SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NORMA FAJ AR LUTFI
1011010005/FEB/EP
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWATIMUR
Disusun oleh :
NORMA FAJ AR LUTFI 1011010005/FEB/EP
Telah Dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur Pada tanggal 14 maret 2014
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra.Ec. Wiwin Priana, MT Prof. Dr. Syamsul Huda, SE, MT
Sekretaris
Dra.Ec. Niniek Imaningsih, MP
Anggota
Dra.Ec. Wiwin Priana, MT
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Jawa Timur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan
yang dimiliki peneliti, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
mengambil judul “Analisis Shift Shar e 3 Daerah Di J awa Timur Kabupaten
(Gr esik,Pacitan Dan Bondowoso )” tepat waktu.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti dengan
kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat dosen pembimbing Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana MT.
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dan terima kasih kepada banyak pihak, yaitu :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, ME. Selaku Dekan Fakultas
4. Bapak Drs.Ec. Wiwin Priana, MT. Selaku dosen wali yang mana telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Terucap hormat khusus kepada kedua orang tua dan saudara-saudara kami
yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun
materiil yang tak terhingga.
7. Rekan – rekan angkatan 2010 Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, atas segala bantuan dan dukungannya.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu–per satu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian Skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
demikian skripsi ini diusahakan sesuai dengan kemampuan peneliti. Oleh karena
itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk
yang berkepentingan.
Surabaya ,10 Maret 2014
iv
DAFTAR ISI
Ka ta Pengantar ... i
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vii
Daftar Ga mbar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
Abstr a ksi ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 12
2.3. Landasan Teori... 13
2.3.1. Teori Lokasi ... 13
2.3.2. Perencanaan Pembangunan... 15
v
2.4.3. Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan... 27
2.4.4. Sektor – sektor dalam produk Domestik Regional Bruto ... 29
2.5. Analisis Shift Share... ... 38
2.6. Kerangka Pikir... .... 42
2.7 Hipotesis... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 45
3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 46
3.3.1. Jenis Data... ... 46
3.3.2. Sumber Data... 46
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.4.1. Studi Kepustakaan ... 46
3.4.2. Studi Lapangan ... 47
vi
4.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Pacitan ... 50
4.1.3. Kondisi Umum Kabupaten Bondowoso ... 52
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53
4.2.1 Perkembangan PDRB Sektoral Jawa Timur ... 53
4.2.2 Perkembangan PDRB Sektoral Kabupaten Gersik ... 54
4.2.3 Perkembangan PDRB Sektoral Kabupaten Pacitan ... 56
4.2.4 Perkembangan PDRB Sektoral Kabupaten Bondowoso 57
4.3. Hasil dan Pembahasan... 58
4.3.1. Analisis Shift ... 58
4.3.2. Analisis Shift Share untuk Potential Regional (PR) ... 59
4.3.3. Analisis Shift Share untuk Propotional Shift (PS) ... 62
4.3.4. Analisis Shift Share untuk Differential Shift (DS) ... 64
BAB V KE SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
NORMA FAJ AR LUTFI
Abstr aksi
Pembangunan daerah adalah tujuan dari pembangunan Nasional. Karena tanpa dukungan dari daerah - daerah yang ada maka pembangunan Nasional akan sulit untuk tercapai. Pembangunan daerah adalah sub-sistem dari pembangunan nasional dan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan daerah di laksanakan pada berbagai aspek kehidupan, yang antara lain di upayakan dengan melaksanakan pembangunan dibidang ekonomi. Salah satu indikator tercapainya suatu pembangunan daerah yaitu pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Keberhasilan pembangunan daerah juga dinilai dari kemampuan daerah tersebut untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya dan mengembangkan segala potensi yang ada.
Penelitian ini bertujuan agar perekonomian yang ada di 3 daerah provinsi jawa timur kabupaten Gresik ,Pacitan dan Bondowoso , harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dan mendorong kegiatan masyarakat yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan .Hasil penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang terkait. Dalam penelian ini akan ditunjukkan secara umum maupun rinci mengenai potensi dari beberapa daerah yang ada di Provinsi Jawa Timur. Dalam menganalisis sektor-sektor yang akan dijadikan unggulan agar dapat terarah pada pokok permasalahannya digunakan uji Shift - Share.
Hasil analisa menunjukkan dengan uji Shift-Share pada tiap kabupaten terdiri dari Sektor Pertanian Sektor Penggalian dan Pertambangan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Kontruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keungan, Persewaan dan Jasa Perusaan, serta Sektor Jasa-Jasa. Sehingga dapat ditentukan sektor yang dapat mendorong atau meghambat pertumbuhan di Jawa Timur, sektor yang memiliki pertumbuhan lebih cepat atau lambat di Jawa Timur, serta sektor yang tumbuhnya cepat atau mempunyai keuntungan lokasional yang baik di banding sektor yang sama di daerah lain.
1.1.Latar Belakang
Unsur utama pembangunan terletak pada usaha melakukan kombinasi
baru dalam kegiatan perekonomian yang di dalamnya terkandung berbagai
kemungkinan yang ada dalam keadaan yang berkembang dan mantap.
Kombinasi baru ini muncul dalam bentuk apa yang di sebut sebagai inovasi
(Anonim,2000:103).
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
di lakukan secara terus menerus dan meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat ,bangsa dan negara . Tujuan utama dari pembangunan nasional
adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata
berdasarkan pancasila dan undang – undang Dasar 1945. Pembangunan
nasional menitik beratkan pada bidang ekonomi yang merupakan motor
penggerak utama pembangunan dan di dorong dengan pembangunan bidang
lain yang di laksanakan secara serasi dan terpadu .Jadi pada dasarnya
pembangunan ekonomi adalah :
1. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat ,di mana
tingkat pertumbuhan GDP melebihi tingkat pertambahan penduduk pada
suatu tahun .
2. Usaha untuk melakukan perombokan dan modernisasi dalam struktur
Indikasi dari pembagunan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi
(economic growth) yang di tunjukan oleh pertambahan produksi atau
pendapatan nasional.keberhasilan pembangunan akan dapat mempertinggi
kemampuan bangsa dalam perubahan di bidang lainnya salah satu tujuan
pembangunan jangka panjang di bidang petumbuhan ekonomi adalah
terciptanya stabilitas ekonomi di bidang pertanian dan indutri (Aditia,
2010:8).
Pembangunan daerah merupakan sub-sistem dari pembangunan
nasional dan merupakan bagian yang tidak dapatdi pisahkan dari
pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan daerah di laksanakan
pada berbagai aspek kehidupan, yang antara lain di upayakan dengan
melaksanakan pembangunan dibidang ekonomi. ( Anonim ,2006 : 2 )
Sehubungan dengan keinginan untuk mewujudkan pembangunan
seperti apa yang di harapkan, ada dua kondisi yang perlu di perhatikan karena
dapat berpengaruh terhadap proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu :
1. Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupung luar negeri
yang mempengaruhi kebuuhan daerah dalam proses pembagunan
perekonomian .
2. Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara di
pengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda- beda , misalkan beberapah
daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah
masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah
(Kuncoro , 2005 :47 )
Secara umum dapat di katakan bahwa regeonalisasi kegiatan ekonomi
berhubungan erat dengan pola perkembangan, jenis ekonomi dan perubahan
peranan berbagai kegiatan ekonomi itu dalam keseluruhan kegiatan ekonomi.
Berkaitan hal tersebut,maka analisis perkembangan pembangunan suatu
daerah, makin kecil suatu wilayah akan makin mudah dalam mengindetifikasi
berbagai permasalahan dalam sumber-sumber potensialnya, sehingga akan
memudahkandalam penyusunan rencana secara komprehensip(multisektoral)
dan makin mudah untuk menetapkan sasaran-sasaran yang ingin di capai.
Ada Sembilan sektor ekonomi atau kelompok lapangan usaha yang
umumnya dapat di hitung dalam PDB atau PDRB jika dalam lingkup regional
daerah . Adapung Sembilan sektor yaitu :
1.Sektor pertanian
2.Sektor pertambangan dan penggalian
3.Sektor industry pengelolahan
4.Sektor listrik, gasa dan air bersih
5.Sektor pembangunan
6.Sektor perdagangan , hotel dan restoran
7.Sektor pengangkutan dan komunikasi
8.Sektor Keuangan , persewaan dan jasa perusahaan
Dari perhitungan sektor-sektor ekonomi tersebut kondisi struktur
ekonomi dari suatu daerah atau negara dapat di tentukan.Suatu daerah di
katakana agraris bila sektor pertanian sangat dominan dalam PDRB–
nya,demikian pula sebaliknya di katakana sebagai daerah industry bila yang
lebih dominan adalah sektor industrinya.
Provinsi Jawa Timur adalah contributor terbesar dalam PDRB
setelah Jawa Barat,karena letak sumber-sumber ekonomi yang senantiasa di
pisahkan oleh spasial / ruang, maka perkembangan ekonomi suatu daerah
senantiasa berbeda dengan daerah lainnya. Demikian juga halnya dengan
permasalahan perwilayahan pembangunan di provinsi Jawa
Timur(Anonim,2004 :1).
Dalam penelitian ini daerah yang akanmenjadi objek penelitian
adalah. Di antaranya terdiri dari gabungan 3 kabupaten di Jawa Timur,
yakni Kabupaten Gresik, pacitan dan bondowoso.
Penerapan konsep pengembangan struktur wilayah Jawa Timur di
harapkan secara efektifakan memperkecil kepincangan-kepincangan
pembangunan dan perbedaan kemakmuran antar wilayah / daerah. Sehingga
kegiatan-kegiatan pembangunan lebih dapat tersebarkan ke segenap wilayah
Provinsi Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi di perlukan guna menggerakan dan memacu
pembangunan di berbagai bidang sekaligus sebagai kekuatan utama
pembangunan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan
berkaitan dengan laju pertumbuhan ekonomi 3 Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur 2010-2011 (Anonim,2011 : 50 ).
Dari ulasan mengenai laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Bondowoso memiliki tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
di banding daerah lain di antara sektor -sektor lainnya(Anonim, 2011 : 70).
Dari latar belakang seperti di atas, penelitian akan menguraiakn
baik secara meneyeluruhmaupun secara terperinci,bagaimana perkembangan
ekonomi secara sektoral di daerah 3 wilayah Kabupaten Jawa Timur. Maka
judul yang di angkat dalam penelitian adalah ‘’Analisis Shift Share 3 daerah
di Provinsi Jawa Timur ( Gresik, Pacitan dan Bondowoso )’’.
1.2. Perumusan Masalah .
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dalam penelitian
ini dapat di rumuskan pokok permasalahan :
1. Apakah terdapat sektor – sektor yang mendorong / menghambat
pertumbuhan ekonomi di 3 daerah( Gresik,Pacitan dan Bondowoso) di
Provinsi Jawa Timur ?
2. Apakah terdapat sektor-sektor yang pertumbuhannya tumbuh relatif cepat
atau lambat di masing-masing Kabupaten di 3 daerah ( Gresik,Pacitan dan
Bondowoso ) di bandingkan di tingkat Provinsi Jawa Timur ?
3. Apakah terdapat sektor di masing-masing Kabupaten yang tumbuhnya
cepat atau mempunyai keuntungan lokasional baik di banding sektor yang
sama di daerah lain dalam lingkup 3 daerah ( Gresik,Pacitan dan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sektor mana yang mendorong/menhambat pertumbuhan
ekonomi di daerah pada 3 daerah ( Gresik, Pacitan dan Bondowoso ) di
Provinsi Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui sektor mana yang memiliki pertumbuhan cepat / lambat
pada masing-masing Kabupaten di 3 daerah ( Gresik, Pacitan dan
Bondowoso ) di Provinsi Jawa Timur .
3. Untuk mengetahui sektor di masing-masing Kabupaten yang tumbuhnya
cepat atau mempunyai keuntungan lokasional baik di banding sektor yang
sama di daerah lain dalam lingkup 3 daerah ( Gresik,Pacitan dan
Bondowoso )
1.4 Manfaat Penelitian
Di harapkan dari penelitian ini, dapat di peroleh mamfaat sebagai berikut:
1. Sebagai referensi untuk penelitian selangjutnya agar dapat melengkapi
kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi – instansi terkait
dalam mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan
pengembangan daerah.
3. Sebagai kontribusi untuk menambah khasanah ilmu, khususnya untuk
perbendaharaan literature bagi perpustakaan di UPN’’Veteran’’Jawa
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
ekonomi regional atau mengenai analisi shift share yang pernah di sampaikan
oleh:
1. Herwindro (2000:57)
Judul Penelitian adalah “Analisis Ekonomi Regional terhadap
Perkembangan Ekonomi di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa
Timur 1993-1998 )’’. Skripsi tersebut membahas tentang ekonomi regional
di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur yang terdiri dari 6
daerah kabupaten dan 2 daerah kotamadya yaitu kabupaten Trenggalek,
Tulungangung, Kediri, blitar, jombang ,nganjuk, dan kotamadya Kediri
serta Blitar, dengan periode penelitian selama 6 tahun yakni mulai tahun
1993-1998. Skripsi ini di dasarkan pada teori basis non basis
ekonomidengan menggunakan analsis Location Quontient untuk
membedakan sector-sektor perekonomian daerah menjadi 2, yaitu sektor
basis dan non basis. selain itu skripsi ini juga di dasarkan pada hasil
analisis shift share, di mana dengan analisis tersebut dapat diketahui
kekuatan suatu sektor bila di bandingkan dengan daerah lain, dapat di
ketahui juga kecepatan pertumbuhan suatu sektor di bandingkan daerah
acuan. Dari kedua analisis tersebut di atas, maka dapat di susun skala
prioritas pengembangan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan
VII Jawa Timur, maupun di tiap daerah tingkat II dalam SWP VII Jawa
Timur serta penentuan lokasi pengembangan tiap-tiap sektor.
2. Yanto (2006 : 74 )
Dengan judul penelitian’’ Potensi Sektor – Sektor Ekonomi Pada
Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VII Provinsi Jawa Timur
(Kabupaten Pacitan,Ponorogo, Madiun,Magetan,Ngawi,dan Kotamadya
Madiun). Dari penelitian yang menggunakan analisisi LQ (Location
Quentien) dapat di ketahui kabupaten di SWP VII ada 5 dari 6 kabupaten
mempunyai potensi pertanian sehingga menjadi sektor basis yaitu
Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Magetan,Kabupaten Madiun dan Ngawi.
Kotamadya madiun adalah daerah di SWP VII yang berbeda karena
sektor–sektor seperti listrik,gas,kontriksi,perdagangan,pengangkutan,
keuangan dan jasa merupakan sektor basis sehingga Kotamadya Madiun
merupakan pusat keramaian / pusat pertumbuhan di SWP VII. Wilayah
SWP VII berbatasan dengan wilayah-wilayah yang berbatasan dengan
Jawa Tengah. Sehingga pengaruh ketergantungan ekonomi lebih dekat
dengan kota-kota di Jawa Tengah Kota Surakarta ( solo ) atau Jogjakrta.
3. Zakik (2002 :5 )
Dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembangunan Regional
Di Jawa Timur dalam rangka Implementasi Otonomi Derah Tahun
Kabupaten dan kota di Jawa Timur, di lakukan dari tahun 1990 sampai
tahun 2000. penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan alat
analisis berupa formul-formula yang berhubungan yaitu: Location
Quotient, Wilkinson Indeks, dan Shif Share.Dari penelitian ini di peroleh
hasil bahwa terjadinya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah di
Jawa Timur sangat di pengaruhi letak geografis, potensi daerah, investasi
swasta, penerapan kebijaksanaan pembangunan daerah yang kurang tepat
serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat.
Sedangkan penerapan kebijaksanaan Otonomi daerah belum menunjukan
hasil yang signifikan terhadap pembangunan dan kemandirian daerah.
Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijaksanaan
daerahnya seiring dengan pelimpahan wewenang serta perimbangan dana
dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukan keadaan yang sama antara
adanya kebijakan otonomi daerah ata upun tidak.
4. Ramli (2004 : 52 )
Dengan judul penelitian ‘’Analisis Pengaruh Beberapah Sektor
Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Strategi Dasar
Perencanaan Di Kabupaten Sidoarjo’’. Variabel-variable yang di gunakan
adalah pertumbuhan provinsi (N), bauran industry (M), keunggulan
kompetetif (C), laju pertumbuhan sektor wilayah teliti (rij), laju
pertumbuhan di sektor provinsi (rin), laju pertumbuhan provinsi (rn),
pendapatan sektor di wilayah teliti (Yij), pendapatan sektor di provinsim
menetukan sektor basis adalah besaran suatu kegiatan tertentu di daerah
yang di teliti (vi), besaran total seluruh kegiatan tertentu dalam daerah
yang lebih luasa (vt). Alat analisis menggunakan pendekatan analisis shift
share dengan model LQ ( Location Quentient ). Hasil analisis shift share
menunjukan bahwa pertumbuhan sektor industri pengelolahan,
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, sewa danjasa
perusahan, yang di pengaruhi oleh komponen pertumbuhan provinsi,
bauran industry,dan keunggulan kompetetif menunjukan tingkat perubahan
yang positif di Kabupaten Sidoarjdo .
5. Nurcholid ( 2000 : 9 )
Dengan judul penelitian ‘’Analisis Pengaruh Sektor Basis Dalam
Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Timur Dengan Menggunakan pendekatan
Export Base Model ‘’.Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama periode 1986-1997.Teori
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori Export Base Model yang
di kemukakan oleh Douglas C. North.Dalam teori tersebut di nyatakan
bahwa eksport merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi
daerah.Untuk itu perekonomian daerah di bagi menjadi dua sektor ,yaitu
sektor basis ( sektor ekspor ) dan sektor non basis ( sektor local ). Untuk
mengetahui suatu sektor itu termasuk sektor basis atau non basis di
gunakan metode Location Quontient ( LQ ). dari metode LQ di ketahui
bahwa yang terus menerus menjadi sektor basis ( LQ > 1 ) selama periode
gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor
jasa-jasa.Sedangkan sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan
komunikasi menjadi sektor basi hanya pada tahun 1987-1989.Untuk
mengetahui dan menguji pengaruh eksport sektor basis terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, di gunakan analisis regresi sederhana
melalui dua model, yaitu model linier dan model log-ganda. Hasil analisis
menunjukan bahwa pengaruh eksport sektor basis terhadap pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur adalah signifikan, baik yang di bentuk secara
linier maupun non linier (model log-ganda). Selain itu hasil analisis juga
menunjukan bahwa hubungan antara eksport sektor basis dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah positif.Hal ini berarti eksort
basis bener-bener berperan dalam peningkatan petumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.
6. Arifin (2007: 48 )
Jurnal Penelitian pengembangan yang berjudul ‘’Pertumbuhan
,Sektor unggulan , Kesenjangan dan Konvergensi antar Kecamatan di
Kabupaten Sidoarjo’’ di jelaskan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati pola pertumbuhan ekonomi pada tingkat kecamatan di
kabupaten sidoarjo , sektor apa saja yang bisa di kembangkan ,
menganalisis ketimpangan antar kecamatan dan di ketahui dari hasil
analisis masih adanya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
yang berbeda antar kecamatan di Kabupaten Sidoarjo . serta berdasarkan
miliki kecamatan belum merata, dari analisis ketimpangan dapat di hitung
indeks Williamson dan Indeks Entropi menunjukan PDRB perkapita antar
kecamatan di Kabupaten Sidoarjo 2004 – 2005 0,337 untuk indeks
Williamson dan 0,2311 indeks intropi , dan dari analisis konvergensi
terlihat bahwa di persi pertumbuhan tingkat kecamatan mengalami
peningkatan .
7. Masli (2007:14)
Jurnal penelitian yang berjudul ‘’ Analisis Faktor – Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesimpangan Regional antar
Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Barat ‘’ di jelaskan dalam penelitian ini
, dengan menggunakan data sekunder dan pendekatan Deskriptif untuk
analisis pertumbuhan ekonomi , Tipologi Klasen ,indeks Williamson dan
Entropi Theil maka di ketahui bahwa yang mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat adalah Teknologi , peningkatan
sumber daya manusia , penemuan material baru , peningkatan pendapatan
dan perubahan selera komsumen , dan berdasar pada analisis Tipologi
Klassen , Kabupaten / kota di Jawa Barat pada tahun 1993 – 2006 pada
umumnya termasuk Klasifikasi daerah tertinggal, dan penyebabnya adalah
terjadinya aliran investasi dari daerah relative miskin ke daerah relative
kaya.
