• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA BAILOUT CENTURY (Studi Analisis Framing Tentang Bailout Century Pada Sidang Paripurna SPR di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA BAILOUT CENTURY (Studi Analisis Framing Tentang Bailout Century Pada Sidang Paripurna SPR di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas)."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

dan selesaiuntuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 2. Dra. Hj Ec Suparwati, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Dra. Dyva Claretta, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan skripsi ini.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

7. Bapak dan Ibu makasi buat dukungan, pengertian, dan DOAnya.. n Mas makasi buat bantuannya.

8. Sahabat-sahabat luar biasa yang tak sekedar memotivasi dari sebelum berlangsungnya proses proposal hingga selesainya proposal ini: Chyntia Manuhutu, Sarashati, Agnez Sorta, Rani Zamsilfani, serta Sealy rica.

(2)

iv

10. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Media dan Konstruksi Realitas ... 8

2.2 Pers sebagai Institusi Ekonomi-Politik ... 10

2.3 Sidang Paripurna DPR Maret 2010 ... 12

2.4 Analisis Framing ... 13

2.4.1 Proses Framing ... 14

2.4.2 Perangkat Framing Pan dan Kosicki ... 16

2.5 Kerangka Berpikir... 24

(4)

3.3 Unit Analisis ... 28

3.4 Populasi dan Korpus ... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data... 30

3.7 Langkah-langkah Framing... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 32

4.1.1 Profil Perusahaan Jawa Pos ... 32

4.1.2 Kebijakan Redaksional ... 37

4.2 Profil Perusahaan Kompas ... 43

4.2.1 Jaringan Distribusi ... 48

4.2.2 Kebijakan Redaksional... 48

4.2.3 Profil Produk... ... 51

4.3 Analisis Data... 53

4.3.1 Berita Tanggal 3 Maret 2010... 53

4.3.2 Berita Tanggal 4 Maret 2010... 63

4.3.3 Berita Tanggal 5 Maret 2010... 72

(5)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

Tabel 3. Jaringan Wilayah Distribusi Kompas ... 47

Tabel 4. Sirkulasi Kompas Per Hari... 47

Tabel 5. Deskripsi Halaman Surat Kabar Kompas ... 52

Tabel 6. Struktur Frame Jawa Pos ... 53

Tabel 7. Struktur Frame Kompas... 58

Tabel 8. Struktur Frame Jawa Pos ... 63

Tabel 9. Struktur Frame Kompas... 68

Tabel 10. Struktur Frame Jawa Pos ... 72

Tabel 11. Struktur Frame Kompas... 76

Tabel 12. Pembahasan Frame Jawa Pos dan Kompas... 83

(7)

ix

Lampiran 2. Surat Kabar Jawa Pos 4 Maret 2010... 92

Lampiran 3. Surat Kabar Jawa Pos 5 Maret 2010 ... 96

Lampiran 4. Surat Kabar Kompas 3 Maret 2010 ... 98

Lampiran 5. Surat Kabar Kompas 4 Maret 2010 ... 101

(8)

Dua hari Senayan menjadi pusat perhatian. Sidang Paripurna Pansus Century menyedot perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia. Selama dua hari, dua surat kabar Jawa Pos dan Kompas menampilkan berita mengenai Sidang Paripurna. Tetapi didalam memberitakan, Jawa Pos dan Kompas membangun Frame yang berbeda. Frame Jawa Pos mengarah pada masyarakat, sedangkan frame Kompas mengarah pada pemerintah.

Tentang proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha untuk mengkonstruksi realitas. Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing Pan dan Kosicki, dalam pendekatan ini framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Berita-berita yang dianalisis adalah berita mengenai sidang paripurna DPR Maret 2010.

Hasil analisis peneliti dapat diketahui bahwa frame yang disajikan Jawa Pos adalah pemberian dana talangan pada Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun bermasalah baik dalam hal kebijakan maupun pelaksanaan jelas-jelas melanggar hukum. Sedangkan frame Kompas adalah kebijakan bailout century merupakan usaha penyelamatan perekonomian dari krisis.

(9)
(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dua hari Senayan menjadi pusat perhatian. Rapat Paripurna Pansus Century menyedot perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia. Dua hal yang membuat publik sangat antusias. Pertama, isu Pansus itu sendiri. Kasus Bank Century itu telah menyeret tokoh penting di negeri ini. Yakni, mantan Gubernur Bank Indonesia yang kini menjabat Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Keduanya dianggap bertanggung jawab dalam bailout Rp 6,7 triliun yang memunculkan pro dan kontra itu.

Hal Kedua yang membuat acara tersebut menjadi tontonan nomor satu adalah gaya para politisi. Paripurna benar-benar menjadi suguhan yang nikmat. Hujan interupsi dan bersilat lidah menjadi daya tarik yang luar biasa. Hari pertama, terjadi kericuhan yang berawal dari langkah Ketua DPR Marzuki Alie yang menutup rapat secara sepihak. Para wakil rakyat saling dorong dan saling hujat dengan kepala panas. Karena tidak bisa menahan emosi, salah seorang anggota DPR naik ke panggung dan nyaris memukul Marzuki Alie. Reaksi sejumlah anggota dewan dari berbagai fraksi, berasumsi bahwa apa yang dipertontonkan ketua DPR adalah sikap yang sarat dengan pelanggaran konstintusi.

(11)

paripurna. Para demonstran membawa spanduk yang bertuliskan menghujat pemerintahan SBY-Boediono, demonstran berasal dari beberapa elemen mulai dari mahasiswa hingga masyarakat biasa.

Kekacauan dan emosi para anggota DPR menanggapi hasil kerja Pansus Hak Angket Century dipicu karena tidak becusnya ketua DPR Marzuki Alie mengendalikan Sidang Paripurna dengan menutup sidang di tengah-tengah interupsi para anggota sidang. Sikap Marzuki ini layak dilaporkan ke Badan Kehormatan (BK) DPR menurut hakim konstitusi Akil Mochtar ( Jawa Pos, 3 Maret 2010)

Setelah dua bulan bekerja, Pansus Hak Angket Century berakhir di Sidang Paripurna DPR. 325 anggota DPR memilih opsi C yang menyebutkan adanya pelanggaran hukum dalam kasus Bank Century. Sedangkan opsi A yang di usung oleh Partai Demokrat, PAN dan PKB ini harus puas memperoleh 212 suara. Dengan rendahnya suara opsi A, menandakan Partai koalisi Presiden SBY tumbang di Sidang Paripurna ( Jawa Pos, 4 Maret 2010)

Berakhirnya Sidang Paripurna dengan menetapkan bailout Century bermasalah dan memutuskan adanya pelanggaran hukum. Pemakzulan Wakil Presiden Boediono semakin mengemuka. Boediono yang saat itu menjabat Gubernur Bank Indonesia dianggap orang yang bertanggung jawab atas bailout Rp 6,7 triliun. Tetapi pemakzulan Boediono sangat sulit dilakukan ( Jawa Pos, 5 Maret 2010).

(12)

mengundang protes, baik di internal DPR maupun kalangan di luar parlemen. Kericuhan yang memalukan itu terjadi karena kurangnya pengalaman politik. Kericuhan dipicu penutupan rapat secara tiba-tiba oleh Marzuki Alie saat masih banyak anggota Dewan ingin berbicara. Namun Marzuki Alie, politikus Partai Demokrat itu, mengaku telah melaksanakan tugas sesuai dengan hasil rapat Badan Musyawarah DPR dan Peraturan Tata Tertib DPR ( Kompas, 3 Maret 2010)

Koalisi partai politik yang mendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono terlihat berantakan. Dewan Perwakilan Rakyat, memutuskan opsi C, yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya diduga ada penyimpangan sehingga diserahkan ke proses hukum. Partai pendukung koalisi tak sepenuhnya mendukung pilihan Partai Demokrat, yaitu opsi A, yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya tak ada masalah. Sikap Partai Demokrat hanya didukung penuh Partai Amanat Nasional (PAN). Sebaliknya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang semula sejalan dengan Demokrat ternyata seorang anggotanya, Lily Wahid, memilih opsi C. Bahkan, mayoritas anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memilih opsi C dan tak ada yang memilih opsi A ( Kompas, 4 Maret 2010)

(13)

tanggapan atas pemakzulan dirinya semua pejabat negara harus tunduk pada hukum dan menjunjung tinggi amanat rakyat (Kompas, 5 Maret 2010)

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana ( sobur, 2001:164)

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandangan atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti dikatakan Todd Gitlin (Eriyanto,2002:68) adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Melalui frame, jurnalis mengemas peristiwa yang dapat dipahami, dengan perspektif tertentu dan lebih menarik perhatian khalayak. laporan berita yang ditulis oleh wartawan pada akhirnya menampilkan apa yang dianggap penting, apa yang perlu ditonjolkan dan apa yang perlu disampaikan oleh wartawan kepada khalayak pembaca.

(14)

grafik, angka, atau tabel). Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna, mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya, memperluas makna dari istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama sebuah intilah dengan makna yang baru, memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa (Hamad, 2004:12)

Penggunaan bahasa tertentu berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas. Lebih dari itu, menurut Giles dan Wiemann bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakainya (melalui pilihan kata atau cara penyajiannya) seseorang bisa mempengaruhi orang lain. Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi konteks. Dalam komunikasi politik cara-cara seperti ini sering dilakukan oleh para aktor politik (Hamad, 2004: 13-14).

(15)

mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih mencolok daripada interpretasi lain (Sobur, 2002:165)

Hal ini sejalan dengan pendapat Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Karena alasan itulah maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat framing milik Zhongdang dan Gerald M. Kosicki untuk mengetahui bagaimana Harian Jawa Pos dan Harian Kompas mengkonstruksi berita mengenai Sidang Paripurna DPR Maret 2010. Alasan peneliti menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki, sebab model ini lebih memusatkan perhatian pada studi secara sistematis karena adanya pertarungan politik yang melingkupi selama Sidang Paripurna. Dari alasan itulah, peneliti menganggap bahwa model tersebut cocok digunakan untuk mengetahui konstruksi berita mengenai peristiwa Sidang Paripurna Maret 2010 dimana dalam Sidang Paripurna tersebut para politisi, baik yang menolak maupun yang mendukung pengambilan keputusan opsi A dan opsi C kebijakan Bailout Century saling beradu argumentasi untuk mendapatkan dukungan dari partai koalisi maupun partai lawan dan berusaha menjatuhkan lawannya melalui pernyataan-pernyataan yang memojokkan.

(16)

Jawa Pos dan Kompas, dimana kedua harian ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita mengenai Sidang Paripurna anggota DPR pada bulan Maret 2010 yang membahas masalah pengambilan keputusan opsi A dan opsi C Bailout Century.

Kasus ini dipilih karena pengambilan keputusan untuk menentukan apakah bailout Bank Century yang dilakukan pemerintah dianggap bermasalah atau tidak,

pengambilan keputusan dengan cara voting memilih antara opsi A yang menganggap bailout Century tidak ada masalah dan opsi C yang menganggap bailout Century bermasalah. Selain itu dalam Sidang Paripurna ketegangan

sempat mewarnai selama sidang tersebut berlangsung, baik antara mahasiswa yang berunjuk rasa dengan pihak kepolisian maupun antar anggota DPR sendiri yang tidak terima sidang Paripurna diberhentikan secara sepihak oleh pimpinan sidang atau ketua DPR RI.

(17)

mengembangkan perusahaan bisnis dengan melaksanakan fungsi pers(Jawa Pos, Leafled,2004).

Sebagai dua surat kabar terbesar, peneliti ingin mengetahui bagaimana kedua surat kabar ini memberitakan opsi A dan opsi C tentang kebijakan Bailout Century yang sempat menuai protes dari masyarakat di berbagai daerah.

Periode yang dipilih dalam penelitian ini adalah bulan Maret 2010 karena pada periode tersebut harian Jawa Pos dan harian Kompas memuat berita-berita mengenai Sidang Paripurna DPR Maret selama tanggal 2 Maret sampai 5 Maret 2010.

Sesuai dengan fungsinya, pers dalam hal ini media massa cetak seperti surat kabar, mempunyai beberapa fungsi antara lain untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur, serta mempengaruhi khalayak pembaca yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Selain itu surat kabar juga berperan sebagai kontrol di masyarakat. Dengan adanya kontrol sosial tersebut, surat kabar tidak hanya bersifat informatif tetapi juga persuasif, yaitu bukan hanya menyiarkan informasi, tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu agar berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

(18)

Masing-masing kelompok ini mempunyai ukuran, tuntutan, keinginan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kepentingan ini yang membuka peluang memunculkan konflik kepentingan (conflic of interest), sehingga perlu adanya aturan yang konkret untuk membatasi apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, sehingga diharapkan dapat mewadahi atau menjadi tolak ukur dalam mengatur “pergaulan” antara media massa, pemerintah, dan masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan media dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negatif. Dengan adanya peran tersebut media massa merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan.

Namun sebagian masyarakat berpendapat bahwa media massa tidak lebih banyak memberikan kebenaran atau fakta apa adanya. Media cenderung menciptakan peristiwa, menafsirkan dan mengarahkan terbentuknya kebenaran. Tidak selalu untuk melayani kepentingan pihak-pihak tertentu secara sepadan terkontrol. Maka yang namanya realitas dan subyek politik menjadi luntur, keduanya tidak selalu menjadi penting ketimbang yang dikatakan media tentang realitas dan subjek politik tersebut (Sobur, 2002 : 30-31)

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah pembingkaian berita bailout Century tentang Opsi A dan Opsi C di Sidang Paripurna pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surat Kabar Kompas?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

“Mengetahui pembingkaian berita bailout Century tentang Opsi A dan Opsi C di Sidang Paripurna pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surat Kabar Kompas”

1.4 Manfaat Penelitian

a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran pada institusi terutama pada harian Jawa Pos dan Kompas khususnya dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas. b. Masyarakat dapat memahami realitas yang dibangun oleh media massa

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Massa dan Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebagai subjek yang menkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemaknaannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi realitas sosial yang mendefinisikan realitas (Eriyanto, 2002:23).

Media massa atau pers merupakan realitas simbolik sosial yang berperan membentuk realitas subjektif sosial. Artinya berita-berita yang dimuat media merupakan realitas simbolik yang mempengaruhi persepsi khalayaknya mengenai realitas. Sebagai institusi sosial yang mempengaruhi realitas subjektif, pers mempunyai tanggung jawab moral terhadap kebenaran informasi. Inilah yang merupakan tuntutan etis, dalam penyajian informasi (Henry dalam Jurnal ISKI 1999:86)

(21)

alamiah (nature) yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja, melainkan dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut media secara aktif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang (Eriyanto, 2002:122)

Sehingga jelas bahwa berita bukanlah realitas yang sesungguhnya melainkan realitas buatan. Oleh sebab itu ketika pers mengungkap realitas, menurut Henry tidak berarti menyetujui apa yang sedang berlangsung. Memberitahukan realitas, bukan soal setuju atau tidak setuju, melainkan realitas itu ada, maka masyarakat berhak mengetahuinya. Dan informasi realitas tersebut merupakan dasar bagi masyarakat untuk menentukan sikap, perilaku atas tanggapan mereka terhadap lingkungan sebenarnya. Berkaitan dengan itu maka perlu mengetahui bagaimana apresiasi masyarakat terhadap informasi realitas yang berkembang di era reformasi ini (Kasiyanto dalam Jurnal ISKI, 1999:86).

(22)

Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna (Hamad, 2004 : 11-12)

2.2 Pers sebagai Institusi Ekonomi-Politik

Kompetisi media di Indonesia saat ini, mendorong sebagian pekerja pers nasional kita mengelola media massa lebih berorientasi kepada kepentingan bisnis (profit oriented) ketimbang idealisme pers dan membuat pers menomerduakan misi edukatifnya.

Paradigma pers di tengah kecenderungan itu, mengalami pergeseran. Bila sebelumnya orientasi media massa adalah pemenuhan selera publik media (give the press the public wants) kini lebih memprioritaskan pembentukan selera publik

(give the press the public should know) (Ali dalam Jurnal ISKI, 1998:13)

(23)

organisasi politik dan ekonomi, tentunya mendorong keuntungan-keuntungan bisnis dan ekonomi (Pareno, 2005:11-12).

Bisnis pers berorientasi ekonomi itu, mendorong kinerja media massa untuk lebih memprioritaskan kepentingan non pers di atas kepentingan pers yang sesungguhnya. Akibat idealisme pers yang dikehendaki publiknya semakin menjauh, dimana pers lebih mengaktualisasikan kepentingan pemerintah, dibandingkan kepentingan masyarakat (Ali dalam Jurnal ISKI, 1998:17)

Menurut teori media politik-ekonomi, sebagai bagian dari sistem ekonomi, institusi media juga bertalian erat dengan sistem politik. Dimana kualitas pengetahuan masyarakat, yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar berbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pasar, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan. Berbagai kepentingan tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil kerja media dan juga keinginan bidang usaha lainnya untuk memperoleh keuntungan, sebagai akibat dari adanya kecenderungan monopolistis dan proses integrasi, baik secara vertikal maupun horizontal (McQuail, 1996:63).

Dominasi orientasi kepada pemilik modal atau pemenuhan kepentingan para pengelolanya sendiri ditambah dengan ekstra kuatnya keberuntungan pers kepada pemerintah pada akhirnya menjadikan kinerja (performance) pers tak lagi bersifat obyektif (Ali dalam JURNAL ISKI, 1998:14)

(24)

ekonomi-politik, dinamika industri media, dan ideologi media itu sendiri. Dimana peran media disini justru menjadi alat legitimasi kepentingan kelas yang memiliki dan mengendalikan media melalui produksi kesadaran dan realitas palsu tentang realitas obyektif. Dalam hal ini, posisi dan peran media adalah menutupi dan mempresentasikan antagonisme itu secara bias dan manipulatif. Ideologi dimanfaatkan buat menghapus dan mengeliminasi perjuangan kelas. Kontrol atas kelas dibuktikan dengan mencocokkan ideologi yang tersirat dalam pesan media dengan kepentingan kelas yang dominan (Wuryata dalam Jurnal ISKI,2004:49)

2.3 Sidang Paripurna DPR Maret 2010

Sidang atau Rapat Paripurna, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), memiliki pengertian yaitu rapat lengkap anggota dan pimpinan dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.

(25)

karena tugasnya dinyatakan selesai. Pansus mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk selanjutnya dibahas dalam rapat paripurna.

2.4 Analisis Framing

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara lain atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis dalam Sobur, 2001:162)

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995 (Sudibyo dalam Sobur, 2001:161). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur,

(26)

G.J Aditjondro (Sudibyo dalam Sobur, 2001:165) mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.

Menurut Aditjondro (Siahaan, 2001:9-10), proses framing merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prosos penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Bahkan, kata Aditjondro, proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang

bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi-sisi informasi yang ingin ditonjolkan (sambil menyembunyikan sisi-sisi lain).

2.4.1 Proses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih

menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

(27)

pekerja media yang bertanggung jawab atas editorial sebuah media), tatkala melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik (Hamad, 2004:16-24).

Pertama, dalam hal pilihan kata (simbol) politik. Sekalipun media massa

hanya bersifat melaporkan, namun telah menjadi sifat dari pembicaraan politik untuk selalu memperhitungkan simbol politik. Dalam komunikasi politik, para komunikator bertukar citra atau makna-makna melalui lambang. Mereka saling menginterpretasikan pesan-pesan (simbol-simbol) politik yang diterimanya. Dalam konteks ini, sekalipun melakukan pengutipan langsung (direct quotation) atau menjadikan seorang komunikator politik melalui sumber berita, media massa tetap terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pilihan simbol sumber tersebut. Tetapi mana kala media massa membuat ulasan, sebutlah editorial, pilihan kata itu ditentukan sendiri oleh sang komunikator massa.

Kedua, dalam melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik,

(28)

realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan (menarik keuntungan atau pihak mana yang diuntungkan) dengan berita tersebut.

Ketiga, menyediakan ruang untuk sebuah peristiwa politik. Justru jika

media massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh perhatian dari masyarakat. Semakin besar tempat yang diberikan semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada konteks ini media massa memiliki fungsi agenda setter sebagaimana yang dikenal dengan Teori Agenda Setting. Tesis utama dari teori ini adalah besarnya perhatian

masyarakat terhadap suatu isu amat bergantung seberapa besar media memberikan perhatian pada isu tersebut. bila satu media, apalagi sejumlah media, menaruh sebuah kasus sebagai headline, diasumsikan kasus itu pasti memperoleh perhatian yang besar dari khalayak.

2.4.2 Perangkat Framing Pan dan Kosicki

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dimana Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini

(29)

kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Dalam pendekatan ini, framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar, yaitu :

a. Struktur Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, hal ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyatan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita (Sobur, 2001:175). Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan/skema berita, antara lain :

1. Headline : merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi menunjukkan kecenderungan berita dan digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu (Eriyanto, 2002:257-258)

2. Lead : umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk ke dalam isi berita secara lengkap (Eriyanto, 2001:232)

3. Latar informasi : latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalm suatu teks (Eriyanto, 2001:235)

(30)

5. Pernyataan 6. Penutup

b. Struktur skrip : struktur skrip berhubungan dengan bagaiman wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa (Eriyanto, 2002:255). Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H, antara lain :

1. Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa ? 2. What : apa yang terjadi ?

3. Where : dimana peristiwa itu terjadi ? 4. When : kapan peristiwa itu terjadi ?

5. Why : mengapa (apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi ? 6. How : bagaimana peristiwa itu terjadi ?

c. Struktur tematik : struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkap pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan (Eriyanto, 2002:255). Ada beberapa elemen dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain adalah :

(31)

akan menampilkan informasi tersebut dalam jumlah yang sedikit atau bahkan kalau perlu informasi itu tidak disampaikan kepada khalayak jika hal itu merugikan kedudukannya. Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara implinsit (Eriyanto, 2001:238)

2. Maksud kalimat : elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secar eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain (Eriyanto, 2001:242)

3. Nominalisasi antarkalimat : adalah abstraksi –berhubungan dengan pernyataan apakah komunikator memandang objek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri ataukah sebagai suatu kelompok atau komunitas (Sobur, 2001:81). Strategi ini berhubungan dengan mengubah kata kerja (Verbal) yang bermakna tindakan/kegiatan menjadi kata benda (nomina) yang bermakna peristiwa. Strategi ini sering digunakan untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu (Eriyanto, 2001:175-176)

(32)

dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Ada beberapa macam koherensi, Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari prosisi atau kalimat lain(Eriyanto, 2002 :263).

5. Bentuk kalimat : bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu kausalitas, logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat (Sobur, 2001:81)

(33)

d. Struktur retoris : adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris, mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak (Sobur, 2001:84). Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam bentuk berita. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citr, meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan oleh wartawan merupakan suatu kebenaran (Eriyanto, 2002:264). Struktur retoris terdiri dari beberapa elemen, antara lain :

1. Leksikon : pada dasarnya lemen ini menandakan bagimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia, pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karen kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas (Eriyanto, 2001 :255)

(34)

pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut, dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. elemen grafis itu juga muncul dalam bentu foto, gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan (Eriyanto, 2001:258)

3. Metafora : metafora merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat/gagasan tertentu kepada publik (Eriyanto,2001:259)

(35)

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI

Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber pernyataan, penutup SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta

1. Skema berita

SKRIP

Cara wartawan mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W + 1H

TEMATIK Cara wartawan menulis fakta

3. Detail

4. Maksud kalimat,hubungan 5. Nominalisasi antar kalimat 6. Koherensi

7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti

Paragraf, proposisi RETORIS Cara wartawan menekankan fakta 9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafora 12. Pengandaian Kata, idiom gambar/foto, grafik

(36)

2.5 Kerangka Berpikir

Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas. Dimana media berperan mendefinisikan bagaimana sebuah realitas dipahami dan dijelaskan dengan cara tertentu oleh khalayak. sehingga jelas bahwa bukanlah realitas yang sesungguhnya melainkan realitas buatan.

Bentuk konstruksi media terhadap suatu realitas dipengaruhi beberapa hal diantaranya dominasi orientasi pemilik modal dan tekanan-tekanan kepentingan politik.

Dengan penggunaan bahasa tertentu maka akan terlihat bentuk konstruksi media terhadap suatu realitas, tak terkecuali realitas politik yang selalu melibatkan aktor-aktor politik. Dimana ketika mengemas suatu pesan, aktor-aktor politik tersebut sering menggunakan bahasa politik dan menggunakan strategi tertentu.

Dalam hal ini realitas politik yang hendak dibingkai adalah rapat paripurna DPR Maret 2010 yang membahas masalah kebijakan Bailout Century.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Moleong, 2000:3)

Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana perbedaan Harian Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai peristiwa Rapat Paripurna DPR Maret 2010 ke dalam suatu berita. Rapat Paripurna DPR Maret 2010 digelar untuk menentukan sikap apa yang akan diambil oleh anggota DPR, apakah bermasalah atau tidak ada masalah kebijakan pemerintah terkait dengan masalah Bailout Century.

Berita menurut Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan diluar sana bukanlah realitas sesungguhnya melainkan realitas buatan dimana setiap wartawan mempunyai ukuran tentang “nilai sebuah berita” (news value), tapi wartawan juga punya keterbatasan visi, kepentingan ideologis, dan

(38)

dari surat kabar Jawa Pos dan Kompas menulis dan mengemas peristiwa tersebut menjadi suatu berita yang menarik untuk disajikan kepada khalayak.

Metode framing analysis (Analisis Bingkai) yang dipakai dalam penelitian ini adalah milik Zhonhdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan dan Kosicki melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Model yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2002 : 254-255).

Model ini mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Dalam pendekatan ini framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar, yaitu :

(39)

struktur ini bisa diamati dari bagan/skema berita, antara lain: headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita, pernyataan, penutup.

b. Struktur Skrip: struktur skrip berhubungan dengan bagaimana strategi wartawan krtika mengisahkan atau menceritakan Rapat Paripurna DPR Maret 2010 ke dalam bentuk berita. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H.

c. Struktur Tematik: struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas Rapat Paripurna DPR Maret 2010 ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Ada beberapa elemen dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain adalah detail, maksud kalimat, nominalisasi antarkalimat,koherensi, bentuk kalimat, kata ganti.

d. Struktur Retoris: struktur ini berkaitan dengan pemilihan gaya atau kata yang oleh wartawan untuk menekankan yang ingin ditonjolkan oleh wartawan dari Rapat Paripurna DPR Maret 2010, hal ini dilakukan untuk membuat citra dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat elemen-elemen dri struktur retoris seperti penggunaan foto, metafora, pngandaian, dan leksikon.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

(40)

Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang bailout Century pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

3.3 Unit Analisis

unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit tematik dan unit reference. Unit tematik adalah setiap berita yang dianalisis merupakan tema yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini tema berita yang telah ditetapkan adalah berita Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century. Sedangkan unti reference, yang dianalisi adalah kalimat-kalimat dan kata-kata yang dimuat dalam berita Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century di surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

3.4 Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai rapat paripurna anggota DPR yang dimuat di surat kabar JawaPos dan Kompas periode bulan Maret 2010 karena pada periode tersebut kedua media memuat berita mengenai Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century untuk beberapa waktu.

(41)

yang membahas Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

Korpus yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos antara lain :

a. Berita pada tanggal 2 Meret 2010, dengan judul “Puluhan Bankir Bela SBY”.

b. Berita pada tanggal 3 Maret 2010, dengan judul “Anggap Ketua DPR Menyabotase”.

c. Berita pada tanggal 4 Maret 2010, dengan judul “Pro-SBY Tumbang di Paripurna”.

d. Berita pada tanggal 5 Maret 2010, dengan judul “Pemakzulan Boediono Sulit”.

Sedangkan korpus yang terdapat pada surt kabar Kompas antara lain : a. Berita pada tanggal 2 Meret 2010, dengan judul “SBY: Saya Bertanggung

Jawab”.

b. Berita pada tanggal 3 Maret 2010, dengan judul “Rapat DPR Memalukan”. c. Berita pada tanggal 4 Maret 2010, dengan judul “Koalisi Partai

Berantakan”.

d. Berita pada tanggal 5 Maret 2010, dengan judul “Presiden Akan Tindak Lanjuti”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(42)

tanggal 2, 3, 4, dan 5 Maret 2010. data yang dimaksud adalah berita mengenai Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century.

Dengan mengidentifikasi wacana berita yang berpedoman pada model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Data hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk menemukan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam mengkonstruksi berita rapat paripurna Maret 2010 tentang Bailout Century.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing, dimana analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.

Model analisis framing yang digunakan untuk menganalisis berita mengenai Rapat Paripurna DPR Maret 2010 adalah model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model ini menggunakan perangkat framing yang dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama struktur sintaksis, Kedua struktur skrip, Ketiga struktur tematik, dan Keempat struktur retoris.

3.7 Langkah-langkah Analisis Framing

(43)

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dengan melihat empat struktur besar. Pertama struktur sintaksis, Kedua struktur skrip, Ketiga struktur tematik, dan Keempat struktur retoris. Kemudian dianalisis lagi berdasarkan perbedaan pembingkaian dari masing-masing harian yaitu harian Jawa Pos dan Kompas. Dari sini dapat diketahui perbedaan surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita Rapat Paripurna DPR Maret 2010 tentang Bailout Century.

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Profil Perusahaan Jawa Pos

(45)

minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chau Shin Wan. Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertma kali dicetak di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100 eksemplar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Vrije Pers di jalan Kaliasin 52 Surabaya an selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

(46)

Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak saat itulah perkembangan Jawa Pos semakin menabjukkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan akta Notaris Liem Shen Hwa, SH No. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern Ltd diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No.1/Per1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 % dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum. Berita-berita umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

(47)

termasuk istri dari Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah dipemasaran. Kedua, menambah income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih kecil dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan koran Jawa Pos atas usaha suaminya dan kelak dikemudian hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar koran Jawa Pos. Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar perharinya.

Jawa Pos sanggup mengalahkan tiras penerbitan-penerbitan lain yang telah berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Pos. banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti ini diantaranya dengan ingin menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman perhari menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi ketika krisi moneter terjadi di Indonesia.

(48)

bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui internet dengan alamat situs : www.jawapos.co.id.

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dan yang dimiliki tetap optimal. Lantas muncullah ide ekspansi yakni membuat koran-koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Askan usai studi di Amerika. Di negara maju, setiap kota mempunyai satu koran dari kenyataan itu ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan koran di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerjasama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

(49)

Beberapa media dikelola oleh Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi Radar Surabaya, Dharma nyata, Manuntung, Ackhya, Fajar, Riau Pos, Menado Pos, Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cendrawasih Pos, Kompetisi, komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru. Media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak ataupun sumber daya manusia.

Kini hampir di seluruh propinsi Indonesia Jawa Pos terdapat Jawa Pos Group terkecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas, Real Estate, Hotel, bursa sampai travel agen. Ini semua berada di atas tangan Dahlan Iskan. Bagaimana mimpi oplah satu juta? Dahlan pun bilang “kita sudah mencapainya, kalau seluruh oplah Jawa Pos Group dikumpulkan”.

4.1.2 Kebijakan redaksional

(50)

dibutuhkan. Jawa Pos mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada masyarakat. Untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos menyajikan satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besar, dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan Jawa Pos pun berangel-angel sehingga pembaca mendapatkan informasi yang dalam dengan berbagai prespektif. Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang berisi berita-berita unik dan human interest.

Menurut Jawa Pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama sekaligus mangaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara reporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita ysng tepat sesuai dengan kriteria seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber, serta kemampuan menuliskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi, mengedit berita yang layak muat. Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos. Selain itu Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam halaman sambungan dari halaman satu, sambung kehalaman yang lain. Di Jawa Pos kini diberi judul lagi, yang memiliki maksud untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. hal ini merupakan kebijaksanaan dari layout Jawa Pos.

(51)

di masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya dan berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Surabaya. Namun jika pokok bahasannya terlalu manasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya.

Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam mengejar berita terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita yang dilakukan Jawa Pos adalah dengan menampakkan wartawan di pos masing-masing. Ada pos kriminal, pos pemda, pos hamkam, dan lin-lain. Pemberitaan Jawa Pos berkenaan dengan peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang sifatnya terencana (momentum) dan dapat juga peristiwa yang bersifat mandadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaannya disertakan pula berbagai narasumber, para pakar serta pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung. Setiap hari Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberitakan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

(52)

diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya. Bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain :

(53)
[image:53.595.108.518.136.624.2]

Tabel 2 : Deskripsi halaman surat kabar Jawa Pos Halaman 1

(bagian Utama)

Mulai halaman 1-16

Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang bernilai berita tinggi dan menyangkut kepentingan nasional ditambah dengan kolom feature.

Halaman 2 Memuat berita-berita seputar ibu kota propinsi Jawa Timur, Surabaya

Halaman 3 Memuat berita-berita seputar kota jakarta

Halaman 4 Memuat jati diri, opini, surat pembaca, dan pojok.

Halaman 5-7 Memuat berita-berita Jawa Pos selain Surabaya, karikatur, dan iklan.

Halaman 8-11 Memuat berita-berita Jawa Timur selain Surabaya, karikatur dan iklan.

Halaman 12-13 Memuat berita-berita Internasional Halaman 14 Memuat berita-berita nusantara

Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan dari halaman 1

Halaman 16 Berisi berita-berita, foto tokoh berbagai peristiwa baik nasional maupun internasional.

(54)

Koran II

(Bagian olahRaga)

Mulai halaman 17-32

Halaman 17-20 Memuat berita-berita seputar peristiwa olah raga dunia internasional.

Halaman 21-28 Memuat berbagai jenis iklan komersil (iklan jitu) yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu, abtara lain mengenai lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah, serta aneka kebutuhan.

Halaman 29 Halaman “visite” yang mengulas berita-berita seputar kesehatan.

Halaman 30 Memuat berita olah raga basket Halaman 31 Berisi berita-berita olah raga nasional

Halaman 32 Halaman “motor sport” yang secara khusus mngulas tentang olah raga balap mobil dan motor.

Koran III (Metropolis)

Mulai halaman 32-44

Halaman 33-35 Berisi berita-berita seputar daerah Surabaya, beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah regional

Surabaya.

Halaman 36 Berisi ulasan mengenai pemberitaan seputar kota Gresik-Sidoarjo

Halaman 37 Halaman “Deteksi” berisi berbagai kehidupan muda-mudi Surabaya dan tanggapan mereka dengan memanfaatkan metode polling.

Halaman 39-40 Halaman “komunikasi Bisnis” berisi mengenai berbagai peluang yang dapat dijadikan usaha.

(55)

Halaman 42 Halaman “Show & Selebritis” berisi berita seputar selebriti dan jadwal acara TV

Halaman 43 Berisi berita sambungan dari halaman 33

Halaman 44 Halaman “Festival Seni Budaya”

4.2 Profil Perusahaan Kompas

Kompas pertama kali terbit pada hari senin tanggal 28 Juni 1965, berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No. 003/VSK/DPH/SIT/1965 tertanggal 9 Juni 1965, dengan nama Bentara Rakyat, dimaksudkan sebagai penegasan diri pembela rakyat yang sebenarnya. Dengan tebal hanya 4 halaman, dan dicetak sebanyak 4.800 eksemplar. Pelopor utaman berdirinya media ini adalah orang-orang muda yang diantaranya adalah P.K. Ojong, Jacob Oetama August Parengkuan, serta Indra Gunawan.

Oleh PkI namanya diplesetkan menjadi “Komando Pastor” sebab tokoh-tokoh berdirinya berasal dari golongan khatolik. Sampai tahun 1972, dengan tenaga kerja tak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis, Kompas bertempat di jalan Pintu Besar Selatan no 68-88, berbagai ruang dengan majalah intisari namun kemudian pindah ke jalan Palmerah Selatan 22-26.

UU pokok pers tahun 1982 dan ketentuan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers, mewajibkan penerbit pers harus berbadan hukm. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara.

(56)

dimana sempat terjadi penghentian sementara penerbitan beberapa surat kabar akibat Pemberontakan G 30S/PKI, Kompas kembali terbit pada 6 oktober 1965 dengan percetakan baru milik PT. Kinta, yang merupakan percetakan terbaik pada saat itu, dengan pertimbangan peningkatan kualitas.

Pada perkembangan selanjutnya, Kompas terbit dengan empat halaman setiap harinya dengan oplah yang terus meningkat hingga mencapai 1500 eksemplar. Sejak saat itu oplah Kompas terus meningkat, hingga pada tahun 1972 harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang diberi nama PT. Gramedia.

Kompas tercatat pernah sekali terkena larangan terbit, yaitu tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Hal itu tidak berlangsung lama, kemudian Kompas kembali diijinkan terbit, dan menunjukkan perkembangan pesat dengan oplah 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1997, Kompas menerbitkan majalah Bola yang terbit setiap minggu.

Permodalan surat kabar Kompas dimiliki oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia Sejahtera, PT. Gramedia, PT. Trasinto Asri Media, serta atas nama perorangan yakni Jacob Oetama, Frans Seda, dan P. Iswantoro, dengan ijin terbit berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 001/MenPen/SIUPP/A.7/1985 tertanggal 10 November 1985.

(57)

merambah dunia pertelevisisan dengan menggunakan stasiun TV baru, yakni TV 7 di tahun 2002 lalu.

Kompas lebih suka menamakan dirinya surat kabar yang berorientasi independent, dengan kata lain surat kabar yang salam pemberitaannya tidak memposisikan dirinya pada satu pihak tertentu atau pada salah satu pihak politik yang ada. Dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”, Kompas selalu mencoba bersikap obyektif dalam mengupas suatu peristiwa.

Pada masa orde lama, Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu. Hl ini disebabkan pada masa demokrasi liberal itu, Deppen mengharuskan semua surat kabar menguatkan salah satu eksistensinya pada salah satu kekuatan politik yang ada saat itu. Pada awal terbitnya, Kompas hanya dibaca oleh orang-orang khatolik saja, maka akhirnya beafiliasi dengan partai Khatolik. Namun pada saat orde baru menghapus peraturan tersebut, maka Kompas melepaska diri dari partai khatolik, dan diputuskan pasa saat itu bahasa sasaran Kompas adalah kelas menengah keatas, dengan menyesuaikan penempilannya terhadap selera masyarakat tersebut.

Ketika partai Khatolik difusikan kedalam PDI tahun 1973, Kompas yang melepaskan diri dari partai khatolik itu mulai menjadi koran yang independen dan lebih berorientasi bisnis, namun tetap dengan latar belakang sebagai koran yang dekat dengan berbagai perdebatan politik.

(58)

menggambarkan visi dan misi yang menyuarakan isi hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang menjadi institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Sebagai lembaga yang terbuka dan kolektif, ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa, mengarahkan focus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang tyradenden atau mengatasi kepentingan kelompok.

Pada ulang tahun Kompas yang ke 35 di temukan pepatah “Kata Hati Mata Hati” menegaskan semangat empati dari koran ini. Kompas sebagai lembaga media massa tidak lepas dari gejolak masyarakat. Dalam setiap konflik peristiwa, Kompas tetap berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat tulisan berita yang komprehensif, coverboth side, tidak menyakiti hati secara pribadi, mendudukkan persoalan, membuka cakrawala, tidak memihak kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tertinggi pada harkat kemanusiaan.

4.2.1 Jaringan Distribusi

Sejak pertama kali diterbitkan, sirkulasi Kompas telah mengalami peningkatan yang signifikan. Sampai dengan 6 Desember 2003, sirkulasi Kompas rata-rata adalah 526.144. angka ini memberi gambaran yang nyata bahwa Kompas merupakan media beriklan yang tepat bagi para pemasang iklan. (Sumber: Kompas Media Kit, 2002)

(59)
[image:59.595.106.518.140.340.2]

Tabel 3 : Jaringan Wilayah Distribusi Kompas

Sumatera 38.038 eksemplar

Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi 288.943 eksemplar

Jawa Barat 124.133 eksemplar

Jawa Tengah 48.834 eksemplar

Jawa Timur 35.584 eksemplar

Kalimantan 11.273 eksemplar

Bali dan Indonesia Timur 18.052 eksemplar

Sumber : Kompas Interaktif Media Kit, 2004

Bahwa sebaran di sekitar Jakarta lebih besar di bandingkan daerah lain, hal ini mungkin dikarenakan Jakarta sebagai Ibukota Negara dengan jumlah penduduk yang lebih padat dan memiliki potensi pembaca yang potensial.

Sedangkan sirkulasi Kompas per hari pada tingkat nasional diajabarkan sebagai berikut :

Tabel 4 : Sirkulasi Kompas Per Hari

Senin 495.502 eksemplar

Selasa 495.413 eksemplar

Rabu 495.960 eksemplar

Kamis 496.255 eksemplar

Jumat 496.326 eksemplar

Sabtu 597.232 eksemplar

Minggu 606.319 eksemplar

[image:59.595.109.513.531.730.2]
(60)

Terlihat bahwa rata-rata per hari, sirkulasi Kompas mencapai hampir 500.000 eksemplar. Kecuali pada akhir pekan, dimana oplah Kompas meningkat hingga mencapai angka 600.000 eksemplar.

4.2.2 Kebijakan Redaksional

Sebagai Harian umum, Kompas beusaha menjadi sebuah media cetak professional, berusaha bersikap netral dengan tidak mengkotak-kotakkan kondisi demografis audience-nya. Kompas tampak sangat realistis dengan memposisikan dirinya sebagai industri media.

Melalui prinsip humanisme transcendental, dimana pengarahan fokus perhatian nilai-nilai traseden dalam mengatasi kepentingan kelompok. Kompas mencoba keluar dari ikatan-ikatan Primordialisme, termasuk politik dan lebih menekankan pada substansi dari suatu permasalahan. Termasuk dalam hal mengenai Kompas dan Khatolik yang mempunyai proses “afiliasi”

Konotasi sebagai harian yang pernah berafiliasi dan identik dengan partai politik, tampaknya masih berbekas pada Kompas. Sejalan dengan sejarah dan hirarki Kompas yang didasari oleh ideologi politik agama khatolik, latar belakang mendiang PK. Ojong dan Jacob Oetama sebagai pemimpin perusahaan Kompas saat ini, masih lekat dengan konotasi tersebut (Hamad, 2004:116)

(61)

Nurani Rakyat” yang selalu bersikap obyektif dalam mengupas suatu peristiwa dan senantiasa membela rakyat. Kompas inginterus berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, mencerdaskan kehidupan bangsa, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, ras, agama, dan golongan tertentu.

Meskipun mencoba menjadi media independen, secara terselubung Kompas masih memunculkan orientasi politik akan ideologi katolik. Baik secara sadar dan tidak sadar. Terutama jika berkenaan dengan berita-berita mengenai agama katolik.

Kompas yang pada masa orde lama pernah berorientasi pada partai politik dan agama khatolik, terkadang terbawa dengan kebijakan ideologis masa lalu. Hal ini wajar karena sampai saat ini Kompas masih dipimpin oleh peristisnya Jacob Oetama. Kebijakan Deppen di masa orde lama yang mengharuskan semua surat kabar wajib mempunyai afiliasi politik, membuat Kompas memilih berafiliasi dengan partai khatolik yang diketuai oleh Frans Seda. (Seda dalam Hamad 2004 :116)

(62)

profesional sebagai humanis kristiani merupakan dasar dari rigionalitasnya Jacob”.

Dari tulisan Frans Seda tersebut, menunjukkan bahwa Jacob Oetama sang nahkoda Kompas mempunyai dasar religiusitas, dalam pengabdian secara professional sebagai “Humanis Kristiani”. Hal ini secara langsung atau tidak lngsung akan mempengaruhi kebijakan redaksional harian Kompas. Kebijakan redaksional yang mengarah pada isi berita Kompas.

Lembaga media massa, seperti Harian Kompas, tidak terlepas dari gejolak masyaraknya. Dalam setiap pergejolakan itu, Kompas terus berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dantulisan komprehensif, Coverboth Side, tidak menyakiti hati secara pribadi, memadukan persoalan, membuka cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan penghargaan tertinggi pada harkat dan martabat kemanusiaan.

(63)

4.2.3 Profil Produk

selain membuat berita secara umum, Kompas juga memiliki Editorial yang berbeda-beda pada setiap penerbitannya.

Bentara : artikel yang berisi tentang budaya dan kebudayaan (galeri, lukisan, budaya daerah dan lain-lain)

Finansial : rubrik baru Kompas yang ditujukan untuk memenuhi permintaan pembaca praktisi keuangan; rubrik ini berisi informasi tentang keuangan yang paling lengkap, akurat dan terkini.

Fokus : investigasi report tentang masalah-masalah atau berita-berita yang hangat sat ini.

Anak : rubrik ini yang ditujukan untuk anak-anak, berisi berbagai informasi mulai dari pengetahuan, olah raga, hobi, hingga halaman khusus yang berisi cerita dan komik.

Muda : artikel yang ditujukan pembaca muda dimana mereka dapat meningkatkan minat baca serta memberikan informasi mengenai segala perkembangan di kalangan anak muda.

SWARA : artikel yang berisi mengenai aspirasi wanita yang peduli mengenai lingkungan sosialnya.

Teknologi Komunikasi : rubrik yang membahas perkembangan teknologi dan manfaatnya, serta memberikan panduan kepada pembaca mengenai pesatnya laju perubahan teknologi.

(64)
[image:64.595.106.515.166.698.2]

Adapun deskripsi isi halaman Kompas secar umu adalah sebagai berikut : Tabel 5 : Deskripsi halaman surat kabar Kompas

Halaman 1 Memuat berita-berita utama Nasional dan Internasional.

Halaman 2-3 Memuat berita-berita internasional

Halaman 4-5 Memuat Tajuk, Opini dan Surat Pembaca Halaman 6-8 Memuat berita Nasional, Politik dan Hukum

Halaman 9-10 Memuat berita Nasional yang humanis

Halaman 11 Memuat halaman sambungan

Halaman 12 Memuat berita infotainment, profil, tokoh

Halaman 13-15 Memuat berita-berita bisnis dan ekonomi

Halaman 16 & 21 Memuat iklan

Halaman 17-19 Memuat halaman Metropolitan yang berisi berita sekitar JABOTABEK

Halaman 20,28,29 Memuat halaman nusantara

Halaman 22-24 Memuat berita-berita olahraga

Halaman 25-27 Memuat halaman finansial,berisi data-data dari pasar modal dan bursa efek

(65)

4.3 Analisis Data

Dalam menganalisis berita mengenai sidang paripurna DPR Maret 2010, peneliti melakukannya dengan mengelompokkan berita dari Jawa Pos dan Kompas menurut tanggalnya, masing-masing berita yang telah dikelompokkan tersebut dianalisis, diinterpretasi dan dicari frame-nya, kemudian dilakukan lagi pembahasan terhadap frame dari kedua surat kabar tersebut.

4.3.1 Berita tanggal 3 Maret 2010 (1) Frame Jawa Pos

[image:65.595.110.517.380.750.2]

“ Anggap Ketua DPR Menyabotase”

Tabel 6. Struktur Frame Jawa Pos

Struktur Jawa Pos

Sintaksis Memberi gambaran bahwa kisruh atau kekacauan yang terjadi dalam sidang paripurna DPR dikarenakan penyabotasean Marzuki Alie selaku ketua DPR. Kekacauan dipicu sikap Marzuki Alie yang menutup sidang ketika hujan interupsi.

Skrip Kericuhan pada sidang paripurna dipicu sikap Marzuki yang menutup sidang. Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Markus Nari naik ke panggung pimpinan DPR dan membuang botol air mineral dihadapan Marzuki. Serentak anggota dewan merangsek ke arah Markus.

Tematik Tindakan Marzuki Alie yang dalam sekejap membuat suasana sidang menjadi chaos

Retoris Menampilkan dua foto yang memperlihatkan kemarahan anggota DPR. Dengan foto ini maka dapat menurunkan citra Partai Demokrat.Dan terdapat salah satu nama tokoh besar di Indonesia yang juga sebagai ketua partai tersebut yaitu pemerintah.

(66)

Struktur sintaksis yang dapat diamati dari artikel berita tersebut dapat dilihat dari penggunaan unsur headline, lead, latar dan pengutipan sumber berita. Jawa Pos sengaja menggunakan judul di atas selain membuat pembaca lebih tertarik juga memberi gambaran bahwa kisruh atau kekacauan yang terjadi dalam sidang paripurna DPR dikarenakan penyabotasean Marzuki Alie selaku ketua DPR. Pada lead disebutkan bahwa kekacauan yang terjadi pada sidang paripurna dipicu sikap Marzuki Alie yang menutup sidang ketika hujan interupsi.

“Marzuki dianggap menghalangi pelaksanaan asas kedaulatan dan hak berpendapat anggota DPR. Sidang DPR ricuh memang karena dipicu langkah Marzuki yang tiba-tiba menutup sidang ketika sedang terjadi hujan interupsi.”

(67)

Untuk mempertegas rasa kecewa sebagian anggota DPR terhadap kepemimpinan Marzuki Alie, di artikel berita dikutipkan pendapat anggota DPR Fraksi Partai Golkar Markus Nari yang menyebutkan bahwa insiden penutupan sidang merupakan bukti ketidak demokratisan Marzuki Alie sebagai ketua sidang untuk memimpin jalannya sidang.

“….Lebih dari itu, ketua DPR mengambil keputusan tanpa melihat pandangan yang muncul sebelumnya, Marzuki tidak demokratis”

Pada pengutipan sumber berita, Jawa Pos menampilkan pernyataan Nurul Arifin yang kecewa terhadap sikap ketua DPR. Dan mengingatkan adanya pasal 221 tatib DPR yang menyatakan sidang paripurna merupakan sidang tertinggi.

“Paripurna lebih tinggi tingkatannya dari rapat Bamus”.

Selain itu, Jawa Pos juga memasukkan pendapat Hakim Konstitusi Akil Mochtar yang menilai, penutupan sidang paripurna sebelum pengambilan keputusan atas hasil pansus merupakan upaya sabotase terhadap hak angket kasus Bank Century karena bertentangan dengan ketentuan dalam UU DPR, tatib DPR, dan bahkan UUD 1945.

“Fokus tugas Pansus itu penyelidikan. Tentu harus ada tindak lanjutnya. Kalau ditutup begitu saja tanpa ada tindak lanjut, apa gunanya dibentuk pansus”.

(68)

Pada struktur skrip, Jawa Pos menulis berita tersebut secara lengkap. Dimana dalam berita tersebut memuat unsur 5W + 1H yakni What (apa yang terjadi) yaitu peristiwa kericuhan pada sidang paripurna DPR, Who ( siapa yang terlibat dalam kericuhan tersebut) yakni anggota DPR, Where (dimana peristiwa kericuhan tersebut terjadi) yakni di gedung DPR, When (kapan peristiwa kericuhan terjadi) yakni pada tanggal 2 Maret 2010, Why (mengapa peristiwa kericuhan tersebut bisa terjadi) yakni sikap Marzuki Alie yang menutup sidang saat hujan interupsi, dan How (bagaimana peristiwa kericuhan tersebut terjadi) yaitu dimulai ketika Markus Nari dari Fraksi Partai Golkar naik ke panggung pimpinan DPR, sejurus kemudian dia membanting botol air mineral dihadapan Marzuki. Dan sejumlah anggota dewan merangsek ke arah Markus. Puluhan anggota lain pansus juga maju kearah meja pimpinan sidang yang kemudian Marzuki Alie dikawal puluhan Pamdal (Pengamanan Dalam) DPR meninggalkan ruang sidang.

“Dia (Marzuki Alie) ketakutan. Lumrah saja karena dia dari Partai Demokrat. Tapi, jangan sampai tindakan yang diambil liar dan inkostitusional”.

Secara garis besar tema yang diangkat oleh Jawa Pos adalah mengenai kericuhan yang terjadi pada sidang paripurna dimana dalam elemen detail sikap Marzuki mengecewakan sebagian anggota DPR diuraikan secara eksplisit. Di tengah hujan interupsi, Marzuki ternyata langsung memutuskan menutup sidang

“Sesuai keputusan rapat Bamus dan Tatib DPR, dengan mengucapkan alhamdullilah, paripurna ini saya tutu,” katanya, lantas mengetuk palu.

(69)

Penggunaan kata chaos di atas memberikan kesan bahwa sidang paripurna mengalami kekacau-balauan seharusnya hal tersebut tidak terjadi jika pimpinan sidang memberi kesempatan anggota DPR menyampaikan pendapatnya.

Sedangkan struktur retoris dalam artikel berita ini memuat elemen leksikon, grafis dan metafora. Elemen leksikon terlihat dari penggunaan kata “menyabotase” untuk menggambarkan sikap Marzuki Alie tidak menunjukkan sikap yang seharusnya dilakukan oleh ketua DPR untuk m

Gambar

Tabel 2 : Deskripsi halaman surat kabar Jawa Pos
Tabel 3 : Jaringan Wilayah Distribusi Kompas
Tabel 5 : Deskripsi halaman surat kabar Kompas
Tabel 6. Struktur Frame Jawa Pos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat kevalidan sumber belajar tipe tutorial menggunakan Ispring Suite 6

Trundle, dkk (2015) menjelaskan bahwa anak-anak mengembangkan pemahaman mereka melalui pengalaman dan pembelajaran yang tepat dapat mendorong kemampuan untuk

Untuk itu peserta didik perlu diberikan pendidikan seksualitas yang didalamnya terdapat program-program edukasi yang melarang remaja untuk tidak melakukan

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

The estimation of cutting forces then are used to process a set of rules pre-defined for selecting main components such as linear guideways, ball screws and servo motor.. The

Pada penelitian ini penulis akan membahas kondisi yang melatarbelakangi dilakukannya pembetulan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan tahun 2009 Tuan A, penghitungan pembetulan SPT

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di