PENGARUH THREAT EMOTION DAN BRAND
TRUST TERHADAP MINAT BELI PRODUK
NOTEBOOK IBM
(Studi di Hi-Tech Mall Surabaya)
SKRIPSI
Oleh:
Dedi Setyawan
0612010202 /FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH THREAT EMOTION DAN BRAND
TRUST TERHADAP MINAT BELI PRODUK
NOTEBOOK ACER
(Studi di Hi-Tech Mall Surabaya)
Yang diajukan
Dedi Setyawan
0612010202 /FE / EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra.Ec.Mei Retno,Msi Tanggal : ………..
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Drs. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Threat Emotion Konsumen Dan Brand Trust Pada Minat Beli Produk Notebook Ibm (Studi Kasus di Hi-Tech Mall Surabaya)
”
.Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
4. Ibu Dra.Ec.Mei Retno,Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
5. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur.
6. Kepada kedua orangtuaku dan Adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori... 11
2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.1.1. Konsep Pemasaran ... 11
2.3 Perilaku Konsumen ... 14
2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 14
2.3.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 16 2.4. Threat Emotion... 23
2.4.1. Pengertian Threat Emotion... 23
2.5. Brand Trust ... 25
2.5.1. Pengertian Brand Trust... 25
2.6. Minat beli ... 27
2.6.1. Pengertian Minat Beli... 27
2.8. Kerangka Konseptual ... 31
2.9. Hipotesis... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1. Pengukuran Variabel ... 33
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 34
3.3 Teknik Pengumpulan data... 34
3.3.1. Jenis data ... 34
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity ... 39
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 39
3.4.9. Evaluasi Model ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 44
4.1.1 Gambaran Perusahaan ... 44
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45
4.2.1. Penyebaran Kuisioner ... 45
4.2.2. Keadaan Responden ... 45
4.2.3. Frekuensi Jawaban Responden... 47
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 51
4.3.2. Uji Reliabilitas... 52
4.3.3. Uji Validitas ... 53
4.3.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54
4.3.5. Uji Normalitas ... 55
4.4. Structural Equation Modelling ... 56
4.4.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 56
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas ... 58
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
4.5.1. Pembahasan Pengaruh Threat Emotion terhadap Minat Beli... 59
4.5.2. Pembahasan Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli .. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 62
5.2. Saran ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Penjualan Notebook Acer 2005-2009... 4
Tabel 3.1. Goodness Of Fit Index ... 40
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46
Tabel 4.2.1.Pernyataan Mengenai threat Emotion... 47
Tabel 4.2.2.Pernyataan Mengenai Kepercayaan... 48
Tabel 4.2.3. Pernyataan Mengenai Brand Intention... 49
Tabel 4.2.3. Pernyataan Mengenai Minat Beli... 50
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier... 51
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas... 52
Tabel 4.5. Uji Validitas ... 53
Tabel 4.6. Perhitungan Construct Reliability Dan Variance Extracted... 54
Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 55
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices :Model One Step Approach ... 57
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices : Modification Model 58 Tabel 4.10. Pengujian hipotesis ... 58
iii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 17
Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Brand trust,
Threat emotion & purchase intention One Step
Approach-Base Model ... 56
Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Brand trust,
Threat emotion & purchase intention :Modification
Model ... 57
iv
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
Lampiran 5 : Hasil Uji Structural Equation Modelling
PENGARUH THREAT EMOTION DAN BRAND
TRUST TERHADAP MINAT BELI PRODUK
NOTEBOOK IBM
(Studi di Hi-Tech Mall Surabaya)
Dedi Setyawan
Abstrak
IBM merupakan salah satu merek notebook yang banyak digunakan oleh konsumen termasuk para pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2008, Ibm memperoleh ICSA (Indonesian Customer Satisjcation Award) yang diselenggarkan oleh majalah SWA dan Frontier sebagai peringkat pertama untuk kategori notebookl laptop. IBM juga menjadi vendor yang mampu menempati penjualan tertinggi selama tiga tahun berturut-turut. Konsumen bebas memilih dan membeli notebook dengan merek yang diinginkannya. Keputusan konsumen menggunakan berbagai macam merek notebook adalah kriteria mereka dalam melakukan pembelian. Kusmayanto,(2008). Penelitian ini dilakukan di Hi-Tech Mall pusatnya perbelanjaan komputer, meskipun beberapa gerai menjual kebutuhan sehari-hari pada umumnya plaza atau toserba lainnya. Berdasarkan Data Pangsa Pasar yang dipublikasikan IDC, sementara di pasar notebook dimana IBM meraih posisi sebagai Vendor Notebook ke-3 terbesar di dunia mencatat pangsa pasar 17 persen. Dari gambaran data diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat penjualan notebook Ibm selalu mengalami peningkatan di tiap tahunnya serta terus beusaha untuk dapat memenuhi target di tahun 2009 sebesar 600.000 unit. Tetapi karena produk notebook ini merupakan produk jangka panjang, maka permasalahan dari fenomena tersebut adalah bagaimana Acer dapat menjadi market leader melampaui kompetitornya. Tujuan penelitian ini Untuk membuktikan pengaruh threat emotion terhadap minat beli produk notebook Ibm di Hi-Tech Mall Surabaya. 2. Untuk membuktikan pengaruh brand trust terhadap minat beli produk notebook Ibm di Hi-Tech Mall Surabaya
Populasi dalam penelitian ini konsumen yang membeli produk notebook di Hi-Tech Mall Surabaya.. Sampel yang diambil adalah sebesar 110 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.
IBM
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : 1).Brand Trust berpengaruh positif terhadap..Faktor Purcahse Intention
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia IT semakin berkembang, yang ditandai semakin bermunculannya
terobosan-terobosan baru dibidang perangkat lunak (software) dan perangkat
keras (hardware). Sebagai contoh, komputer pertama kali ditemukan berukuran
sangat besar, dan hanya untuk keperluan tertentu sehingga tidak tersebar luas
dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, terciptalah PC (personal computer)
yang menjadi angin segar bagi masyarakat dunia pada saat itu. PC mulai hadir
dalam kehidupan masyarakat, dan digunakan dalam kehidupan yang lebih luas
lagi dari sebelumnya, dalam keperluan perkantoran, instansi pendidikan, dan
keperluan lainnya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan teknologi
informasi, masyarakat mulai memerlukan mobilitas dalam pemakaian komputer.
Menanggapi kebutuhan tersebut, komputer mulai didesain dengan ukuran yang
lebih kecil, dan terciptalah komputer jinjing yang kita kenal sebagai notebook atau
laptop.
Saat ini pasar di Indonesia dibanjiri dengan berbagai jenis barang dan jasa
baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang terdiri dari berbagai macam
merek. Hal ini cukup menguntungkan bagi konsumen karena dengan semakin
banyaknya pilihan, maka semakin banyak pula alternatif produk yang dapat
dipilih konsumen. Begitu pula yang terjadi pada pasar barang-barang elektronik
seperti antara lain notebook, atau sering disebut juga dengan laptop.Seiring
dibutuhkan bagi banyak orang terutama mahasiswa, dosen, pekerja kantor ataupun
para eksekutif yang mempunyai mobilitas tinggi. Dengan bentuk yang simpel,
ringan dan mudah di bawa kemana-mana serta mempunyai fungsi yang tidak jauh
berbeda, notebook mulai dianggap sebagai pengganti komputer desktop atau
sering juga disebut dengan PC (personal computer).
Kepraktisan dan kemudahan inilah yang menjadikan permintaan akan
notebook yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
seringnya diadakannya berbagai expo atau pameran khusus yang menawarkan
berbagai tipe dan merek notebook serta berlomba-lombanya berbagai vendor atau
produsen konputer untuk mengeluarkan notebook dengan tipe terbaru, dan IBM
adalah salah satunya.
Lazarus et. al. (1994, dalam Duhachek & Iacobucci, 2005) menawarkan
proses proses penilaian kognitif ketika konsumen dalam tekanan tertentu. Proses
dimulai dengan penilaian kognitif konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau negative. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau sesuai dengan tujuannya, maka yang muncul adalah challenge
emotions yang dicirikan dengan perasaan bersemangat, penuh harapan, dan
percaya diri. Sementara ketika konsumen menilai tekanan tersebut negative maka
yang timbul adalah threat emotions atau perasaan terancam. Perasaan terancam
semacam ini akan menumbuhkan perasaan gelisah, takut dan apprehension.
Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan
bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang
dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997 dalam Ryan, 2002). Menurut
Delgado (2004) kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi
baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yakni brand
reliability dan brand intentions.
IBM merupakan salah satu merek notebook yang banyak digunakan oleh
konsumen termasuk para pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2008, IBM
memperoleh ICSA (Indonesian Customer Satisjcation Award) yang
diselenggarkan oleh majalah SWA dan Frontier sebagai peringkat pertama untuk
kategori notebookl laptop. IBM juga menjadi vendor yang mampu menempati
penjualan tertinggi selama tiga tahun berturut-turut. Konsumen bebas memilih dan
membeli notebook dengan merek yang diinginkannya. Keputusan konsumen
menggunakan berbagai macam merek notebook adalah kriteria mereka dalam
melakukan pembelian. Kusmayanto,(2008).
Faktor psikologis merupakan salah satu kebutuhan, selera dan juga daya
beli yang timbul dari dalam diri konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu dari
segmen yang mempengaruhi keputusan sekian banyak perilaku pembelian
konsumen. Kotler (2001:212) menyebutkan, konsumen memberikan dasar,
wawasan dan pilihan-pilihan seseorang dalam membeli tentang apa yang menjadi
kebutuhannya..
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen. seperti yang dikemukakan, Simamora (2001:85)
kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Sedangkan proses
pengambilan keputusan pembelian memiliki 5 tahapan sebagaimana dikemukakan
oleh Kotler, (2001: 222) yaitu: tahap pengenaian kebutuhan, tahap pencarian
informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap keputusan pembelian dan tahap perilaku
pasca pembelian
Penelitian ini dilakukan di Hi-Tech Mall pusatnya perbelanjaan komputer,
meskipun beberapa gerai menjual kebutuhan sehari-hari pada umumnya plaza atau
toserba lainnya. Berbagai merek komputer berikut spare partnya tersedia
diantaranya : HP, IBM, LG, Acer, Axioo, Toshiba dll. Bahkan software berbagai
program juga dijual disini, umumnya toko (gerai) komputer dipusatkan di lantai II
dan III. Hi-Tech Mall terletak di Jl. Kusuma Bangsa 116 – 118 Surabaya yang
dikelola oleh PT. SASANA BOGA Surabaya bekerja sama dengan Pemerintah
Kota Surabaya. Obyek penelitian ini dilakukan di Hi-Tech Mall pusatnya
perbelanjaan komputer Surabaya khususnya mengenai bagaimana threat emotion
konsumen dan kepercayaan merek terhadap keputusannya membeli suatu produk
IT, sebab notebook IBM adalah piranti teknologi yang cukup maju dan canggih
memiliki desain yang modern harganya pun juga mudah terjangkau oleh
konsumennya.
IBM merupakan produsen komputer terbesar ketiga di dunia di balik HP
dan di depan Dell. Perusahaan ini juga memiliki waralaba terbesar jaringan ritel
komputer di Taipei, Taiwan, tetapi IBM menempati posisi puncak atau pertama di
Indonesia. Namun akhir-akhir ini IBM sendiri bahkan mengalami komplain baik
beberapa seri notebook IBMnya dari pasar, terkait keluhan dari para pelanggan
yang merasa notebook miliknya mengalami overheat (panas berlebihan). Sudah
menjadi perhatian kami kalau beberapa notebook IBM tertentu mengalami
masalah overheat. Oleh karena itu, secara sukarela kami akan menarik
produk-produk Acer demi keamanan bersama," tulis pernyataan IBM, yang dikutip dari
situs resminya, Okezone.com. Senin (12/10/2009).
Total penjualan notebook IBM mencapai 116.085 unit pada kuartal
pertama 2009 atau mencatat pertumbuhan 30,5% dari periode yang sama tahun
lalu. Menurut data yang dikeluarkan Lembaga Riset Gartner Inc., pada kuartal 1
tahun 2009, pangsa pasar IBM di Indonesia melesat hingga 43,2% dengan total
penjualan 134.386 unit, saat ini penjualan ditargetkan mencapai 600.000 unit
hingga akhir tahun, dengan pertumbuhan Year on Year mencapai 23,6% dari
periode yang sama pada tahun 2008. Sementara tahun 2008 lalu tercatat total
penjualan IBM mencapai 491.657 unit atau meningkat 20,1% dari tahun 2007 atau
sekitar 489.204 unit. Dikutip dari situs resminya, http://www.beritabaru.com.
Minggu (14/06/09).
IBM Group Indonesia juga kembali mempertahankan posisi sebagai
vendor PC No. 4 di Indonesia yang berarti mencakup notebook, desktop dan
server. Posisi ini telah diraih IBM Group Indonesia sejak tahun 2007, sedangkan
khusus untuk kategori produk notebook, tahun ini merupakan tahun keempat bagi
brand IBM sendiri menguasai pangsa pasar di Indonesia. “Melihat perkembangan
yang positif pasar IBM Group Indonesia, IBM bertekad mempertahankan posisi
multi-brand, IBM memberi lebih banyak pilihan kepada pengguna dalam memilih
merek dan produk yang sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan masing-masing,”
kata Helmy Anam, Head of Marketing Communications Department, IBM Group
Indonesia.
Berdasarkan Data Pangsa Pasar yang dipublikasikan IDC, sementara di
pasar notebook dimana IBM meraih posisi sebagai Vendor Notebook ke-4
terbesar di dunia mencatat pangsa pasar 17 persen. Dari gambaran data diatas,
dapat disimpulkan bahwa tingkat penjualan notebook IBM selalu mengalami
peningkatan di tiap tahunnya serta terus beusaha untuk dapat memenuhi target di
tahun 2009 sebesar 600.000 unit. Tetapi karena produk notebook ini merupakan
produk jangka panjang, maka permasalahan dari fenomena penelitian ini adalah
bagaimana IBM dapat memberikan brand trust dan ketertarikan bagi
konsumennya untuk membeli. Berikut data-data yang mendukung:.
Tabel 1. Data Brand Index Produk Notebook Tahun 2007-2009
Produk 2008 2009 2010
BV TBI(%) BV TBI(%) BV TBI(%)
Toshiba 239.6 45.6 62.8 14.2 44.3 33.8
Acer 57.9 33.8 42.1 21.4 36.8 20.4
Hp 39.8 21.4 42.5 12.8 28.6 9.6
IBM lenovo 82.2 11.8 43.6 5.6 26 5.7
DELL 11.8 10.9 12.9 2.2 25.4 4.5
Sumber :
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari peringkat notebook di
pasaran notebook Toshiba pada tahun 2010 sebesar 33,8% kemudian disusul oleh
Acer sebesar 20,4%, sedang diperingkat ketiga Hp sebesar 9,6%, kemudian IBM
sebesar 5,7% dan di tempat terakhir adalah dell sebanyak 4,5%, bervariasinya
dipromosikan oleh berbagai merek notebook, membuat nilai TBI notebook
mengalami fluktuatif, tergantung dari fasilitas atau keunggulan yang berupa
kualitas, resiko dan merek yang dipromosikan. Penurunan notebook IBM tersebut
dialami pula, oleh karena itu di dalam membeli notebook, terdapat pertimbangan
konsumen yaitu kualitas, resiko dan merek.
Konsumen atau pelanggan biasanya mempunyai kebiasaan untuk berbagi
informasi dengan teman-teman mereka tentang produk-produk yang menurut
persepsi mereka mempunyai nilai yang tinggi, data diatas menunjukkan bahwa
produk yang dibeli tidak memenuhi harapan pelanggannya, sehingga sering terjadi
referensi negatif yang muncul, hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan sebab
konsumen lebih berminat untuk menceritakan pengalaman negatif dari pada
pengalaman positif mereka. Psikologi konsumen seperti persepsi terhadap kualitas
produk, persepsi pada kualitas layanan, persepsi pada harga terbukti
mempengaruhi keputusan pembelian hingga kesetiaan konsumen (Bei & Chiao,
2001). Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan
bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang
telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi
dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997 dalam Ryan, 2002).
Oleh karena itu dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Threat Emotion Konsumen Dan Brand
8
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah threat emotion berpengaruh terhadap minat beli produk notebook
IBM di Hi-Tech Mall Surabaya?
2. Apakah brand trust berpengaruh terhadap minat beli produk notebook IBM di
Hi-Tech Mall Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan pengaruh threat emotion terhadap minat beli produk
notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya.
2. Untuk membuktikan pengaruh brand trust terhadap minat beli produk
notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak lain yang membutuhkan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan
informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga bisa membantu mengatasi
masalah yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah
dilakukan oleh, Setyowati,Rini, (2008) dengan judul penelitian ”Pengaruh Threat
Emotion Dan Atrribut Produk Terhadap Minat Beli Mobil Toyota”. Rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah )Apakah threat emotion
berpengaruh terhadap minat beli Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza ?
2.)apakah atribut produk berpengaruh terhadap minat beli Konsumen Pemilik
Mobil Toyota Avanza. Teknik analisis yang digunakan adalah structural equation
modelling.
Hasil penelitian ini sebagian besar konsumen dari sisi emosional
menyatakan telah melakukan langkah yang tepat dan membuat pilihan yang tepat
dalam membeli mobil Toyota Avanza, dari analisa wisdom of purchase konsumen
merasa membutuhkan, dan melakukan keputusan yang tepat dalam memberikan
minat beli mobil merek Toyota Avanza Dari analisa Concern Over the Deal
diperoleh hasil bahwa konsumen setelah membeli Toyota Avanza, tidak merasa
telah melakukan suatu ketololan Tenaga Penjual tidak membuat mereka bingung,
Merasa nyaman dengan persetujuan yang telah di buat. Dari analisa diatas dapat
dilihat bahwa secara keseluruhan threat emotion konsumen berpengaruh terhadap
minat beli mobil Avanza rendah sedangkan atrribut produk tidak berpengaruh
Penelitian selanjutnya dilakukan Rafig,Muhhammad,(2008).”Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan Kepercayaan terhadap intenttion to buy (minat
beli pada produk superbrand (Studi pada produk Indosat di Kabupaten Sleman)”
.Rumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini apakah terdapat hubungan
yang signifikan antara brand reputation, brand predictability, brand competence,
brand liking, dan brand satisfaction terhadap pembentukan kepercayaan konsumen
pada merek Indosat. Serta hubungan yang signifikan antara brand trust terhadap
intention to stay konsumen pada merek Indosat. teknik analisis dalam penelitian
ini menggunaka structural equation modelling.
Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa 1)reputasi merek Indosat tidak
terbukti berpengaruh langsung dan mempunyai hubungan yang positif
(meningkatkan) terhadap kepercayaan pada merek tersebut (p > 0,05).2. Bahwa
merek yang dapat diprediksikan tidak terbukti berpengaruh langsung dan
mempunyai hubungan yang positif dengan kepercayaan pada merek Indosat (p >
0,05).3.Bahwa merek yang memiliki kompetensi bagus terbukti berpengaruh
langsung dan mempunyai hubungan yang positif dengan kepercayaan pada merek
Indosat (p< 0,01). 4. Bahwa kesukaan konsumen pada suatu merek terbukti
berpengaruh langsung dan mempunyai hubungan yang positif dengan
kepercayaan pada merek Indosat (p< 0,01). 5. Bahwa kepuasan konsumen pada
sebuah merek terbukti berpengaruh langsung dan mempunyai hubungan yang
positif dengan kepercayaan pada merek Indosat (p< 0,01). 6. Bahwa kepercayaan
pada merek Indosat terbukti berpengaruh langsung dan mempunyai hubungan
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ferrinadewi,(2008), dengan Judul
Penelitian ” Pengaruh threat emotion konsumen dan brand Trust pada keputusan
pembelian produk susu anlene Di surabaya”. Permasalahan yang di ajukan adalah
1.apakah threat emotion brpengaruh terhadap keputusan pembelian.2) apakah
brand trust berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini berhsail membuktikan
bahwa memang terdapat pengaruh yang signifikan variabel threat emotions dan
brand trust baik secara parsial maupun secara simultan terhadap keputusan
pembelian produk susu Anlene. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan
bahwa produk kesehatan memiliki keunikan tersendiri. Konsumen lebih terdorong
untuk membeli produk kesehatan ketika konsumen merasakan adanya ancaman
atas penyakit tertentu. Besarnya efek threat emotions terhadap keputusan
pembelian konsumen pada susu Anlene bahkan lebih besar daripada efek brand
trust.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan
hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan
konsumen.
2.2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci
untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran. Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan
memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau
berorientasi kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha
dan Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep pemasaran berpendapat
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara
lebih efisien dan lebih efektif dibanding para pesaing.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan
menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya
memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih
banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai
penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang
benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :
Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi.
Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
Menentukan produk dan program permasalahannya.
Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai
dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.
Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik
beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang
menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh
dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat
tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan
pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan
kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam
pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang
menjadi keputusan.
2.3. Perilaku Konsumen
2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai
perilaku konsumen.Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menyatakan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
Loudon dan Bitta (1993). Menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi
proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara secara fisik pada saat
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa.
a. Sebagai proses pengambilan keputusan
b. Kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang
dan jasa.
Perilaku konsumen disebutkan sebagai interaksi yang dinamis antara
kesadaran atau pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan dimana manusia
melakukan aspek dengan mana pertukaran tentang kehidupan mereka.
Dari definisi diatas terdapat tiga hal penting yaitu :
1. Perilaku konsumen bersifat dinamis.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan kesadaran
perilaku serta peristiwa lingkungan
3. Perilaku melibatkan pertukaran
Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko
(1987: 9) adalah kegiatan – kegiatan individu secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan
tersebut. Dari definisi tersebut terdapat dua elemen terpenting yaitu ;
a. Proses pengambilan keputusan
b. Kegiatan fisik.
Kedua elemen ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan
menggunakan barang atau jasa ekonomi
Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang
proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan
jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian kegiatan
pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses untuk mendapatkan
barang dan jasa. Bagi pemasar memahami proses pembelian sangat penting.
Karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada
tindakan manusia untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
2.3.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Faktor yang mempengaruhi konsumen anatara lain adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh lingkungan
2. Perbedaan dan pengaruh individu
3. Proses psikologis (Engel,J.F,Blackwell,R.D,Miniard,P.W, 1994)
Dalam tujuan pemasaran pihak pemasar berusaha keras untuk memenuhi
dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal sesuai dengan
keinginan dan harapan konsumennya, Yaitu memperoleh kepuasan sehingga
perusahaan harus mampu mengembangkan bauran pemasaran untuk
mempengaruhi konsumen agar mau mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian atas produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Amstrong dan Kotler (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen meliputi budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Rangkaian dan
Gambar 2.1. : Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen.
Sumber : Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit : Intermedia Jakarta.
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting
dalam perilaku pembelian
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang
dibesarkan di amerika serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan
keberhasilan, aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan
materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan
berjiwa muda,
b. Sub-Budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk
segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan progam
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c. Kelas Sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social. Stratifikasi
tersebut kadang-kadang berbentuk sistim kasta yang berbeda dibesarkan
dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta
mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.
a. Kelompok Acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseoarang dinamakan kelompokkeanggotaan.
Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti
keluarga, teman, tetangga,dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan
seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi
kelompok anggota sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional,
dan asosiasi perdagangan, yang cendrung lebih formal dan membutuhkan
Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurang
oleh tiga jalur. Kelompok acuan manghadapkan seseorang pada perilaku
dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga memepengarui perilaku dan
konsep pribadi seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan
untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengarui pilihan
produk dan merek aktual seseorang.
Orang juga dipengarui oleh kelompok diluar kelompok mereka. Kelompok
yang ingin dimasuki seseorang dinamakan kelompok aprirasional.
Kelompok dissosiatif adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak
oleh seseorang.
b. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas.
Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh .Kita dapat membedakan antar dua keluarga dalam kehidupan
pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung
seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama,
politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Bahkan jika
pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya,
pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Di
negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang
yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah
keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak-anak seseorang.
c. Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya
keluarga, club, organisasi. Kedudukan orang itu masing-masing kelompok
dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan
yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran
menghasilakan status. Orang-orang memilih produk yang dapat
mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar
menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengarui oleh karakteristik pribadi, Karakteristik
tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.
a. Usia Dan Tahap siklus Hidup
Orang yang memebeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.
Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya,banyak
ragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta
diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot,
pakaian, dan rekreasi juga juga berhubungan dengan usia.
Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Beberapa karya
terbaru telah mengidentifakasikan tahap siklus hidup psikologis. Orang
menduda/menjanda, kawin lagi dan dampak situasi itu terhadap perilaku
konsumsi.
b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengarui pola konsumsinya. Pilihan produk
sangat dipengarui oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan yang
dapat di belanjakan (level, kesetabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva
(termasuk presentase aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk
meminjam, dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecendrungan
penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga. Jika indikator
ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah
untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menempatkan
kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan
nilai ke pelanggan sasaran.
c. Gaya Hidup
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerja yang
sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.Gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang
berinteraksi dengan lingkunganya.
d. Kepribadian dan Konsep Diri
Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang
mempengarui perilaku pembelianya. Yang dimaksud kepribadian adalah
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkunganya.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengarui oleh empat faktor psikologis utama
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.
a. Motivasi
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan
biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat
Psikogenis, kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan dan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok.
Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga ia mencapai
tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup
mendorong seseorang untuk bertindak.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertidak. Bagaimana seseorang
yang termotivasi bertindak akan dipengarui oleh perspsinya terhadap
situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang
individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan-masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada
rangsangan yang behubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan
c. Keyakinan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya kemudian mempengarui perilaku pembelian mereka.
Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan. Pendapat, atau
kepercayaan.
2.4. Threat Emotion
2.4.1. Pengertian Threat Emotion
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pengelolaan adalah suatu
proses, cara, dan perbuatan untuk mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus
dan mengatur. Sedangkan emosi dalam Oxford English Dictionary didefinisikan
sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu, atau setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Goleman 1997) mengemukakan
emosi sebagai dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang ada. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang
berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi.
Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam beberapa golongan
besar (Goleman, 1997). Golongan-golongan emosi tersebut adalah amarah,
kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, dan malu. Yang tergolong
dalam kelompok emosi marah adalah beringas, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan
(dalam Goleman 1997) amarah merupakan emosi negatif yang paling sulit
dikendalikan. Amarahlah yang paling menggoda diantara emosi- emosi negatif
yang lain. Berbeda dengan kesedihan, amarah menimbulkan semangat, bahkan
menggairahkan. Menurut Goleman (1997) pengelolaan emosi adalah kemampuan
untuk mengatur perasaan, menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan,
emurungan, atau ketersinggungan, dengan tujuan untuk keseimbangan emosi
(keseimbangan antara perasaan dan lingkungan).
Alder (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu
tindakan yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau mengelola keadaan.
Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap tenang, menghilangkan
kegelisahan, kesedihan atau sesuatu yang menjengkelkan. Orang dengan
pengelolaan emosi yang baik akan mampu mengenali perasaannya dan mengatur
penyaluran perasaan tersebut. Pengelolaan emosi menurut teori yang
dikembangkan oleh Freud (dalam Shapiro, 1999) adalah pengelolaan terhadap
dorongan-dorongan id. Pengelolaan dorongan-dorongan ini dilakukan melalui
pengembangan ego sebagai penengah antara id dan super ego. Ego akan berperan
sebagi manajer emosi dengan cara “membisikkan” alasan-alasan dan suatu gaya
adaptif yang memungkinkan seseorang mendapatkan apa yang diinginkannya
dengan cara yang bisa diterima oleh orang lain, yang tidak akan merugikan, baik
dunia luar maupun aturan-aturan dan sanksi-sanksi yang ada dalam dunianya
sendiri.
Lazarus et. al. (1994, dalam Duhachek & Iacobucci, 2005) menawarkan
dimulai dengan penilaian kognitif konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau negative. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau sesuai dengan tujuannya, maka yang muncul adalah challenge
emotions yang dicirikan dengan perasaan bersemangat, penuh harapan, dan
percaya diri. Sementara ketika konsumen menilai tekanan tersebut negative maka
yang timbul adalah threat emotions atau perasaan terancam. Perasaan terancam
semacam ini akan menumbuhkan perasaan amarah, takut, gelisah dan apresiasi.
dalam Ferrinadewei, (2008).
2.5. Brand Trust
2.5.1. Pengertian Brand Trust
Kepercayaan adalah sejumlah spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak
yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan
motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang
mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk
melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan konsistensi perilaku pihak yang
dipercaya (Luarndan Lin dalam Ferrinadewi,2008).
Dalam riset Costabile Ferrinadewi,(2008) kepercayaan atau trust
disefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen
didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk.
Kepercayaan merek merupakan variabel psikologis yang mencerminkan sejumlah
akumulasi awal yang melibatkan kredibilitas, integritas dan benevolence yang
dilekatkan pada merek tertentu. Kepercayaan konsumen adalah semua
konsumen tentang objek,atribut dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk,
orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana saeseorang memiliki kepercayaan
dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak
dimiliki oleh objek. Atribut instrisik adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan sifat actual produk sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang
diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama, merek, kemasan produk.
Manfaat adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen. (Mowen,
2002: 312)
Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu
kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk
mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau mendapat simpati dari
kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan dengan suatu
merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut.
Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan
bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang
telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi
dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997 dalam Ryan, 2002).
Kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik
merek, berikut adalah dimensi dan indikator dari brand trust. Delgado (2004)
a. Brand reliability merupakan kehandalan merek yang bersumber pada
keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang
dijanjikan .
- Keyakinan terhadap produk
b. Brand intentions merupakan keyakinan konsumen bahwa merek tersebut
mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam
konsumsi produk muncul secara tidak terduga.
- Mengutamakan kepentingan bersama
- Manfaat yang diberikan
2.6. Minat Beli
2.6.1. Pengertian Minat Beli
Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan
sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih
menyukai produk dengan merek tertentu.
Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri
dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka,
cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Aiken (1983) pada umumnya minat beli sebagai salah satu aspek
tingkah laku afektif memiliki ciri-ciri antara lain bersosialisasi dengan aktivitas,
bersifat tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas dan kecenderungannya
untuk menerima atau menolak untuk melakukan suatu aktivitas.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,
konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian. Pengertian minat beli menurut Howard (1994)
(Durianto dan Liana, 2004: 44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta
berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat
dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen
yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Hal ini sangat diperlukan oleh para pemesar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang
akan datang.
Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)
(Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Rossiter dan Percy (1998:
126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk
melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil
tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa)
merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan
untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari
(2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan
terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika
motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang
tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran
atau tidak.
Adapun indikator dari minat membeli adalah sebagai berikut: Priyati,
(2002: 65-84).
1. Intensitas pencarian informasi
2. Keinginan segera membeli
3. Keinginan preferensial
2.7. Pengaruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli
Ketidaksenangan atau ketidaksesuaian muncul ketika seseorang konsumen
memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu
sikap. Contohnya: ketika konsumen telah membuat suatu komitmen memberi
uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang
mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer. Mereka sering mulai merasa
threat emotion ketika mereka berpikir tentang keunikannya, kualitas positif dari
merek yang tidak dipilih. Threat Emotion yang timbul setelah terjadinya
pembelian disebut Postpurchase Dissonance. Dimana pada postpurchase
dissonance, konsumen memiliki perasaan yang tidak nyaman mengenai
merubah sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka (Schiffman dan
Kanuk, 1997:219-220).
Minat beli ini ditentukan juga tentang bagaimana konsumen menghadapai
suatu pilihan tertentu, sebab ketika mereka sudah memutuskan untuk membembeli
mereka kahawatir, adanya perasaan takut jikalau apa yang mereka beli tidak
sesuai dengan harapan yang mereka inginkan, threat emotion inilah yang menjadi
persoalan yang membingungkan. Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh
adanya motivasi. Salah satu bentuk motivasi diantaranya adalah threat emotion.
Threat emotion yang muncul akibat adanya kemungkinan minat beli. Menurut
Lazarus, untuk mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan
sesuatu baik yang sifatnya problem focused maupun emotional focused.
2.7.1. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli
Menurut Boon & Holmes (1999) seperti dikutip oleh Lau & Lee (1999)
menyatakan bahwa jika individu mempercayai pihak lain, maka kemungkinan
terbentuknya positive behavioral intetion terhadap pihak lain tersebut akan
semakin besar. Dengan demikian ketika konsumen mempercayai suatu merek
tertentu kemungkinan akan membentuk positive buying intention yang semakin
besar. Intention (niat) merupakan salah satu komponen dari sikap yang berada
dalam tahap konatif. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan
konatif. Kognitif berkaitan dengan proses pembelajaran konsumen, kemudian
afektif berkaitan dengan sikap itu sendiri, dan konatif berkaitan dengan perilaku.
31
tujuan tertentu, atau lebih dekat lagi konsumen mempunyai intetion to buy
(Assael, 1998).
Struktur kognitif sama dengan struktur keyakinan, yang berarti bahwa
informasi merek yang dipegang oleh konsumen harus menunjukkan merek yang
dianggap superior dalam persaingan. Struktur afektif berarti tingkat kesukaan
konsumen harus lebih tinggi dari pada merek pesaing, sehingga terdapat
preferensi afektif yang jelas pada merek. Struktur konatif atau struktur niat
konsumen mempunyai niat untuk membeli..
2.8. Kerangka Konseptual
2.9. Hipotesis
Threat Emotion
(X1)
Minat Beli (Y)
Brand Trust (X2)
1. Bahwa threat emotion berpengaruh positif terhadap minat beli produk
notebook Acer di Hi-Tech Mall Surabaya.
2. Bahwa brand trust berpengaruh positif terhadap minat beli produk notebook
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Threat Emotion (X1) merupakan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, dan nafsu, atau setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.
Goleman, (1997). indikatornya adalah sebagai berikut:
- Amarah (X11)
- rasa takut (X12)
- gelisah (X13)
- Apresiasi (X14)
2. Brand Trust (X2) adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek.
Delgado (2004).
Adapun dimensi dan indikatornya adalah sebagai berikut Delgado (2004).
a. Brand reliability (X21) kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan
- Nilai yang dijanjikan (X211)
- Keyakinan Terhadap Produk (X212)
b. Brand intentions (X22) keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi
- Mengutamakan kepentingan bersama (X221)
- Manfaat yang diberikan (X222)
3. Minat beli (Y) adalah Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan
pembelian (Assael, 2001). Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
Priyati, (2002: 65-84).
1. Intensitas pencarian informasi (Y1)
2. Keinginan segera membeli (Y2)
3. Keinginan preferensial (Y3)
3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential
scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian
ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung
ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai
berikut:
1 7
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli produk
notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya.
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan
sampel berdasarkan criteria dan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti,
dengan kriteria antara lain : konsumen yang akan membeli dan menggunakan
produk notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya.
Menurut Ferdinand (2002: 48).
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200
sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 11 indikator (11X10 =110) maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah minimal sebesar 110 responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
Hi-b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan.
Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang
perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung pelanggan yang membeli produk notebook IBM di Hi-Tech Mall
Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -
bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen produk notebook IBM di Hi-Tech Mall
Surabaya.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation
Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang memungkinkan pengujian
sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model pengukuran threat emotion
dan brand trust terhadap minat beli menggunakan confirmatory factor analyses.
Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor
variabel minat beli dilakukan sebagai Berikut : Persamaan Dimensi variabel
keputusan membeli
Y1 = 1 Minat beli + er_1
Y2 = 2 Minat beli + er_2
Y3 = 2 Minat beli + er_3
Maka model pengukuran dengan contoh variabel minat beli akan nampak
sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Contoh Model PengukuranMinat Beli
Keterangan :
Y1 = pertanyaan tentang intensitas pencarian informasi
Y2 = pertanyaan tentang keinginan segera membeli
Y3 = pertanyaan tentang keinginan preferensial
er_j = error term Xij
Minat Beli
(Y)
(Y1)
(Y2)
Er 1
Er 2
3.4.2. Outliers
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui
munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik
80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban
responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah
nilai ekstrim.
Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti
mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.
Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai
ekstrim itu.
Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau
sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X ) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X adalah
multivariate outlier.
2
2
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
pembentukan indikator.
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang
umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70
3.4.6. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan
melalui rumus berikut ini :
Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi
data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat
signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari
2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada
tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis
sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat
signifikasi 0.05 (5%) Sumber Augusty (2002 : 95 )
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Augusty (2002 : 108). 3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].
0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model. 0,95 Sumber : Hair et.al., [1998]
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil
maupun yang terlalu besar.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
43
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan