• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. GARDA WAHANA PERKASA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. GARDA WAHANA PERKASA SURABAYA."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Diajukan Oleh :

RIZKY BUDI HERMAWAN

0812010111 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Diajukan Oleh :

RIZKY BUDI HERMAWAN

0812010111 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

PT. GARDA WAHANA PERKASA SURABAYA

Oleh :

RIZKY BUDI HERMAWAN 0812010111 /FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 19 Oktober 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Sumarto, MS Drs. Ec. H. RA. Suwaedi, MS

Sekretaris

Drs. Ec. Bowo Santoso, MM

Anggota

Sugeng Purwanto, SE, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Ter hadap Kinerja

Karyawan Bagian Produksi Pada PT. Garda Wahana Per kasa Surabaya”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khusunya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Bapak Dr. Sumarto, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

(5)

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman - temanku seperjuangan yang sudah lulus dan turut membantu serta

menyediakan waktu dan tempat demi terselesainya skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan – masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Oktober 2012

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Kepemimpinan ... 16

2.2.1.1. Pengertian Kepemimpinan... 16

2.2.1.2. Gaya Kepemimpinan ... 17

(7)

2.2.2.2. Aspek-aspek Kepuasan kerja ... 25

2.2.2.3.Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja ... 26

2.2.2.4. Indikator Kepuasan Kerja ... 28

2.2.3. Kinerja ... 28

2.2.3.1. Pengertian Kinerja ... 28

2.2.3.2. Penilaian Kinerja ... 29

2.2.3.3. Tujuan Evaluasi Kinerja ... 30

2.2.3.4. Siapa Yang Melakukan Evaluasi Kinerja ... 31

2.2.3.5. Metode Evaluasi Kinerja ... 32

2.2.3.6. Indikator Kinerja ... 35

2.2.4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan ... 35

2.2.5. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan 37 2.3 Kerangka Konseptual ... 41

2.4. Hipotesis... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 43

(8)

3.3 Teknik Pengumpulan data ... 46

3.3.1. Jenis data ... 46

3.3.2. Sumber Data ... 47

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... 47

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

3.4.1. Uji Validitas ... 48

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 48

3.5 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 49

3.5.1. Teknik Analisis ... 49

3.5.1.1. Cara Kerja PLS ... 51

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS ... 51

3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS ... 52

3.5.1.4. Asumsi PLS ... 66

3.5.1.5. Sample Size... 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Hasil Penelitian ... 67

4.1.1. Sejarah PT. Garda wahana Perkasa ... 67

4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan ... 68

(9)

4.3.1.1. Deskripsi Variabel Gaya Kepemimpinan ... 70

4.3.1.2. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ... 72

4.3.1.3. Deskripsi Variabel Kinerja Karyawan ... 73

4.3.2. Analisis Data ... 74

4.3.2.1. Evaluasi Outlier ... 74

4.3.3. Intrepetasi Hasil PLS... 76

4.3.3.1. Pengujian Outter Model ... 76

4.3.3.2. Analisis Model PLS ... 79

4.3.3.3. Evaluasi Pengujian Inner Model ... 80

4.4. Pembahasan ... 82

4.4.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan... 82

4.4.2. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan 83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 1.1. Data Absensi Karyawan Tahun 2009-2011 ... 4

Tabel 1.2. Data Jumlah Produksi Tahun 2009-2011 ... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 4.3. Frekuensi Jawaban Responden Untuk Gaya Kepemimpinan ... 71

Tabel 4.4. Frekuensi Jawaban Responden Untuk Kepuasan Kerja ... 72

Tabel 4.5. Frekuensi Jawaban Responden Untuk Kinerja Karyawan ... 73

Tabel 4.6. Outlier Data ... 75

Tabel 4.7. Outer loading ... 76

Tabel 4.8. AVE ... 78

Tabel 4.9. Reliabilitas Data ... 79

Tabel 4.10. R-Square... 80

(11)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 41

Gambar 3.1. Langkah-langkah analisis PLS ... 53

Gambar 3.2. Contoh Diagram PLS ... 55

(12)

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

(13)

Rizky Budi Hermawan

ABSTRAKSI

Gaya kepemimpinan yang ideal adalah gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipatif dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyenangkan atau positif yang merupakan hasil dari penilaian atas pekerjaan atau pengalaman seseorang. PT. Garda Wahana Perkasa Surabaya adalah perusahaan pupuk organik cair yang berlokasi di Surabaya. Pupuk yang diproduksi perusahaan ini adalah pupuk organik cair M8. PT. Garda Wahana Perkasa mengalami permasalahan banyaknya karyawan bagian produksi yang tidak hadir saat jam kerja.

Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi pada PT. Garda Wahana Perkasa. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah PLS (Partial Least Square).

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan Gaya kepemimpinan terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan koefisien path sebesar 0,288 dapat diterima dengan nilai T-Statistic = 2,457 > Z pada α = 0,05 (5%) = 1,96. Hal ini menunjukkan gaya kepemimpinan pada perusahaan berdampak pada naiknya kinerja karyawan. Kepuasan kerja terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan koefisien path sebesar 0,420, dapat diterima dengan nilai T-Statistic = 3,422 > Z pada α = 0,05 (5%) = 1,96. Hal ini menunjukkan kepuasan kerja pada perusahaan berdampak pada naiknya kinerja karyawan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, Sumber Daya Manusia banyak dibutuhkan dalam

perusahaan. Karena SDM merupakan kunci sukses dalam pembangunan.

Dalam pembangunan, perusahaan memerlukan input yang terdiri dari

material, informasi, energi yang semuanya diproses melalui mesin dan

peralatan sehingga menghasilkan output berupa barang maupun jasa, dalam

hal ini manusialah yang mengoperasikan itu semua sehingga proses

produksi dapat berjalan dengan lancar.

Peran SDM memang sangat penting dalam perusahaan, Jadi

kebutuhan SDM harus selalu diperhatikan agar kinerja mereka dapat

meningkat. Bagaimanapun kepentingan Sumber Daya Manusia terhadap

organisasi tidak dapat diabaikan, mutlak diperlukan karena manusialah yang

berperan mengelola sumber daya yang ada di dalam organisasi sebagaimana

dalam konsep Matsushita Electric yang menyatakan membuat orang dulu,

baru membuat barang.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu

organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja pegawainya. Setiap organisasi

maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja

bawahannya, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan

tercapai. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius.

Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan

tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang lemah.

Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja: 1) Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2)

Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja 3) Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Sedangkan dalam

penelitian akan membahas tentang pengaruh gaya kepemimpinan dan

kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.

Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik

untuk dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan

fenomena yang sedikit dipahami. Fenomena gaya kepemimpinan di

Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam

kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, gaya kepemimpinan

berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidup

organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah

organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi,

visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam

mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada

organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan (Porter, 1996:

(16)

House dalam Guritno (2005) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan memiliki dampak yang signifikan terhadap sikap bawahan,

perilaku dan kinerja bawahan. Efektivitas seorang pimpinan akan sangat

dipengaruhi oleh karakteristik bawahannya. Green Berg dan Baron (2000)

dalam Sunarsih (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu

unsur kunci dalam keefektifan organisasi.

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan

oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku

orang lain. Menurut Handoko (2000) gaya kepemimpinan yang ideal adalah

gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan dengan

menggunakan teknik-teknik manajemen partisipatif dan memusatkan

perhatian baik terhadap karyawan dan tugas.

Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyenangkan atau

positif yang merupakan hasil dari penilaian atas pekerjaan atau pengalaman

seseorang (Locke dan Luthans, 2001). Dengan demikian kepuasan kerja

merupakan suatu hasil dari persepsi karyawan baik yang menyenangkan

maupun tidak yang dirasakan oleh karyawan dalam memandang

pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan penilaian pekerja tentang

seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.

PT. Garda Wahana Perkasa Surabaya adalah produsen pupuk

organik cair yang berlokasi di Surabaya. Pupuk yang diproduksi perusahaan

ini adalah pupuk organik cair M8. Berdasarkan observasi sementara melalui

(17)

banyaknya karyawan bagian produksi yang tidak hadir pada jam kerja yang

sangat mengganggu pencapaian tujuan perusahaan. Berikut adalah data

ketidakhadiran karyawan dari tahun 2009 sampai tahun 2011:

Tabel 1.1 Data Absensi Karyawan bagian Produksi Tahun 2009 – 2011

Tahun

Berdasarkan data di atas, tingkat absensi karyawan pada PT. Garda

Wahana Perkasa selama kurun waktu 3 tahun mengalami peningkatan, dapat

dilihat dari tabel pada tahun 2009 karyawan yang tidak hadir pada jam kerja

sebanyak 104 hari, tahun 2010 karyawan yang tidak hadir pada jam kerja

sebanyak 110 hari, dan pada tahun 2011 karyawan yang tidak hadir pada

jam kerja mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu sebanyak 138

hari. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kepuasan kerja

karyawan yang rendah serta bagaimana cara seorang pemimpin dalam

mempengaruhi bawahannya, sehingga akan berdampak pada kinerja

karyawan. Tingkat absensi yang tinggi tersebut nantinya akan berimbas

pada kinerja karyawan, karena karyawan yang tidak hadir pada jam kerja

akan menghambat proses kerja organisasi dalam pencapaian tujuan

(18)

Hal ini didukung jumlah produksi yang semakin menurun dari tahun

209-2011. Dapat dilihat pada tabel 1.2 :

Tabel 1.2. J umlah Pr oduksi Tahun 2009 - 2011

TAHUN TARGET PRODUKSI

Sumber : PT. Garda Wahana Perkasa

Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah produksi mengalami

penurunan dan tidak dapat memenuhi target yang telah ditentukan. Hal ini

mengindikasikan kepuasan kerja seperti tingkat absensi yang semakin

meningkat dan gaya kepemimpinan seperti kurangnya hubungan antara

pemimpin dan bawahan sehingga produksi mengalami penurunan. Hal

tersebut menunjukkan terjadinya penurunan kinerja karyawan pada PT.

Garda Wahana Perkasa.

Penelitian Brahmasari dan Suprayetno (2008) menyatakan bahwa

Kepuasan anggota organisasi dapat dihubungkan dengan kinerja dan hasil

kerja mereka serta imbalan dan hukuman yang mereka terima. tingkat

kepuasan kerja dalam organisasi dapat ditunjukkan dengan hasil seperti

sikap anggota organisasi, pergantian pekerjaan anggota organisasi,

kemangkiran atau absensi, keterlambatan, dan keluahan yang biasa terjadi

dalam suatu organisasi.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo

(2006) yang menyatakan bahwa dampak kepuasan kerja terhadap kinerja

(19)

pada prestasi / kinerja. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh peran untuk

mencapai produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari

terjadinya kemangkiran, membangun kekuatan yang lebih stabil serta

penggunaan SDM yang lebih efisien. Jadi kepuasan kerja harus lebih

diperhatikan demi menunjang kinerja karyawan agar lebih produktif.

Dan yang kedua adalah sikap dari pemimpin, perusahaan perlu

mengevaluasi gaya kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan dalam

perusahaan. Yasin (2001) dalam Brahmasari (2008) menyatakan bahwa

keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi, sebagian besar

ditentukan oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya.. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Widodo (2006) bahwa pengaruh

kepemimpinan akan sangat menentukan pekerjaan bawahan, dimana

pekerjaan bawahan tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya

kepemimpinan dan partisipasi bawahan. Seorang pemimpin harus

mempunyai kapasitas untuk menciptakan suatu visi yang dapat membawa

orang kesesuatu yang baru dan mampu menterjemahkan visi tersebut ke

dalam kenyataan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkatnya dalam suatu penelitian yang berjudul: “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Ter hadap Kiner ja Karyawan

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang tertulis dalam latar belakang, maka dapat

ditarik suatu perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

bagian produksi PT. Garda Wahana Perkasa Surabaya?

b. Apakah Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi di PT. Garda Wahana Perkasa Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan bagian produksi PT. Garda Wahana Perkasa

Surabaya.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan bagian produksi PT. Garda Wahana Perkasa

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat yang bisa didapat adalah :

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi

bagi pihak perusahaan dalam proses pengambilan keputusan dan

kebikjasanaan yang tepat untuk menetukan gaya kepimpinan dan

kepuasan kerja pegawai.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi perusahaan dalam peningkatan kinerja karyawan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan tambahan

informasi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang

gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja.

d. Diharapkan penelitian ini dapat memperluas dan memperdalam

pengetahuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia yang telah

(22)

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam

penelitian ini.

a. Widodo (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan

dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Bawahan (Studi Empiris pada

Perguruan Tinggi Swasta Di Semarang)”. Analisis data menggunakan

teknik Purposive Sampling melalui program SPSS 10.0 menghasilkan

secara parsial variable gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja bawahan, ditunjukkan dengan nilai signifikasi t lebih

kecil dari level of signifikan yaitu 0.002 < 0,005. Sedangkan variabel

kepuasan kerja berpengaruh signifikan juga terhadap kinerja bawahan,

ditunjukkan dengan nilai t lebih kecil dari level of signifikan yaitu

0,001 < 0,005. Secara simultan menunjukkan variabel gaya

kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja bawahan.

b. Murni (2007), “Hubungan Gaya Kepemimpinan dan kompensasi

terhadap Kinerja Karyawan PT. Imawi Benjaya (Tupperware Indonesia)

di Jakarta.” Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

(23)

SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara gaya

kepemimpinan dan kinerja karyawan terdapat korelasi positif yang kuat

dan bermakna.

c. Marsono (2009), Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Dan Kepuasan

Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri II Jaten Kab. Karanganyar.

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan teknik Regres Linier

Berganda menghasilkan pengaruh kepuasan terhadap kinerja guru

mempunyai taraf signifikansi sebesar 0,023 < 0,05 0,706 maka

kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri 2

Jateng. Korelasi kepuasan terhadap kinerja sebesar 0,706 berarti

korelasi kepuasan terhadap kinerja positif dan kuat. Hal ini

mengindikasikan bahwa apabila kepuasan kerja tinggi maka kinerja

meningkat.

d. Brahmasari dan Suprayetno (2008) dengan judul “Pengaruh Motivasi

Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi

kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia)”.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Structural

Equation Modeling (SEM) melalui program SPSS 13.0 dan AMOS versi

4.0 dan dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam penelitian ini

sebagai berikut: Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan, artinya kepemimpinan merupakan suatu

(24)

untuk mencapai tujuan organisasi. Kepuasan Kerja Karyawan karyawan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. artinya

bahwa secara umum kepuasan kerja karyawan yang tinggi akan mampu

meningkatkan kinerja.

Penelitian sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu seperti

yang dikemukakan di atas. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari responden

yang diambil, waktu, dan obyek penelitian yang diteliti. Sedangkan

persamaan penelitian terdahulu dengan yang sekarang terletak pada

persamaan variabel yang diteliti yaitu variabel gaya kepemimpinan dan

kepuasan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan uji

hipotesis yang digunakan. Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai

bahan pembanding, baik landasan teori maupun cara hipotesis.

2.2. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Istilah manajemen sumber daya manusia digunakan untuk

menggambarkan sederetan panjang prosedur dan teknik yang digunakan

oleh manajemen perusahaan untuk memproses dan menganalisis

kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia juga telah dikaitkan

secara samar-samar dengan hubungan-hubungan manusia dalam industri

dan perusahaan.

Sumber daya manusia di perusahaan atau organisasi perlu dikelola

secara professional agar terwujud keseimbangan antar kebutuhan pegawai

(25)

dahulu kita perlu mengetahui pengertian mengenai manajemen sumber

daya manusia.

Beberapa pendapat ahli manajemen mengemukakan pengertian

manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:

Definisi dari Kiggundu tentang manajemen sumber daya manusia

yang di kutip oleh Gomes (2003) adalah pengembangan dan pemanfaatan

personil (pegawai) bagi pencapaian yang efektif mengenai

sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional dan

internasional. Menurut Westermen (1992), Manajemen sumber daya

manusia adalah salah satu dari frase-frase yang menjalar ke dalam bahasa

perusahaan tanpa batasan yang jelas dan positif. Menurut Mangkunegara

(2001), mengatakan manajemen sumber daya manusia merupakan disiplin

ilmu yang relatif baru dalam khazanah perkembangan ilmu manajemen di

Indonesia. Menurut Handoko (2001), Manajemen sumber daya manusia

adalah penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan

sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu

maupun organisasi. Menurut Panggabean (2002), mengutarakan

manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses yang terdiri atas

perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan,

pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan

(26)

Berdasarkan definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses didalam penarikan,

seleksi, pengembangan, pemeliharaan, pengelolaan dan pendayagunaan

sumber daya manusia dengan adanya kerjasama dengan orang lain yang

dikembangkan secara maksimal untuk membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Konsep-konsep dasar manajemen personalia atau sumber daya

manusia telah dikemukaan. Berbagai pendekatan dalam manajemen

personalia tersebut penting, agar penelaan manajemen personalia dan

sumber daya manusia dilakukan dalam prespektif yang benar. Menurut

Handoko (1989), pendekatan - pendekatan itu mencakup:

a. Pendekatan Sumber Daya Manusia.

Manajemen personalia adalah pengelolaan dan pendayagunaan sumber

daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya

tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera.

b. Pendekatan Manajerial.

Manajemen adalah tanggung jawab setiap manajer. Depeartemen

personalia menyediakan dan memberikan jasa atau pelayanan bagi

depaartemen lain.

c. Pendekatan sistem.

Manajemen personalia adalah suatu subsistem dari sistem yang lebih

besar yaitu organisasi. Manajemen personalia harus dievaluasi dengan

(27)

d. Pendekatan Proaktif.

Manajemen personalia meningkatkan kontribusinya kepada para

karyawan, manajer dan organisasi melalui antisipasi terhadap

masalah-masalah yang akan timbul.

Sedarmayanti (2001) mengemukakan bahwa tujuan utama

manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi

pegawai terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas

organisasi yang bersangkutan Hal ini dapat dipahami karena semua

kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, tergantung pada manusia

yang mengelola organisasi yang bersangkutan.

Tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam empat tujuan yang lebih

operasional, antara lain:

a. Tujuan masayarakat

Adalah untuk bertanggung jawab secara sosial, dalam hal kebutuhan

dan tantangan yang timbul dari masyarakat.

b. Tujuan organisasi

Adalah untuk melihat manajemen sumber daya manusia itu ada (exist),

maka perlu adanya kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi

secara keseluruhan.

c. Tujuan fungsi

Adaklah untuk memelihara kontribusi bagian lain agar mereka (sumber

daya manusia dalam setiap bagian) melaksanakan tugasnya secara

(28)

d. Tujuan personal

Adalah untuk memebantu pegawai mencapai tujuan pribadinya, guna

mencapai tujuan organisasi.

Hal essential dari manajemen sumber daya manusia adalah

pendayagunaan penuh sumber daya manusia perusahaan sehingga para

karyawan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.

Ada empat hal yang berkenaan manajemen sumber daya manusia,

menurut Simamora (2004):

a. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengitegrasian berbagai

kebijakan SDM dengan perencanaan bisnis. Hal ini menarik

manajemen sumber dianggap bahwa manajemen sumber daya

manusia bukan hanya aktivitas strategi belaka, merupakan suatu

sentral dalam tujuan pencapaian tujuan bisnis.

b. Tanggung jawab pengolahan SDM tidak lagi terletak hanya pada

manajer khusus, tetapi sekarang hanya terletak pada manajemen lini

senior. Hal ini menegaskan perlunya manajer SDM menyerahkan

tanggung jawab pengolahan aktiva manusia kepada manajemen lini

senior.

c. Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi

hubungan manajemen-karyawan, dari kolektivisme menjadi

individualisme. Hal ini memperlihatkan adanya pergeseran dari

(29)

d. Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif dimana

manajer berperan sebagai penggerak dan fasilitator. Hal ini

menyiratkan bahwa pembentukan dan pengolahan kultur organisasi

sama pentingnya seperti kerja orang itu sendiri, dimana individu

diberikan peluang untuk merealisasikan seluruh potensi mereka.

2.2.1. Kepemimpinan

2.2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin dituntut memiliki pengetahuan, pengertian dan

keterampilan untuk memimpin bidang pekerjaan di manapun dia berada

dan bagaimana kondisinya. Kedudukan pemimpin merupakan faktor

penentu dalam mencapai sasaran, walaupun telah ada rencana yang telah

tersusun rapi, tetapi apabila tidak ada orang yang membuat manajemen

organisasi menjadi menarik bagi semua personil, sulit menciptakan

semangat kerja yang tinggi. Menurut Robins dan Judge (2008)

mendefinisikan kepemimpinan (leadership) sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau

serangkaian tujuan yang ditetapkan. Ada banyak definisi yang

dikemukakan dalam menentukan konsep tentang kepemimpinan

diantaranya :

a. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui

komunikasi untuk mencapai tujuan.

b. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk

(30)

c. Kepemimpinan adalah tindakan menyebabkan orang lain bertindak

akan merespon atau menimbulkan perubahan positif.

d. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan

e. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya

diri dan dukungan diantara karyawan agar tujuan organisasional dapat

tercapai.

Berdasarkan penjelasan tersebut, suatu organisasi akan berhasil atau

bahkan akan gagal sebagian besar di tentukan oleh kepemimpinan, maka

pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya deengan karyawan

adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan

peribadi dari karyawan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan

bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.

2.2.1.2. Definisi Gaya Kepemimpinan

Apa yang dimaksudkan dengan “Gaya Kepemimpinan”? Gaya

artinya sikap, gerakan, tingkah laku, gerak – gerik, kekuatan, kesanggupan

untuk berbuat baik (Tampubulon, 2007). sedangkan Kepemimpinan adalah

inti daripada manajemen, dan inti dari Kepemimpinan adalah “human

relation”, maka Kepemimpinan dapat diberi definisi sebagai berikut:

“kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai

sebuah visi atau serangkaian tujuan tertentu.” (Robins dan Judge, 2008).

Dan menurut Tampubulon (2007) definisi Gaya Kepemimpinan adalah

(31)

sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi kinerja bawahannya.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya

kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang

dikemukakan oleh Blanchard dalam Hendarto (2009) yang mengemukakan

4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi

oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain

adalah cara mereka membantu karyawannya. Keempat gaya tersebut

adalah:

a. Directing (mengarahkan)

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf

kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas

tersebut. Atau apabila pemimpin berada di bawah tekanan waktu

penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus

dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi

over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan

kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan

keputusan, pemimpin memberikan aturan – aturan dan proses yang detil

kepada karyawan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan

detil yang sudah dikerjakan.

b. Coaching (membimbing)

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada

(32)

mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai

masukan dari karyawan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih

termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini

kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti

tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan

dan komunikasi yang baik dengan mereka.

c. Supporting (dukungan)

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasilitasi dan membantu upaya

karyawannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak

memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses

pengambilan keputusan dibagi bersama dengan karyawan. Gaya ini

akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang

dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan

pemimpin. Dalam hal ini kita perlu meluangkan waktu untuk

berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam

pengambilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka

mengenai peningkatan kinerja.

d. Delegating (kendali bebas)

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh

wewenang dan tanggung jawabnya kepada karyawan. Gaya Delegating

akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien

dalam pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan

(33)

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan,

serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada,

dan juga kesiapan dari karyawannya. Maka kemudian timbul apa yang

disebut sebagai ”Situational Leadership”. Situational leadership

mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan

keadaan dari orang - orang yang dipimpinnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah

usaha seseorang yang diserahi tugas sebagai pimpinan, untuk mengatur,

mempersatukan dan menggerakan bawahannya secara bersama agar lebih

terarah, sadar dan dapat bekerjasama dengan penuh tanggung jawab atas

pekerjaannya tersebut demi mencapai target yang ditetapkan.

2.2.1.3. J enis-jenis Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin organisasi dapat melakukan berbagai cara dalam

kegiatan mempengaruhi bawahan agar melakukan tindakan-tindakan

yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan organisasi. Cara ini

mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang

dipimpinnya, dan merupakan gambaran gaya kepemimpinannya. Adapun

tiga macam gaya kepemimpinan (Handoko, 2001) adalah sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari

dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otokrasi ini,

pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin

(34)

mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran

minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap

semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota

mengalami masalah.

2. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang

memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada

permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim

yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin

memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab

para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki

peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin

hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara

untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain

itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire (Kendali Bebas). Pemimpin jenis

ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para

bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian

masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan demokratis kendali

bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis. Pada

gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan

sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi

(35)

mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya

berperan sebagai pemantau saja.

2.2.1.4. Fungsi Kepemimpinan

Sondang P. Siagian (2003) mengemukakan bahwa terdapat lima

fungsi kepemimpinan, diantaranya:

a. Pimpinan sebagai penentu arah. Suatu organisasi memerlukan peran

pimpinan yang bertindak sebagai perumus dan penentu strategi serta

taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang

bersangkutan.

b. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan

dengan berbagai pihak di luar organisasi, terutama dengan mereka

yang tergolong sebagai stakeholder.

c. Pimpinan sebagai komunikator yang efektif. Pemeliharaan hubungan

baik dilakukan melalui proses komunikasi baik secara lisan maupun

secara tertulis. Komunikasi yang efektif amat penting untuk

menghindari konflik, perselisihan dan salah paham.

d. Pimpinan sebagai mediator. Pimpinan difokuskan pada penyelesaian

situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi, tanpa

mengurangi situasi konflik yang mungkin timbul dalam hubungan

keluar organisasi.

e. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.

(36)

kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna

peranan tersebut. Hanya pimpinanlah yang berada “di atas semua

orang dan semua satuan kerja” yang memungkinkannya menjalankan

peranan integratif yang didasarkan pada pendekatan yang holistik.

2.2.1.5. Indikator Gaya Kepemimpinan

Adalah Keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi

orang-orang / karyawan agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan

organisasi / perusahaan yang memang diinginkan bersama. Menurut

Murni (2007), untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan tersebut

dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

a. Struktur tugas, atasan langsung menjelaskan tugas yang diberikan dan

menekankan pada karyawan untuk melaksanakan tugas tersebut

dengan sebaik-baiknya.

b. Komunikasi, atasan memberikan kemudahan untuk berinteraksi dan

menekankan pentingya menjalin hubungan yang baik antara pimpinan

dan karyawan.

c. Partisipasi karyawan, atasan menekankan pentingnya partisipasi antar

karyawan dalam melaksanakan tugas.

d. Kewenangan / delegasi, atasan dapat mendelegasikan wewenangnya

(37)

2.2.2. Kepuasan Kerja Karyawan

Menurut Robbins (2001) istilah kepuasan kerja (job satisfaction)

merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.

Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif

terhadap kerja itu, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan

pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.

Sedangkan Moorse (1953) dalam buku Panggabean (2004)

mengemukakan bahwa pada dasarnya, kepuasan kerja tergantung kepada

apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang mereka

peroleh.

Mangkunegara (2000) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai

”suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai

yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya.

Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan melibatkan

aspek-aspek seperti gaji atau upah, kesempatan pengembangan karir,

hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan,

struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan, sedangkan perasaan

yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan,

kemampuan, dan pendidikan”.

Menurut Johan dalam Koesmono (2005) merumuskan kepuasan

kerja sebagai respon pekerja berupa perilaku yang ditampilkan oleh

karyawan sebagai persepsi mengenai hal - hal yang berkaitan dengan

(38)

organisasi mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan

pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang

diharapkan dapat terpenuhi di tempat kerjanya.

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan sekaligus

refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaannya apakah semakin tinggi

tingkat kepuasan yang dirasakannya atau sebaliknya.

2.2.2.2. Aspek - aspek Kepuasan Kerja

Berkaitan dengan aspek-aspek kepuasan kerja yang relevan, secara

khusus, Kreitner dan Kinicki (1998) dalam buku Panggabean (2004)

mengemukakan bahwa aspek-aspek kepuasan kerja yang relevan terdiri

atas kepuasan terhadap pekerjaan, gaji, promosi, rekan kerja, dan

penyelia. Sementara itu, Blau (1998) juga dalam buku Panggabean (

2004) mengemukakan bahwa selain terhadap hal-hal tersebut diatas,

kepuasan kerja juga relevan terhadap penilaian prestasi. Ini berarti bahwa:

a. Kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang

mereka terima di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap evaluasi

pekerjaan, seleksi, pemberian fasilitas dan tunjangan (benefits),

insentif, atau pemberhentian.

b. Kepuasan kerja bukan merupakan suatu konsep yang berdimensi

tunggal, melainkan berdimensi jamak. Seseorang bisa saja merasa

puas dengan dimensi yang satu, namun tidak puas dengan dimensi

(39)

2.2.2.3. Faktor -Faktor Penentu Kepuasan Kerja

Robbins (2001) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang

mendorong kepuasan kerja karyawan, yaitu antara lain:

a. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini

membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang

menantang menciptakan kobosanan, tetapi yang terlalu banyak

menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi

tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami

kesenangan dan kepuasan.

b. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi

yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris

dengan pengharapan mereka. Jika perusahaan dapat memenuhi

keinginan karyawan tersebut maka karyawan kemungkina besar akan

merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka.

c. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan

(40)

Dan karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak

berbahaya dan merepotkan.

d. Rekan sekerja yang mendukung

Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan

interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila

mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke

kepuasan kerja yang meningkat.

e. Jangan lupakan kesesuaian antara kepribadian-pekerjaan

Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan

pekerjaan akan menghasilkan individu yang lebih terpuaskan

(Holland). Orang-orang yang tipe kepribadiannnya kongruen (sama

dan sebangun) Dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya

mendapatkan bahwa merekamempunyai bakat dan kemampuan yang

tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan

demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan

tersebut. Dan karena sukses ini, mempunyai probabilitas yang lebih

besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

f. Ada dalam gen

Riset mengemukakan bahwa sebagian besar dari kepuasan beberapa

orang ditentukan secara genetis. Artinya, disposisi seseorang terhadap

hidup ”positif atau negatif ” ditentukan oleh bentuk genetiknya,

bertahan sepanjang waktu dan dibawa serta ke dalam disposisinya

(41)

2.2.2.4. Indikator Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja adalah tingkat pelaksanaan tindakan karyawan

untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan dalam

mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Adapun indikator pembentuk

kepuasan menurut Rochmawati (2009) yaitu:

a. Gaji adalah upah yang diterima oleh karyawan setiap bulannya

sebagai imbalan atas pekerjaannya.

b. Pekerjaan itu sendiri adalah pekerjaan yang yang diberikan sesuai

dengan kemampuan karyawan.

c. Rekan kerja adalah rekan kerja yang saling mendukung dalam

melaksanakan tugas.

d. Promosi adalah perusahaan memberikan kesempatan promosi bagi

karyawan yang mempunyai kualitas kerja yang baik.

e. Pengawasan adalah supervisor/pengawas yang terbuka dengan para

bawahan dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

f. Kondisi kerja adalah keadaan lingkungan kerja pada perusahaan yang

mendukung terciptanya kenyamanan dalam bekerja.

2.2.3. Kinerja

2.2.3.1. Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2005) menyatakan kinerja karyawan berasal dari

kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi

(42)

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Prawirosentono (1999) dalam Tampubolon (2007) mengatakan

kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

moral dan etika.

Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok

orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurkannya sesuai

dengan tanggung jawabnya dengan hasil yang diharapkan.

2.2.3.2. Penilaian Kinerja

Mangkunegara (2005) mengemukakan bahwa penilaian pegawai

merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi

yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penapsiran atau

penentuan nilai, kualitas atau status dari bebberapa obyek orang ataupun

sesuatu. Menurut Gomes (2003) penilaian kinerja adalah “suatu cara yang

mengukur konstribusi-konstribusi dari individu – individu anggota

organisasi”.

Mangkunegara (2005) menyatakan Pengertian kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

(43)

jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Gomes (2003) dalam

(http://perpusunpas.wordpress.com/2010/03/29/kinerja-pegawai/) adalah

sebagai berikut:

a. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode

waktu yang ditentukan.

b. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja

adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil

pekerjaan dari karyawannya. Disamping itu juga untuk menetukan

kebutuhan pelatihan kerja yang tepat, memberi tanggung jawab kepada

karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik

kedepannya dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal

promosi jabatan atau penentuan imbalan yang akan di berikan nantinya.

2.2.3.3. Tujuan Evaluasi Kinerja

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM

organisasi menurut Robbins dan Judge (2008), evaluasi kinerja memiliki

beberapa tujuan. Salah satunya adalah untuk membantu manajemen

membuat keputusan sumber daya manusia secara umum.

a. Evaluasi menyediakan masukan untuk berbagai keputusan penting

(44)

b. Evaluasi juga berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan

dan pengembangan.

c. Evaluasi kinerja menunjukkan kecakapan dan kompetensi dari

karyawan yang saat ini mungkin dirasa kurang memadai tapi bisa di

kembangkan melalui program pelatihan.

d. Evaluasi kinerja juga bisa menjadi kriteria yang dengannya

manajemen memvalidasi seleksi dan program pengembangan.

2.2.3.4. Siapa yang Melakukan Evaluasi Kinerja

Menurut Robbins (2006) ada lima jenis penilaian kinerja yang

dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan karyawan, kelompok

dan pimpinan. yaitu:

a. Penilaian oleh Atasan Langsung.

Sekitar 95 persen dari semua evaluasi kinerja pada organisasi

tingkat bawah dan menengah dijalankan oleh atasan langsung

karyawan itu.

b. Penilaian oleh Rekan Kerja.

Evaluasi rekan sekerja merupakan salah satu sumber paling handal

atas data penilaian, mengapa?, pertama, rekan sekerja dekat dengan

tindakan. Interaksi sehari - hari memberi mereka pandangan

menyeluruh terhadap kinerja karyawan tertentu dalam pekerjaaan.

Kedua, penggunaan rekan sekerja sebagai penilai menghasilkan

(45)

c. Evaluasi Diri.

Meminta karyawan mengevaluasi kinerja mereka sendiri konsisten

dengan nilai-nilai seperti misalnya swakelola dan pemberdayaan.

d. Penilaian oleh Karyawan Langsung.

Evaluasi karyawan langsung dapat memberikan informasi yang

tepat dan rinci mengenai perilaku manajer karena lazimnya penilai

memiliki kontak yang sering dengan yang dinilai.

e. Evaluasi 360-Derajat

Pendekatan ini memberikan umpan balik kinerja dari lingkaran

penuh kontak sehari-hari yang mungkin dimiliki karyawan, yang

berkisar dari personil ruang - surat sampai ke pelanggan, atasan,

hingga rekan sekerja.

2.2.3.5. Metode Evaluasi Kinerja

Metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja ada

bermacam-macam, yang ideal adalah menggunakan suatu metode yang sesuai

dengan kebutuhan organisasi dan tujuan penilaian, berapa metode

evaluasi pada dasarnya di kelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu

Metode ini bisa juga disebut dengan metode pendekatan sifat, metode

ini menurut wahjono (2010) mempunyai beberapa kelebihan:

1) Lebih mudah diukur dan cenderung factual seesuai dengan

(46)

2) Lebih mudah untuk mengembangkan dan menggenelalisir variasi

karakter atau sifat individu karyawan pada setiap karyawan lebih

mudah menerima hasil penilaian yang objektif karena dasar

penilaian berasal dari data historis sehingga bila di komukasikan

dan diselaraskan dengan tujuan-tujuan perusahaan , akan dapat

memperbaiki prestasi karyawan di masa mendatang.

Teknik-teknik tersebut antara lain:

a) Rating Scale

Evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang

membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan

factor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan kerja tersebut.

b) Cheklist

Penilai memilih kalimat-kalimat yang menggambarkan

prestasi kerja dan karakteristik-karakteristik karyawan.

c) Tes dan observasi prestasi kerja

Penilaian yang didasarkan pada tes pengetahuan dan

keterampilabn, tes mungkin tertulis atau mungkin peragaan

keterampilan.

d) Metode evaluasi kelompok

Penilaian yang di dasarkan pada evalusasi sesame anggota

(47)

e) Metode peristiwa kritis

Penelitain yang didasarkan pada catatan-catatan penilai yang

menggambarkan perilaku karyawan sangat baikatau jelek

dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

f) Field review method

Wakil ahli departemen personalia turun lapangan dan

membantu para penyelia dalam penilaian mereka.

b. Metode penilaian yang berorientasi pada masa depan

Metode ini memusatkan pada prestasi kerja diwaktu yang akan dating

melalui penilaian potensi karyawan atau penetapan sasaran-sasaran

prestasi kerja di masa yang akan dating. Tehnik-tehnik yang biasa

digunakan adalah:

1) Penilaian diri (Self appraisal)

Karyawan menialai dirinya sendiri sehingga perilaku devensive

cenderung tidak terjadi.

2) Penilaian psikologis

Penilaian ini biasanya dilakukan oleh psikolog, dengan cara

wawancara, tes psikologi, diskusi dan review evaluasi. Hasil

penilaian akan membantu memperkirakan kemudian menilai

prestasi kerja secara bersama-sama.

3) Teknik pusat perhatian

Penilaian karyawan yang dilakukan pada berbagai tipe penilaian

(48)

2.2.3.6. Indikator Kinerja

Widodo (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil yang dicapai

seseorang, baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Indikator pembentuk

kinerja karyawan menurut Dharma (2003) yaitu:

a. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Ini

berkaitan dengan jumlah output atau keluaran yag dihasilkan.

b. Kualitas, yaitu mutu yang dihasilkan (baik tidaknya). Seberapa baik

karyawan dalam penyelesaian tugas – tugas yang diberikan.

c. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang

direncanakan. Ini berkaitan dengan seberapa baik karyawan

menggunakan waktu dalam penyelesaian suatu kegiatan.

2.2.4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan

Gaya Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,

menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau

sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Dalam upaya mempengaruhi

tersebut seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda-beda dalam

setiap situasi. Menurut DuBrin (2005) dalam Brahmasari (2008)

mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah upaya mempengaruhi

banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara

mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang

(49)

perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Hal ini

didukung oleh penelitian Widodo (2006) pengaruh kepemimpinan akan

sangat menentukan pekerjaan bawahan, dimana pekerjaan bawahan tidak

akan berhasil dengan baik tanpa adanya kepemimpinan dan partisipasi

bawahan. Gaya kepemimpinan yang efektif akan tercermin pada tinggi

rendahnya kinerja bawahannya.

Menurut Murni (2007) gaya kepemimpinan adalah perilaku dan

strategi yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi kinerja bawahan

agar mencapai sasaran organisasi. Dalam hal ini kesesuian gaya

kepemimpinan akan sangat berpengaruh, karena yang menentukan

kesesuaian adalah pengikut, tekanan pada pengikut mencerminkan

kenyataan bahwa para pengikutlah yang menerima atau menolak

pemimpin sehingga efektifitas bergantung pada tindakan pengikutnya

untuk menyelesaikan tugas. Apabila gaya kepemimpinan sesuai atau

dapat diterima dengan baik akan mempengaruhi kinerja karyawan yang

baik pula, dan sebaliknya dengan adanya gaya kepemimpinan yang buruk

akan mengakibatkan penurunan kinerja karyawan yang akan membawa

dampak pada penurunan kinerja perusahaan.

Dari uraian dan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan dapat mendorong pencapaian tingkat kinerja yang lebih

tinggi dari karyawan. Komardi (2008) menyatakan bahwa orang-orang

(50)

menghasilkan manfaat positif. Memberikan pengarahan, bimbingan,

dukungan, serta penghargaan adalah sebuah kategori perilaku / gaya dari

seorang pemimpin yang menyangkut pemberian manfaat kepada

seseorang untuk meningkatkan kinerjanya, keberhasilan yang signifikan

dan bantuan yang bermanfaat.

Dengan demikian penerapan gaya kepemimpinan yang efektif akan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan sebagaimana yang diharapkan.

2.2.5. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Teori kepuasan kerja menurut Wesley dan Yulk dapat diterangkan

menurut tiga macam teori, yaitu: Pertama, Discrepancy Theory

mengemukakan bahwa untuk mengukur kepuasan kerja seseorang

dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan

kenyataan yang dirasakan. Kemudian, Locke (1969) menerangkan bahwa

kepuasan kerja tergantung pada discrepancy antara should he

(expectation, needs atau values) dengan apa yang menurut

perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui

pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada

perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan

karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Wanous dan Lawler (dalam As'ad, 2003)

(51)

tergantung pada bagaimana ketidaksesuaian (discrepancy) yang

dirasakan.

Kedua, Equity Theory yang dikembangkan oleh Adam (1963). Pada

prinsipnya teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas

sepanjang mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity dan

inequity atas suatu situasi diperoleh orang dengan cara

membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,

maupun di tempat lain. Teori ini mengidentifikasi elemen-elemen equity

meliputi tiga hal, yaitu: (a) Input, adalah sesuatu yang berharga yang

dirasakan oleh pegawai sebagai masukan terhadap pekerjaannya; (b) Out

comes, adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai dari

hasil pekerjaannya; (c) Comparisons Persona, adalah perbandingan

antara input dan out comes yang diperolehnya.

Ketiga, Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Herzberg

(1966). Prinsip-prinsip teori ini adalah bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan variabel yang

kontinyu (As'ad, 2003). Berdasarkan hasil penelitiannya Herzberg

membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu: (a) statisfers atau

motivator, faktor - faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai

sumber kepuasan yang terdiri dari: achievement, recognition, work it

self, responsibility dan advancement; dan (b) dissatifiers atau hygiene

(52)

ketidakpuasan, seperti: company policy and administration, supervision

tehnical, salary, interpersonal relations, working condition, job security

dan status. Secara historis, karyawan yang mendapatkan kepuasan

kerja akan melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Menurut Davis (1996) sebagian manajer berasumsi bahwa kepuasan

yang tinggi selamanya akan menimbulkan prestasi yang tinggi, tetapi

asumsi ini tidak benar. Karyawan yang puas boleh jadi adalah karyawan

yang berproduksi tinggi, sedang atau rendah.

Sementara itu Handoko (1988) kinerja yang lebih baik

menyebabkan penghargaan yang lebih tinggi. Bila penghargaan tersebut

dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan

meningkat karena mereka menerima penghargaan dalam proporsi yang

sesuai dengan kinerja mereka. Dilain pihak, bila penghargaan dipandang

tidak mencukupi untuk suatu tingkat kinerja mereka maka ketidakpuasan

akan terjadi.

Robbins (2001) berpendapat bahwa riset paling kini memberikan

dukungan yang diperbarui untuk hubungan yang asli dari kepuasan dan

kinerja. Bila data kepuasan dan produktivitas dikumpulkan untuk organisasi

secara keseluruhan, bukannya pada tingkat individual, kita temukan bahwa

organisasi dengan karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif

daripada organisasi dengan karyawan yang kurang terpuaskan.

Dari teori dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

(53)

jurnal Parwanto (2009). Yang menyatakan bahwa karyawan yang

mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan

peraturan yang lebih baik, tetapi kurang aktif dalam kegiatan serikat

karyawan dan kadang-kadang berprestasi lebih baik daripada karyawan

yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu, kepuasan kerja

mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama

(54)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kepuasan Kerja

(X2)

Gaya Kepemimpinan

(X1)

Kinerja karyawan

(55)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun suatu

hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah penelitian

dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah:

a. Semakin baik penerapan gaya kepemimpinan, maka semakin tinggi

kinerja yang yang dihasilkan

b. Semakin tinggi tingkat kepuasan yang diperoleh karyawan, semakin

(56)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, serta lebih dapat

memahami isi dan agar definisi yang digunakan didalam penelitian ini

dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan

dalam penafsiran maka variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian

yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan (X1)

Adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi

orang-orang/karyawan agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan

organisasi/perusahaan yang memang diinginkan bersama pada PT.

Garda Wahana Perkasa. Menurut Murni (2007), untuk mengukur

variabel gaya kepemimpinan tersebut dapat diukur melalui indikator

sebagai berikut :

1) Struktur tugas

2) Komunikasi

3) Partisipasi Karyawan

(57)

2. Kepuasan Kerja (X2)

Kepuasan Kerja adalah tingkat pelaksanaan tindakan karyawan untuk

menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mencapai

tujuan-tujuan perusahaan pada PT. Garda Wahana Perkasa. Adapun

indikator pembentuk kepuasan menurut Rochmawati dan Binarsih

(2009) yaitu:

1) Gaji

2) Pekerjaan itu sendiri

3) Rekan kerja

4) Promosi

5) Pengawasan

6) Kondisi kerja

3. Kinerja (Y)

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu pada PT.

Garda Wahana Perkasa. Adapun indikator pembentuk kinerja yang

dipakai dalam variabel ini yaitu (Dharma, 2003):

1) Kuantitas

2) Kualitas

(58)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Teknik pengukuran menggunakan skala interval, dengan

menggunakan Skala Likert (Likert Scale). Menurut Sugiyono (2008)

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Digunakan

jenjang 5 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:

1 5

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Keterangan : Jawaban dengan nilai 1 (sebelah kiri) berarti kecenderungan

untuk tidak menyetujui pernyataan yang diberikan

(negatif), sedangkan jawaban dengan nilai antara 5 (sebelah

kanan) berarti kecenderungan untuk menyetujui pernyataan

yang diberikan (positif).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki

ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan

kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai

generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004).

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya

(59)

karyawan bagian produksi pada PT. Garda Wahana Perkasa yang

berjumlah 72 orang.

3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2004), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah “Total Sampling”. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena

menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Jadi sampel dalam

penelitian ini adalah karyawan bagian produksi yang berjumlah 72 orang.

Dalam penelitian ini, yang menilai kinerja adalah karyawan itu

sendiri, tetapi seharusnya yang menilai kinerja adalah atasan / pemimpin.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder.

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian dengan cara kuesioner.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dengan cara

wawancara serta dokumentasi perusahaan yang berkaitan dengan

Gambar

Tabel 1.2. Jumlah Produksi Tahun 2009 - 2011
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1  Langkah-langkah Analisis PLS
Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh suhu terhadap kapasitas penjerapan Hubungan antara konsentrasi ion cadmium di dalam larutan dan padatan penjerap pada keadaan setimbang untuk BFA yang diaktifkan

(dilengkapi photo copy SK Penugasan Guru/Beban mengajar dan lampiran pendukung lainnya dan dilegalisir yang berwenang);3. Mengumpulkan photo copy Sertifikat Pendidik

Interpretasi nilai tersebut masih belum sesuai dengan harapan peneliti dan guru yaitu 89% anak TK B Panglima polim sudah memiliki kemampuan baca-tulis permulaan.

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

[r]

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student

Pengelolaan &amp; Pengadaan 9 Persentase jumlah SKPD yang menerapkan SPM % 100 9 Program Peningkatan Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Bag. Kesra 10 Persentase

guru, baik dalam uji coba terbatas maupun uji coba luas menggunakan observasi. Kegiatan observasi ditujukan untuk menghimpun data dan menilai semua. kegiatan yang dilakukan