• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Data

4.3.2 Berita Tanggal 4 Maret 2010

“Pro – SBY Tumbang di Paripurna”

Tabel 8. Struktur Frame Jawa Pos

Struktur Jawa Pos

Sintaksis Partai koalisi pemerintahan SBY kalah di sidang paripurna. Dibuktikan dengan banyaknya fraksi baik dari fraksi koalisi maupun diluar koalisi menganggap kebijakan bailout century bermasalah dalam rapat paripurna.

Skrip Opsi tambahan dari gabungan opsi A dan C yakni opsi A+C dimunculkan empat partai yaitu Fraksi Partai Demokrat, FPAN, FPPP, dan FPKB.

Tematik 1. Penolakan sebagian besar fraksi dalam kemunculan opsi baru yaitu opsi gabungan A+C

2 Saat agenda sidang paripurna berlanjut dengan penyampaian pandangan akhir fraksi. lima fraksi anggota DPR memilih opsi C sedangkan empat fraksi anggota DPR tidak mengungkapkan opsi apa yang dipilih.

3. Berbaliknya sikap FPPP yang saat devoting pertama bergabung dengan koalisi pemerintah memilih opsi

A+C, di voting yang kedua FPPP secara mengejutkan memilih opsi C yang berlawanan dengan opsi yang diusung oleh pemerintah

Retoris Anggota Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PDIP serta anggota FPKB Lily Wahid bernyanyi bersama dan serasa merayakan kemenangan opsi C yang menilai kebijakan pemerintah tentang bailout century melanggar hukum.

Unit dari struktur sintaksis yang diamati adalah headline, lead, latar dan pengutipan sumber berita. Dari penggunaan judul di atas dapat memberi pesan bahwa koalisi pemerintah kalah di sidang paripurna hal ini dibuktikan dengan banyaknya fraksi baik dari fraksi koalisi maupun diluar koalisi menganggap kebijakan bailout century bermasalah dalam rapat paripurna. Hal ini dapat dilihat dari jenis lead yang digunakan yakni who lead dimana who lead yang ditempatkan di awal paragraph tersebut menekankan pada siapa yang berperan dalam suatu peristiwa. Who lead yang dimaksudkan disini adalah 325 anggota DPR yang memilih opsi C yaitu opsi yang menganggap pengaliran dana bank century bermasalah.

“setelah diadakan voting secara terbuka dalam sidang paripurna pukul 22.30 WIB, 325 anggota DPR akhirnya memilih opsi C. Secara garis besar opsi ini menyebut adanya unsur melanggar hukum dalam kasus Bank Century, baik dalam hal kebijakan maupun pelaksanaan. Artinya, kebijakan bailout Rp 6,7 triliun itu jelas-jelas melanggar hukum”.

Kekalahan Fraksi Partai koalisi pemerintahan tergambar dari latar yang disajikan dalam teks berita yakni opsi yang diusung oleh para pendukung pemerintahan yaitu opsi A yang secara garis besar menyebutkan tidak ada unsur melanggar hukum dalam bailout memperoleh 212 suara.

“Opsi yang diusung para pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimotori Partai Demokrat serta didukung PAN dan PKB ini kalah dan harus puas dengan perolehan 212 suara”.

Dalam teks beritanya, Jawa Pos mengangkat adanya opsi tambahan yang muncul di sidang paripurna. Opsi gabungan dari opsi A dan opsi C ini dimunculkan oleh fraksi koalisi pemerintahan. Munculnya opsi tambahan ini disampaikan oleh Marzuki Alie.

“Empat fraksi mengajukan usul baru, yakni gabungan opsi A dan opsi C dimunculkan empat fraksi saat lobi. Mereka adalah Fraksi Partai Demokrat, FPAN, FPPP, dan FPKB”.

Menurut Ketua FPPP Hasrul Azwar sebagai perwakilan empat fraksi menjelaskan, opsi A+C adalah menerima secara sungguh-sungguh dua opsi yang dilaporkan pansus terhadap paripurna. Sebab, keduanya sama-sama mengandung kebenaran. perbedaan kedua opsi ini hanyalah berbeda menilai kebijakan dan penyebutan nama.

“Persamaan mendasar dua opso itu adalah sama-sama merekomendasikan tindak lanjut kepada penegak hukum”.

keputusan pun berakhir dengan melakukan voting untuk menentukan apakah opsi gabungan A+C dapat diterima atau tidak oleh anggota DPR. Setelah dilakukan voting, 246 suara anggota dewan tidak setuju dengan adanya opsi gabungan tersebut.

“Sedangkan 246 suara, berasal dari Fraksi Partai Demokrat (148 suara), FPAN (40 suara), FPPP (33 suara), dan FPKB (25 suara)”.

Pada struktur skrip, teks berita tersebut unsur who dan what yang memuat adanya opsi tambahan dari gabungan opsi A dan C yakni opsi A+C dimunculkan empat partai yaitu Fraksi Partai Demokrat, FPAN, FPPP, dan FPKB. Unsur when yaitu tanggal 3 Maret 2010, unsure why yang berisi alasan mengapa opsi baru yaitu opsi A+C dimunculkan dalam sidang paripurna yakni karena opsi A+C sama-sama mengandung kebenaran, yang berbeda hanyalah menilai kebijakan dan penyebutan nama.

Pada struktur tematik, berita ini memiliki 3 tema yang berbeda. Tema pertama adalah penolakan sebagian besar fraksi dalam kemunculan opsi baru yaitu opsi gabungan A+C. Secara detail Jawa Pos menyebutkan fraksi-fraksi yang menolak kemunculan opsi tambahan diantaranya Fraksi Partai Golkar, FPDIP, FPKS, Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Partai Hanura serta didukung oleh Lily Wahid dari FPKB dan Kurdi Mukri FPPP. Sedangkan empat fraksi yng memunulkan opsi gabungan A+C antara lain Fraksi Partai Demokrat, FPKB, FPAN, dan FPPP.

Tema kedua adalah saat agenda sidang paripurna berlanjut dengan penyampaian pandangan akhir fraksi. lima fraksi anggota DPR memilih opsi C sedangkan empat fraksi anggota DPR tidak mengungkapkan opsi apa yang dipilih.

“FPDIP, Fraksi Partai Golkar, FPKS, Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura mendukung opsi C. sementara Fraksi Partai Demokrat, FPAN, FPPP, dan FPKB tidak mengungkap pilihannya. Meski begitu, ada kesan kuat keempat fraksi itu sebenarnya cenderung mendukung opsi A”.

Tema ketiga adalah berbaliknya sikap FPPP yang saat devoting pertama bergabung dengan koalisi pemerintah memilih opsi A+C, di voting yang kedua FPPP secara mengejutkan memilih opsi C yang berlawanan dengan opsi yang diusung oleh pemerintah. Menurut ketua FPPP Hasrul Azwar apapun keputusan paripurna harus bisa mengakhiri segala polemik di tengah masyarakat yang mengemuka selama empat bulan terakhir.

Struktur retoris dalam artikel berita ini memuat unsure grafis berupa foto dan tabel. Foto yang ditampilkan oleh Jawa Pos menampilkan anggota Fraksi Partai Golkar dan Fraksi PDIP serta anggota FPKB Lily Wahid bernyanyi bersama dan serasa merayakan kemenangan opsi C yang menilai kebijakan pemerintah tentang bailout century melanggar hukum. Tabel juga menggambarkan hasil final paripurna kasus Bank Century yang menguatkan kemenangan opsi C.

(2) Frame Kompas “Koalisi Berantakan”

Tabel 9. Struktur Frame Kompas

Struktur Kompas Sintaksis Partai koalisi pemerintahan terpecah saat pengambilan

keputusan terkait masalah Bank Century

Skrip Pemerintah yang tidak dapat menyatukan koalisi

Tematik 1. Tercerai-berainya koalisi partai politik saat pemungutan suara karena presiden tidak bersikap tegas pada partai koalisi

2. Munculnya opsi baru yaitu gabungan opsi A dan opsi C yang ditawarkan bersama partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB

Retoris Foto satu anggota fraksi PKB Lily Wahid memberikan suara untuk opsi C, yang mana bertentangan dengan partai dirinya, satu anggota fraksi PKB Lily Wahid memberikan suara untuk opsi C, yang mana bertentangan dengan partai dirinya

Unit yang dapat diamati dari struktur sintaksis dalam berita ini adalah headline, lead, latar, dan kutipan sumber berita. Pada headline di atas memberikan

keputusan terkait masalah Bank Century. Sedangkan dalam lead dijelaskan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya memutuskan opsi C.

“Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan opsi C, yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya diduga ada penyimpangan sehingga diserahkan ke proses hukum”

Sedangkan pada latar digambarkan opsi A yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya tak ada masalah hanya diusung oleh Partai Demokrat, PAN, dan PKB. Selama ini pemerintahan SBY – Boediono didukung koalisi Partai Demokrat, Partai Golkar, PKS, PKB, PAN, dan PPP.

“Partai pendukung koalisi tak sepenuhnya mendukung pilihan Partai Demokrat, yaitu opsi A yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya tak ada masalah. Sikap Partai Demokrat hanya didukung penuh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)”.

Dalam pengutipan berita, menurut Pengamat Politik dari Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS), J. Kristiadi mengakui tercerai berainya koalisi partai politik pendukung Yudhoyono-Boediono di DPR dalam kasus Bank Century. Presiden harus berani bersikap tegas, terutama kepada partai yang sebelumnya menjadi rekan koalisinya.

Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Ahli Hukum tata negara dari Universitas Diponegoro menilai koalisi pemerintah tak menyatu terkait kasus Bank Century.

“Kasus ini terjadi karena presiden tak mampu merekatkan koalisinya melalui lobi dan pertemuan antar pimpinan partai. Bahkan, lobi dan pernyataan Presiden bahwa dirinya bertanggung jawab dalam kasus Bank Century sangat terlambat diutarakan”.

Pada struktur skrip, teks berita lebih menekankan pada pemerintah yang tidak dapat menyatukan koalisi (why), koalisi partai politik pemerintahan SBY-Boediono terlihat berantakan pada hari rabu malam tanggal 3 Maret 2010 mengandung unsur who, what dan when.

Pada struktur tematik, Kompas mengangkat dua tema, tema pertama adalah tercerai-berainya koalisi partai politik saat pemungutan suara. Dimana secara detail Kompas menyebutkan terpecahnya koalisi karena presiden tidak bersikap tegas pada partai koalisi. Sedangkan pada tema kedua munculnya opsi baru yaitu gabungan opsi A dan opsi C yang ditawarkan bersama partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB. Menurut Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang gabungan opsi A dan opsi C ini merupakan upaya menyelamatkan muka pemerintah. Jangan sampai rapat paripurna memutuskan opsi C sehingga pejabat yang terlibat harus diproses hukum.

“Partai Demokrat melihat kalau akan kalah dalam paripurna sehingga mereka mencoba upaya lain”.

Struktur retoris berita tersebut dapat diamati dari penggunaan grafis diantaranya leksikon atau pemilihan kata, foto, tabel, dan gambar. Leksikon dalam teks berita terlihat pada kata “upaya lain” untuk menekankan beberapa usaha yang dilakukan oleh partai Demokrat untuk memenangkan voting terkait hak angket Bank Century. Foto memperlihatkan salah satu anggota fraksi PKB Lily Wahid memberikan suara untuk opsi C, yang mana bertentangan dengan partai dirinya. Selain itu juga satu anggota fraksi PKB Lily Wahid memberikan suara untuk opsi C, yang mana bertentangan dengan partai dirinya kasus bank century sehingga

mempermudah untuk mengetahui hasil suara yang disumbangkan oleh tiap fraksi anggota DPR. Dan gambar yang menunjukkan kegembiraan anggota DPR dengan cara bertepuk tangan

PEMBAHASAN :

Pada pemberitaan tanggal 4 Maret 2010 ini, meskipun di dalam teks beritanya Jawa Pos dan Kompas sama-sama memuat berita mengenai terpecahnya atau jatuhnya partai koalisi pemerintahan SBY – Boediono namun perbedaan kedua surat kabar ini adalah penempatan berita tersebut. Dimana Jawa Pos lebih mengangkat penolakan sebagian anggota DPR terhadap munculnya opsi tambahan yakni gabungan opsi A dan opsi C yang diusung oleh empat partai, hal ini bisa dilihat dari pilihan Jawa Pos untuk membahas secara panjang lebar penolakan tersebut disertai prosentase suara dari masing-masing partai baik dari partai pendukung opsi A maupun partai pendukung opsi C. hal ini jelas Jawa Pos berusaha menarik perhatian pembaca dengan menampilkan proses kekalahan koalisi pemerintahan, apa yang dilakukan Jawa Pos ini tidak lepas dari fungsi agenda setter yang dimiliki oleh media massa dimana Jawa Pos ingin masyarakat

tidak hanya melihat kasus kebijakan Bank Century bermasalah atau tidak ada masalah melainkan dari segi politik dan hukum juga.

Keberpihakan Jawa Pos terhadap partai pendukung opsi C terlihat dari dominasi pernyataan dari partai pendukung opsi C dalam teks beritanya yang berisi kata-kata bernada melecehkan dua partai yang tidak jelas dalam menentukan sikap. Dua partai tersebut adalah fraksi PKB yang dikatakan seperti

banci yang hanya mencari keselamatan serta ketidak jelasan FPPP dalam memilih opsi.

Sementara itu, Kompas dalam teks beritanya lebih menekankan pecahnya partai koalisi pemerintahan SBY – Boediono karena sikap kurang tegasnya SBY terhadap rekan koalisinya. Kompas juga menyertakan pendapat yang mengatakan pemunculan gabungan opsi A dan C adalah upaya penyelamatan muka pemerintah supaya sidang paripurna tidak memeilih opsi C yang akan membawa pejabat yang terlibat harus diproses secara hukum

Sikap kritis Kompas mulai terlihat, meski masih terkesan belum terang-terangan, dimana secar implicit Kompas berusaha menyebutkan bahwa Presiden akan terseret scenario untuk mengganti Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang dianggap bertanggung jawab dalam kasus Bank Century.

4.3.3 Berita tanggal 5 Maret 2010

Dokumen terkait