5 Semua Kriteria Dapat Dilakukan.
4 Hanya 4 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
3 Hanya 3 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
2 Hanya 2 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
1 Hanya 1 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
Memantul
1. Jika bola dipantulkan dengan tangan kanan, maka posisi kaki kiri depan, begitu juga sebaliknya.
2. Posisi badan sedikit condong ke depan.
3. Bola dipantulkan di depan sedikit ke samping.
4. Saat memantulkan pergelangan tangan tidak kaku (ELASTIS).
Tabel 3.5
Nilai Kriteria Memantul
5 Semua Kriteria Dapat Dilakukan.
4 Hanya 4 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
3 Hanya 3 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
2 Hanya 2 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
1 Hanya 1 Kriteria Yang Dapat Dilakukan
d. Analisis dan Refleksi
Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah di lakukan
tentunya dengan mencermati juga semua hal yang terjadi dalam tahapan pelaksanaan dan pengamatan. Lalu menyimpulkan tindakan apa yang akan dilakukan ataupun yang perlu dilakukan untuk membenahi setiap
kekurangan ataupaun upaya mengatasi masalah yang di tangkap peneliti. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan
yang baru selesai dilaksanakan dalam satu siklus pelaksana dan pengamat menentukan rancangan untuk siklus kedua. Sedangkan untuk jangka waktu pelaksanaan penelitian bersiklus ini sifatnya relatif sampai peneliti sudah
merasa mantap dengan pengalaman yang di dapat ataupun jika proses dan hasilnya sudah dapat dirasakan.
dimulai dengan membuat rencana, selanjutnya diadakan tindakan dan observasi yang kemudian dilakukan refleksi sebagai gambaran untuk
membuat rencana selanjutnya.
F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data tersebut secara objektif, diperlukan instrumen
yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data seperti:
lembar observasi, catatan lapangan, alat evaluasi dan kamera foto. Untuk lebih jelasnya berikut dipaparkan fungsi dan contoh instrumen yang digunakan:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan panduan bagi observer dalam
mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian. Contoh lembar observasi dapat dilihat pada lampiran.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang digunakan untuk mencatat temuan-temuan penting selama penelitian berlangsung. Contoh lembar
catatan lapangan dapat dilihat dalam lampiran. c. Alat Evaluasi
dilakukan tindakan. Alat evaluasi berupa tes praktek untuk kelompok. Kegiatan evaluasi untuk kelompok dilakukan setiap tindakan sedangkan
kegiatan evaluasi untuk individu dilaksanakan pada tindakan akhir pada tiap siklusnya. Dari hasil evaluasi ini diperoleh data tentang taraf siswa
dan tingkat keberhasilan terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Contoh alat evaluasi dapat dilihat pada lampiran.
d. Kamera Foto
Kamera digunakan untuk merekam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Alat ini berguna untuk membantu peneliti mendeskripsikan, menganalisis dan membuat refleksi dari setiap tindakan dalam
pembelajaran. Foto-foto yang diambil dari setiap tindakan yaitu pada saat pembelajaran berlangsung.
e. Tes
Tes merupakan instrumen yang penting dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini. Hal ini disebabkan dalam penelitian tindakan kelas
pada umumnya salah satu yang di ukur adalah hasil belajar siswa dan salah satunya diukur dengan menggunakan instrumen tes. Teknik penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan
kemajuan hasil belajar siswa, serta mengumpulkan data dan informasi dalam rangka usaha perbaikan kegiatan pembelajara yang dilaksanakan.
Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja peserta didik selama proses tindakan berlangsung. Dengan teknik penilaian ini dapat dihasilkan data secara
Alat ukur hasil belajar permainan bolatangan mini menurut Strand, et al (Zinn, 1981) yaitu menggunakan Team Handball Skill Battery, bentuk tes ini
terdiri dari 3 bbutir tes yaitu: 1. Nine-Meter Front Throw
Testee harus melakukan flying shoot sebanyak 10 kali berturut-turut dari 5 tempat atau pos yang jaraknya berbeda. Tembakan atau shooting dianggap berhasil apabila bola langsung masuk mengenai sasaran, bila
bola mengenai sasaran pada bidang garis batas daerah skor maka diambil skor yang lebih besar.
Bola hasil shooting dinyatakan gagal apabila testee melakukan pelanggaran pada saat melakukan flying shoot, menginjak garis batas 7 meter dan bola tidak langsung mengenai target atau langsuk masuk ke
dalam gawang.
Instrumen ini merupakan hasil modifikasi yang telah di uji validitas,
hasil validitas instrumen ini dengan t hitung 6,833 > nilai t tabel 2,101 yang berarti hasil tersebut valid. Instrumen tersebut dapat di lihat pada
gambar 3.3 berikut ini:
2. Dominant-Hand Speed Pass
Sebelum melempar Bola testee berdiri dibelakang garis batas
lemparan, bola di pegang didepan dada. Setelah ada aba-aba, testee harus melempar ke tembok kemudian menangkapnya kembali dan seterusnya
sebanyak 10 kali lemparan. Waktu di mulai ketika bola pertama menyentuh tembok dan berakhir ketika bola ke 10 ditangkap kedua tangan. Testee diberi dua kali kesempatan melakukan tes, waktu yang di
ambil adalah waktu yang terbaik.
Bola tangkapan dinyatakan gagal apabila testee menginjak garis atau
melewati garis batas lemparan pada waktu melempar dan apabila bola tidak tertangkap dengan baik dengan kedua tangan. Instrumen tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut ini:
Gambar 3.3
3. Overhead pass
Sebelum melempar bola, testee berdiri dibelakang garis batas
lemparan, bola dipengang di depan dada. Kemudian setelah ada aba-aba, testee melempar bola ke tembok sasaran sebanyak 10 kali secara
berturut-turut. Bola lemparan dinyatakan gagal apabila testee menginjak garis atau melewati garis batas lemparan pada waktu melempar. Apabila bola mengenai garis sasaran, poin yang di hitung adalah poin yang
terbesar.
Garis batas lemparan ke tembok adalah 2,5 meter, target lemparan
terdiri dari 3 lingkaran, lingkaran dalam berdiameter 45cm, lingkaran luar berdiameter 150cm, dan jarak bagian bawah lingkaran luar adalah 100cm diatas lantai. Gambar instrumen dapat di lihat pada gambar 3.5
berikut ini:
Instrumen overhead pass ini merupakan hasil modfikasi sesuai rata-rata
tinggi badan dari yang sebenarnya dan telah di uji validitas. Hasil yang
telah di uji yaitu t hitung 5,43 > nilai t tabel 2,101 yang berarti hasil tersebut valid.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi pada setiap perlakuan dalam proses pembelajaran bolatangan mini. Guru pengajar yang terjun sebagai
pengajar dan sekaligus melakukan observasi, proses pengumpulan data peneliti dibantu pula oleh observer (mitra sejawat peneliti) selama proses pembelajaran
dilaksanakan.
Wawancara pada umumnya dilakukan di setiap akhir pembelajaran atau pelaksanaan tindakan. Setelah data-data terkumpul, kemudian data-data tersebut
dipelajari dan ditelaah dengan seksama dan teliti untuk kemudian direfleksi melalui rencana perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran
berikutnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tentang pembelajaran model pendekatan taktis dalam permainan handball selama penelitian itu
berlangsung. Data tersebut diperoleh dari 2 sumber yaitu:
a. Data yang berasal dari guru dan observer yang di dapat dari instrumen
siklus yang berkaitan dengan kurang maksimalnya materi pembelajaran yang diberikan.
b. Data yang berasal dari siswa atau peserta didik yang berkaitan dengan aktivitas siswa, motivasi, perubahan skap selama pembelajaran berlangsung.
G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Nasution (1996:114) proses pengolahan data seiring dengan proses
pelaksanaan tindakan pembelajaran sebagai bentuk rancangan pengolahan data kualitatif dalam kerangka penelitian tindakan kelas. Selain itu analisis data
biasanya dilakukan pada tahap akhir penelitian tindakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, tetapi untuk kepentingan tertentu analisis data pun dapat dilaksanakan beriringan dengan pengolahan data di setiap selesainya satu tahap
tindakan pembelajaran.
Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami teknik
analisis data agar hasil penelitiannya mempuyai nilai ilmiah yang lebih baik. Dalam penelitaian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan dan di analisis yaitu:
1. Data kuantitatif yang berwujud hasil belajar sswa, di analisis secara deskriftif degan menggunakan statistik deskriftif.
berhubungan dengan pandangan atau sikap siswa, antusiasme dalam belajar, dan motivasi siswa. Data jenis ini dapat di analisis secara kualitatif. Lebih
detil, sebelum data diolah dan di analisa ada bebearapa tahap yang harus ditempuh oleh peneliti yaitu:
a. Pengolahan dan kategorisasi data
Data mentah yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan tes gerak dasar dikelompokan menjadi unit-unit dengan memperhatikan
karakteristik data mentah. Berdasarkan unit-unit yang ada lalu diterapkan kategorisasi. Dalam pengolahan data ini, penerapan modifikasi
permainan dalam pembelajaran bolatangan mini dilaksanakan dengan bentuk-bentuk tugas gerak yang sistematis dikategorikan sebagai aktivitas siswa yaitu motivasi, partisipasi siswa dalammelakukan
berbagai macam penguasaan gerak dasar pada pembelajaran permainan bolatangan mini.
Dalam penelitian ini akan di cari simpangan baku dari masing-masing tes. Nilai tersebut akan dibandingkan untuk kepentingan statistik. Berikut
adalah rumus untuk menghitung simpangan baku:
S= (x1− x)
n−1 2
Keterangan:
S: Simpangan Baku
�1: Skor Yang Dicapai Seseorang
b. Validasi
Menurut Kusnandar, (2008:103) salah satu cara untuk melihat derajat
kepercayaan suatu penelitian adalah dengan melihat validitas dan kredibilitas penelitian.
Menurut Hopkins (1993) dalam Rochiati (2005) yang dikutip oleh Kusnandar (2008:107-109)tahap validasi dibagi menjadibeberapa tahap yaitu:
1. Member Check
Adalah dengan cara memeriksa kembali kerangka-kerangka atau
informasi selama penelitian dari narasumber yang relevan dengan kegiatan penelitian(kepala sekolah, guru, mitra sejawat, siswa, dll) untuk memastikan informasinya bersifat tetap atau tidak dan dapat
dipastikan kebenarannya. 2. Triangulasi
Adalah dengan cara memerikasa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dari peneliti dengancara membandingkan berdasarkan tiga
sudut pandang yaitu, guru sebagai peneliti, siswa, dan mitra peneliti. 3. Saturasi
Adalah tahap yang digunakan saat situasi pada waktu sudah jenuh
4. Audit Trial
Tahap yang digunakan untuk memeriksa kesalahan-kesalahan
dalam metode atau prosedur yang di gunakan peneliti dalam mengambil keputusan, termasuk memeriksa catatan-catatan dari
peneliti maupun mitra peneliti. 5. Expert Opinion
Adalah dengan cara memeinta kepada orang yang dianggap ahli
untuk memeriksa dan memberi arahan terhadap masalah yang dikaji. 6. Key Responden Revie
Adalah dengan cara meminta salah satu atau beberapa orang mitra peneliti yang banyak mengerti mengenai penelitian tindakan kelas untuk membaca draft awal laporan penelitian dan meminta
pendapatnya. 7. Intepretasi
Pada tahap ini hipotesis diintepretasikan berdasarkan kerangka teoritik, norma-norma praktis yang telah di sepakati bersama atau
berdasarkan intuisi peneliti sebagai guru berkenaan dengan proses pembelajaran yang baik. Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh suatu kerangka referensi yang dapat memberikan makna terhadap
H.Setting Penelitian
1. Pelaksanaan Tindakan
Dalam proses pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai obsrver yang terjun langsung pula untuk membantu melaksanakan pembelajaran
permainan bolatangan mini melalui penerapan bentuk-bentuk model pendekatan taktis dengan tugas gerak yang sistematis.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu:
a. Peneliti menerapkan variasi bentuk-bentuk model pendekatan taktis yang sistematis dalam pembelajaran permainan bolatangan mini yang telah
dirancang dalam satuan pengajaran (skenario pembelajaran).
b. Peneliti memberikan materi dan pembelajarankepada siswa dengan dibantu guru pengajar sebagai observer tentang model pendekatan taktis
dalam pembelajaran permainan bolatangan mini.
c. Observer ikut mengajar sekedar memberi pengarahan di lapangan
sekaligus melakukan pengamatan terhadap seluruh siswa yang belajar. Proses pengamatan harus didasari dengan sadar, kritis, sistematis, dan
objektif.
Setelah pembelajaran berakhir, peneliti mencatat segala bentuk kegiatan, kejadian, kendala-kendala yang muncul selama pembelajaran berlangsung ke
2. Faktor Yang Diteliti
Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang ingin diamati, yaitu
faktor-faktor masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran permainan bolatangan mini di SD KARTIKA SILIWANGI 7 kelas IV Kota Cirebon adalah sebagai
berikut :
a. Mengidentifikasi pengaruh penggunaan model pendekatan taktis dalam pembelajaran bolatangan mini terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran penjas di Sekolah tersebut.
b. Faktor siswa : dengan mengidentifikasi bagaimana perilaku siswa selama
proses pembelajaran permainan bolatangan mini berlangsung khususnya siswa kelas IV SD KARTIKA SILIWANGI 7 Kota Cirebon setelah diberikan tindakan upaya-upaya penanggulangan masalah yang terjadi di
Sekolah tersebut.
c. Faktor guru dan peneliti : mengidentifikasi cara mengajar dalam
merencanakan pembelajaran, pelaksanaan di lapangan, dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang itu merupakan bagian kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru penjas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bolatangan mini di Sekolah tersebut.
3. Observasi
Untuk mempermudah pelaksanaan observasi, peneliti dibantu juga oleh observer yaitu teman sejawat peneliti. Objek yang diamati adalah seluruh
bersifat individu amaupun secara klasikal. Bentuk-bentuk observasi yang dapat dilakukan adalah:
Observasi peer (Pengamatan Sejawat)
Observasi peer adalah observasi terhadap pengajaran seseorang oleh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data yang telah penulis uraikan dari hasil pengolahan dan analisis data sebagai hasil penelitian tindakan kelas berkenaan dengan implementasi model pendekatan taktis terhadap hasil pembelajaran pendidikan
jasmani di SD KARTIKA SILIWANGI 7 kelas IV dapat disimpulkan bahwa: 1. Sejak 5 tahun ke belakang setelah guru senior pensiun proses pembelajaran
penjas bukanlah guru yang murni lulusan sarjana pendidikan olahraga,melainkan lulusan SMA bahkan penegtahuan tentang materi dan
keahliannya masih jauh di bawah standar, sehingga proses pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas yang kurang memahami mata pelajaran pendidikan jasmani. Keterbatasan alat dan perlengkapan pembelajaran, juga
penggunaan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran pendidikan jasmani menjadi kendala dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Gaya mengajar yang dilakukan pun masih bersifat tradisional sehingga tugas gerak dilaksanakan kurang maksimal. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dengan pengulangan-pengulangan gerakan dan penggunaan sarana
prasarana olahraga yang terbatas yang menyebabkan kesempatan siswa untuk melakukan gerakan sangat minim.
Meskipun di awal pertemuan siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan tugas gerak yang diberikan, hal itu juga dikarenakan bola tangan
merupakan sesuatu yang baru bagi siswa SD KARTIKA SILIWANGI 7, namun dengan pemberian materi yang dilakukan dengan pendekatan taktis
siswa pun merasa senang sehingga proses pembelajaran tidak monoton, siswa tidak mengalami ketegangan dalam belajar. Kemampuan siswa dalam melakukan tugas gerak mengalami peningkatan, meskipun ada dua orang anak
perempuan yang masih mengalami kesulitan
3. Pembelajaran bolatangan mini melalui model pendekatan taktis sangat efisien
dilakukan pada jenjang sekolah dasar / SD.hal tersebut dikarenakan masa-masa itu siswa cenderung lebih bersemangat untuk melakukan permainan
daripada latihan yang berulang-ulang dan dapat memberikan dampak positif bagi siswa untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuannya dalam permainan bolatangan mini, Proses pembelajaran pun menjadi lebih
menyenangkan dan tujuan pembelajaran tercapai. Minat dan motivasi anak menjadi lebih meningkat karena diberikan pembelajaran yang menarik dan
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan peneliti di lapangan, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan proses belajar mengajar harus
selalu kreatif, inovatif dan menggunakan metode yang tepat sehingga tujuan proses pembelajaran tercapai.
2. Sarana dan prasarana sangat penting dan menjadi salah satu faktor penentu
dalam keberhasilan suatu pembelajaran khususnya mata pelajaran pendidikan jasmani. Untuk itu diharapkan dari pihak sekolah, masyarakat, dan semua
pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmani dapat turut berpartisipasi secara aktif membantu kinerja para guru pendidikan
jasmani di sekolah. Partisipasi aktif tersebut misalnya dengan membantu menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran melalui pengalokasian dana pendidikan, atau pengadaan secara langsung alat-alat pembelajaran pendidikan
jasmani serta media dan alat pembelajaran lainnya yang dapat menunjang keberhasilan peningkatan pembelajaran.
3. Penelitian peningkatan hasil model pendekatan bermain taktis pada permainan bolatangan mini sebaiknya ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan. Penggunaan model pendekatan taktis sebaiknya tidak hanya
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.
Abduljabar, Bambang dan Yusup Hidayat. 2008. Karya Tulis Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Haris, Ridwan. 1986. Bola Tangan Peraturan dan Permainan. Bandung: ADIL.
Hitipeuw, Imanuel. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Hoedaya, Danu. 2001. Penerapan Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran Bolabasket. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.
Husdarta, Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. DEPDIKNAS.
Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.
Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. DEPDIKNAS.
Mahendra, Agus. 2000. Bola Tangan. DEPDIKNAS.
Mahendra, Agus. 2008. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, Agus dan Sucipto. 2008. Model-Model Pendekatan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Rasyidin, Waini dan kawan-kawan. 2007. Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Subroto, Toto. 2001. Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga Di Sekolah Dasar. DEPDIKNAS.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Aqib, Zainal, Dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Citra.
www.googlesearch.com
www.wikipedia.com
http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12
http://www.e-smartschool/.com/out/udt0010004.asp