• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MAHASISWA UNIVERSITAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MAHASISWA UNIVERSITAS."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS

YANG BERDOMISILI DI ASRAMA MAHASISWA

Oleh :

Deni Elnovriza, STP., MSi.

Dr.Ir.Rina Yenrina, MSi

Dr.dr.H.Hafni Bachtiar, MPH

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional Sesuai Dengan Surat Perjanjian

Pelaksanaan Hibah Penelitian No. 005/SP2H/PP/DP2M/III/2008

Tanggal 6 Maret 2008

(2)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Asupan Zat Gizi Mahasiswa Universitas Andalas Yang Berdomisili Di Asrama Mahasiswa

Factors Relating to Level Nutrition Consumption of Student Who Live in Student Dormitory Andalas University

Deni Elnovriza, Rina Yenrina,Hafni Bachtiar Abstract

Student as a human resources is a man who is smart, productive and self-supporting in executing the student duties, one of way of realizing it is by fulfilling requirement of nutrient. By living in dormitory, the students start quit of attention of their parents and has independence in determining food which they are consumption as effort to reach nutritional status and optimal health. This research will study the level of intake student nutrient, to know the student consumption can fulfill requirement of nutrient suggested and to know factors influencing it.

Population in this research were students living in campus dormitory Limau Manis University of Andalas, school year 2007/2008, with sample size 107 students, consisted of 43 boys and 64 girls. Analysis descriptively by using technique elementary statistic (basic statistic) what depicted in the form of percentage, average and deviation standard and regression correlation analysis to see relationship between variables.

Result of research shows average money they received is equal to Rp 149,415 ± 60436. Only 7,5% having knowledge with category is less, majority responder has habit to eat 3 times a day ( 53,3%), consumption pattern and responder intake of nutrient were still under sufficiency. There is relation between the amount of pocket money with intake of energy, ever greater of pocket money will increased the energy intake, but energy intake still less than energy comsumption suggested. There were no relationship of pocket money with intake of other nutrient. There was no relationship significantly between level of knowledge, family size, education level of father and mother with intake of nutrient.

Management of campus dormitory should consider to provide a canteen to facilitate student fulfills requirement of student nutrient. The next research should be conducted to know relation between nutrient intake with achievement of learning, morbidity rate and iron deficiency anemic.

Pendahuluan Makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan akan gizi. Tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi dalam waktu yang lama akan menimbulkan masalah gizi dengan konsekuensi berupa defisiensi zat gizi. Kekurangan gizi pada masa remaja akan berdampak penurunan prestasi disekolah, sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, hambatan pertumbuhan, hambatan pertumbuhan organ sex sekunder dan merasa tidak bahagia.

(3)

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat asupan zat gizi mahasiswa yang berdomisili di asrama Universitas Andalas. Sedangkan tujuan khusus adalah sbb.: 1) Mengetahui karakteristik mahasiswa yang tinggal di asrama (umur, uang saku), 2) Mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswa yang berdomisili di asrama, 3) Mengetahui pola konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi (Energi, protein, lemak, karbohidrat, Fe, Vitamin C, Vitamin A) mahasiswa yang berdomisili di asrama, 4)Mengetahui bagaimana cara mahasiswa dalam mendapatkan makannya sehari-hari di asrama dan 5) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan gizi dan uang saku terhadap tingkat konsumsi zat gizi pada mahasiswa yang berdomisili di asrama

Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian cross-sectional analytic. b. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan bulan Maret sampai Desember 2008. Lokasi penelitian adalah asrama mahasiswa Universitas Andalas di Kampus Limau Manis Padang.

c. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitianini adalah seluruh mahasiswa yang berdomisili di asrama kampus Limau Manis Universitas Andalas sebanyak 629 orang. Besar sampel pada penelitian ini adalah 96 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus :

Z = Nilai baku distribusi normal α tertentu untuk derajat kemaknaan 95% (1,96)

p = Proporsi sesuatu dimana p = 50% q = 1- p

d = Derajat akurasi (presisi) yang diinginkan 10%

Sampel diambil dengan cara Stratified Proportional Random Sampling, dengan membedakan populasi menjadi strata berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Sampel cadangan diambil sebanyak ±10% sehingga total sampel 107 orang yang terdiri dari 43 orang sampel laki-laki dan 64 orang sampel perempuan.

d. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Wawancara

2. Pengukuran (tinggi badan dan berat badan)

3. Pola Konsumsi diketahui menggunakan Food Frequency

(4)

e. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dikelompokkan menurut peubahnya. Analisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik elementary statistic yang digambarkan dalam bentuk persentase, rata-rata dan standar deviasi. Dilakukan analisis korelasi regresi untuk melihat hubungan antar variabel.

Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa rata-rata responden yang tinggal diasrama mahasiswa Universitas Andalas berusia 19,1 tahun, dengan range usia responden terbanyak adalah pada usia 19-20 tahun (78,5%)

Tabel 1. Umur Responden Mahasiswa yang Tinggal di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas

Rata-rata Median Min Max Stdev

19,1 19,0 18 23 0,812

2. Besar Uang Saku Responden Perminggu

Tabel 2. Uang Saku Responden Perminggu (Rp)

Rata-rata Median Min Max Stdev

149.415,9 130.000 50.000 350.000 60.436,3

Tabel 2 memperlihatkan bahwa uang saku rata-rata responden adalah sebesar Rp 149,415 ± 60.436 dengan uang saku terendah sebesar Rp 50.000 dan tertinggi Rp.350.000 perminggu

Matorell dan Habicht (1986) yang dikutip dari Faiza (2006) menyimpulkan bahwa faktor status ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk mencukupi zat gizi anggota keluarganya. Pengaruh ini tidak saja pada pemilihan macam makanan dan waktu pemberiannya, akan tetapi juga terhadap kebiasaan hidup sehat. Menurut hasil Susenas 1987 status gizi anak juga ditentukan oleh tempat dimana anak berdomisili dan tingkat pendapatan orang tuanya.

Menurut Nyoman (2003) status ekonomi juga menentukan pola makan. Semakin tinggi status ekonomi semakin besar pula persentase pertambahan pembelanjaan, karena itu status ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Demikian juga menurut Soehardjo (1989) menyatakan semakin tinggi penghasilan semakin rendah bagian penghasilan yang dikeluarkan untuk makanan.

3. Cara Responden Memperoleh Makanan

(5)

memperoleh makanan yang paling banyak dengan membeli di kantin yang ada di kampus dan disekitar asrama (56,1%). Hanya sebagian kecil yang mendapat kiriman dari orang tuanya (6,5%) seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Makanan

Cara Memperoleh makanan f %

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melalui proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan konsumsi pangan seseorang. Orang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengatahuan gizinya dalam pemilihan dan pengolahan pangan sehingga dapat diharapkan konsumsi makanannya lebih terjamin.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi

Tingkat pengetahuan f %

Kurang 8 7,5

Sedang 35 32,7

Baik 64 59,8

Total 107 100,0

Tabel 4 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh responden sudah mempunyai pengetahuan tentang gizi yang baik (59,8%), hanya 7,5% yang mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang. Hasil ini lebih rendah dari yang ditemukan Muharrom (2006) di asrama mahasiswa putra Kampus C Universitas Airlangga, yang menemukan 95% mahasiswa sudah berpengetahuan baik.

Terdapat sebelas item pertanyaan yang diajukan kepada responden yang berkaitan dengan gizi. Pertanyaan tentang fungsi vitamin bagi tubuh, makanan sumber energi dan zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun merupakan pertanyaan yang banyak tidak bisa dijawab dengan benar oleh responden, yaitu berturut-turut sebanyak 65,4%; 52,3% dan 43,9%. Hanya 48,8% responden yang bisa menjawab dengan baik dan lengkap zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

C. Pola Konsumsi Responden

(6)

kondisi kesehatan dan status gizi seseorang, kebiasaan makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu.

Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.

Dengan adanya transisi ekonomi, juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi mulai terjadi di kota-kota besar, yaitu dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral bergeser ke pola makanan berat yang cenderung banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam serta miskin serat, vitamin dan mineral sehingga mudah merangsang terjadinya penyakit-penyakit gangguan saluran pencernaan, penyakit jantung, obesitas dan kanker.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Perhari

Makan perhari f % mempunyai kebiasaan makan yang tidak menentu. Responden yang mempunyai kebiasaan makan 3 kali sehari separuhnya adalah responden yang mempunyai cara untuk mendapatkan makanan dengan menggunakan jasa catering. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil yang diperoleh Setyawati (2006) yang menemukan bahwa 90,2% anak yang tinggal dipanti asuhan mempunyai pola makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk dan sayur.

(7)

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi

Sarapan pagi f %

Selalu 60 56,1

Kadang-kadang (> kali 3 kali perminggu) 37 34,6

Jarang (≤ 2 kali perminggu) 8 7,5

Tidak pernah 2 1,9

Total 107 100

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

Responden yang mempunyai kebiasaan selalu makan pagi 60 orang (56,1%) dan yang tidak pernah sarapan hanya 2 orang (1,9%). Jenis sarapan yang biasa dikonsumsi oleh responden adalah nasi dengan telur baik digoreng, didadar atau telur ceplok. Pilihan lain yang banyak dikonsumsi responden adalah bubur kacang hijau. Responden yang kadang-kadang, jarang dan tidak sarapan pagi mempunyai alasan tidak sarapan pagi karena tidak sempat/terburu-buru untuk ke kampus, belum ada yang menjual makanan dan tidak terbiasa untuk sarapan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Susanto (1995) banyak remaja yang sering melewatkan makan paginya dengan berbagai alasan seperti keterbatasan waktu, kurang nafsu makan dan rasa takut menjadi gemuk. Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk menurunkan berat badan, merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu kondisi kesehatan. Daniel (…..) menyatakan bahwa hampir 50% remaja, terutama remaja dewasa tidak sarapan. Penelitian lain juga membuktikan bahwa 89% bahwa mereka menyakini sarapan memang penting tetapi mereka yang sarapan dengan teratur hanya 60%.

(8)

Tabel 7. Rata-Rata Konsumsi Zat Gizi dan Persen Terhadap AKG Responden yang kurangnya energi yang masuk karena kurangnya asupan dari lemak dan karbohidrat. Pola makan di asrama lebih cenderung ke arah sumber karbohidrat kompleks seperti nasi yang di konsumsi dengan dendeng balado, ayam bakar, ikan goreng,dan telur goreng serta rendah konsumsi sayuran dan buah-buahan. Asupan sumber protein dan lemak terutama berasal dari lauk pauk. Sumber karbohidrat utama berasal dari bahan pokok berupa nasi, selain itu juga berasal dari singkong, pisang, terigu yang terdapat pada makanan jajanan. Makanan jajanan yang sering dan banyak dikonsumsi oleh responden adalah bakwan, roti dan tahu goreng. Sumber utama vitamin A berasal dari lauk pauk berupa ikan dan telur serta sedikit sumbangan dari sayuran yang mengandung provitamin A.

Menurut teori pada umumnya bagi masyarakat yang cukup asupan protein akan cukup juga asupan zat besinya, namun pada penelitian ini mahasiswa memenuhi asupan protein, tetapi tidak memenuhi asupan besinya keadaan ini diduga terjadi karena asupan protein berasal dari daging putih yaitu ikan dan ayam yang zat besinya relatif rendah dibandingkan daging merah yang berasal dari sapi, kambing atau domba. Selain itu disebabkan juga oleh rendahnya asupan besi non heme yang terdapat pada sayuran. Sedangkan vitamin C berasal dari sayuran dan buah yang dikonsumsi oleh mahasiswa, asupan vitamin C lebih rendah dibandingkan angka kecukupan yang dianjurkan, hal ini terjadi seiiring dengan rendahnya kosumsi sayur dan buah pada mahasiswa.

(9)

Hal ini terjadi karena tidak adanya kantin yang berada diasrama dan tidak ada fasilitas dapur yang dapat digunakan untuk memasak. Sayur yang paling sering dan banyak dikonsumsi oleh responden adalah sawi, kangkung, lobak dan daun singkong. Rendahnya konsumsi buah disebabkan tidak mudah mendapatkan buah disekitar asrama dan buah relatif mahal harganya.

D. Asupan Zat Gizi Responden

Status gizi seseorang sangat ditentukan oleh asupan zat gizi yang berasal dari makanannya sehari-hari. Bila terjadi ketidakseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi masalah gizi.

Tabel 8. Rata-Rata Asupan Zat Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas

Kebutuhan energi pada remaja menurut AKG adalah 2500 Kal untuk laki- laki dan 1900 Kal untuk perempuan, sedangkan kebutuhan protein sebesar 60 gr untuk laki-laki dan 50 gr untuk perempuan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa rata-rata konsumsi energi responden masih rendah dari yang dianjurkan, yaitu sebesar 1706,62 Kal. Konsumsi karbohidrat dan lemak perlu ditingkatkan untuk mencapai angka kecukupan energi yang dibutuhkan.

Kebutuhan energi merupakan faktor yang cukup dominan dan perlu di perhatikan. Remaja yang mempunyai aktifitas yang lebih akan memerlukan energi lebih banyak di bandingkan dengan remaja yang tidak banyak melakukan aktifitas. Remaja yang kurang gizi dapat terjadi karena jumlah energi dan zat-zat lainnya yang di konsumsi tidak memenuhi kebutuhan yang sangat meningkat.

(10)

menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras untuk menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada penurunan berat badan.

Penelitian Soekirman (2000) di Jawa Tengah mengemukakan bahwa masalah gizi, lebih banyak disebabkan karena asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini diduga terjadi disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati yang relatif murah sehingga dari angka kecukupan terpenuhi tapi belum mempunyai mutu protein yang tinggi, sedangkan pertumbuhan dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila mutu protein itu komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung semua jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai dengan keperluan pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein digunakan sebagai pengganti energi yang kurang, karena bila energi didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa menggunakan protein untuk membentuk/menghasilkan energi.

Bila asupan protein kurang dari makanan maka jaringan dalam tubuh tidak dapat berkerja dengan maksimal karena protein berfungsi sebagai memperbaiki jaringan yang rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja.

E. Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan dan Asupan Zat Gizi

Menurut Sediaoetama (2004) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Namun tidak semua mereka yang tingkat pengetahuan gizinya baik, kecukupan gizinya juga baik.

Kurangnya pengetahuan pangan dan salah konsepsi tentang pengetahuan pangan dan nilai pangan adalah umumnya dijumpai disetiap negara di dunia, salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

(11)

Tabel 9. Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan Dengan Asupan Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas

Variabel R R2 Persamaan Garis p

Pengetahuan 0,181 0,033 Asupan energi = 2135,745 - 36,762* pengetahuan 0,062 0,008 0,000 Asupan protein = 55,529 + 0,082 * pengetahuan 0,938 0,142 0,020 Asupan vitamin A = 838,802 - 27,868 *pengetahuan 0,145 0,020 0,000 Asupan besi = 7,508+ 0,087*pengetahuan 0,838 0,061 0,004 Asupan vitamin C = 33,751 - 0,722 *pengetahuan 0,532 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan asupan energi menunjukkan korelasi yang lemah (r=0,181) dan berpola negatif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin rendah konsumsi energinya. Jika dilihat dari nilai koefisien dengan determinasi 0,033 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 3,3% variasi asupan energi atau dengan kata lain persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik menjelaskan variabel asupan energi.

Tingkat pengetahuan dengan asupan protein menunjukkan korelasi yang sangat lemah (r=0,008) dan berpola positif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin tinggi pula asupan proteinnya. Dengan nilai koefisien dengan determinasinya 0,000 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh tidak dapat menerangkan variasi asupan protein. Tingkat pengetahuan dengan asupan vitamin A juga menunjukkan korelasi yang lemah (r=0,142) dan polanya adalah negatif yakni semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin rendah asupan vitamin A-nya. Persamaan garis regresi yang diperoleh hanya bisa menjelaskan 2% variasi asupan vitamin A, yang diketahui dengan nilai koefisien dengan determinasisnya sebesar 0,020. Lemahnya korelasi tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi pada penelitian ini juga terlihat pada asupan zat besi (r=0,020) dengan pola yang positif. Persamaan garis regresi yang diperoleh tidak bisa menerangkan variasi asupan zat besi (r2=0,000)

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan asupan vitamin C menunjukkan korelasi yang lemah (r=0,061) dan berpola negatif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin rendah konsumsi vitamin C-nya. Jika dilihat dari nilai koefisien dengan determinasi 0,004 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 0,4% variasi asupan vitamin C atau dengan kata lain persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik menjelaskan variabel asupan vitamin C.

Ketidak sesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian yang lain atau dengan teori yang ada disebabkan karena pengetahuan gizi yang tinggi belum tentu diikuti oleh sikap dan tindakan yang tinggi pula, karena lingkungan dan gaya hidup mempengaruhi tindakan remaja terutama teman sebaya. Masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

(12)

konsumsi zat gizi mereka karena faktor kesibukan disekolah dan peran aktif orang tua di rumah terhadap penyedian makanan.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat gizi pada remaja dalam hal mahasiswa karena ada faktor lain yang lebih berperan.

F. Analisis Korelasi dan Regresi Uang Saku dan Konsumsi Zat Gizi

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi utama pada kondisi yang umum. Keluarga dan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang rendah, mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan semakin tinggi penghasilan semakin menurun bagian penghasilan yang dipakai untuk membeli makanan. Tingkat penghasilan menentukan pola makanan. Pada orang yang berpenghasilan tinggi, makanan padi-padian menurun dan makanan yang berasal dari susu, daging, keju akan meningkat.

Hukum Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal perunit zat gizinya. Pada tingkat pendapatan perkapita yang lebih rendah permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari karbohidrat terutama padi-padian dan umbi-umbian. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan makin beragam umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan tidak hanya akan meningkatan keanekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan konsumsi yang lebih mahal, tetapi juga terjadinya peningkatan konsumsi pangan diluar rumah (Soekirman, 2000).

Tabel 10. Analisis Korelasi dan Regresi Besar Uang Saku Dengan Asupan Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas

Variabel R R2 Persamaan Garis p

Uang saku 0,202 0,041 Asupan energi = 1474,020 + 0,002* uang saku 0,037 0,124 0,016 Asupan protein = 48,882 + 0,00005*uang saku 0,201 0,002 0,000 Asupan vitamin A = 515,553 - 0,00002 *uang saku 0,985 0,104 0,011 Asupan besi = 5,691 + 0,00002*uang saku 0,289 0,070 0,005 Asupan vitamin C = 20,632+ 0,000032* uang saku 0,474 Pada penelitian ini terlihat bahwa besar uang saku dengan asupan energi menunjukkan korelasi yang lemah (r=0,202) dan berpola positif semakin besar uang saku semakin bertambah asupan energinya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,041 berarti bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 4,1% variasi asupan energi.

(13)

hanya bisa menjelaskan 1,6% variasi asupan protein, berdasarkan nilai koefisien dengan determinasi yang diperoleh sebesar 0,016 yang berarti persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik untuk menjelaskan variabel asupan protein. Korelasi yang sangat lemah juga terlihat antara besar uang saku dengan asupan vitamin A dan besar uang saku dengan asupan zat besi, dengan nilai R berturut-turut 0,002 dan 0,104. Persamaan regresi yang diperoleh tidak bisa menjelaskan variasi asupan vitamin A dan hanya bisa menjelaskan 1,1% variasi asupan zat besi. Pola hubungan antara besar uang saku dengan asupan vitamin A negatif sementara pada hubungan besar uang saku dengan asupan zat besi, polanya positif.

Tabel 10 memperlihatkan bahwa antara besar uang saku dengan asupan vitamin C juga menunjukkan korelasi yang lemah (r=0,070) dan berpola positif. Persamaan garis regresi yang diperoleh hanya bisa menjelaskan 0,5% variasi asupan vitamin C, berdasarkan nilai koefisien dengan determinasi yang diperoleh sebesar 0,005 yang berarti persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik untuk menjelaskan variabel asupan vitamin C.

Seacara statistik hanya pada asupan energi yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan besar uang saku, sedangkan dengan asupan protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Dari keseluruhan korelasi antara variabel independent dengan dependent, tidak ada ditemukan mempunyai korelasi yang kuat. Demikian pula halnya dengan signifikasi hubungan kecuali antara uang saku dengan asupan energi

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Mahasiswa yang berdomisili di asrama mahasiswa sebagian besar berumur 19-20 tahun dengan pendidikan orang tua lebih dari separuh masuk kategori tinggi

b. Rata-rata uang saku Rp 149,415 perminggu dan cara memperoleh makan terbanyak dengan membeli di kantin yang terdapat dikampus

c. Tingkat pengetahuan gizi responden sebagian besar masuk kategori baik

d. Pola konsumsi asupan energi, zat besi dan vitamin C yang diukur menggunakan Food Frequency pada mahasiswa yang berdomisili di asrama mahasiswa memperlihatkan kurang dari AKG sementara pola konsumsi protein dan vitamin A berada di atas AKG

(14)

f. Terdapat hubungan antara besar uang saku dengan asupan energi, semakin besar uang saku semakin besar asupan energi, tetapi asupan energi masih kurang dibanding AKG. Namun tidak terdapat hubungan besar uang saku dengan asupan zat gizi lainnya.

g. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi dan hubungannya lemah.

2. Saran

a. Mahasiswa yang berdomisili di asrama perlu meningkatkan asupan energi, zat besi, vitamin A beserta sayur dan buah.

b. Pengelola asrama perlu mempertimbangkan agar kantin terdapat diasrama untuk memudahkan mahasiswa memenuhi kebutuhan gizinya.

c. Pengelola asrama perlu mempertimbangkan untuk memberi prasarana dan peralatan dapur untuk memudahkan mahasiswa mempersiapkan makanannya, terutama untuk merangsang mahasiswa untuk memasak sayur dan mengkosumsinya. Karena sayur sebaiknya disajikan dalam keadaan baru matang.

d. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penggunaan uang saku oleh mahasiswa, karena ternyata uang saku yang mereka peroleh tidak mencukupi asupan energi yang dibutuhkan. e. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi dengan

prestasi (Indeks Prestasi), angka kesakitan, anemia besi mahasiswa

Daftar Pustaka

Engel, J.F.,R.D. Backwell & P.W.Miniard.1994. Perilaku Konsumen. Dalam Budiyanto (penerjemah). Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Daradjat, Z. 1995. Remaja, Harapan dan Tantangan. Ruhama, Jakarta.

Den Hartog, A.P. & W .A. Van Staveren & I.D. Brouwer, 1995. Manual For Social Surveys On Food Habbits and Consumption In Developing Countries . Margraf Verlag, Germany.

Fieldhouse, P., 1995. Foodand Nutrition Customs and Culture.Chapman And Hall, Singural Publishing Group Inc., San Diego, California.

Hardinsyah & D.Briawan, 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Gizi masyarakat dan Su,berdaya keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

Karyadi, D. & Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Gramiedia, Jakarta.

Khomsan,A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi,Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta IPB.

Khumaidi. M., 1989. Gizi Masyarakat. BPK Gunung Mulia Kerjasama dengan PAU Pangan dan Gizi IPB Bogor. Moeloek, F.A. 1999. Gizi Sebagai Basis Pengembangan SDM MenujuIndonesia Sehat 2010. Dalam A.Razak.,

Hardinsyah & Ambo Ala (eds.), Pembangunan Gizi dan Pangan dari Perspektif Kemandirian Lokal. Pergizi Pangan Indonesia dan Centre Regional Resource Development and Community Empowerment. Bogor.

(15)

Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi.Depdikbud Dirjen Dikti dan PAU Pangan dan Gizi IPB Bogor

Suhardjo. 1997. Dinamika Perilaku dan Kebiasaan Makan. Makalah Disajikan dalam PraWidyakarya Pangan dan Gizi VI, Jakarta 4 Nopember 1997.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. 2004. LIPI. Jakarta.

Gambar

Tabel 8. Rata-Rata Asupan Zat Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama MahasiswaUniversitas Andalas
Tabel 9.  Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan Dengan Asupan Gizi Responden yang Berdomisili diAsrama Mahasiswa Universitas Andalas
Tabel 10. Analisis Korelasi dan Regresi Besar Uang Saku Dengan Asupan Gizi  Responden yangBerdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas

Referensi

Dokumen terkait

Karena itulah kami ingin koran-koran tersebut memiliki nilai tambah dan memiliki nilai jual yang lebih, dengan cara mendaur ulang koran

Regina Lorenza Audria. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen di Restoran Mergosari Ciamis”. dan Masharyono, M.M. Skripsi, Manajemen Industri Katering,

Oleh karena itu, bagaimana memilih lokasi, me- nentukan rute kendaraan, dan mengendalikan persediaan yang optimal menjadi isu yang penting dalam merancang

 Pengawasan tenaga nuklir untuk melindungi para pekerja, pasien dan masyarakat serta lingkungan hidup dari bahaya radiasi yang dilakukan terhadap fasilitas kesehatan

Perencanaan strategis sistem informasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Pengumpul Menengah Di Kalimantan Barat menggunakan Ward dan Peppard, dimana tahapannya dimulai

 Dalam proses perundingan kesepakatan, terjadi bentuk interaksi arbitrasi (arbitration) dengan Mesir sebagai pihak ketiga yang tidak berhak dan. berwenang membuat

1- Eğer sana bir kez “hayır” dediyse ve sen üzerine ısrar etmeyip bunun yerine onunla “ona aşık olan bir dost olmak” yoluna gittiysen, ona “Ben de fark ettim ki ben

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah: Dalam perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti menyiapkan keperluan penelitian yaitu Rencana