• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Dibimbing oleh Anwar Parawangi dan Hamrun) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(Dibimbing oleh Anwar Parawangi dan Hamrun) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ULIL AIDIY HUSAIN NIM. 105640204014

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2019

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh ULIL AIDIY HUSAIN Nomor Stambuk: 105640204014

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

Nama Mahasiswa : Ulil Aidiy Husain

Nomor Stambuk : 105640204014

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain ataupun lebih ditulis atau dipublikasikan orang lain atau juga melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu adalah pencabutan gelar akademik.

Makassar, 28 juni 2019 Yang menyatakan

Ulil Aidiy husain

(6)

Majene. (Dibimbing oleh Anwar Parawangi dan Hamrun)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Jenis Penelitian yang digunakan Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan tipe deskriptif. Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data tersebut kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif yaitu menganalisissemua data yang berhasil dikumpulkan penulis dan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk kalimat sesuai dengan hasil wawancara dari beberapa informan yang sebelumnya di tentukan. Hasil penelitian meyimpulkan bahwa Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene dengan indicator koordinasi yaitu (1) Komunikasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan telah berkomunikasi dengan baik walaupun belum maksimal. Dinas yang menyangkut masalah sanitasi juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat. (2) Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sarana dan prasaran sanitasi masih sangat kurang akibat kebiasaan dari dulu serta kurangnya kesadaran akan dampak yang ditimbulkan akibat sanitasi yang buruk.

(3) Kesepakatan dan komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu dengan melakukan kerjasama untuk melaksanakan program Kota Tampa Kumuh (KOTAKU) yang berada di daerah pesisir. (4) Kontinuitas Perencanaan dalam pelayanan sanitasi permukiman yaitu dengan adanya Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) yang di susun oleh pemerintah kabupaten dalam pembangunan jangka menegah daerah termasuk adanya perbaikan dan pelayanan sanitasi.

Kata Kunci: Koordinasi, Pemerintah, Sanitasi, Permukiman Nelayan

(7)

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul

“Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di kecamatan Banggae Kabupaten Majene”.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebahagian syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) bagi mahasiswa program Strata 1(S-1) di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

1. Bapak Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Hamrun, S.IP, M.AP sleaku pembimbing II yang senangtiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ibu penguji yang telah menguji penulis sehingga skripsi yang penulis miliki menjadi sempurna.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh staf di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

7. Teristimewah sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada ayahanda tercinta Husain Hasan dan Ibunda Ribka Koki Mandila atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak TK sampai duduk di bangku perkuliahan. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat kelak, Amin.

8. Seluruh aparat pegawai kantor Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan Dinas Lingkungan Hidup dan Keberisihan serta PDAM Kabupaten Majene yang senang tiasa memberikan bantuan kepada penulis pada saat penelitian

(9)

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Makassar, 2 Oktober 2019 Penulis

Ulil Aidiy Husain Nim: 105640204014

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PENERIMAAN TIM ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Koordinasi ... 7

B. Ciri-ciri Koordinasi ... 8

C. Jenis Koordinasi ... 10

D. Tujuan Koordinasi ... 10

E. Upaya Peningkatan Koordinasi ... 11

F. Masalah-Masalah Koordinasi... 13

G. Indikator Koodinasi ... 14

H. Konsep Pemerintah ... 14

I. Sanitasi ... 15

J. Fasilitas Dasar Sanitasi ... 16

K. Permukman ... 18

L. Permukiman Nelayan ... 23

(11)

A. Waktu Dan Lokasi Penellitian ... 30

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 31

D. Informan Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Keabsahan Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ... 39

1. Sejarah Kecamatan Banggae ... 39

2. Kondisi Geografis ... 40

3. Kondisi Iklim ... 42

4. Visi dan Misi Kabupaten Majene ... 43

B. Deskripsi Kelembagaan Pemerintah ... 44

1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan ... 44

2. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ... 49

3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ... 53

4. Dinas Kesehatan ... 57

5. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ... 60

C. Deskripsi Kelurahan ... 63

1. Kelurahan Pangali-Ali ... 63

2. Kelurahan Rangas ... 66

3. Kelurahan Totoli ... 68

4. Kelurahan Baru ... 70

(12)

2. Kesadaran Masyarakat ... 80

3. Kesepakatan dan Komitmen ... 85

4. Kontinuitas Perencanaan ... 89

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN

(13)

Tabel 2 : Data Pegawai Menurut Pendidikan dan Golongan ... 46

Tabel 3 : Jumlah Tenaga Honorer ... 46

Tabel 4 : Data Formasi Jabatan Dinas LHK ... 50

Tabel 5 : Keadaan Pegawai Dinas PUPR ... 57

Tabel 6 : Jumlah Sarana Jamban Keluarga ... 59

Tabel 7 : Jumlah Penduduk Kelurahan Pangali-ali ... 63

Tabel 8 : Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Pangali-ali ... 64

Tabel 9 : Mata Pencaharian Pokok Kelurahan Pangali-ali ... 64

Tabel 10 : Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Rangas ... 67

Tabel 11 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel 12 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 69

Tabel 13 : Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 70

Tabel 14 : Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Baru ... 71

(14)

Gambar 3 : Struktur Organisasi Dinas LHK ... 52

(15)

Nama Mahasiswa : Ulil Aidiy Husain

Nomor Stambuk : 105640204014

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain ataupun lebih ditulis atau dipublikasikan orang lain atau juga melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu adalah pencabutan gelar akademik.

Makassar, 28 juni 2019 Yang menyatakan

Ulil Aidiy husain

(16)

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul

“Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di kecamatan Banggae Kabupaten Majene”.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebahagian syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) bagi mahasiswa program S-1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

1. Bapak Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Hamrun, S.IP, M.AP sleaku pembimbing II yang senangtiasa meluangkan

(17)

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si selaku ketua jurusan ilmu pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ibu penguji yang telah menguji penulis sehingga skripsi yang penulis miliki menjadi sempurna.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh staf di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

7. Teristimewah sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada ayahanda tercinta Husain Hasan dan Ibunda Ribka Koki Mandila atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak TK sampai duduk di bangku perkuliahan. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat kelak, Amin.

8. Seluruh aparat pegawai kantor Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

(18)

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Makassar, belum Pasti 2019 Penulis

Ulil Aidiy Husain Nim: 105640204014

(19)

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. KonsepKoordinasi ... 7

B. Ciri-ciriKoordinasi ... 8

C. JenisKoordinasi ... 10

D. TujuanKoordinasi ... 10

E. UpayaPeningkatanKoordinasi ... 11

F. Masalah-Masalah Koordinasi ... 13

G. IndikatorKoodinasi ... 14

H. KonsepPemerintah ... 14

I. Sanitasi ... 15

J. FasilitasDasarSanitasi ... 17

K. Permukman ... 18

L. PermukimanNelayan ... 23

M. KerangkaFikir ... 25

N. FokusPenelitian ... 27

O. DeskripsiFokusPenelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Waktu Dan LokasiPenellitian ... 30

B. Jenis Dan TipePenelitian ... 30

(20)

F. Teknik Analisis Data ... 34 G. Keabsahan Data... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ...

1. Sejarah Kecamatan Banggae ...

2. Kondisi Geografis ...

3. Kondisi Iklim ...

4. Visi dan Misi Kabupaten Majene ...

B. Deskripsi Kelembagaan Pemerintah ...

1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan ...

2. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ...

3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ...

4. Dinas Kesehatan ...

C. Deskripsi Kelurahan Objek Penelitian

1. Kelurahan Pangali-Ali ...

2. Kelurahan Rangas ...

3. Kelurahan Totoli ...

4. Kelurahan Baru ...

D. Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene ...

1. Komunikasi ...

2. Kesadaran Masyarakat ...

3. Kompetensi Partisipasi ...

4. Kesepakatan dan Komitmen ...

5. Kontinuitas Perencanaan ...

(21)

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(22)

A. Latar belakang

Kondisi di Indonesia, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan rendahnya kualitas lingkungan merupakan permasalahan yang hampir sama bagi seluruh permukiman. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang mereka tinggali. Lingkungan yang buruk dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-aspek yang berpengaruh pada kualitas hunian tersebut seperti jaringan air bersih, drainase, persampahan, fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK), tingkat kepadatan dan kemiskinan.

berdasarkan berbagai aspek yang berpengaruh di atas keberadaan mandi cuci kakus (MCK) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam penciptaan kualitas lingkungan perumahan yang sehat, hal ini dikarenakan limbah yang ditimbulkan dari manusia tersebut apabila tidak dibuang pada tempat yang disediakan maka dapat menurunkan kualitas dari lingkungan serta menimbulkan berbagai macam penyakit yang berpengaruh pada kesehatan (Affrizal Gaffar, 2010).

Kewenangan Pemerintah untuk melindungi lingkungan hidup di Indonesia demi memajukan kesejahteraan bersama diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan. Pada undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup dijelaskan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan mahluk hidup, di antaranya manusia beserta

(23)

perilakunya yang dapat mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri, dan mahluk hidup lainya (Fatmawati, 2016).

Permasalahan lingkungan tidak terlepas dengan adanya permasalahan sanitasi yang berhubungan dengan keberlangsungan tingkat kesehatan masyarakat.

Permasalahan ini sudah menjadi permasalahan global, hingga timbulnya komitmen kesepakatan dalam poin ketujuh perjanjian international yang disebut dengan MDG’s (Millenium Development Goals) 2015, yang disepakati pada September 2000. Pencapaian sasaran sanitasi yang dicanangkan dalam MDG’s diperlukan komitmen yang berkelanjutan dengan dikerahkan aspek sosial, ekonomi, dan teknologi (Bappenas, 2010). Mulai dari pengembangan teknologi air limbah hingga air bersih yang sangat berpengaruh dalam laju tingkat perkembangan sanitasi di Indonesia (Haris, 2007). Pada Tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum mempercepat capaian perbaikan sanitasi didalam program 100 0 100. Program ini mencanangkan 100% akses air bersih, 0% pemukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi yang layak pada Tahun 2019 (Cameron et al, 2013).

Berdasarkan Pada Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 4 Tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah Pemerintah Kabupaten Majene menjelaskan bahwa setiap dinas yang berada di ruang lingkup Kabupaten Majene kepala Dinas berkedudukan sebagai unsur pelaksana otonomi yang berada dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris Daerah.

Dinas Pekerjaan umum dan Penataan Ruang , Dinas Kesehatan dan Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kabupaten Majene serta PDAM Kabupaten Majene Memiliki tugas

(24)

pokok dan fungsi masing-masing dalam menyangkut masalah sanitasi yang berpedoman pada Peraturan Bupati Majene Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Majene Tahun 2011. Menyatakan bahwa untuk mendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan khususnya target air minum dan sanitasi yang layak. Sumber air minum yang layak meliputi air minum non perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas meliputi air minum, air leding, kran umum, sumber bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan. Fasilitasi sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjatuhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia.

Banggae merupakan salah satu dari delapan Kecamatan yang ada Di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Luas wilayah Kecamatan Banggae 25,15 km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2017 sebanyak 40.942 jiwa.

Kecamatan Banggae meliputi 8 wilayah Desa/Kelurahan. Kelurahan yang letak geografisnya terletak pada daerah pesisir permukiman nelayan yaitu, Kelurahan Pangali-Ali,Kelurahan Baru, Kelurahan Totoli dan Kelurahan Rangas. Di Kecamatan Banggae ada sekitar 2549 nelayan yang meliputi, Kelurahan Pangali- Ali jumlah nelayan 586 orang, Di Kelurahan Rangas berjumlah 1402 nelayan kelurahan Totoli 264 nelayan, dan Kelurahan Baru 297 Nelayan (Ahdiat,2014).

Kecamatan Banggae, merupakan salah satu titik kawasan sanitasi permukiman kumuh yang berada Di Kabupaten Majene. Kondisi permukiman kumuh di Kecamatan Banggae, sebenarnya sudah terbentuk lama namun karena

(25)

kurangnya perhatian pemerintah membuat kawasan permukiman Di Kecamatan Banggae menjadi lingkungan kurang layak. Permasalahan ini diperburuk dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, lingkungan yang kumuh, MCK, dan hunian yang dipandang kurang tertata. Adapun program-program yang di lakukan oleh pemerintah dalam hal memberikan pelayanan sanitasi dan air bersih kepada masyarakat yaitu adanya program KOTAKU yang untuk saat ini masih di lakukan dan sudah berdapak baik pada lingkungan tersebut, Program SANIMAS yang telah menyediakan Prasarana MCK, dan Pembangunan Instalasi Pengelolaan air limbah (IPAL) yang belum sepenuhnya selesai, Program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang dilakukan untuk menghilangkan praktik BAB di tempat terbuka bias di bilang tidak berjalan dengan baik karena masih adanya masyarakat yang melakukan BAB di pinggiran pantai.

Buku putih sanitasi Kabupaten Majene menjadi gambaran atau tolak ukur kondisi sanitasi yang ada di Kecamatan Banggae perlunya komunikasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan rapat koordinasi yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Permumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta PDAM Kabupaten Majene yang membahas tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) tahun 2016-2021.

Lembaga Pemerintah Kabupaten Majene yang di awasi oleh Bupati Kabupaten Majene melalui Dinas Perkerjaan umum dan Penataan Ruang, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Dinas Perumahan, kawasan Permukiman dan Pertanahan

(26)

perlu melakukan rapat agar komunikasi yang membahas pelayanan sanitasi permukiman nelayan mulai dari pemeliharaan sarana dan prasarana terutama untuk menjaga kebersihan sampah, drainase, MCK, karena di kawasan permukiman nelayan masih ditemukan masyarakat yang membuang sampah ke pantai dan jamban yang dapat mencemari lingkungan sakitar permukiman dan pantai.

Melihat gagasan atau uraian latar belakang yang ada di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul Skripsi yaitu”Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene” sebagai bahan penelitian saya, dilihat atau ditinjau langsung di lapangan prasarana yang kurang memadai menjadi kendala dalam pelaksanaan keberhasilan menciptakan kualitas Sanitasi Permukiman Nelayan yang baik dan sehat pada Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah bagaimana Koordinasi Antar lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas maka peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian.

(27)

1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai Koordinasi Antar Lembaga Pemerintahan Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk menambah wawasan tentang Koordinasi Antar Lembaga Pemerintahan Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene Untuk memenuhi proposal penelitian sebagai persyaratan untuk mendapatkan derajat sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini sebagai bahan dan referensi bagi Pemerintah Kabupaten Majene tentang sejauh mana Koordinasi Antar Lembaga Pemerintahan Dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup di sekeliling kita untuk mencegah Sanitasi Permukiman Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

(28)

A. Konsep Koordinasi

Istilah koordinasi berasal dari kata Inggris coordination. Kata coordinate terbentuk dari dua akar kata yaitu co dan ordinate yang mempunyai arti mengatur.

Dengan demikian, dalam istilah koordinasi sudah terkandung makna pengaturan.

Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling terkait. Dengan kata lain, koordinasi hanya dapat dicapai atau terjalin bila terjadi hubungan kerja yang efektif (Manila GK. 1996:42).

Pengertian koordinasi menurut Terry dalam Syaffie (2006:86) adalah Sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin, dalam hasil pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Syamsi (1994:113) koordinasi merupakan tugas pimpinan yang dilakukan denganmengusahakan agar semua kegiatan dapat selaras dan anggota-anggotanya dapat bekerja sama dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien.

Koordinasi adalah wujud kerjasama antara suatu badan atau unit kerja yang saling berkaitan baik dalam lingkup Pemerintah maupun dalam lingkup perorangan. Koordinasi Pemerintah adalah koordinasi yang dilaksanakan dalam organisasi Pemerintah, masalah kerja sama antar aparatur Pemerintah dan pertalian satu sama lainnya, Aisyah (2013:142).

Kordinasi dimaknai juga sebagai salah satu usaha bekerja sama antara badan, instansi, unit dalam menjalankan tugas-tugas yang tertentu, sehingga dapat

(29)

saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi. Sehinggah pada akhirnya koordinasi dapat dimaknai sebagai suatu bentuk usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas ataupun halnya dengan kegiatan dalam organisasi, Djamin (2011) memalui Hasibuan (2016).

Menurut Sutarto (2006:145-146) koordinasi sebenarnya dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasan. Baik kesatuan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkronisasi semuanya berdasarkan keselarasan. Atas dasar itu, koordinasi dapat berasaskan bahwa di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan antar pejabat.

Berdasarkan pendapat ahli yang menyebutkan pengertian koordinasi sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah suatu usaha maupun kerjasama individu antar individu, organisasi antar organisasi, badan antar badan, atau instansi anrat instansi untuk memadukan dan menyederhanakan dalam pelaksanaan tugas-tugas guna mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

B. Ciri-Ciri Koordinasi

Ciri-ciri koordinasi menurut Handayadiningrat (1986:118), yaitu:

1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab dari pada pimpinan. Dikatakan bahwa pimpinan yang berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik.

(30)

2. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan sebaik-baiknya.

3. Koordinasi adalah proses yang terus-menerus (continues process). Artinya suatu proses yang bersifat kesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.

4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

5. Konsep kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Hal ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha/

tindakan-tindakan dari pada setiap kegiatan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam mencapai hasil bersama.

6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan usaha atau tindakan meminta kesadaran kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok di mana mereka bekerja.

Adapun beberapa pendapat yang mengemukakan ciri-ciri koordinasi tersebut yaitu: (a). Tanggung jawab koordinasi terletak pada pemimpin, (b).

Koordinasi ialah juga suatu usaha kerja sama, (c). Koordinasi adalah suatu proses yang terus menerus, (d). Adanya aturan-aturan usaha kelompok secara teratur, €.

Koordinasi adalah konsep kesatuan tindakan bersama, (f). Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (Mirwan, 2013).

