• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA BEJI KECAMATAN JENU KABUPATEN TUBAN,.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA BEJI KECAMATAN JENU KABUPATEN TUBAN,."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN

DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

DI DESA BEJI, KECAMATAN JENU,

KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Di susun Oleh : Destaris Eka Nur Kumala 0741010032

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pelayanan Kesehatan Anak Dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban “

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Program

Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Diana

Hertati,M.Si sebagai dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan

proposal ini diantaranya :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Lukman Arif, M.Si, Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Pak Hadi selaku petugas PKH

4. Orang tua saya yang memberikan doa dan kasih sayang selalu.

5. Terimakasih kepada temenku putri, ardina, reni, tyas, rista dan teman-teman

(3)

6. Terimaksih buat My ZAUJUN yang selalu ngasih suport dan nemenin buat

penelitian.

7. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata

semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi

penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, 31 Juni 2011

(4)

DAFTAR ISI

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Konsep Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan ... 13

(5)

3.3 Situs Penelitian ... 30

3.4 Sumber Data ... 31

3.5 Jenis Data ... 32

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.7 Analisis Data ... 34

3.8 Keabsahan Data ... 36

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk RTSM Sekecamatan Jenu ... 3

Tabel 1.2 Data Jumlah Anak Usia 0 – 6 Tahun Yang Menerima Bantuan di

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir ... 27

(8)

ABSTRAKSI

DESTARIS EKA NUR KUMALA. 0741010032, PELAYANAN

KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA BEJI KECAMATAN JENU KABUPATEN TUBAN, 2011

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode penelitian data penelitian kualitatif yang merupakan kalimat, kata-kata atau gambar adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikannya. Fenomena dalam penelitian ini adalah mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pendamping kurang maksimal dalam program keluarga harapan (PKH), dimana pelayanan tersebut tertulis berdasarkan surat keputusan Bupati Tuban Nomor:188.45/46/KPTS/414.012/2007 tentang program keluarga harapan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan dinas teknik terkait untuk menjaga dan memberi pelayanan kesehatan bagi peserta PKH selama program dilaksanakan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga medis dari PKH kepada keluarga yang mempunyai anak usia 0-6 tahun, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Anak usia 0-6 tahun dalam Program Keluarg Harapan (PKH).

Informan dan responden dalam penelitian ini adalah pendamping dari petugas PKH, tenaga medisnya yang berupa bidan desa beji beserta kader, dan keluarga PKH yang mempunyai anak usia 0-6 tahun.

Fokus dalam penelitian ini ada 3 yaitua 1. bagaimana pelayanan yang diberikan kepada keluarga miskin dengan sasaran kajian yaitu imunisasi, penimbangan, pemberian vitamin dan monitoring tumbuh kembang anak, 2. Sarana dan prasarana yang sasaran kajiannya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berupa masyarakat miskin, tenaga medis dan pendamping PKH selaku petugas PKH dan perlengkapan kesehatan, 3. Pendampingan dengan sasaran kajian pengawasan dan verifikasi.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah keluarga rumah tangga sangat miskin

(RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta

menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajaran di bangku

sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu mencari nafkah untuk

keluarganya dan ada yang terpaksa menjadi anak jalanan. Semakin besarnya jumlah

anak usia sekolah yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang layak akan

memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang akan datang dan

mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi terhadap Negara. Penanggulangan

kemiskinan membutuhkan upaya terus menerus karena komplikasi permasalahan

dan keterbatasan sumberdaya yang dihadapi masyarakat miskin. Pedoman Umum

PKH (2007;02).

Kemiskinan menurut Nurhadi, (2007:13) menyebutkan bahwa kemiskinan

merupakan sebuah kondisi yang bergaris standart kebutuhan minimum. Baik untuk

makanan dan nonmakanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan.

Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan setiap individu untuk

membayar kebutuhan makanan secara 2.100 perhari dan kebutuhan nonmakanan

yang salah satunya adalah perumahan.

Dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan

(10)

Keluarga Harapan (PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun

sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH secara

berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium.

Rendahnya penghasilan masyarakat salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat kemiskinan yang secara umum terkait tingkat pendidikan dan kesehatan.

Dari sejak pertengahan tahun 2006, Bappenas bersama beberapa kementrian atau

lembaga terkait, yaitu Departemen Sosial sebagai sekertariat PKH untuk menjalankan

pelaksanan PKH, Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyedia layanan

pendidikan, Departeman Kesehatan, sebagai penyedia layanan kesehatan, Departem

informasi dan Informatika untuk sosialisasi, Departemen Tenaga Keja dan

Tranmigrasi Badan Pusat Statistik untuk pendataan rumah tangga miskin, PT. Pos

Indonesia mengantarkan undangan untuk pertemuan, mengantar dan mengambil vom

verifikasi Dan dengan dibantu beberapa tenaga ahli telah bekerja menyusun disain

PKH yang berisi antara lain ketentuan, persaratan dan mekanisme yang semuanya

membutuhkan persiapan pelaksanaan yang cukup lama. Untuk menjamin agar

pelaksanaan PKH dapat berjalan lancar.

Penelitian yang dilakukan Dwiyanto menemukan setidaknya ada 3 faktor

penyebab ketidak optimalan program keluarga harapan (PKH) selama ini.

Pertama, sifat kebijakan cenderung menjadi kegiatan pinggiran. Kedua,

birokrasi dan lemahnya posisi tawar menawar golongan penduduk miskin.

Ketiga kecenderungan sentralisasi didalam kebijaksanaan dan pelaksanaan

(11)

Menurut pedoman umum PKH, (2007;9) Penerima bantuan PKH adalah

RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun

dan/atau ibu hamil/nifas. Bantuan hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah

terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program,

yang di lihat dari tempat tinggal yang dimiliki, harta benda, dan pendapatan sebulan

sekitar kurang lebih 500ribu.

Jumlah RTSM yang menerima bantuan PKH di Kecamatan Jenu

Tabel 1.1

Data jumlah penduduk RTSM sekecamatan Jenu

(12)

Berdasarkan tabel di atas jumlah RTSM di Kecam atan Jenu yang menerima

bantuan program PKH adalah 1232 KK.

Agar penggunaan bantuan dapat lebih efketif diarahkan untuk peningkatan kualitas

pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang

mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (nenek, tante/bibi atau kakak

perempuan). Untuk itu, pada kartu kepeserta PKH akan tercantum nama ibu/wanita

yang mengurus anak,

Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu adanya petugas pendampingan

PKH dari kantor Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (UPPKH) di kantor

Kabupaten/Kota dan Kecamatan, agar oprasional pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH) berjalan lancar dan sesuai seperti apa yang diharapkan.

Manfaat yang diperoleh setelah mandapatkan bantuan PKH adalah dalam

jangka pendek, melalui pemberian bantuan kepada RTSM, program ini diharapkan

dapat mengurangi beban RTSM. Sedangkan untuk jangka panjang, diharapkan akan

menjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan setatus kesehatan

anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut

sehingga rantai kemiskinan keluarga tersbut dapat diputus.

Tujuan umum program PKH adalah untuk meningkatkan jangkauan atau

aksesibilitas masyarakat tidak mampu.. PKH ini mempunyai dua program yaitu

tingkat pendidikan dan kesehatan. Bagi RTSM yang sudah menerima bantuan maka

pemerintah memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Tingkat pendidikan

meliputi, wajib belajar selama 9 tahun.

(13)

1. Kesehatan ibu hamil, dengan cara ibu hamil harus melakukan pemeriksaan

kehamilan, mendapatkan tablet tambahan (Fe)

2. Ibu melahirkan dan nifas, proses kelahiran bayi ditolong oleh tenaga

terlatih. Ibu yang melahirkan dan bayi baru lahir harus melakukan atau

diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28

hari

3. Anak usia 0-6 tahun,

1. Anak usia 0-11 bulan melakukan penimbangan dan imunisasi

2. Anak usia 6-11 bulan mandapatkan vitamin A

3. Anak usia 1-5 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan penimbangan

dan pemberian vitamin

4. Anak usia 5-6 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan

penimbangan

Jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi di Indonesia hingga pada

pertengahan tahun 2010 lalu, masih cukup besar dengan jumlah penderita

kurang lebih 4 juta anak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah

balita penderita malnutrisi pada tahun 2009 adalah 4,1 juta jiwa. Sebanyak

3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu termasuk kategori risiko

gizi buruk. (Create Yours @NackVision.com, 23 September 2010).

Berdasarkan fenomena diatas dapat di kemukakan terjadinya kasus gizi buruk

senantiasa dihubungkan dengan kemiskinan. Rendahnya kemampuan ekonomi dari

keluarga miskin berdampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi bagi

(14)

bantuan maka masyarakat harus memeriksakan kesehatan dan mendapatkn pelayanan

yang baik dari tenaga medis.

Tabel 1.2

Data jumlah anak usia 0- 6 tahun yang menerima bantuan di Kecamatan Jenu

No. Desa Jumlah Anak Anak yang tidak Sumber: UPPKH Tuban, juni 2010

Berdasarkan tabel diatas jumlah anak usia 0-6 tahun yang menerima bantuan

PKH di Kecamatan Jenu adalah 484 anak, yang tidak hadir 101 anak.

Dalam pelaksanaan program tersebut maka kesehatan dan perkembangan

anak di Kecamatan Jenu akan lebih terawasi. Tetapi ada juga orang tua yang kurang

memperhatikan kesehatan anaknya yang dikarenakan:

1. Kurangnya sosialisasi dari penyedia pelayanan

2. Kurang peduli atau kurangnya antusias masyarakat terhadap kesehatan dan

(15)

3. Masyarakat kurang faham tentang kesehatan dan gizi Anak.

Minat masyarakat dikecamatan Jenu untuk memeriksakan kesehatan anaknya

tergolong rendah karena pelayanan yang kurang maksimal serta kurangnya

kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah desa dan

Dinas/Instansi/Lembaga terkait, untuk itu perlu adanya optimasi dari PKH dalam

memberikan pelayanan yang baik bagi keluarga miskin dan mengoptimalkan program

PKH tersebut, agar keluarga miskin semakin antusias untuk memeriksakan kesehatan

anaknya, yaitu dengan memenuhi sarana dan prasarana sehingga pelaksanaannya

berlangsung secara optimal, seperti perlengkapan pelayanan kesehatan yang

memenuhi standart, penambahan kader dan tenaga medis yang berpengalaman dan

mempunyai ketrampilan dalam menyusun kegiatan dan memberi pelayanan.

(http://bumiayu.net, september, 2010).

Disini peneliti lebih memfokuskan pada pelayanan kesehtan bagi keluarga

miskin dalam Program kelurga Harapan (PKH) di Desa Beji,Kec.Jenu, Kab.Tuban.

Yang berdasarkan surat keputusan Bupati Tuban Nomor

188.45/46/KPTS/414.012/2007 tentang program keluarga harapan (PKH) yang

memutuskan tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan dinas teknik terkait untuk

menjaga dan memberi pelayanan kesehatan bagi peserta PKH selama program

dilaksanakan.

Jumlah RTSM sekecamatan Jenu yang paling banyak menerima bantuan ada di

desa beji selain itu masyarakat Beji penduduknya relatif bermata pencaharian sebagai

nelayan yang merupakan kelompok miskin karena hanya mengandalkan nafkah dari

(16)

yang mempengaruhi kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya

kesehatan karena masyarakat lebih dominan memprioritaskan kebutuhan sehari hari

dari pada mementingkan arti kesehatan itu sendiri.

Anak yang tergolong miskin tidak diperhatikan kesehatan dan pertumbuhannya

meskipun telah ditetapkan program posyandu, imunisasi dan perbaikan gizi anak ibu

cenderung memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan balita dengan air susu ibu

(ASI). Padahal balita usia 0-6 tahun harus diperhatikan perkembangannya agar

nantinya kualitas generasi penerus bangsa ini lebih baik. Upaya ini harus didukung

sepenuhnya oleh sektor swasta dan masyarakat agar pelaksanaanya berlangsung

dengan baik dan lancar serta tepat sasaran dan tidak terjadi penyimpangan

dimanapun. (Waspada ONLINE@yahoo.com).

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/ 1992

tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu.

Kepala Dinas Kesehatan ikut terlibat dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

masyarakat yang dilayani adalah masyarakat yang tergolong keluarga sangat miskin.

Dinas Kesehatan juga telah mengeluarkan surat edaran kepada Puskesmas kaitan hal

itu . Meski tidak memiliki kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan

(17)

Keluarga Harapan (PKH) tetap memberikan pelayanan pengobatan dasar gratis

kepada masyarakat peserta PKH.

Dukungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tersedianya sarana, prasarana dan

tenaga kesehatan yang memadai merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk

mensukseskan pelaksanaan PKH kesehatan. Kehadiran tenaga kesehatan yang

kompeten bukan hanya diperlukan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi

peserta PKH, tapi mereka juga dituntut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan

progran PKH kesehatan ini dengan cara:

1. Mempromosikan pentingnya kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan

2. Memberitahukan jadwal kunjungan pada peserta PKH

3. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada keluarga peserta

PKH, seperti kesempatan dan kemudahan di dalam memeriksakan kesehatan

peserta PKH

4. Melakukan verifikasi apakah peserta PKH telah memenuhi komitmen yang

telah ditetapkan, seperti mengikuti program posyandu secara rutin.

Dari fenomena sosial yang ada tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji

tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Keluarga Miskin dalam Program Keluarga

Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas. Maka peneliti tertarik

untuk mendeskripsikan dan menganalisa masalah yang dirumuskan dalam penelitian

(18)

dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten

Tuban

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan manganalisa Pelayanan Kesehatan Anak Usia 0-6 Tahun dalam

Program Keluarg Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi mahasiswa / Peneliti

Dapat memberikan pengetahuan dan tambahan wawasan bagi peneliti

mengenai pelayanan keluarga miskin dalam Program Keluarga Harapan

(PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

2. Bagi Universitas

Untuk menambah referensi di perpustakaan yang dapat berguna sebagai dasar

pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis di masa mendatang.

3. Bagi Instansi

Memberikan saran-saran atau masukan bagi Desa Beji, Kecamatan Jenu,

Kabupaten Tuban sebagai alternatif pertimbangan dalam meningkatkan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulua

1. Medyanto,Iwan (2003) Jurusan Administrasi Negara fakultas Ilmu Administrasi.

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul

penelitian-penelitian “Pelayanan Kresehatan di Puskesmas (studi Diskriptif

Kualitatif Di Puskesmas Menur Kecamatan Sukolilo Surabaya), terdapat

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah Pelaksanaan pelayanan pasien

di Puskesmas Menur Kecamatan Sukolilo Surabaya”.

Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif yang mengukur dua variable

yang berfokus dalam instrument penelitian yaitu : Pelayanan Kesehatan Di

Puskesmas Menur Sukolilo Surabaya. Adapun sub variabel pada pelayanan

Puskesmas meliputi:

Prosedur biaya dan kesadaran masyarakat. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara langsung dan memulai observasi serta dokumentasi pada

responden yaitu warga di Kecamatan Sukolilo Surabaya dengan sebanyak (5)

responden. Dengan indikator lamanya waktu pelayanan, kesesuaian hidup

sehat masyarakat itu sendiri

Berdasarkan hasil pencermatan hasil penelitian ini maka kesimpulan

yang dapat ditarik bahwa pelayanan kesehatan puskesmas maupun

(20)

kecamatan Sukolilo Surabaya, mendapatkan kategori baik dibandingkan

sebelum adanya puskesmas di kecamatan Sukolilo Surabaya

2. Penelitian oleh Harun Al Rasyid (2005) jurusan Administrasi Publik Fakultas

ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur dengan judul penelitian “Pelayanan Administrasi Unit Rawat jalan

di Rumah sakit siti khidijah sepanjang Sidoarjo” penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif yang hanya mengukur dua variable yang berfokus pada

instrument penelitian yaitu pelayanan Administrasi bagian unit Rawat Jalan

pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Variabel dari penelitian

ini kemudahan dalam mengurus administrasi, lamanya waktu pelayanan,

keramahan dan kenyamanan pelayanan. Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan wawancara langsung dan tak langsung dilapangan dan melalui

observasi serta dokumentasi pada responden. Berdasarkan hasil pencermatan

hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan pelayanan

Administrasi di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo mampu

memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan para pasien yang dapat

menunjang harapan masyarakat Taman sepanjang sidoarjo yang mampu

memberikan fasilitas –fasilitas pelayanan yang memuaskan para pasien

puskesmas Taman tersebut.

3. Yunus, Muchammad (2006) Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

dengan judul penelitian “Pelayanan Administrasi Unit Rawat Inap di

(21)

Peserta JPS dan Non JPS di puskesmas Taman Sepanjang Sidoarjo) Penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif yang hanya mengukur satu variabel adalah

pelayanan administrasi bagian Unit Rawat Inap Puskesmas Taman Sepanjang

Sidoarjo. Fokus dari penelitian ini ada 4 (empat) adalah : 1 ) Penerimaan

Pendaftaran Pasien; 2) Rawat Inap; 3) Rujukan; 4) Setelah rawat inap bagi

pasien JPS dan NON JPS. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

wawancara langsung dan tak langsung dilapangan dan melalui observasi serta

dokumentasi pada responden.

Berdaarkan hasil pencermatan dri penelitian tersebut, maka dapat

ditarik kesimpulan ada perbedaan pelayanan Administrasi bagian Unit Rawat

Inap di puskesmas di Taman Sepanjang bahwa dari 4(empat) fokus penelitiaan

pelayanan administrsi bagian Unit Rawat Inap di puskesmas Taman Sepanjang

:1) Penerimaan pendaftaran pasien di Puskesmas Taman untuk pasien JPS

pelayanannya cukup baik, prosedurnya tidak berbelit-belit dan Non JPS

pelayanannya kurang baik,prosedurnya jelas. 2) Rawat Inap pelayanan bagi

pasien JPS cukup baik dan prosedurnya jelas dan Rawat Inap Pasien Non JPS

pelayanannya kurang baik,prosedurnya jelas 3)Rujukan bagi pasien JPS,

Pelayanannya cukup baik dan tidak berbelit-belit sedangkan bagi pasien yang

Non JPS akan dibuatkan rujukan bagi yang membutuhkan. 4) Proses mengurus

administrasinya setelah rawat inap bagi pasien JPS pelayanannya kurang baik,

prosedurnya jelas dan pasien Non JPS pelayanannya cukup baik, prosedurnya

(22)

Dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan sesuai dengan sudut pandang peneliti ruang lingkup yang menjadi

obyek penelitian tersebut diatas hanya meneliti antara hubungan penyedia

pelayanan kesehatan dengan pasien kesehatan, sedangkan ruang lingkup

penelitian yang dilakukan ini meneliti tentang pelayanan kesehatan bagi

keluarga miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Persamaanya

adalah sama-sama meneliti pelayanan kesehatan.

2.2 Landsan teori

2.2.1. Konsep pelayanan dan pelayanan kesehatan

Pelayanan dalam Kamus Indonesia bersal dari kata layan yang artinya

menolong menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain sedangkan

menurut Moenier (2001:16), pengertian pelayanan adalah proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung, dimana aktivitas

adalah suatu proses penggunan pemikiran, pancaindra dan anggota badan

dengan atau tanpa alat bantu yang di lakukan seseorang untuk mendapatkan

sesuatu yang diinginkan baik berupa jasa maupun barang jadi aktivitas inilah

yang disebut dengan pelayanan.

Menurut Ivencevich,lorenzi, Skinner dan Crosby yang dikutip oleh

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006:2), menyatkan bahwa: “pelayanan

adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan”

Dengan demikian berdasarkan hal tersebut di atas pelayanan dapat

(23)

atau manusia yang langsung dengan cara menolong menyediakan segala

sesuatu yang diperlukan orang lain melalui sarana alat untuk bisa terlaksana

memberikan atau mengadakan keperluan yang dibutuhkan.

Sedangkan menurut Levey dan loomba yang dikutip Azwar (1996:35)

menyatakan bahwa: “pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatatkan kesehatan, dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, dan ataupun

masyarakat”

Berdasarkan konsep pengertian pelayanan dan kesehatan diats dapat

diambil kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan adalah proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung dengan cara menolong,

menyediakan segala sesuatu yang di perlukan orang lain melalui sarana alat

utuk bisa terlaksana,memberikan atau mengadakan keperluan yang yang

dibutuhkan agar keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial setiap orang

hidup produktif secara ekonomis dengan suatu keadaan seimbang yng dinamis

antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha

mempengaruhinnya melalui setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(24)

Pelayanan Publik” bahwa setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus

memiliki standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan public yang wajib ditaati oleh pemberi atau

penerima layanan.

Standa pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang diberikan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya atau tarif jasa pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk [pelayanan

Hasil pelayan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Saran dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penylenggaraan pelayanan public.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

(25)

2.2.2 Dimensi Pelayanan Publik

Menurut Gasperz dalam lukman (2002:2) ada beberapa dimensi

pelayanan atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas

pelayanan yang sebenarnya jika dijabarkan dalam 10 dimensi antara lain:

1. Ketepatan waktu pelayanan : berkaitan dengan waktu tunggu dan

proses.

2. Akurasi pelayanan : berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas

dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Ini terutama

bagi mereka yang berinteraksi lansung dengan pelanggan eksternal

yaitu : operator telepon, satpam, pengemudi staf administrasi, kasir,

dan lain-lain.

4. Tanggung jawab : berkaitan dengan penerimaan pesanan, dan

penanganan keluhan dari pelanggan eksternal.

5. kelengkapan : menyangkut loingkup pelayanan dan ketersediaan sarana

pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.

6. Kemudahan merupakan pelaayanan : berkaitan dengan banyaknya

outlet dan banyaknya petugas yang melayani.

7. Variasi model pelayanan : berkaintan dengan inovasi untuk

memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, teatures (keistimewaan)

dari pelayanan dan lain-lin.

8. Pelayanan pribadi : berkaitan dengan fleksibilitas penanganan

(26)

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan : berkaitan dengan lokasi,

ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parker

kendaraan, petunjuk-petunjuk dan bentuk- beuntuk lain.

10. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, kebersihan,

ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain.

2.2.3 Pengelolaan Sarana dan Prasarana serta fasilitas Pelayanan Publik Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009

Penyelenggara dan Pelaksana berkewajiban mengelola sarana,

prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien,

transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung jawab

terhadap pemeliharaan dan/atau penggantian sarana, prasarana, dan/atau

fasilitas pelayanan publik.

2.2.4. Tujuan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya atau usaha kesehatan di

masyarakat, Dalam bukunya Entjang (2000:14) menjelaskan bahwa pelayanan

kesehatan (upaya atau usaha kesehatan) di masyarakat bertujuan untuk

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baaik jasmani maupun

sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan tujuan pelayanan kesehatan

adalah mencapai derajat kesehatan yang setinggin-tingginya baik

jasmani,rohani, maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang yang

(27)

2.2.5 Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

Bentuk dan jenis pelayana kesehatan jika dijabarkan menurut pendapat

Hodgets dan Cascio dalam bukunya Azwar (2001:36) menjabarkan pelayanan

kesehatan menjadi dua yaitu:

1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya ditandai dengan cara

pengorganisasian yang bersifat sendiri (solo practice) atau secara

bersama-bersama dalam satu organisasi , tujuan utamanya untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk

perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang pelaksanaanya ditandai dengan cara

pengorganisasian secara umum dengan cara bersama-sama dalam satu

organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk anggota kelompok

dan masyarakat

2.2.6 Sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005:5), sifat upaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan dibagi tiga:

1. Sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary) healty care)

pelayanan Ini dalah pelayanan kesehtan yang paling pertama bagi kasus-kasus atau

(28)

kesehatan yang menyentuh kesehatan di masyarakat, misalnya Poliklinik,

Puskesmas dan sebagainnya

2. Sarana pelayanan kesehtan tingkat dua (secondary healty care)

Sarana pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang menangani kasus-kasus

yang belum bisa ditangani oleh pelayanan kesehatan primer,karena peralatan

atau keahlian belum ada, misalnya Puskesmas dengan rawat inap (Pus-kesmas

RI),Rumah Sakit tipe D dan C dan Rumah berslin.

3. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga (tertiary health care).

Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan

tingkat dua, misalnya Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A.

2.2.7 Upaya Kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2005:4). Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan untuk memulihkan dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh

pemerintah atau masyarakat. Upaya ini dilakukan oleh individu, kelompok,

masyarakat baik secara lembaga oleh pemerintah ataupun melalui lembaga

swadaya masyarakat (LSM).

Upaya kesehatan tersebut menurut Effendy (1997:153), dibagi menjadi

4 yaitu:

1. Promotif (peningkatan kesehatan).

Adalah usaha yang ditunjukkan untuk meningkatkan kesehatan yang

(29)

perseorangan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi

hingga seseorang mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

2. Preventif (pencegahan penyakit).

Adalah usaha yang ditingkatkan untuk mancegah terjadinya penyakit

misalnya usaha memelihara kesehatan lingkungan, pemberian imunisasi

pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala

untuk mendeteksi penyakit secara dini.

3. Kuratif (pengobatan).

Adalah usaha yang ditunjukkan untuk orang yang sakit untuk dapat

diobati secara tepat dan cepat sehingga dalam waktu singkat dapat

dipulihkan kesehatannya.

4. Prehabilitas (pemulihan kesehatan)

Adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari

penyakit yang dideritanya usaha ini ditunjukkan untuk memperbaiki

kelemahan – kelemahan fisik, mental dan sosial pasien sebagai akibat dari

penyakit yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram

dan dapat pula dilakukan melalui latihan fisioterapi.

2.2.3.1 Konsep Dasar Kemiskinan

Konsep dan pengertian dasar kemiskinan dalam makalah Soenyono

(2005:2) adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan berakibat dengan aspek ekonomi, sosial-budaya dan politik.

(30)

mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan,

perumahan, air bersih, transportasi dan sanitasi) ; (ii) kerentanan; (iii) ketidak

berdayaan; dan (iv) ketidak mampuan untuk menyalurkan aspirasinya.

2. Kemiskinan dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya, antara lain:

structural, kultural, dan alamiah. Penyebab kemiskinan struktural yang

berhubungan dengan kebijakan, peraturan dan lembaga yang ada

dimasyarakat yang menghambat produktifitas dan mobilitas masyarakat.

Adapun penyebab kulturalnya adalah berkaitan dengan adnya nilai-nilai sosial

budaya yang tidak produktif, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi

kesehatan dan gizi yang buruk.

2.2.3.2 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadakan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang

biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air

minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan

kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan

yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan

yang layak sebagai warga Negara. Kemiskinan merupakan masalah global.

Sebagaian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,

sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluative, dan yang

lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “Negara

berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada Negara-negara yang

(31)

Kemiskinan memiliki banyak definisi. Sebagian orang memahami istilah

kemiskinan dari perspektif subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya

melihatnya dari segi moral dan evaluative meskipun sebagian besar konsepsi

mengenai kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, kemiskinan

sejatinya menyangkut pula dimensi material, sosial, cultural, institusional dan

structural. Piven dalam Suharto, (2009:15), menunjukkan bahwa kemiskinan

berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan dan adanya

kebutuhan sosial.

Menurut Mashoed (2004:39), kemiskinan adalah suatu situasi serba

kekurangan dari penduduk dan disebabkan oleh rendahnya ketrampilan,

rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar

produksi orang miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam

pembangunan. Rendahnya pendapaatan penduduk miskin menyebabkan

produktivitas yang sudah rendah memberikan beban ketergantungan bagi

masyarakat.

Menurut Suharto (2009:14) kemiskinan adalah masalah sosial yang

bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan

menjadi perhatian banyak orang di dunia.

Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010, kemiskinan

merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan

langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh

(32)

secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan

untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat.

2.2.3.3 Indikator kemiskinan

Indikator kemiskinan menurut Kuncoro (2004 : 142) adalah sebagai

berikut:

1. Garis kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) batas garis kemiskinan

yang dibuat setiap Negara ternyata berbeda, misal disebabkan oleh adanya

perbedaan lokasi dan standart kebutuhan hidup. BPS mengunakan batas

miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk

kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori perhari.

Sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi pengeluaran

untuk perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa dengan kata lain

BPS menggunakan dua macam pemdekatan kebutuhan dasar (basic need

appoarch) dan pendekatan heal count indeks.

2. Garis kemiskinan Sayogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20kg

beras atau daerah perkotaan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun.

3. Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan

perkotaan yang dipandang oleh sudut pengeluaran aktual pada

sekelompok barang dan jasa esensial seperti yang diungkap secara

berturut-turut dalam susensus.

4. Indikasi Kemiskinan menurut orang jawa menurut Suetrisno (1994 : 40)

antara lain:

(33)

- Tidak memiliki pakaian yang cukup baik

- Tidak memiliki persediaan pangan

- Tidak memiliki tenaga atau ternak besar

- Indikator untuk menentukan fakir miskin adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang

dapat diukur dari tingkat pengeluaran perorang per bulan

berdasarkan standart Badan Pusat Statistik (BPS) per wilayah

propinsi dan kabupaten.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin

(seperti zakat/beras untuk orang miskin /santunan sosial)

3. Keterbatasan pemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per

tahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap per orang

pertahun.

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota

keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar selama 9 tahun bagi

anak-anaknya.

6. Tidak memiliki harta atau aset yang dapat dimanfaatkan hasilnya

atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama 3 bulan atau 2

kali batas garis sangat miskin

7. Tinggal dirumah yang tidak layak dihuni

(34)

2.2.3.4 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan dapat menunjuk pada kondisi individu, kelompok, maupun

situasi kolektif masyarakat. Sebuah bangsa atau Negara keseluruhan bias

dikatagorikan miskin.

Kemiskinan disebabkan oleh banyak factor. Jarang ditemukan kemiskinan

yang hanya oleh factor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bias

disebabkan oleh beberapa factor yang saling terkait satu sama lain, seperti

kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau

keterampilan untuk berusaha, tidak tersedianya kesempatan kerja, terkena

pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak adanya jaminan sosial (pension,

kesehatan, kematian) atau hidup di lokasi terpencil dengan sumber daya alam

dan infrastruktur yang terbatas. Secara konsepsual, kemiskinan bisa

diakibatkan oleh empat faktor, yaitu :

1. Faktor individual.

Terkait dengan aspek patalogis, termasuk kondisi fisik dan psikologis

si miskin. Orang miskin disebabkan oleh prilaku, pilihan atau kemampuan

dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.

2. Faktor sosial.

Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi

miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis yang

menyebabkan seseorang menjadi miuskin. Termasuk dalam factor ini

adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya

(35)

3. Factor cultural.

Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor

ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “kemiskinan cultural” atau

“budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan

hidup atau mentalitas

4. Factor structural.

Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitive dan

tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang

menjadi miskin.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari prilaku, pilihan atau kemampuan si miskin;

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan

pendidikan keluarga;

3. Penyebab sub-budaya (sub cultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari. Dipelajari atau dijalankan dalam

lingkungan sekitar;

4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang

(36)

Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan

merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah

sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (Negara terkaya

perkapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan

sebagai pekerja miskin; yaitu orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan

publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan).

2.2.3.5 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Menurut Jamasy (2004 : 31) bentuk-bentuk kemiskinan diantaranya:

1. Kemiskinan absolute yaitu apabila tingkat pendapatannya dibawah garis

kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan minimum antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan,

perumahan atau pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relative adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada

posisi diatas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah dari

pendapatan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Struktural, adalah kondisi atau situasi miskin karena

pengaruh kebijakan pembangunan yang balum menjangkau seluruh

masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4. Kemiskinan Cultural, adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang

(37)

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif,

meskipun ada usaha dari pihak luar untuk mambantunya.

Kemiskinan menurut Dapartemen Soaial dapat dibagi menjadi 2 bentuk

yaitu:

1. Kemiskinan Kronis (Chronic Poverty) adalah kemiskinan yang telah

berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun atau disebut

juga dengan kemiskinan structural. Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai fakir miskin termasuk kategori

kemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan yang

sungguh-sungguh terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan.

2. Kemiskinan Sementara (Transient Povery) adalah kemiskinan yang

ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota

masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi

normal menjadi kondisi kritis. Bencana Alam dan bencana Sosial, seperti

korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban pemutusan hubungan.

2.2.4 Program Keluarga Harapan (PKH)

Menurut buku pedoman Program Keluarga Harapan (PKH) (2007;1)

adalah program yang memberikan bantuan kepada RTSM. RTSM diwajibkan

memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas

sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan

Karang Taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan organisasi sosial

(38)

dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima

program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH.

Menurut Keputusan Bupati Tuban, Nomor 188.45/ 46

/KPTS/414.012/2007 tentang Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten

Tuban yang menimbang bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan

dan pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, pemerintah mulai

tahun 2007 akan melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH),

2.2.4.1 Tujuan PKH

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok

masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat

pencapaian target MDGs.

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di

bawah 6 tahun dari RTSM;

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM.

2.2.4.2 Pelaksanaan PKH

Menurut buku pedoman umum PKH (2007;7), Untuk tahun 2007, PKH

(39)

500 ribu RTSM. Tujuan uji coba ini adalah untuk menguji berbagai instrumen

yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH.

Apabila tahap uji coba ini berhasil, maka PKH akan dilaksanakan

setidaknya sampai dengan tahun 2015. Hal ini sejalan dengan komitmen

pencapaian MDGs, mengingat sebagian indikatornya juga diupayakan melalui

PKH. Selama periode tersebut, target peserta secara bertahap akan

ditingkatkan hingga mencakup seluruh RSTM dengan anak usia pendidikan

dasar dan ibu hamil/nifas.

Peserta PKH akan menerima bantuan selama maksimal 6 tahun. Hal ini

berdasar pada pengalaman pelaksanaan program serupa di negara-negara lain

yang menunjukan bahwa setelah 5-6 tahun peserta dapat meningkat kualitas

hidupnya. Untuk itu, setiap 3 tahun akan dilakukan resertifikasi terhadap

status kepesertaan. Apabila setelah 6 tahun kondisi RTSM masih berada di

bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKH memerlukan

koordinasi dengan program lain yang terkait seperti antara lain

ketenagakerjaan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pemberdayaan

masyarakat, dan sebagainya.

2.3 Kerangka Berpikir

Peran Program Keluarga Harapan (PKH) di Tuban dalam memberikan

pelayanan melalui PKH, pelayanan berkaitan dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia, dalam hal ini dengan diberikannya pelayanan bagi

keluarga miskin, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk meringankan

(40)

dan tidak dipungut biaya, serta agar anak bisa tumbuh berkembang dengan

sehat dan normal sehingga bisa menjadi penerus bangsa yang baik.

Pelayanan ini lebih memfokuskan pada kesehatan anak usia 0-6 tahun,

karena pada usia 0-6 tahun kesehatan anak masih sangat rentan, selain itu juga

pengoptimalam dan perkembangan anak dapat lebih terawasi baik fisik,

mental maupun sosialnya.

Dengan PKH maka akan membantu keluarga miskin untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan untuk anak usia 0-6 tahun dan untuk membantu ibu

memantau serta menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan

tumbuh kembang anak yang optimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka

(41)

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Sumber : Pedoman Operasional PKH Bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan Keputusan Bupati Tuban

Nomor: 188.45/46/KPTS/414.012/2007 Tentang Program Keluarga Harapan (PKH) yang Memutuskan Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Dalam

PKH

Pelayanan Kesehatan

Kesehatan Ibu Hamil Ibu melahirkan & Anak Usia 0-6 tahun

Nifas

Kesehatan anak menjadi lebih baik Sarana dan Prasarana

a. Sumber Daya

Manusia (SDM)

b. Perlengkapan

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka

diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan

metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari

hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan

metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan

tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif.

Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara

yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif

masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan

peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler

dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya.

(43)

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini

adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih

faktor (Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan

penelitian, dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk

mencari pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi

fokus penelitian ini adalah Pelayanan Kesehatan Anak Usia 0-6 Tahun Bagi

Keluarga Miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Beji,

Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi

fokus penelitian ini adalah:

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan yang diberikan kepada anak usia 0-6 tahun dengan maksud

untuk meningkatkan kesehatannya untuk mencapai keluarga berkualitas dan

sejahtera. Dengan sasaran kajian:

1. Imunisasi

2. Penimbangan

3. Pemberian Vitamin

(44)

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam pelayanan kesehatan merupakan syarat utama

yang harus dipenuhi untuk mensukseskan program kesehatan. Dengan sasaran

kajian:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Perlengkapan Kesehatan

3. Pendampingan PKH

Pendampingan PKH adalah pekerja sosial (dapat berasal dari pekerja

sosial, masyarakat, karang taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan

organisasi sosial kemasyarakat lainnya) yang di rekrut oleh UPPKH melalui

proses seleksi dari pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan

masyarakat penerima program untuk membantu kelancaran pelaksanaan PKH.

Dengan sasaran kajian:

1. Pengawasan

2. Verifikasi

3.3. Situs Penelitian 

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh

data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai

dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini

dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

Penelitian ini dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban,

(45)

pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), menyatakan bahwa didesa

tersebut terdapat banyak masyarakat yang tergolong miskin, pada Desa

tersebur terdapat 143 RTSM. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

3.4.  Sumber Data  

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data

adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang

menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan

data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan,

yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah.

a. Petugas Pelayanan Kesehatan (PPK)

b. Penanggung Jawab Anan Usia 0-6 Tahun (ibu,nenek,tante,keluarga

perempuan yang mengasuh anak) yang menerima bantuan PKH

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang

relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data dokumentasi,

bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar

(46)

3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

macam jenis data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan

pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang

bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan

kegiatan PKH yang dilakukan oleh Unit Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (UPPKH) dalam pelayanan kesehatan anak usia 0-6 tahun.

2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan

penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari

penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa

dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk

memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan) 

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan

penulis dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku, kebiasaan dan

sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia,

(47)

dan pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui

bersama. Peneliti melakukan observasi di Desa Beji, Kecamatan Jenu,

Kabupaten Tuban.

2. Wawancara 

Pada teknik ini peneliti mengadakan tatap muka dan Tanya jawab

langsung dengan pihak responden untuk memperoleh data. Wawancara dalam

penelitian ini khususnya dalam tahap awal, belum begitu terstruktur,

tujuannya ialah memperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam

mengenai pendapat orang lain. Di dalam melaksanakan wawancara ini penulis

belum dapat menyajikan pertanyaan yang spesifik kepada informan, dalam hal

ini dapat memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi informan, kelonggaran

semacam ini mampu mendapatkan kejujuran responden untuk memberikan

informasi yang sebenarnya. Pada tahap ini wawancara dilakukan oleh peneliti

terhadap beberapa RTSM yang mempunyai anak usia 0-6 tahun.

3. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data

karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada

(48)

3.7 Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data yang

terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis

gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya.

Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.

Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan

hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2007 :

280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah dikembangkan

oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisa Model

Interaktif melalui empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data

tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang

(49)

3. Penyajian data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat

penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian,

sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian

berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali

yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu

tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta

tukar pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji

kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).

Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan

angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil

(50)

Gambar 2

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20) 3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau

kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatatif, standart tersebut

disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 :

324), untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan

teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep

validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan

penyelidikan sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil

(51)

sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah sebagai

berikut :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat diedit

dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Terus-menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat

memperhatikan sesuatu lebih mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki

pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai usaha

untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan

data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase penelitian

dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode

tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang

ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang

Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para

(52)

2. Keteralihan (Transferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks

pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan

data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti

bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk

memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha untuk menyajikan hasil penelitian

dengan memperbanyak wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan taraf

kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu menyediakan data

sebagai berikut :

a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil

rekaman (jika ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam

bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.

c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola, hubungan

literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai metodologi,

desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar penelitian tercapai, serta

upaya untuk melakukan pemeriksaan dan pelacakan dari suatu kebenaran.

(53)

Dalam upaya mewujudkan kepastian penelitian, maka peneliti mendiskusikan

dengan dosen pembimbing, setiap rencana dan tahap penelitian dan konsep yang

dihasilkan dari lapangan. Dengan demikian diperoleh masukan untuk menambah

kepastian dari hasil penelitian, dan disamping untuk menguji penelitian ini

memenuhi syarat kepastian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi Tempat Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Desa Beji adalah salah satu desa yang berlokasi di daerah pesisir sebelah

barat Kabupaten Tuban yang berjarak kurang lebih 10 km dari Kabupaten

Tuban berdampingan dengan Desa Jenu, Jenggolo dan Sekardadi. Desa Beji

dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Abdul Malik, SE. Desa Beji memiliki

luas wilayah 240 Ha. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Kaliuntu

Sebelah selatan : Desa Jenggolo

Sebelah barat : Desa Suwalan

Sebelah Timur : Desa Jenu

(Sumber : Desa Beji, November 2010).

Pada zaman dahulu di Desa Jengolo terbentuk 3 dusun yang berbentuk

kelurahan. Tiap kelurahan dipimpin seorang lurah. Seiring dengan

(54)

Desa Beji yang terdiri dari 3 dusun, antara lain dusun Meduran, Beji, Mbogang,

kemudian terdapat pemekaran wilayah yang terdapat di perumahan Griya Beji

Permai, yang semua wilayah itu dipimpin oleh Kepala Desa.

Tiap-tiap desun dipimpin oleh kepala dusun yitu kamituwo yang

membawai beberapa RT/RW dan di bantu oleh para kaur dan kasi, serta

lembaga desa yang lain seperti BPD dan LPMD.

4.1.2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Visi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Terwujudnya masyarakat Desa Beji yang sejahtera, dinamis

demokratis menuju Desa yang mandiri unggul dalam pendidikan dan pangan.

A. Misi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

1. Mewujudkan pemerintah Desa yang bersih, amanah dan transparan serta

berorientasi pada optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

3. Meningkatkn kualitas sumberdaya manusia

4. Meningkatkan sumberdaya masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur

dalam pergaulannya.

5. Membangun dan meningkatkan hasil pertanian dan nelayan.

4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Desa Beji Kecamatan Jenu

Tugas pokok dari Desa Beji adalah menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk melaksanakan tugas

(55)

1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis dan Rencana Kerja;

2. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan;

3. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

4. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan;

5. Pemberdayaan masyarakat;

6. Pelayanan masyarakat;

7. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

8. Pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum;

9. Pembinaan lembaga kemasyarakatan;

10.Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

11.Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP);

12.Pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik

yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;

13.Pengelolaan pengaduan masyarakat;

14.Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,

perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;

15.Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;

16.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

(56)

Berdasarkan data administrasi pemerintah desa tahun 2010 . Jumlah

penduduk untuk Desa Beji tersebut adalah terdiri dari 997 KK dengan jumlah

total 3.757 penduduk dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)

Laki-laki 1.821 49.65

Perempuan 1.936 50.35

Jumlah 3.757 100

Sumber : Desa Beji, November 2010

Desa Beji yang sebagian besar penduduknya adalah berjenis kelamin

perempuan yaitu berjumlah 1.936 jiwa. Dalam hal ini pemerataan antara jenis

kelamin di Desa Beji memiliki pertumbuhan yang hampir sama rata. Dengan

kata lain pertumbuhan penduduk yang ada di Desa Beji Kecamatan Jenu

antara jenis kelamin laki – laki dengan perempuan hampir sebanding.

Sedangkan penyebaran penduduk menurut tingkat pendidikan yang

(57)

Tabel 4.2

Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Orang Prosentase (%)

Strata (S1) 102 2,71

Diploma (D3) 82 2,19

SLTA/SMK 821 21,9

SLTP 915 24,4

SD 664 17,7

TK/PG 329 8,8

Drop Out / Berhenti Sekolah 424 11,9

Belum Sekolah 420 11,2

Jumlah 3.757 100

Sumber : Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas penduduk Desa Beji Kecamatan

Jenu Kabupaten Tuban adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP). Hal tersebut karena masyarakat Desa Beji kurang begitu mengetahui

dan menyadari arti pentingnya pendidikan, selain itu banyak dari mereka yang

lebih memilih bekerja dahulu karena tuntutan perekonomian kehidupan

mereka

Penyebaran penduduk Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

(58)

Tabel 4.3

Penyebaran Penduduk Menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Prosentase (%)

TNI-POLRI 9 0,3

Nelayan 695 2,4

Petani 680 21,6

Pedagang 270 9,3

PNS / BUMN / BUMD 86 2,95

Wiraswasta 643 2,2

Buruh 347 1,2

Purnawirawan TNI-POLRI 43 1,5

Pertukangan 97 3,3

Pensiunan PNS/BUMN/BUMD 40 1,4

Jumlah 2.910 100

Sumber : Desa Beji, November 2010

Berdasarkan pada tabel diatas, mayoritas penduduk Desa Beji

Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban pada umumnya bekerja sebagai nelayan. Ini

semua karena di Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban banyak peluang

untuk menjadi nelayan karena tempatnya yang berdektan dengan laut.

Disamping itu di desa beji memiliki tingkat kepadatan penduduk, dengan daerah

(59)

4.1.4 Penduduk Desa Beji Berdasarkan RW/RT Tabel 4.4

Jumlah RW/RT di Desa Beji

o W (Rukun Warga) T(Rukun Tetangga)

I 1-6

II 7-10

mlah 2 10

Sumber: Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas penduduk masyarakat di desa Beji Kecamatan Jenu

Kabupaten Tubanmayoritas masyarakat di Desa Beji tinggal di RW 1 yang

(60)

Tabel 4.5

Masyarakat Miskin di Desa Beji.

No. RW/RT Jumlah Keluarga Miskin Prosentase %

1 1/1 42 11,2

2 1/II 36 9,6

3 1/III 39 10,6

4 I/IV 58 15,4

5 1/V 37 9,7

6 1/VI 35 9,3

7 II/VII 38 10,1

8 II/VIII 47 12,5

9 II/IX 32 8,5

10 II/X 12 3,2

Jumlah 10 143 100

Sumber: Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas jumlah keluarga miskin yang paling banyak

ada di RW I/RT IV dikarenakan masyarakat di RW/RT tersebut tergolong

(61)

Tabel 4.6

Masyarakat Yang Menerima Bantuan PKH di RW/RT pada Desa Beji.

Sumber: kecamatan Jenu, Januari 2011

Berdasarkan tabel diatas jumlah keluarga yang paling banyak

menerima bantuan PKH ada di RW I/RT IV dikarenakan masyarakat di

RW/RT tersebut tergolong masih banyak kepala keluarga yang miskin.

No. RW/RT Jumlah Kepala Keluarga Prosentase %

Gambar

Tabel 1.2 Data Jumlah Anak Usia 0 – 6 Tahun Yang Menerima Bantuan di
Gambar 2 Analisis Interaksi  ............................................................................
Tabel 1.1 Data jumlah penduduk RTSM sekecamatan Jenu
Tabel 1.2 Data jumlah anak usia 0- 6 tahun yang menerima bantuan di Kecamatan Jenu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkat, rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinator dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe telah melaksanakan

Begitupula berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) belum dapat Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh UPPKH Kecamatan hal ini

Begitupula berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) belum dapat Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh UPPKH Kecamatan hal ini

Berdasarkan hasil wawancara dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di desa Batu

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Pendamping Program Keluarga Harapan PKH dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Bukit Bestari Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dalam Implementasi Bantuan Program Keluarga Harapan PKH di Desa Timbangan Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir terkait

6 Keluarga Harapan PKH pada siswa SMP Budi Utomo Karya Mulya Sari Kecamatan Candipuro Kabupaten Lambung Selatan bahwa hasil evaluasi menunjukkan bahwa Program Keluarga Harapan PKH pada