2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang di lakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini
penelitian yang di lakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang di
lakukan sekarang terletak pada kurung waktu, ruang lingkup, dan teknis
analisis yang di pergunakan. berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang
telah di sebutkan di atas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian
kali ini dengan judul ‘’Analisis shift share 3 kabupaten di jawa timur‘’
dengan menggunakan dua model yakni shift share yang nantinya penelitian
ini akan mencari potensi Regional ( PR ) pergeseran proposional ( PS )
pergeseran yang berbeda ( DS ). dan di harapkan dari hasil penelitian ini akan
dapat menjawab permasalahan yang telah di rumuskan sebelumnya .
2.3. Landasan Teori
2.3.1 Teori Lokasi
Terdapat beberapah lokasi yang cukup mewakili untuk
menunjang landasan teori dalam penelitian ini, di antaranya adalah :
1. Space Cost Theory
Teori ini di kemukakan oleh adam smith dari hasil studi
analisis tentang lokasi industry secara geografi dari analisisnya ia
menerapkan suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap
berbagai rumusan tentang teori lokasi industry. Menurut Adam
Smith, lokasi yang paling menguntungkan / efisien bagi suatu
industi adalah di mana penerimaan total lebih besar dari pada biaya
total atas dasar asumsi maksimalisasi laba dan ouput konstan dan
sebaliknya bila biaya total ternayata lebih besar dari penerimaan
Analisis ini dapat di pergunakan pula untuk menentukan lokasi
industry dengan memperhitungkan antara faktor biaya dan pasar /
permintaan. Dari segi pasar / permintaan anatara lain di pengaruhi
oleh tingkat pendapatan masyarakat, letak indutri terhadap bahan
mentah, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, sarana transportasi dan
komunikasi, faktor lingkungan dan pemerintah ( pajak dan subsidi).
2.Teori Lokasi Industr y
Weber (1990) adalah orang yang pertama menggarap teori
tentang lokasi industry secara komprehensif. Teori lokasi dari
weber ini di dasarkan dari penerapan teori Von Thunen yang
berprinsip bahwa pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil.
Untuk itu Weber mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi
lokasi industry atau terbagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Regional Factors, yang terdiri atas biaya pengangkutan dan
tenaga kerja.
2. Local Factors, yaitu kekuatan- kekuatan aglomerasi dan
deglomerasi , terutama letak dan sifat bahan mentah
3. Teori Tempat Sentral
Teori ini di perkenalkan oleh seorang geograf Jerman yang
bernama Chirstaller pada tahun 1993.Ia mengemukakan konsep
tentang pembentukan sistem kota, dari studi empiric konsep
tersebut di kembangkan teori- teori yang sudah ada pada waktu itu
kota adalah sebagai pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah
sekitar yang kemudian di sebut sebagai tempat sentral, yang
menhubungkan perdagangan setempat dengan dunia luar. Sistem
ini di ciptakan di dasarkan pada dua faktor lokasi yaitu : biaya
transver dan aglomerasi ekonomi ( Bayu , 2009 : 15- 17 ).
2.3.2.Perencanaan Pembagunan
Perencanaan adalah suatu prsiapan langkah dan kegiatan yang di
susung atas pemikiran yang logis untuk mencapai tujuan yang di
tentukan (Sitanggang, 1999 :63). Menurut Albert Waterson,
perencanaan pembangunan adalah melihat ke depan dengan mengambil
pilihan berbagai alternative dan kegiatan untuk mencapai tujuan masa
depan tersebut dengan terus menerus mengikuti agar supaya
pelaksanaanya tidak menyimpang dari tujuan. ( Adisasmita, 2010:
171). Perencarana ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja
untuk menkordinir pengambilan keputuan ekonomi dalam jangka
panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapah hal
mengontrol tingkat dan laju petumbuhan berbagai variable ekonomi
yang utama untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah di
tentukan sebelumnya.(Todaro dan Smith, 2006 :64 ). Ada empat
elemen dasar suatu perencanaan yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih
2. Perencanaan merupakan alat pengelokasian sumber daya
4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.( Arsyad 1999: 9 )
Dapat di lihat dari beberapah definisi perencanaan di atas, maka
secara singkat dapat di simpulkan bahwa perencanaan adalah
menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang di
perlukan untuk mencapai suatu tujuan( Anonim, 200:4 ).
Tujuan dari suatu perencanaan meneurut Hatta, adalah
mengadakan suatu perekonomian nasional yang di atur, yang di
rencanakan tujuannya dan jalannya( Arsyad,1999 :21). Sedangkan
definisi dari pembangunan dapat di lihat dua sudut pandang, yakni :
1. Bagi masyarakat adalah sebagai perubahan yang terjadi di sekitar
tempat tinggalnya (baik fisik maupung nonfisik )dan dalam segala
aspek kehidupan.
2. Bagi perencanaan pembangunan adalah usaha untuk mentrasmisikan
pengetahuan yang di anggap efektif dan efisien sekaligus
memperkenlkan dan menerapkan lembaga yang merupakan wadah
pembangunan tersebut(Anonim, 2009:2 ).
Pendapat lain dari Myrdal, mengartikan pembangunan sebagai
pergerakan ke atas dari seluruh sistem social, Ada pula yang lebih
menekankan terhadap pentingnya pertumbuhan dengan perubahan
(growth with chage), terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan,
(Kuncoro,2006 :11 ). Proses pembangunan di semua masyarakat paling
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan;
pangan;sandang;papan;kesehatan; dan kehidupan perlindungan
keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan
kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian
atas nilai-nilai cultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak
hanya untuk memperbaiki kesejatraan materiil, melaikan juga
membuat membuatkanharga diri pribadi dan bangsa yang
bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan social sebagai setiap
individu serta bangsa secara keseluruhan,yakni dengan
membebaskan mereka dari belitan sikap menhambah dan
ketergantungan, bukan hanya terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
( Todaro danSmith 2006 : 28 ).
Salah satu aspek pembangunan regional adalah pembangunan
ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan
perubahan struktur ekonomi.( Hoover dan Fisher ) berpendapat bahwa
pembangunan ekonomi regional dapat melalui beberapah tahapan yang
1. Subsitensi ekonomi
Dalamtahapan ini masyarakat hanya dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri pada tingkat cukup untuk hidup
sehari-hari.Kehidupan penduduk sebagian besar masih tergantung pada
sektor pertanian dan mengumpulkan hasil alam lainnya.
2. Pengembangan transportasi dan spesialisasi local
Pada tahap ini telah terdapat peningkatan baik dalam
prasarana maupun sarana transportasi yang berakibat pada terjadinya
spesialisasi baru di luar pertanian, di mana hasil produksi, bahan
dasar, dan pemasaraanya masih terbatas dan tergantung pada daerah
pertanian yang bersangkutan.
3. Perdagangan antar daerah
Pada tahap ini telah tejadi perkembangan perdagangan antar
daerah.Hal ini munking saja terjadi karena telah perbaikan di bidang
tarnsportasi dan perubahan di sektor kegiatan arah peningkatan
produksi jenis ekstensifikasi menjadi pertanian yang telah dititik
bertkan pada intensifikasi.
4. Indutsrialisasi
Dengan makin bertambahnya penduduk dan menrungnya
potensi produksi pertanian serta kegiatan ekstraktif lainnya, daerah
di paksa untuk mengembangkan sumber pendapatan dan lapangan
pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut industry manufaktur serta
pertambangan dan galian.
5. Spesialisasi daerah
Pada tahap ini daerah telah sampai pada tingkat spesialisasi
kegiatan, baik barang dan jasa untuk keperluan penjualan ke daerah
lain termasuk tenaga ahli dan jasa- jasa khusus.
6. Aliran faktor produksi antar daerah
Peningkatan Infrastruktur dan arus informasi pada akhirnya
menaikan tingkat mobilisasi faktor produksi antar daerah.
( Fembyantara, 2009 :18 ).
Dengan demikian, pembangunan harus di pandang sebagai suatu
proses multidimensional yang mencangkup berbagai perubahan
mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyrakat, institusi -institusi
nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
Jadi, pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan
total suatu masyarakat atau penyesuaian sitem social secara
keseluruhan, tanpa mngabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok social yang ada di
dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang
serba lebih baik, secara material maupun spiritual( Todaro dan Smith,
2.3.3.Perencaan Pembangunan Daerah
Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai: Suatu proses
perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang
didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas
kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik
(mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.
Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7). Perencanaan Pembangunan
Ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi
perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi
daerah bias di anggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki
penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah
tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai-nilai sumber daya swasta secara bertanggung jawab.
Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah di
lihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi ( economi entity )
yang di dalamnya terdapat berbagai ungsur yang berinteraksi satu sam
yang lain. (Koncoro, 2004:46). Pembangunan ekonomi selain di lihat
dari segi sektoralnya juga di lihat dari segi perwilayahannya.
Pembanguna ekonomi daerah adaah suatu proses di mana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelolah semua sumber daya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan
meransang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut, adapun tujuan utama dari
pembangunan ekonomi dearah adalahuntuk meningkatkan jumlah dan
jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah dan meransang
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Sengga perlu di
perjatikan juga aspek ruang (space) atau lokasi dalam pelaksanannya,
dengan demikian pembanguan ekonomi selain bertujuan untuk
meningktkan petumbuhan juga untuk target pemerataan.(Arsyad,
1999:109 ). Menurut Blakely, ada 6 tahap dalam proses perencanaan
pembanguan daerah (lihat table1). Tahapan seperti daam tabel tersebut
yang berurutan tersebut meliputi :
1. Pengumpulan data dan analisis data
2. Pemilihan strategi dan pembangunan daerah
3. Pemelihan proyek – proyek pembangunan
4. Pembuatan renana tindakan proyek
5. Penentuam rincian proyek
6. Persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementai Blakely,
Tabel 3.1. Proses Per encanaan Pembanguan Daerah
Tahap Tugas
1 Pengumpulan dan analisis Data Penentuan basis ekonomi Analisis struktur tenaga kerja Evaluasi kebutuhan tenaga kerja
Analisis peluang dan kendala pembangunan Analisis kapasitas kelembangaan
2 Pemilihan Strategi Pembagunan Daerah Penentuan tujuan dan kriteria
Penentuan kemungkinan -kemungkinan tindakan Penyusunan target strategi
3 Pemilhan Proyek-Proyek Pembangunan
Identifikasi proyek potensial Penilaian kelayakan proyek
4 Pembuatan Rencana Tindakan
Pra penilaian hasil proyek Pengembangan input proyek
Penentuan alternative sumber pembiayaan Identifikasi struktur proyek
5 Penentuan Rincian Proyek
Pelaksanaan study kelyakan secara rinci Penyiapan rencana bisnis ( businis plan )
Pengembangan ,pengawasan dan penilaian program
6 Persiapan perencanaan secara keselurahan dan implementasi
Penyiapan jadwal implementasi rencana proyek Penyusunan rencana program pembangunan secara keseluruhan
Targeting dan marketing asset- asset masyarakat pemasaran kebutuhan keuangan
Sumber : Kuncoro 2004, Perencanaan Daerah hal 54.
Setidaknya ada tiga ungsur dari perencanaan pembangunan
ekonomi daerah jika di kaitkan dengan hubungan pusat dan daerah :
1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic
memerlukan pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan
darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya , dan
konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
2. Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah, dan sebaiknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara
nasional .
3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah
misalnya, administrasi; proses pengambilan keputusan; otoritas juga
biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia
pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat
berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu perencanaan
daerah yang efektif harus bias membedakan apa yang seharusnya di
lakukan dan apa yang dapat di perlakukan, denagn menggunakan
berbagai sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang bener-
bener dapat di capai, dan mengambil mamfaat dari informasi yang
lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para
perencanaanya dengan objek perencanaan. (Kuncoro , 2004 : 47 ).
4. Sasaran pembangunan daerah yang di inginkan adalah
berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab di titik beratkan pada daerah kabupaten / kota,
meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam
merencanakan dan mengelolah pembangunan di daerah dan makin
terkordinasinya pembangunan antar daerah serta antar pembangunan
daerah terletak pada penekanan-penekanan kebijakan pembangunan
yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan(endegeneousdevelopment) dengan menggunakan
potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik,
secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan
inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja dan meransang peningkatan kegiatan
ekonomi.
Terdapat 2 teori mengenai konsep pembangunan, yaitu :
1. Konsep pembangunan Top down planning
Timbulnya pembangunan dalam teori ini karena adanya
dorongan dari luar dan tuntutan inovasi. Dengan melalui
beberapah kelompok sektoral yang di names atau kelompok
geografis, pembangunan di harapkan dapat merembes ke
daerah-daerah sekitarnya, baik merata spontan maupung secara di
arahkan. Dengan konsep ini, memungkinkan terjadinya
pembangunan proyek-proyek besar dan padat modal (capital
intensivesystem).Konsep pembangunan dari atas ini memerlukan
penagruh dari pemerintah pusat, dan perencanaanya di lakukan
dari atas kebawah.
2. Konsep pembangunan Bottom -Up Planning
Konsep pembangunan ini di dasarkan pada mobilitas
kelembagaan yang tujuan utamanya adalah pemenuhan
kebutuhan pokok bagi masyarakat daerah itu. Adapung wujud
pembangunan adalah proyek-proyek kecil denagn sistem padat
karya ( labor intensive system ), mengguanakn teknologi tepat
guna dan potensi-potensi daerah itu sendiri, perencanaan
pembangunan itu di lakukan dari bawa( Anonim, 2009 :17 – 18).
2.4. Pr oduk Domestik Regional Bruto
2.4.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Produk
domestic regional bruto dapat di definisikan sebagai berikut :
1. Di tinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir
atau nilai tambah dri barang dan jasa yang di hasilkan oleh unit- unit
produksi yang di miliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka
waktu tertentu.
2. Di tinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau
balas jasayang di terimah oleh fktor produksi yang di miliki oleh
penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam
jangka waktu tertentu.
3. Di tinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran komsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari
untungkomsumsi pemerintah,pembentukan modal tetap perubahan
Definisi-definisi yang berhubungan denagn produk domestik
regional bruto menurut beberapah pendapat di antranya:
1. Produk domestik regional bruto adalah Toatl nilai produksi barang
dan jasa yang di produksikan di suatu daerah tertentu dalam waktu
tertentu biasanya dalam 1 tahun. Oleh karena itu maka produk
domestik regional bruto menunjukan kemampuan suatu daerah
tertentu dalam menhasilkan pendapatan atau jasa kepada faktor-
faktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi di aderah
setempat. pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang tercermin dalam
produk domestic regional bruto sangat besar pengaruhnya terhadap
besar kecilnya komsumsi masyarakat.(Kuncoro, 2006:27).
2. Produk Domestik Bruto ( GDP- Gross Domestic Products ) adalah
nilai total atas segenap ouput akhir yang di hasilkan oleh suatu
perekonomian ( baik yang dilakukan oleh penduduk warga Negara
maupun orang-orang dari negara lain yang berkumin di Negara
tersebut )( Todaro dan Smith , 2004 :56 ).
3. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Pusat
Statestik adalah nilai produksi barang dan jasa yang di produksi di
suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu satu tahun( Anonim,
2002 : 6).
2.4.2 Produk Domestik Regional Bruto per kapita
Bila produk domestic regional bruto di bagi dengan jumlah
akandi peroleh suatu penduduk Domestik Regional Brutoperkapita. dari
keterangan di atas, maka dapat di notasikan sebagai berikut :
PDRB perkapita = GNP ( Anonim, 2010 : 35 )
Jumlah penduduk
2.4.3.Pr oduk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapata regional atas dasar harga konstan 1993
sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun
bagi setiap agregat ekonomi yang di amati. Agregat yang di maksud
tersebut dapat merupakan produk domestic regional bruto secara
keseluruhan nilai tambah sektoral / produk domestic regional bruto
sektoral atau pun komponen penggunaan produk domestic regional
bruto.Pada dasarnya di kenal empat cara untuk memperoleh nilai
tambah sektoral atas dasar harga konstan, yaitu :
1. Revaluasi
Cara ini di lakukan denagn menilai produksi dan biaya antara
masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993.
Hasilnya merupakan output biaya antara atas dasar harga konstan
1993. Selangjutnya nilai tambah bruto atas dasar konstan 1993.
Dalam praktek sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya
antara yang di gunakan,karena mencangkup komponen input yang
sangat beragam, di samping data harga yang tersediah tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan tersebu. Oleh karena itu biaya antara
antara terhadap ouput pada tahun dasar atau denagn rasio biaya
terhadap output pada tahun berjalan.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing- masing tahun atas dasar harga konstan
1993 di peroleh dengn cara mengalihkan nilai tambah pada tahun
dasar 1993 dengan indeks kuantum produksi indeks ini bertindak
sebagai ekstrapolasi yang dapat merupakan indeks dari masing-
masing kuantum produksi yang di hasilkan ataupun indeks dari
berbagai indicator kuantum produksi lainnya seperti tenaga kerja,
jumlah peruahan yang di anggap cocok denagn jenis kegiatan yang
sedang di hitung.Ekstrapolasi dapat juga di lakukan terhadap output
atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai
tambah terhadap output akan di peroleh perkiraan nilai tambah atas
dasar harga konstan .
3.Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat di peroleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada
masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga di
gunakansebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
konsumen, Indeks harga perdagangan besar dan
sebagainya.Tergantung indeks mana yang di anggap lebih
cocok.Indeks harga tersebut dapat pula di pakai sebagai
denagn mengalihkan niali tambah atas dasar harga konstan denagn
indeks tersebut.
4. Deflasi berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang di deflasikan adalah output
dan biaya antara, sedangkan nilai tambah di peroleh dari selisih
antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks
harga yang di gunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks
harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan
cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara
adalah indeks harga dari komponen output besar.Dalam kentaanya,
sangat sulit melakukan deflasiterhadap biaya antara, di samping
karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit di cari indeks
harga yang cukup mewakili sebagai deflator.oleh karena itu di
dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi
berganda ini belum banyak di pakai, termasuk dalam publikasi ini.
Perhitungan komponen penggunaan produk domestic regional
bruto atas dasar harga kontans juga di lakukan dengan
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat terbatasnya data
yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak di
pakai. (Aditya, 2010 : 27 -30).
2.4.4.Sektor – sektor dalam produk Domestik Regional Bruto
Dalam perhitunagn nilai PDRB menurut pendekatan produksi
lapangan usaha. Komponen-komponen yang terdapat dalam kesembilan
sektor tersebut, terdiri atas :
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsector yaitu :
a.Tanaman Bahan Makanan
Subsector ini mencakup komoditi bahan makanan seperti
padi , jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang
kedelai, sayur-sayuran, kentang kacang hijau, dan tanaman
pangan lainnya.
b.Tanaman Perkebunan Rakyat
Komoditi yang di cankup adalah hasil tanaman perkebunan
yang di usahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi,
kapok, kapas, tebu, tembakau, dan cengkeh. cakupan tersebut
termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengelolahan
sederhana seperti minyak kelapa, temabakau olahan, kopi olahan,
dan the olahan.
c.Tanaman Perkebunan Besar
Kegiatan yang di cakup dalam subsector ini adalah kegiatan
yang memproduksi komoditi perkebunan yang di usahakan oleh
perusahan perkebunan besar seperti karet, teh,kopi, coklat,
d.Peternakan dan Hasil – Hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil,
unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi,kerbau, kuda babi,
kambing, serta hasil pemotongan ternak.Produksi ternak di
perkirakan sam dengan jumlah ternak yang di potong, di tambah
perubahan stok populasi ternak dan eksport netto ternak.
e.Kehutanan
Subsektor kehutanan mencakup penerbangankayu
,pengambilan hasil hutan-hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan
penerbangan kayu menhasilkan kayu gelondongan, kayu bakar,
dan arang.Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan
lainnya berupa dammar, rotan, kulit kayu, kopal, akar-akaran dan
sebagainya. Hasil perburuan binatang-bintanang liar seperti babi,
rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya, termasuk hasil kegiatan
ini sebsektor ini.
f. Perikanan
Komoditi yang di cakup adalah semua hasil perikanan laut
,perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengelolahan
sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan ).
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang di cakup dalam sektor ini adalah minyk
mentah dan gas bumi yodium, biji besi , belerang serta segala
3. Sektor Industri Pengelolahan
Sektor ini terjadi dari tiga sub sektor yaitu subsector
industry berat / sedang, kerajinan rumah tangga dan industry
pengilangan minyak .
a. Industri berat dan sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan niali tambah bruto
industry besar dan sedang atas dasar harga konstan
berdasarkan survey tahunan.
b. Indusri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Angka-angka output dan nilai tambah subsector industry
kecil dan kerajinan ruamh tangga di peroleh dengan
pendekatan produksi yaitu dengan mengalihkan rata-rata
output pertenaga yang bekerja di subsektor industry kecil
dan kerajinan rumah tangga.
c. Industri Pengilangan Minyak
Data produksi industry pengilangan minyak seperti,
premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur, dan
sebagainya .
4. Sektor Listrik dan Air Ber sih
Data produksi yang di sajikan adalah data dari perusahan
Listrik Negara, Produksi perubahan Negara Gas, dan
a. Listrik
Sebsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik
yang di usahan oleh Perusahan Listrik Negara maupun Non
Perushan Listrik Negara .
b. Gas
Komoditi yang di cankup subsektor ini adalah gas produksi
Perusahan Negara Gas Surabaya.
c. Air Bersih
Sub sektor ini mencankup air minum yang di usahakan
perusahan air minum.
5. Sektor Kontruksi
Sektor kontruksi mencakup semua kegiatan pembangunan
fisik kontruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal
pelabuhan, dan irigasi maupun jaringan listrik, dan gas air
minum, telepon, dan sebagainya
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restor an
Sektor ini mencakup tiga subsector yang akan di uraikan
sebagai berikut di bawah ini :
a. Perdagangan besar dan eceran
Perhitungna niali tambah subsector perdagangan
dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity
pertanian, pertambangan, dan penggalian, industry serta
komoditi import yang di perdagangkan .
b. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik
berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan
lainya .
c. Restoran
Karena belum tersedia data restoran secara lengkap,
maka output dari dari subsector ini di peroleh dari
perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di
restoran dari hasil sensus penduduk tahun 1980 dan survey
penduduk antar sensus 1985 ( SUPAS 1985 ) beserta
pertumbuhannya denagn output pertenaga kerja dari hasil
survey khusus pendapatan regional .
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencangkup kegiatan pengangkutan umum
untuk barang dan penumpang, baik memalui darat,laut, sungai/
danau, dan udara.Sektor ini mencakup pula jasa penunjang
angkutan dan komunikasi.
a. Angkutan Kereta Api
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku di hitung
berdasarkan data yang di peroleh dari laporan tahunan
b. Angkutan Jalan Raya .
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang
dan penumpang yang di lakukan oleh perusahaan angkutan
umu baik bermotor seperti bus, truk, becak, taksi, dokar
dan sebagainya .
c. Angkutan Laut / Air
Subsektor angkutan laut /air meliputi kegiatan
pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan kapal yang di usahakan oleh perusahan
pelayanan milik nasional.baik yang melakukan trayek
dalam negeri maupun internasional.
d. Angkutan Udara
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan
penumpang barang dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan penerbangan yang di lakukan oleh penerbangan
milik nasional .
e. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan peneyediaan
fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan
kegiatan pengangkutan seperti terminal dan parker,
ekspedisi, dan bongkar muat, penyimpangan dan
1) Terminal dan Perparkiran
Mencankup kegiatan pemberian pelayanan dan
pengaturan lalu lintas kendaraan / armada yang
membongkar atau mengisi muatan baik barang maupun
penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parker,
pelabuhan laut dan pelabuhan udara .
2) Bongkar / Muat
Kegiatan bongkar / muat mencakup pemberian
pelayan bongkar muat angkutan barang melalui laut
dan darat .
f. Komunikasi
1) Pos dan Giro
Kegiatan yang di cankup adalah jasa pos dan giro
seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa
tabungan, dan sebagainya .
2) Telekomunikasi
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal
pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks.
3) Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan sebsektor ini mencakup pemberian jasa
dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang
kegiatan komunikasi, seperti wesel, warpostel, radio
8. Sektor Keuangan , Persewaan dan J asa Perusahan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan
bukanbank , jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa
perusahaan.
1) Bank
Angka nilai tambah bruto subsector bank atas dasar
harga berlaku di peroleh dari Bank Indonesia.
2) Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan Lembaga keuangan bukan bank meliputi
kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pension,
pengadaian .
3) Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai
kegiatan ekonomi antara lain: Bursa Efek Surabaya ( BES
), perdagangan valuta asing, perusahan anjak piutang dan
modal ventura.
4) Sewa Bangunan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atau
penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal,
tampa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri
5) Jasa Perusahan
Subsektor ini mencankup semua kegiatan jasa
pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengelolahan
data, jasa perikanan dan sebagainya .
9. Sektor J asa -J asa
Sektor jasa – jasa di bagi lagi menjadi beberapa subsektor,
yaitu :
1) Jasa Pemerintah Umum
Nilai tambah bruto subsector ini terdiri dari upah dan
gaji rutin pegawai pemerintah pusat daerah.
2) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa
kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa
penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, yayasan
pemeliharaan anak cacat, dan ruamh ibadah.( Anonim,
2004 : 12 – 17 ).
2.5.Analisis Shift Shar e
Analisis Shift Share di gunakan untuk menganalisa dan mengetahui
pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode ini di pakai untuk
mengamati stuktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara
menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang di bandingkan dengan
sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional.Analisis
daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang
bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang di dominasi oleh sektor
yang lambat pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan
perekonomian daerah di atasnya. Data yang biasa di gunakan dalam analisis
Shift -Share adalah pendapatan perkapita ( Y / P ), PDRB (Y) atau tenaga
kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang waktu tertentu .
1. Provical Share (Sp), yang di gunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau
pergeseran stuktur perekonomian suatu daerah ( kabupaten / kota ) dengan
melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang di
pengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih
tinggi ( provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan mengambarkan peranan
wilayah propinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekononomian
daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan
provinsi maka perananannya terhadap propinsi tetap.
2. Proportional ( Industry-Mix ) Share adalah pertumbuhan nilai tambah
bruto suatu sektor I di bandingkan total ektor di tingkat propinsi .