(31)

C. Jenis Koordinasi

Hasibuan (2011) mengemukakan bahwa koordinasi terdapat dua jenis koordinasi yaitu, koordinasi vertical adalah kegiatan penyatuan pengaruh yang dilakukan oleh setia patasan terhadap kegiatan unit-unit. Sedangkan Koordinasi horizontal mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat.

Menurut Inu Kencana Syafiie (2011: 35) bahwa terdapat tiga bentuk koordinasi, yaitu:

1. Koordinasi horizontal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonisdan singkron antara lembaga yang sederajat misalnya antara Muspida Kecamatan (Camat, Kapolsek, dan Danramil), Muspida Kabupaten (Bupati, Danramil, Kapolres), Muspida Provinsi (Gubernur, Pangdam, Kapolda).

2. Koordinasi vertical adalah penyelarasan kerja sama harmonis dan singkron dari lembaga-lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga-lembaga lainya yang derajatnya lebih rendah.

3. Koordinasi fungsional adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan singkron antar lembaga lembaga yang memiliki kerjasama dalam fungsi pekerjaan.

D. Tujuan Koordinasi

Sembiring (2012:1-8) Meyatakan bahwa Koordinasi adalah untuk memadukan (mengintegrasikan), menyelaraskan dan menyerasikan berbagai

(32)

kepentingan dan kepentingan yang saling berkaitan beserta segenap gerak, langkah dan waktunya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran bersama.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2014: 88) Tujuan koordinasi yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikirankearah tercapainya sasaran perusahaan

2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kea rah sasaran perusahaan 3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan

4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran 5. Untuk mengintegrasikan tindakan kea rah sasaran organisasi

atauperusahaan

6. Untuk menghindari tindakan overlapping fari sasaran perusahaan.

E. Upaya Peningkatan koordinasi

Koordinasi merupakan suatu usaha yang penting dilakukan dalam meningkatkan efektivitas, efesiensi dan produktifitas kerja untuk mewujudkan tujuan secara optimal. Tanpa koordinasi yang baik dalam lembaga akan sulit untuk dapat tercapainya keteraturan kegiatan dengan tertib dalam upaya untuk meraih tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga tersebut. Peningkatan koordinasi diperlukan supaya dalam pencapaian tujuan organisasi akan berjalan dengan lebih lancar dan lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.

Menurut Sutarto (2006:152-153) peningkatan koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

(33)

1. Mengangkat koordinator Usaha dalam menyelaraskan antar bagian dalam organisasi maupun antar unit kerja diperlukan seorang koordinator.

Dengan adanya seorang koordinator, apabila ada suatu masalah maka dapat diselesaikan dengan baik dan cepat oleh seorang koordinator atau dapat berupa satuan organisasi misalkan BKKBN.

2. Mengadakan pertemuan formal maupun informal antar pejabat.

Pemantapan koordinasi dapat dilakukan dengan mengadakan rapat antar organisasi, antar bagian dalam organisasi maupun antar unit kerja.

3. Membuat buku pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja dan buku pedoman kumpulan peraturan. Dengan adanya buku pedoman kerja maka dapat dijamin adanya kesatuan tafsir dan kesatuan langkah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab antara pejabat maupun bagian- bagian organisasi.

4. Berhubungan melalui alat perhubungan. Dalam melakukan koordinasi antar pejabat maupun bagian-bagian organisasi yang berjarak jauh dapat dilakukan tanpa mereka bertemu satu sama lain yaitu dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon, handphone, radiogram, telegram dan bahkan menggunakan jejaring sosial yang sedang ramai seperti sekarang ini.

5. Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan.

Koordinasi semacam ini melalui edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan digunakan ketika seorang koordinator mendapati suatu masalah yang harus diputuskan kemudian memerlukan pendapat dari

(34)

koordinator lainya agar nantinya ada kesatuan paham dan kesatuan tindakan dalam menghadapi masalah tersebut.

6. Membuat tanda-tanda, simbol dan kode. Untuk mendapatkan koordinasi yang efektiv dan efisien, koordinator atau bagian-bagian organisasi dapat membuat tanda-tanda, simbol dan kode yang bisa disepakati bersama demi terciptanya koordinasi yang baik. Menurut jurnal yang ditulis oleh Drs. H. Alizar dengan judul “Peningkatan Koordinasi antar Instansi Vertikal”, peningkatan koordinasi dapat dibentuk mulai dari:

a) Peningkatan kualitas aparat pelaksana.

b) Koordinasi dimulai dari tingkat perencanaan sampai tahap evaluasi.

c) Mekanisme dan penyelenggaraan koordinasi harus jelas.

d) Perlu dikembangkan komunikasi timbal balik.

F. Masalah-Masalah Koordinasi

Menurut Wiryoputro (2008 : 76) lantaran adanya pembagian kerja, maka timbul perbedaan dalam kegiatan pekerjaan. Perbedaan-perbedaan yang muncul dalam kegiatan pekerjaan tersebut dalam suatu organisasi akan menimbulkan suatu masalah koordinasi. Perbedaan sikap dan perilaku diantara individu- individu dalam organisasi yang menyebabkan munculnya masalah koordinasi, antara lain.

a. Perbedaan dalam orientasi terhadap sasaran-sasaran.

b. Perbedaan dalam orientasi waktu.

c. Perbedaan dalam orientasi antar individu.

(35)

d. Perbedaan karena struktur organisasi.

e. Perbedaan jarak geografis.

f. Perbedaan yang dimiliki setiap individu manusia karena faktor sosial, budaya, pandangan hidup, dan latar belakang pendidikan.

g. Perbedaan dalam ambisi.

G. Indikator Koordinasi

Handayaningrat (1991:80), Koordinasi dalam proses manajemen dapat di ukur melalu indikator:

1. Komunikasi: a). ada tidaknya informasi, b). ada tidaknya alur informasi, c). ada tidaknya teknologi informasi.

2. Kesadaran Masyarakat: a). ada tidaknya kesadaran masyarakat.

3. Kesepakatan dan Komitmen

4. Kontinuitas perencanaan, a). Ada atau tidaknya umpan balik dari objek dan subjek pembangunan, b). Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan.

H. Konsep Pemerintah

Kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengartikan pemerintah dari arti kata perintah ialah perkataan untuk menyeruh seseorang melakukan sesuatu, menguasai dan mengatur Negara atau Daerah. Pemerintah (government) dan juga diliahat dari pengertiannya ialah the authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a nation state,city, ect, pemerintahan juga dapat di artikan the governing body of a nation, state, city, ect yang artinya badan atau lembaga yang mengadakan atau menjalankan

(36)

pemerintahan Negara, Negara bagian, atau Kota dan juga sebagainya. Pengertian Pemerintah dilihat dari sifatnya, adalah Pemrintah dalam arti kata luas meliputi keseluruhan yaitu, kekuasaan Legislatif, Kekuasaan Eksekutif, dan kekuasaan Yudikatif. Dan sedangkan pemerintah yang dalam arti sempit yaitu hanya meliputi cabang kekuasaan Eksekutif saja. (Riawan Trianda, 2009).

Menurut W.S Sayre (1960) pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi dari Negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya. Selanjutnya menurut David Apter (1977), Pemerintah adalah satuan anggota yang paling umum yang memiliki tanggung jawab tertentu untukmempertahankan sistem yang mecangkupnya dan monopoli praktis yang menyangkut kekuasaan paksaannya.

I. Sanitasi

Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang menitiberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyawati dan Yuliarsih Dalam Lestari, 2015: 16). Sedangkan pengertian sanitasi menurut Azrul Azwar dalam artikel Hygiene sanitasi yang dikutip oleh Ain Jie dan ditulis ulang oleh (Eka Irdianty 2011:9) mengatakan bahwa, sanitasi mempunyai pengertian cara yang dilakukan masyarakat dalam pengawasan yangmenitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang berkemungkinan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang di perlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan dan menitiberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi

(37)

derajat kesehatan masyarakat . Ruang lingkup sanitasi dasar meliputi sarana Air bersih, ketersediaan jamban, sarana pembuangan air limbah dan sarana pengelolaan sampah. Sanitasi merupakan elemen yang penting untuk menunjang kesehatan masyarakat buruknya kondisi sanitasi akan berdampak Negatif pada aspek kehidupan mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan penyakit lainnya (Kementerian kesehatan 2016).

Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air buangan dari WC, air cucian, dan lain-lain). Selain berasal dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa proses industri, pertanian, peternakan, dan rumah sakit Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dihadapi dan sangat menganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.

Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah permasalah sanitasi (Said, 2007:9).

J. Fasilitas Dasar Sanitasi

Sanitasi pada umumnya terdiri dari beberapa fasilitas, Yaitu air bersih, jamban sehat, Saluran pembuangan air limbah/Drainase, dan tempat pembuangan sampah.

(38)

1. Air bersih

Merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001).

2. Jamban

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkandalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya (Proverawati, 2012:6).

3. Saluran Pembuangan air limbah/Drainase

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu (H.A. Halim Hasmar, 2012:5).

4. Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengan padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman, pasar, kawasan pertokoan dan perdagangan, kawasan perkantoran dan sarana umum, kawasan industri, peternakan hewan dan fasilitas umum lainnya.

(Kodoatie, 2005:76).

(39)

K. Permukiman

Permukiman secara fisik tidak sekedar sebagai tempat tinggal saja tetapi merupakan hubungan yang terbentuk dari kegiatan manusia melalui pola - pola yang mengatur dan menjaga keseimbangan alam. Kehidupan manusia yang berkembang akan senantiasa melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan permukimannya. Pada proses penyesuaian itulah akan muncul permasalahan pemanfaatan ruang permukimannya berkaitan dengan perubahan pola perilaku masyarakat atau fisik sarana yang dibutuhkan, baik secara pribadi maupun bersama- sama. Pola pemanfaatan ruang sangat ditentukan oleh perilaku manusia yang memanfaatkan ruang tersebut dan merupakan bagian dari fungsi sistem yang lebih besar dari ruang yang melingkupi tersebut (Wahid dan Alamsyah, 2013:43)

Kawasan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain; berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luas lahan yang terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan serta adanya kualitas bangunan yang sangat rendah, prasarana lingkungan kurang memadai seperti saluran drainase, prasarana persampahan yang membahayakan penghuninya (Budiharjo;1997) dalam (Afif Bizrie Mardhanie: 2013:4).

Permukiman adalah tempat tinggal penduduk untuk melakukan semua kegiatan hidupnya baik yang bersifat materil maupun spirituil. Selain itu permukiman sebagai ekosistem masing-masing terdiri dari unsur-unsur yang saling mempengaruhi penduduk yang mengalami perubahan jumlahnya akan

(40)

mempengaruhi unsur-unsur lainnya seperti tanah, air, dan sebagainya. Soetomo W. (1992:5) Dalam Shintia Rahma Rani (2018:14).

Ciri-ciri Permukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (dalam Jawas Dwijo Putro, 2011: 22) adalah:

a. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

b. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang- ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

d. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:

4. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.

5. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah.

6. RT atau sebuah RW.

7. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atu RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.

e. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang

(41)

beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

f. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil.

Menurut Sadana, S. Agus (2014:29) Berdasarkan sifatnya, permukiman dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Pemukiman Perkampungan Tradisional

Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kebudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat.

Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat.

2. Permukiman Darurat

Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas dari banjir.Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan di perkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan bantuan makanan, pakaian dan obat-obatan

3. Permukiman Kumuh (Slum Area)

(42)

Jenis permukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Yang pada umumnya berniat ingin mencari kehidupan yang lebih baik, penghasilan lebih baik dan lain sebagainya. Sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas.

Sehingga dikota yang pada umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak dan pantas hal ini karena tidak terjangkau oleh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar), yang tidak sesuai dengan standar kesehatan yang ditentukan, biasanya permukiman ini terletak ditepian sungai atau pinggiran kota. Permukiman kumuh sangat mencolok karena tempatnya yang kotor, bangunan yang tidak teratur, serta masyarakatnya yang terlihat tidak perduli lingkungan.

4. Pemukiman Transmigrasi

Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang atau kurang penduduknya tapi luas daerahnya, disamping itu jenis pemukiman ini merupakan tempat pemukiman bagi orang-orang yang ditransmigrasikan akibat ditempat aslinya sering dilanda banjir atau sering mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi. Meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani

(43)

oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya.

5. Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus

Perkampungan seperti ini dibiasanya dibangun oleh pemerintah dan masyarakat diperuntukkan bagi orang-orang atau kelompok kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah direncanakan. Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas. Setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing-masing. Contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olahraga pekan olahraga nasional), Perkampungan orang-orang yang akan naik haji, perkampungan perkemahan pramuka dan lain-lain).

6. Permukiman Baru (real estate)

Permukiman semacam ini di rencanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat permukiman ini biasanya di lokasi yang sesuai untuk suatu permukiman (kawasan permukiman). Ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih, baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau pun air PAM/PDAM, sistem pembuangan kotoran dan air kotornya direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan sampahnya di koordinir dan diatur secara baik. Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah yang

(44)

dibangun dekat dengan tempat-tempat pelayanan masyarakat sepertiposkesdes/puskesmas, pos keamanan, Kantorpos, pasar dan lain lain. Jenis pemukiman seperti ini biasanya dibangun dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas.

L. Permukiman Nelayan

Permukiman nelayan adalah merupakan lingkungan tempat tinggal dengan sarana dan prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan keterikatan erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan perairan sebagai tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka masih terikat dengan daratan (Yatim, 2005).

Menurut (St. Khadija, 1998:30-32, permukiman nelayan) arti kata Nelayan terbagi dalam dua pengertian nelayan yaitu:

1. Nelayan Sebagai Subyek/Orang; merupakan sekelompok masyarakat manusia yang memiliki kemampuan serta sumber kehidupan disekitar pesisir pantai.

2. Nelayan sebagai predikat/pekerjaan; suatu sumber penghasilan masyarakat yang berkaitan erat dengan sektor perikanan dan perairan (laut dan sungai)

Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah:

(45)

1. Merupakan Permukiman yang terdiri atas satuan-satuan perumahan yang memiliki berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan penghuninya.

2. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses yang tinggi terhadap kawasan perairan.

3. 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya yang terkait dengan pengolahan dan penjualan ikan.

4. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan kegiatan eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.

5. Memiliki berbagai prasarana yang mendukung penghidupan penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan kegiatan eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.

Dari berbagai parameter tentang permukiman dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman nelayan merupakan suatu lingkungan masyarakat dengan sarana dan prasarana yang mendukung, dimana masyarakat tersebut mempunyai keterikatan dengan sumber mata pencaharian mereka sebagai nelayan

M. Kerangka Fikir

Kerangka fikir dalam penelitian ini berdasarkan teori mengenai Koordinasi atau telah di uraikan di atas dalam teori tersebut dapat ditarik kesimpulan menurut Aisyah (2013:142) Koordinasi adalah wujud kerjasama antara suatu badan atau

(46)

unit kerja yang saling berkaitan baik dalam lingkup pemerintah maupun dalam lingkup perorangan. Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah adalah koordinasi yang dilaksanakan dalam organisasi pemerintah, masalah kerja sama antar aparatur pemerintah dan pertalian satu sama lainnya. Kaitannya dengan Koordinasi Pemerintah dengan instansi terkait dengan pelayanan sanitasi Permukiman Nelayan yang ada di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene dapat di lakukan dengan baik. Terselenggaranya koordinasi Antar Lembaga pemerintah dalam pelayanan Sanitasi permukiman nelayan untuk mewujudkan sanitasi yang baik, oleh karena itu, di perlukan pengembangan sistem pelayanan sanitasi serta kerjasama antara Pemerintah, Dinas terkait dan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, indikator-indikator kordinasi yaitu: a). Komunikasi, b).

Kesadaran Masyarakat, c). Kesepakatan dan Komitmen, d). Kontinuitas Perencanaan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bagan Kerangka fikir dalam penelitian itu yaitu:

(47)

Gambar 1: Bagan Kerangka Fikir

Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang rencana aksi daerah peyediaan air minum dan penyehatan lingkungan kabupaten majene tahun

Koordinasi Antar Lembaga Permukiman Nelayan Gambar 1: Bagan Kerangka Fikir

Indikator Koordinasi 1. Komunikasi

2. Kesadaran Masyarakat 3. Kesepakatan dan

Komitmen

4. Kontinuitas Perencanaan

Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang rencana aksi daerah peyediaan air minum dan penyehatan lingkungan kabupaten majene tahun

2011

BUPATI

Antar Lembaga Pemerintah Dalam Pelayanan

Nelayan Di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene

Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang rencana aksi daerah peyediaan air minum dan penyehatan lingkungan kabupaten majene tahun

Dalam Pelayanan Sanitasi Kabupaten Majene

(48)

N. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah, kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang bersangkutan dalam rumusan masalah adalah “Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam Pelayanan Sanitasi Permukiman Nelayandi Kecamatan Banggae Kabupaten Majene”

Fokus penelitian ini terdiri dari beberapa hal yang perlu di uraikan yaitu:

1. Komunikasi

2. Kesadaran Masyarakat 3. Kesepakatan dan Komitmen 4. Kontinuitas Perencanaan O. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan focus penelitian di atas maka dapat digambarkan bagaimana pola kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan, kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta masyarakat nelayan dalam Pelayanan sanitasi Permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan peran atau langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Majene dalam Pelayanan sanitasi permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

(49)

Adapun Defenisi Fokus Penelitian yang di maksud dalam Penelitan ini adalah sebagai berikut.

a. Komunikasi

Komunikasi adalah aktifitas dasar dari kehidupan manusia, dengan berkomunikasi manusia dapat berinteraksi dan saling berhubungan antara satu dengan lainya. Dalam hal ini adalah bagaimana komunikasi yang baik antara Keduanya Yaitu Lembaga Pemerintah dan masyarakat nelayan untuk menangani masalah Pelayanan sanitasi permukiman nelayan yang berada di kecamatan Banggae, Kabupaten Majene.

b. Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat dapat dikatakan sebagai adanya perasaan yang tumbuh dalam diri masyarakat untuk melakukan suatu kewajiban sesuai dengan yang mereka ketahui. Dalam hal ini dapat saya katakan bahwa kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk merawat sarana dan prasarana yang di sediakan oleh pemerintah terkait.

c. Kesepakatan dan Komitmen

Komitmen merupakan suatu keadaan individu di mana individu terikat oleh tindakanya. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktifitas dan keterlibatan. Dalam hal ini komitmen anatara instansi pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah pelayanan sanitasi permukiman nelayan di kecamatan banggae kabupaten majene.

(50)

d. Kontinuitas Perencanaan

Kuntinuitas Perencanaan dalam hal ini adalah kepada bagaimana keberlanjutan yang dilakukan oleh instansi pemerintah mengenai pelayanan sanitasi permukiman nelayan yang tidak hanya menfokuskan kepada permukiman nelayan saja tapi seluruh permukiman yang ada di Kabupaten Majene.

(51)

Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan, Banggae, Kabupaten Majene, karena di Kecamatan Banggae Sistem Sanitasi permukiman nelayan masih sangat kurang terkhusus di Kelurahan Rangas dan Kelurahan Pangali-Ali,.

Hal tersebut menarik penulis untuk menelitinya seiring dengan perkembangan Kabupaten Majene yang Kumuh. Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimulai dari tahap persiapan, observasi, sampai dengan penulisan laporan penelitian, secara keseluruhan semua kegiatan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk mengetahui Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah dalam pelayanan sanitasi Permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Penggunaan lebih dari satu pendekatan pengumpulan data. Hal ini berangkat dari pemaknaan pendekatan penelitian Kualitatif itu sendiri dimana metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data Deskriptif berupa Kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

b. Tipe Penelitian

(52)

Tipe Penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif yaitu penulis mencoba menggambarkan permasalahan yang terkait dengan Koordinasi antar lembaga Pemerintah dalam pelayanan sanitasi permukiman nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, Menginterpretasikan serta menjelakan data secara sistematis. Dasar penelitian ini adalah wawancara, yaitu melakukan dialog (wawancara) kepada informan yang berisi pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian

C. Sumber Data

Sumber Data dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu data primer dan data Sekunder:

a. Data Primer

Yaitu data yang di kumpulkan dalam bentuk wawancara yang dilakukan kepada narasumber yang berasal dari para pelaku yang terkait.

Jenis data yang yang ingin diperoleh adalah mengenai koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pelayanan sanitasi permukiman nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

b. Data Sekunder

Agar kebutuhan hasil analisis dan pembahasan lebih maksimal, maka di perlukan data sekunder yang terkait dengan pengungkapan fenomena sosial dari penelitian ini khususnya yang berhubungan dengan

(53)

Koordinasi antar lembaga Pemerintah dalam pelayanan Sanitasi permukiman Nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

D. Informan Penelitian

Informan adalah pihak yang ditentukan oleh peneliti yang akan memberikan informasi terkait objek yang akan diteliti. Penentuan informasi terkait objek yang akan di teliti. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, atau dikenal dengan teknik penentuan sampel bertujuan, yaitu penentuan informan dengan mencari tau siapa tokoh yang memiliki pengetahuan yang mapan terkait masalah yang di teliti.

Teknik penetuan informan dalam hal ini pemerintah, Seperti itulah penentuan informan hingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Adapun yang menjadi informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang akan diteliti meliputi:

1. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman Dan Pertanahan 2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

3. Dinas Kesehatan

4. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan 5. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) 6. Tokoh Masyarakat

7. Masyarakat Nelayan

(54)

Tabel 1 : Informan Penelitian

No Jabatan Informan Informan Inisial Keterangan 1 1. Kepala Bidang Kawasan

Permukiman

2. Kepala Seksi Air bersih dan Sanitasi Dasar Permukiman

3. Kepala Seksi Penataan Kawasan Permukiman

1. Haerif Syarif, ST 2. Salfiah, S.Hut

3. M. Arwin Aras

HS S

MAA

3 Orang

2 1. Staf Bidang Cipta Karya Dinas PUPR

2. Staf Dinas PUPR

1. Muhammad Thalib

2. Ahmad Riyandi

MT

AR 2 Orang 3 1. Kepala Seksi

Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

2. Staf Bidang Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

1. Nahriah, S.KM

2. Alimuddin, S.KM

N

A

2 Orang

4 1. Kepala Seksi Bidang Kebersihan dan RTH, Limbah B3 Dinas LHK 2. Staf Dinas LHK

1. Ajyad, S.Hut 2. Nurul Muchlisah

A

NM 2 Orang

5 1. Direktur PDAM 1. Arlin Aras AA 1 Orang

6

1. Tokoh Masyarakat

1. Darso

2. Burhanuddin 3. Jufri

D B J

3 Orang

7

1. Nelayan

1. Abdul Rahman 2. Jamaluddin 3. Rahman Rahim

AR J RR

3 Orang

Total 16 Orang

(55)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002: 116).

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab anatara peneliti dengan subjek penelitian atau informen dalam satu situasi sosial (Mukhtar, 2013:

118). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2013:137).

3. Studi pustakaan dan Dokomentasi

Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data melalui bantuan media kepustakaan berupa buku-buku, artikel, majalah, Koran, jurnal penelusuran internet maupun refersensi lain yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Selain menggunakan teknik studi kepustakaan

(56)

dalam pengumpulan data, penelti juga menggunakan media dokumentasi berupa foto-foto, arsip kegiatan, serta berkas lain yang mengabadikan moment yang terkait dengan objek yang diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang telah dikemukakan sebelumnya, akan dianalisis dengan metode menyusun data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberiikan informasi demi menjawab fokus permasalahan yang menjadi inti dari penelitian yang dilaksanakan. Secara lebih rinci, berikut akan diuraikan bagaimana tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisa penelitian kualitatif :

1. Mengorganisasikan data

Data terkait sistem pelayanan Sanitasi di Permukiman Nelayan yang diperoleh peneliti dengan menggunakan berbagai teknik khususnya dari hasil wawancara mendalam yang dituliskan dan direkam oleh peneliti, kemudian dibuat transkipnya dengan mengubah data berupa rekaman menjadi data yang tertera dalam bentuk uraian tertulis. Data yang terpilih kemudian dibaca berulang-ulang oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran hasil yang jelas.

2. Pengelompokan data

Pada fase pengelompokan data, berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis

(57)

sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan pengkodean data. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian membaca kembali transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat kemudian dikelompokkan dan dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Perlu dipahami bersama bahwa di fase inilah semua data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan, dikelompokkan berdasarkan tipe yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini ditempuh untuk menentukan apakah data yang telah didapatkan bisa menjawab rumusan masalah penelitian.

3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data

Pada tahap ini, kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan tinjauan teori yang digunakan, sehingga dapat diuji apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang diperoleh.Selain itu, peneliti melihat dari data yang dikelompokkan, apakah data tersebut sesuai dengan asumsi yang dikembangkan oleh peneliti tentang masalah yang dikaji itu sesuai atau tidak dengan temuan di lapangan.

4. Mencari alternatif penjelasan bagi data

Dalam tahap ini, peneliti melakukan penjelasan terkait data yang telah diperoleh.Tak hanya itu, peneliti juga mencari alternatif penjelasan lain karena bisa saja ditemukan adanya hal baru yang berbeda dengan kesimpulan awal yang didapatkan atau menyimpang dari asumsi terkait

(58)

Koordinasi Pemerintah. Tahap penjelasan ini dibantu dengan berbagai referensi teoritis untuk memudahkan peneliti dalam menarik sebuah kesimpulan penelitian.

5. Menuliskan Hasil Penelitian

Tahap akhir adalah penulisan hasil penelitian yakni peneliti mulai menuliska hasil penelitian yang didapatkan di lapangan untuk mengantarkan peneliti dala merumuskan sebuah kesimrpulan tentang bagaimana gambaran masalah yang diteliti.

G. Pengabsahan Data

Menurut (Moleong, 2014) pengabsahan data dan bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang diukur, keabsahan dari data ini juga harus dilakukan dengan proses yang cepat salah satu cara yaitu dengan proses tringulasi, yaitu teknik pengabsahan data dengan menggunakan perbandingan dengan data yang lain dan juga melakukan pengecekan diluar dari data tersebut.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu melakukan pengecekan ulang terhadap tingkat kepercayaan diri suatu informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan haslil wawancara dengan dokumen yang ada.

(59)

2. Triangulasi Teknik

Dalam teknik ini caranya yaitu membandingkan informasi atau data yang diperoleh dengan cara yang berbeda. Dalam penelitan yang dilakukan ini peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk mendapatkan data yang valid maka diperoleh dari kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang jelas mengenai informasi tersebut.

3. Triangulasi Waktu

Juga sering dapat mempengaruhi kebenaran suatu data. Data yang diambil dari proses wawancara akan mempengsaruhi tingkat kredibilitas dari suatu data. Maka dalam menguji suatu kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara pengecekan ulang mengenai wawancara, observasi maupun teknik yang lain dalam waktu maupun situasi yang berbeda. Jika data yang diperoleh berbeda dengan data yang pertama maka dapat dilakukan secara berulang-ulang hingga ditemukan mengenai kepastian datanya.

(60)

1. Sejarah Kecamatan Banggae

Kerajaan Banggae pada jaman dahulu kala mulanya berpusat di Salabose atau perkampungan Salabose berada di dataran tinggi di Kota Majene ± 120 m dari permukaan laut. Kerajaan ini pada mulanya adalah sebuah kelompok masyarakat yang dipinpin oleh ketua suku yang digelar Tomakaka dan tinggal di Poralle nama sebuah tempat di Salabose. Yang kemudian disebut sebagai Tomakaka Poralle.

Selain itu masih ada Tomakaka yang memimpin kelompok masing masing yang berdiam disekitar Banggae seperti Tomakaka Pullajonga, Tomakaka Salongang, Tomakaka Totoli, Tomakaka Pepottoang. Pada masa kerajaan Tomakaka di Poralle datang seorang yang berasal dari kerajaan Majapahit yang namanya tidak diketahui, hanya digelar oleh masyarakat setempat Topole-pole yang mengawini Tomerropa- ropa Wulawang putri Tomakaka Poralle. Atas kecakapan Topole-pole ini istrinya Waris Tahta Kerajaan maka Topole-pole dapat membentuk suatu sistem pemerintahan baru yang belum dikenal pemerintahan Tomakaka Poralle. Dalam sistem pemerintahan inilah merupakan cikal bakal terbentuknya Kerajaan Banggae.

Yang mendapat tant angan dari Tomakaka yang terdapat disekitarnya.

Suku Mandar terdiri atas 17 kerajaan: 7 kerajaan hulu yang disebut “Pitu Ulunna Salu”, 7 kerajaan muara yang disebut “Pitu ba’bana binanga” dan 3 kerjaan yang bergelar “Kakarunna Tiparittiqna Uhai”.

Referensi

Dokumen terkait

Uji T dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean sampel dari dua variabel dikomparatifkan.. Jadi dengan

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jeneponto dan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan daerah dalam

Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali 30 | P a g e Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pekerjaan Umum,

Berdasarkan pada hasil penelitian, disimpulkan bahwa pemberian nifedipin 20 mg per oral 2 jam preoperatif pada pasien yang menjalani operasi modified radical mastectomy dengan

NO JUDUL INFORMASI RINGKASAN ISI INFORMASI PEJABAT YANG MENGUASAI INFORMASI PENANGGUN G JAWAB PEMBUATAN INFORMASI WAKTU PEMBUATA N/PENERBI TAN INFORMASI BENTUK INFORMASI

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalimantan

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pangandaran;.. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti