• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA ALAY REMAJA DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Surabaya Pada Pertemanan di Media Sosial Facebook).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN BAHASA ALAY REMAJA DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Surabaya Pada Pertemanan di Media Sosial Facebook)."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

AGRIYANI MINJ IA NURRAHMA .B. 0943010097

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Sur abaya Pada Per temanan di Media Sosial Facebook)

Disusun Oleh :

AGRIYANI MINJ IA NURRAHMA .B. 0943010097

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT.3.7305.99.0170.1

Mengetahui, Dekan

(3)

0943010097

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veter an “ J awa Timur Pada Tanggal 18 J uli 2012

PEMBIMBING TIM PENGUJ I :

1. Ketua

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed Ir. Didiek Tranggono, M.Si NPT.3.7305.99.0170.1 NIP. 195812251990011001

2. Sekr etaris

Dr. Catur Sur atnoaji, M.Si NPT. 3.6804.94.0028.1 3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT.3.7305.99.0170.1

Mengetahui, DEKAN

(4)

dengan rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGGUNAAN BAHASA ALAY REMAJ A DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Sur abaya Dalam Per temanan di Media Sosial Facebook)

Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan, berkat usaha dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. ALLAH SWT karena atas karuniaNya penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku rektor UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Dra.Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

6. Ayah Ir. Yunan Iriawan Borut, MT terima kasih atas saran, bimbingan, semangat dan doanya agar penulis semangat dalam mengerjakan skripsi dan buat segala pengorbanannya. Love you Yah

7. Ibu tercinta Almh. Erlina yang mungkin di Surga juga mendoakan penulis supaya mendapat yang terbaik dalam hidup. Love you Bu 8. Adek penulis (Chadidjah Oktaviani) makasih atas bantuannya buat

nganterin fotocopi, nge print dan lain-lain

9. Nenek ( Hj. Priasih ) terima kasih atas doanya yang tak kunjung henti dan segala pengorbanannya agar penulis bisa cepat menyelesaikan skripsi ini

10.Semua Keluarga besar yang tidak bisa disebutin satu persatu makasih buat dukungannya.

11.Sahabat dan teman-teman penulisMela, Uncu Ipul, Cprod, Nana, Vita, Ijong, Rendy, Andyn terima kasih atas canda tawa kalian yang bikin penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.

12.My Best Teek-Tock (Adhe, Putri, Debita, Kiki, Rara, Esti) dan Geng Huru-Hara (Ujang, Bebe, Lili) makasih buat kekonyolan dan tawanya yang bikin nggak stres.

(6)

15.Semua informan alay (Vivi, Eka, Lia) yang udah meluangkan waktunya buat di wawancara dan membantu penulis mendapatkan bahan skripsi ini. Dan buat Dewi makasih bantuannya buat mengkoordinir para informan. Maacih eeaa guys!

16.My gadget (Cuwek) makasih udah jadi alat komunikasi yang sangat bermanfaat selama pengerjaan skripsi

17.Dan untuk seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari Skripsi ini. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari Bapak atau Ibu dosen Pembimbing maupun rekan-rekan sekalian demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(7)

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR GAMBAR. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... ix

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Perumusan Masalah. ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian. ... 10

1.4.1 Secara Teoritis ... 10

1.4.2 Secara Praktis. ... 10

1.4.3 Manfaat Penelitian. ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ... 12

2.1 Penelitian Terdahulu. ... 12

2.2 Landasan Teori. ... 15

(8)

2.2.4 Bahasa. ... 21

2.2.4.1 Fungsi Bahasa. ... 22

2.2.4.2 Ragam/ Variasi Bahasa dari Segi Sarana... 30

2.2.5 Bahasa Alay. ... 32

2.2.5.1 Ciri-Ciri Bahasa Alay. ... 33

2.2.5.2 Penggunaan Bahasa Alay Di Facebook. ... 35

2.2.6 Psikologi Remaja. ... 39

2.2.6.1 Definisi Remaja. ... 39

2.2.6.2 Kebutuhan Sosial Remaja dan Sikap Yang Di Tunjukkan Remaja... 40

2.2.7 Teori Fenomenologi. ... 44

2.2.8 Teori Konstruksi Realitas Secara Sosial. ... 47

2.2.9 Computer-Mediated Communication (CMC). ... 51

2.2.10 Kerangka Berpikir. ... 54

(9)

3.2.1 Fenomenologi. ... 57

3.2.2 Bahasa Alay. ... 60

3.2.2.1 Definisi Alay. ... 60

3.2.2.2 Bahasa Alay. ... 61

3.2.3 Remaja. ... 63

3.2.4 Konstruksi Realitas Secara Sosial. ... 64

3.2.5 Computer-Mediated Communication (CMC). ... 64

3.3 Lokasi Penelitian... 65

3.4 Informan dan Tekhnik Penarikan Informan. ... 66

3.5 Metode Pengumpulan Data. ... 67

3.6 Metode Analisis Data. ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 70

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. ... 70

4.1.1 Gambaran Umum Kota Surabaya. ... 70

(10)

4.1.4.1 Aplikasi Fitur Di Facebook... 75

4.2 Identitas Informan. ... 77

4.3 Penyajian Data dan Analisa Data. ... 78

4.3.1 Fenomenologi Dalam Penggunaan Bahasa Alay Remaja Surabaya di Facebook. ... 78

4.4 Pembahasan. ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 102

5.1 Kesimpulan. ... 102

5.2 Saran. ... 104

DAFTAR PUSTAKA...105

DOKUMENTASI...107

(11)

Gambar 1. Penggunaan Bahasa Alay di ID Facebook...38

Gambar 2. Penggunaan Bahasa Alay di Wall Facebook...38

(12)

LAMPIRAN 1. In Depth Interview Guide...113

LAMPIRAN 2. Transkrip Wawancara Informan 1...115

LAMPIRAN 3. Transkrip Wawancara Informan 2...119

LAMPIRAN 4. Transkrip Wawancara Informan 3...123

LAMPIRAN 5. Bahasa Alay di Facebook Informan 1...126

LAMPIRAN 6. Bahasa Alay di Facebook Informan 2...127

(13)

DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK ( Studi Deskr iptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay Di Kalangan Remaja Kota Sur abaya Dalam Pertemanan di Media Sosial Facebook ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaiamana bahasa alay yang digunakan remaja Surabaya dalam menjalin pertemanan di media sosial facebook dan juga ingin mengetahui alasan remaja menggunakan bahasa alay tersebut di facebook.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif serta analisis deskriptif sebagai metode analisis datanya. Selain itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi dan kosntruksi sosial. Penulis menggunakan kedua teori ini dikarenakan kedua teori tersebut relevan dengan masalah yang diteliti penulis. Penelitian ini membahas kesadaran remaja dalam menggunakan bahasa alay tersebut di facebook dan membahas mengenai media sosial facebook yang menjadi sarana remaja berkomunikasi menggunakan bahasa alay tersebut dan membentuk suatu kebiasaan (habits) remaja dalam berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan konsep teori fenomenologi dan kosntruksi sosial.

Hasi penelitian ini adalah penggunaan bahasa alay yang dilakukan remaja Surabaya di media sosial facebook adalah ekspresi diri mereka ke dalam dunia luar agar lebih diakui keberadaan mereka , agar terlihat berbeda dan juga gaul dari orang lain yang tidak menggunakan bahasa alay. Selain itu, juga untuk menjalin keakraban dalam pertemanan di facebook.

(14)

IN FACEBOOK (Qualitative Descr iptive Study of Language Use Among Teens Alay In the city of Sur abaya in Fr iendship on Social Media Facebook). This study aims to identify and describe how your teen Alay language used in making friends in Surabaya social media facebook and also want to know the reason teens use the Alay language on facebook. In this study, the authors used qualitative research methods as well as a descriptive analysis of the methods of data analysis. In addition, the theory used in this study is the theory of social phenomenology and construction. The author uses both theories because both theories are relevant to the issue under study authors. This study discusses the awareness of youth in using the Alay language on facebook and discuss about facebook is a social media tool that tracks teens communicate using the language and form a habit (habits) adolescents in communicating. This is in accordance with the concept of the theory and

construction of social phenomenology.

Results of this study is the use of language that teenagers do Alay Surabaya in social media facebook is their self-expression to the outside world in order to be recognized their existence, to make it look different and also the slang of other people who do not use Alay language. In addition, also to build intimacy

in friendship on facebook.

(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi.Dengan bahasa kita bisa berkomunkasi satu sama lain. Selain itu, dengan bahasa manusia bisa mengungkapkan perasaanya,menyampaikan pikiran dan harapanya kepada orang lain.Tanpa adanya bahasa kita akan merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain walaupun ada beberapa bahasa non verbal yang bisa kita gunakan dalam berkomunikasi. Tetapi bahasa verbal adalah alat komunikasi yang paling mudah dipahami dan dimengerti oleh semua orang.

Dalam proses komunikasi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.(Mulyana,2007:260) .

(16)

zaman modern ini banyak bahasa baru yang bermunculan. Dan salah satu faktor penyebab munculnya bahasa baru tersebut adalah media. Baik media massa atau media sosial yang juga ikut terus berkembang.

Penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya. Pertama, sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup di lingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar. Kedua, argot (bahasa khusus) berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka. Ketiga, argot (bahasa khusus) berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot (bahasa Khusus) , memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang luar. (Mulyana,2000 : 312)

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model lainnya.

(17)

sosial yang banyak digunakan oleh masayarakat khusunya remaja adalah Facebook. Facebook adalah sebuah jejaring sosial dan situs web yang berisi profil pribadi pemilik akun, menambahkan pengguna lain sebagai teman, bertukar pesan dengan sesama pengguna facebook, mengupdate status (apa yang sedang dilakukan seseorang tersebut), dan memposting foto-foto pengguna akun. Pengguna facebook diperuntukkan untuk orang berusia minimal 13 tahun. Maka dari itu banyak anak ABG yang baru duduk di bangku SMP dan SMA yang menggunakan situs jejaring sosial ini untuk berinteraksi dengan dunia luar. Jumlah pengguna situs jejaring sosial Facebook di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi ketiga di dunia."Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Komunikasi dan Informatika, total ada 43,06 juta orang yang menggunakan situs jejaring sosial facebook. http://www.antaranews.com/berita/317451/pengguna-facebook-di-indonesia-tertinggi-ketiga-dunia

(18)

menyebutkan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sangat besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Kondisi ini bertolak belakang dengan kenyataan adanya 15 bahasa daerah yang sudah punah dan 139 bahasa daerah yang terancam punah dari 726 bahasa daerah yang ada di Indonesia. (http://aldawamu.wordpress.com/)

(19)

Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif

per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alaysudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari yang dimaksud. “ALAY” merupakan istilah yang sedang populer di kalangan anak muda, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Arti kata “Alay” Dari beberapa sumber, kata alay merupakan singkatan dari Anak LAYangan yang dapat diartikan bahwa orang yang dibilang “Alay” merupakan “ORANG KAMPUNGAN” yang disimbolkan dengan anak / orang kampung yang hobinya main layangan dan jarang pulang. Gejala ini akan mengubah gaya bahasa baik secara tulisan atau lisan,mengubah cara berpakaian, dan meningkatkan rasa ingin tampil yang berlebihan di kehidupan sehari-hari ataupun di dunia maya.

http://www.lpmjournal.com/review/bahasa-alay

(20)

ini adalah orang-orang yang suka menggunakan bahasa alay dalam interaksi mereka dengan orang lain dan orang-orang yang mengerti arti dan makna dari tulisan alay yang mereka gunakan dalam berkomunikasi. Karena susunan kata bahasa alay sangat tidak beraturan dan jauh dari kata aslinya. Maka, perlu waktu yang lama untuk orang awam memahami bahasa tersebut.

(21)

Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem anak muda ibu kota, ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an dan kemudian jadi ragam bahasa jejaring sosial yang khas. Bahasa yang digunakan dalam media jejaring sosial Facebook adalah bahasa yang tidak baku, bahasa yang nyeleneh,unik,lucu dan jauh dari makna dan arti dari kata aslinya. Kemunculan Jejaring sosial Facebook menarik seseorang untuk mengungkapkan jati dirinya di publik. Hal itulah yang mendorong pengguna facebook melakukan hal yang mencolok dalam situs jejaring sosial ini. Misalnya, menulis status dengan bahasa tulisan yang aneh dan dengan format tulisan alay.

Bahasa alay menjadi pro kontra di kalangan masyarakat. Banyak yang mengatakan bahwa bahasa alay akan merusak dan menghilangkan budaya berbahasa indonesia khusunya di kalangan remaja.

(http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/23/dimana-taksu-bahasa-indonesia-bersembunyi-489482.html)

(22)

Misalnya mereka menulis ID Facebook mereka dengan nama “Oyiee 'siinonaachupuu' Part II (Oyie' Bhinyaa Andro)” atau dengan menulis di wall facebook mereka “Caapeekkk,, keesseeLL,, tapii haruuss kwuuaaTTT njaLaniNnyaa cuuyyy... “

Penggunaan bahasa alay telah dikritik oleh beberapa pecinta Bahasa, meski sampai saat ini masih pro dan kontra. Sebagian dari kita ada yang antipati terhadap bahasa alay karena bahasa Indonesia dianggap mulai rapuh dirongrong dengan penggunaan bahasa alay maupun bahasa gaul. Penggunaan bahasa alay ini tanpa disadari telah merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan kehilangan jati diri Bangsa Indonesia. “Bahasa yang dihormati akan menjadikan penggunanya dihormati. sebaliknya bahasa yang tidak dihormati maka penggunanya akan dihancurkan oleh bahasa itu sendiri” hal ini tak terlepas dari sudut pandang agama dimana dikatakan “suara” adalah Tuhan, sehingga apabila suara itu dicampakkan maka penggunanya juga akan dicampakan. Demikian juga berlaku untuk tulisan, terlebih lagi tulisan-tulisan atau huruf-huruf kuno dibuat berdasarkan symbol-simbol alam semesta.

(http://bahasa.kompasiana.com/2012/11/28/pro-kontra-bahasa-alay-512412.html)

(23)

Menurut pengamatan penulis, banyak pengguna facebook yang pindah menggunakan media sosial lain karena merasa tidak nyaman lagi menggunakan Facebook dikarenakan banyak Alayers (sebutan untuk orang alay) yang bermunculan dengan bahasa tulis alay nya. Bahkan menurut salah satu Comic indonesia, Ge Pamungkas saat mengutarakan joke nya tentang Alay. Menurutnya, selagi media sosial tersebut tidak terjamah oleh pengguna bahasa alay maka media sosial tersebut masih aman dan nyaman digunakan.

1.2 Perumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diajukan adalah “Bagaimana Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Surabaya dalam Pertemanan di Media Sosial Facebook” ?

1.3 Tujuan Penelitian :

1. Untuk menganalisa dan mendeskripsikan tentang bagaimana penggunaan bahasa alay di kalangan remaja Kota Surabaya dalam pertemanan di media sosial “facebook”

2. Untuk mengetahui apa alasan remaja Surabaya menggunakan bahasa alay di Facebook

(24)

4. Untuk mengetahui bagaimana cara para pengguna bahasa alay berkomunikasi menggunakan bahasa alay tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi berkaitan dengan bahasa komunikasi verbal dalam bidang ilmu komunikasi khususnya mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

1.4.2 Secara pr aktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang ragam bahasa tidak baku atau bahasa alay yang terjadi di kalangan remaja. Khususnya kepada remaja Kota Surabaya.

1.4.3 Manfaat Penelitian

(25)
(26)

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian, penulis mencari jurnal penelitian ilmu komunikasi yang relevan dengan penelitian penulis. Dengan adanya jurnal tersebut diharapkan bisa digunakan dalam referensi penyusunan penelitian. Jurnal penelitian pertama ditulis oleh C. Suprapti Dwi Takariani yang berjudul“Persahabatan melalui Internet” (Studi Fenomenologi Komunikasi Antarpribadi Chatter di Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan

Informatika Bandung melalui Chatting) . Pesatnya perkembangan tekhnologi di

(27)

chatting internet yang dilakukan oleh para chatter di Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif kualitatif sebagai tekhnik analisis datanya dan menggunakan teori fenomenologis serta interaksionisme simbolik. Informan dari penelitian ini adalahchatter di Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung yang intens melakukan chatting dan yang menjalin persahabatan melalui chatting. Hasil penelitian ini adalah alasan chatter melakukan chatting untuk mencari teman, dan menemukan teman lama selain itu juga sebagai hiburan waktu luang, dan chatting dirasa lebih efektif dan efisien. Tidak hanya itu, dengan chatting mereka bisa menjalin persahabatan tanpa harus tatap muka dan lebih leluasa mengungkapkan perasaan lewat chatting melalui bahasa yang santai dan senyaman mungkin.

(28)

Memora FM di Kota Manado dalam kegiatan On air di berbagai acara siaran radio.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan triangulasi sebagai tekhnik analisis datanya dan teori konstruksi sosial. Informan dari penelitian ini adalah penyiar radio Memora FM Manado yang menggunakan bahasa gaul saat bersiaran. Hasil penelitian ini adalah bahasa gaul merupakan fenomena tersendiri bagi pendengar radio Memora FM Manado dan dengan penggunaan bahasa gaul oleh penyiar radio Memora FM Manado memberikan dampak bagi pendengarnya, pendengar beranggapan dengan menggunakan bahasa gaul tersebut mereka akan menjadi gaul seperti penyiar favoritnya. Selain itu penggunaan bahasa gaul dalam siaran dirasa sangat efektif dan bisa menumbuhkan kedekatan antara penyiar dan pendengarnya. Bahasa gaul juga menjadi persuasif yang ampuh, seseorang akan lebih mudah terpengaruh apabila hal yang dipersuasifkan disampaikan semenarik mungkin. Dan penggunaan bahasa gaul salah satu cara komunikasi baru yang mudah diterima masyarakat.

(29)

bangsa yang harus disadari dan digunakan oleh warganya. Remaja memilih menggunakan bahasa variasi yang mereka anggap lebih modern dan menumbuhkan eksistensi mereka dalam pergaulan sehari-hari.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Internet

Internet berasal dari kata interconnection network, yang berarti hubungan dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, yang menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, satelit, dan lainnya. Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan canggih ini menggunakan protokol yaitu Transmission Control Protocol (TCP) dan Internet Protocol (IP). ( Nurudin, 2012 : 49 )

(30)

Perkembangan besar selanjutnya adalah terbangunnya aplikasi World Wide Web pada tahun 1990 oleh Tim Berners-Lee. Aplikasi Worl Wide Web (WWW) ini menjadi konten yang dinanti semua pengguna internet. WWW membuat semua pengguna dapat saling berbagi bermacam-macam aplikasi dan konten, serta saling mengaitkan materi-materi yang tersebar di internet. Sejak saat itu pertumbuhan pengguna internet meroket. (Nurudin, 2012:51)

Kemunculan internet telah memberikan banyak pengaruh dan perubahan pada kehidupan masyarakat. Awalnya hubungan komunikasi antar manusia terbatas ruang dan waktu, maka dengan adanya internet membuat hubungan antar manusia dalam penyampaian informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah dan tanpa batas. Dengan adanya internet, situasi di sebuah wilayah atau negara bisa dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia secara langsung dan tanpa harus menunggu lama. Selain itu, Internet sangat bermanfaat bagi berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, perdagangan, ekonomi dan pemerintahan. Internet sangat membantu dalam proses penyebaran informasi dan pesan dengan cepat dalam aspek-aspek tersebut. (Nurudin,2012 : 52)

(31)

2.2.2 Media Sosial

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Media sosial menggunakan tekhnologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Beberapa contohnya antara lain jejaring sosial, wiki, you tube dan lain-lain. Melalui media sosial setiap orang bisa membuat, menyunting sekaligus mempublikasikan sendiri konten berita, promosi, artikel, foto dan video. Selain lebih fleksibel dan luas cakupannya, lebih efektif dan efesien, cepat, interaktif dan variatif. (Nurudin,2012: 53)

Media sosial sekarang ini digunakan sebagai alat komunikasi, dan sebagai satu strategi internet marketing. Media sosial adalah suatu istilah yang luas untuk diartikan, tetapi istilah yang umum adalah bahwa kita bisa dapat berinteraksi untuk menuangkan pikiran dan pendapat kita pada sebuah website atau mencakup berbagai macam website dan juga berinteraksi dengan pengunjung lainnya.

Seperti halnya koran dan radio yang menjadi instrumen sosial untuk berkomunikasi, jika membaca koran, mendengarkan informasi dari radio, dan menyaksikan berita televisi hanya bersifat terbatas karena komunikasi hanya satu arah saja dan kita tidak bisa terlibat langsung dalam interaksi tersebut untuk mengungkapkan pendapat dan pikiran kita.

(32)

dengan cara sederhana yaitu meminta komentar anda atau memposting informasi anda dalam sebuah artikel, atau bisa merekomendasikan dan lain-lain.

http://indowebsia.com/showseo.php?seo_id=10#ixzz2NymtwV1p

Media sosial digunakan ketika aplikasi Web 2.0 digunakan suatu situs untuk membentuk jejaring antar teman atau biasa disebut situs pertemanan. Dalam suatu media sosial, anggota komunitas suatu situs tidak hanya sekedar dapat menanggapi konten atau mengirimkan konten, melainkan juga membangun relasi antar-anggota.

Ada banyak media sosial yang berkembang salah satunya adalah situs jejaring sosial adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan pengguna lain melalui profil pribadi atau akun pribadinya. Profil pribadi mencakup semua jenis informasi termasuk foto, video, file dan blog. Situs jejaring sosial ini umumnya memiliki fitur seperti pesan instan dan email contohnya adalah facebook, twitter,instagram,tumblr dan lain-lain.

(33)

2.2.3 Facebook

Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang dirinya. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Diluncurkan pertama kali pada 4 februari 2004 yang awalnya hanya untuk siswa Harvard College. Dalam dua bualn selanjutnya, diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University,MIT, Tufts), Rochester, Standford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy league. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat email Universitas (seperti .edu, .ac.uk, dan lain-lain) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini. Selanjutnya facebook dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan alamat email apapun dapat mendaftar di facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia. Seperti, berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografi.

(34)

Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan htt p:/ / w w w .profil.w eb.id/ 2013/ 03/ biografi-mark-zuckerberg-pendiri.ht ml

Facebook adalah salah satu situs pertemanan yang banyak diminati. Karena Mencari teman atau sekedar kenalan di dunia maya atau teman di internet bagi sebagian orang adalah suatu kebutuhan apalagi bagi orang yang menekuni bisnis online tentu mencari relasi di internet wajib hukumnya karena tanpa relasi atau teman serta kenalan di internet tentu bisnis tidak akan selancar apabila kita

memiliki teman, sahabat, kenalan di internet.

(http://www.tribunnews.com/2011/11/15/situs-pertemanan-tituit-dan-duiter)

(35)

Di Indonesia, perkembangan facebook juga sangat signifikan. Tahun 2009 pengguna facebook di tanah air masih 8 juta orang. Kemudian, akhir tahun 2010 melonjak menjadi 27 juta. Terakhir, Januari 2011 jumlah itu bertambah lagi menjadi 35 juta pengguna. Hal ini membuat Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna terbesar kedua, setelah Amerika Serikat.

http://tekno.kompas.com/read/2012/10/05/08541377/pengguna.facebook.sudah.sa

mpai.1.miliar

2.2.4 Bahasa

(36)

Yogyakarta. Ada beberapa kata khas yang dimiliki tiap-tiap kota tapi memiliki arti yang sama. Itu menunjukkan keragaman bahasa yang terjadi di masyarakat. (Chaer-Agustina,2004:14).

Keragaman bahasa juga dapat dilihat dari segi usia, salah satunya adalah bahasa yang digunakan remaja. Salah satu ciri “bahasa” remaja adalah “kreativitas”. Ragam seperti itu tidak bisa dilihat hanya dari sudut linguistik melainkan dari segi sosialnya. (Sumarsono, 2002: 156)

Kemunculan kata-kata “baru” tersebut, dilihat dari segi kebahasaan, menambah kekayaan perbendaharaan kata, setidaknya untuk kalangan remaja. Beberapa kata “baru” hasil kreativitas yang muncul sudah meluas tidak hanya di kalangan tertentu bahkan hampir semua kalangan. (Sumarsono, 2002: 156).

Selain itu hal tersebut dikarenakan sifat remaja yang suka “ memberontak” dan hal ini tergambar dari ekspresi tuturnya. Pemberontakan tersebut tercermin pada penggunaan tutur non baku, bahkan mungkin pada penciptaan bentuk-bentuk non baku. Dalam hal ini bahasa Indonesia dialek Jakarta memenuhi selera. Maka dari kata-kata tertentu dialek jakarta mudah tersebar di kota-kota besar lain di Indonesia. Dan salah satu penyebabnya adalah media massa. (Sumarsono, 2002: 159).

2.2.4.1 Fungsi Bahasa

(37)

information, exploration, persuasion, dan entertainment ( Michel dalam Chaer-Agustina,2004:15)

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.

Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.

(38)

beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).

(39)

cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.

1. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

(40)

menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.

Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :

- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,

- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).

2. Bahasa sebagai Alat Komunikasi

(41)

mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

(42)

nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

a. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).

(43)

bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda?Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

b. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

(44)

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara

lebih jelas dan tenang.

(http://t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4761/BAB1.htm)

2.2.4.2 Ragam/Variasi bahasa dar i segi sarana

(45)

Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen baik etnis, status sosial, maupun lapangan pekerjaannya maka variasi atau kergaman itu tidak akan ada. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyrakat yang beraneka ragam. Berikut ini variasi bahasa Dari segi sarana dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Ragam lisan : Jika dilihat dari segi ragam Non Ilmiah . ragam lisan adalah bahasa percakapan sehari-hari yang bebas aturan, bahasa percakapan, gaul/prokem

2. Ragam tulis :Jika dilihat dari segi ragam Non ilmiah. Ragam tulis digunakan untuk bahasa pribadi, keluarga, dan sosial. Dan tidak ada aturan yang terikat. ( Chaer-Agustina,2004 :61-73)

Berkomunikasi lewat tulisan tentu akan sama sekali berbeda jika kita berkomunikasi secara langsung. Tidak adanya kontak langsung terkadang bisa menimbulkan salah persepsi atau salah paham antara si pemberi dan penerima pesan. Cara setiap orang membaca tulisan yang berbeda, tidak jarang bisa menjadi sebab utama terjadinya missed komunikasi. Karena itu, jelas dan lugas dalam menyampaikan pesan lewat tulisan adalah hal utama yang harus diperhatikan. Penggunaan tanda baca yang berlebihan memang bisa dikatakan adanya emosi berlebihan dari si penulis.

(46)

2.2.5 Bahasa alay

Alay adalah singkatan dari anak layangan. Istilah ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon, asal usul alay diartikan “anak kampung”, karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Dalam keterangan yang didapat dari berbagai sumber disebutkan juga bahwa alay merupakan akronim dari "anak layangan". Tidak begitu jelas maksud atau arti layangan di sini. Namun, karena perilaku layangan yang ketika dimainkan harus ditarik dan diulur, kemudian dijadikan perumpamaan kepribadian remaja yang masih labil. Artinya, bisa berubah-ubah karena ada tarikan dari sana-sini sesuai dengan pengaruh di sekitarnya (Kompas.com). Menurut Koentjara Ningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan dan gaya berpakaian mereka menjadi lebih nyentrik dan berbeda dari orang lain.

(47)

dapat melihat perbedaan bahasa alay ini dari bahasa sehari-hari yang sudah digunakan orang pada umumnya.

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/05/18/18003517/Bahasa.Alay.Masi

hkah.pada.Tempatnya)

Bahasa alay adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).

2.2.5.1Ciri-cir i bahasa alay

1. Kombinasi antar a hur uf besar dan kecil secara acak

(48)

2. Gabungan antara hur uf dan angka-angka tertentu

Tidak cukup dengan memvariasikan besar kecilnya huruf. dalam bahasa alay juga mengkombinasikan antara huruf dengan angka-angka tertentu yang berbentuk menyerupai huruf sebenarnya. Misalnya : “ b3sOk 6u3 1kuT a7a “ yang artinya “ besok gue ikut aja”. Contoh yang lain “ kes4an, se7 “ yang artinya “ kesempatan dan setuju “.

3. Memangkas hur uf vokal dan spasi

Cara penulisan ini digunakan karena merasa terlalu lama untuk mengetik seluruh huruf dalam satu kalimat dengan lengkap, maka dari itu kalimat yang dipergunakan di singkat penulisannya. Misalnya : “aq akn k r mh mu jd jgn kmn2” yang artinya “ aku akan ke rumahmu jadi jangan kemana-mana”.

4. Balita Style

(49)

5. Menggunakan kata-kata atau kalimat meminta konfirmasi

Hal terakhir ini yang sedang marak digunakan oleh kalangan remaja. Misalnya: “ So what gitu lho? Atau “ terus gue harus bilang wow gituh?”

(http://sekilasinfoforyou.blogspot.com/2012/11/ciri-khas-bahasa-alay.html)

2.2.5.2 Penggunaan Bahasa Alay di facebook

(50)

berkembang di masyarakat, mulai dari mempersingkat kata, mencampurkan huruf besar dan huruf kecil, mengganti huruf dalam suatu kalimat, mencampurkan huruf dengan angka. Para pengguna bahasa alay tersebut akan menggunakan jenis bahasa alay yang mereka anggap paling menarik untuk digunakan. Setelah itu bahasa alay yang mereka pilih tersebut mereka olah se kreatif mereka agar lebih menarik untuk digunakan berkomunikasi dengan orang lain.

Penggunaan bahasa alay di facebook sangat berkembang pesat dikarenakan pemilik akun facebook semakin bertambah dengan pesat juga. Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang memiliki jumlah pengguna terbanyak. Selain itu cara mengakses facebook sangat mudah. Bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Di karenakan facebook adalah salah satu situs pertemanan yang diperuntukkan untuk seseorang mencari dan berkomunikasi dengan teman lama atau bahkan teman baru mereka di dunia maya. Maka dari itu banyak aktivitas yang pengguna facebook lakukan saat online diantaranya chatting dengan pengguna lain yang terdaftar sebagai teman di facebook mereka, meng-upload foto, meng-comment status teman mereka atau menulis status di wall atau dinding facebook. Dari aktivitas pengguna facebook tersebut bisa

(51)

sebuah bentuk perlawanan terhadap dominasi bahasa baku atau kaidah bahasa yang telah mapan,” jelasnya. Artinya, remaja merasa menciptakan identitas dari bahasa yang mereka ciptakan sendiri pula. Remaja sebagai kelompok usia SMP-SMA yang sedang mencari identitas diri memiliki kekhasan dalam menggunakan bahasa tulis di facebook. Dan selain itu karena adanya perkembangan lifestyle dan tekhnologi yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja dan dalam hal ini yang berpengaruh dalam penggunaan bahasa alay adalah facebook.

http://daengbulang.wordpress.com/2012/10/29/remaja-populer-dan-fenomena-bahasa-gaul-alay/

Fakta bahwa pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2012 ini telah mencapai 63 juta orang (Okezone, 12 Desember 2012) atau naik 300% dalam 5 tahun terakhir. Kondisi ini diperkuat dengan adanya 29 juta orang meng-akses internet secara mobile sebagai tanda tingkat produktivitas pemakaian bahasa pemakainya. Proyeksi ini akan terus berkembang hingga mencapai 80 juta orang pada tahun 2014. Di sisi lain, data Kominfo April 2012 menyebutkan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sangat besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Kondisi ini bertolak belakang dengan kenyataan adanya 15 bahasa daerah yang sudah punah dan 139 bahasa daerah yang terancam punah dari 726 bahasa daerah yang ada di Indonesia.

(52)

sudah menjadi bahasa favorit mereka daripada Bahasa Indonesia itu sendiri. Hal ini terjadi karena anak muda sekarang membutuhkan pengakuan akan eksistensi mereka. Mereka hampir tidak punya ruang untuk mewujudkan eksistensi mereka. Jadi,anak muda yang tidak memakai bahasa alay maka tidak disebut anak gaul, dan status sosial seseoranglah yang paling mempengaruhi penggunaan bahasa itu sendiri (Meyerhofff, 2006:108).

http://humaniora.kompasiana.com/bahasa/2012/12/21/1/512714/bahasa-indonesia-pada-dunia-maya-jejaring-sosial-ancaman-atau-peluang.html

Contoh pengguna bahasa (tulis) alay di ID facebook

(53)

2.2.6 Psikologi Remaja 2.2.6.1 Definisi Remaja

Menurut Sarwono (2007:2 ) Remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan mudah terbawa arus pergaulan.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting. Diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Selain itu remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nila0nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2001:184).

Menurut Hurlock, menyatakan bahwa usia yang dapat dikatakan sebagai remaja yaitu diantara usia 11 tahun sampai usia 21 tahun. Periode remaja ini dipandang sebagai masa “strom and stres”, frustasi dan penderitaan, konflik, dan penyesuaian, mimpi dan melamun cinta dan perasaan terlinealisasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa ( Yusuf, 2001:184)

(54)

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek, fisik, psikis, dan psikososial.

2.2.6.2 Kebutuhan Sosial Remaja dan Sikap Yang Sering Ditunjukkan Remaja

Manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelususri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak sebagai insan yang aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. (Yusuf Syamsu, 2010:122)

(55)

saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.

Pergaulan remaja cukup luas dibanding masa anak-anak. Dalam penyesuaian diri dengan lingkungannnya, remaja telah memulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelekttual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami.

Menurut Erick Erison, bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, kehidupan sosial remaja didorong oleh kepentingan seksual. ( Yuanita,2011 : 30)

Dari kebutuhan sosial remaja tersebut bisa dilihat dari sikap –sikap yang sering ditunjukkan remaja. Menurut Asrori (2006) sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu sebagai berikut :

(56)

keinginan dan kemampuan ini yang membuat remaja diliputi perasaan gelisah.

2. Pertentangan : sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu mandiri. Oleh karena itu, banyak remaja yang bertentangan dengan orang tua mereka. Pertentangan yang terjadi antara orang tua dan remaja seringkali menimbulkan keinginan mereka melepaskan diri dari orang tua. Namun, cara tersebut seringkali tidak berhasil mereka lakukan karena mereka tidak cukup berani untuk benar-benar lepas dari orang tua. Sehingga pertentangan seperti itu memnimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri ataupun orang lain.

(57)

sesuatu yang konsumtif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

4. Aktivitas berkelompok : berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam larangan dari orang tua sekali melemahkan atau mematahkan semangat remaja. Di usia remaja memang keinginan untuk berkumpul dan berkelompok dengan teman sebayanya sangat besar. Mereka ingin tahu cara beradaptasi dan bersosialisasi dengan banyak orang.

(58)

2.2.7 Teori Fenomenologi

Menurut The Oxford English Dictionary, yang dimaksud dengan fenomenologi adalah (a) the science of phenomena as distinct from being (ontology), dan (b) division of any science which describes and cllasifies its phenomena. Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari fenomena yang tampak di depan kita, dan bagaimana penampakannya. ( Kuswarno,2009:1). Tujuan utama fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomenologi tersebut bernilai atau diterima secara estetis. Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting , dalam kerangka intersubjektivitas. Intersubjektif karena pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. (Kuswarno, 2009:2)

Pendekatan ini yang membuat para ilmuwan melihat gejala sosial secara berbeda, sekaligus membuat ilmu sosial menemukan dirinya sendiri. Ada beberapa tokoh fenomenologi diantaranya :

a. Edmund Husserl (1859-1938)

(59)

Husserl pada prinsipnya bercorak idealistik, karena menyerukan untuk kembali kepada sumber asli pada diri subjek dan kesadaran. (Kuswarno,2009:10)

Adapun pokok-pokok pikiran Husserl mengenai fenomenologi adalah: 1. Fenomena adalah realitas sendiri yang tampak

2. Tidak ada batas antara subjek dengan realitas 3. Kesadaran bersifat intensional

4. Terdapat interaksi antara tindakan kesadaran (noesis) dengan objek yang disadari (noema).

b. Alfred Schutz (1899-1959)

Alfred Schutz (seorang pegawai pabrik sekaligus filsuf fenomenologi) lahir di Vienna pada tahun 1899 dan meninggal di New York 1959. Analisisnya yang mendalam mengenai fenomenologi didapatkannya ketika magang di New School for the Social Research di New York. Schutz membawa fenomenologi ke

dalam ilmu sosial baginya tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari

kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna, dan kesadaran.

(60)

menggunakan simbol-simbol yang telah diwariskan padanya untuk memaknai tingkah lakunya sendiri. Tindakan sosial dapat diterima jika hanya atampak masuk akal bagi pelaku sosial yang relevan. ( Kuswarno,2009:18)

c. Peter Berger

Tokoh yang dikenal dengan pemikirannya mengenai konstruksi realitas secara sosial ini, juga memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap perkembangan fenomenologi. Berger melihat tindakan manusia sebagai produk proses internalisasi dan eksternalisasi, serta cenderung konstruksionik. Jadi Berger melihat setiap tindakan manusia dilakukan secara dialektis di dalam dan bagi dirinya sendiri, serta dalam dirinya dengan kondisi masyarakat di sekitarnya. Dalam konsep ini Berger mnempatkan manusia sebagai subjek yang kritis dan problematik artinya menyertakan pengetahuan yang dimiliki oleh subjek.

(61)

Pada dasarnya fenemonologi mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran yang terentang dari persepsi, gagasan, memori, imajinasi, emosi, hasrat, kemauan sampai tindakan baik itu tindakan sosial maupun dalam bentuk bahasa.

Fenomenologi adalah instrumen untuk memahami lebih jauh hubungan antarakesadaran individu dan pekerjaan sosialnya. Fenomenologi berupaya mengungkapbagaimana aksi sosial, situasi sosial, dan masyarakat sebagai produk kesadaranmanusia. Jadi di sini, penulis ingin mengungkap bagaimana fenomenologi penggunaan bahasa alay di kalangan remaja Kota Surabaya di media sosial facebook.

2.2.8 Teori Konstruksi Realitas Secara Sosial

Konstruksi sosial (social construction) merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Menurut Berger realitas sosial eksis dengan sendirinya dan struktur dunia sosial bergantung pada manusia yang menjadi subjeknya. (Bungin, 2008:13)

Konsep awal mengenai teori ini dikemukakan oleh Alferd Schultz melalui konsep fenomenologi, yang dikembangkan dalam buku “ The Social Construction of Reality “ oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann. Dengan adanya dukungan

(62)

Asumsi-asumsi yang mendasari konstruksi realitas secara sosial adalah :Realitas tidak hadir dengan sendirinya, tetapi diketahui dan dipahami melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa

a. Realitas dipahami melalui bahasa yang tumbuh dari interaksi sosial pada saat dan tempat tertentu

b. Bagaimana realitas dipahami bergantung pada konvensi-konvensi sosial yang ada

c. Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek penting dalam kehidupan, seperti aktivitas berpikir dan berperilaku.

Berdasarkan asumsi diatas, teori konstruksi sosial menemukan hubungan antara bahasa, interaksi sosial dan kebudayaan. Yaitu bagaimana bahasa merupakan jembatan bagi manusia dalam memahami realitas, sekaligus sebagai pedoman dalam berperilaku. Karena bahasa bersifat kompleks dan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam kehidupan sosial masyarakat. Teori konstruksi realitas secara sosial lebih menekankan kajiannya pada hubungan bahasa dan kebudayan, dengan memasukkan unsur interaksi sosial didalamnya. (Kuswarno, 2008 :23)

(63)

dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno dalam Bungin, 2008:13)

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan; Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun

(64)

Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan

(65)

Masyarakat diciptakan dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Dalam berinteraksi manusia senantiasa menggunakan dan menciptakan simbol, yang simbol tersebut bukan hanya sebagai alat dari kenyataan sosial, namun simbol juga merupakan inti dari kenyataan sosial. Konstruksi sosial sendiri amat erat kaitannya dengan kesadaran manusia terhadap realitas sosial itu. Karena itu kesadaran adalah bagian yang paling penting dalam konstruksi sosial. (Bungin, 2008:25)

2.2.9 Computer-Mediated Communication (CMC)

Computer-Mediated Communication (CMC) adalah berbagai jenis program aplikasi yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang atau lebih yang dapat saling berinteraksi melalui komputer yang berbeda. Yang dimaksud disini bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih dapat saling berinteraksi, namun bagaimana dua orang atau lebih dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan alat bantu komputer melalui program aplikasi yang ada pada komputer tersebut. Pixy Ferris secara general mendefinisikan komunikasi bermedia internet sebagai “interaksi secara interpersonal yang dihubungkan oleh komputer, yang meliputi komunikasi asynchronous dan synchronous melalui fasilitas dalam internet”

(www. december. com / cmc / mag // jan / ferris / html ).

(66)

fasilitas dan kemampuannya untuk didayagunakan sebagai alat penyampai pesan baik bersifat massa ataupun pribadi”.

Secara rinci komunikasi bermedia internet dala proses penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet meliputi

a. Menciptakan pengertian dengan menulis “surat” melalui e-mail, menuliskan kata-kata pada waktu yang sama dalam komunitas chatting, serta menciptakan web sites melalui penciptaan file multimedia.

b. Menyebarkan pengertian melalui komunikasi point to point (e-mail), dan komunikasi point to multi point (IRc,web site)

c. Merasakan arti dalam teks dan multimedia pada web sites, e-mail, dan IRC

d. Berpartisipasi dalam forum untuk berkomunikasi yang merupakan awal penjelajahan karakteristik komunitas seperti tujuan bersama, norma-norma dan tradisi.

( www. december. com / cmc / mag / jan/ decpro. html )

(67)

3. Perspektif lintas budaya, karena karakteristik yang mampu melintas jarak dan batas benua, maka dimungkinkan komunikasi bermedia internet akan memiliki fenomena terjadinya pertukaran antar budaya. Dalam penggunaan user internet akan menjadi semakin bertambah partisipasinya dalam pertukaran budaya dan penghubung pertukaran budaya itu sendiri.. Online broadcast communication merupakan istilah komunikasi yang dilakukan melalui fasilitas web. Meskipun bentuknya berbeda dengan materi dan fisik media broadcast klasik lainnya, namun web memiliki syarat untuk menjadi media massa yaitu memiliki unsur universalitas dan periodisasi. (Thurlow,2008:24)

(68)

2.2.10 Kerangka Berpikir

Bahasa alay adalah bahasa yang berkembang dengan cepat sebagai gaya bahasa pergaulan. Bahasa alay adalah variasi bahasa non resmi yang memiliki karakteristik berupa singkatan, kosakata, dan penggabungan huruf dan angka dalam penulisannya. Faktor- fator yang dapat mempengaruhi timbulnya variasi bahasa adalah tempat, waktu, situasi, dan pemakainya. Bahasa timbul karena adanya proses interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling mempengaruhi maka tidak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dan sering dipakai maka bahasa tersebut makin berkembang.

Dengan berkembangnya tekhnologi dan media sosial yang saat ini terus berkembang di kalangan masyarakat. Membuat remaja Surabaya dengan mudah menerima dan mendapatkan informasi, selain itu remaja Surabaya yang peka akan keadaan ini mampu membuat keadaan menjadi hal yang bisa menguntungkan maupun dapat merugikan baik untuk diri mereka atau perkembangan bahasa Indonesia. Kecenderungan itu membuat remaja Surabaya yang berbahasa alay di facebook menggunakan media sosial tersebut sebagai alat komunikasi dan sarana untuk mendapatkan informasi tentang gaya bahasa baru dan sebagai wadah yang cocok untuk berbahasa alay. Hal ini juga membuat mereka lupa tentang tata bahasa yang baik dan benar.

(69)

Dari kerangka berpikir diatas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana bentuk penggunaan bahasa (tulis) alay dikalangan remaja Surabaya di facebook.

Gambar

Kerangka Berpikir Penelitian Penggunaan Bahasa Alay Di Kalangan Remaja Kota Sur abaya dalam Pertemanan Di Media Sosial Facebook

FENOM ENA

PENGGUNAAN BAHASA ALAY

REM AJA M EDIA SOSIAL

(70)

3.1 J enis Penelitian

Pada penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatlitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur, 2003:53). Metode ini adalah metode yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Di dalam penelitian ini menjelaskan fenomena yang terjadi pada masyarakat dengan menggunakan pendekatan mendalam melalui pengumpulan data data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya terbatas. Suatu penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. (Satori-Komariah, 2011:22)

Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasi masalah atau memeriksakan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

(71)

3. Mengumpulkan informasi aktual yang melukiskan gejala yang ada.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena berusaha memahami fenomena penggunaan bahasa alay di kalangan remaja Surabaya dalam pertemanan di media sosial facebook. Penelitian dalam pandangan fenomenologik bermakna memahami periatiwa dalam kaitannya dengan orang dalam situasi tertentu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan bahasa alay yang digunakan remaja pada media sosial facebook.

3.2 Definisi Operasional Konsep

3.2.1 Fenomenologi

(72)

Secara teknik ada beberapa cara penulisan disebut dengan tulisan atau bahasa alay diantaranya:

1. Menulis dengan mencapur adukan huruf besar dan huruf kecil danterkadang dengan simbol-simbol dan angka.

2. Menulis dengan mencampur adukan antara bahasa asing denganbahasa Indonesia disertai dengan menambah-nambahkan huruf yangtidak penting.

Bahasa tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah persinggungan antara seni dan filsafat sehingga kemudian menghasilkan seni yang filosofis danfilsafat yang estetis. Dunia seni dan filsafat menjadi semacam arena baruyang oleh Wittgenstein disebut-sebut sebagai language games (permainanbahasa). (Sobur, 2006: 287)

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Octavia Khaerani Rizky, L100110060, AFTER FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Harapan Setelah Memutuskan Pertemanan Di Jejaring Sosial Facebook Oleh Generasi Internet

Seiring dengan perkembangan zaman, dan perkembangan teknologi, bahasa alay itu tidak hanya sekadar istilah, namun juga meluas ke tulisannya. Tulisan-tulisan alay itu dipicu oleh

Tujuan penelitian ini menjelaskan abreviasi, afiksasi, dan reduplikasi dalam ragam bahasa remaja di media sosial facebook dan menyebutkan faktor yang mempengaruhi

Hasil analisis yang ditemukan pada penelitian pengaruh penggunaan media sosial facebook terhadap perilaku prososial remaja di Kenagarian Koto Bangun dan merupakan

Data dalam penelitian ini adalah data tulis dari pembaharuan status dan komentar oleh remaja yang menggunakan bahasa gaul dalam interaksi di media sosial facebook data

Tidak hanyak berkutat pada internet saja, remaja juga banyak yang memiliki akun media sosial sebanyak 92%, akun media sosial yang di miliki paling banyak yakni facebook sebanyak

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan membaca kolom komentar pada media sosial Facebook, diketahui bahwa bahasa yang digunakan netizen mengandung makna sarkasme dan

Halaman 21 EKSISTENSI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM JEJARING MEDIA SOSIAL FACEBOOK Selvia Anggraini1, Nurul Fauziyah2 Pos-el : angrainiselvia17@gmail.com Pendidikan Bahasa dan