3. Differntial share( DS ), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi
daerah ( kabupaten ) dan nilai tambah bruto sektor yang sam di tingkat
propinsi.
Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan bandingkan daerah
lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh
lebih cepat. Teknik analisis ini di awali dengan perubahan PDRB suatu sektor
Rumus : ∆ = −
Dimana ∆ = Perubahan PDRB sektor Kabupaten
= PDRB Kabupaten sektor tahun t
PDRB Kabupaten sektor tahun dasa
1. Potensi Regional ( PR )
2. Pergeseran Proporsional / Propotional Share (PS)
Rumus :
3. Pergeseran yang berbeda / Differential Share (DS)
Rumus :
= PDRB Provinsi Jawa Timur periode tahun t
= PDRB Provinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar
= PDRB Provinsi Jawa Timur sektor i pada tahun dasar t
= PDRB Provinsi Jawa timur sektor i pada tahun dasar
0 ij
Q = PDRB Propinsi sector i pada tahun dasar
Setelah di lakukan perhitungan seperti di atas, dapat di tarik
beberapa kesimpulan :
1. PS < 0
Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat kabupaten
2. PS > 0
Maka sektor tersebut tumbuh reltif cepat di tingkat kabupaten
3. DS < 0
Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat di
bandingkan sektor yang sam di daerah lain atau dengan kata lain
sektor tersebut tidak mempunyai keuntungan lokasional yang baik.
4. DS > 0
Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di
bandingkan sektor yang sam di daerah lain atau denagn kata lain
sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional yang baik.
5. PR <∆
Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung
akanmendorong pertumbuhan kabupaten.
6. PR >∆
Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan
Keunggulan Analisis Shift Shar e
1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang
terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.
2. Memunkingkan seseorang pemula mempelajari struktur
perekonomian dengan cepat.
3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan
struktur dengan cukup akurat.
Kelemahan Analisis Shift share
1. Hanya dapat di gunakan untuk analisis ex –post.
2. Masalahkbenchmark berkenaan dengan homothetic chage, apakah t
atau ( t + 1 ) tidak dpat di jelaskan dengan baik .
3. Ada data periode waktu tertentu di tengan tahun pengamatan yang
tidak terungkap.
4. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat
bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode lainnya.
5. Tidak dapat di pakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
6. Tidak ada keterkaitan antar daerah.
2.6.Kerangka Pikir
Dalam Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah merupakan
serangkaian usaha kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan
distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar wilayah
sektoral maupun antar lintas sektoral yang lebih menguntungkan didukung
dengan strategi peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Dalam analisis
Shift Share ini terdapat 3 daerah di kabupaten Jawa Timur Gresik pacitan dan
Bondowoso , disini terdapat sektor yang mendorong / menhambat
pertumbuhan di Jawa Timur .
Gambar 2.1 Sektor – Sektor PDRB
Sumber : Peneliti
2.7.Hipotetis
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, melihat dari
latar belakang, hasil- hasil penelitian terdahulu dan juga landasan teori yang
telah di jelaskan seperti di atas, Maka dapat di tarik beberapa hipotetis dari
penelitian ini, sebagai berikut :
1. Diduga ada pertumbuhan produksi sektoral di 3 daerah ( Gresik, Pacitan
dan Bondowoso) tersebut yang cnderung mendorong atau menhambat
pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur.
Gresik , Pacitan ,Bondowoso
Analisis Shift Share
1. Sektor mendorong atau menghambat 2. Sektor tumbuh cepat atau lambat
3. Sektor tumbuh cepat atau lambat di lihat dari lokasionalnya
2. Di duga ada sector-sektor di masing-masing kabupaten ( Gresik,
Pacitan,dan Bondowoso) yang tumbuh lebih cepat atau lambat di
bandingkan di tingkat Provinsi Jawa Timur.
3. Di duga ada sektor masing-masing kabupaten yang tumbuhnya cepat
mempunyai keuntungan lokasional baik di banding sektor yang sama di
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian di lakukan dengan pendekatan deskripstif. pendekatan ini di
lakukan dengan menganalisa secara kuantitatif untuk mengetahui secara jelas
perkembangan perekonomian dalam 3 daerah ( kabupaten Gresik, Pacitan dan
Bondowoso ) di Provinsi jawaTimur. Data yang di peroleh kemudian di
masukan ke dalam rumus-rumus matematis sederhana yang telah ada. Dari
hasil pengelolahan data -data tersebut yang munking pertumbuhannya
tergolong lambat agar dapat di prioritaskan dalam pembangunan dengan
mengembangkan sektor – sektor ekonomi yang potensial supaya lebih
mempercepat pertumbuhan daerah, sehingga dapat menunjang perekonomian
nasional.
3.2.Devinisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Devisi operasional dan pengukuran adalah pernyataan tetag definisi dan
pengukuran variable-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori
yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.Hal ini maksudkan agar
tidak terjadi salah pengetikan terhadap variabel yang di batasi serta
memudahkan dalam penerapan data yang di gunakan.
Untuk memeperjelas terhadap masing-masing variabel di amati, maka
pengukuran terhadap variable-variabel tersebut dapat di uraikan sebagai
1. Analisis Shift Share
Didalam analisis ini di pergunakan beberapah data dari Produk
Domestik Regonal Bruto ( PDRB ) Provinsi Jawa Timur, Dan PDRB per
sektor . Selain itu di pergunakan PDRB dari masing-masing di kabupaten
tersebut per sektor.PDRB di nyatakan dalam satuan jutaan rupiah.
3.3. J enis dan Sumber Data
3.3.1 J enis Data
Data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah data
Sekunder, berupa data time series yang di ambil dari tahun 2010 sampai
dengan 2011
3.3.2 Sumber Data
Sumber data di peroleh dari Kantor Badan Pusat Statestik
Propinsi Jawa Timur, dan perpustakaan-perpustakaan lainnya baik itu
milik lembaga pendidikan ataupun pemerintah daerah Jawa Timur.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan dua cara ,
diantaranya yaitu :
3.4.1Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang di lakukan dengan membaca buku-buku
literature sebagai bahan pustaka yang hubungannya dengan penelitian
3.4.2 Studi Lapangan
Penelitian lapangan ini di maksudkan untuk mendapatkan
data-data sekunder yang di perlikan untuk penulisan skripsi, data-data-data-data
laporan, catatan-catatan yang behubungan dengan masalah yang di
bahas pada lembaga -lembaga yang telah di sebutka di atas.
3.5 Tenik Analisis Pengelolahan Data
Data yang berhubungan dengan obyek penelitian di susun untuk
selanjutnya di olah dengan menggunakan alat analisis matematis berupa
Analisis Shift Share yang kemudian di lakukan pengamatan selama kurung
waktu tertentu. Notasi yang di gunakan dalam kedua teknik analisis dari
= PDRB Provinsi Jawa Timur periode tahun t
= PDRB Provinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar