• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : TIA ISBANDINI

G1A.18.0509

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SUBANG 2022

(2)
(3)
(4)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S Ar-Ra’d : 11)

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

• Mamah dan Bapak, orang tua yang sangat saya sayangi dan selalu memberikan semua yang terbaik untuk saya.

• Kakak dan adik saya yang senantiasa memberi motivasi dan dukungan.

• Teman-teman yang selalu memberikan semangat.

• Teman seperjuangan prodi matematika angkatan 2018

(5)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-Confidence Siswa dengan Menggunakan Model Realistic Mathematics Education (RME) ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada di dalamnya merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditentukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Subang, Juli 2022

Penulis

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Confidence Siswa dengan Menggunakan Model Realistic Mathematic Education (RME)

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat menempuh ujian sidang Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Subang.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adannya motivasi, dukungan, bimbingan, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini sampai akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Dr. Nita Delima, S. Si.,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Subang

2. Ibu Dr. Bety Miliyawati, M.Pd selaku dosen pembimbing pertama yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Yanry Budianingsih, M.Pd selaku dosen pembimbing kedua dan sekaligus ketua program studi pendidikan matematika yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen prodi pendidikan matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta dukugan selama penulis menyelesaikan studi dibangku kuliah.

(7)

vi

5. Kedua orang tua tercinta yang selalu sabar dan senantiasa telah memberikan dukungan secara moral, material dan spiritual.

6. Kakak dan adik-adik saya yang senantiasa sabar dan selalu memberikan dukungan selama ini.

7. Teman-teman kelas satu angkatan 2018 yang telah bekerjasama, membantu, memotivasi dan berbagi pengalaman.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari atas kekurangan, keterbatasan dalam penulisan skripsi ini dimana masih jauh dari kata sempurna, meskipun penulis telah menyelesaikan secara maksimal. Dengan ini penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khusunya pagi penulis. Amin.

Subang, Juli 2022

Penulis

(8)

vii ABSTRAK

Isbandini, T (2022). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Confidence Siswa dengan Menggunakan Model Realistic Mathematic Education (RME).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-confidence siswa yang menggunakan model Realistic Mathematic Education (RME) lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain yang digunakan adalah The Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Desaign. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII dan sampel mengambil dua kelas yaitu kelas VIII C dan kelas VIII G sebanyak 30 siswa setiap kelasnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan soal tes uraian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, lembar observasi dan angket skala sikap berupa angket self-confidence siswa dan angket model Realistic Mathematic Education (RME).

Hasil dari pretest, postest, dan N-gain dari kedua kelas diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 25 dengan taraf signifikansi 0,05 yang sesuai syarat pengujian.

Angket self confidence menggunakan skala likert dengan mengubah respon siswa ke dalam bentuk data kuantitatif kemudian skor rata-rata diambil dari keseluruhan pertanyaan. Angket sikap siswa terhadap model Realistic Mathematic Education (RME) diperoleh dari persentase setiap jawaban siswa. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu : (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model Realistic Mathematic Education (RME) lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori. (2) self-confidence siswa dengan menggunakan model Realistic Mathematic Education (RME) adalah tinggi. (3) sikap siswa sebagian besar positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model Realistic Mathematic Education (RME)

Kata Kunci : model Realistic Mathematic Education (RME), kemampuan pemecahan masalah matematis, self-confidence.

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 13

BAB II ... 16

KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Pemecahan Masalah Matematis ... 16

(10)

ix

B. Self-Confidence ... 20

C. Keterkaitan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-Confidence ... 24

D. Model Realistic Mathematic Education (RME) ... 25

E. Pembelajaran Ekspositori ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 32

G. Kerangka Berfikir ... 33

H. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III ... 36

METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode dan Desain Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 38

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 38

2. Lembar Observasi ... 46

3. Angket Self-Confidence ... 48

4. Angket sikap siswa terhadap Model RME ... 48

E. Bahan Ajar ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Analisis Data Hasil Tes ... 50

2. Analisis Data Hasil Non Tes ... 53

a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 53

(11)

x

b. Lembar Observasi Guru ... 54

c. Angket Self-Confidence Siswa ... 55

d. Angket Model Realistic Mathematics Education (RME) ... 56

H. Prosedur Penelitian ... 57

BAB IV ... 59

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Hasil Data Pretes ... 59

2. Hasil Data Postes ... 63

3. Analisis N-Gain ... 66

4. Observasi Aktivitas Siswa ... 68

5. Observasi Guru ... 69

6. Angket Self-Confidence ... 70

7. Angket Model Pembelajaran RME ... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V ... 95

KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 100

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 218

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rubrik Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 39

Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Validitas Soal ... 41

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Hasil Uji Coba ... 41

Tabel 3.4 Klasifikasi Realibilitas Hasil Uji Coba ... 42

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 43

Tabel 3.6 Daya Pembeda Hasil Uji Coba... 44

Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 44

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba ... 45

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Coba ... 45

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 46

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru ... 47

Tabel 3.12 Teknik Pengumpulan Data ... 49

Tabel 3.13 Klasifikasi N-gain ... 53

Tabel 3.14 Kategori Predikat Aktivitas Siswa ... 54

Tabel 3.15 Kategori Predikat Guru ... 54

Tabel 3.16 Pedoman Konversi Skor ... 55

Tabel 3.17 Pedoman Konversi Skor ... 56

Tabel 3.18 Kriteria Penafsiran Persentase Jawaban Angket ... 57

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Skor Pretes ... 59

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes ... 60

(13)

xii

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 61

Tabel 4.4 Uji-t Data Pretes ... 62

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Skor Postes ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Postes ... 64

Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney Data Postes ... 65

Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Data N-gain ... 66

Tabel 4.9 Uji Normalitas N-gain ... 67

Tabel 4.10 Uji Mann-Whitney Data N-gain ... 68

Tabel 4.11 Skor Angket Self-Confidence ... 70

Tabel 4.12 Skor Angket Sikap Siswa terhadap Model RME ... 78

Tabel 4.13 Rekapitulasi Skor Angket Sikap Siswa terhadap Model RME ... 85

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jawaban Soal Nomor 1 ... 87

Gambar 2 Jawaban Soal Nomor 2 ... 88

Gambar 3 Jawaban Soal Nomor 3 ... 89

Gambar 4 Jawaban Soal Nomor 4 ... 90

(15)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Kerangka Berfikir……… 34

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Bahan Ajar dan Instrumen Penelitian

A.1 Silabus ... 100

A.2 RPP Kelas Eksperimen ... 103

A.3 RPP Kelas Kontrol ... 127

A.4 Bahan Ajar ... 151

A.5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 172

A.6 Kunci Jawaban ... 174

A.7 Kisi-Kisi Angket Self-Confidence ... 177

A.8 Angket Self-Confidence ... 177

A9 Kisi-Kisi Angket Model RME ... 180

A.10 Angket Model RME ... 180

A.11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 182

A.12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 183

A.13 Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 184

A.14 Lembar Observasi Guru ... 185

Lampiran B Analisis Data Hasil Uji Coba B.1 Data Hasil Uji Coba ... 187

B.2 Data Hasil Validitas ... 188

B.3 Data Hasil Reliabilitas ... 188

B.4 Data Hasil Daya Pembeda ... 189

B.5 Data Hasil Indeks Kesukaran ... 190

B.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba ... 190

(17)

xvi Lampiran C Pengolahan Data Hasil Penelitian

C.1 Daftar Nama Siswa ... 191

C.2 Data Hasil Pretes Eksperimen ... 192

C.3 Data Hasil Pretes Kontrol ... 193

C.4 Data Hasil Postes Eksperimen ... 194

C.5 Data Hasil Postes Kontrol ... 195

C.6 Data Hasil Akhir Self-Confidence ... 196

C.7 Data Hasil Akhir Sikap Siswa Terhadap Model RME ... 197

C.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 202

C.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Guru ... 202

C.10 Analisis Hasil Pretes ... 208

C.11 Analisis Hasil Postes ... 210

C.12 Analisis Hasil N-Gain ... 211

Lampiran D Surat Perizinan D.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 213

D.2 Surat Izin Penelitian ... 214

D.3 Surat Pernyataan dari SMP Negeri 1 Sagalaherang ... 215

D.4 Kartu Bimbingan ... 216

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan landasan utama bagi manusia untuk mengembangkan suatu potensi dalam diri. Pendidikan sangat diperlukan dalam membentuk pola pikir yang cerdas dan kreatif serta membentuk manusia agar mandiri dan mampu bersaing di era globalisasi. Dengan pendidikan manusia mampu mengatasi masalah dalam situasi dan kondisi yang beragam. Pendidikan mampu memotivasi siswa dalam menggali suatu potensi dalam dirinya serta mengasah kemampuannya. Pendidikan juga membantu dalam mengembangkan diri secara berkomunikasi, adaptasi, memahami, bekerjasama, menyelesaikan masalah serta saling menghormati satu sama lain.

Pendidikan merupakan suatu sarana bagi setiap individu dalam menggali potensi dan mengembangkan kemampuannya. Melalui proses pembelajaran setiap individu mampu menjadi manusia yang cerdas dan memiliki karakter, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang mampu mendukung siswa dalam memperoleh pengetahuan, penguasaan, serta pembentukan sifat dan kepercayaan diri sehingga didapatkan perubahan yang signifikan pada peserta didik. Pembelajaran bukan hanya sekedar penyampaian suatu materi pelajaran kepada peserta didik, lebih dari itu pembelajaran mampu membangun karakter yang lebih baik dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada disekitarnya.

(19)

2

Matematika merupakan ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena matematika telah menjadi bagian dari manusia. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, matematika adalah mata pelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan dari mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas serta Perguruan Tinggi.

Matematika juga dapat digunakan dan diterapkan di luar bidang akademik, banyak dari setiap bidang kehidupan menggunakan ilmu matematika, maka tidak dapat dipungkiri bahwa matematika merupakan kebutuhan dalam kehidupan sehari- hari dan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Matematika sangat berperan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sejalan dengan pendapat Bernard (Al Ayubi 2018) bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah harus dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kamarullah (2017) menegaskan siswa dituntut sesuai kuruikulum dengan tujuan yang lebih komprehensif, yakni : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

(20)

3

menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan utama pembelajaran matematika, sehingga kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki siswa.

Menurut Hendriana dkk (2017) pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan matematis yang penting dan perlu dikuasai peserta didik yang belajar matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting bagi peserta didik bukan saja untuk mempermudah peserta didik mempelajari pembelajaran matematika, namun dalam pembelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Hidayat dan Sariningsih (2018) Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan inti pembelajaran yang merupakan kemampuan dasar dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusinya. Hidayat dan Sariningsih (2018) menyatakan bahwa pemecahan masalah memuat empat langkah penyelesaiannya yaitu memahami masalah, merencanakan masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan. Setiap langkah memiliki keterhubungan dalam proses menyelesaikan suatu permasalahan matematis.

(21)

4

Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Matematika banyak diasumsikan sejak kecil merupakan mata pelajaran yang sulit di pelajari serta dipahami, dilihat masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika karena siswa cenderung tidak memahami konsep dan kurang memahami soal matematika yang diberikan terlebih pada soal cerita karena kesulitan siswa menjadi malas untuk menyelesaikan soal matematika terutama pada soal bentuk cerita selaras dengan yang diungkapkan Al Ayubi (2018) tidak sedikit siswa yang berasumsi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal ini dikarenakan matematika merupakan pelajaran abstrak yang membutuhkan pemikiran yang kompleks. Untuk beberapa materi, matematika disajikan dalam soal cerita yang berorientasi pada kehidupan nyata. Salah satu faktor penyebab rendahnya pemecahan masalah matematika siswa yaitu ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memilki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, kemudian siswa yang mengalami kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, dan kemungkinan ada siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran (Rosneli, 2019).

Dalam pengalaman lapangan ternyata dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa yang belum berpikir logis, kritis dan luwes dalam menyelesaikan masalah matematis. Ditambah dengan suasana pembelajaran matematika yang cenderung berfokus kepada guru, dimana diawali dengan penjelasan konsep secara informatif, memberikan contoh soal kemudian

(22)

5

memberikan latihan soal, sehingga siswa menerima apa yang diberikan oleh guru serta mengerjakan latihan-latihan soal tanpa terjalin komunikasi dua arah dalam kegiatan pembelajaran. Ditambahkan dengan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Sagalaherang masih banyak siswa setiap kali diberikan soal yang perlu analisis seperti soal cerita siswa memang mengalami kesulitan dalam menyelesaiakan permasalahan matematis dan kurangnya rasa percaya diri siswa pada hasil pada hasil kerjanya sendiri sehingga banyak siswa yang enggan untuk mempresentasikan hasil kerja dan mengemukakan konsep dalam memecahkan masalah matematis. Siswa cenderung lebih menyukai soal prosedural rutin yang dimana sudah ada rumus yang jelas, jika diberikan soal yang sedikit berbeda dan membutuhkan pemikiran yang kompleks siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.

Menurut Antara (2019), guru melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan fungsi guru sebagai teladan, fasilitator dan motivator kepada siswa.

Sehingga, guru memfasilitasi siswa agar dapat memecahkan masalah matematika.

Pada permasalahan yang diberikan, siswa tidak hanya berfokus pada bagaimana cara berhitung tetapi juga bagaimana cara untuk dapat memecahkan suatu masalah (problem solving). Pengajaran guru dalam kelas merupakan hal yang penting karena dengan pengajarannya dapat menentukan apakah siswa mampu memecahkan masalah yang ada atau tidak. Banyak peserta didik yang kesulitan dalam pemecahan masalah karena siswa tidak memahami cara memecahkan masalah.

Dengan cara dikaitkannya suatu masalah terhadap kehidupan sehari- hari akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh peserta karena peserta didik mampu

(23)

6

mengumpamakan suatu permasalahan yang diberikan sehingga siswa akan lebih mudah mendapatkan solusi dalam memecahkan masalah. Ketika siswa mampu memahami suatu permasalahan sampai memecahkan masalah akan menimbulkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya dalam memecahkan suatu permasalahan matematis.

Selain kemampuan kognitif, kemampuan afektif juga harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu kemampuan afektif yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah Self-Confidence (percaya diri) siswa. Dimana dari masalah yang sering terjadi pada siswa adalah rasa percaya diri dalam menyelesaikan masalah matematis yang masih rendah. Siswa tidak yakin pada hasil kerjanya sendiri sehingga membuat siswa tidak mempunyai semangat dalam menyelesaikan masalah dan tidak optimalnya kegiatan belajar mengajar.

Siswa merasa malu dan tidak berani untuk bertanya apabila ada masalah yang sulit untuk diselesaikan atau kurang dipahami. Dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran matematika terlihat siswa bersikap pasif apabila diberikan tugas siswa tidak berusaha sendiri dalam menyelesaikan soal permasalahan matematis tetapi siswa cenderung menunggu jawaban dan menyalin hasil kerja temannya. Ini menunjukan bahwa kepercayaan diri dalam belajar matematika siswa masih rendah.

siswa yang tidak memiliki rasa percaya selalu merasa takut dan berfikir negatif terhadap kemampuan dirinya, sehingga potensi diri yang dimiliki siswa tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri akan cenderung pasif di lingkungan akademik maupun di lingkungan sosial karena mereka akan menarik diri karena merasa takut dan ragu sehingga kurangnya

(24)

7

interaksi sosial. Dengan keadaan seperti ini seorang siswa akan kehilangan motivasi dalam mencapai hasil belajar yang optimal dan siswa akan kehilangan keberanian dalam mencoba ide-ide baru yang menantang karena mereka selalu merasa tidak akan mampu untuk menyelesaikannya. Tidak adanya rasa percaya diri pada siswa dapat terlihat dari perilakunya yang mudah menyerah, emosi yang tidak stabil, gugup, tidak bersemangat, selalu mengandalkan orang lain dalam menyelesaikan masalah, apabila ada materi yang tidak dimengerti siswa cenderung menunggu jawaban dari temannya dibandingkan bertanya langsung kepada guru karena takut dianggap kurang mampu dalam menyelesaikan masalah yang akan mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan murid sehingga tidak tercapainya tujuan dari kegiatan belajar.

Seharusnya siswa memiliki rasa percaya diri seperti semangat dalam belajar, rasa ingin tahu yang tinggi, aktif dalam berinteraksi baik di lingkungan akademik maupun di lingkungan sosial, optimis, bertanggung jawab, selalu berpikir positif terhadap diri sendiri, selalu ingin mencoba hal-hal baru, semangat ketika dihadapkan pada tantangan baru, selalu bertanya kepada guru ketika ada hal yang tidak dipahami. Self-confidence sangat penting karena mampu merangsang keberanian dalam bertindak, mencoba hal-hal baru yang akan membuka peluang yang lebih besar untuk mengembangkan potensi diri. Ketika siswa memiliki kepercayaan diri akan ada interkasi yang baik antara siswa dan guru sehingga tujuan pembelajaran matematika akan tercapai secara optimal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sangatlah penting siswa memliki kemampuan pemecahan masalah dan self-confidence dalam pembentukan

(25)

8

karakter siswa dan ketercapaian tujuan pembelajaran matematika. Namun dalam mencapai hal tersebut memerlukan pendekatan atau perlakuan dalam kegiatan pembelajaran yang tepat sehingga mampu meningkatkan kemampu pemecahan masalah matematis dan self-confidence . Pendekatan yang mampu membuat siswa mengkontruksi sendiri, mengaitkan kegiatan atau peristiwa yang pernah dialami siswa atau yang nyata sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menyelesaikan permasalahn matematis, menciptakan ide-ide dalam proses penyelesaian masalah sesuai dan kegiatan yang terfokus kepada siswa yang membuat siswa lebih mandiri dan percaya diri. Salah satu metode yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self-confidence siswa dengan menerapkan pembelajaran secara nyata adalah Model Realistic Mathematic Education (RME).

Menurut Susanti (2018) Model Realistic Mathematic Education (RME) ini merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri menggunakan masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan hasil, dan kontruksi siswa sendiri, pembelajaran terfokus pada siswa dan terjadi interaksi antara siswa dan guru. Menurut Nasir dkk (2019) Pendekatan realistik atau RME juga dapat diartikan sebagai cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelidiki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata. Dalam pembelajaran ini peserta didik diajak untuk membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya. Jadi dalam model Realistic Mathematic Education (RME) peserta didik akan lebih berperan dalam pembelajaran dimana dia akan menyangkut pautkan apa yang ada didunia nyata

(26)

9

sesuai dengan materi pembelajaran sehingga peserta didik akan mudah memahami maksud dari pembelajaran tersebut. Dengan arti lain bahwa model Realistic Mathematic Education (RME) adalah pendekatan yang mengaitkan kegiatan atau peristiwa yang pernah dialami siswa atau yang nyata sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menyelesaikan permasalahan matematis dengan menganalisis, menggunakan metode penyelesaian yang tepat dan menyimpulkan hasil sehingga siswa lebih kritis dan memahami cara menyelesaikan masalah matematis. Dengan pendekatan menggunakan Model Realistic Mathematic Education (RME) siswa menjadi lebih kreatif, aktif dan tidak terfokus pada penyelesaian soal yang diberikan oleh guru dalam menyelesaikan soal matematika.

Menurut Susanti (2018) dari hasil tes yang diberikan dapat terlihat siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) lebih cakap dalam menyusun kalimat untuk menjawab soal. Hal ini disebabkan siswa sudah sering terlatih dalam menyampaikan informasi atau alasan selama kegiatan belajar berlangsung, sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) yang menjadikan siswa tersebut mengetahui manfaat matematika bila siswa tersebut mengetahui manfaat matematika bagi diri dan kehidupannya, karena itu mengaitkan pembelajaran matematika dengan realita dan kegiatan manusia merupakan salah satu cara untuk membuat anak tertarik belajar matematika.

Melihat tinjauan di atas penulis ingin meneliti kemampuan memecahkan masalah matematika dan self-confidence siswa dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Dimana Pengaruh Model Realistic

(27)

10

Mathematic Education (RME) ini merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri menggunakan masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan hasil, dan kontruksi siswa sendiri, pembelajaran terfokus pada siswa dan terjadi interaksi antara siswa dan guru. Permasalahan yang tampak antara lain siswa tidak berani untuk bertanya jika ada materi yang kurang dimengerti, apabila diberi soal latihan hanya siswa tertentu saja yang termotivasi untuk mengerjakan soal terlebih jika soal tersebut sulit untuk diselesaikan siswa menjadi malas untuk mencari penyelesaiannya, apabila terdapat permasalahan yang bersifat abstrak, maka siswa belum bisa menghubungkan pada hal kongkrit yang ada disekitar lingkungan siswa, dan siswa hanya mengerjakan soal dengan jawaban yang sama dan tidak berani mencoba dengan cara lain, siswa tidak percaya diri pada hasil kerjanya sendiri sehingga selalu menunggu jawaban dari temannya, siswa cenderung pasif dan hanya siswa tertentu saja yang aktif ketika kegiatan pembelajaran matematika berlangsung sehingga kurangnya interkasi antara seluruh siswa dan guru. Beberapa permasalahan tersebut tampak dalam proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Confidence Siswa dengan Menggunakan Model Realistic Mathematics Education (RME)”.

(28)

11

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa cenderung tidak memahami konsep matematika.

2. Siswa kurang memahami soal matematika terlebih soal cerita.

3. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit karena matematika pelajaran yang abstrak membutuhkan pemikiran yang kompleks.

4. Siswa tidak percaya diri pada hasil kerjanya, siswa menganggap bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, enggan untuk mencoba dan mengakibatkan adanya kelemahan dalam percobaan pengumpulan informasi, siswa tidak aktif dalam pembelajaran.

5. Berfokus pada guru yang merupakan teladan, fasilitator dan motivator.

6. Siswa belum mampu menghubungkan soal yang abstrak terhadap kehidupan dan siswa tidak berani mencoba.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah yang diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan Self- Confidence siswa di SMP yang menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME) lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran ekspositori?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) ?

(29)

12

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis dan Self-Confidence siswa di SMP dengan menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME) lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran ekspositori?

2. Mengetahui sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis atau Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model Realistic Mathematics Education (RME).

2. Manfaat Teoritis atau Akademis a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan melatih mental peneliti sebagai calon pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran

b. Bagi Siswa

Sebagai pemicu semangat dalam mengembangkan kepribadian siswa dan belajar matematika melalui model Realistic Mathematics Education (RME).

(30)

13

c. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru mengenai model Realistic Mathematics Education (RME) dan dapat mengaplikasikan model tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh pengalaman langsung melalui model Realistic Mathematics Education (RME).

d. Bagi Sekolah

Digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Realistic Mathematics Education (RME) dalam kegiatan pembelajaran matematika.

F. Definisi Operasional

Untuk lebih memperjelas masalah ini dan agar tidak terjadi kesalahpahaman, akan diberikan definisi masing-masing pokok bagian yang digunakan secara operasional sebagai berikut.

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan langkah-langkahnya dalam proses menyelesaikan soal matematis. Adapun indikator pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Polya (Winarti, 2017) yaitu : 1) memahami masalah; 2) menyusun strategi atau rencana penyelesaian; 3) menyelesaikan permasalahan sesuai rencana yang telah dibuat, dan 4) memeriksa kembali jawaban.

(31)

14

2. Self-Confidence

Self-confedence (Percaya diri) adalah keyakinan dalam diri seseorang pada setiap aspek kelebihan yang dimilikinya serta keyakinan tersebut mampu membuat dirinya merasa mampu untuk menyelesaikan masalah atau dalam mencapai tujuannya. Adapun indikator self-confident yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Fauziah dkk (2018) diantaranya percaya kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif, dan berani mengemukakan pendapat.

3. Model Realistic Mathematic Education (RME)

Model Realistic Mathematics Education (RME) adalah model pembelajaran yang melakukan pendekatan terhadap siswa menggunakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau hal yang nyata. Adapun langkah-langkah model Realistic Mathematic Education (RME) yaitu memahami permasalahan kontekstual, menyelesaikan permasalahan kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban tersebut, menarik kesimpulan berupa materi.

4. Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada guru ( teacher centered ) dengan memberikan keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep dari materi pelajaran serta diberikannya contoh- contoh latihan dalam pemecahan masalah dengan ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan kepada siswa. Gurusinga dan Sibarani (Ariani 2017) langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran ekspositori adalah (1)persiapan merupakan tahap awal kunci dari strategi pembelajaran

(32)

15

ekspositori, (2) korelasi merupakan hubungan antara materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya, (3) menyimpulkan tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah dipaparkan, (4) mengaplikasikan merupakan langkah yang sangat penting sebab guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan materi siswa tehnik yang biasa dilakukan pada langkah ini adalah memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian hanya pada kehidupan dalam kebudayaan Jepang dan dihubungkan dengan kondisi masyarakat Jepang saat itu yaitu pada zaman Taisho yang berkaitan

Keefektifan perangkat pembelajar- an pada kelompok eksperimen ini sealur dengan pendapat Davis & Sorrell (1995) yang menggunakan tiga kriteria untuk menyatakan pembelajaran

a) Kajian ini diharap dapat dijadikan sebagai maklum balas kepada jabatan Pendidikan Negeri Johor (JPNJ) dan Kementerian Pelajaran Malaysia untuk meningkatkan tahap

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan sistem belajar siswa banyak ditentukan oleh faktor guru, hal ini sangat tergantung bagaimana cara dan strategi

Dari Gambar 5.1 sampai 5.4 dapat disimpulkan penelitian air cooler menggunakan cooling pad honey comb dan variasi sponge cooling pad, dengan variasi

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

1) Biaya NR dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dituangkan dalam dokumen anggaran dan dilaksanakan Kanwil Depag Provinsi, dengan