• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Problem Based Introduction Untuk Meningkatkan Kemandirian Dan Hasil Belajar Siswa (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Geyer Tahun Ajaran 2013/2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Problem Based Introduction Untuk Meningkatkan Kemandirian Dan Hasil Belajar Siswa (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Geyer Tahun Ajaran 2013/2014)."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

NUR ITA FITRIYANI A 410 090 100

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP

Nur Ita Fitriyani, Sutama

Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP UMS email: itafitri77@gmail.com

email: sutama_mpd@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian, (1) mendeskripsikan peningkatan kemandirian setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction. Jenis penelitian, penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian 31 (12 laki-laki dan 19 perempuan) siswa kelas VIIA SMP N 2 Geyer. Metode pengumpulan, observasi, catatan lapangan, dokumentasi. Teknik analisis data, reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Hasil penelitian, (1) Ada peningkatan kemandirian siswa yang diamati dari indikator kemandirian meliputi: a) bertanggung jawab sebelum tindakan 19,35%, siklus I 33,33%, siklus II 50%, siklus III 63,33%, b) mampu mengatasi masalah sebelum tindakan 32,26%, siklus I 46,67%, siklus II 60%, siklus III 70%, c) percaya akan kemampuan sendiri sebelum tindakan 16,13%, siklus I 23,33%, siklus II 40%, siklus III 60%, d) mampu mengatur dirinya sendiri sebelum tindakan 29,03%, siklus I 36,67%, siklus II 53,33%, siklus III 73,33%, (2) Ada peningkatan hasil belajar matematika siswa yang dibandingkan dengan ≥ KKM 75, yaitu sebelum tindakan 38,71%, siklus I 46,67%, siklus II 70%, siklus III 93,33%.

Kata kunci: aljabar; hasil belajar; kemandirian; problem

Pendahuluan

(4)

Upaya untuk meningkatkan kemandirian tentunya tidak terlepas dari adanya kerja sama antara siswa dan guru . Interaksi yang terjadi akan menciptakan pembelajaran yang aktif dimana siswa dengan menggunakan kemandiriannya dalam memecahkan permasalahannya dengan bantuan guru yang berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Problem Based Introduction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivitas yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentetik (Arends et al., 2001). Strategi ini juga memiliki keunggulan yaitu siswa dilibatkan pada kegiatan belajar, dapat dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain, dapat memperoleh dari berbagai sumber, siswa dapat berperan aktif dalam KBM, siswa lebih memahami konsep mtematika yang diajarkan, melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berfikir siswa yang lebih tinggi. Berdasarkan keunggulan diatas dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa.

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, Haris 2007: 7).

Benyamin S Blomm (Nana Sudjana, 2005:22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

Menurut Oemar Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

(5)

mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dibidang dialog (Komalasari:2010).

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini: melalui strategi Problem Based Introduction pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP N 2 Geyer tahun ajaran 2013/2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan peningkatan kemandirian siswa setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction. (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction.

Metode Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya adalah Penelitian Tindakan Kelas. Tempat penelitian di SMP N 2 Geyer, pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan karena kurangnya kemandirian dan hasil belajar yang dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP N 2 Geyer. Sampel penelitian adalah kelas VIIA yang terdiri dari 31 (12 laki-laki dan 19 perempuan) siswa SMP N 2 Geyer.

(6)

Keabsahan data Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan observasi terus menerus dan triangulasi data, yaitu membandingkan data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.

Hasil dan Pembahasan

Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Introduction mendapat tanggapan positif dari guru matematika. Sebelum pembelajaran, peneliti memulai dengan mengondisikan siswa diantaranya dengan salam, memeriksa kehadiran siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri dengan kebutuhannya.

Tahap pertama penerapan srategi pembelajaran Problem Based Introduction dimulai dengan orientasi siswa pada masalah. Sesuai dengan Komalasari (2010) peranan guru dalam Problem Based Inroduction adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa.

Pada siklus I peneliti menjelaskan maeri tentang bentuk aljabar dan unsur-unsurnya. Bentuk umum aljabar memiliki unsur-unsur yang meliputi variabel, konstanta, faktor, suku sejenis, dan suku tak sejenis. Contoh bentuk aljabar adalah 3x + 4y = 11, y2 + 2y + 1, 5x(-x + 3), 3a.

Pada siklus II peneliti menjelaskan materi tentang operasi hitung pada bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada perhitungannya suku tidak perlu dihitung, sedangkan untuk melakukan operasi hitung perkalian bentuk aljabar, kalian perlu mengingat sifat distribusi perkalian.

(7)

dikerjakan secara mandiri untuk mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan penalaran siswa mengenai maeri yang dipelajari.

Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, dalam ahap ini siswa dibentuk kelompok dengan teman sebangku dan siswa didorong untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bistari (2010) peserta didik yang menghadapi kesulittan belaar diselesaikan dengan jalan pintas. Untuk itu, pembiasaan ini sedini mungkin dicegah dengan cara menimbulkan rasa percaya diri, keandalan diri, dan mengembangkan potensi. Artinya siswa didorong untuk aktif dan menanamkan rasa percaya diri dalam proses pembelajaran. Tip kelompok diberi permasalahan untuk mengukur kemampuan siswa.

Diberikan permasalahan kepada siswa unuk dianalisis bersama pada pertemuan pertama. Tentukan koefisien m dari bentuk aljabar berikut 5m – 8, 2m – 3mn + 9, 7m2 + 2m + 6n

Penyelusaian:

5m – 8 koefisien m adalah 5

2m – 3mn + 9 koefisien m adalah 2

7m2 + 2m + 6n koefisien m adalah 2

Diberikan permasalahan pada peremuan kedua, diketahui P= 4x2 + 3x dan Q= 5x – x2, tentukan nilai dari P – 2Q!

Penyelesaian:

P – 2Q = 4x2 + 3x – 2(5x – x2) = 4x2 + 3x – 10x + 2x2 = 6x2 – 7x

Diberikan permasalahan pada pertemuan ketiga, pak umar memelihara sapi dan itik sebanyak 50 ekor. Jika jumlah kaki sapi dan kaki itik adalah 130, tentukan banyaknya masing-masing sapi dan itik pak umar?

Penyelesaian: Misalkan sapi = x

Itik = y

(8)

Jumlah kaki sapi dan itik dimisalkan → 4x + 2y = 130 Dengan cara eliminasi: x + y = 50

4x + 2y = 130 - 2x + 2y = 100 4x + 2y = 130

-

-2x = -30 → x = 15 x = 15 → x + y = 50 y = 35

jadi banyaknya sapi adalah15 ekor dan banyaknya itik 35 ekor.

Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok, dalam tahap ini siswa didorong untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Danoebroto Sri Wulandari (2008) yang menyimpulakan bahwa siswa menyatakan senang terhadap proses pembelajaran dan kegiatan pemecahan masalah, memiliki keyakinan yang positif tentang belajar matematika, menunjukkan antusiasme, keceriaan dan kreativitas yang tinggi dalam proses pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan pelatihan metakognitif. Artinya dalam pembelajaran Problem Based Introduction guru membimbing siswa untuk mencari informasi, akan tetapi siswa juga harus bekerja sama dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk menemukan hal yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

(9)

Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pemecahan masalah. Ade Ghafar Abdullah dan Taufik Ridwan (2008: 4) menjelaskan bahwa dalam mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah dapat dilakukan dengan sharing kepada siswa yang lain. Artinya dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama melakukan sharing untuk memeriksa kebenaran dari pemecahan masalah.

Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam empat indikator. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kemandirian siswa adalah siswa dapat bertanggung jawab, dapat mengatasi masalah, percaya akan kemampuan mereka sendiri, dan bisa mengatur dirinya sendiri.

a. Siswa dapat beretanggung jawab

Kemampuan siswa dalam bertanggung jawab ini dapat diukur dengan siswa menegerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar.

b. Mampu mengatasi masalah

Kemandirian belajar siswa juga harus mampu mengatasi masalanya sendiri. Pada indikator ini peneliti menyatakan siswa itu mandiri dengan dilihat bahwa siswa dalam mengerjakan soal dengan mengerjakan sendiri tanpa bantuan dari siswa lain/ kelompok belajar yang lain.

c. Percaya pada kemampuannya sendiri

Kemamdirian belajar siswa tidak terlepas dengan sifat percaya pada kemampuannya sendiri. Pada indikator ini peneliti menyatakan siswa itu mandiri apabila siswa berani mengemukakan pendapatnya tanpa harus disuruh oleh guru, selain itu siswa berani mengerjakan soal di papan tulis yang diberikan oleh guru.

d. Mampu mengatur dirinya sendiri

(10)

guru dalam proses belajar mengajar dan dapat mengendalikan dirinya agar tidak gaduh dan mengganggu siswa lain.

Berdasarkan hasil observasi dan dialog awal dengan guru diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah 31 siswa kelas VIIA diperoleh data bahwa siswa yang bertanggung jawab sebanyak 6 siswa (19,35%), siswa bisa mengatasi masalah sebanyak 10 siswa (32,26 %), siswa percaya akan kemampuan mereka sendiri sebanyak 5 siswa (16,13 %), siswa bisa mengatur dirinya sendiri sebanyak 9 siswa (29,03 %).

[image:10.595.121.512.404.561.2]

Berdasarkan data pelaksanaan tindakan diatas mengenai kemandirian belajar matematika pada kelas VIIA SMP N 2 Geyer dari sebelum tindakan sampai tindakan kelas putaran III dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1

Data Hasil Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Problem Based Introduction

Aspek

Kemandirian Tindakan Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III Bertanggung Jawab (19,35 %) 6 siswa (33,33 %) 10 siswa 15 siswa (50 %) (63,33 %) 19 siswa

Mengatasi Masalah (32,26 %) 10 siswa (46,67 %) 14 siswa 18 siswa (60 %) 21 siswa (70 %) Percaya Akan

Kemampuan Mereka Sendiri

5 siswa

(16,13 %) (23,33 %) 7 siswa 13 siswa (40 %) 18 siswa (60 %) Bisa Mengatur Dirinya

Sendiri (29,03 %) 9 siswa (36,67 %) 11 siswa (53,33 %) 20 siswa (73,33 %) 22 siswa

Hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Data mengenai hasil belajar matematika dari penelitian ini diperoleh dari hasil pengerjaan soal mandiri. Siswa dinyatakan tuntas pada setiap putaran apabila mencapai skor ≥ KKM 75.

(11)

mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 12 siswa (38,71 %), siklus I siswa yang mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 14 siswa (46,67 %), siklus II yang mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 21 siswa (70 %), dan pada siklus III yang mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 28 siswa (93,33 %).

Data yang diperoleh mengenai hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Geyer dalam pembelajaran matematika dari sebelum tindakan putaran sampai tindakan kelas putaran III dapat disajikan dalam grafik berikut.

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa Penerapan strategi Problem Based Introduction telah meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Geyer. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya indikator kemandirian belajar siswa yaitu bertanggung jawab, dapat mengatasi masalah, percaya akan kemanpuan sendiri, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Selain itu hasil belajar matematika juga meningkat, hal ini dampak dari pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Danoebroto Sri Wulandari (2008) yang menyimpulkan bahwa siswa menyatakan senang terhadap proses pembelajaran dan kegiatan pemecahan masalah, memiliki keyakinan yang positif tentang belajar matematika, menunjukkan antusiasme, keceriaan dan kreativitas yang tinggi dalam proses

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi awal Siklus I Siklus II Siklus III

Pr

os

en

ta

se

(%

[image:11.595.156.482.312.520.2]

)

Grafik peningkatan hasil belajar

(12)

pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan pelatihan metakognitif.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based Introduction menunjukkan bahwa siswa mampu bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, hal ini dapat dilihat berdasarkan catatan lapangan bahwa siswa yang bertanggung jawab pada siklus I sebanyak 10 siswa (32,36 %), pada siklus II sebanyak 15 siswa (50 %), dan siklus III sebanyak 19 siswa (63,33 %). Kemandirian juga menuntut siswa mempunyai sikap tanggung jawab dalam belajar matematika. Siswa yang mempunyai tanggung jawab akan berusaha melakukan berbagai kegiatan belajar matematika. Hal ini didukung oleh penelitian Irzan Tahar (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar. Hal ini juga disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pujiningsih dan Indah (2004) yang menyatakan bahwa meningkatkan prestasi mahasiswa melalui kemandirian belajar. Berarti semakin tinggi kemandirian belajar siswa maka kemungkinan untuk mencapai hasil belajar matematika juga tinggi.

(13)

konvensional jika didasarkan pada peringkat sekolah (tinggi, sedang, rendah) dan keseluruhan siswa.

Kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa ataupun antarsiswa yang merangsang terciptanya partisipasi. Hal ini didukung oleh Sitha Sih Dewanti (2009) yang menyatakan bahwa pendekatan PCL dan pelatihan metakognitif lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan menghasilkan ketuntasan belajar yang secara signifikan lebih besar.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based Introduction siswa semakin percaya akan kemampuan mereka sendiri, hal ini dapat dilihat berdasarkan catatan lapangan pada siklus I sebanyak 7 siswa (23,33 %), pada siklus II sebanyak 12 siswa (40 %), dan pada siklus III sebanyak 18 siswa (60 %). Kemandirian belajar matematika juga dituntut untuk percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Rasa percaya diri adalah kombinasi antara sikap positif dan pemilikan keterampilan Priyatni Endah Tri (2013) oleh karena itu, rasa percaya diri ini harus ditumbuhkembangkan dengan teknik scaffolding agar siswa selalu yakin bahwa ia mampu melaksanakan tugas sesulit apapun dengan pemberian tangga yang tepat. Penguatan dengan ungkapanungkapan positif semakin memperkuat rasa percaya diri dan membuat siswa merasa bernilai. Hal yang sama juga dikemukan oleh Bistari (2010) yang menyatakan bahwa banyak peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar diselesaikan dengan cara jalan pintas. Untuk itu, pembiasaan ini sedini mungkin dicegah dengan cara meningkatkan rasa percaya diri, keandalan diri, dan mengembangkan potensi. Kondisikan bahwa kesulitan dianggap sebagai tantangan, bukan suatu hambatan.

(14)

dirinya sendiri dengan baik, baik kekuatan maupun kekurangan dalam dirinya. Ia mampu melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya. Hal ini didukung oleh Inung Pratiwi dan Ani Widayati (2012) yang menyatakan bahwa meningkatnya kemandirian belajar dan penguasaan konsep berbanding lurus dengan respon positif (baik) siswa terhadap pembelajaran dengan Reciprocal Teaching Model. Hal yang sama juga dikemukan oleh Wulan Yunianingsih (2013) yang menyatakan bahwa adanya kebergantungan antara capaian penggunaan ketrampilan berpikir siswa SMA dan peneglasan dalam penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia baik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan strategi POGIL.

Dalam suatu pembelajaran, strategi adalah salah satu cara untuk menarik perhatian siswa dan merubah perilaku belajar siswa sehingga menghasilkan hasil yang baik hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Afandi (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif model PBL dan RL secara bersama-sama dengan kemandirian belajar mempengaruhi secara signifikan prestasi belajar mahasiswa pada aspek kognitif dan afektif mahasiswa.

Berdasarkan grafik peningkatan hasil belajar disimpulkan bahwa hasil belajar matematika sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa sudah banyak yang memperoleh nilai ≥ KKM 75. Siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM 75 dinyatakan telah tuntas. Strategi Problem Based Introduction dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini didukung oleh yang dilakukan oleh Hersh C. Waxman, dkk. (2008) menyimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi (hasil belajar) dalam akademik antara siswa yang ulet dengan siswa yang tidak ulet dalam membaca dan belajar matematika di kelas. Siswa yang ulet lebih sering berinteraksi dengan guru dalam pembelajaran yang sedangkan siswa yang tidak ulet sering berinteraksi dengan siswa lainnya dan sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

(15)

mampu menarik perhatian siswa dan mampu membuat siswa antusias mengikuti proses pembelajaran. Siswa mampu mengerjakan tugas, siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan, siswa juga mampu mengerjakan soal mandiri tanpa bantuan temannya.

Simpulan

(16)

Daftar Pustaka

Abdullah, Ade Gafar dan Taufik Ridwan. 2008. “Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung”. Prosiding UPI, pp. 1-10.

Afandi. 2012. “Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Learning Dan Problem Based Laerning Ditinjau dari Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Inkuiri. Vol 1. No 2. Hal 86-92.

Arikuntoro, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bistari. 2010. “Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol 1. No 1. Hal 11-23.

Danoebroto, Wulandari Sri. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif”. (Artikel

online). Didapat dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1437. Internet :Diakses pada 06 Desember 2013.

Darmana, Ropi. 2012. “Pengaruh Model Problem Based Intruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika”.

(Artikel online). Didapat dari

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download. Internet:Diakses pada 06 Desember 2013.

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar mengajar. Bandung. Bumi Aksara.

Ibrahim. 2008. “Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas”. (Artikel online). Didapat dari http://eprints.uny.ac.id/6908/1.pdf. Internet :Diakses pada 06 Desember 2013.

Kesumawati, Nila. 2009. “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”. (Artikel online). Didapat dari

http://eprints.uny.ac.id/7049/1/.pdf. Internet :Diakses pada 06 Desember 2013.

(17)

Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan: berbasis belajar mandiri. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nor, Aini Pratistya. 2012. “ Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol X. No 1. Hal 48-65.

Pratiwi Inung. 2012. “Pembelajaran Akuntansi Melalui Reciprocal Teaching Model untuk Meningkatkan Penguasaan konsep dan Kemandirian Belajar dalam Materi Mengelola Administrasi Surat Berharga Jangka Pendek Siswa X Akuntansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol.X No.2. hal.133-152.

Priyatni Tri Endah. 2013. “Internalisasi Karakteristik Percaya Diri dengan Teknik Scaffolding”. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III. No 2. Hal 164-173. Pujiningsih, Sri dan Rr. Indah Mustikawati. 2004. “Kemandirian Belajar Dalam

Meningkatkan Prestasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol.III No.1. hal.12-18.

Sih, Dewanti Sintha. 2009. “Perpaduan PCL Dan Pelatihan Metakognitif Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika”. Jurnal penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Vol 12. No 1. Hal 21-39.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Surakarta: CV.Citra Mandiri Utama.

Tahar, Irzan. 2006. “Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh”. Jurnal Pendidikan dan Jarak Jauh, 7 (2). September 2006.

Tri, Wahyuni Endang. 2012. “Pembelajaran Biologi Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Melalui Metode Observasi Laboratorium Dan Lingkungan Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa”. Jurnal Inkuiri. Vol. 1 No. 1. Hal 1-9.

Waxman, Hers C dkk. 2008. “Closhing the Achievement Gap Within reading and Mathematics Classrooms by Fostering Hispanic Students’ Educational Resilince”. International Journal of Human and Social Sciences. vol. 3 No. 1, 24-34.

Gambar

Tabel 1 Data Hasil Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika
Grafik peningkatan hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Total asupan perhari diperkirakan dengan mengalikan konsentrasi bahan tambahan pangan pada setiap kelompok pangan dengan rerata konsumsi grup tersebut dan selanjutnya dijumlahkan

There is a difference in their way of translation, the official translator translates the message in the ST but s/he does not translate the swearing word, while the

Pada penelitian ini dilakukan optimasi transplantasi menggunakan sel donor dari ikan gurame muda dan resipien berupa ikan nila triploid.. Ikan nila triploid

Ini semua dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku konsumen atau pembeli dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu, sehingga

A self-avoiding rook walk on a chessboard (a rectangular grid of squares) is a path traced by a sequence of rook moves parallel to an edge of the board from one unit square to

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Brain Gym: Building Stonger Brain of Whishfull Thinking. Remidial and Special Educationaly. Aspek

Data were analyzed using analysis of variance (Anova) and regression analysis to determine relationships between parameters, were observed with sitosterol arid stigmasterol, From

Praise to be Allah, who gives the writer His blessing and guidance, so the writer can finish his research paper entitled “The Effectiveness of Error Correction Feedback in