• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode aerasi terhadap kualitas pupuk organik cair di kelompok wanita tani Sri Mertani Makmur Sumber Gondo Bumiaji Kota Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh metode aerasi terhadap kualitas pupuk organik cair di kelompok wanita tani Sri Mertani Makmur Sumber Gondo Bumiaji Kota Batu"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DI KELOMPOK WANITA TANI

SRI MERTANI MAKMUR SUMBER GONDO BUMIAJI KOTA BATU

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ELFANI IKHWAN NURI 04.01.18.090

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DI KELOMPOK WANITA TANI

SRI MERTANI MAKMUR SUMBER GONDO BUMIAJI KOTA BATU

Diajukan sebagi syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P) PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ELFANI IKHWAN NURI 04.01.18.090

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DI KELOMPOK WANITA TANI SRI MERTANI MAKMUR SUMBER GONDO BUMIAJI

KOTA BATU

ELFANI IKHWAN NURI 04.01.18.090

Malang juli 2022

Mengetahui,

Pembimbing I,

Achmad Nizar, SST, M.Sc NIP. 19631228 198803 1 001

Pembimbing II,

Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP NIP. 19770828 2006042001

Mengetahui, Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH METODE AERASI TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DI KELOMPOK WANITA TANI SRI MERTANI MAKMUR SUMBER GONDO BUMIAJI

KOTA BATU

ELFANI IKHWAN NURI 04.01.18.090

Telah dipertahankan didepan penguji Pada tanggal 28 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I,

Achmad Nizar, SST, M.Sc NIP. 19631228 198803 1 001

Penguji II,

Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP NIP. 19770828 2006042001

Penguji III

Ir. Dwi Purnomo MM NIP. 19610515 198603 1 002

(5)

iv

LEMBAR PERUNTUKAN

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya Bapak Achmad .Z dan Ibu Sumiati serta kakak saya Naimatul alfiyan beserta keluarga besar saya yang selalu

mendoakan , memberikan dukungan, motivasi dan sangat berjasa dalam perjalanan saya selama menempuh pendidikan.

2. Bapak Achmad nizar SST M Sc selaku dosen pembimbing satu

saya dan Ibu Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP selaku dosen pembimbing dua dan Ir. Dwi Purnomo MM penguji saya yang telah dengan sabar membimbing, memberikan arahan serta motivasi kepada saya sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

3. Ibu bekti nur utami selaku dosen dan ibu saya selama di kampus yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan

serta bimbingannya.

4. Seluruh civitas akademika Polbangtan Malang yang telah memberikan kesempatan dalam menimba ilmu dan

pengalaman berharga bagi saya selama menempuh pendidikan di Polbangtan Malang.

5. Seluruh angkatan 2018 Polbangatan Malang, terkhusus kelas Pertanian C yang telah memberikan dorongan dan motivasi bagi saya sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

6. terima kasih untuk dika arum, ardhianto, adyana, arif,munir, alfiyan septi, yuni, luluk, lutfiah yang selalu membantu, memberikan

support, waktu, tenaga dan pikirannya demi kelancaran Tugas Akhir saya.

7. Yang terakhir terima kasih kepada diri saya sendiri yang telah berjuang hingga akhir.

(6)

v

PERNYATAAN

ORISINILITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa selama pengerjaan karya saya, di dalam bentuk naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah tertulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur – unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Malang, 2022

Elfani Ikhwan Nuri NIRM. 04.01.18.090

(7)

vi RINGKASAN

Elfani Ikhwan Nuri, Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Pada Kelompok Wanita Tani Sri Mertani Sejahtera Sumber Gondo Bumiaji Kota Batu. NIM : 04.01.18.090. Pembimbing : Achmad Nizar SST, M.Sc. dan Dr.

Eny Wahyuning P, SP, MP.

Tujuan 1.) Mengetahui Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair danMengetahui laju kecepatan pematangan pupuk penggunaan alat aerasi pupuk dibanding tanpa aerasi 2.)Menyusun rancangan penyuluhan tentang efektifitas pengunaan alat pengolahan pupuk metode aerasi terhadap kualitas pupuk organik.3.)Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Di Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu.

Hasil dari penelitian ini pengolahan pupuk dengan metode aerasi hanya terjadi selama 14 hari, dengan suhu tertingi 32° C dan suhu terendah 28. Pada pengolahan pupuk dengan metode metode non aerasi, proses penguraian terjadi selama 21 hari. Pada pH pada nilai 5,85 yang merupakan titik terendah. pH tertinggi yaitu 7,05. Untuk hasil lab kandungan unsur hara yaitu masing masing NPK 1,20%, 2,23%, 1,43%,dan C organik 11,36%. pada sistem aerasi dan NPK 1,10%, 1,95%, 1,21%, dan C organik 10,45% dengan non aerasi. namun pada kandungan mikroba fungsional terlihat perbedaan yaitu 7,7.1010 cfu/ml sedangkan pada non aerasi 6,3. 108 cfu/ml.hasil penyuluhan didapatkan dari hasil analisis yang telah dilakukan terlihat bahwa skor pre test sebesar 56,1% Sedangkan untuk skor post test 93,3%. hasil keseluruhan penyampaian materi memiliki efektivitas penyuluhan sebesar 84,8%

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan hasil Tugas Akhir dengan judul Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Di Kelompok Wanita Tani Sri Mertani Makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu.

Dalam penyusunan hasil tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Achmad Nizar SST, M.Sc. selaku dosen pembimbing I.

2. Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP selaku dosen pembimbing II Sekaligus Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

3. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis berharap hasil tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta penulis menerima adanya kritik dan saran yang positif dalam penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini.

Malang 1 Juli 2022

Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

LAPORAN TUGAS AKHIR ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

LEMBAR PERUNTUKAN ... iv

PERNYATAAN ORISINILITAS TUGAS AKHIR... v

RINGKASAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 3

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat ... 4

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2. Pupuk ... 9

2.2.1. Pupuk organik ... 9

2.2.2. Pengolahan pupuk ... 9

2.2.3. Efectife Mikroorganisme EM4 ... 12

2.2.4. Bekatul ... 14

2.2.5. Laju pengolahan pupuk ... 15

2.2.6. Aerasi ... 15

2.3. Aspek penyuluhan ... 17

2.2. Kerangka pikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Lokasi Dan Waktu ... 25

3.2. Alat Dan Bahan ... 25

3.2.1. Aerator /gelembung oksigen ... 26

3.2.2. Pompa Air ... 26

3.2.3. Tong Wadah ... 26

(10)

ix

3.3. Metode Kajian ... 27

3.3.1. Tujuan Kajian ... 27

3.3.2. Perancangan alat aerasi pengolahan pupuk ... 27

3.3.3. Rangkaian alat ... 28

3.3.4. Pelaksanaan kajian ... 29

3.3.5. Parameter pengamatan ... 30

3.3.6. Analisis data ... 31

3.4. Perancangan penyuluhan ... 32

3.4.1. Penetapan tujuan penyuluhan ... 32

3.4.2. Penetapan sasaran penyuluhan... 32

3.4.3. Penetapan materi penyuluhan ... 32

3.4.4. Penetapan metode penyuluhan ... 32

3.4.5. Penetapan media penyuluhan ... 33

3.4.6. Penetapan evaluasi penyuluhan ... 34

3.5. Metode Implementasi / Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 36

3.5.1. Persiapan Penyuluhan ... 36

3.5.2. Pelaksanaan Penyuluhan ... 36

3.6. Metode Evaluasi ... 37

3.6.1. Skala Pengukuran ... 37

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.7. Rencana Tindak Lanjut ... 37

