• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERMISSIVE PARENTING WITH STUDY HABITS OF STUDENTS

Oleh:

Dian Srirahayu1), La Ode Muharam2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: diansrirahayu181@gmail.com Kata Kunci:

Pola Asuh Permisif, Kebiasaan Belajar

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan kebiasaan belajar siswa di SMA Negeri 1 Wawotobi Kabupaten Konawe. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI sedangkan sampel penelitian diambil menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 15% dari populasi atau sebanyak 48 siswa. Data diambil dengan menggunakan angket pola asuh permisif orangtua dan angket kebiasaan belajar siswa. Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial yakni korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata pola asuh permisif orangtua sebesar 96,60 berada pada kategori tinggi, sedangkan skor kebiasaan belajar siswa sebesar 85,04 berada pada kategori tinggi. Hasil analisis inferensial diperoleh nilai koefisien korelasi -0,773, jika dibandingkan dengan rtabel pada α = 0,05 dan n = 48 sebesar 0,273, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dengan arah negatif antara pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa.

Keywords:

Permissive Parenting, Study Habits

ABSTRACT

This study is conducted to determine the relationship between parental permissive parenting with students' learning habits at SMA Negeri 1 Wawotobi, Konawe Regency. It used a correlation design. The population in this study was all students in eleventh grade. Of the population, fifteen percent or as many as 48 students were taken as the sample using a simple random sampling technique. The data analysis method used descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis, namely Product Moment Correlation. The results showed that the average score for parental permissive parenting was 96.60 or in the high category, while the score for student learning habits was 85.04 or also in the high category. From the inferential analysis, the correlation coefficient obtained was -0.773. When it was compared with the r-table at α = 0.05 and n = 48 at 0.273, a conclusion can be drawn that there is a strong relationship in a negative direction between parental permissive parenting and students' learning habits.

(2)

Pendahuluan

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dilalui anak sebelum mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga di situlah anak menerima pendidikan yang pertama dari orangtua. Orangtua sebagai pendidik memiliki karakter dan sifat yang khas, antara orangtua yang satu dengan lain tidak bisa disamakan. Setiap orangtua memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi, mendidik, dan mengarahkan anak yang disebut pola asuh orangtua. Terdapat dua dimensi pola asuh orangtua yaitu dimensi kontrol dan dimensi kehangatan. Dimensi kontrol meliputi pembatasan, tuntutan, sikap ketat, campur tangan, dan kekerasan yang sewenang-wenang. Dimensi kehangatan meliputi perhatian orangtua terhadap kecerdasan anak, responsivitas orangtua terhadap kebutuhan anak, meluangkan waktu untuk anak, menunjukkan rasa antusias terhadap anak, dan peka terhadap kebutuhan emosi anak (Tridhonanto, 2014: 5-10).

Salah satu jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua yaitu pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memiliki ciri dominasi pada anak, sikap longgar atau kebebasan dari orangtua, tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orangtua, kontrol dan perhatian orangtua sangat kurang. Lebih jelasnya, sebagaimana dikemukakan oleh Baumrind (Santrock, 2012: 34) bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh yang dicirikan oleh: 1) orangtua memberikan kebebasan seluas mungkin kepada anak, 2) anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab, 3) anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, 4) anak diberi kebebasan untuk mengatur dan mengontrol diri sendiri, dan 5) orangtua kurang peduli terhadap anak.

Pola asuh permisif yang diterapkan orangtua dilakukan semata-mata hanya untuk kebaikan anaknya bagi perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Salah satu tujuannya adalah orangtua menginginkan berkembangnya ketiga aspek tersebut dengan lebih memberikan perhatian terhadap kebiasaan belajar anak. Kebiasaan belajar diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri peserta didik pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Artinya, kebiasaan belajar terbentuk melalui proses belajar, bukanlah bakat alami yang dimiliki oleh peserta didik. Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam, akan tetapi hanya dapat ditumbuhkan sedikit demi sedikit (Djaali, 2011: 128).

