• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI

OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh : NOVA ASRINA NPM : 0924010028

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR S U R A B A Y A

(2)

PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN

SIDOARJO Disusun oleh :

NOVA ASRINA NPM : 0924010028

.Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 1 february 2013

Menyetujui,

Pembimbing : Tim Dosen Penguji,

1. Pembimbing Utama : 1. Ketua

Dr. Ir. A.RACHMAN WALIULU,SU Dr.Ir.A.RACHMAN WALIULU,SU

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Dr.Ir. SUMARTONO,SU Prof. Dr.Ir.SYARIF IMAH HIDAYAT,MM

3. Anggota

Ir.SETYO PARSUDI, MP

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS

Ketua Pogram Studi Agribisnis

(3)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Permintaan Kedelai Oleh Pengusaha Tempe di Desa Sepande Kecamatan Sidoarjo ” . Penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan sebagai makhluk yang diciptakan tidak terlepas dari Allah SWT dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Ir.A Rachman Waliulu.SU selaku dosen pembimbing utama dan kepada bapak Dr.Ir.Sumartono, SU selaku dosen pendamping yang telah memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini.

Surabaya, Januari 2013

(4)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 6

C. Manfaat ... 6

D. Batasan Masalah ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Beberapa Penelitian Terdahulu ... 8

B. Komoditas Kedelai ... 11

1. Klasifikasi Kedelai ... 11

2. Manfaat Kedelai ... 12

3. Kondisi Kedelai Saat ini ... 14

4. Peningkatan Produksi Kedelai ... 15

C. Kedelai Sebagai Bahan Baku Tempe ... 15

D. Definisi Harga ... 17

1. Fungsi Harga... 19

2.Determinasi Pembentukan Harga... 19

3 Fluktuasi Harga dan Tingkat Harga Produk Pertanian... 20

4.Kebijakan Pemerintah tentang Bahan Pangan... 22

(5)

A. Kerangka Pemikiran... 34

B. Hipotesa ... 38

IV. METODE PENELITIAN ... 39

A. Penentuan Lokasi ... 39

B. Pengumpulan Data ... 39

C. Analisis Data ... 39

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

V. KEADAAN UMUM DAERAH ... 44

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Sejarah Pengusaha Tempe di Sepande... 50

B. Perkembangan Harga dan Permintaan Kedelai di Desa Sepande... 57

C. Perkembangan Harga di Desa Sepande... 56

D. Perkembangan Permintaan Kedelai di Desa Sepande... 61

E. Pengaruh Harga Terhadap Permintaan Kedelai Oleh Pengusaha Tempe... 67

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 79

(6)

Nomor Halaman Judul

1. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram

bahan yang dapat dimakan... 5 2. Penggunaan Tanah di Desa Sepande Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo tahun 2012... 45 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Sepande

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012... 46 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sepande

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012... 47 5. Jumlah penduduk mata pencaharian di Desa Sepande

Kecamatan Candi Kabupate Sidoarjo Tahun 2012... 48 6. Luas dan persentase areal tanaman menurut jenis komoditi

di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012... 49 7. Perkembangan Harga dan Permintaan Kedelai di Desa Sepande... 55 8. Hasil uji t Analisis Regresi Antara koefisien Permintaan Kedelai

Jenis Pelangi (Y) dengan harga kedelai jenis pelangi (X )... 68 9. Hasil uji t Analisis Regresi Antara koefisien Permintaan Kedelai

Jenis Non pelangi (Y) Dengan Harga Kedelai Jenis Pelangi (X )... 71 10.Hasil uji t Analisis Regresi Antara Koefisien Total Permintaan

(7)

Nomor Halaman Judul

1. Kerangka Pemikiran... 29

2.

Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Pelangi

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 57 3. Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Non Pelangi

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 53 4. Tren Perkembangan Harga Rata – Rata Kedelai

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 60 5. Tren Perkembangan Permintaan Kedelai Jenis Pelangi

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 63 6. Tren Perkembangan Permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 64 7. Tren Perkembangan Total Permintaan Kedelai

di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012... 66 8. Grafik Perkembangan Antara Permintaan Kedelai Jenis

Pelangi dan Harga Kedelai Jenis Pelangi... 69 9. Grafik Perkembangan Antara Permintaan Kedelai Jenis Non

Pelangi dan Harga Kedelai Jenis Pelangi... 73 10. Grafik Perkembangan Antara Total Permintaan Kedelai dan

(8)

Nomor Halaman

1. Trend Perkembangan Harga Kedelai Jenis Pelangi... 82

2. Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Non Pelangi... 84

3. Trend Perkembangan Harga Rata – rata Kedelai... 86

4.

Tren Perkembangan permintaan Kedelai Jenis Pelangi... 88

5. Tren Perkembangan permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi... 90

6. Tren Perkembangan Total permintaan Kedelai... 92

7. Regresi Permintaan Kedelai Jenis Pelangi dan Harga Pelangi... 94

8. Regresi Permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi dan Harga Kedelai Jenis Non Pelangi... 96

9. Regresi Total Permintaan Kedelai dan Harga Rata-rata Kedelai... 98

(9)

Tujuan pada penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012. 2) Untuk mengetahui perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun 2010 – 2012. 3) Untuk mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan model analisis trend. Untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan model analisis korelasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) trend perkembangan harga kedelai jenis pelangi, non pelangi serta harga rata-rata kedelai yang trend perkembangannya menunjukkan tren positif 2)Trend perkembangan permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe berfluktuatif dengan trend positif per bulannya sedangkan tren perkembangan permintaan kedelai jenis non pelangi oleh pengusaha tempe berfluktuatif dengan trend negatif per bulan sedangkan total permintaan kedelai trend perkembangannya menunjukkan tren negatif dan cenderung stabil. 3) setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan variabel harga kedelai jenis pelangi berpengaruh secara positif terhadap permintaan kedelai jenis pelangi. setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan bahwa variabel harga kedelai jenis non pelangi berpengaruh secara negatif terhadap permintaan kedelai jenis non pelangi oleh pengusaha tempe sedangkan variabel harga rata-rata kedelai tidak berpengaruh terhadap total permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe

Kata kunci : Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Permintaan Kedelai ABSTRACT

This analysis is aimed to :1) To find out the development of soy price inte KOPTI level from 2010-2012. 2) To find out soy demand by owners of tempe factories from 2010-2012. 3) To find out the changes of soy price towards soy demand by the owners of the tempe factories. Data obtained from observations and interviews. To answer both the purpose 1 and 2 , the analysis used is the trend model one. To answer the purpose 3 the analysis used is the correlatin one. Based on the result of the analysis and the material discussion in this research, it can be concluded that 1) the development of “pelangi and non pelangi” soy type price by fluctuating with positive trends per month. 2) The development of rainbow soy type demand by fluctuating tempe factories owners with positive trends per month whilst the development of non rainbow soy by fluctuating tempe factories owners with negative trends per month and the total of soy trend development is negative and tends to be stable. After the first test has been done, it shows the price variable of rainbow soy influences with positive manners towards the demand of rainbow soy by the owners of tempe factories. Moreover the first test also shows the price variable of non rainbow soy influences with negative manners towards the demand of soy by the owner of tempe factories. Whilst the average soy price variable does not influence the total demand of rainbow soy by the owners of tempe factories / industries.

(10)

mengalamai fluktuasi harga dalam dua tahun terakhir ini. Kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi melalui impor yang volumenya terus meningkat. Padahal ketergantungan yang makin besar pada impor dapat menjadi musibah terutama jika harga pangan dunia sangat mahal akibat stok menurun (Baharsjah, 2004). Produk pangan berupa tempe memerlukan kedelai dalam jumlah besar. Total produksi kedelai sekitar 80% adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembuatan tempe, sedangkan sebagian lainnya diolah untuk kecap, susu kedelai, dan makanan ringan (litbang deptan, 2010).

Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012 ? 2. Bagaimana perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun

2010–2012 ?

3. Apakah perubahan harga berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe ?

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan model analisis trend. Untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan model analisis korelasi

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan berikut :

1. Trend perkembangan harga kedelai jenis pelangi di Tingkat Kopti Desa Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per bulan .Tren perkembangan harga kedelai jenis non pelangi di Tingkat Kopti Desa Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per bulan .Dari berbagai harga jenis kedelai tersebut diperoleh harga rata-rata kedelai yang trend perkembangannya menunjukkan tren positif per bulannya

2. Trend perkembangan permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe di Desa Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per bulannya sedangkan tren trend perkembangan permintaan kedelai jenis non pelangi oleh pengusaha tempe di Desa Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend negatif per bulan. Dari berbagai permintaan jenis kedelai tersebut diperolehlah total permintaan kedelai yang trend perkembangannya menunjukkan tren negatif dan cenderung stabil.

3. Analisis regresi dengan variabel permintaan kedelai jenis pelangi (Y) dengan variabel harga kedelai jenis pelangi (X) setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan variabel harga kedelai jenis pelangi berpengaruh secara positif terhadap permintaan kedelai jenis pelangi. Adapun variabel permintaan kedelai jenis non pelangi (Y) dengan variabel harga kedelai jenis non pelangi (X) setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan bahwa variabel harga kedelai jenis pelangi berpengaruh secara negatif terhadap permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe. Analisis regresi dengan variabel total permintaan kedelai (Y) dengan variabel harga rata-rata kedelai (X) setelah dilakukan uji t menunjukkan variabel harga rata-rata kedelai tidak berpengaruh terhadap total permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe

(11)

Dalam pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian, sangat diperlukan strategi agribisnis bagi komoditas unggulan berskala ekonomis yang menghasilkan produk berdaya saing sangat tinggi, termasuk pengembangan usahatani non-padi seperti tanaman kedelai. Kondisi ini sejalan dengan peringatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), bahwa pada tahun-tahun mendatang, dunia akan terancam krisis pangan, sebagai dampak dari perubahan iklim dibelahan dunia. Sejak tahun lalu, harga komoditas pangan mengalami kenaikan, akibat kurangnya pasokan dari seluruh dunia. (Oktavio,2012)

Kedelai (Glycine soja) merupakan komoditas yang telah lama dibudidayakan di Indonesia dan prospek pengembangannya masih tetap amat cerah. Hal ini memberikan isyarat bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial yang tinggi dan peranannya semakin strategis dalam tatanan kehidupan manusia. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia baik sebagai bahan bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri, maupun bahan penyegar. Kedelai mengandung kadar protein 40 % dan lemak 10 – 15 %. Sampai saat ini kedelai masih merupakan bahan pangan sumber protein nabati yang paling murah sehingga tidak mengherankan bila total kebutuhan kedelai untuk pangan mencapai 95 % dari total kebutuhan kedelai di Indonesia (Adisarwanto,2005).

(12)

oleh iklim, panjang hari, teknik budidaya, dan penggunaan input produksi sesuai anjuran. Faktor lainnya adalah luas lahan usaha yang sempit, serangan hama-penyakit dan gulma, fluktuasi harga, kecilnya kredit usahatani, dan belum terjalinnya kerjasama antar instansi.

Menurut data BPS, selama kurun waktu 1970-2003, perkembangan luas areal panen dan produksi relatif tidak meningkat secara berarti, dan sejak tahun 2000 terlihat menurun. Sejak tahun 1975, Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai, yaitu sekitar 607.40 ribu ton atau senilai US$. 180.60 juta pada tahun 1995. Bahkan Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun tahun berikutnya memprediksi akan terjadi kekurangan kedelai 1.12 juta ton, dimana ketergantungan penyediaan pangan nasional, terhadap Pulau Jawa cukup tinggi (sekitar 65%), karena adanya kesenjangan teknologi. Banyaknya areal sawah subur yang beralih fungsi menjadi lahan industri, pemukiman dan jalan, menghambat perluasan areal panen kedelai. Karena teknologi produksi belum dapat diandalkan, maka perlu identifikasi sumber pertumbuhan baru kedelai, untuk mengimbangi laju permintaan kedelai domestik. Oleh karena itu, upaya untuk berswaseembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung agroindustri dan menghemat devisa serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor (Baharsjah, 2004).

(13)

impor memang murah, meskipun butirannya berukuran besar, sebab rendemennya (kandungan proteinnya sebagai bahan tahu), lebih rendah dibanding kedelai lokal. Tetapi untuk bahan tempe, kedelai impor lebih cocok, sebab volume hasilnya lebih besar dibanding kedelai lokal. Saat ini kedelai merupakan barang langka disebabkan beberapa faktor salah satunya cuaca. Kelangkaan untuk memeperoleh kedelai mengakibatkan kenaikan harga pada komoditas tersebut.

Kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang mengalamai fluktuasi harga dalam dua tahun terakhir ini, karena penurunan produksi, gangguan pasokan dan distribusi, lonjakan harga pasar dunia dan faktor lainnya. Beberapa permasalahan yang dialami komoditas kacang kedelai

menunjukkan pentingnya ketahanan dan kemantapan pangan serta

(14)

yang sangat besar itu yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga kedelai karena harga kedelai terpengaruh dari pasar internasional. naiknya harga kedelai dunia yang saat ini mencapai 100% dari 300 dolar AS per ton meningkat tajam menjadi 600 dolar AS per ton, memberikan dampak yang cukup signifikan bagi harga kedelai nasional Afandi (2008).Irdhoni (2010) dalam Arifin (2008) memperkirakan krisis atau gejolak harga berbagai komoditas pangan masih akan berlanjut, target swasembada kacang kedelai yang ditetapkan pada tahun 2015, tidak akan tercapai jika melihat implementasi di lapangan saat ini, masih jauh dari harapan.

Salah satu sumber makanan protein yang berasal dari biji kedelai adalah tempe. Tempe bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi makanan sehari – hari. Selain mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi harganya juga relatif murah (Suprayitno, 1996). Tempe memang unik, kendati merupakan makanan khas Indonesia tetapi bahan bakunya seperti kedelai sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Karena pengadaan kedelai di dalam negeri sendiri masih belum mencukupi. Ditambah lagi, kedelai impor ternyata kualitasnya jauh lebih baik ketimbang kedelai dalam negeri. Namun sebelumnya perlu diluruskan diantara aneka tempe yang tersedia dan tersebar di seluruh pasar di Indonesia.

(15)

Tabel 1. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 1 menunjukkan bahwa tempe memiliki hampir semua kandungan gizi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kandungan zat gizi dalam tempe yang yang cukup besar adalah energi, protein dan fosfor, yaitu masing – masing sebesar 149 kkal, 18,3 gr dan 154 mg. Hal ini menunjukkan bahwa tempe dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap gizi masyarakat jika dimasukkan ke dalam pola konsumsi sehari - hari.

(16)

menghadapi pilihan sulit. Bila menaikkan harga jual, khawatir dagangannya tidak laku, begitu juga jika mengurangi ukuran.

B. Perumusan Masalah

Seiring dengan perubahan harga kedelai sebagai bahan baku tempe maka dampknya ini akan berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe terutama pengusaha tempe di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Permasalahannya adalah

1. Bagaimana perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012 ? 2. Bagaimana perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun

2010–2012 ?

3. Apakah perubahan harga berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe ?

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010 - 2012

b. Untuk mengetahui perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun 2010 – 2012

c. Untuk mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe

2. Manfaat Penelitian

(17)

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi

pemerintah untuk mengetahui kendala-kendala yang ada terjadi pada

perajin tempe terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe dan

memberikan upaya-upaya yang tepat guna mengatasi permasalahan

perubahan harga kedelai 3. Batasan Masalah

a. Untuk mengetahui perkembangan harga di tingkat Kopti dan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe menggunakan data per bulan dari tahun 2010 sampai 2012 dengan menggunakan analisis trend dan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe menggunakan analisis korelasional

b. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai namun penelitian ini hanya terbatas dalam hubungan antara perubahan harga terhadap kuantitas permintaan kedelai. Data yang digunakan meliputi perkembangan harga kedelai di tingkat Kopti dan perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe di Desa Sepande.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Beberapa penelitian terdahulu

Rahmawati (Skripsi,1998) : dengan penelitian yang berjudul “Analisis Agroindustri Tempe dan Prospek Pengembangannnya di Desa Sepande Kecamatan Candi “. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan model analisis

yaitu keuntungan. Menyimpulkan bahwa Agroindustri Tempe dan

Pengembangannya di Desa Candi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan hal ini dapat dilihat dari sisi produksi dan permintaan tempe yang cenderung meningkat.

Ani Octaviani (2006), dengan penelitian yang berjudul “Perananan Agroindustri Tempe Dalam Menunjang Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo”. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan model analisis keuntungan dan kelayakan usaha. Menyimpulkan bahwa Agroindustri tempe di Desa Sepande sangat berperan dalam menunjang pendapatan rumah tangga pengusaha tempe dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan sektor agroindustri tempe lebih besar dari pada pendapatan luar sektor agroindustri tempe.

(19)

responden hanya beberapa yang menaikkan harga dan juga menaikkan produksi dengan ditambah bahan penolong singkong.

Masjidin Siregar (2005) menyimpulkan bahwa kelangsungan kenaikan permintaan untuk kedelai adalah dikarenakan dari pertumbuhan populasi dan kenaikan perkapita atas konsumsi kedelai dan pertumbuhan penduduk. Sebagian besar kedelai dikonsumsi untuk diproses lagi menjadi produk lain seperti tempe, tofu dan kecap. Sejak kenaikan permintaan kedelai mencapai 2,29 % per tahun, kapasitas produksi kedelai dalam negeri turun, diperkirakan impor kedelai mencapai 1,04 juta ton pada tahun 2000 dan 1,22 juta ton pada tahun 2010.

Berdasarkan jurnal (2010) berjudul “ Swasembada Kedelai : Antara Harapan dan Kenyataan “ hasil studi yang dilakukan oleh Gelar Satya Budhi dan Mimin Aminah (2010) didapatkan kesimpulan yakni, Meraih swasembada kedelai merupakan pilihan yang strategis , karena impor dalam jumlah yang sangat besar akan mengganggu stabilitas sosial, ekonomi maupun politik negara. Apabila kedelai yang diperlukan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri , maka devisa yang ada dapat dipergunakan untuk tujuan lain yang lebih bermanfaat. Permasalahan utama dalam ekonomi kedelai adalah adanya fakta bahwa produksi dalam negeri sulit untuk dipacu, padahal di lain pihak laju konsumsi terjadi sangat cepat. Terhmbatnya produksi kedelai antara lain disebabkan karena penggunaan teknologi tidak dilakukan sepenuhnya dan penggunaan benih yang kurang bermutu yang menyebabkan produktivitasnya tetap rendah, sehingga dengan harga yang berlaku saat ini kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor.

(20)

kedelai. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa perkembangan (trend) waktu berpengaruh nyata terhadap permintaan dan harga kedelai di Jawa Timur dan hal ini terlihat adanya trend yang positif . Sedangkan kesimpulan dari tujuan penelitian yang kedua adalah pendapatan per kapita dan harga beras berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan kedelai. Sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata dan positif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida Maretnawati (2007) yang berjudul “ Kontribusi Agroindustri Keripik Tempe Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan “ Menyimpulkan bahwa pendapatan dari sektor agroindustri keripik tempe berperan besar di dalam memberikan kontribusi pendapatan rumah tangga pengusaha keripik tempe setiap bulan. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya penerimaan, total biaya produksi yang dikeluarkan dan nilai tambah produk.

Mewa Ariani et al. (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Krisis Ekonomi terhadap Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah Tangga” didapatkan kesimpulan yakni secara nasional, krisis ekonomi berdampak pada: (1) peningkatan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga, (2) peningkatan jumlah rumah tangga yang defisit energi dan defisit protein, (3) Penurunnan tingkat partisipasi konnsumsi beras, mie, pangan hewani, minyak goreng dan gula pasir, (4) Peningkatan konsumsi jagung, ubi kayu, tahu dan tempe. Perubahan – perubahan tersebut terjadi pada semua lapisan rumah tangga baik di kota/desa, kelompok pendapatan (rendah, sedang, tinggi) maupun berdasarkan sumber mata pencaharian (pertanian, industri/ perdagangan , jasa/ lainnya). Namun perubahan tersebut cukup signifikan pada ruma tangga di kota, berpendapatan sedang dan tinggi dan bekerja di sektor non pertanian.

(21)

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian – penelitian terdahulu bahwa kedelai merupakan komoditas yang memiliki prospek pengembangan yang cerah. Hal ini dikarenakan kebutuhan kedelai di Indonesia masih sangat tinggi yaitu mencapai 71 %. Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri di tahun 2011 berasal dari impor. Perkembangan (trend) waktu berpengaruh nyata terhadap permintaan dan harga kedelai di Jawa Timur dan hal ini terlihat adanya trend yang positif Kenaikan permintaan untuk untuk kedelai adalah dikarenakan dari pertumbuhan populasi dan kenaikan per kapita. atas konsumsi kedelai dan pertumbuhan penduduk. Sebagian besar kedelai dikonsumsi untuk diproses lagi menjadi produk lain seperti tempe, tofu dan kecap. Tanaman kedelai sempat mengalami masa gemilang dengan dicapainya swasembada kedelai pada tahun 1992. Produksi kedelai pada masa itu mampu mencapai angka 1,88 juta ton per tahun, bahkan mendekati 2 juta ton kedelai. Setelah masa reformasi, atas saran dari IMF, pemerintah Indonesia diharuskan untuk melepas campur tangannya dalam tata kelola pertanian untuk tanaman kedelai. Akibatnya, setelah tahun 2000, produksi kedelai di dalam negeri tidak pernah mencapai angka 1 juta ton atau rata-rata hanya mencapai sekitar 0,88 ton. Sementara itu, setelah tahun 2004, rata-rata konsumsi kedelai di dalam negeri telah mencapai di atas 2,6 juta ton. Ini berarti hampir dua per tiga pasokan kedelai di dalam negeri didatangkan dari mekanisme impor.

(22)

antara lain disebabkan karena penggunaan teknologi tidak dilakukan sepenuhnya dan penggunaan benih yang kurang bermutu yang menyebabkan produktivitasnya tetap rendah, sehingga dengan harga yang berlaku saat ini kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor.

ketergantungan kepada bahan pangan dari luar negeri dalam jumlah besar akan melumpuhkan ketahanan nasional dan mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, dan politik. Ketahanan pangan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan rakyat yang menyebabkan hancurnya industri tempe rakyat

B. Komoditas kedelai 1. Klasifikasi kedelai

Tanaman kedelai telah lama diusahakan di Indonesia sejak tahun 1970. sebagai bahan makanan kedelai banyak mengandung protein, lemak dan vitamin, sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat julukan : gold from the soil (emas yang muncul dari tanah) ataupun cow from China artinya sapi dari Cina (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1991). Berdasar warna kulitnya, kedelai dapat dibedakan atas kedelai putih, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Kedelai yang ditanam di Indonesia adalah kedelai kuning atau putih, hitam dan hijau. Perbedaan warna tersebut akan berpengaruh dalam penggunaan kedelai sebagai bahan pangan, misalnya untuk kecap digunakan kedelai hitam, putih atau kuning sedangkan susu kedelai dibuat dari kedelai kuning atau putih. (Suliantari dan Winniati, 1990)

Varietas kedelai banyak ragamnya, antara lain varietas Lokon, Willis, Galunggung, Guntur, Muria, Orba dan lain-lain. Jenis yang paling banyak beredar di pasaran adalah jenis Lokon dan Willis. Lokon biasanya berukuran agak besar sedangkan Willis lebih kecil (Suprapto,2002).

(23)

Subkingdom : Traceanobita (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji ) Divisi : Magnoliophyta (tanaman berbunga) Kelas : Magnoliopsida (dikotil)

Sub kelas : Robsidae Ordo : Fabales

Famili :Farbaceae (suku polong-polongan) Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merr

2. Manfaat Kedelai

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kdelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 998 sebesar 8,3 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat.

(24)

ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infra- struktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam ne-geri untuk menekan laju impor.

Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dimulai dari budidaya, panen, prosesing, transportasi, pasar sampai pada industri pengolahan. Agar produksi kedelai dan olahannya mampu bersaing di pasar global, maka mutu kedelai dan olahannya masih harus ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran-nya, khususnya penerapan jaminan mutu terpadu sejak tahapan budi daya hingga penanganan pascapanen.

3. Kondisi Kedelai Saat Ini

A. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas

(25)

9,66% per tahun. Secara keseluruhan, selama periode 5 tahun terakhir (990– 2004) luas areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar ,33 juta ha pada tahun 990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,4% per tahun, seperti terlihat pada Gambar .

Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan (snack). Data statistik FAO menunjukkan bahwa konsumsi per kapita kedelai selama ½ dekade terakhir menurun dari sekitar ,38 kg/kapita pada tahun 990 menjadi sekitar 8,97 kg/kapita pada tahun 2004, atau menurun rata-rata ,69% per tahun. Penurunan terjadi sejak tahun 995. Selama periode 995–2000, konsumsi per kapita menurun dari ,82 kg/kapita pada tahun 995 menjadi 0,92 kg/kapita pada tahun 2000, atau turun rata-rata ,57% per tahun. Selanjutnya, penurunan paling tajam terjadi pada periode 2000– 2004, yaitu rata-rata 4,8% per tahun. Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah dari pada penurunan produksi. Implikasinya ialah bahwa tanpa terobosan yang berarti, Indonesia akan menghadapi defisit yang makin besar. Artinya, bahwa Indonesia akan makin tergantung dengan impor untuk menutupi defisit. Indonesia selalu mempunyai net impor yang meningkat dari sekitar 0,54 juta ton pada tahun 990 menjadi sekitar ,3juta ton.pada tahun 2004.

Mengingat penurunan produksi kedelai jauh lebih tajam dari pada penurunan total konsumsi, maka ke depan impor untuk menutupi defisit diperkirakan akan terus meningkat. Padahal Indonesia pernah berswasembada kedelai sebelum tahun 976, dengan indeks swasembada lebih besar dari satu.

4. Peningkatan produksi kedelai

(26)

dengan gulma, pandangan petani bahwa kedelai hanya tanaman sampingan juga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya tanman. Secara teknik faktor-faktor pembatas tersebut dapat diatasi, namun secara ekonomia sering sukar dilaksanakan. Terlepas dari kendala-kendala tersebut prospek peningkatan hasil per ha dan perluasan tanaman masih besar.

C. Kedelai Sebagai Bahan Baku Tempe

Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija yang telah lama dibudidayakan dan prospek pengembangannya masih tetap cerah. Komoditas pertanian ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun sebagai bahan penyegar. Untuk meningkatkan nilai ekonomis kedelai maka perlu dilakukan usaha pengolahan. Salah satu pengolahan kedelai adalah tempe.

Ada dua macam jenis tanaman kedelai yang masing-masing memiliki karakteristiK sebagai tanaman pangan,yaitu kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam (Glycine soja). Kedelai putih memiliki biji kedelai berwarna kuning atau putih atau agak hijau. Jenis kedelai putih merupakan jenis tanaman subtropik yang biasanya tumbuh di wilayah China dan Jepang (dan wilayah subtropik lainnya seperti Amerika). Sedangkan kedelai hitam yang memiliki biji kedelai berwarna hitam merupakan jenis tanaman tropik yang ditemukan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kedelai putih yang sebenarnya paling digemari, karena memiliki biji yang lebih besar, serta lebih mudah untuk diolah menjadi tahu ataupun tempe. (Anonim, 2009)

(27)

dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponenkomponen nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Anonim, 2010).

D. Definisi Harga

Harga adalah ukuran nilai dari barang atau jasa menurut Rosyidi (1991), harga suatu barang tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat barang itu atau jasa tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat barang yang bersangkutan dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya. Dalam masyarakat yang belum mempergunakan uang sebagai alat pertukaran dan pengukur nilai, maka harga suatu barang dinyatakan dengan barang yang lain yang akan dipertukarkan. Biasanya disebut barter. Perdagangan seperti ini kadang – kadang masih dilakukan masyarakat terbuka karena alasan –alasan tertentu (Mubyarto, 1981). Tetapi menurut Rosyidi (1991), lebih menekankan lagi bahwa bukan hanya barang atau jasa yang memiliki harga, uang misalnya yang bukan barnag atau jasa mempunyai harga yaitu bunga.

Barang itu mempunyai harga karena barang tersebut berguna dan karena jumlahnya terbatas atau langka (Rosyidi, 1991). Kegunaan suatu barang akan menimbulkan keinginan dan keinginan ini pada gilirannya akan menimbulkan permintaan sedangkan kelangkaan suatu barnag akan mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan atau keterbatasan jumlah barang itu dengan cara memproduksi untuk kemudian menjualnya, sehingga dari adanya kelangkaan itu timbul penawaran.

(28)

permintaan dan penaawwaran (Rosyidi, 1991). Perubahan salah satu atau keduanya dari kekuatan tadi akan merubah harga.

Tingkat harga ini tidaklah tetap ataupun stabil sepanjang waktu, tetapi berubah – ubah bergerak naik turun. Perubahan – perubahan harga ini paling banyak diakibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran dan faktor- faktor kelembagaan misalnya kebijakan pemerintah, atau keadaan - keadaan yang tidak dapat diduga sebelumnya misalnya bencana alam, khususnya untuk komoditi pertanian, perubahan- perubahan harga ini banyak berhubungan dengan sifat khas produk pertaniannya, antara lain : produksinya musiman, umumnya tidak tahan lama, tergantung pada cuaca dan yang lainnya.

Salah satu kebijakan harga adalah berupa kebijakan harga perlindungan (support price) terhadap masuknya komoditi dari negara lain. Biasanya negara yang melaksanakan kebijakan ini adalah yang ekonomi terbuka dan komoditi yang dilindungi merupakan komodiiti treadable.

Perubahan harga yang terjadi karena adanya kebijakan harga perlindungan dapat ditelusuri dengan cara menilai perubahan yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut terhadap surplus konsumen dan surplus produsen. Apabila harga keseimbangan ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar dunia maka berarti produseen dilindungi dengan harga dalam negeri yang lebih tingi dari harga impor, akibatnya surplus produsen meningkat. Sebaliknya konsumen dalam negeri harus membayar harga yang lebih tinggi dari harga impor yang berarti surplus konsumen berkurang.

(29)

1. Fungsi harga

Terbentuknya sistem harga ini memiliki beberapa manfaat yang sangat menunjang dalam proses perkembangan transaksi di seluruh dunia. Karena dengan adanya harga , maka kegiatan perdagangan menjadi lebih luas dan tidak dibatasi oleh sesuatu. Beberapa manfaat dari terciptanya sistem harga ini di antaranya adalah

a. Memudahkan transaksi karena alat tukar antara penjual dan pembeli sudah bisa digantikan dengan uang sebagai penenu nilai transaksi.

b. Menjadikan sebuah produk bisa diperhitungkan secara minimal. Caranya dengan menghitung ongkos produksi guna menciptakan sebuah barang atau jasa tersebut.

c. Memudahkan para penjual untuk mengelompokkan sebuah barang.

d. Bagi perusahaan dengan adanya harga , maka sebuah produk bisa ditentukan segmentasi pasarnya serta sistem promosi yang dibutuhkan untuk menjual produk tersebut.

e. Konsumen bisa menghitung nilai ekonomis sebuah barang atau jasa yang akan mereka beli atau gunakan. (Anonim, 2010)

2. Determinasi Pembentukan Harga

Menurut Kartasapoetra (1986). Dalam kegiatan pemasaran produk-produk pertanian akan mendapatkan tiga subyek yang menentukan dalam pembentukan harga suatu produk di pasaran yaitu :

a. Produsen dengan dasar – dasar biaya produksi yang telah dikeluarkannya sehingga produk itu berwujud dan siap untuk dipasarkan.

b. Konsumen dengan daya beli dan dasar-dasar kebutuhan serta kesukaannya. c. Pemerintah dengan peraturan atau harga sebagai pengendali tata harga

(30)

Dengan harga patokan bagi produk-produk pertanian maka pembentukan harga di sutu daerah atas sesuatu produk dengan harga yang terbentuk mengenai produk tersebut didaerah- daerah lainnya, tidaklah akan jauhh berbeda. Dalam pembentukan harga riil di pasaran mengenai sesuatu produk , adanya sedikitkenaikan atau sedikit penurunan sekitar harga patokan tersebut adalah tergantung dari beberapa kepentingan dan tawar menawar pembeli dan penjual yang kemudian mewujudkan kesepakatan harga, sehingga jual beli dapat dilangsungkan transaksinya.

3. Fluktuasi Harga dan tingkat Harga Produk Pertanian

Naik turunnya harga (fluktuasi) dan tingkat harga dari produk-produk pertanian tanah air dapat dilihat dari kenyataan – kenyataan di masyarakat, jelas bahwa dengan adanya patokan harga dari pemerintah telah dapat dikendalikan dengan baik dimana naik dan turunnya itu serta tingkatannya hanya berkisar diantara harga patokan tersebut.

(31)

Penentuan harga-harga minimum bagi para produsen sering berakibat para pedagang besar berperan unutuk menentukan harga-harga eceran , akibat dari keadaan ini ditimbulkan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa para pedagang eceran atau para pedagang lainnya menjadikan harga produk yang ditetapkan pedagang besar sebagai harga patokan dan kemudian secara lazimnya menambahkan sejumlah biaya ekstrem tertentu yang dikaitkan dengan ongkos-ongkos jasanya , dan dengan demikian terjadilah pembentukan harga pasaran. Harga pasaran yang terbentuk ini dipaksakan paara konsumen. Seakan-akan para konsumen akan mengeluarkan dan atau berusaha untuk mengeluarkan sejumlah uangnya guna mendapatkan produk-produk pemuas kebutuhannya yang berhubungan dengan kepentingan perut yang tak bisa diletakkan lagi dan apabila pada kenyataan tersebut meleset, yaitu para konsumen tidak mau mengeluarkan uangnya dan beralih ke produk pertanian yang lainyang sesuai dengan daya kemampuan pembeliaanya , maka akibatnya para pedagang eceran yang pada umumnya lemah permodalannya itu, terpaksa harus menjual produk-produk pertanian yang masih ada pada tangannya secara penurunan harga yang drastis , mengingat produk-produk pertanian cepat rusak dan membusuk (Kartasapoetra, 1986).

Penetapan harga minimum bagi para produsen dan terbentuknya harga pasar yang berpatokan pada harga yang ditentukan oleh pedagang besar, ditinjau dari beberapa segi banyak mengakibatkan dampak-dampak negatif , baik terhadap produsen, konsumen, maupun para pedagang eceran sendiri, yang jelasnya adalah sebagai berikut:

(32)

Harga ini dirasakan oleh produsen atau para petani sebagai suatu yang tidak adil , perasaan demikian yang akan mempengaruhi kegairahan para petani , yang berakibat pada keengganan meningkatkan produksi.

b. Para konsumen tanah air pada umumnya berpenghasilan rendah , kemampuan daya beli makin lemah

c. Para pedagang eceran yang kita ketahui bahwa pada umumnya bermodal kecil, maka dengan tidak tercapainya, kesepakatan hargadengan para konsumen, yang berarti produk-produk pertanian yang diperdagangkannya banyak yang tiak terjual, mengingat bahwa produk-produk pertanian mudah rusak maka dalm pelaksanaan bedging, yang dapat dilakukannya hanyalah berkisar pada pengurangan penderitaan kerugian ketika pedagang yang bersangkutan terpaksa menurunkan secara drastis harga produk yang dijualnya. Dengan demikian modal para pedagang eceran yang kecil menjadi semakin kecil,yang dengan sendirinya menjadi penghambat dalm pelaksanaan usaha-usahanya. (Kartasapoetra,1986)

Dari uraian di atas jelas tentang adanya dampak-dampak negatif dengan ditentukannya harga minimum bagi para produsen, yang tidak hanya diderita oleh para produsen atau para petani tetapi juga para pedagang eceran dan para konsumen.( Kartasapoetra,1986).

4. Kebijakan Pemerintah Tentang Bahan Pangan

(33)

kebijakan temporer sebagai usaha menghadang laju kenaikan harga bahan pangan dalam negeri.

Untuk itu, harus ada kebijakan permanen yang bersifar jangka panjang dan meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri dalam waktu yang lama. Kebijakan – kebijakan tersebut dapat dibagi ke dalam 4 kelompok kebijakan, anatara lain :

a. Kebijakan kultural

Kebijakan kultural adalah kebijakan yang secra langsung berkaitan erat dengan kompnen penunjang produksi pangan. Pemerintah harus berusaha meningkatkan produksi dengan peneraapan teknologi yang sesuai dengan komoditas yang akan digarap. Selain itu, peningkatan sumberdaya manusiapun menjadi unsur penting yang harus dilakukan karena sumber daya manusia adalah komponen utama dalam laju produksi pangan.

b. Kebijakan Sektoral

Kebijakan sektoral adalah kebijakan pemerintah daerah dalam mengelola pertanian di daerahnya masing – masing. Di era otonomi daerah seperti sekarang, setiap daerah ingin menonjolkan komoditas unggulan setiap daerahnya masing – masing. Ada daerah yang melupakan sektor pertanian dan beralih ke sektor industri dan pertambangan dalam memenuhi pendapatan daerahnya. Supaya tidak terjadi hal demikian maka harus ada sinkronisasi kebijakan antara kebijakan pemerintah daerah dan kebijakan pemerintah pusat. Sinkronisasi tersebut diimplementasikan dalam kesepakatan antara menteri pertanian, menteri perekonomian, menteri perdagangan, menteri perindustrian dan pejabat daerah. Selama ini sudah terjadi over fungsi dari setiap daerah. c. Kebijakan Fiskal

(34)

bisa sektor lain karena keuanagan yang tidak memadai. Pemerintah harus bisa memberikan anggaran yang lebih besar untuk peningkatan produksi pertanian. Tentu saja anggaran itu harus sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada istilah “ over anggaran “ yang berdampak pada naiknya angka korupsi pada proyek yang diselenggarakan. Meskipun kondisi keuangan negara sedang buruk bukan berarti harus mengundang investor asing untuk membuka usaha di dalam negeri. Justru kalau hal itu terjadi maka akan timbul problem baru yaitu kapitalisme pertanian.Sebaiknay sebisa mungkin digunakan sumberdaya nasional yang ada. Misalnya membuka jalan bagi para pengusaha dalam negeri untuk menanan modalnya dalam seektor pertanian. Tentu saja pemerintah harus bisa memberikan jaminan masa depan usaha yang baik.

d. Kebijakan Bilateral / Multilateral

Kebijakan bilateral / multilateral merupakan kebijakan yang berkaitan dengan bentuk kerjasama ekonomi yang dijalin Indonesia dengan Negara – negara lain di dunia. Kerjasama ekonomi seperti APEC, OPEC, dan AFTA merupakan salah satu penyebab fluktuatifnya harga bahan pangan nasional. Dengan bentuk kerjasama seperti ini, Indonesia tidak dapat menentukan kebijakannya sendiri. Kebijakan yang dikeluarkan harus disesuaikan dengan perjanjian kerjasama ekonomi yang telah disepakati. (Ansori, 2008).

Dalam upaya meredam lonjakan harga bahn pangan, terutama beras, minyak goreng, terigu dan kedelai pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal baru pada bulan Februari tahun 2008. Kebijakan untuk komoditas kedelai penghapusan bea masuk kedelai.

E. Teori Harga Pasar

(35)

ialah : harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar.

1. Permintaan Pasar

Permintaan pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva permintaan individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Salah satu karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan pasar adalah derajat kepekaan jumlah perminntaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini disebut elastisitas. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan seperti elastisitas harga, elastisitas (harga) silang, elastisitas pendapatan.

2. Penawaran pasar

Penawaran pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau kurva hasil penjumlahan kurva-kurva penawaran individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebah pasar. Mengenai cara menurunkan kurva permintaan pasar dari kurva –kurva permintaan individual

3. Keseimbangan Pasar

Transaksi pasar terjadi apabila kedua belah pihak di pasar persetujuan mengenai tingkat harga dan volume dari transaksi tersebut. Sebelum ada persetujuan antara kedua belah pihak tersebut, tidak akan terjadi transaksi. Persetujuan ini tercapai apabila apa yang dikehendaki pembeli sama dengan apa yang dikehendaki penjual. Secara grafik, persetujuan ini tercapai apabila kurva permintaan berpotongan dengan kurva penawarann, sebab hanya pada posisi inilah apa yang dikehendaki pembeli persis sama dengan apa yang dikehendaki penjual (Gambar 1).

Persetujuan tercapai pada posisi E dengan harga trannsaksi Pe dan

(36)

dengan harga Pe per unit baranf dan penjual menyerahkan sebanyak Qe unit.

Posisi ini diberi nama posisi keseimbangan pasar atau equilibrium pasar. Disebut posisi “Keseimbangan “ karena pada harga tersebut, jumlah yang diinginkan dibeli konsumen persis sama dengan jumlah yang diinginkan produsen, tidak ada kelebihan atau kekurangan barang. Disebut posisi “keseimbangan” juga karena ciri yang lain, yaitu bahwa pada posisi ini tidak ada kecenderungan bagi tingkat harga maupun volume transaksi untuk berubah

P (harga) A B s

---

Pe --- E

P2 --- D

c

0 Qe

Gambar 1. Kurva Keseimbangan 4. Pergeseran Permintaan dan Penawaran

Pergeseran kurva permintaanke kanan berarti adanya kenaikan permintaan akan barang tersebut. Kalau penawaran tidak berubah ini akan mengakibatkan kenaikan harga dan kenaikan jumlah yang terjual /terbeli. Sebaliknya akan terjadi bila ada penurunan permintaan yaitu pergeseran kurva permintaan ke kiri.

(37)

Ada beberapa pengecualian atau kasus-kasus dari dalil umum yang disebut di atas. Kesemuanya bersumber pada bentuk kurva penawaran yang menyimpang dari hukum penawaran. Kasus-kasus ini adalah :

a. Constant Cost Supply

Untuk beberapa proses produksi dan dalam jangka panjang ada kasus-kasus di mana kenaikan produksi tidak mengakibatkan kenaikan ongkos produksi per unit, atau dengan kata lain untuk mengundang lebih banyak barang yang ditawarkan ke pasar tidak perlu dengan kenaikan harga.

b. Kurva Penawaran yang inelastis Semourna

Kenaikan permintan hanya berakibat kenaikan harga pasar tanpa adanya kenaikan volume transaksi pasar. Keadaan ini bisa terjadi pada kasus jangka yang sangat pendek (misalnya pada suatu hari) di mana tidak dimungkinkan di datangkannya tambahan penawaran barang ke pasar berapa pun harganya pada hari itu. Keadaan ini bisa terjadi pula dalam jangka yang lebih panjang pada kasus- kasus khusus dimana penawaran dari barang/ jasa/ faktor produksi tidak peka terhadap perubahan harga.

c. Backward Bending Supply

Ada kasus di mana kurva penawaran mempunyai slope yang negatif , misalnya : (1) bentuk kurva penawaran faktor produksi tenaga kerja yang sering dianggap “backward bending” karena setelah tingkat upah tertentu penawaran tenaga kerja justru emnurun bila upah naik lagi, karena orang lebih suka menikmati waktunya untuk tujuan-tujuan lain selain memperoleh penghasilan.

d. Decreasing Cost Supply

(38)

bisa terjadi apabila dalam proses produksi tersebt biaya per unit justru ,menurun dengan makin besarnya skala pabrik.

F. Teori Permintaan

Permintaan terhadap barang dan jasa oleh masyarakat modern memiliki dua macam sifat, yaitu beragam (diversity) dan berubah – ubah (instability). Keberagaman permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan bilogis dan kebutuhan adat istiadat

( budaya). Selera individu konsumen bervariasi dapat disebabkan oleh perbedaan umur, pendidikan, status perkawinan, penghasilan, gaya hidup, adat istiadat, dll. Selera individu konsumen senantiasa berubah. Kemampuan suatu barang atau jasa memeberikan kepuasan kepada konsumen ditentukan oleh mutu barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi kualitas suatu barang atau jasa, semakin tinggi juga kemmpuan barang atau jasa tersebut memberikan kepuasan epada konsumen. Konsumen akan memperoleh kepuasan yang tinggi jika ia memperoleh barang dengan harga yang murah, bentuk barnag yang menarik, kemasan yang sesuai dengan selera, rasa yang cocok dan mudah diperoleh. ( Kartasapoetra, 1985)

1. Definisi permintaan Akan Input

Pasar input atau pasar faktor produksi menyoroti sisi lain dari hubungan antara sektor rumah tangga dengan sektor produksi. Permintaan akan input timbul karena produsen berhasrat melakukan proses produksi tertentu. Mereka berhasrat untuk berproduksi karena ada permintaan akan output hasil proses produksi tersebut. Permintaan akan output timbul karena orang-orang di sektor rumah tangga :

(39)

b. Memiliki daya beli (uang) yang bersal dari penjualan jasa inpu-input yang mereka miliki kepada sektor produksi.

Sebaliknya sektor produksi mampu membayar harga-harga penggunaan jasa input tersebut karena menerima pembayaran dari sektor rumah tangga dari hasil penjualan outputnya. Jadi arus kegiatan ekonomi merupakan lingkaran perputaran yang lengkap.

2. Input Antara dan Input Primer

Dari segi suatu perusahaan, ada 2 macam inpuy, yaitu : a. Input antara

b. Input Primer

Input antara adalaha input yang digunakan oleh suatu perusahaan, yang merupakan output dari perusahaan lain (misalnya : kapas untuk pabrik tekstil, pupuk bagi petani dan sebagainya). Input primer adalah input yang bukan merupakan output perusahaan lain manapun dalam perekonomian. Dalam golongan ini termasuk tenaga kerja, tanah, kapital dan kepengusahaan.

2. Permintaan Akan Input

Proses produksi tersebut dilakukan karena satu alasan, yaitu karena ada permintaan akan output yang dihasilkannya. Jadi permintaan akan input timbul karena ada permintaan akan output. Inilah sebabnya mengapa Alfred Marshall sebagai derived demand atau permintaan turunan. Permintaan akan output itu sendiri dianggap sebagai permintaan asli karena timbul langsung dari adanya kebutuhhan manusia.

(40)

adalah sisi lain dari keputusannya mengenai berapa output yang ia kan produksikan dan keduanya adalah hasil dari proses penentuan posisi keuntungan maksimum produsen tersebut.

3. Faktor- Faktor Penentu Permintaan Akan Input

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan output dipengaruhi olehh faktor-faktor lain, antara lain : selera konsumen, pendapatan konsumen, jumlah konsumen, harga barang-barang lain, distribusi pendapatan antara konsumen.

Jadi secara ringkas permintaan akan input dipengaruhi oleh :

a. Teknologi : Kemajuan teknologi atau peningkatan produktivitas suatu input menggeser permintaan akan input ke kanan.

b. Bentuk pasar ; Semakin sempurna persaingan dalam pasar output semakin landai (semakin elastis) kurva permintaan akan output dan semakin elastis permintaan akan input tersebut.

c. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen (akan output), seperti selera, income, jumlah penduduk, harga barang-barang lain, distribusi pendapatan. Apabila selera meningkat, pendapatan meninngkat dan harga barang substitusi output naik, maka permintaan akan input yang digunakan dalam proses produksi barang tersebut meningkat. Sebaliknya akan terjadi apabila selera, income dan harga barang substitusi turun.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dapat disusun fungsi permintaan umum, sebagai berikut :

Qd = f ( px, Y, S, D), di mana : Px = harga barang lain

Y = pendapatan S = selera

(41)

D = Distribusi Pendapatan anatara konsumen

Pada penelitian ini dari faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan tersebut hanya dibatasi pada faktor harga barang itu sendiri (Pq) karena faktor- faktor lain dianggap sebagai ceteris paribus.

Apabila faktor- faktor pada point 2 dan seterusnya dianggap tetap ( pendapatan tetap / stabil, Jumlah penduduk relatif konstan, selera tidak berubah, perkiraan masa yang akan datang tidak ada perubahan, harga barang substitusi relatif tetap, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi dianggap tidak ada atau tidak berubah), maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Artinya besar kecilnya perubahan permintaan diterminasi / ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik antara harga dan permintaan dan berbanding lurus dengan penawaran.

Hukum permintaan adalah bila harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turunmaka permintaan akan naik. Hukum permintaan hanya berlaku apabila asumsinya terpenuhi yaitu cateris paribus

Teori permintaan adalah perbandingan lurus antara permintaan terhadap harga , yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif turun (Putong, 2003).

P

D₁

D₀

D2

Q .

(42)

Setiap perubahan yang meningkatkan kuantiatas ingin dibeli konsumen

pada tingkat harga tertentu akan menggeser kurva permintaan ke arah kanan (D₀

ke D₁ ). Setiap perubahan yang menurunkan kuantitas yang ingin dibeli konsumen pada tingkat harga tertentu akan menggeser kurva permintaan ke kiri (D₀ ke D2). (Mankiw, 2003).

Pergeseran kurva permintaan menunjukkan hubungan positif atau negatif antara faktor bukan harga dengan permintaan komoditas tersebut, misalnya tingkat pendapatan, selera, iklan, harga komditas substitusi, dll dengan jumlah yang diminta. Jadi pergeseran (perubahan) permintaan merupakan fungsi perubahan faktor bukan harga komoditas tersebut (Sugiarto, 2005)

Dalam melakukan analisis permintaan perlu didasari perbedaan antara istilah permintaan dan jumlah komoditas yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan dan jumlah komoditas yang diminta. Kurva permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli pada saat harga per unit yang harus mereka bayar. Secara matematis hubungan antara jumlah yang diminta (Q₀) dan harga (P) dapat dinyatakan sebagai Qd = F(P).

Fungsi permintaan tersebut dinyatakan bahwa jumlah komoditas yang diminta

merupakan fungsi dari harganya. Jumlah komoditas yang diminta

menggambarkan banyaknya jumlah komoditas yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu.

(43)

yang satunya sehingga kurva permintaan berbagai jenis komoditas pada

(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

A. Kerangka Pemikiran

Kedelai adalah salah satu sumber komoditas pangan utama selain padi dan jagung. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan untuk keperluan industri pakan ternak Sehingga Kebutuhan terhadap kedelai tidak bisa lepas dari kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Meskipun merupakan komoditas pangan yang cukup penting, sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada impor kedelai. Selama ini harapan kemandirian pangan nasional belum dapat tercapai mengingat produksi kedelai dalam negeri masih terbatas, sehingga masih membutuhkan impor untuk pemenuhan kebutuhan di Indonesia. Bahkan, ketergantungan impor kedelai bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan bangsa ini. Ketergantungan terhadap kedelai impor yang sangat besar itu yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga kedelai karena harga kedelai terpengaruh dari pasar internasional. Akibat bergantung pada kedelai impor, industri lokal berbahan baku kedelai rentan dengan gejolak harga.

Seperti yang terjadi sekarang, banyak perajin tahu dan tempe kewalahan akibat

naiknya harga kedelai yang awalnya dihargai US$ 435 per ton pada Januari kini

bertengger di US$ 520 per ton. Industri yang tidak mampu mengakali kenaikan

harga berujung pada kebangkrutan. Bencana kekeringan yang tengah melanda AS dan Amerika Selatan (pemasok utama komoditas kedelai dunia) mengakibatkan suplai kedelai di pasar internasional terganggu sehingga harganya melambung. Itulah sebab, harga kedelai impor di dalam negeri saat ini meroket karena harga di pasar internasional juga tinggi.

(45)

Tahun lalu, Indonesia harus mengimpor sebanyak 2.087.986 ton kedelai karena produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 851.286 ton. Sebagian besar kedelai impor tersebut berasal dari AS, yakni sebesar 1.847.900 ton. Diketahui, sekitar 83,7 persen kedelai impor diserap untuk pembuatan tahu dan tempe (Kompas.com, 27/07), menjadikan industri yang satu itu ini begitu bergantung pada kedelai impor. Perubahan harga kedelai berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe. Untuk mengetahui kerangka pemikiran pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidarjo dapat dilihat pada gambar 1 :

(46)

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Pada gambar 1 dijelaskan bahwa dengan produksi kedelai lokal yang secara kuantitas menurun sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, pemerintah mengimpor kedelai secara besar- besaran. Ketergantungan terhadap impor kedelai inilah yang menyebabkan usaha meningkatkan produksi kedelai lokal masih diabaikan. Namun keadaan yang semakin tergantung dengan kedelai lokal inilah yang membuat harga kedelai terpengaruh dari pasar internasional sehingga harganya berfluktuasi. Dengan fluktuasi harga tersebut membuat para pengusaha tempe menjadi terancam terutama dalam hal permintaan atau pengadaan kedelai bagi usahanya yang begitu bergantung pada kedelai impor sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

menurun

Im por kedelai pasar int ernasional

Harga berflukt uasi

Harga permintaan

Uji korelasional

Perubahan harga terhadap permintaan kedelai Produksi kedelai

(47)

mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidarjo.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka tujuan pertama dapat dihipotesiskan bahwa perkembangan harga kedelai berfluktuatif dengan trend positif per tahun nya. Hal ini di dasarkan bahwa sedikitnya stok kedelai nasional menyebabkan pemerintah melakukan impor kedelai karena ketergantungan terhadap impor harga kacang kedelai di Indonesia tidak diatur pemerintah, melainkan diserahkan ke mekanisme pasar sehingga dapat diprediksikan bhawa harga kedelai berfluktuatif dengan tren positif per tahun nya.

Berdasarkan tujuan kedua maka dapat dihipotesiskan bahwa perkembangan permintaan kedelai berfluktuatif dengan trend positif. Hal ini didasarkan bahwa kedelai merupakan bahan dasar pembuatan tempe yang merupakan lauk pauk termurah dan bergizi sehingga masyarakat Indonesia tidak pernah terlepas dari konsumsi tempe dan hampir setiap hari tempe menjadi hidangan yang tersedia untuk makanan sehari-hari. Hal ini didukung pula jumlah penduduk yang semakin banyak menyebabkan konsumsi tempe menjadi semakin meningkat. Adapun itu berdampak pada permintaan kedelai yang oleh pengusaha tempe yang semakin meningkat sebagai bahan baku pembuatan tempe

(48)

B. Hipotesa

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :

1 Perkembangan harga kedelai di Desa Sepande berfluktuatif dengan trend positif per tahun nya.

2. Perkembangan permintaan kedelai di Desa Sepande berfluktuatif dengan trend positif

(49)

IV. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja yaitu di

Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dengan

pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra home industri tempe di Kabupaten Sidoarjo dan perubahan harga kedelai berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup perajin tempe.

B. Pengambilan data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data deret

waktu ( time series ) selama 3 tahun dari tahun 2010-2012, sesuai dengan ketersediaan data yang ada dan diperoleh dari instansi yang terkait antara lain : Kantor Kelurahan Desa Sepande dan Primkopti Desa Sepande.

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Keadaan daerah yang meliputi jumlah penduduk, tingkatan umur, tingkatan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, sarana pendukung dan lain sebagainya.

2. Keadaan geografis yang terdiri dari jumlah curah hujan , ketinggian daerah, luas dan batas Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

3. Data harga kedelai di tingkat kopti dan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe di Desa Sepande selama kurun waktu 3 tahun ( 2012 ).

C. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, maka

(50)

dilakukan analisis dengan menggunakan analisis kuantitatif yang merupakan suatu pengolahan data yang menggunakan perhitungan angka-angka untuk membuktikan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan model analisis trend. Dimana analisis kuantitatif ini menggunakan program SPSS ver.15 for windows. Analisis trend dapat digunakan untuk menguji tingkat perkembangan atau pertumbuhan suatu variabel ekonomi dalam suatu periode tertentu. Analisis trend dalam penelitian ini menggunakan indeks waktu yaitu tahun.

Trend yang digambarkan dengan garis lurus menggunakan metode least square menurut Supranto (1989) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Yi = a + bx

Dimana untuk mengetahui perkembangan harga kedelai : Y = Harga Kedelai

X = Waktu (Tahun)

a = Bilangan Konstanta (Rata-rata peningkatan / penurunan)

b = Koefisien arah atau koefisien trend yang menunjukkan arah garis trend. Sedangkan untuk perkembangan permintaan kedelai diketahui : Y = Permintaan Kedelai

X = Waktu (tahun)

Untuk memperoleh nilai a dan b dalam metode kuadrat terkecil dapat digunakan rumus :

a = Ʃ Y n b = Ʃ XY Ʃ X²

(51)

1. H₁ ditolak dan H₀ diterima bila b < 0, artinya adanya kecenderungan perkembangan yang menurun.

2. H₁ diterima dan H₀ ditolak bila b > 0, artinya adanya kecenderungan perkembangan yang meningkat.

Untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan model analisis korelasi. Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Dalam analisis neo klasik, permintaan akan suatu barang (dalam hal ini “kedele”) akan terkait secara fungsional dengan harga barang itu sendiri, harga barang lain (substitusi), pendapatan (kekayaan). Analisis permintaan kedelai dapat berubah oleh beberapa faktor diantaranya : kandungan gizi kedelai, daya beli kedelai, produksi dalam negeri, maupun produksi internasional, variasi pendapatan, berbagai faktor sosial ekonomi lainnya termasuk diantaranya harga. (Nanik Risnawati,2011)

Penelitian ini hanya terbatas dalam hubungan antara perubahan harga terhadap kuantitas permintaan kedelai. Atas dasar di atas maka fungsi permintaan (kedelai) dari waktu, tahun / bulan / minggu / hari ke “t” dapat dibuat persamaan fungsi =

D. ked = f (P.ked, Ps ked, Y )...( 1 ) D. ked = Permintaan kedelai

P. ked = Harga kedelai

Ps. Ked = Harga substitusi kedelai Y = Pendapatan

Mengingat penelitian ini hanya terbatas dalam permintaan dan harga kedelai sedangkan variabel lainnya dianggap konstan maka

(52)

Persamaan (2) dapat juga ditulis sebagai berikut :

D. ked = a + b P. Kedelai... ( 3 ) model linear D. ked = α . P. Ked ... ( 4 ) model kuadratik Jika dibuat dalam bentuk logaritma dapat diperoleh :

ln D = ln A + β ln p. Ked...( 5 )

Di dalam suatu persamaan korelasional, biasanya mempergunakan simbol Y untuk variabel tak bebas (dependent variable ) dan X variabel bebas (Independent). Y yang dipengaruhi (tak bebas), X yang mempengaruhi (bebas). Variabel dalam regresi ada yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif. Berikut merupakan persamaan model korelasional pada satu variabel kuantitatif dan satu variabel kualitatif :

Y = a + Bx + e Di mana :

Y = Permintaan kedelai X= Harga kedelai

B = Koefisien regresii untuk X , e = error

Di uji dengan uji F, dengan kriteria : : A₁ = B = 0, artinya Ho diterima : A₁ ≠ B ≠ 0, artinya Ha diterima

Setelah uji F, maka diuji secara parsial (uji t) dengan kriteria : : A₁ = B = 0, artinya Ho diterima

: A₁ ≠ B ≠ 0, artinya Ha diterima

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

(53)

1. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

2. perubahan harga adalah perubahan dal am harga barang at au j asa

t ert ent u yang disebabkan oleh perubahan dal am permint aan dan

penawaran

3. Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada

berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.

4. Perajin tempe adalah pelaku usaha pembuatan tempe yang sekaligus

sebagai pemilik atau pendiri usaha pembuatan tempe tersebut.

5. Pelangi adalah salah satu merk kedelai import yang dibeli para pengusaha

tempe dari kopti untuk bahan pembuatan tempe dan merupakan kedelai paling diminati oleh pengusaha tempe di Desa Sepande

Gambar

Tabel 1. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Gambar 1. Kurva Keseimbangan
Gambar 2. Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 1. Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bertujuan untuk memperoleh data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari PT. Suharda Tiga Putra yang dipekerjakan di Unika Soegijapranata Semarang, tentang

Genetik algoritma yöntemi kullanılarak yapılan iyileştirilmiş tek boyutlu yöntem için nesil sayısı, popülasyon büyüklüğü, çaprazlama oranı ve mutasyon olasılığı gibi her

kredibilitas merek terhadap niat beli dengan mediasi kualitas yang dirasa. konsumen produk batik Jetis

Untuk download soal dan pembahasan UN dan SBMPTN silakan kunjungi blog www.m4th-lab.net dan jangan lupa ikuti beberapa media sosial m4th-lab sebagai berikut untuk

DAGING DAN TELUR : SAPI/KERBAU DAN UNGGAS BAHAN BAKU INDUSTRI KONVENSIONAL : SUSU SAPI PERAH, KERBAU DAN KAMBING.. PRODUK ENERGI PERTANIAN: BIOGAS DAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pH optimum produksi biogas dari limbah kecambah kacang hijau dan mengetahui keberadaan gas metana melalui uji nyala

Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari konsentrasi NaCl terbaik dalam proses ekstrak protein sebagai koagulan alami , Mempelajari pengaruh jenis koagulan biji pepaya ,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar pada siswa SDN 169 Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang.. Jenis