3.8. Definisi Operasional ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Biaya Pembuatan Poc ... 39

4.2. Hasil Kajian Teknis ... 40

4.2.1. Suhu ... 40

4.2.2. pH ... 43

4.2.3. Kandungan unsur hara ... 45

BAB V PENYULUHAN ... 49

5.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 49

5.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 49

5.1.2 Data Penduduk Berdasarkan Usia ... 51

5.1.3 Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 51

5.1.4 Data Curah Hujan ... 52

5.1.5 Karakteristik Responden ... 53

(11)

x

5.2 Perancangan Penyuluhan ... 53

5.2.1 Sasaran Penyuluhan ... 54

5.2.2 Tujuan Penyuluhan ... 54

5.2.3 Materi Penyuluhan ... 54

5.2.4 Metode Penyuluhan ... 54

5.2.5 Media Penyuluhan ... 55

5.3 Implementasi Penyuluhan ... 55

5.3.1 Lokasi dan Waktu ... 55

5.3.2 Persiapan Penyuluhan ... 56

5.3.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 56

5.4 Evaluasi Penyuluhan ... 57

5.4.1 Tujuan Evaluasi Penyuluhan ... 57

5.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 57

5.4.2 Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan ... 57

5.4.3 Data Identitas Responden ... 58

5.4.4 Hasil Analisis Data Evaluasi ... 59

5.4.5 Hasil Evaluasi Penyuluhan... 60

BAB VI PEMBAHASAN ... 65

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 65

6.1.1 Implementasi Penyuluhan ... 65

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan ... 66

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 67

BAB VII PENUTUP ... 68

7.1 Kesimpulan ... 68

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 72

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Biaya Pembuatan POC Aerasi ... 39

2 Biaya Pembuatan POC Non Aerasi ... 39

3 Data Pengamatan Suhu ... 48

4 Data Pengamatan Ph ... 49

5 Jenis Pengunaan Lahan ... 48

6 Jumlah Penduduk Berdasrakan Usia Kerja ... 49

7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

8 Data Curah Hujan ... 50

9 Karakteristik Responden ... 51

10 Responden Berdasarkan Umur ... 56

11 Responden Berdasrkan Tingkat Pendidikan ... 57

12. Hasil Pretest Dan Post Test ... 62

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka Pikir ... 24

2 Desain Alat ... 27

3 Aerator 2 Lubang ... 28

4 Pompa Air ... 28

5 Hasil Uji T Suhu ... 40

6 Analisis Ph Pupuk ... 41

7 Hasil Uji T Ph ... 41

8 Analisis Ph Pupuk ... 42

9 Peta Pengunaan Tanah Desa Sumbergondo ... 47

10 Nilai Pretest ... 59

11 Nilai Postest ... 61

12 Grafik Peningkatan ... 64

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Tugas Akhir ... 71

2. Hasil Uji Laboratorium NPK Aerasi ... 72

3. Hasil Uji Laboratorium NPK non Aerasi ... 73

4. Hasil Uji Laboratorium Mikroba Aerasi ... 74

5. Hasil Uji Laboratorium Mikroba non Aerasi... 75

6. Data Pengamatan Suhu Pupuk ... 76

7. Hasil Uji T Data Pengamatan Suhu Pupuk ... 77

8. Data Pengamatan pH pupuk ... 78

9. Hasil Uji t Data Pengamatan pH pupuk ... 79

10. From Matriks Analisa Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian... 80

11. From Matriks Analisa Penetapan Media Penyuluhan Pertanian... 81

12. Sinopsis Penyuluhan ... 82

13. Lembar Pesiapan Menyuluh... 84

14. Media Penyuluhan Pertanian ... 86

15. Berita Acara Pelaksanaan dan Evaluasi Penyuluhan ... 88

16. Daftar Hadir Pelaksanaan dan Evaluasi Penyuluhan ... 89

17. Kisi – Kisi Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ... 91

18. Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ... 92

19. Hasil Uji Validitas Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ... 94

20. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ... 95

21. Data Identitas Wanita Tani Sasaran Penyuluhan ... 96

22. Hasil Jawaban Kuisioner Evaluasi Wanita Tani Sasaran Penyuluhan ... 97

23. Dokumentasi Kegiatan ... 99

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik akan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk organik itu sendiri bisa berasal dari pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tumbuhan,humus dan lain-lain. Namun penggunaan pupuk organik ini lambat laun sudah mulai terlupakan oleh para petani. Petani lebih suka dengan penggunaan pupuk buatan dengan bahan yang berasal dari kimia. Mereka tidak memikirkan dampak yang bisa terjadi yaitu bisa merusak kesuburan tanah. Oleh karena itu dalam pemupukan hendaknya bisa diimbangi dengan penggunaan pupuk organik.

pengelolaan dan penggunaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian sekaligus mempertahankan atau meningkatkan lingkungan dan melestraikan sumberdaya. Jenis pupuk organik dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik cair merupakan larutan yang berisi satu atau lebih zat yang dibutuhkan oleh tanaman yang mudah larut. Pupuk ini berasal dari larutan pembusukan sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia. Pupuk organik cair mengandung unsur hara Fosfor, Nitrogen, dan Kalium yang di butuhkan oleh tanaman, serta memperbaiki struktur tanah dan mikroorganisme di dalam tanah.

Penggunaan pupuk organik cair lebih mudah dan efisien karena mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk organik cair dapat lebih merata dan dapat diatur sesuai kebutuhan. Dalam pembuatan pupuk organik cair pada prosesnya membutuhkan waktu fermentasi dan juga bioaktivator

(16)

2 Proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair merupakan proses penguraian atau perombakan bahan organik yang dilakukan dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme fermentatif yang disebut bioaktivator. Bioaktivator yang sering digunakan adalah MOL (Mikro Organisme Lokal) dan EM4 (Effective Micoorganism 4). MOL dapat dibuat dari larutan bahan-bahan alami seperti kotoran hewan karena mengandung mikroorganisme tertentu. Menurut penelitian Suryani dkk. (2010), Agar proses dekomposisi pada proses pengolahan pupuk berjalan dengan baik, maka keberadaan jumlah mikroorganisme tertentu harus mencukupi. Untuk memenuhi jumlah mikroorganisme peranan bioaktivator sangatlah diperlukan. yang memanfaatkan sejumlah mikroorganisme untuk mempersingkat waktu pengomposan secara aerob. Dalam bioaktivator tersebut terdapat berbagai macam mikroorganisme penting yang sangat dibutuhkan dalam proses dekomposisi pengolahan pupuk.

Pada EM4 mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik, dan jamur pengurai sellulosa. Yang mana keunggulan dari EM4 ini adalah akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan tersedia bagi tanaman (Hadisuwito, 2012).

Ketepatan dalam proses pembuatan pupuk mempengaruhi kualitas pupuk organik itu sendiri. Pada pengolahan pupuk yang baik adalah tetap mempertahankan keberadaan mikroba sebagai bakteri dalam pengolah pupuk. Keberadaan microba dalam pupuk oraganik adalah unsur yang penting dalam kegiatan penyuburan tanah untuk mempertahanknnya melalaui proses pengolahan yang tepat dimana kebutuhan dari microba di suplai seperti makanan dan oksigen.keberadaan mikroba pada saat pengolahan bisa dipertahankan dengan mengunakan metode aerasi (aerob).

Pengolahan pupuk aerasi merupakan proses penambahan atau pemberian oksigen (udara) ke dalam media pembuatan pupuk dengan tujuan agar proses

(17)

3 oksidasi oleh mikroorganisme dapat terjadi dan kondisi aerobik dalam pupuk dapat dipertahankan. Dalam proses mempertahankan keberadaan microba pada pengolahannya maka mengunakan aerator dalam menyuplai oksigen dalam pemrosesan pupuk organik. Selain itu manfaat dari aerator tersebut dalam pemrosesan pupuk oganik adalah untuk menjaga sirkulasi udara tetap berjalan.

Pada pembuatan pupuk dengan metode aerasi dapat di lakukan dengan waktu yang lebih singkat. Agar pengunaan pengolahan pupuk dapat dilakukan secara efektif maka perlu adanya dilakukan penelitian tentang. “Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Di Kelompok Wanita Tani Sri Mertani Makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.” Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektifitas penggunaan alat aerasi pada pengolahan pupuk.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah , dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan aerator mempengaruhi mutu kualitas pupuk organik cair di kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ?

2. Bagaiamana laju kecepatan pematangan pupuk penggunaan alat aerasi pupuk dibanding tanpa aerasi Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ?

3. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang efektifitas pengunaan alat pengolahan pupuk metode aerasi dengan modifikasi penggunaan aerator terhadap kualitas pupuk organik cair Di Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ?

(18)

4 4. Bagaiamana peningkatan pengetahuan petani tentang Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Di Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair dan Mengetahui laju kecepatan pematangan pupuk penggunaan alat aerasi pupuk dibanding tanpa aerasi Di Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu.

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang efektifitas pengunaan alat pengolahan pupuk metode aerasi dengan modifikasi penggunaan aerator terhadap kualitas pupuk organik cair di kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang Pengaruh Metode Aerasi Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair Di Kelompok wanita tani Sri mertani makmur Sumber Gondo, Bumiaji, Kota Batu.

1.4. Manfaat

1. Manfaat bagi petani

Manfaat yang dapat diambil bagi petani yaitu sebagai wawasan terkait pengolahan pupuk dengan metode aerasi agar lebih efektif

2. Manfaat bagi penyuluh

Manfaat yang dapat diperoleh bagi penyuluh yaitu sebagai sumber informasi atau materi dalam kegiatan penyuluhan terkait dengan masalah pengolahan pupuk.

3. Manfaat bagi mahasiswa

(19)

5 Manfaat yang dapat diambil bagi mahasiswa yaitu sebagai pembelajaran dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi materi dalam pelaksanaan penyuluhan.

4. Manfaat bagi institusi polbangtan malang

Manfaat bagi institusi yaitu dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian terapan selanjutnya

(20)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Mohamad Mirwan dengan judul Optimasi Pengolahan pupuk Sampah Kebun Dengan Variasi Aerasi Dan Penambahan Kotoran Sapi Sebagai Bioaktivator. 2015 Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan kotoran sapi (KS) sebagai bioaktivator pada proses pengolahan pupuk sampah kebun secara aerobik dan menentukan komposisi campuran optimum yang dibutuhkan dalam proses pengolahan pupuk dibandingkan dengan tanpa penambahan bioaktivator dengan variasi aerasi.

Bahan yang dikomposkan adalah 24 kg sampah kebun (SK), sedangkan bioaktivator yang ditambahkan adalah kotoran sapi (KS) dengan variasi 2.20 kg (9.2%), 5.49 kg (22.9%), 8.23kg (34.3%). Variasi sistem aerasi yang dilakukan meliputi pembalikan manual dan dengan injeksi udara. Pengolahan pupuk yang direkomendasikan menurut SNI 19-7030-2004. Pada reaktor dengan sistem aerasi dengan pembalikan manual, kompos yang memenuhi kriteria adalah yang berasal dari reaktor dengan penambahan 5.49 kg (22.9%) KS dengan komposisi produk kompos terdiri atas 28.02% C, 2.62 % N, 0.577 % P, 2.14 % K, dan rasio C/N 11.

Sedangkan kompos terbaik dari proses injeksi udara diperoleh dari reaktor dengan penambahan 8.23 kg (34.3%) KS yang mengandung 26.91% C, 2.18 % N, 0.526

% P, 2.05 % K, dan rasio C/N 12:1

Dalam penelitian Suarni Saidi Abuzar, Yogi Dwi Putra, Reza Eldo Emargi yang berjudul Koefisien Transfer Gas (Kla ) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima) 2012. Aerasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyisihkan kandungan logam dalam air, baik air tanah, air permukaan, maupun air limbah. Salah satu jenis aerator dalam proses aerasi adalah tray aerator. Untuk menganalisis nilai koefisien transfer gas (KLa) pada

(21)

6 proses aerasi khususnya tray aerator bertingkat 5 (lima)dengan jarak antar tray 25 cm dan tinggi total 125 cm, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk memperoleh nilai KLa. Air dialirkan ke dalam tray aerator bertingkat 5 (lima) dan diukur kandungan Disolved Oxygen (DO) dengan metode water quality checker.

Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan konsentrasi oksigen pada sampel setelah dilakukan aerasi dengan tray aerator bertingkat 5 (lima) dari 5,97 mg/L menjadi 6,34 mg/L dengan nilai koefisien transfer gas (KLa) sebesar 0,045/menit.

Dalam penelitian Dwi Ari Cahyani, Rr. Mustika Pramudya A yang berjudul Laju Aerasi Pada Pengolahan pupuk Limbah Sayuran Menggunakan Komposter Dengan Pengaduk Putar 2013. penelitian ini bertujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat aerasi yang tepat pada pembuatan kompos dari limbah sayuran yang menggunakan komposter dilengkapi dengan sistem pengaduk rotary. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Politeknik Banjarnegara pada Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan 5 kg limbah sayuran dari pasar tradisional di Banjarnegara kemudian dicampur dengan 1 kg dedak, serbuk gergaji sebanyak 8.50 kg, 2 kg kotoran sapi , dan 10 ml EM4 dengan memberikan 3 ( tiga ) variasi aerasi : 0,5 L / Menit ,1,0 L / Menit; 1,5 L / Menit. Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan metode grafik dan analisis statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompos yang dihasilkan telah memenuhi SNI: 19-7030-2004 Tingkat aerasi terbaik untuk kompos dari limbah sayuran adalah dengan memberikan 0,5 L / Menit aerasi dengan suhu maksimum 46,7 ° C selama 6 jam kompos . Tingkat air terbaik turun 1,5 L / Menit untuk proses pengolahan pupuk, level air menurun dari 60.40 % menjadi 43.20 % pada akhir proses pengolahan pupuk. PH tertinggi diperoleh dengan memberikan aerasi 1.5L / Menit adalah 7.69 pada akhir proses pengolahan pupuk. Hasil rasio CN dan perkecambahan 3 perawatan menunjukkan bahwa kompos telah matang dan siap untuk digunakan.

(22)

7 Dalam penelitian Julia Rakhmawati, yang berjudul Pemanfaatan Produk Urine Sapi Menggunaakan Sistem Aerasi Sebagai Pupuk Organik Cair (Poc) Di Desa Sepakek, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah 2020.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kematangan kompos dengan variasi penambahan kotoran sapi pada proses aerasi secara manual dan secara mekanik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampah kampus UPN ”veteran”

Jawa Timur dan kotoran sapi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu sampling dari 0, 14, 21, dan 28 hari, kebutuhan oksigen serta banyaknya kotoran sapi yang digunakan. Pada penelitian ini parameter yang diujikan adalah N, C, C/N rasio dan pH. Penelitian ini menggunakan sistem batch. Dari hasil penelitian ini, pembentukan kompos yang paling baik diperoleh pada reaktor 8 dengan penambahan limbah kotoran sapi 8,23 kg dan 24 kg sampah kampus dengan proses aerasi secara mekanik, dan rasio C/N 12. Sedangkan pada proses aerasi secara manual, kompos paling baik pada reaktor 4 dengan penambahan kotoran sapi 8,23 kg dan 24 kg sampah kampus dengan rasio C/N 16,6.

Dalam penelitian David Richard Hendarto dan Dina Rotua Valentina Banjarnahor dengan judul Pengaruh Metode Fermentasi Dan Penambahan Urine Kelinci Terhadap Kualitas Pupuk Organik Cair 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah perbedaan metode aerasi dan penambahan urine kelinci akan menghasilkan kualitas POC yang berbeda. Kualitas POC meliputi C- organik, nitrogen total, fosfor total dan kalium total.POC dibuat dari bahan yang bervariasi: urine kelinci, susu sapi, telur ayam kampung, gula aren, air kelapa, nanas, terasi, umbi bambu, jahe, dan kunyit. Pengomposan sangat dipengaruhi oleh metode aerasi dan level pH. POC yang dibuat petani biasanya memiliki pH awal campuran sekitar 3,7 dan biasanya dikomposkan dengan metode semi- anaerob. Melalui studi ini, kami ingin. Percobaan dirancang sebagai rancangan

(23)

8 acak kelompok faktorial. Ada 2 faktor yang diuji yaitu metode aerasi dan volume urine kelinci. Ada 2 tingkat volume urine kelinci: asli dan yang dimodifikasi. Ada 3 tingkatan metode aerasi: aerob, semi-anaerob, dan anaerob. Total ada 6 perlakuan dan 4 ulangan untuk setiap perlakuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengomposan metode aerob pada volume urine kelinci yang asli dapat meningkatkan konsentrasi kandungan hara sehingga memberikan hasil yang paling tinggi. Berbeda dengan pengomposan pada volume urine kelinci yang dimodifikasi, karena hasil yang paling tinggi justru terdapat pada metode anaerob

.

(24)

9 2.2. Pupuk

2.2.1. Pupuk organik

Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah yang bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 mendefinisikan pupuk organik sebagai pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kandungan pupuk organik termasuk pupuk yang memiliki kandungan yang lengkap meskipun dalam jumlah yang sedikit namun pupuk organik dapat memperbaiki sifat tanah seperti porositas tanah, daya tahan air, dan juga struktur tanah (Roidah, 2013).

2.2.2. Pengolahan pupuk a. Pengertian Pupuk

Pada umumnya adalah bahan organik yang telah mengalami pelapukan sehingga terjadi perubahan bentuk. Kompos juga dapat diartikan sebagai hasil penguraian persial/ tidak lengkap dari campuran bahan organik yang dapat dipercepat pengurainya oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik/anaerobik. Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan, kadar air, pH dan temperatur yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengolahan pupuk, temperatur kompos akan mencapai 65º-75ºC sehingga organisme pathogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati.

(25)

10 b. Proses Pengolahan pupuk

Proses pengolahan pupuk yaitu proses biologis yang memanfaatkan mikroorganisme (bakteri pembusuk) untuk mengubah material organik seperti kotoran ternak, dan sayuran menjadi kompos. Selain itu pengolahan pupuk juga bisa diartikan sebagai proses penguraian senyawa yang terkandung dalam sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya agar lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman (Djaja, 2010).

Proses pengolahan pupuk akan segara berlangsung setelah bahan bahan mentah dicampur. Proses pengolahan pupuk secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah tergredasiakan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50-70°C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.

Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO² uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan.

Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengolahan pupuk akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume awal bahan. Proses pengolahan pupuk dapat terjadi secara aerobik atau anaerobik. Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses

(26)

11 anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengolahan pupuk karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap seperti asam-asam organik (asam asetat, asam butirar, asam valerat, puttrecine), ammonia, dan H2S.

Proses pengolahan pupuk tergantung pada:

1) Karakteristik bahan yang dikomposkan

2) Aktivator pengolahan pupuk yang dipergunakan 3) Metode pengolahan pupuk yang dilakukan

c. Metode Pengolahan pupuk

Dalam proses pembuatan kompos ada banyak metode, antara metode satu dengan yang lain tidak banyak berbeda, karena metode tersebut hanya merupakan modifikasi dari metode lain. Menurut Djaja (2010), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya seperti :

Pengolahan pupuk berdasarkan ketersediaan udara Umumnya metode ini dibagi menjadi dua acara yaitu aerobik. dan anaerobik.

1) Proses pengolahan pupuk aerobik membutuhkan udara dari luar. Karena itu proses ini perlu dilakukan aerasi dan aerasi ini bisa dengan dua acara yaitu aktif dan pasif. Aerasi pasif adalah cara pengaliran udara tanpa menggunakan alat bantu jadi udara masuk ke dalam proses pengolahan pupuk melalui beda tekanan antara luar dan dalam ditimbuan bahan baku kompos, aerasi aktif dilakukan dengan menggunakan tekanan yang umumnya berasal dari mesin.

2) Proses pengolahan pupuk secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperatur seperti yang telah terjadi pada proses pengolahan pupuk secara

(27)

12 aerobik. Namun, pada proses anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 30°C.

2.2.3. Efectife Mikroorganisme EM4

EM4 merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 genius 80 spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies.

EM4 berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple effect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Kandungan EM4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi.

Zat-zat bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, zat zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara dihasilkan oleh bakteri fotosintetik. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan selulosa, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.

Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat antibiotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat Actinomicetes.

Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan. Di pasar umum inokulum yang banyak di jumpai adalah dengan merek dagang EM4 yang terdiri dari campuran mikroorganisme antara lain Lactobacillus sp, bakteri fosfat,

(28)

13 streptomyces, ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan unsur esensial lainnya yang dibutuhkan tanaman. Kandungan mikroorganisme utama dalam EM-4 yaitu:

a Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.) Bakteri ini mandiri dan swasembada, membentuk senyawa bermanfaat (antara lain, asam amino, asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan) dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi.

Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah

b Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) Dapat mengakibatkan kemandulan pada mikroba, oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan;

meningkatkan percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami.

c Ragi / Yeast (Saccharomyces sp) Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes

(29)

14 d Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.

e Jamur Fermentasi (Aspergillus dan Penicilium) Jamur fermentasi menguraikan bahan secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya. Tiap species mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini disamping mendukung kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan mikroorganisme lain.

2.2.4. Bekatul

Bekatul merupakan hasil produk samping dari proses pengolahan padi hasil penyosohan kedua. Bekatul terdiri atas lapisan dalam bulir beras yang disebut aleuron atau kulit ari beras dan juga sebagian kecil endosperma (Astawan dan Febrinda, 2010). Kandungan bekatul diantaranya karbon (C), karbohidrat dan juga nitrogen (N) (Mufarrihah, 2009). Penambahan bekatul dalam proses pembuatan kompos bertujuan sebagai nutrisi sehingga dapat menambah populasi mikroorganisme yang tersedia dalam inokulum karena perkembangan mikroorganisme dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi, ketika nutrisi sedikit maka mikroorganisme akan berkurang aktivitasnya (Rezagama dan Samudro, 2015).

(30)

15 2.2.5. Laju pengolahan pupuk

Dalam proses pematangan kompos terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi laju komposting, yaitu suhu, kadar air, dan ukuran bahan. Suhu berpengaruh dalam laju pengolahan pupuk karena mikroorganisme memiliki suhu optimum agar dapat bekerja secara maksimal. setiap mikroorganisme memiliki karakter suhu masing-masing diantaranya yaitu mikroorganisme mesofilik yang bekerja secara optimum pada temperatur rendah (10°C – 45°C), dan mikroorganisme termofilik yang bekerja optimum pada temperatur tinggi (45°C- 65°C) (Ekawandani, 2018). Pengolahan pupuk akan berlangsung optimal dalam suhu 45°-60°C (Rezagama dan Samudro, 2015). Kandungan air dalam bahan mempengaruhi kelembaban kompos, semakin tinggi kadar air mendekati kadar optimal 60% maka semakin optimal pengolahan pupuk (Ratna dkk., 2017). Ukuran bahan yang digunakan dalam pengolahan pupuk mempengaruhi pori-pori dan pergerakan udara, karena semakin kecil potongan bahan maka akan semakin kecil peluang udara untuk masuk (Kurnia dkk., 2017)

2.2.6. Aerasi

Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas, lebih dikhususkan pada transfer gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air.

“Keberhasilan proses aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik air dan turbulensi air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi adalah diffuser aerator, mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi" (Benefield, 1980.

Proses aerasi adalah suatu usaha penambahan atau pemberian oksigen (udara) kc dalam media kompos dengan maksud terjadinya proses oksidasi kimiawi oleh mikroorganisme biologis, agar kondisi aerobik dalam kompos dapat dipertahankan dengan cara penambahan oksigen. Penambahan oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat-zat pencemar, sehingga konsentrasi zat 36

(31)

16 pencemar akan berkurang atau bahkan dapat hilang sama sekali. Zat yang diambil dapat berupa gas, cairan, koloid atau bahkan tercampur. Berhasilnya pengolahan pupuk secara aerob dipengaruhi oleh hadirnya mikroorganisme dan cukupnya oksigen terlarut dalam kompos. Disamping faktor-faktor lain, banyaknya kebutuhan oksigen terlarut untuk memenuhi proses ini maka perlu diupayakan sistem aerasi.

Aerasi Pengolahan pupuk yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam pupuk. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.

Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.

Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay oksigen untuk proses pengolahan pupuk. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengolahan pupuk juga akan terganggu.

Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%.

Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan

(32)

17 dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada jumlah banyak.

Temperatur yang berkisar antara 30° - 60°C menunjukkan aktivitas pengolahan pupuk yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60ºC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH Proses pengolahan pupuk dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengolahan pupuk berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4.

Proses pengolahan pupuk sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengolahan pupuk. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Kandungan hara kandungan P dan K juga penting dalam proses pengolahan pupuk dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengolahan pupuk.

2.3. Aspek penyuluhan 1. Pengertian Penyuluhan

Definisi penyuluhan pada Undang - Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,

(33)

18 sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Inti dalam kata penyuluhan menyangkut dalam 5 unsur yaitu, proses pembelajaran, dapat mengakses informasi pasar, sasaran pembelajaran, dan pengelolaan sumberdaya dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan serta diterapkannya prinsip berkelanjutan dari sisi ekonomi dan sosial, serta merenapkan fungsi kelestarian lingkungan.

2. Tujuan Penyuluhan

Tujuan pengaturan sistem penyuluhan pada pada Undang - Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) yang meliputi peningkatan modal sosial dan pengembangan sumber daya manusia, yakni:

a) Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

b) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui pencipatan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan pendampingan serta fasilitasi.

c) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

d) Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan

(34)

19 e) Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

3. Sasaran Penyuluhan

Pada Undang - Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K), terdapat beberapa sasaran penyuluhan yang meliputi:

1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.

2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran antara penyuluhan adalah pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok ataupun lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

4. Materi Penyuluhan

Pada Undang - Undang RI No. 16 Th. 2006 tentang Sistem Penyuluhan Perikanan, Pertanian, dan Kehutanan (SP3K), Materi penyuluhan yaitu bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan bukan hanya tentang teknis produksi saja, tetapi juga mencakup dalam seluruh aspek teknis produksi, aspek manajemen agribisnis, kemampuan kewirausahaan, serta aspek hubungan sistem agribisnis dengan wawasan industri terutama etika kesisteman, dan kepribadian sebagai pelaku usaha agribisnis agar pelaku sistem agribisnis dapat memiliki sikap dan persepsi yang sama tentang: sasaran, visi, misi, etika bisnis, tujuan, serta rencana kerja yang dirumuskan bersama dengan cara yang terbuka (Bahua, 2014).

(35)

20 Menurut Maridikanto (2009), ditinjau berdasarkan sifatnya terdapat tiga (3) macam materi penyuluhan yang meliputi:

a) Materi yang berisikan pemecahan masalah yang akan maupun sedang dihadapi.

b) Materi yang berisikan rekomendasi dan petunjuk yang harus dilakukan c) Materi yang bersifat instrumental yaitu mempunyai manfaat dalam jangka

panjang seperti peningkatan dinamika kelompok.

Menurut Mardikanto (2009), sumber dari materi penyuluhan pertanian dikelompokkan menjadi beberapa sumber yaitu:

a) Sumber resmi dari instansi pemerintah,seperti :

• Kementerian /dinas-dinas terkait

• Lembaga penelitian dan pengembangan

• Pusat - pusat pengkajian

• Pusat - pusat informasi

• Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh

b) Sumber resmi yang berasal dari lembaga swadaya masyarakat lembaga ataupun lembaga swasta yang bergerak dalam bidang pengkajian, penelitian, serta penyebaran informasi.

c) Pengalaman dari petani, baik pengalaman berdasarkan usahataninya sendiri maupun hasil dari petak pengalaman yang dilakukan secara khusus dengan ataupun tanpa bimbingan penyuluhnya.

d) Sumber lain yang valid dan dapat dipercaya, contohnya: informasi pasar dari perguruan tinggi, para pedagang, dan lain sebagainya.

5. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian merupakan teknik atau cara penyampaian materi penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh terhadap pelaku usaha

(36)

21 maupun pelaku utama sehinnga mereka tahu, mau, dan dapat menolong, serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, teknologi, efisiensi usaha, pendapatan, dan meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta kesejahteraanya (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2018).

Metode penyuluhan pertanian memiliki tujuan untuk:

a) Mempermudah serta mempercepat penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

b) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan serta pelaksanaannya penyuluhan pertanian.

c) Mempercepat proses dalam mengadopsi inovasi teknologi pertanian.

Menurut Mardikanto (2009), terdapat prinsip – prinsip dalam metode penyuluhan pertanian antara lain:

a) Upaya dalam pengembangan pemikiran kreatif.

Pada prinsip ini bermaksud bahwa melalui penyuluhan pertanian harus dapat menghasilkan petani yang mandiri, mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi serta peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya, dan mampu mengatasi permasalahannya.

b) Tempat yang paling baik yaitu di tempat kegiatan sasaran

Prinsip ini dapat menolong petani dalam belajar ketika situasi nyata sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

c) Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya.

Pada prinsip ini mengingatkan kepada seluruh penyuluh bahwa keputusan yang diambil oleh petani didasarkan terhadap lingkungan sosialnya.

d) Menciptakan hubungan akrab dengan sasaran.

(37)

22 Hubungan akrab yang tercipta antara penyuluh dan sasaran dapat memungkinkan sasaran lebih terbuka dalam menyampaikan masalah.

e) Memberikan suatu hal untuk terjadinya perubahan.

Metode yang digunakan harus dapat merangsang sasaran agar selalu siap (dalam artian pikiran dan sikap) serta dengan sukarela melakukan berbagai perubahan demi perbaikan kualitas hidupnya sendiri, keluarga, serta masyarakat luar.

6. Media Penyuluhan

Menurut Leilani dkk. (2015), Salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penyelanggaraan penyuluhan adalah penentuan media penyuluhan yang mana media penyuluhan tersebut adalah segala sesuatu hal yang berisikan informasi atau pesan yang dapat membantu kegiatan penyuluhan.

Media penyuluhan digunakan dalam rangka mengefektifkan penyampaian pesan pada proses komunikasi antara penyampai pesan dangan sasaran penyuluhan.

Penggunaan media setidaknya mampu memberikan banyak manfaat anta lain:

a) Mempermudah dan mempercepat sasaran dalam menerima pesan.

b) Mampu menjangkau sasaran yang lebih luas.

c) Alat informasi yang tepat dan akurat bisa memberikan gambaran yang lebih kongkrit, baik dari segi unsur gerak maupun gambarnya.

(38)

23

2.2. Kerangka pikir

3.

Gambar 2.2 kerangka pikir IPW IPW

Keadaan Sekarang

1. Petani ketergantungan dalam penggunaan pupuk kimia,

2. Petani belum mengetahui cara mengolah pupuk dengan sistem aerasi

3. Petani belum mengetahui manfaat aerasi pada pengolahan pupuk kotoran hewan

Keadaan Yang Di Harapkan 1. Petani dapat memproduksi

pupuk dengan organik cair sendiri

2. Petani dapat mengetahui cara mengolah dengan sistem aerasi 3. petani mengetahui manfaat

aerasi pada pengolahan pupuk kotoran hewan

Permasalahan

Petani belum bisa mengolah pupuk dengan teknologi aerasi pada Pembuatan pupuk organik cair di bpp bumiaji kota batu.

Tujuan

Petani bisa mengolah pupuk dengan teknologi aerasi untuk mengetahui kualitas pupuk organik cair di bpp bumiaji kota batu.

Hasil Kajian

Parameter pengamatan Suhu, pH, kandungan NPK dan C

organik Metode

Penambahan aerator dan pompa air ,mengunakan uji T mengetahui perbedan hasil

Tujuan

Mengetahui Peningkatan pengetahuan petani

Kajian

pengaruh pengunaan alat pengolahan pupuk metode aerasi untuk mengetahui kualitas pupuk organik cair di bpp bumiaji kota batu.

Rancangan penyuluhan

Sasaran

Anggota kelompok tani sri mertani makmur Materi

pengaruh pengunaan alat pengolahan pupuk metode aerasi untuk mengetahui

kualitas pupuk organik cair

Metode Ceramah, demonstrasi

Media

Leflet dan benda sesungguhnya Evaluasi

peningkatan pengetahuan

Pelaksanaan penyuluhan Evaluasi penyuluhan

(39)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu

Penelitian tentang pengaruh metode aerasi terhadap kualitas pupuk organik cair yang dilaksanakan di Bumiaji yang berada Di Kelurahan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, yaitu mulai dari bulan Februari – April 2022. Selanjutnya kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan di Di Kelurahan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur yang dilaksanakan pada bulan Juni 2022

3.2. Alat Dan Bahan

Dalam kajian ini tentunya menggunakan alat dan bahan sebagai penunjang dalam kegiatan kajian teknis. Untuk alat dan bahan yang digunakan dalam kajian ini antara lain:

1. Alat

a. Wadah drum sedang atau wadah cat b. Aerator

c. Pompa Air

d. Selang Bangunan e. Bor Listrik

f. Saringan The Kompos g. Lem Bakar

h. Lem G

(40)

26 i. Penggaris

j. PH meter k. Pengukur suhu l. Soil tester

2. Bahan yang digunakan dalam kajian ini sebagai berikut : a. Pupuk kotoran hewan

b. Em 4/ dekomposter c. Dedak / bekatul d. air

Penentuan alternatif bahan yang digunakan untuk pengaplikasian desain komposter menggunakan metode pengambilan keputusan dari pemecahan masalah kompleks yang disusun menjadi hirarki yang berkesinambungan.

3.2.1. Aerator /gelembung oksigen

Aerator adalah Pompa udara yang dapat menghasilkan tekanan udara sampai dengan 20 liter per menit dengan hanya daya 25 watt. cocok untuk memberikan udara kedalam proses aerasi pengolahan pupuk. Housing terbuat dari material alumunium dengan radiator yang lebih cepat dingin sehingga tidak cepat panas.

3.2.2. Pompa Air

Menggunakan pompa air berukuran kecil untuk penggunaan jangka panjang dengan motor hidroponik untuk penghematan daya menjadikan pompa yang hemat listrik hanya 13 watt.. Kekuatan : 13 watt H max : 50cm

Debit air : 700 Liter /jam 3.2.3. Tong Wadah

Drum merupakan komponen utama yang menjadi bagian dari komposter.

Pemilihan drum berdasarkan volume, harga dan juga daya tahan drum.) Pendefinisian masalah untuk menentukan solusi yang diharapkan dijelaskan

(41)

27 Bagan paling atas merupakan tujuan utama penentuan solusi mendapatkan drum yang sesuai dengan yang diharapkan. Pada bagan tingkat kedua merupakan kriteria yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, yaitu volume, biaya, dan juga daya tahan drum. Pertimbangan dari setiap kriteria ditetapkan Pada tingkatan paling bawah merupakan alternatif jawaban dari kriteria yang ditetapkan, pada bagian bawah terdiri dari yaitu Tong berbahan Polypropylene (PP) dengan volume 25 L. Penetuan alternatif tersebut karena ketiganya mudah ditemukan disekitar maupun di pasaran

3.3. Metode Kajian

Dalam pelaksanaan kajian ini metode yang digunakan yaitu metode eksperimental, dimana peneliti menggunakan sistem aerasi untuk mengetahui laju pematangan kompos dengan metode Aerob . Metode eksperimen digunakan untuk melihat fenomena yang terjadi pada objek kajian dengan cara memanipulasi objek berdasarkan keinginan peneliti.

3.3.1. Tujuan Kajian

Tujuan dari penelitian tentang sistem aerasi pengolahan pupuk terhadap kualitas pupuk organik cair yaitu untuk mengetahui Hasil dari aerasi pengolahan pupuk dalam dengan sistem budidaya lahan untuk mengetahui kualitas hasil dari pupuk organik cair dengan menggunakan rancangan tersebut, dan mempermudah cara budidaya petani dengan inovasi tersebut serta mengurangi biaya pengeluaran dalam proses penggunaan pupuk.

3.3.2. Perancangan alat aerasi pengolahan pupuk

Perancangan alat tentang sistem pengolahan pupuk yaitu dengan membuat pengolahan pupuk sederhana yang mudah dioperasikan dan dapat mempercepat laju kematangan pupuk sehingga dapat mempermudah kerja

(42)

28 pengguna. Sistem yang dibuat untuk mengefisiensi dan mempermudah kerja alat kompos yaitu dengan penambahan alat aerasi dan pompa air

Gambar 3.1 Desain Alat 3.3.3. Rangkaian alat

Perancangan alat tentang aerasi pengolahan pupuk ini mengunakan 2 alat yang berbeda diantaranya adalah pompa air dan pompa aerator itu sendiri untuk proses aerasi pengolahan pupuk.untuk fungsi dari dua alat ini adalah

a. Pompa aerator

Dalam proses pembuatan pengolahan pupuk pupuk terdapat metode dimana mengunakan aerator yang terdapat jenis dua lubang atau pompa udara.

Daya yang digunakan aerator ini lumayan kecil berkisar 5 watt. Udara yang dikeluarkan disalurkan melalui selang air bening yang pada umumnya disebut selang air bangunan untuk mengeluarkan udara oksigen dalam proses aerasi.

(43)

29 Gambar 3.2. Aerator 2 Lubang

b. Pompa air

Pengunaan pompa air digunakan untuk menambah sirkulasi udara pada proses pengolahan pupuk. Dalam kerjanya pompa air akan menyedot air dari bgian dasar lalu di alirkan melalui tekanan pompa ke atas dan dikembalikan lagi ke wadah untuk sirkulasi air. Pompa air ini mengunakan daya 45 watt dengan tekanan 3,2 meter dan tekanan debit 4000 liter per jam.

Gambar 3.3 Pompa air subermisable c. Kantong kompos

Pada prosesnya kompos dan bahan padat lainya dimasukan dalam kantong kompos seperti metode teh celup. Pengunaan kantong kompos yang dapat tembus air. hal ini dinamakan kantong teh kompos. Pengunaan ini diharapkan adalah bahan padat tidak menyumbat dalam proses sirkulasi air maupun udara.

3.3.4. Pelaksanaan kajian

Pada pelaksanaan kajian dimulai dari tahap tahap sebagai berikut :

(44)

30 1. Persiapan alat dan bahan

Dalam perangkaian alat pengolahan pupuk organik cair alat yang di siapkan adalah alat yang akan dirangkai dan alat untuk merangkai diantaranya untuk alat yang dirangkai yaitu aerator dua lubang dengan daya listrik 5 watt, pompa air supermasible dengan tekanan debit 4000 liter perjam dan kantong teh kompos.

Untuk alat untuk merangkai membutuhkan bor, lem, pisau dan obeng untuk merangkai.

2. Perangkaian alat yang nanti digunakan

Untuk penempatan alat di letakan masing masing pada samping wadah kiri kanan masing masing. Selang air untuk aerator di pasang dengan ujung salah satu di lubang aerator dan ujung selang lainya di taruh dasar wadah dengan mengelemnya menempel di dasar wadah. Untuk pompa air ujung pipa di taruh dasar untuk menyedot pupuk dari dasar dan dialirkan ke atas untuk sirkulasi melalui selang atau pipa.

3. Melakukan uji pengolahan pupuk

Pada proses pengolahan pupuk dibedakan menjadi dua karena untuk mengetahui perbedaan kualtas dari pengolahan pupuk cair. Untuk bahan yang digunakan sama hanya pada proses pengolahan nya yang berbeda. Perbedaan iniliah yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Untuk membedakan bagaimana perbedaan dari alat pengolahan pupuk dengan metode aerasi dan tidak mengunakan aerasi.

3.3.5. Parameter pengamatan 1. Suhu

Suhu merupakan variabel pengamatan sebagai indikator laju pematangan kompos maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil kematangan pupuk organik cair. Pada proses pengolahan pupuk aerob terdapat fase pengolahan pupuk yang mempengaruhi suhu kompos, peningkatan atau

(45)

31 penurunan suhu kompos disebabkan oleh jenis mikroorganisme yang hidup pada kompos. Fase pengolahan pupuk menurut Ruskandi (2006) yaitu fase mesofilik 23-40°C dan fase termofilik pada suhu 41-45°C.Peningkatan suhu yang terjadi pada awal pengolahan pupuk disebabkan oleh aktivitas mikroba yang mengurai atau merombak bahan organik, maka dari itu dihasilkan panas yang mengakibatkan peningkatan suhu (Djuarnani, 2005)

2. pH

pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH ini akan menunjukkan larutan bersifat asam atau basa. Pengukuran pH ini berkisar dari (0,00–14,0). Dan apabila pH menunjukkan =7, maka pH bersifat netral. Apabila 7 maka larutan bersifat basa. Menurut Edward dan Lofty dalam Kusumawati (2011), pH ideal untuk vermikomposting yaitu antara 7 dan 8 sedangkan untuk pupuk cair biasa yaitu antara 5 dan 8. pH juga perlu dikontrol dalam pengolahan pupuk, apabila pH terlalu tinggi maka akan timbul gas ammoniak. Kemudian apabila pH terlalu rendah akan menimbulkan kematian pada mikroorganisme yang membantu proses pengolahan pupuk.

3. Kandungan hara

Dalam pembuatan pupuk organik cair kandungan hara berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Untuk unsur hara makro sendiri unsur NPK, memliki efektiftas tinggi yang berpengaruh pada tanaman. Pada pembuatan pupuk organik cair memiliki standar sesuai sni permentan pengolahan pupuk organic cair ( SNI 19 7030 2019 )

3.3.6. Analisis data

Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji T berpasangan dikarenakan untuk mengetahui perbedaan efektivitas alat pengolahan pupuk organik cair dengan metode aerasi dan tidak mengunakan

(46)

32 metode aerasi. Untuk parameter yang diamati suhu dalam proses pengolahan ,pH dalam proses pengolahan dan kandungan hara yang terkandung.

3.4. Perancangan penyuluhan

3.4.1. Penetapan tujuan penyuluhan

Tujuan penyuluhan ditetapkan berdasarkan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) di Kelurahan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Kemudian melakukan wawancara atau koordinasi dengan penyuluh dan petani mengenai permasalahan dan potensi yang ada. Selanjutnya hasil data dirangkum dan dapat dirumuskan untuk tujuan dari penyuluhan yang akan dilaksanakan.

3.4.2. Penetapan sasaran penyuluhan

Sasaran penyuluhan ditetapkan berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) dengan rekomendasi penyuluh setempa mengenai karakteristik petani yang ada di Kelurahan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Petani yang menjadi sasaran penyuluhan yaitu anggota kelompok wanita tani Sri mertani makmur di Kelurahan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Pertimbangan dalam penetapan sasaran penyuluhan ini adalah arahan dari penyuluh

3.4.3. Penetapan materi penyuluhan

Materi penyuluhan ditetapkan berdasarkan hasil kajian peneliti yang telah disesuaikan dengan tujuan dan juga kebutuhan petani. Oleh karena itu, materi penyuluhan yang digunakan adalah hasil dari kajian terbaik dan disusun dalam bentuk narasi sesuai dengan format yang baik dan benar agar penyuluhan dapat terlaksana secara sistematis, efektif, dan efisien

3.4.4. Penetapan metode penyuluhan

Metode penyuluhan disesuaikan dengan karakter sasaran dan materi yang akan disampaikan. Adapun pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode penyuluhan yaitu mengenai sumber daya penyuluhan,

(47)

33 kondisi dilapangan dan kondisi masyarakat dari segi sosial, adat istiadat maupun budaya setempat, serta kebijakan dari pemerintah. Tahapan penetapan metode penyuluhan pertanian yaitu:

a. Menghimpun dan menganalisis hasil Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)

b. Menetapkan alternatif metode penyuluhan pertanian dengan pertimbangan metode pendekatan masal, kelompok ataupun perorangan

c. Menetapkan metode penyuluhan pertanian yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan

3.4.5. Penetapan media penyuluhan

Penetapan media penyuluhan berdasarkan karakter sasaran dan disesuaikan dengan kondisi lapang juga tujuan dari penyuluhan. Pemilihan media penyuluhan juga didasarkan pada kondisi sasaran agar lebih memahami materi yang diberikan. Penentuan jenis media penyuluhan yang efektif perlu dilakukan dalam perencanaan suatu penyuluhan.

Adapun prosedur pemilihan media penyuluhan pertanian yang perlu mendapat perhatian, yaitu sebagai berikut :

a. Menetapkan pesan teknologi dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran yaitu kebutuhan petani.

b. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai yaitu perubahan perilaku petani dengan aspek pengetahuan keterampilan atau sikap.

c. Melakukan pemilihan terhadap media penyuluhan yang tersedia, potensi lingkungan petani yang dapat dimanfaatkan sebagai media penyuluhan dan penilaian terhadap tahap adopsi sasaran dengan memperhitungan biaya yang diperlukan untuk persiapan pembuatan atau pengadaan media penyuluhan.

(48)

34 d. Menetapkan media penyuluhan sesuai dengan metode penyuluhan yang

ada.

e. Melakukan evaluasi pemilihan dan penggunaan metode. serta mengukur sejauh mana media penyuluhan pertanian yang telah dipilih dapat dirasakan manfaatnya dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan media penyuluhan pada periode berikutnya secara berkesinambungan

3.4.6. Penetapan evaluasi penyuluhan a. Menetapkan Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya evaluasi penyuluhan yaitu untuk mengetahui peningkatan pengetahuan anggota kelompok wanita tani pSri mertani makmur tentang penggunaan alat pengolah pupuk dengan metode aerasi untuk mengetahui hasil dari kualitas pupuk organik cair.

b. Menetapkan Responden

Responden dari evaluasi penyuluhan yaitu yang tergabung dalam kelompok wanita tani Sri mertani makmur di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan teknik penarikan sampel evaluasi menggunakan sampel jenuh sehingga seluruh anggota dengan jumlah 21 anggota dapat dijadikan sebagai sampel responden.

c. Menetapkan Metode

Metode evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pelaksanaan penyuluhan yakni metode evaluasi kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuisioner pre test dan post test.

d. Menetapkan Instrumen

Parameter instrumen yang dipergunakan dalam kegiatan evaluasi penyuluhan yakni untuk mengukur peningkatan pengetahuan kelompok wanita tani Sri mertani makmur dari hasil kajian terbaik tentang Penggunaan Pengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini memaparkan hal-hal yang meliputi: latar belakang penelitian yang diawali dengan fenomena perubahan dari Telkom Learning Center menjadi Telkom Corporate

Pasien refrakter (±25%-30% pada ITP) didefinisikan sebagai kegagalan terapikortikosteroid dosis standar dan splenektomi serta membutuhkan terapi lebih lanjut karena ATyang rendah

Gerakan ekologi yang berlangsung di kedua pesantren ini, juga merupakan gerakan aksi bersama yang bertujuan mendapatkan keuntungan baik dari sisi ekologi atau

Apabila dikaitkan dengan target Renstra Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, dimana target pada tahun 2018 sebesar 89,78% sedangkan capaian sampai tahun ini sebesar

Hasil penelitian ini jika dibandingkan penelitian sebelumnya yang menggunakan sistem budidaya terbuka dengan penggunaan pupuk kotoran ayam tanpa fermentasi pada

Prioritas perencanaan pelebaran jalan nasional Pulau Lombok meliputi: (1) Meningkatkan segmen-segmen jalan yang masih memiliki lebar perkerasan kurang dari 7 meter

Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router tidak memiliki record tersebut, atau nomor urut

Segundo Picard, esta zona terá mantido um grande nível de autonomia, “ a troco de um pagamento de um tributo anual aos governadores árabes, o acolhimento de guarnições árabes