Dukungan dalam bentuk pola asuh yang diterapkan orangtua merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting bagi anak khususnya di masa remaja. Dibandingkan dengan sistem dukungan sosial lainnya, maka dukungan orangtua berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Semua itu merupakan faktor pembentuk kebiasaan belajar anak. Kebiasaan belajar yang baik bukanlah belajar yang terus menerus, namun kebiasaan teratur dan rutin dalam belajar. Pembentukan kebiasaan belajar akan memengaruhi hasil belajar peserta didik tersebut. Kebiasaan belajar yang baik akan membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar dan kebiasaan belajar yang buruk akan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

Kebiasaan belajar yang berkembang dan terbentuk pada diri siswa rupanya dibentuk oleh berbagai faktor seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Apapun yang terjadi di sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah serta apa yang ada di dalam pikiran siswa juga akan memengaruhi kebiasaan belajarnya. Sheera (Uju dan Paul, 2017) mengemukakan kebiasaan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari: umur siswa, lingkungan rumah, bahan belajar, televisi dan permainan komputer, media sosial, tekad dan cita-cita siswa, keuangan dan status ekonomi orangtua, pusat hiburan dan games center di sekitarnya, peraturan sekolah, gaya mengajar guru, waktu luang siswa, aktivitas sekolah, perpustakaan yang tersedia, teman dan kelompok sebaya, tugas dan pekerjaan rumah, pendidikan orangtua siswa, orangtua tidak mendukung dan membantu anak dalam belajar, pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, menunda dan manajemen waktu yang buruk, tingkat kenyamanan siswa, tingkat kegaduhan, dan tingkat ketersediaan barang-barang yang diperlukan untuk mempelajari atau untuk meningkatkan konsentrasi.

Berdasarkan pendapat Sheera tersebut, beberapa faktor yang berkaitan dengan pola asuh orangtua yaitu lingkungan rumah, bahan belajar, televisi dan permainan komputer, media sosial, tekad

(3)

dan cita-cita siswa, keuangan dan status ekonomi orangtua, waktu luang siswa, tugas dan pekerjaan rumah, pendidikan orangtua siswa, orangtua tidak mendukung dan membantu anak dalam belajar, pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, tingkat kegaduhan, dan tingkat ketersediaan barang- barang yang diperlukan untuk mempelajari atau untuk meningkatkan konsentrasi. Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif akan bersikap acuh tak acuh dengan segala keperluan anak, pola asuh permisif orangtua ini akan memengaruhi bagaimana anak dapat mengembangkan kebiasaan belajarnya.

Fenomena yang menunjukkan kebiasaan buruk dalam belajar juga terjadi pada siswa SMA Negeri 1 Wawotobi Kabupaten Konawe. Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan dengan melakukan wawancara dengan salah satu wali kelas XI diperoleh informasi bahwa masih ada siswa yang menunjukkan kebiasaan belajar yang buruk seperti tidak mengerjakan tugas dari guru, menunda- nunda mengerjakan tugas dan terlambat dalam mengumpulkan tugas, di sekolah lebih banyak main- main dari pada belajar yaitu tidak memanfaatkan waktu-waktu luang untuk belajar, tidak memiliki buku catatan maupun buku pelajaran, saat belajar tidak fokus memerhatikan materi melainkan sibuk dengan aktivitas lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran, menyontek saat ujian, saat diskusi hanya diam dan perilaku buruk lainnya dalam belajar. Hasil observasi yang peneliti lakukan diperoleh data yaitu ada siswa yang sering datang terlambat, keluar masuk kelas saat belajar, tidak memerhatikan penjelasan guru, tidak bersemangat saat mengikuti pelajaran, ketika ada tugas maka siswa melihat dan menyalin tugas temannya.

Permasalahan yang penulis dapatkan di SMA Negeri 1 Wawotobi tersebut menunjukkan kebiasaan belajar siswa yang buruk. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa pola asuh permisif orangtua turut memberi andil pada kebiasaan belajar siswa, oleh karena itu untuk memastikan apakah pola asuh permisif yang dilakukan oleh orangtua memiliki pengaruh pada kebiasaan belajar siswa, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif orangtua dengan kebiasaan belajar siswa di SMA Negeri 1 Wawotobi Kabupaten Konawe.

Pengertian Kebiasaan Belajar

Kebiasaan erat kaitannya dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi respons dari suatu perilaku. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kebiasaan), kebiasaan diartikan sebagai sesuatu yang biasa dikerjakan. Burghardt (Syah, 2008: 120) menyatakan kebiasaan timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang, sehingga muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Selanjutnya, Prayitno (Hartono dan Soedarmadji, 2012: 82) menjelaskan kebiasaan adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu. Kemudian, Covey (Aunurrahman, 2014: 123-124) mengemukakan bahwa kebiasaan merupakan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan, dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya, dan keinginan adalah motivasi. Sesuatu dapat menjadi kebiasaan dalam hidup individu, jika memunyai ketiga hal tersebut.

Indikator Kebiasaan Belajar

Setiap peserta didik memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Beberapa indikator yang dapat diketahui dari kebiasaan belajar sebagaimana dikemukakan oleh Djaali (2011: 128) menyatakan indikator kebiasaan belajar terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Delay avoidan merupakan kebiasaan belajar seseorang yang dilakukan di mana menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan menganggu konsentrasi belajar.

2. Work methods merupakan kebiasaan perilaku seseorang yang menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik, keterampilan belajar, dan strategi belajar.

(4)

a. Prosedur belajar. Prosedur belajar yang dimaksudkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan sebagai upaya dalam memantapkan materi pelajaran yang diterima oleh peserta didik.

b. Keterampilan belajar. Keterampilan belajar yang dimaksudkan berkaitan dengan cara belajar unik yang dilakukan peserta didik dan cara tersebut membuat peserta didik menjadi lebih cepat dalam mempelajari sebuah materi, kemampuan tersebut dapat terlihat pada saat mempelajari hal-hal yang khas, seperti kemampuan menghafal, mengulang pelajaran, dan mempelajari materi yang sulit dan sebagainya.

c. Strategi belajar. Strategi belajar yang dimaksudkan berkaitan dengan cara yang digunakan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Cara yang dimaksudkan adalah cara yang digunakan dalam pendekatan terhadap suatu masalah, seperti dalam menghadapi tugas dan menghadapi ujian.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Belajar

Uju dan Paul (2017: 15) menyatakan bahwa beberapa faktor dapat memengaruhi kebiasaan belajar siswa. Tempat yang tenang dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi dan meningkatkan kemampuan belajar. Adapun hal-hal yang mengganggu konsentrasi misalnya gangguan yang didapat dari telepon, pesan teks, video games, musik, dan komputer yang dapat menurunkan kemampuan belajar. Apapun yang terjadi di sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah serta apa yang ada di dalam pikiran siswa juga akan memengaruhi kebiasaan belajarnya.

Pengertian Pola Asuh Orangtua

Tridhonanto (Mirantika, 2016: 35) mendefinisikan pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi orangtua dan anak, di mana orangtua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orangtua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses.

Casmini (2007: 98) mengemukakan pola asuh merupakan bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat secara umum. Pola asuh orangtua menurut Sugihartono (Fitriyani, 2015) adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga tentunya berbeda dengan keluarga lainnya.

Pengertian Pola Asuh Permisif Orangtua

Pola asuh permisif orangtua sebagai salah satu pola asuh yang diterapkan oleh orangtua. Santrock (2012: 290) mengemukakan bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh yang memiliki ciri-ciri antara lain: orangtua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin, ibu memberikan kasih sayang dan bapak bersikap sangat longgar. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab serta diberi hak seperti orang dewasa. Orangtua memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengatur dirinya sendiri. Penerapan aturan dan kontrol terhadap anak diberikan secara minimal sehingga anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya sendiri.

Sedangkan Hurlock (1999: 46) mengemukakan pola asuh permisif orangtua adalah sikap pola asuh permisif, dengan ciri sebagai berikut: 1) tidak ada aturan yang diberikan oleh orangtua anak diperkenankan berbuat sesuai apa yang dipikirkan anak, 2) tidak ada hukuman, karena tidak ada ketentuan atau peraturan yang dilanggar, 3) ada anggapan bahwa anak akan belajar dari tindakannya yang salah.

Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Perilaku Anak

Sifat yang dihasilkan dari anak yang diasuh dengan pola asuh permisif dijelaskan oleh Yatim dan Irwanto (2001: 96-97) bahwa sifat-sifat pribadi anak yang permisif biasanya agresif, tidak dapat

(5)

bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil, serta memunyai sifat selalu curiga. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

Djamarah (2014: 37) menjelaskan pola asuh permisif orangtua adalah pola asuh di mana orangtua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orangtua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dan dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orangtua, “sok kuasa”, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan dampak negatif pola permisif orangtua bagi pembentukan pribadi anak, adalah:

1. Anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.

2. Anak sering mogok bicara dan tidak mau belajar, serta bertingkah laku menentang.

3. Anak mudah berontak dan keras kepala.

4. Anak kurang memperhatikan disiplin, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam pergaulan di masyarakat.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan November 2019 hingga bulan Januari 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 orang siswa, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling yaitu teknik penarikan sampel menggunakan cara memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan angket. Wawancara dilakukan di awal penelitian untuk mendapatkan data tentang masalah kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawotobi. Angket, digunakan untuk memperoleh data mengenai pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawotobi.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Data yang berhasil dikumpulkan disajikan dalam bentuk statistik deskriptif, meliputi skor rata-rata, simpangan baku, median, modus, skor maksimum dan skor minimum. Untuk mendeskripsikan pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa dengan bantuan aplikasi Statistic SPSS Version 20.0. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Namun sebelum pengujian, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat tes untuk menentukan teknik statistik yang akan diigunakan dalam menguji hipotesis penelitian, yaitu berupa uji normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya, teknik analisis lain yang digunakan adalah analisis korelasi pearson product moment. Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan (korelasi) variabel pola asuh permisif orangtua (X) terhadap kebiasaan belajar siswa (Y). Analisis ini dilakukan dengan dengan menggunakan bantuan aplikasi Statistic SPSS Version 20.0.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian

Deskripsi Data Pola Asuh Permisif Orangtua

Data pola asuh permisif orangtua diukur menggunakan angket yang terdiri dari 34 butir pernyataan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 4. Adapun distribusi frekuensi data pola asuh permisif orangtua yang dianalisis dengan bantuan SPSS dapat dilihat pada tabel berikut:

(6)

Tabel 1

Analisis Statistik Deskriptif Pola Asuh Permisif Orangtua

Berdasarkan data tabel di atas diketahui nilai maksimum sebesar 116, nilai minimum sebesar 87, nilai rerata sebesar 96,60 dan standar deviasi sebesar 7,325.

Deskripsi Data Kebiasaan Belajar Siswa

Data kebiasaan belajar siswa diukur menggunakan angket yang terdiri dari 32 butir pernyataan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 4. Adapun distribusi frekuensi data kebiasaan belajar siswa yang dianalisis dengan bantuan SPSS dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2

Analisis Statistik Deskriptif Kebiasaan Belajar Siswa N Min Max Sum Mean

Std

deviation Variance Hasil belajar 48 71 102 4082 85.04 9.453 89.36 Valid n (listwise) 48

Berdasarkan data tabel di atas diketahui nilai maksimum sebesar 75, nilai minimum sebesar 71, rerata sebesar 73,17 dan standar deviasi sebesar 9,453. Analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas data telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian yaitu “ada hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawotobi”.

Pengujian hipotesis ini menggunakan rumus analisis korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan SPSS Version 20. Berdasarkan nilai koefisien korelasi data nilai angket pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 1 Wawotobi sebesar -0,773, jika dibandingkan dengan rtabel pada α = 0,05 dan n = 48 sebesar 0,273, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dengan arah negatif antara pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa. Dengan demikian, maka hipotesis penelitian (Ha) diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan hasil belajar siswa pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawotobi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pola asuh permisif orangtua diketahui nilai maksimum sebesar 118, nilai minimum sebesar 87, nilai rerata sebesar 102,56 dan standar deviasi sebesar 7,325.

Sedangkan data kebiasaan belajar siswa diketahui nilai maksimum sebesar 75, nilai minimum sebesar 71, rerata sebesar 73,17 dan standar deviasi sebesar 9,453. Hasil analisis inferensial diperoleh data nilai koefisien korelasi data nilai angket pola asuh permisif orangtua dan kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 1 Wawotobi sebesar 0,773, jika dibandingkan dengan rtabel pada α = 0,05 dan n = 48 sebesar 0,273, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh permisif orangtua dan hasil belajar siswa.

Pola asuh permisif orangtua adalah sikap pola asuh permisif, dengan ciri sebagai berikut: 1) tidak ada aturan yang diberikan oleh orangtua anak diperkenankan berbuat sesuai apa yang dipikirkan anak, 2) tidak ada hukuman, karena tidak ada ketentuan atau peraturan yang dilanggar, dan 3) ada anggapan bahwa anak akan belajar dari tindakannya yang salah (Hurlock, 1999: 46).

N Min Max Sum Mean Std

Deviation Variance Pola Asuh Permisif 48 47 116 4733 98.6 7.325 53.648 Valid N (Listwise) 48

(7)

Sifat dan karakter anak yang dihasilkan dari pola asuh permisif yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak yang artinya bahwa anak diberi kebebasan sepenuhnya untuk berbuat dan bertanggung jawab terhadap tindakannya. Orangtua menuruti segala kemauan anak yang berdampak anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orangtua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Namun sebaliknya, jika anak tidak dapat bertanggung jawab dengan diri dan perilakunya maka akan menjadi pribadi yang tidak terkontrol dan melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Yatim & Irwanto (2001: 96-97) yang menjelaskan bahwa “sifat-sifat pribadi anak yang permisif biasanya agresif, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil, serta memunyai sifat selalu curiga”. Akibatnya, anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat tanpa kontrol. Pendapat tersebut jika dikaitkan dengan kebiasaan belajar anak adalah seorang anak yang dididik dengan pola asuh permisif maka akan menjadi anak yang tidak mampu mengontrol dirinya termasuk salah satunya ia tidak dapat mengikuti atau mematuhi aturan, dan tata tertib yang ada, serta akan memiliki kecenderungan untuk tidak disiplin dan tidak mampu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Dalam hal menumbuhkan kebiasaan belajar baik pada anak maka apabila anak tidak mampu mengontrol perilakunya maka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif dari lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif orangtua adalah pola asuh yang lemah, di mana orangtua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu yang anak sukai, orangtua hanya memberikan fasilitas sedangkan orangtua tidak tau fasilitas itu digunakan untuk hal kebaikan atau tidak, jika anak melakukan kesalahan maka orangtua tidak banyak memberikan hukuman atau dapat dikatakan bahwa pola asuh permisif orangtua adalah pola asuh yang sangat sedikit kontrol orangtua terhadap kehidupan anak. Sehingga dampaknya adalah apabila anak atau siswa belum menyadari mengenai pentingnya belajar dan menetapkan target dalam belajar maka siswa akan mengembangkan kebiasaan belajar yang kurang baik. Namun sebaliknya jika anak menyadari mengenai pentingnya belajar maka anak akan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik yang akan berdampak pada prestasi belajarnya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: hasil analisis statistik menunjukkan skor rata-rata pola asuh permisif orangtua sebesar 96,60 yang berada pada kategori tinggi, sedangkan skor kebiasaan belajar siswa sebesar 85,04 yang berada pada kategori rendah. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa diperoleh nilai pearson correlation sebesar -0,773, hal ini menunjukkan adanya hubungan kuat antara pola asuh permisif orangtua dengan kebiasaan belajar siswa pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wawotobi dengan arah hubungan negatif.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk siswa, hendaknya selalu membuka diri dan menerima masukan dari teman dan guru, sehingga siswa makin menyadari pentingnya menumbuhkan dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dengan cara belajar yang giat dan bertanggung jawab dengan perilakunya.

2. Bagi guru, agar memberikan perhatian kepada siswa karena adanya perbedaan pola asuh orangtua, sehingga dampak negatifnya dapat diminimalisir sehingga siswa terhindar dari berbagai masalah khususnya masalah dalam hal belajar sehingga siswa dapat belajar dengan lebih baik.

3. Bagi sekolah, pihak sekolah agar menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga siswa dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.

4. Bagi orangtua, hendaknya dapat merubah pola asuh permisif dalam mendidik anak menjadi pola asuh yang lebih baik misalnya menggunakan pola asuh demokratis.

(8)

Daftar Pustaka

Aunurrahman. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Casmini. (2007). Emotional Parenting. Yogyakarta: Pilar Medika Djaali. (2011). Psikologi Pedidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2014). Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta:

Rineka Cipta

Fitriyani, Listia. (2015). Peran Pola Asuh Orangtua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak. Lentera, Vol. 18, No. 1, Hal. 93-110.

Hurlock, Elizabeth. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta: PT Erlangga.

Mirantika, Nova Rlis. (2016). Hubungan Pola Asuh Permisif dan Otoriter dengan Kenakalan Remaja.

Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Hartono dan Sudarmadji. (2012). Dasar-dasar Bimbingan Konseling: Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketiga Belas Jilid I. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tridhonanto, Al. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Gramedia.

Uju, F. E., & Paul, A. O. (2017). Study Habit and its Impact on Secondary School Students’

Academic Performance in Biology in the Federal Capital Territory, Abuja. Academic Journals Educational Research and Reviews, Vol. 12, No. 10, Hal. 583-588.

Yatim & Irwanto. 2001. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Arcan.

Referensi

Dokumen terkait

It is too simplistic to say that some groups like the supplier- and customer-facing groups unluckily crafted rela- tively poor manufacturing strategies, but somehow the

Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui penerapan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) masa maupun SPT tahunan telah dilaksanakan dengan baik sesuai

Setiap anak yang berkebutuhan khusus seperti tuna rungu yang berada dalam komunitas deaf art community akan menunjukan kepada masyarkat sekitar bahwa anak tuna rungu bukanlah

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penerapan sistem informasi akuntansi penerimaan kas pada Klinik Adhiwarga PKBI DIY sudah memadai sesuai dengan

1 15 xx 18 01 Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi 1 15 xx 18 02 Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan perkoperasian 1 15 xx 18

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP